Anda di halaman 1dari 18

GUGATAN

Standard Voorwarden
:
GUGATAN ?
suatu cara untuk mendapatkan hak yang dikuasai
orang lain atau yang dilanggar orang lain melalui
pengadilan.
Surat yg dibuat oleh Penggugat pihak yg merasa
hak/kepentingan hukum dilanggar atau dirugikan,
ditujukan ke PN, disertai permintaan memeriksa
dan memutus agar Tergugat dipaksa memulihkan
hak penggugat yang dilanggarnya serta memenuhi
kewajiban lainnya akibat dari dilanggarnya hak
penggugat tersebut.
TERJADINYA GUGATAN

1. Terdapat konflik kepentingan


7. Disebut sebagai contentiosa
antara pihak yang satu dengan
atau gugatan sebenarnya
yang lain
8. Sebelum upaya pembuktian
2. Pihaknya terdiri dari:
terdapat acara jawab menjawab,
3. Orang yang melakukan gugatan bantah membatah diantara
di sebut sebagai penggugat kedua belah pihak, baru
sedangan orang yang digugat kemudian diadakan
disebut dengan tergugat pemeriksaan bukti-bukti.
4. Adanya sengketa 9. Tersedia upaya hukum banding
dan juga kasasi
5. Pihak ketiga dapat ditarik
sebagai pihak lawan  
6. Tersedianya upaya banding dan
kasasi untuk memeriksa putusan
7. Produk yang dikeluarkan adalah
putusan pengadilan
- Warisan
- Hak milik
- Kepailitan
- Pmh penguasa
- PMH
- Wanprestasi
- Ganti Rugi
- Perceraian
ISI GUGATAN

1. IDENTITAS PARA PIHAK


2. FUNDAMENTUM PETENDI/POSITA
GUGATAN
3. PETITIM GUGATAN/ TUNTUTAN
PENJELASAN ISI GUGATAN
1. IDENTITAS PARA PIHAK
Keterangan menyangkut jati dari Penggugat dan Tergugat
yang menerangkan
Nama :
Pekerjaan :
Tempat Tinggal :

• Kesalahan menulis nama maupun alamat (Error In Persona,jika:


Penggugat tidak memenuhi alas hak untuk mengajukan
gugatan;Tidak Cakap Melakukan Tindakan Hukum;Gugatan
Kurang Pihak ;Kesalahan sasaran Pihak Yang Digugat)
2. FUNDAMENTUM PETENDI/POSITA GUGATAN

“dalil-dalil posita konkret tentang adanya hubungan hukum yang


merupakan dasar dari suatu tuntutan hak”.
Ada dua bagian
1. Fetelijkegronden Bagian yang menguraikan tentang kejadian atau
peristiwa perihal duduknya perkara.
2. Rechtsgronden Bagian yang menguraikan tentang adanya hak
atau hubungan hukum yang menjadi dasar hukumnya.

Seberapa jauh dicantumkannya perincian tentang fakta dan


peristiwa yang dijadikan dasar tuntutan?
Teori menyusun FUNDAMENTUM
PETENDI/POSITA GUGATAN
Subtantierings Theorie
teori menyatakan bahwa gugatan itu harulah diuraikan sejarah
peristiwanya, hubungan kerjanya. Atau dalam kata lain
gugatan selain harus menyebutkan peristiwa-peristiwa hukum
yang menjadi dasar gugatan, juga harus menyebutkan
kejadian-kejadian nyata yang mendahului peristiwa hukum
tersebut.

Individualiseringts theorie.
Teori menyatakan bahwa gugatan cukup menunjukkan
hubungan hukum yang menjadi dasar gugatan tanpa
harus disebutkan sejarahnya (Mr. Tresna, 1976;160).
3. PETITUM GUGATAN / TUNTUTAN
• Petitum “apa yang diminta atau diharapkan penggugat agar diputuskan
oleh hakim” (Pasal 8 Rv Petitum harus dirumuskan jelas dan tegas)
• Akibat dari tuntutan yang tidak jelas dan tegas berakibat tidak
diterimanya tuntutan tersebut.Gugatan yang berisi pertanyaan yang
bertentangan satu sama lain (Obscuur Libel)
• Sebuah tuntutan dapat dibagi menjadi tiga (3), yaitu:
- Tuntutan Primer atau tuntutan Pokok yang langsung berhubungan
dengan pokok perkara;
- Tuntutan Tambahan, bukan tuntutan pokok yang langsung
berhubungan dengan pokok perkara;
- Tuntutan subsidair atau pengganti
TUNTUTAN TAMBAHAN

NO ISTILAH KETERANGAN
01 Biaya Perkara Tuntutan agar tergugat dihukum u membayar biaya perkara
02 Uitvoerbaar bij Tuntutan agar putusan dapat dilaksanakan terlebih dahulu
voorraad meskipun ada perlawanan, banding atau kasasi. (Instruksi
MA Tanggal 13 Februari 1958)
03 Memoratoir Tuntutan yang dimintakan oleh Penggugat berupa sejumlah
(membayar bunga) uang tertentu.
04 Dwangsom Tuntutan agar tergugat dihukum untuk membayar uang
paksa.
05 Tuntutan Nafkah Tuntutan nafkah bagi isteri (pasal 59 ayat (2), 62,65 HOCI,
213, 229 BW. Atau pembagian harta (pasal 66 HOCI,Pasal
323 BW)
06 Subsidair Diajukan sebagai pengganti apabila hakim berpendapat
lain. “agar Hakim Mengadili menurut keadilan yang benar”
atau “Mohon Hakim Putusan yang seadil-adilnya” (aequo
et bono)
HAL-HAL YANG HARUS
DIPERHATIKAN

1. POSITA & PETITUM harus singkron


2. Antara POSITA & PETITUM tidak boleh saling
bertentangan
3. Orang yang ditetapkan dalam PETITUM harus sebagai
pihak dalam berperkara
4. PETITUM tidak membingungkan Hakim
5. PETITUM tidak boleh berisi perintah untuk tidak berbuat
6. PETITUM harus runtut dan disusun sesuai dengan poin-
poin posita.
TEMPAT & TANGGAL SURAT
GUGATAN

TIDAK DITERIMANYA GUGATAN “NO” (Niet Onvankelijk verklaard)

1. Gugatan Prematur :
Dalam hal gugatan berkaitan dengan tanggal jatuh tempo suatu
tagihan.
2. Gugatan Kadaluarsa
Dalam hal gugatan berkaitan dengan dengan tenggang waktu tuntutan
yang disediakan oleh Undang-Undang
3. Gugatan Menjadi Tidak Sah
Tanggal yang tertera dalam surat gugatan lebih awal dari surat kuasa,
apabila gugatan yang diajukan dengan menggunakan kuasa.
KUMULASI
GUGATAN
MACAM-MACAM KOMULASI GUGATAN

1. Komulasi Subyektif: penggabungan dari subyek (pasal 127 HIR,151


Rbg, 1283-1284BW dan 18 Wvk
2. Komulasi Obyektif : Penggabungan tuntutan dalam satu perkara
sekaligus. Tetapi Putusan MA No 880 K/Sip/1970 untuk menghindari
putusan yang saling bertentangan Procesual doelmatig.
Pengecualian:
3. Gugatan tertentu yang diperlukan suatu acara khusus (gugat cerai)
sedangkan lain memerlukan acara biasa (gugatan memenuhi
perjanjian)
4. Hakim tidak berwenang secara relative u memeriksa salah satu
tuntutan yang diajukan bersama-sama dalam satu gugatan dengan
tuntutan lain.
5. Tuntutan tentang Bezit tidak boleh bersama-sama dengan tuntutan
tentang eigendom dalam satu gugatan pasal 103 Rv
PERUBAHAN
DAN
PENCABUTAN
GUGATAN
PERUBAHAN GUGATAN
1. Perubahan thd gugatan yang belum dikirim kepada
Tergugat
2. Perubahan thd gugatan yang telah dikirim kepada Tergugat
 Apabila bersifat prinsip maka gugatan harus dicabut
terlebih dahulu
 Apabila tidak prinsip, maka perubahan dapat dilakukan
pada sidang pertama, yaitu tingkat perdamaian (mediasi)
atau sebelum pihak tergugat menyampaikan gugatan
untuk itu perlu ada persetujuan dari TERGUGAT.
 (pasal 271 Rv: Penggugat mempunyai hak penuh untuk
mencabut gugatan, tanpa perlu persetujuan gugatan)
1. Perubahan/ pencabutan gugatan sebelum jawaban, maka
penggugat dapat melakukan dengan cara menyampaikan
kepada Hakim, tanpa perlu persetujuan dari Tergugat
(pasal 271 ayat (1) Rv). Akan tetapi poin-poin yang diubah
atau pencabutan itu harus diberitahukan kepada pihak
lawan (Tergugat)
2. Perubahan/Pecabutan Gugatan setelah ada jawaban dari
Tergugat, maka harus mendapat persetujuan terlebih
dahulu dari pihak lawan (pasal 271 ayat (2) Rv
3. Yurisprudensi MARI, tanggal 14 Oktober 1970, Nomor
546 K/Sip/ 1970 (Perubahan dan pencabutan gugatan
masih bisa dilakukan, meskipun pada tingkat
pemeriksaan, kesimpulan atau tinggal menunggu putusan,
asal mendapat persetujuan dari PIHAK LAWAN

Anda mungkin juga menyukai