MEDIASI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Acara Perdata di
Indonesia
Dosen pembimbing: Mukhlis Pulungan, S.Ag., M.E.I
Oleh : Kelompok 3
1. Ilham Romadhona (2002050030)
2. Yulfiza Khomsi (2002050051)
Segala puji bagi Allah SWT. Karena atas rahmat dan kasih sayang-Nya, atas
anugerah hidup serta kesehatan yang telah saya terima, dan petunjuk-Nya
sehingga saya bisa menyusun makalah ini. Di makalah ini, saya sebagai penyusun
hanya sebatas ilmu yang bisa saya sajikan dengan judul “Putusan Gugur, Verstek,
Litigasi dan Mediasi
”.
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..........................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................ii
BAB I PEMBAHASAN
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Putusan Gugur..............................................................................................2
B. Putusan Verstek............................................................................................6
a. Kesimpulan................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Putusan gugur adalah putusan yang menyatakan bahwa
gugatan/permohonan gugur karena penggugat/pemohon tidak pernah hadir,
meskipun telah dipanggil sedangkan tergugat hadir dan mohon putusan.
Pengguguran gugatan diatur dalam Pasal 124 HIR, “jika penggugat datang
tidak datang menghadap pengadilan negeri pada hari yang ditentukan itu,
meskipun ia dipanggil dengan patut, atau tidak pula menyuruh orang lain
menghadap mewakilinya maka surat gugatannya dianggap gugur dan penggugat
dihukum biaya perkara; akan tetapi penggugat berhak memasukan gugatannya
sekali lagi, sesudah membayar biaya perkara yang tersebut tadi”. Putusan verstek
atau in absentia adalah putusan tidak hadirnya tergugat dalam suatu perkara
setelah dipanggil oleh pengadilan dengan patut tidak pernah hadir dalam
persidangan dan tidak menyuruh wakilnya atau kuasa hukumnya untuk
menghadiri dalam persidangan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan putusan gugur, putusan verstek, mediasi
dan litigasi?
2. Apa dasar hukum putusan gugur, putusan verstek, mediasi dan litigasi?
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Putusan gugur
Pengguguran gugatan diatur dalam Pasal 124 HIR, “jika penggugat datang
tidak datang menghadap pengadilan negeri pada hari yang ditentukan itu,
meskipun ia dipanggil dengan patut, atau tidak pula menyuruh orang lain
menghadap mewakilinya maka surat gugatannya dianggap gugur dan penggugat
dihukum biaya perkara; akan tetapi penggugat berhak memasukan gugatannya
sekali lagi, sesudah membayar biaya perkara yang tersebut tadi”.
1. Penggugat telah dipanggil secara patut. Dipanggil oleh jurusita secara resmi
untuk menghadap pada hari dan tanggal sidang yang telah ditentukan. Maksimal 3
(tiga) hari sebelum sidang. Penggugat tidak hadir tanpa alasan yang sah
(unreasonable default). Penggugat tidak hadir atau tidak menghadap persidangan
yang ditentukan tanpa alasan yang sah, dan juga tidak menyuruh kuasa atau orang
lain untuk mewakilinya.
2
Dalam HIR memang tidak diatur mengenai pencabutan gugatan. Salah
satu permasalahan hukum yang mungkin timbul dalam proses berperkara di depan
pengadilan adalah pencabutan gugatan. Pihak penggugat mencabut gugatan
sewaktu atau selama proses pemeriksaan berlangsung. Alasan pencabutan
bervariasi, bisa disebabkan gugatan yang diajukan tidak sempurna atau dasar dalil
gugatan tidak kuat atau barangkali dalil gugatan bertentangan dengan hukum.1
3
Setelah proses pemeriksaan berlangsung, pencabutan masih boleh dilakukan,
dengan syarat harus ada persetujuan pihak tergugat.
2
Yulis, Hukum Acara Perdata, (UnimalPress, 2018), hal: 30-35.
4
pencabutan Pasal 272 Rv, pencabutan gugatan bersifat final mengakhiri perkara.
Tidak menjadi soal apabila pencabutan tersebut dilakukan sebelum proses
pemeriksaan. Walaupun pencabutan tersebut bercorak ex parte karena dilakukan
tanpa persetujuan tergugat, pencabutan tersebut tetap bersifat final. Tertutup
segala upaya hukum bagi para pihak putusan pencabutan gugatan adalah bersifat
final dan analog dengan putusan perdamaian.
3
Laila dan Herinawati, Modul Pengantar Hukum Acara Perdata, (UnimalPress, 2015),
hal: 38-39.
4
Endang Hadrian dan Lukaman Hakim, Hukum Acara Perdata Di Indonesia:
Permasalahan Eksekusi dan Mediasi, (Yogyakarta: Depublish, 2020), hal: 27.
5
tetap. Tertutup bagi para pihak untuk mengajukan segala bentuk upaya hukum.
Pengajuan kembali gugatan yang telah dicabut di dalam Pasal 124 HIR masih
tetap memberi hak kepada penggugat untuk mengajukan kembali gugatan yang
digugurkan sebagai perkara baru, dengan syarat dibebani membayar biaya
perkara. Gugatan yang dicabut tanpa persetujuan tergugat dapat diajukan kembali.
Gugatan yang dicabut atas persetujuan tergugat tidak dapat diajukan kembali.5
B. Putusan Verstek
Sesuai ketentuan yang terdapat dalam Pasal 149 RBg/Ps. 125 HIR
ditentukan: “Bila pada hari yang telah ditentukan tergugat tidak datang meskipun
sudah dipanggil dengan sepatutnya, dan juga tidak mengirimkan wakilnya, maka
gugatan dikabulkan tanpa kehadirannya (verstek) kecuali bila ternyata menurut
pengadilan negeri itu, gugatannya tidak mempunyai dasar hukum atau tidak
beralasan”.6
Syarat acara verstek dalam Pasal 125 ayat (1) HIR bahwa tergugat telah
dipanggil dengan sah dan patut. Dilakukan oleh juru sita dalam bentuk surat
tertulis, dan disampaikan kepada yang bersangkutan sendiri atau disampaikan
pada kepala desa bila yang bersangkutan tidak diketemukan di tempat kediaman.
Surat panggilan harus sudah diterima maksimal 3 (tiga) hari sebelum hari sidang
yang telah ditentukan. Tidak hadir tanpa alasan yang sah tergugat tidak hadir pada
hari perkara itu diperiksa, tidak menyuruh orang lain sebagai kuasa yang
bertindak mewakilinya padahal tergugat telah dipanggil secara patut tetapi tidak
5
Yulis, op.cit, Hal: 36.
6
Ibid, hal: 28.
6
menghiraukan dan menaati penggilan tanpa alasan yang sah, dalam kasus seperti
ini hakim dapat dan berwenang menjatuhkan putusan verstek yaitu putusan diluar
hadirnya tergugat.
Berdasarkan Pasal 125 ayat (1) jo Pasal 121 HIR hukum acara memberi
hak kepada tergugat mengajukan eksepsi kompetensi (exceptie van onbevoegheid)
baik kompetensi absolut (Pasal 134 HIR) atau kompetensi relatif (Pasal 133 HIR).
Jika tergugat tidak mengajukan eksepsi seperti itu dan tergugat juga tidak
memenuhi panggilan sidang berdasarkan alasan yang sah maka hakim dapat
langsung menyelesaikan perkara berdasarkan acara verstek. Sebaliknya, meskipun
tergugat tidak hadir tanpa alasan yang sah tetapi dia menyampaikan jawaban
tertulis yang berisi eksepsi kompetensi yang menyatakan pengadilan negeri tidak
berwenang menghadiri perkara secara absolut dan relative, maka, hakim tidak
boleh langsung menerapkan acara verstek meskipun tergugat tidak hadir
memenuhi panggilan. Dengan adanya eksepsi tersebut, tidak perlu dipersoalkan
alasan ketidakhadiran, karena eksepsi menjadi dasar alasan ketidakhadiran. Jika
tergugat mengajukan eksepsi kompetensi, proses pemeriksaan yang harus
dilakukan hakim menurut Pasal 125 ayat (2) HIR, yaitu wajib lebih dahulu
memutus eksepsi, yaitu bila eksepsi dikabulkan maka pemeriksaan berhenti. Bila
eksepsi ditolak maka dilanjutkan dengan acara verstek.
7
tidak datang menghadiri sidang tanpa alasan yang sah, maka hakim wajib
menjatuhkan putusan verstek. Penerapan verstek apabila tergugat lebih dari satu.
Di dalam Pasal 127 HIR, jika pada sidang pertama semua tergugat tidak hadir,
langsung dapat diterapkan acara verstek.
Menurut Pasal 127 HIR, harus ditegakkan tata cara: secara imperatif,
pemeriksaan diundurkan persidangan ke hari lain; Memerintahkan untuk
memanggil tergugat yang tidak hadir, agar hadir pada sidang berikutnya.
Sedangkan kepada tergugat yang hadir, pengunduran cukup diberitahukan pada
persidangan itu. Tidak boleh memeriksa tergugat yang hadir dan tidak boleh
menjatuhkan verstek kepada yang tidak hadir. Hakim dilarang/tidak
diperbolehkan untuk memeriksa para tergugat yang hadir, yang harus dilakukan
hakim adalah mengudurkan sidang, memanggil sekali lagi tergugat yang tidak
hadir. Hakim juga tidak boleh menerapkan acara verstek kepada tergugat yang
tidak hadir; tetap tidak hadir pada sidang berikutnya, proses pemeriksaan
8
dilangsungkan secara contradictoir; melangsungkan proses pemeriksaan terhadap
para tergugat yang hadir dengan penggugat secara kontradiktor atau exceptie van
onbevoegheid. Sedangkan terhadap tergugat yang tidak hadir pemeriksaan berlaku
baginya tanpa bantahan terhadap dalil penggugat, yang berakibat tergugat tersebut
dianggap mengakui dalil penggugat. Akan tetapi, meskipun proses pemeriksaan
dianggap berlaku kepada tergugat yang tidak hadir. Hakim wajib memerintahkan
untuk memanggilnya pada sidang berikutnya. Pada sidang berikutnya, kepadanya
terbuka kesempatan mengajukan bantahan apabila dia menghadiri persidangan.
Salah seorang atau semua tergugat yang hadir pada sidang pertama, tidak hadir
pada sidang berikutnya, tetapi tergugat yang dahulu tidak hadir, sekarang hadir.
Litigasi
9
infrastruktur, dan sebagainya.7 Litigasi merupakan suatu istilah dalam hukum
mengenai penyelesaian suatu sengketa yang dihadapi melalui jalur pengadilan.
Proses tersebut melibatkan pembeberan informasi dan bukti terkait atas sengketa
yang dipersidangkan. Gunanya untuk menghindari permasalahan yang tak terduga
di kemudian hari. Masalah sengketa tersebut diselesaikan di bawah naungan
kehakiman. Dalam UUD 1945 pasal 22 disebutkan bahwa sistem kehakiman di
bawah kekuasaan Mahkamah Agung dan badan peradilan di bawahnya
Proses litigasi menempatkan para pihak saling berlawanan satu sama lain.
Selain itu, penyelesaian sengketa secara litigasi merupakan sarana akhir (ultimum
remidium) setelah upaya-upaya alternatif penyelesaian sengketa tidak
membuahkan hasil.
10
.
Mediasi
Ketentuan dalam Pasal 154 RBg/Pasal 130 HIR antara lain menentukan:9
9
Endang Hadrian dan Lukaman Hakim, op.cit, hal: 30.
11
1. Bila pada hari yang telah ditentukan para pihak datang menghadap, maka
pengadilan negeri dengan perantaraan ketua berusaha mendamaikannya.
2. Bila dapat dicapai perdamaian, maka di dalam sidang itu juga dibuatkan suatu
akta dan para pihak dihukum untuk menaati perjanjian yang telah dibuat, dan akta
itu mempunyai kekuatan serta dilaksanakan seperti suatu surat keputusan biasa.
3. Terhadap suatu keputusan tetap semacam itu tidak dapat diajukan banding.
Ketentuan ini mewajibkan majelis hakim sebelum memeriksa perkara perdata
harus berusaha untuk mendamaikan kedua belah pihak yang sedang bersengketa
tersebut. Peranan hakim dalam usaha menyelesaikan perkara tersebut secara
damai sangat penting. Putusan perdamaian mempunyai arti yang sangat baik bagi
masyarakat pada umumnya dan khususnya bagi orang yang mencari keadilan
(justitiabelen).10 Apabila perdamaian tidak dapat dicapai, maka proses
pemeriksaan akan dilanjutkan dengan tahap jawab menjawab, pembuktian,
kesimpulan dan putusan pengadilan.
2. Perdamaian harus mengakhiri sengketa. Pasal 130 HIR, Pasal 154 RBg
mengatakan bahwa apabila perdamaian telah dapat dilaksanakan, maka dibuat
putusan perdamaian yang disebut dengan akta perdamaian. Akta yang dibuat ini
harus betul-betul dapat mengakhiri sengketa yang terjadi antara kedua belah pihak
berperkara apabila tidak maka dianggap tidak memenuhi syarat formal, dianggap
10
Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara Perdata Dalam Teori
dan Praktek, (Bandung: Alumni, 1983), hlm: 31.
11
Yulis, op.cit, hal: 39-40.
12
tidak syah dan tidak mengikat para pihak-pihak yang berperkara. Putusan
perdamaian harus dibuat dalam persidangan majelis hakim, disinilah peran hakim
sangat dibutuhkan dalam akte perdamaian ini dapat diwujudkan.
3. Perdamaian harus atas dasar keadaan sengketa yang telah ada. Syarat untuk
dapat dasar suatu putusan perdamaian itu hendaklah atas dasar persengketaan para
pihak yang sudah terjadi, baik yang sudah terwujud maupun yang sudah nyata
terwujud tapi baru akan diajukan ke pengadilan. Sehingga perdamaian itu dapat
mencegah gugatan atas perkara di pengadilan. Hal ini berarti bahwa perdamaian
itu dapat lahir dari suatu perdata yang belum diajukan ke pengadilan. Bentuk
perdamaian harus secara tertulis (akta perdamaian).
13
dengan menghukum para pihak untuk mematuhi persetujuan damai yang telah
mereka buat.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
14
Putusan gugur adalah putusan yang menyatakan bahwa
gugatan/permohonan gugur karena penggugat/pemohon tidak pernah hadir,
meskipun telah dipanggil sedangkan tergugat hadir dan mohon putusan. Putusan
gugur dapat dijatuhkan apabila telah dipenuhi syarat:
1. Penggugat/pemohon telah dipanggil resmi dan patut untuk hadir dalam sidang
hari itu.
2. Penggugat/pemohon ternyata tidak hadir dalam sidang tersebut, dan tidak pula
mewakilkan orang lain untuk hadir, serta ketidak hadirannya itu karena suatu
halangan yang sah.
15
Mediasi atau perdamaian adalah suatu persetujuan di mana kedua belah
pihak dengan menyerahkan, manjanjikan atau menahan suatu barang, mengakhiri
suatu sengketa yang sedang bergantung atau mencegah timbulnya suatu perkara,
dan persetujuan perdamaian tidak sah melainkan harus dibuat secara tertulis.
Apabila pada hari sidang yang telah ditetapkan kedua belah pihak yang berperkara
hadir dalam persidangan, maka ketua majelis hakim berusaha mendamaikan
pihak-pihak yang bersengketa tersebut. Jika dapat dicapai perdamaian, maka pada
hari persidangan hari itu juga dibuatkan putusan perdamaian dan kedua belah
pihak dihukum untuk mentaati persetujuan yang telah disepakati itu.
DAFTAR PUSTAKA
16
R. Subekti, 1989, Hukum Acara Perdata, Cet. 3, Binacipta, Bandung Djazuli
Bachar, S.H., Eksekusi Putusan Perkara Perdata, Segi Hukum dan Penegakan
Hukum.
17