Perubahan Gugatan
H.I.R tidak mengatur mengenai penambahan atau mengubah gugatan (surat gugat),
sehingga hakim leluasa untuk menentukan sampai di mana penambahan atau perubahan itu
dapat diperkenankan.1
pemeriksaan perkara, asal tidak mengubah atau menambah onderwerp van den eis
(petitum,pokok tuntutan). Maksud dari onderwerp van den eis ini meliputi juga dasar
kemudian dimohonkan diubah sehingga dasar gugatannya menjadi karena kekerasan atau
penganiayaan.
mungkin merugikan tergugat. Maka dalam hal perubahan gugatan dibolehkan sepanjang
memperhatikan hal yang dikemukakan di atas dan asalkan tergugat tidak dirugikan dalam
haknya membela diri. Selain itu, perubahan gugatan tidak dibenarkan pada tingkan di mana
pemeriksaan perkara sudah hampir selesai, pada saat dalil-dalil tangkisan dan pembelaan
1
Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata,HUKUM ACARA PERDATA dalam Teori dan
Praktek,Bandung : CV.Mandar Maju,2005,hlm.46
2
Sudikno Mertokusumo, HUKUM ACARA PERDATA INDONESIA,Yogyakarta : Liberty Yogyakarta,2009,Hlm.107-
108
3
Ibid.
1
Perihal perubahan atau oenambahan gugat yang dimohonkan oleh penggugat setelah
tergugat mengajukan jawaban. Hal itu harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari
tergugat, dan apabila pihak tergugat menyatakan keberatannya ,maka permohonan mengenai
perubahan atau penambahan tersebut akan ditolak.4 Dalam hal suatu penambahan atau
perubahan surat gugat tidak diperkenankan, maka pihak penggugat akan membuat gugatan
baru.5
Dalam hal pengurangan isi dari suatu gugatan oleh penggugat maka hal tersebut
dibolehkan, karena tidak merugikan pihak tergugat.6 Contoh : si A dalam gugatannya pada
awalnya menyatakan bahwa si B digugat dalam hal harus menyerahkan 3 buah kendaraan
mobil, tapi kemudian dalam gugatan si A terdapat suatu kesalahan yang mana si A
mengurangi dalam gugatannya bahwa yang harus diserahkan si B hanya 1 (satu) mobil saja.
2. Pencabutan Gugatan
Perihal pencabutan gugatan tidak diatur dalam H.I.R, tetapi terdapat di dalam Rv.
Pencabutan gugatan dapat dilakukan sebelum gugatan itu diperiksa di persidangan atau
sebelum tergugat memberi jawaban, atau sesudah diberikan jawaban oleh tergugat.7
PENCABUTAN GUGATAN
4
Op.Cit, Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata,hlm.48
5
Ibid,hlm.47
6
Op.Cit,Sudikno Mertokusumo, hlm.108
7
Ibid,hlm.106
2
Kalau suatu gugatan dicabut kedua belah pihak kembali pada keadaan semula seperti
belum pernah ada perkara tersebut. Seandainya telah diletakkan sita jaminan maka harus
diperintahkan mengangkat sita jaminan tersebut dengan pembebanan biaya pengangkatan sita
(sebelum tergugat mengajukan jawaban), secara resmi tergugat belum mengetahui akan
adanya gugatan tersebut. Berarti juga bahwa tergugat belum terserang kepentingannya. Oleh
karena itu, tidak perlu ada persetujuan dari pihak Tergugat. Hak mutlak penggugat seperti ini
apabila proses yang terjadi baru pada tahap pendaftaran dan pendistribusian kepada majelis
dilakukan saat pemeriksaan perkara (saat proses berlangsung) asalkan ada persetujuan dari
tergugat.
Tata cara pencabutan gugatan berpedoman pada Pasal 272 Rv, yaitu sebagai berikut :
8
Ibid,hlm.107
3
a) Yang berhak mengajukan pencabutan gugatan adalah penggugat, dikarenakan
penggugatlah yang lebih mengetahui hak dan kepentingannya ataudapat diajukan oleh kuasa
yang ditunjuk penggugat dengan menggunakan surat kuasa khusus. Atau dapat juga
dituangkan dalam surat kuasa tersendiri yang secara khusus memberi penegasan untuk
penggugat melalui pencabutan dengan surat. Pencabutan yang dilakukan dalam bentuk surat
atau akta dimaksudkan adalah kepastian hukum dan adanya pembenaran bukti tentang
jika tergugat sudah memberikan jawaban dan pencabutan disampaikan pada sidang yang
dihadiri tergugat.
1) Perkara berakhir
4
Dalam praktik biasanya alasan pencabutan gugatan sebelum tergugat memberikan
jawaban adalah dikarenakan mengikuti saran dari ketua PN,karena ada kekeliruan dalam
tergugat mengajukan jawaban) maka berdasar Pasal 124 H.I.R memberikan hak kepada
penggugat untuk mengajukan gugatan kembali sebagai perkara baru. Dalam hal pencabutan
yang dilakukan setelah tergugat memberikan jawaban (selama proses sidang) maka
penggugat tidak dapat lagi mengajukan gugatan, karena dianggap penggugat telah
melepaskan haknya.9
3. Tussenkomst
Tussenkomst adalah percampuran pihak ketiga atas kemauan sendiri ikut dalam proses,
dimana pihak ketiga ini tidak memihak baik pihak penggugat maupun pihak tergugat
Mengenai keikut sertaan pihak ketiga tidak diatur dalam H.I.R, akan tetapi dalam pasal 393
diperhatikan peraturan yang lebih atau yang lain daripada ditentukan dalam reglemen
ini.
2) Akan tetapi gubernur jendral tinggal tetap memegang hak, sekedar tentang mengadili
pengadilan negri di jakarta, semarang dan surabayam jika nyata benar bahwa menurut
9
Djamanat Samosir,HUKUM ACARA PERDATA Tahap-tahap penyelesaian perkara perdata, Bandung : Nuansa
Aulia,2011,hlm.94-97
5
pengalaman perlu sekali diadakan peraturan sedemikian dan juga untuk pengadilan
negeri yang lain-lain, jika terdapat juga keperluan yang demikian itu.10
Akan tetapi dewasa ini tidak ada lagi pengadilan bumi putra hanya ada satu
pengadilan tingkat pertama yaitu pengadilan negri untuk semua golongan penduduk,
maka dari itu pasal 393 ayat (1) H.I.R dianggap tidak sesuai dengan jaman, maka dari itu
pasal tersebut kini ditafsirkan bahwa hakim pengadilan negri apabila menggap benar-
benar dibutuhkan dalam praktek, dapat mengambil alih bentuk-bentuk yang tidak terdapat
dan diatur dalam H.I.R misalnya : Vrijwaring dan Tussenkompts voeging dan sebagainya
dari R.V dan dengan berpedoman kepada R.V tapi disesuaikan dengan kebutuhan pada
saat praktek.
1) Vrijwaring atau penjaminan terjadi apabila dalam siati perkara yang sedang diperiksa
oleh pengadilan, diluar kedua pihak ada pihak ketiga yang ditarik masuk dalam
perkara tersebut, perihal tentang vrijwaring ini diatur dalam pasal 70-76 R.V. 11 cara
mengajukan permohonan vrijwaring adalah pihak tergugat dalam tulisan atau lisan
pihak ketiga yang dimana turut berpekara dalam perkara yang sedang diperiksa dalam
perbedaannya adalah sebab kedatangan pihak ketiga adalah karena kemauan sendiri
untuk ikut dalam proses dalam peradilan dimana pihak ketiga ini tidak memihak
kepada kedua belah pihak baik pihak tergugat maupun penggugat, melainkan ia hanya
10
Op.Cit, Retno wulan sutantio dan Iskandar oerip kartawinata,hlm.50
11
Ibid., hlm. 51
6
perdebatan menjadi perdebatan segitiga, dan putusan dijatuhkan sekaligus dalam satu
kepada salah satu pihak baik penggugat ataupun tergugat. Masalah diperkenankannya
voeging tersebut oleh hakim akan dipertimbangkan dalam suatu putusan sela atau
putusan insidentil, harus diinggat juga bahwa putusan sela ini tidak dibuat secara
terpisah melainkan merupakan bagian dari berita acara peradilan dan harus memuat
Sebelum hakim memutuskan keikutsertaan pihak ketiga untuk ikut dalam proses
peradilan, pihak ketiga harus menjelaskan maksud keikutsertaanya kepada seluruh pihak
yang bersangkutan kemudian setelah itu baru hakim bisa memutuskan untuk
4. Verzet
A. Pengertian Perlawanan
Verzet secara bahasa merupakan kata yang diambil dari bahasa Belanda yang artinya
perlawanan.14 Sedangkan verzet menurut istilah adalah upaya hukum terhadap putusan yang
dijatuhkan diluar hadirnya tergugat. Ketentuan Undang-Undang yang mengatur hal tersebut
12
Ibid., hlm. 53
13
Ibid., hlm. 54
14
Yan Pramadya Puspa, Kamus Hukum, Semarang : Aneka Ilmu, 1997, hlm.881
7
dijelaskan dalam Pasal 125 ayat (3) jo Pasal 129 HIR, Pasal 149 ayat (3) jo Pasal 153 Rgb.
Pada asasnya perlawanan ini disediakan bagi pihak tergugat yang pada umumnya
sedangkan pihak terlawan adalah penggugat asal yang akan diletakkan beban pembuktian.
Jadi dengan demikian pemeriksaan verzet yang diperiksa adalah gugatan penggugat, maka
mengenai praktek upaya hukum verzet ini harus dinyatakan oleh tergugat secara tegas, bila
tidak dinyatakan secara tegas maka verzet dinyatakan tidak dapat diterima.16
arti bahwa tergugat melawan putusan verstek atau tergugat mengajukan perlawanan terhadap
putusan verstek. Tujuan melakukan perlawanan ialah agar terhadap putusan itu dilakukan
permintaan supaya putusan verstek dibatalkan, serta sekaligus meminta agar gugatan
penggugat ditolak. Dengan demikian dapat dipahami bahwa verzet merupakan pemberian
kesempatan yang wajar kepada tergugat untuk membela kepentingannya atas kelalaiannya
bagi setiap orang untuk mempertahankan hak-haknya, namun hal ini terbatas kepada tergugat
saja dan tidak termasuk penggugat. Sebaliknya pada ketentuan undang-undang menurut Pasal
8 ayat 1 UU.20/1947 tentang pengadilan peradilan ulangan dan Pasal 200 R.Bg apabila
penggugat meminta banding maka tertutup hak tergugat mengajukan verzet. Hak ini
15
Op.Cit,Sudikno Mertokusumo,hlm.224
16
Dadan Muttaqien, Dasar-Dasar Hukum Acara Perdata, Yogyakarta : Insania Citra Pres, 2006, hlm.71.
17
M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, Jakarta : Sinar Grafika, 2006, hlm.400.
8
diberikan kepada penggugat untuk mensejajari perlakuan yang seimbang dengan tergugat.
Kepada tergugat diberi upaya verzet dan kepada penggugat upaya banding. Jika undang-
undang tidak memberi hak banding kepada penggugat berarti hukum mematikan haknya
meminta koreksi terhadap putusan verstek yang telah dijatuhkan oleh Pengadilan tingkat
pertama.18
Tuntutan verzet dibuat seperti gugatan biasa, yaitu tertulis dan ditandatangani oleh
tergugat sendiri atau oleh kuasanya apabila ia telah menunjuk kuasa khusus, atau telah
ditandaangani oleh hakim bagi yang tidak dapat membaca dan menulis, dengan menunjuk
nomor putusan verstek yang dilawan itu. Surat tuntutan verzet dibuat rangkap enam atau
lebih menurut kebutuhan, tiga rangkap untuk majlis, satu rangkap untuk berkas, dan untuk
yang menjatuhkan verstek. Dengan demikian, agar permintaan perlawanan memenuhi syarat
formil :
18
M. Yahya Harahap, Kekuasaan Pengadilan Tinggi dan Proses Pemeriksan Perkara Perdata dalam Tingkat
Banding,Jakarta : Sinar Grafika, 2006, hlm.102.
9
3) Perlawanan ditujukan kepada putusan verstek tanpa menarik pihak lain, selain daripada
penggugat semula.
Apabila diajukan verzet terhadap putusan verstek, dengan sendirinya menurut hukum:
3) Oleh karena itu, jika terhadapnya diajukan perlawanan, putusan verstek tidak dapat
Sesuai Pasal 129 HIR/153 RBg., Tergugat/ Para Tergugat yang dihukum dengan
Verstek berhak mengajukan verzet atau perlawanan dalam waktu 14 (empat belas) hari
terhitung setelah tanggal pemberitahuan putusan verstek itu kepada Tergugat semula jika
pemberitahuan tersebut langsung disampaikan sendiri kepada yang bersangkutan. (Pasal 391
HIR: dalam menghitung tenggang waktu maka tanggal/ hari saat dimulainya penghitungan
10
Jika putusan itu tidak langsung diberitahukan kepada Tergugat sendiri dan pada waktu
aanmaning Tergugat hadir, maka tenggang waktunya sampai pada hari kedelapan sesudah
aanmaning (peringatan).
Jika Tergugat tidak hadir pada waktu aanmaning maka tenggang waktunya adalah hari
kedelapan sesudah Sita Eksekusi dilaksanakan. (Pasal 129 ayat (2) jo. Pasal 196 HIR dan
Pasal 153 ayat (2) jo. Pasal 207 RBg). Kedua perkara tersebut (perkara verstek dan verzet
terhadap verstek) berada dalam satu nomor perkara. Perkara verzet sedapat mungkin
dipegang oleh Majelis Hakim yang telah menjatuhkan putusan verstek. Hakim yang
melakukan pemeriksaan perkara verzet atas putusan verstek harus memeriksa gugatan yang
telah diputus verstek tersebut secara keseluruhan. Pemeriksaan perkara verzet dilakukan
secara biasa (lihat Pasal 129 ayat (3) HIR, Pasal 153 ayat (3) RBg. dan SEMA No.9 Tahun
1964).
Apabila dalam pemeriksaan verzet pihak penggugat asal (Terlawan) tidak hadir, maka
pemeriksaan dilanjutkan secara contradictoire, akan tetapi apabila Pelawan yang tidak hadir
maka Hakim menjatuhkan putusan verstek untuk kedua kalinya. Terhadap putusan verstek
yang dijatuhkan kedua kalinya ini tidak dapat diajukan perlawanan, tetapi bisa diajukan
upaya hukum banding (Pasal 129 ayat (5) HIR dan Pasal 153 ayat (5) RBg).
Apabila verzet diterima dan putusan verstek dibatalkan maka amar putusannya berbunyi:
4. Apabila verzet tidak diterima dan putusan verstek tidak dibatalkan, maka amar
putusannya berbunyi :
11
1) Menyatakan pelawan adalah pelawan yang tidak benar.
3) Terhadap putusan verzet tersebut kedua belah pihak berhak mengajukan banding.
Dalam hal diajukan banding, maka berkas perkara verstek dan verzet disatukan dalam
satu berkas dan dikirim ke Pengadilan Tinggi Agama dan hanya ada satu nomor
perkara.19
Pengadilan Negeri Surabaya yang memeriksa dan mengadili perkara perdata gugatan
pada peradilan tingkat pertama telah menjatuhkan Putusan Sela sebagaimana berikut dalam
perkara intervensi yang diajukan oleh : PT. INTILAND GRANDE (dahulu PT. DHARMALA
LAND / dahulu PT. Pembangunan Darmo Grande), di Surabaya, dalam hal ini diwakili
Kuasanya LARDI, SH. dan WIDA PEACE ANANTA, SH, Para Advokat pada Kantor “
LARDI & Partners ” yang berkantor di Graha Pelni 8th B Floor Jl. Pahlawan 112 Surabaya,
berdasarkan surat Kuasa Khusus tertanggal 16 April 2013, selanjutnya disebut sebagai
sebagian tanah yang disengketakan oleh para pihak dalam perkara aquo yakni pembeli
19
Dikutip dari Pedoman Teknis Administrasi dan Teknis Peradilan Agama/Mahkamah Syar'iyah, Buku II, Edisi
2007, Mahkamah Agung RI, Jakarta, 2009, hlm. 386-387. Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor:
KMA/032/SK/IV/2006 tentang Pemberlakuan Buku II Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Pengadilan.
12
sebagian tanah asal milik Munthi (Tergugat I) yang terletak di Persil 35 Klas D-II Kelurahan
Intervensi dalam perkara aquo setelah mengetahui area lokasi milik Pemohon Intervensi
yakni tanah asal Petok D No. 397 Persil 35 Klas D-II Kelurahan Lontar Kecamatan
Sambikerep Kota Surabaya dilakukan Pemeriksaan Setempat dan untuk selanjutnya Pemohon
Intervensi melihat di website Pengadilan Negeri Surabaya ternyata benar bahwa tanah milik
92/Pdt.G/2013/PN.Sby antara SADI sebagai Pengugat alamat di Jl. Raya Gadel No. 12
Surabaya dengan Munthi sebagai Tergugat I alamat di Jl. Dukuh Kuwukan RT. 02/RW. 05
Desa Lontar Surabaya dan Lurah Lontar sebagai Tergugat II alamat Jl. Raya Lontar No. 5
Surabaya.
Bahwa oleh karena tanah milik Pemohon Intervensi/ Tussenkomst asal beli dari
Pemilik tanah Asal (Munthi/Tergugat I) pada Petok No. 397 Persil 35 Klas D-II Kelurahan
Lontar Kecamatan Sambikerep Kota Surabaya menjadi objek sengketa dalam perkara aquo
maka Pemohon Intervensi/ Tussenkomst sebagai pihak ketiga yang berkepentingan dan
berdiri sendiri untuk mempertahankan hak dan campur tangan sehingga cukup beralasan
Pemohon Intervensi/ Tussenkomst masuk dalam perkara aquo. Bahwa berdasarkan Pasal 279
“ barang siapa mempunyai kepentingan dalam suatu perkara perdata yang sedang
berjalan antara pihak-pihak lain dapat menuntut untuk menggabungkan diri atau
campur tangan ”
Tussenkomst adalah Pihak ketiga yang berkepentingan dalam perkara aquo sehingga
13
mempunyai hak untuk mengajukan permohonan intervensi guna membela kepentingan
Intervensi/ Tussenkomst mohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadil
KESIMPULAN
sepanjang pemeriksaan perkara, asal tidak mengubah atau menambah onderwerp van den
eis (petitum,pokok tuntutan). Maksud dari onderwerp van den eis ini meliputi juga dasar
tuntutan. Dapat dilakukan sebelum tergugat menyatakan jawaban (tidak perlu persetujuan
tergugat) dan pada proses pemeriksaan (harus persetujuan tergugat). Jika ditolak maka
setelah mengajukan jawaban, dengan syarat harus mendapat persetujuan dari tergugat,
20
Dikutip dari Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Putusan Nomor :
92/Pdt.INT/2013/PN.SBY
14
jika sebelum tergugat mengajukan jawaban maka penggugat dapat mengajukan gugatan
sebagai perkara baru dan jika setelah tergugat mengajukan jawaban maka tidak lagi dapat
3. Tussenkomst adalah percampuran pihak ketiga atas kemauan sendiri ikut dalam proses,
dimana pihak ketiga ini tidak memihak baik pihak penggugat maupun pihak tergugat
peradilan dan menyatakan ingin menggabungkan diri kepada salah satu pihak baik
5. verzet menurut istilah adalah upaya hukum terhadap putusan yang dijatuhkan diluar
hadirnya tergugat. Tergugat/ Para Tergugat yang dihukum dengan Verstek berhak
mengajukan verzet atau perlawanan dalam waktu 14 (empat belas) hari terhitung setelah
contradictoire, akan tetapi apabila Pelawan yang tidak hadir maka Hakim menjatuhkan
putusan verstek untuk kedua kalinya. Terhadap putusan verstek yang dijatuhkan kedua
kalinya ini tidak dapat diajukan perlawanan, tetapi bisa diajukan upaya hukum banding
15
Daftar Pustaka
- Sumber Buku
Yogyakarta.
Pres.
Pedoman Teknis Administrasi dan Teknis Peradilan Agama/Mahkamah Syar'iyah, Buku II,
Edisi 2007, Mahkamah Agung RI, Jakarta, 2009, hlm. 386-387. Keputusan Ketua Mahkamah
92/Pdt.INT/2013/PN.SBY
17