Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

PENGANGGARAN SEKTOR PUBLIK

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 4

Richanna (2000312320054)

Norhalimah (2000312320002)

Stefany Karen (2000312320042)

Dinda Salsabilla (2000312320036)

Ahsyaina Sabila (2000312320010)

Monica Rahmiatul (2000312320032)

Yohanna Jovancha (2000312320086)

Muhammad Rayhan Saputra (2000312310038)

PROGAM STUDI D3 PERPAJAKAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
Tahun Akademik 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami sampaikan kehadiran Tuhan Yang Maha Pemurah, karena berkat
kemurahanNya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam makalah ini
kami membahas “Penganggaran Sektor Publik” yang membahas tentang apa itu penganggaran
sektor publik, bagaimana menyusun penganggaran sector publik dan manfaat penganggaran
sektor publik.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman tentang penganggaran
sektor publik yang benar yang sangat diperlukan agar kita mengetahui bagaimana tata cara,
struktur dalam penganggaran sektor publik.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
ke depannya menjadi lebih baik.         

Banjarmasin, Januari 2021

   
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…...………………………………………………………………………….i

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii

DAFTAR ISI………………………..……………………………………………………………iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1

A. Latar Belakang..................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.............................................................................................................1

C. Tujuan...............................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................3

A. Konsep dan Pengertian Penganggaran Sektor Publik......................................................3

B. Pentingnya Anggaran Sektor Publik................................................................................3

C. Fungsi Anggaran Sektor Publik.......................................................................................4

D. Tujuan dan Karakteristik Sektor Publik...........................................................................6

E. Prinsip-Prinsip Dalam Penganggaran Sektor Publik.......................................................8

F. Pendekatan Penganggaran Pada Sektor Publik.................................................................9

G. Penganggaran Dan Standar Pelayan Minimal (Spm).....................................................15

BAB III..........................................................................................................................................18

PENUTUP.....................................................................................................................................18

A.Kesimpulan.......................................................................................................................18

B.Saran…………………...………………………………………………………………...18

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................19
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem anggaran sektor publik dalam perkembangannya telah menjadi instrumen
kebijakan multifungsi yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi. Hal
tersebut tercermin pada komposisi dan besarnya anggaran secara langsung merefleksikan arah
dan tujuan pelayanan masyarakat yang diharapkan. Sejak pertengahan tahun 1980-an telah
terjadi perubahan manajemen sektor publik yang cukup signifikan dari sistem manajemen
tradisional yang terkesan kaku, birokratis, dan hierarki menjadi model manajemen sektor publik
yang fleksibel dan lebih mengakomodasi pasar.

Sebagai sebuah sistem, perencanaan anggaran sektor publik juga telah mengalami banyak
perkembangan. Sistem perencanaan anggaran publik berkembang dan berubah sesuai dengan
dinamika perkembangan tuntutan yang muncul di masyarakat. Anggaran sektor publik di buat
untuk menentukan tingkat kebutuhan masyarakat, seperti air bersih, kualitas kesehatan,
pendidikan, dan sebagainya agar terjamin secara layak.

Anggaran juga merupakan alat bagi pemerintah untuk mengarahkan pembangunan sosial
ekonomi, menjamin kesinambungan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Anggaran
diperlukan untuk meyakinkan bahwa pemerintah telah bertanggung jawab terhadap rakyat.
dalam hal ini anggaran publik merupakan instrumen pelaksanaan akuntabilitas publik oleh
lembaga-lembaga publik yang ada. Oleh sebab itu, makalah ini akan membahas tentang
Penganggaran Sektor Publik yang ada di Indonesia. Apa saja fungsi anggaran sektor publik,
tujuan, karakteristik, serta bagaimana penyusunannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penganggaran sektor publik?

2. Apa yang dimaksud dengan konsep penganggaran sektor publik?

3. Apa saja fungsi, jenis, karakteristik, tujuan serta siklus penganggaran sektor publik?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang apa yang dimaksud dengan penganggaran sektor publik.

2. Untuk mengetahui konsep yang terdapat dalam penganggaran sektor publik.

3. Untuk mengetahui tentang fungsi, tujuan, jenis, karakteristik, tujuan serta siklus
penganggaran sektor publik.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep dan Pengertian Penganggaran Sektor Publik


Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang akan dicapai oleh suatu
organisasi dalam periode tertentu yang dinyatakan dalam ukuran moneter. Dalam organisasi
sektor publik anggaran merupakan instrumen akuntabilitas atas pengelolaan dana publik dan
pelaksanaan program-program yang dibiayai oleh uang publik. Anggaran Sektor Publik juga
merupakan perencanaan finansial tentang perkiraan pengeluaran dan penerimaan yang
diharapkan akan terjadi di masa mendatang dengan melihat data yang diperoleh dari masa lalu
sebagai acuan penetapan anggaran. Penganggaran dalam organisasi sektor publik merupakan
aktivitas yang penting karena berkaitan dengan proses penentuan alokasi dana untuk setiap
program maupun aktivitas.

Tiga aspek yang harus tercakup dalam anggaran sektor publik meliputi:

1. Aspek Perencanaan

2. Aspek Pengendalian

3. Aspek Akuntabilitas Publik

Secara rinci, anggaran sektor publik berisi tentang besarnya belanja yang harus dikeluarkan
untuk membiayai program dan aktivitas yang direncanakan serta cara untuk medapatkan dana
untuk membiayai program dan aktivitas tersebut.

B. Pentingnya Anggaran Sektor Publik


Anggaran sektor publik dibuat untuk membantu menentukan tingkat kebutuhan
masyarakat, seperti listrik, air bersih, kualitas kesehatan, pendidikan, dan sebagainya agar
terjamin secara layak. Merefleksikan perubahan prioritas kebutuhan dan kegiatan masyarakat.
Menentukan penerimaan dan pengeluaran departemen-departemen pemerintah, pemerintah
provinsi atau pemerintah daerah. Anggaran sektor publik penting karena beberapa alasan, yaitu:
1. Anggaran merupakan alat bagi pemerintah untuk mengarahkan pembangunan
ekonomi nasional, menjamin kesinambungan, dan meningkatkan kualitas hidup
masyarakat.

2. Anggaran diperlukan karena adanya kebutuhan dan kegiatan masyarakat yang tidak
terbatas dan terus berkembang, sedangkan sumber daya yang ada terbatas. Anggaran
diperlukan karena adanya masalah keterbatasan sumber daya.

3. Anggaran diperlukan untuk meyakinkan bahwa pemerintah telah bertanggung jawab


terhadap rakyat. Dalam hal ini anggaran publik merupakan instrumen pelaksanaan
akuntabilitas publik oleh lembaga-lembaga publik yang ada.

C. Fungsi Anggaran Sektor Publik

Anggaran dalam akuntansi berada di dalam lingkup akuntansi manajemen. Mardiasmo


(2009) mengidentifikasi beberapa fungsi anggaran dalam manajemen sektor publik sebagai
berikut :

1. Anggaran sebagai Alat Perencanaan

Anggaran merupakan alat perencanaan manajemen untuk mencapai tujuan organisasi sehingga
organisasi akan mengetahui apa yang harus dilakukan dan ke arah mana kebijakan akan dibuat.
Anggaran sektor publik dibuat untuk merencanakan tindakan apa yang akan dilakukan oleh
pemerintah, berapa biaya yang dibutuhkan, dan berapa hasil yang diperoleh dari belanja
pemerintah tersebut. Anggaran sebagai alat perencanaan digunkan untuk :

a. Merumuskan tujuan serta sasaran kebijakan agar sesuai dengan visi dan misi yang
diterapkan

b. Merencanakan berbagai program dan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi serta
alternatif pembiayaannya

c. Mengalokasikan dana pada berbagai program dan kegiatan yang telah disusun

d. Menentukan indikator kinerja dan tingkat pencapaian strategi

2. Anggaran sebagai Alat Pengendalian


Anggaran sebagai instrumen pengendalian digunakan untuk menghindari adanya pengeluaran
yang terlalu besar, terlalu rendah, salah sasaran, atau adanya penggunaan yang tidak semestinya.
Sebagai alat pengendalian manajerial, anggaran sektor publik digunakan untuk meyakinkan
bahwa pemerintah mempunyai uang yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Pengendalian
anggaran sektor publik dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu:

a. Membandingkan kinerja akrual dengan kinerja yang dianggarkan

b. Menghitung selisih anggaran

c. Menemukan penyebab yang dapat dikendalikan dan tidak dapat dikendalikan atas suatu
varians

d. Merevisi standar biaya atau target anggaran untuk tahun berikutnya

2. Anggaran sebagai Alat Kebijakan Fiskal

Anggaran sebagai kebijakan fiskal pemerintah, digunakan untuk menstabilkan ekonomi dan
mendorong pertumbuhan ekonomi. Melalui anggaran sektor publik dapat diketahui arah
kebijakan fiskal pemerintah, sehingga dapat dilakukan prediksi dan estimasi ekonomi.

3. Anggaran sebagai Alat Politik

Anggaran digunakan untuk memutuskan prioritas-prioritas dan kebutuhan keuangan terhadap


prioritas tertentu. Anggaran tidak sekedar masalah teknik, melainkan diperlukan
keterampilan berpolitik, membangun koalisi, keahlian bernegosiasi, dan pemahaman tentang
manajemen keuangan sektor publik yang memadai oleh para manajer publik.

4. Anggaran sebagai alat Koordinasi dan Komunikasi

Melalui dokumen anggaran yang komprehensif, sebuah bagian atau unit kerja atau
departemen yang merupakan sub-organisasi dapat mengetahui apa yang harus dilakukan dan
apa yang akan dilakukan oleh bagian/unit kerja lainnya. Oleh karena, anggaran dapat
digunakan sebagai alat koordinasi dan komunikasi antara dan seluruh bagian dalam
pemerintahan.
5. Anggaran sebagai Alat Penilaian Kinerja

Kinerja eksekutif dinilai berdasarkan pencapaian target anggaran, efektivitas dan efisiensi
pelaksanaan anggaran. Kinerja manajer public dinilai berdasarkan berapa hasil yang dicapai
dikaitkan dengan anggaran yang telah ditetapkan. Anggaran merupakan alat yang efektif
untuk pengendalian dan penilain kerja.

6. Anggaran sebagai Alat Motivasi

Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi manajer dan stafnya agar dapat
bekerja secara ekonomis, efektif, dan efisien dalam mencapai target dan tujuan organisasi
yang ditetapkan. Agar dapat memotivasi pegawai, anggaran hendaknya bersifat challenging
but attainable atau demanding but achieveable. Maksudnya adalah target anggaran
hendaknya jangan terlalu tinggi sehingga tidak dapat dipenuhi, namun jangan terlalu rendah
sehingga terlalu mudah untuk dicapai.

7. Anggaran sebagai Alat untuk Menciptakan Ruang Publik

Masyarakat dan elemen masyarakat lainnya non pemerintah, seperti LSM, Perguruan Tinggi,
Organisasi Keagamaan, dan Organisasi Masyarakat lainnya harus terlibat dalam proses
penganggaran publik. Keterlibatan mereka dapat bersifat langsung dan tidak langsung.
Keterlibatan langsung masyarakat dalam proses penganggaran dalam proses penganggaran
dapat dilakukan mulai dari proses penyusunan perencanaan pembangun maupun rencana
kerja pemerintah (daerah), sedangkan keterlibatan secara tidak langsung dapat melalui
perwakilan mereka di lembaga legislative (DPR/DPRD).

D. TUJUAN DAN KARAKTERISTIK SEKTOR PUBLIK


Anggaran bagi sektor publik adalah alat untuk mencapai tujuan dalam rangka
memberikan pelayanan kepada masyarakat/rakyat yang tujuannya adalah untuk meningkatkan
pelayanan public dan kesejahteraan masyarakat. Perencanaan dan penggaran merupakan proses
yang terintegrasi, karena output dari perencanaan adalah penganggaran. Berdasarka definisi di
atas dan tujuan dari anggaran sektor public, maka anggaran sektor publik memiliki karakteristik
sebagai berikut :

1. Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan

2. Anggaran umumnya mencakup jangkauan tertentu, satu atau beberapa tahun, jangka
pendek, dan menengah atau panjang.

3. Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen untuk mencapai sasaran yang
ditetapkan.

4. Usulan anggaran ditelaah dan disetujui oleh pihak berwenang yang lebih tinggi dari
penyusun anggaran

5. Sekali disusun, anggaran hanya dapat diubah dalam kondisi tertentu.

Anggaran sektor public mencakup semua aspek kehidupan masyarakat namun ada beberapa
aspek yang tidak tersentuh oleh anggaran sektor public baik nasional maupun lokal. Oleh karena
itu, dengan adanya anggaran sektor publik ini dapat membantu dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat misalnya air bersih, listrik, kesehatan, dan pendidikan. Keputusan pemerintah
berpengaruh melalui anggaran sangat berpengaruh dalam kesejahteraan masyarakat. Maka,
anggaran sektor public menjadi penting karena:

a. Sebagai alat bagi pemerintah untuk mengarahkan pembangunan, menjalin


kesinambungan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

b. Adanya kebutuhan dan keinginan masyarakat yang tidak terbatas dan terus berkembang,
sedangkan sumber daya yang ada terbatas.

c. Untuk menyakinkan bahwa pemerintah telah bertanggung jawab terhadap rakyat, dalam
hal ini anggaran berperan sebagai instrument akuntabilitas publik.
E. PRINSIP-PRINSIP DALAM PENGANGGARAN SEKTOR PUBLIK
Mengingat begitu pentingnya peranan dan fungsi anggaran, di perlukan prinsip-rinsip
yang menjadi pedoman bagi organisasi public atau pemerintah dalam penyusunannya. Beberapa
prinsip tersebut adalah sebagai berikut (Mardiasmo, 2009: 6768):

1. Otorisasi oleh legislative.

Anggaran public harus mendapatkan otorisasi dari legislative sebelum eksekutif dapat
menggunakan anggaran tersebut.

2. Komprehensif / menyeluruh

Anggaran harus menunjukan semua menerimaan dan pengeluaran pemerintah. Oleh


karena itu, adanya dana nonbudgetair pada dasarnya menyalahi prinsip anggaran yang
bersifat komprehensif.

3. Keutuhan anggaran

Semua penerimaan dan mengeluaran pemerintah tercakup dalam dana umum

4. Nondiscretionary uppropriation

Jumlah yang di setujui oleh dewan legislative harus termanfaatkan secara ekonomis,
efisiensi, dan efektif.

5. Periodik

Anggaran merupakan suatu proses yang periodik, dapat bersifat tahunan atau
multitahunan

6. Akurat

Estimasi anggaran hendaknya tidak memasukan cadangan yang tersembunyi yang dapat
menyebabkan terjadinya pemborosan dan ketidak efisienan anggaran, serta dapat
mengakibatkan munculnya underestimate pendapatan dan oferestimate pengeluaran.
7. Jelas

Anggaran hendaknya sederhana, dapat di pahami oleh masyarakat, dan tidak


membingungkan.

8. Transparan

Anggaran harus di informasikan kepada masyarakat luas.

F. PENDEKATAN PENGANGGARAN PADA SEKTOR PUBLIK


Anggaran sebagai alat perencanaan kegiatan public yang di nyatakan dalam satuan
moneter sekaligus dapat di gunakan sebagai alat pengendalian. Sistem perencanaan anggaran
public berkembang dan berubah sesuai dengan perkembangan managemen sektor public dan
tuntutan yang muncul dalam masyarakat. Pada dasarnya terdapat beberapa jenis pendekatan
dalam perencanaan dan penyusunan anggaran sektor public, yaitu:

1.Pendekatan tradisional

Anggaran tradisional merupakan pendekatan yang banyak di gunakan di Negara berkembang


adapun cirri-cirinya sebagai berikut:

a. Cara penyusan anggaran berdasarkan pendekatan incrementalism

b. Struktur dan susunan anggaran yang bersifat line-item

c. Cenderung sentralisis

d. Bersifat spesifikasi

e. Tahunan

f. Menggunakan prinsip-prinsip anggota bruto


Pendekatan tradisional terdiri atas 3 proses, sebagai berikut (nordiawan,2006).

a. Pihak lembaga yang memerlukan anggaran mengajukan permintaan anggaran kepada


kepala eksekutif dan anggaran tersebut di perinci berdasarkan jenis pengeluaran yang
hendak di buat.

b. Kepala eksekutif mengumpulkan permintaan anggaran dari berbagai lembaga, lalu


anggaran ini di modifikasi oleh kepala eksekutif (di konsolidasikan). Dari hasil
modifikasi, kepala eksekutif kemudian mengajukan permintaan secara keseluruhan untuk
organisasi tersebut kepada lembaga legislative dengan menggunakan perincian yang
sama dengan anggaran yang di ajukan sebelumnya oleh lembaga-lembaga di bawahnya
(dengan menggunakan pendekatan tradisional).

c. Setelah merevisi jumlah permintaan anggaran pihak legislative kemudian menuliskan


jumlah anggaran yang di seeetujui dengan menggunakn pendekatan tradisional. Masalah
utama lain dalam anggaran tradisional adalah tidak di perhatikannya konsep value for
money. Akibatnya, setiap akhir tahun anggaran sering kali terjadi kelebihan anggaran
yang pengalokasiannya kemudian di paksakan kepada aktifitas-aktifitas yang kurang
penting.

2. Pendekatan New Publik Managemen

New public management berfokus pada management sektor public yang berorientasi pada
kinerja bukan pada kebijakan. Oleh karena itu, bagian dari reformasi dari new public
management adalah dengan kemunculannya management berbasis kinerja. Fokus management
berbasis kinerja adalah pengukuran kinerja organisasi sektor public yang berorientasi pada
pengukuran outcome (hasil), bukan lagi sekedar pengukuran input atau output saja (mahmudi,
2007). Adapun karakteristik umumnya sebagai berukit:

a. Komprehensip/komparatif

b. Terintegrasi dan lintas departemen

c. Proses pengambilan keputusan yang rasional

d. Bersifat jangka panjang


e. Spesifikasi tujuan dan pemerigkatan prioritas

f. Analisis total cost dan benevit (termasuk opportunity cost).

g. Berorientasi pada input, output, dan outcome, bukan sekedar input

h. Adanya pengawasan kinerja

Paradigma new public management telah melahirkan beberapa teknik penganggaran dalam
sektor publik yaitu sebagai berikut:

1.Anggaran kinerja

Anggaran dengan pendekatan kinerja disusun untuk mengatasi berbagai kelemahan yang
terdapat dalam anggaran tradisional, khususnya kelemahan yang disebabkan oleh tidak adanya
tolak ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja dalam pencapaian tujuan dan sasaran
pelayanan publik.

Anggaran kinerja memiliki beberapa krakteristik sebagai berikut.

a. Mengklasifikasikan akun-akun dalam anggaran berdasarkan fungsi dan aktivitas serta


unit organisasi dan rincian belanja.

b. Menyelidiki dan mengukur aktivitas yang diperkirakan harus di lakukan pada periode
tertentu aktivitas guna mendapatkan efisiensi maksimum dan standar biaya

c. Mendasarkan anggaran untuk periode yang akan datang pada biaya perunit standar
dikalikan dengan jumlah unit aktivitas yang diperkirakan harus dilakukan pada periode
tersebut

Penggunaan anggaran dengan pendekatan kinerja memiliki beberapa keunggulan, antara lain
adanya pendelegasian wewenang dalam pengambilan keputusan merangsang partisipasi dan
memotivasi unit kerja, pengalokasian dana secara optimal dengan didasarkan efisiensi unit kerja,
dan menghindari pemborosan. Namun, anggaran kinerja juga memiliki beberapa kelemahan
yaitu:
a. Hanya sedikit dari pemerintah pusat dan daerah yang memiliki staf anggaran atau
akuntansi yang memiliki kemampuan memadai untuk mengidentifikasi unit pengukuran
dan melaksanakan analisis biaya

b. Banyak jasa dana aktivitas pemerintah tidak dapat langsung terukur dalam satuan unit
output atau biaya perunit yang dapat dimengerti dengan mudah.

c. Akun-akun dalam pemerintahan telah secara khusus dibuat dengan dasar anggaran yang
dikeluarkan (cash basis). Hal ini membuat pengumpulan data untuk keperluan
pengukuran kinerja sangat sulit, bahkan kadang kala tidak memungkinkan.

d. Aktivitas langsung diukur biayanya secara detail dan dilakukannya pengukuran lainnya
tanpa adanya pertimbangan yang memadai apakah aktivitas tersebut perlu atau tidak

2.Program bugedting

Pendekatan ini menekankan pada efektivitas penyusunan anggaran. Anggaran disusun


berdasarkan pekerjaan atau tugas yang akan di jalankan. Metedo penganggaran ini menekankan
bahwa keputusan penganggaran harus didasarkan pada tujuan-tujuan atau dari output-output dari
aktivitas pemerintahan dari pada input untuk menghasilkan barang dan jasa pemerintah.
Teknologi penganggaran ini tergantung pada metodologi-metodologi dari program peramalan
dan analisis sistem.

3.Zero Based Budgeting (ZBB)

Penyusunan anggaran dengan menggunakan pendekatan zero based budgeting (ZBB)


dapat mengatasi kelemahan pendekatan incrementalism dan line-item karena anggaran
diasumsikan mulai dari nol (zero-based). Line item budget membagi pengeluaran (belanja)
kedalam item-item yang rinci dari belanja pemerintah dan tampak lebih mengutamakan
pengendalian biaya dan meningkatkan efisiensi sehingga menghasilkan disiplin fiskal. Line item
budget tidak menyediakan informasi tentang tujuan program atau pencapaiannya, sehingga tidak
memadai untuk menghubungkan pengeluaran (pemerintah) dengan kinerja public atau untuk
pembuatan pilihan antara lokasi sumber daya alternstif.
Dalam penyusunan zero based budgeting tahun ini, tidak berdasarkan pada tahun lalu,
tetapi berdasarkan kebutuhan saat ini. Keunggulan penggunaan ZBB ini adalah dapat
menghasilkan alokasi sumber daya secara efesien, fokus pada value for money, dan
memudahkan untuk mengidentifikasi terjadinya enefisiensi dan ketidakefektifan biaya. Namun,
seperti pendekatan yang lainnya, ZBB juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu proses
penyusunan anggaran memakan waktu yang lama, terlalu teoritis dan tidak praktis,
membutuhkan biaya yang besar dan menekankan manfaat jangka pendek. Dalam
mengimplementasikan ZBB kadang menimbulkan masalah keprilakuan di dalam organisasi.

4.Planning, programming, and the budgeting system (PPBS)

Planing, programming, and the budgeting system merupakan suatu anggaran dimana
pengeluaran secara primer dikelompokkan dalam aktivitas-aktivitas yang didasarkan pada
program kerja dan secara skunder didasarkan pada jenis atau karakter objek dan kinerja. Konsep
PPBS merupakan konsep yang memandang bahwa penyusunan anggaran merupakan bagian
yang tidak dapat dipisahkan dari proses perencanaan dan perumusan program kegiatan suatu
organisasi PPBS merupakan upaya sistematis yang memperhatikan integrasi dari perencanaan,
pembuatan program, dan penganggaran.

Pada PPBS, sasaran, manfaat, dan tujuan harus diterjemahkan secara eksplisit sehingga
program strategis yang berorientasi pada hasil dapat diidentifikasi, sehingga akan menghasilkan
informasi yang membantu dalam pengalokasian sumber daya secara efektif. Untuk
pengimplementasian PPBS, suatu organisasi harus mengembangkan kemampuan analisisnya
untuk memahami secara mendalam tujuan organisasi, termasuk kemampuan mengembangkan
program beserta indikator hasil untuk mencapai tujuan.

Kelebihan dari PPBS adalah memudahkan dalam pendelegasian tanggung jawab dari
atasan kepada bawahan, dalam jangka panjang dapat mengurangi beban kerja, dapat
memperbaiki kualitas pelayan melalui pendekatan standart biaya dalam perncanaan program, dan
menghilangkan program yang over lapping. Sedangkan kelemahan PPBS adalah dalam
pengimplementasiannya membutuhkan biaya yang besar, karena sistem anggaran ini
membutuhkan sistem informasi yang canggih, ketersediaan data yang lengkap, adanya sistem
pengukuran dan staf yang memiliki kapabilitas tinggi, sehingga ini mengakibatkan sulitnya
sistem untuk diimplementasikan. Penetapan tujuan dan sasaran yang tidak jelas baik dalam
organisasi atau unit organisasi menambah kompleksitas masalah. Indicator kinerja sering kali
salah merepresentasikan capaian kinerja yang seharusnya. Atau, indicator kinerja terlalu
menyederhanakan ukuran-ukuran kinerja pelayanan sektor public yang umumnya bersifat
multidimensi.

Tidak adanya kepastian konsekuensi yang jelas atas penerapan anggaran berbasis kinerja
baik penghargaan bagi pihak yang telah menunjukkan peningkatan kinerja atau sebaliknya dapat
menciderai keseriusan usaha reformasi anggaran ini. Anggaran berbasis kinerja (ABK)
memerlukan ukuran yang pasti dalam mengukur efesiensi anggaran yaitu analisis standart
belanja (ASB) dan standart pelayanan minimal (SPM). Realitas yang ada bahwa pemerintah
provinsi/ kkabupaten/kota di Indonesia, setelah memasuki ke tahun 9 penerapan ABK, masih
belum atau baru menyusun dan menerapkan ASB dan SPM, sehingga pengukuran efesiensi
anggaran belum dapat dilakukan.

G. PENGANGGARAN DAN STANDAR PELAYAN MINIMAL (SPM)


Tujuan penyusunan anggaran adalah untuk mendukung terselenggaranya penyediaan
pelayanan dasar yang bermuara pada penciptaan kesejahteraan masyarakat. Menurut
permendagri nomor 6 tahun 2007 pasal 4 pelayanan dasar adalah bagian dari pelaksanaan urusan
wajib pemerintah dan memiliki karakteristik sebagai pelayanan yang sangat mendasar, berhak di
peroleh oleh setiap warga secara minimal, dijamin ketersediaannya oleh konstitusi dan konvensi
internasional, didukung data dan informasi terbaru yang lengkap, serta tidak menghasilkan
keuntungan materi.

SPM memiliki batas waktu pencapaian baik secara nasional maupun daerah jadi, SPM
merupakan bentuk dokumen teknis dari penyediaan pelayanan dasar, sedangkan pelayanan dasar
merupakan bagian dari urusan wajib pemerintah. Pada konteks pemerintah daerah, rencana
pencapaian SPM dituangkan dalam rencana pembangunan jangka menengah daerah dan rencana
strategis satuan kerja perangkat daerah (renstra-SKPD).
Target pencapaian SPM harus dapat diukur dengan cara menetapkan gambaran dan
kondisi awal suatu daerah berdasarkan kemampuan dan potensi daerah serta profil pelayanan
dasar dan memberikan target pencapaian dalam batas waktu yang ditentukan. Target ayng telah
di capai akan menjadi dasar dalam mencapai target dimasa mendatang target tahunan pencapaian
SPM dituangkan ke dalam rencana kerja pemerintah daerah (SKPD), rencana kerja satuan kerja
perangkat daerah (renja SKPD), kebijakan umum anggaran (KUA), rencana kerja dan anggaran
satuan kerja perangkat daerah (RKA-SKPD) sesuai klasifikasi belanja daerah dengan
mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah. Selanjutnya RKA-SKPD yang sudah memuat
berbagai program dan kegiatan terkait SPM menjadi bahan penyusunan raperda APBD hingga
penetapan perda APBD.

Dalam mengukur kemampuan keuangan, pemerintah harus mengetahui anggaran


sebelum diimplementasikannya SPM. Anggaran memiliki peran penuh dalam implementasi
SPM. Oleh karena itu, perlu untuk menghitung besarnya belanja perkapita untuk menyediakan
pelayanan publik tertentu sehingga dapat memberikan gambaran kebutuhan anggaran yang
diperlukan untuk membiayai SPM. Analisis kebutuhan anggaran ini kemudian di selaraskan
dengan target SPM yang telah di tetapkan. Setiap program yang memuat kegiatan dapat dihitung
kebutuhan anggarannya dengan menggunakan analisis standar belanja (ASB)

Adapun tahapan mekanisme penganggaran kegiatan-kegiatan untuk mencapainya SPM


adalah sebagai berikut:

1. Menyelaraskan antara capaian SPM yang terdapat di RPJMD dengan program-program


urusan wajib pemerintah ke dalam kebijakan umum anggaran ( KUA) serta prioritas dan
plafon anggaran sementara (PPAS).

2. Menyusun rincian kegiatan untuk masing-masing program dalam rangka pencapaian


SPM dengan mengacu pada indicator kinerja, dan batas waktu pencapaian SPM yang
telah ditetapka oleh pemerintah.

3. Menentukan urusan prioritas kegiatan-kegiatan untuk mencapai SPM. Salah satu metode
untuk menentukan prioritas kegiatan adalah dengan metode analytic hierarchy process
(AHP).
4. Menentukan besarnya plafon anggaran untuk masing-masing kegiatan dengan
menggunakan ASB.

Sebagaimana dijelaskan diatas, penganggaran memiliki peranan yang penting dalam kesuksesan
penerapan SPM. Tanpa anggaran yang memadai dan mencukupi, pemerintah tidak dapat
melaksanakan SPM sesuai dengan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, harus memperhatikan
prinsip-prinsip perhitungan anggaran pada SPM, meskipun menggunakan pendekatan
pembiayaan berbasis kegiatan sebagai berikut:

1. Pembiayaan mengacu kepada program atau langkah kegiatan.

2. Investasi fisik hanya untuk sarana/prasarana yang terkait langsung dengan penerapan
SPM.

3. Tidak menghitung kebutuhan belanja secara keseluruhan dan menghitung seluruh


langkah kegiatan tanpa memandang sumber biaya.

4. Perhitungan kebutuhan biaya dengan memperhatikan capaian tahun sebelumnya.

5. Tidak menghitung kebutuhan belanja perunit kerja.


BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan
1. Anggaran Sektor Publik juga merupakan perencanaan finansial tentang perkiraan
pengeluaran dan penerimaan yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang dengan
melihat data yang diperoleh dari masa lalu sebagai acuan penetapan anggaran.

2. Anggaran sektor publik harus dapat memenuhi kriteria, antara lain merefleksikan
perubahan prioritas kebutuhan dan keinginan masyarakat serta menentukan penerimaan
dan pengeluaran departemen-departemen pemerintah atau pemerintah daerah.
Anggaran sektor publik dibuat untuk membantu menentukan tingkat kebutuhan
masyarakat, seperti listrik, air bersih, kualitas kesehatan, pendidikan, dan lain-lain agar
terjamin secara layak. Maka dari itu tingkat kesejahteraan masyarakat dipengaruhi oleh
keputusan yang diambil oleh pemerintah melalui anggaran yang dibuatnya.

B. Saran
Demikian pokok bahasan contoh makalah ini yang dapat kami paparkan. Besar harapan
kami makalah ini dapat bermanfaat untuk berbagai kalangan. Karena keterbatasan pengetahuan
dan referensi , penulis menyadari makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran dan
kritik yang membangun sangat di harapkan agar makalah ini dapat disusun menjadi lebih baik
lagi dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

Halim, Abdul. 2013. Akuntansi Sektor Publik: Dari Anggaran Hingga Laporan Keuangan Dari
Pemerintah Hingga Tempat Ibadah. Jakarta: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai