Anda di halaman 1dari 19

PUBLIC RELATION DALAM ISLAM

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Syariah

Disusun oleh: Kelompok 7

1. Riyan Yudinata (2002050020)


2. Siti Nuraini (2002050037)

Dosen Pembimbing: Syahrul, S.H.I., M.A.

PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM DAAR

AL-UULUM ASAHAN

TA 2022/2023
A. Pendahuluan

Public relations merupakan bagian dari seni dari prilaku sosial manusia
untk menciptakan seni tersebut agar lebih terarah tidak terlepas dari manajemen,
dengan adanya manajemen dapat memberikan sebuah penataan dalam komunikasi
terhadap prilaku sosial manusia untuk mencapai tujuah yang telah ditetapkan
sebelumnya.

Public Relations dalam Islam dapat dikatakan sebagai dakwah pengenalan


Islam. Dakwah ini berfungsi sebagai pengenalan Islam kepada masyarakat.
Seorang pendakwah atau orang yang mensosialisasikan Islam pada masyarakat
yang paling sukses adalah nabi Muhammad SAW. Defenisi dalam perspektif
Islam, Public relations adalah upaya terencana dan berkesinambungan untuk
menciptakan dan membina komunikasi dan saling pengertian antara organisasi
dan publiknya berdasarkan prinsip-prinsip Islam dan nilai-nilai Islam.Masyarakat
adalah kumpulan sekian banyak individu kecil atau besar yangterikat oleh satuan,
adat, ritus atau hukum khas,dan hidup bersama. Demikian satu dari sekian
banyakdefinisinya.

B. Pengertian Public Relation

Kata public relations berasal dari bahasa Inggris yang diterjemahkan ke


dalam bahasa Indonesia menjadi hubungan masyarakat atau humas. Seperti yang
disampaikan oleh Onong Uchjana Effendy dalam bukunya yang berjudul
“Hubungan Masyarakat”, bahwa kurang tepatnya terjemahan public relations
menjadi hubungan masyarakat, menyangkut makna istilah public. Terjemahan
relations menjadi “hubungan” dapat dinilai tepat, tetapi terjemahan public menjadi
“masyarakat” tampaknya kurang kena, sebab “masyarakat” mengarah ke
pengertian society, sedangkan sasaran kegiatan public relations bukanlah seluruh
manusia yang menghuni suatu wilayah di sebuah negara.1

1
Ropingi el Ishaq, Kuliah Public Relations: Pengantar & Praktik, (Kediri: STAIN Kediri
Press, 2015), hal. 1.

1
Public relations adalah suatu kegiatan untuk menanamkan dan
memperoleh pengertian, goodwill, kepercayaan, serta apresiasi pada/dari publik.
Public relations merupakan bagian dari seni dari prilaku sosial manusia untk
menciptakan seni tersebut agar lebih terarah tidak terlepas dari manajemen,
dengan adanya manajemen dapat memberikan sebuah penataan dalam komunikasi
terhadap prilaku sosial manusia untuk mencapai tujuah yang telah ditetapkan
sebelumnya.2

Public Relations dalam Islam dapat dikatakan sebagai dakwah pengenalan


Islam. Dakwah ini berfungsi sebagai pengenalan Islam kepada masyarakat.
Seorang pendakwah atau orang yang mensosialisasikan Islam pada masyarakat
yang paling sukses adalah nabi Muhammad SAW. Defenisi dalam perspektif
Islam, Public relations adalah upaya terencana dan berkesinambungan untuk
menciptakan dan membina komunikasi dan saling pengertian antara organisasi
dan publiknya berdasarkan prinsip-prinsip Islam dan nilai-nilai Islam. Public
relation dalam Islam memerlukan suatu kode etik yang berdasarkan Al-Qur’an
dan Hadis, karena Al-Qur’an adalah firman Allah SWT dan Al-Hadis adalah
penuturan, perbuatan, tindakan atau pengkuan Rasulallah SAW yang mempunyai
pribadi yang mulia.3 Al-Qur’an memberikan tuntunan tentang bagaimana
membangun hubungan yang baik dengan sesama kaum Muslimin, memberikan
sebuah sistem yang mengajak untuk saling menghormati satu sama lain, dan
menjauhkan diri untuk saling mencaci dan membenci. Allah berfirman dalam
Surah Al-Hujurat ayat 11:4

‫َسى‬ ٓ ٰ ‫ خَ ْيرًا ِّم ْنهُ ْم َواَل نِ َس ۤا ٌء ِّم ْن نِّ َس ۤا ٍء ع‬X‫َسى اَ ْن يَّ ُكوْ نُوْ ا‬ ٓ ٰ ‫م ع‬Xٍ ْ‫م ِّم ْن قَو‬Xٌ ْ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا اَل يَ ْسخَرْ قَو‬
ُ ْ‫س ااِل ْس ُم ْالفُسُو‬
‫ق بَ ْع َد ااْل ِ ْي َما ۚ ِن‬ َ ‫ب بِْئ‬ِ ۗ ‫ بِااْل َ ْلقَا‬X‫ اَ ْنفُ َس ُك ْم َواَل تَنَابَ ُزوْ ا‬X‫اَ ْن يَّ ُك َّن َخ ْيرًا ِّم ْنه ۚ َُّن َواَل ت َْل ِم ُز ْٓوا‬
ٰ ‫ك هُم‬ ٰۤ ُ
َ‫الظّلِ ُموْ ن‬ ُ Xَ ‫ول ِٕى‬ ‫َو َم ْن لَّ ْم يَتُبْ فَا‬

2
Iwan Aprianto, Disertasi: Manajemen Public Relations dalam Meningkatkan Citra
Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta di Lingkungan Kopertais Wilayah Xiii Jambi,
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi 2021, hal. 1.
3
Sulvinajayanti, Praktik Public Relation dalam Pandangan Islam, Institut Agama Islam
Negeri (Iain) Parepare, hal. 146.
4
Ahmad Ibrahim Abu Sinn, Manajemen Syariah: Sebuah Kajian Kontemporer, (Jakarta:
PT Rajagrafindo Persada, 2006), hal. 157.

2
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok
kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan itu) lebih baik
daripada mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan
(mengolok-olok) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-
olok itu) lebih baik daripada perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu
saling mencela dan saling memanggil dengan julukan yang buruk. Seburuk-buruk
panggilan adalah (panggilan) fasik setelah beriman. Siapa yang tidak bertobat,
mereka itulah orang-orang zalim.

Terdapat etika-etika public relation dalam islam yang dilandaskan al-


Quran antara lain :

1. Amanah: ”Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah


kepada yang berhak…” (QS. An-Nisaa:58) 

2. Menepati janji: Menepati janji berarti wajib bagi muslim untuk memenuhi


setiap janji yang yang dibuat bersama, baik itu kepada muslim maupun non
muslim. ”Hai orang-orang yang beriman twepatilah janji-janjimu itu” (QS. Al-
Maidah:

3. Benar: Allah menyuruh orang-orang beriman supaya berlaku benar dan


menyertai golongan-golongan yang benar dengan firmannya, ”Hai sekalian orang-
orang yang beriman berbaktilah kepada Allah dan jadilah kamu termasuk dalam
golongan orang-orang yang benar” (QS. At-Taubah: 119)

4. Ikhlas: Ikhlas berarti melakukan sesuatu pekerjaan semata karena Allah Swt.


Dan tidak karena mengharap balasan, pujian atu kemashuran. Dalam Al- qur’an
Allah Swt meminta pada setiap muslim supaya ikhlas dalam beribadah, ”dan
mereka hanya diperintahkan menyembah Allah dengan tulus ikhlas. (QS. Al-
Baiyinah: 5)

5. Adil: Adil berarti memberikan hak kepada orang yang berhak tanpa


menguranginya. Berlaku adil kepada sesama manusia,baik muslim maupun non
muslim adalah perintah Allah sebagaimana firman-Nya berbunyi, ”Sesungguhnya
Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan dan memberi kamu

3
kerabat dan Allah melaranng dari perbuatan keji, kemungkaran dan
permusuhan…” (QS. An-Nisaa:58)

6. Sabar: Sabar berarti tabah manghadapi ujian, cobaan dan kesulitan Allah swt.
Sangat suka pada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa
musibah,mereka mengucapkan: Innaa lallaahi wa innaa ilaihi raajiun.” (QS. Al-
Baqarah: 155-156). Ayat lainnya: ”… Mereka tidak lesu dan tidak pula
menyeerah. Allah menyukai orang-orang yang bersabar. (QS. Ali-Imran: 146)

7. Kasih Sayang: Kasih sayang kepada sesama manusia terutama kepada sesama


manusia yang seagama dipandang tinggi dan digalakkan oleh Islam. Firman Allah
swt. Dalam al-Qur’an: ”Mereka saling berpesan dengan kesabaran, mereka saling
berpesan dengan kasih sayang” (QS. Al-Balad:17) dan rasul juga bersabda: ”siapa
yang tidak bersifat kasih kepada yang ada dibumi, diapun tidak dikasihi oleh yang
dilangit.” (Thabrani)

8. Pemaaf: Memaafkan kesalahan dan kekhilafan orang sangatlah dianjurkan oleh


Islam. Allah swt. Berfirman: ” dan hendaklah mereka memaafkan dan merelakan.
Tidaklah kamu suka bahwa Allah mengampunidosamu? Allah maha penyayang
lagi pengasih” (QS An-Nur:22)

9. Kuat: Kekuatan yang diperlukan bukan hanya kekuatan jasmani, melainkan


juga dasri segi rohani dan pikiran. Kekuatan rohani ini berfungsi untuk melawan
cobaan, godaan dan gangguan. Dalam membina kekutan ini Allah berfirman:
”Dan janganlah kamu bersifat lemah…”(QS. Al-Imran: 139).5

Tujuan dari public relation adalah untuk menciptakan hubungan harmonis


antara negara dengan penduduknya, serta untuk menciptakan opini publik yang
positif mengenai negara tersebut.6 Tujuan tersebut akan terwujud jika terdapat
informasi yang akurat, stabilitas sosio-politik dan kontribusi masyarakat.7

5
Aulania Silviananda, Public Relation dan Islam Beserta contohnya,
http://assignment31.blogspot.com/2018/01/public-relation-dan-islam-beserta.html diakses pada
tanggal 12 Januari 2018.
6
Sulvinajayanti, hal. 139.
7
Ahmad Ibrahim Abu Sinn, op.cit, hal. 158.

4
1. Informasi Akurat (Sosiologi)

Dalam Islam, public relation dikenal dengan dakwah yang bertujuan untuk
mengenalkan Islam pada manusia. Pertama kali Islam berdakwa, masyarakat
Islam masih berada dalam masa kejahiliyahan dan mempunyai moral yang buruk.
Bermula pada saat itulah Nabi Muhammad saw mendapat utusan dari Allah untuk
membenahi moral dan budi pekerti masyarakat. Langkah awal, Rasulullah
berdakwa kepada keluarga dan sanak kerabat terdekat secara sembunyi-sembunyi,
kemudian terang-terangan yaitu orang-orang terdekat dalam kehidupan mereka,
sampai Islam diterima masyarakat sekitar (Arab) dan akhirnya menyebar ke
seluruh dunia. Dakwah ini dilakukan dengan pertemuan personal, menjelaskan
nilai-nilai Al-Qur’an dan menyampaikan informasi bahwa orang yang beriman
akan mendapat pahala, dan orang kafir akan mendapat siksa. Rasul berhasil
merubah suasana peradaban Arab dari zaman kejahiliyahan menjadi masyarakat
yang beriman dan bertauhid.

2. Stabilitas Sosio-Politik

Rasulullah menyebarkan agama Islam dengan kalimat yang fasih, metode


yang estetik, dan kuatnya pengaruh Al-Qur’an. Agar masyarakat bisa menerima
kebenaran risalah yang dibawa, Rasulullah dan para sahabat menggunakan
metode argumen rasional dan menunjukkan bukti-bukti, bukan dengan menakut-
nakuti atau mengintimidasi. Metode ini berdasarkan petunjuk Allah dalam firman-
Nya surah An-Nahl ayat 125 yang artinya: Serulah (manusia) kepada jalan
Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan
mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih
mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
siapa yang mendapat petunjuk.

Nabi Muhammad saw berhasil menyebarluaskan Islam dengan waktu yang


singkat ke seluruh dunia. Meskipun dalam proses penyebarluasan agama Islam
melalui berbagai rintangan, namun pada akhirnya dunia menyaksikan Islam dalam

5
waktu singkat menyebar dari Arab menyusuri Asia, Afrika, hingga di seberang
Eropa. Menurut Faruq Al-Hasbi berdasarkan tulisan L. Stoddart, bangkitnya Islam
merupakan suatu peristiwa paling menakjubkan dalam sejarah manusia. Hanya
dengan waktu singkat yakni satu abad, Islam hampir mengenai seluruh bagian
bumi. Dari sebuah suku yang terbelakang dan berada di padang tandus, Islam
mampu menghancurkan kerajaan-kerajaan besar dan memusnahkan beberapa
agama besar yang sudah bernama sebelumnya. Nabi Muhammad saw
mengadakan revolusi berfikir dalam jihad dan bangsa, serta membina satu dunia
baru, yaitu dunia Islam.8

3. Kontribusi ((Team Building, Partisipasi)

Konsepsi musyawarah dalam persoalan dunia, agama, perang, kesepakatan


damai merupakan kelaziman yang diwajibkan Allah dalam kehidupan kaum
Muslim. Rasulullah tidak menetapkan sebuah keputusan, kecuali telah
dimusyawarahkan dengan para sahabat. Banyak peristiwa yang menunjukkan
bahwa keputusan yang diambil Rasul berdasarkan pendapat seorang sahabat,
terutama terkait dengan persoalan perang, ekonomi, politik atau manajemen
pemerintah. Untuk memantapkan konsep syura, Rasulullah membentuk majelis
syura yang beranggotakan 14 orang sahabat yang dikenal dengan ketinggian
intelektual yang dimiliki, kedalaman ilmu agama, analisis yang tajam dan
pengalaman yang memadai. Konsep ini kemudian diteruskan Khulafaur Rasyidin
dengan menjadikan Rasul sebagai panutan. Khalifah Umar bin Khattab berkata:
"Pendapat satu orang seperti jahitan pakaian yang tipis, pendapat dua orang akan
memperkuat jahitan, dan pendapat tiga orang dan lebih, tidak akan pernah rusak."

Secara harfiyah, majelis adalah tembaga atau sekelompok orang yang


merupakan satu kesatuan yang memiliki tujuan bersama. Sedangkan syura adalah
musyawarah atau meminta pendapat orang lain tentang suatu masalah yang
dipertanyakan. Jadi, Majelis Syura merupakan lembaga yang memperbincangkan
suatu masalah serta menetapkan keputusan bersama tentang suatu masalah
8
Sulvinajayanti, hal. 140.

6
menyangkut kemaslahatan umat. Majelis syura adalah sarana yang digunakan
rakyat atau wakilnya untuk membicarakan kemaslahatan umat. Sejalan dengan
pendapat tersebut, maka rakyatlah yang berhak untuk menentukan nasibnya serta
menentukan siapa yang akan mereka angkat sebagai penguasa sesuai dengan
kemaslahatan umum yang mereka inginkan. 9

Dengan adanya musyawarah akan memberikan kekuatan kepada kaum


Muslimin dan mempererat hubungan dan interaksi di antara mereka. Musyawarah
merupakan media untuk melahirkan pemikiran universal, pemahaman kolektif,
memperkuat semangat persaudaraan di antara mereka. Dengan musyawarah,
setiap pribadi Muslim merasa bahwa ia adalah bagian dari kaum Muslimin secara
luas yang diakui kehadirannya sebagai manusia yang memiliki kehormatan dan
kemuliaan.

Pada masa Rasul dan Khulafaur Rasyidin, musyawarah dijadikan ajang


untuk bertukar pendapat, pengalaman ataupun menyerap aspirasi rakyat dalam
aspek kehidupan. Pertemuan itu juga dijadikan media untuk melakukan training
guna meningkatkan kemampuan pegawai dalam melaksanakan persoalan umat.
Masing-masing gubernur dan pegawai saling tukar pengalaman dan pendapat
untuk mengatasi persoalan manajemen pemerintahan. Dengan adanya pertemuan
ini, diharapkan mampu meningkatkan pengalaman dan kemampuan dalam
menjalankan manajemen pemerintahan.10

C. Karakteristik dan Keistimewaan Public Relation

1. Kejujuran

Kejujuran merupakan sifat utama yang dibutuhkan oleh seorang da’i atau
pemimpin, karena sifat ini akan melahirkan kepercayaan publik (rakyat), dan
sosialisasi kebijakan akan berjalan lancar. Perkataan yang harus disampaikan
9
Hannan Putra, Ensiklopedi Islam: Awal Mula Istilah Majelis Syura,
https://www.republika.co.id/berita/n0x0bm/ensiklopedi-islam-awal-mula-istilah-majelis-syura diakses pada
tanggal 13 Februari 2014.

10
Ahmad Ibrahim Abu Sinn, op.cit, hal. 162.

7
kepadanya harus tepat dan argumentatif. 11
Menurut Keraf jujur dan setia serta
merasa terhormat pada profesi yang disandangnya, mengakui kelemahannya dan
tidak menyombongkan diri, serta berupaya terus untuk mengembangkan diri
dalam mencapai kesempurnaan bidang keahlian dan profesinya melalui
pendidikan, pelatihan, dan pengalaman. Di samping itu, tidak akan melacurkan
profesinya untuk tujuan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan demi tujuan
materi semata atau kepentingan sepihak. Kejujuran dalam Islam memiliki
kedudukan yang penting. Sebab melalui kejujuran, kebenaran dapat ditegakkan.
Dalam QS Al-Ahzab/33:70 Allah Swt berfrman, yang artinya, “Wahai orang-
orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan
yang benar”.

Itu artinya, sebagai orang yang beriman kepada Allah, manusia dituntut
untuk jujur, mengatakan hal yang benar sesuai dengan keadaan yang sebenarnya
dan tidak berlawanan dengan apa yang dikerjakan. Dalam Islam, dosa hukumnya
bila seorang Muslim mengatakan sesuatu, tetapi tidak sesuai dengan apa yang ia
kerjakan. Tidak diperbolehkan dalam Islam bagi seorang PR Muslim yang
menjalankan profesinya dengan cara berbohong, dengan mengatakan hal- hal
yang baik mengenai organisasinya tetapi apa yang dikatakan tersebut tidak
dilakukan.12

2. Transparansi

Transparansi dalam tata kelola pemerintahan islam itu sangat perlu karena
dengan adanya transparansi maka tidak ada kemungkinan yang tertutupi di dalam
pemerintahan. pada umumnya tata kelola pemerintahan yang bersih dan baik
menjadi perhatian karena peran pemerintah sangat mendominasi dalam berbagai
langkah awal untuk membangun pemerintahan yang baik, bersih, transparan dan

11
Dian Iskandar Jaelani, Manajemen Public Relations (Humas) Pendidikan Islam: Kajian
Tematik Al Quran dan Hadits, Jurnal Pendidikan Islam, Volume 3, Nomor 2, Juli-Desember
2018, hal. 80.
12
Trimanah, Diah Wulandari, Prinsip Public Relations dalam Ajaran Islam Menurut
Persepsi Anggota Perhumas Jawa Tengah, Mediator: Jurnal Komunikasi, Vol 11 (1), Juni 2018,
66-74, hal. 70-71.

8
akuntabel, tetapi masih banyak mengalami hambatan yang besar di dalam
pemerintahan. untuk mewujudkan pemerintahan yang baik harus sesuai dengan
prinsip-prinsip dasar good governance atau dipadukan dengan hukum islam sesuai
dengan prinsip-prinsip dasar hukum islam (al-qiyam al-asasiyah) dalam hal ini ini
konteks pendekatan ushul fiqih mempunyai teori pertingkatan norma.

Konsep transparansi (transparency) dalam ajaran agama Islam, telah


disebutkan Allah SWT sejak 1400 tahun yang lalu dalam firmannya yang
menyebutkan, "Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak
secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan
hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan
janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya,
maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu
mengimlakan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah
Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya Janganlah
saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan
janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas
waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah." (QS 2:282).

Bahkan pada masa Nabi Muhammad Saw dan para sahabat sudah
menerapkan transparansi dan akuntabilitas di dalam pemerintahannya baik itu
menyangkut ekonomi, politik, dan kegiatan lainnya. Rasulullah Saw selalu
menekankan kejujuran, rasulullah menyampaikan : "janganlah kamu
memperhatikan banyaknya shalat dan puasanya, jangan pula kamu perhatikan
banyaknya haji dan kesholehannya, tetapi perhatikanlah kejujurannya dalam
menyampaikan informasi dan menjalankan amanatnya."

Dengan begitu pentingnya transparansi dalam ranah pemerintahan


berkaitan dengan keterbukaan pemerintahan dalam membuat kebijakan-kebijakan,
dengan demikian dapat diketahui dan diawasi oleh pihak pemerintahan dan
masyarakat. Transparansi pada akhirnya akan menciptakan pemerintahan yang
bersih, efisien, efektif, akuntabel dan responsif terhadap aspirasi dan kepentingan

9
masyarakat, dengan begitu transparansi sangat dibutuhkan untuk meningkatkan
kepercayaan kinerja pemerintah pada masyarakat.

Dengan adanya transparansi di dalam tata kelola pemerintahan,


masyarakat dapat mengetahui dan mengawasi progres dan tingkat keberhasilan
program pemerintahan yang direncanakan. Transparansi dan keterbukaan
pemerintah menjadi hal penting untuk menuju kemajuan suatu negara. Dengan
adanya transparansi dan keterbukaan yang dilakukan oleh pemerintah akan dapat
meminimalisir tingkat korupsi yang menjadi pantologi (penyakit di dalam
pemerintahan) negara berkembang seperti indonesia sendiri. Oleh karena itu
pentingnya transparansi ini agar bisa menuju menjadi pemerintahan yang baik.

Pentingnya transparansi dalam tata kelola pemerintahan islam itu harusnya


kejujuran dari segi transparansi nya agar tidak ada yang tidak diketahui oleh
masyarakatnya, bahkan pada masa rasulullah pun transparansi sudah di tetapkan
pada masa pemerintahannya agar masyarakat percaya kepada rasulullah. Begitu
pula dengan pemerintah harus transparansi dalam segi apapun agar masyarakat
percaya dengan pemerintah, pemerintah juga melakukan kontak langsung dengan
masyarakat, dengan begitu masyarakat bisa memberikan aspirasinya.13

3. Responsif terhadap Aspirasi Rakyat

Public relation yang ditunjukkan di awal kemunculan Islam,


mencerminkan sikap pemerintah yang responsif terhadap tuntutan, aspirasi atau
persoalan rakyat. Kisah Rasulullah bersama kaum Anshor memberikan indikasi
yang jelas tentang tindakan responsif Rasulullah terhadap tuntutan dan keluhan
dari kaum Anshor. Rasul bertindak cepat menghadap kaum Anshor, seraya
menjelaskan sebab pembagian harta fai' kepada kaum Quraisy. Akhirnya, kaum
Anshor kembali dengan perasaan tenang dan bahagia.

13
Muhammad Syauqas, Pentingnya Transparansi dalam Tata Kelola Pemerintahan Islam,
https://www.kompasiana.com/muhammad46798/607ea50f3d68d54502414632/pentingnya-
transparansi-dalam-tata-kelola-pemerintahan-islam diakses pada tanggal 20 April 2021.

10
Begitu juga sikap yang ditunjukkan Khulafaur Rasyidin, mereka memiliki
perasaan yang peka dan bertindak cepat untuk mengatasi keluhan rakyat sebelum
persoalan menyebar luas di masyarakat, dan akan menurunkan kepercayaan
masyarakat terhadap pemerintah. Di antaranya sikap Umar r.a. untuk melengser
Khalid bin Walid dari jabat- annya. Khalifah Umar r.a. merasa bahwa mayoritas
kaum Muslimin tidak puas dengan keputusan pencopotan Khalid. Sikap yang
ditunjukkan Khalifah Umar r.a. mencerminkan seorang pemimpin yang responsif
terhadap keluhan dan tuntutan rakyat. Dengan kepekaan perasaan yang dimiliki,
beliau bersegera untuk menenangkan tuntutan rakyat, menjelaskan keputusan dan
kebijakan yang bertentangan dengan aspirasi masyarakat luas secara cepat,
sehingga tidak berlarut-larut dan menurunkan kepercayaan rakyat. Setiap
keputusan dan kebijakan yang diambil seorang pemimpin harus disampaikan dan
dijelaskan kepada rakyat, sehingga mereka akan tenang dan tentram dalam
kehidupan. Sehingga, tidak menimbulkan protes, demonstrasi atau tuntutan
kepada pemimpin.14

4. Suri Teladan

Rahasia kesuksesan mengenalkan pemikiran, konsep, keyakinan atau


falsafah hidup bergantung pada sejauh mana pemilik pemikiran atau konsep
tersebut mampu menerapkan sesuatu yang dikenalkan dalam bentuk perilaku dan
akhlak kehidupannya. Artinya, bagaimana ia mem- berikan contoh dan panutan
atas nilai-nilai yang didakwahkan, sebelum ia menuntut orang lain untuk
melakukan hal yang sama. Dilihat dari karakter dasar manusia, mereka cenderung
condong dan mengikuti figuritas yang ditunjukkan para tokoh, pemimpin, hakim
atau filosof.

Seorang pengajar dan pendidik memberikan contoh dan teladan tentang


perilaku dan akhlak mulia, sehingga diharapkan anak didiknya mau mengikutinya.
Di samping itu, mereka juga menunjukkan ketokohannya, keberanian, kemajuan,
kemampuan intelektual, gaya bicara dan interaksi sosial yang baik. Pada zaman
14
Ahmad Ibrahim Abu Sinn, op.cit, hal. 166-167.

11
dahulu, para Nabi dan Rasul merupakan orang-orang pilihan yang sempurna.
Mereka dijadikan sebagai panutan dan teladan bagi para sahabat dan pengikutnya,
sehingga terbina sebuah hubungan sosial yang kondusif.

Nabi Muhammad saw adalah suri tauladan yang baik (uswatun hasanah)
dimana semua ucapan, sikap, dan perilaku beliau adalah panutan bagi setiap
muslim di dunia.15 Hal ini dikarenakan beliau memiliki akhlak yang mulia,
sebagaimana yang digambarkan dalam Alquran dalam firman-Nya: "Dan
sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung" (Al-Qalam [68]: 4)
dan dalam ayat lain, "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah" (Al-Ahzab [33]: 21).

Public relation akan menuai sukses jika menggunakan suri tauladan


(Qudwah Hasanah) sebagai media untuk mempopulerkan sesuatu. Jika para
pemimpin atau pegawai yang berada di lingkungan pemerintah memberikan
contoh perilaku yang baik, maka hal ini akan memberikan pengaruh positif
terhadap sikap dan perilaku masyarakat.16

D. Komunikasi Langsung

Pertemuan secara personal dengan komunikasi langsung merupakan media


yang paling efektif untuk membangun sebuah kesepahaman dan mencegah
terjadinya miskomunikasi antara penyampai informasi dan sang penerima, jika
menggunakan media lain, sebuah kesalahpahaman yang akhirnya membuat
informasi tidak efektif dan tidak memberikan pengaruh yang berarti. Dengan
komunikasi langsung memungkinkan untuk terjadi diskusi, tukar pemikiran, adu
argumen, dan penyempurnaan bukti-bukti. Sehingga, akan meminimalisasi
terjadinya kesalahpahaman, oposisi dan protes keras dari masyarakat. Dengan
adanya komunikasi langsung ini memungkinkan bagi pemerintah untuk menyerap
15
Andrizal Mxp, Public Relations Ala Nabi Muhammad SAW (Part 1),
https://www.kompasiana.com/rizalsxe/55beccc2b292736b050600cd/public-relations-ala-nabi-
muhammad-saw-part-1 diakses pada tanggal 3 Agustus 2015.
16
Ahmad Ibrahim Abu Sinn, op.cit, hal. 169.

12
aspirasi rakyat secara sempurna, sehingga ia bisa menentukan kebijakan-kebijakan
yang mengakomodir kepentingan dan sesuai dengan kondisi rakyat. Komunikasi
ini akan membangun rasa saling sayang dan memahami, menghilangkan beban
dan pikiran, serta menguatkan ikatan hubungan dan persaudaraan.

Komunikasi langsung merupakan media dakwah yang paling efektif yang


digunakan Rasulullah, baik ketika melakukan dakwah secara ter- sembunyi atau
terang-terangan. Setelah lima tahun melakukan dakwah terselubung, Allah
memerintahkan Rasul untuk mendakwahkan wahyu yang diterimanya secara
terang-terangan. Allah berfirman: "Dan berilah peringatan kepada kerabat-
kerabatmu yang terdekat, dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang
mengikuti mu, yaitu orang-orang yang beriman, Jika mereka mendurhakai mu
maka katakanlah: "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang
kamu kerjakan" (Al-Syu'ra' [26]: 214-216).

Di antara bentuk lain komunikasi langsung adalah apa yang dila- kukan
Rasulullah dengan para dai dan pembaca Alquran. Rasulullah telah
mempersiapkan dan membekali mereka dengan ilmu-ilmu agama. Kemudian
mengutus mereka datang ke kabilah-kabilah Arab untuk mengajarkan Alquran dan
Sunnah, dan menjadi corong bagi dakwah Islam. Rasulullah melakukan
komunikasi ini dalam melaksanakan dakwah bukan untuk memenuhi kebutuhan
pribadi (kebutuhan, fisik, keselamatan, kepemilikan, harga diri dan aktualisasi
diri), sebaliknya komunikasi langsung yang dikembangkan Rasulullah adalah
lebih mengutamakan kondisi dan kebutuhan komunikannya (mad,u) dan semata-
mata melaksanakan misi yang diembankan Allah SWT. Komunikasi interpersonal
secara sembunyi-sembunyi yang dilakukan Rasulullah disesuaikan dengan kondisi
dan budaya masyarakat Arab yang belum siap menerima ajaran tauhid, sekaligus
mengikuti tuntunan Allah sampai diperintahkan berdakwah secara terang-
terangan. Apa yang dilakukan Rasulullah menunjukan bahwa beliau memiliki
kompetensi komunikasi yang unggul. Rasulullah sebagai komunikator telah
menciptakan proses komunikasi menjadi efektif dengan memperhatikan kesiapan
fisik dan mental, materi yang akan disampaikan, corak komunikasi, situasi dan

13
kondisi tempat dakwah dilaksanakan. Semua itu dilakukan agar pesan yang
disampaikan sesuai dengan kebutuhan, situasi dan kondisi mad’u, sehingga pesan
dapat diterima dan dakwah dapat berjalan secara afektif dan efisien.17

Khulafaur Rasyidin merupakan penerus ajaran dan langkah-langkah yang


telah ditempuh oleh Rasulullah. Mereka melestarikan nilai-nilai yang telah
diterapkan Rasulullah dalam membina hubungan sosial yang baik di antara
anggota masyarakat. Hal ini bukanlah sesuatu yang aneh, karena mereka adalah
lulusan terbaik dari madrasah yang diajar langsung oleh Rasulullah. Mereka
mewarisi sifat-sifat Rasul yang mengajak secara kepada jalan Allah dengan
hikmah dan cara yang bijaksana.

Di antara metode yang digunakan Khulafaur Rasyidin adalah sebagai


berikut:

1. Melakukan kunjungan langsung ke wilayah-wilayah secara berkala untuk


mengetahui kondisi kehidupan rakyat dan mengawasi pemimpin yang
bertanggung jawab terhadap rakyat.
2. Melakukan perjalanan malam, berkeliling di pasar-pasar dan peru- mahan
untuk mengetahui dan meneliti kondisi kehidupan rakyat. Dengan metode
ini, Khalifah memungkinkan untuk mengetahui kesulitan hidup yang
sedang dihadapi rakyat. Sehingga, khalifah bisa bersegera untuk
memenuhi kebutuhan dan tuntutan mereka, serta menghilangkan
kesusahan dan kezaliman.
3. Menggunakan konsep musyawarah dan kerja sama untuk membina
interaksi sosial. Khulafaur Rasyidin senantiasa bermusyawarah dengan
para sahabat untuk memutuskan persoalan penting, dan selalu menampung
aspirasi dan pendapat rakyat serta menerapkan nya. Setiap keputusan yang
ditetapkan, selalu dijelaskan kepada rakyat. Jika rakyat memiliki pendapat
yang berbeda, keputusan itu akan direview dan dirumuskan kembali.18

17
Halimatus Sakdiah, Komunikasi Interpersonal sebagai Strategi Dakwah Rasulullah
(Perspektif Psikologi), Jurnal Ilmu Dakwah Vol. 15 No. 30, Juli-Desember 2016, hal. 50.
18
Ahmad Ibrahim Abu Sinn, op.cit, hal. 174-175.

14
E. Kesimpulan

Public relations adalah suatu kegiatan untuk menanamkan dan


memperoleh pengertian, goodwill, kepercayaan, serta apresiasi pada/dari publik.
Public Relations dalam Islam dapat dikatakan sebagai dakwah pengenalan Islam.
Dakwah ini berfungsi sebagai pengenalan Islam kepada masyarakat. Public
relation dalam Islam memerlukan suatu kode etik yang berdasarkan Al-Qur’an
dan Hadis, karena Al-Qur’an adalah firman Allah SWT dan Al-Hadis adalah
penuturan, perbuatan, tindakan atau pengkuan Rasulallah SAW yang mempunyai
pribadi yang mulia. Tujuan dari public relation adalah untuk menciptakan
hubungan harmonis antara negara dengan penduduknya, serta untuk menciptakan
opini publik yang positif mengenai negara tersebut. Tujuan tersebut akan terwujud
jika terdapat informasi yang akurat, stabilitas sosio-politik dan kontribusi
masyarakat.

Kejujuran merupakan sifat utama yang dibutuhkan oleh seorang da’i atau
pemimpin, karena sifat ini akan melahirkan kepercayaan publik (rakyat), dan
sosialisasi kebijakan akan berjalan lancar. Perkataan yang harus disampaikan
kepadanya harus tepat dan argumentatif. Sebagai orang yang beriman kepada
Allah, manusia dituntut untuk jujur, mengatakan hal yang benar sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya dan tidak berlawanan dengan apa yang dikerjakan.
Pentingnya transparansi dalam tata kelola pemerintahan islam itu harusnya
kejujuran dari segi transparansi nya agar tidak ada yang tidak diketahui oleh
masyarakatnya, bahkan pada masa rasulullah pun transparansi sudah di tetapkan
pada masa pemerintahannya agar masyarakat percaya kepada rasulullah. Begitu
pula dengan pemerintah harus transparansi dalam segi apapun agar masyarakat
percaya dengan pemerintah, pemerintah juga melakukan kontak langsung dengan
masyarakat, dengan begitu masyarakat bisa memberikan aspirasinya.

Setiap keputusan dan kebijakan yang diambil seorang pemimpin harus


disampaikan dan dijelaskan kepada rakyat, sehingga mereka akan tenang dan
tentram dalam kehidupan. Sehingga, tidak menimbulkan protes, demonstrasi atau
tuntutan kepada pemimpin. Public relation akan menuai sukses jika menggunakan

15
suri tauladan (Qudwah Hasanah) sebagai media untuk mempopulerkan sesuatu.
Jika para pemimpin atau pegawai yang berada di lingkungan pemerintah
memberikan contoh perilaku yang baik, maka hal ini akan memberikan pengaruh
positif terhadap sikap dan perilaku masyarakat. Dengan adanya komunikasi
langsung memungkinkan bagi pemerintah untuk menyerap aspirasi rakyat secara
sempurna, sehingga ia bisa menentukan kebijakan-kebijakan yang mengakomodir
kepentingan dan sesuai dengan kondisi rakyat. Komunikasi ini akan membangun
rasa saling sayang dan memahami, menghilangkan beban dan pikiran, serta
menguatkan ikatan hubungan dan persaudaraan.

DAFTAR PUSTAKA

Ropingi el Ishaq, Kuliah Public Relations: Pengantar & Praktik, (Kediri: STAIN
Kediri Press, 2015).

16
Iwan Aprianto, Disertasi: Manajemen Public Relations dalam Meningkatkan
Citra Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta di Lingkungan Kopertais
Wilayah Xiii Jambi, Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
2021.

Sulvinajayanti, Praktik Public Relation dalam Pandangan Islam, Institut Agama


Islam Negeri (Iain) Parepare.

Ahmad Ibrahim Abu Sinn, Manajemen Syariah: Sebuah Kajian Kontemporer,


(Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2006).

Aulania Silviananda, Public Relation dan Islam Beserta contohnya,


http://assignment31.blogspot.com/2018/01/public-relation-dan-islam-beserta.html
diakses pada tanggal 12 Januari 2018.

Hannan Putra, Ensiklopedi Islam: Awal Mula Istilah Majelis Syura,


https://www.republika.co.id/berita/n0x0bm/ensiklopedi-islam-awal-mula-istilah-majelis-
syura diakses pada tanggal 13 Februari 2014.

Dian Iskandar Jaelani, Manajemen Public Relations (Humas) Pendidikan Islam:


Kajian Tematik Al Quran dan Hadits, Jurnal Pendidikan Islam, Volume 3, Nomor
2, Juli-Desember 2018.

Trimanah, Diah Wulandari, Prinsip Public Relations dalam Ajaran Islam Menurut
Persepsi Anggota Perhumas Jawa Tengah, Mediator: Jurnal Komunikasi, Vol 11
(1), Juni 2018, 66-74.

Muhammad Syauqas, Pentingnya Transparansi dalam Tata Kelola Pemerintahan


Islam,
https://www.kompasiana.com/muhammad46798/607ea50f3d68d54502414632/
pentingnya-transparansi-dalam-tata-kelola-pemerintahan-islam diakses pada
tanggal 20 April 2021.

17
Andrizal Mxp, Public Relations Ala Nabi Muhammad SAW (Part 1),
https://www.kompasiana.com/rizalsxe/55beccc2b292736b050600cd/public-
relations-ala-nabi-muhammad-saw-part-1 diakses pada tanggal 3 Agustus 2015.

Halimatus Sakdiah, Komunikasi Interpersonal sebagai Strategi Dakwah


Rasulullah (Perspektif Psikologi), Jurnal Ilmu Dakwah Vol. 15 No. 30, Juli-
Desember 2016, hal. 50.

18

Anda mungkin juga menyukai