1. Permasalahan
Bagaimanakah ruang lingkup dari Bantahan/Perlawanan terhadap Pelaksanaan Eksekusi?
3. Analisa
a. Apa yang dimaksud dengan Bantahan/Perlawanan?
Bantahan/Perlawanan merupakan upaya hukum yang dapat diajukan terhadap suatu
Penetapan Eksekusi. Bentuk Bantahan/Perlawanan ada dua, yakni Bantahan/Perlawanan
yang diajukan oleh pihak ketiga yang memiliki kepentingan (derden verzet) dan pihak yang
kalah dalam perkara awal (partij verzet). Penjelasan Pasal 197 H.I.R. menyebutkan:
Menurut ketentuan Pasal 197 di atas, terdapat pihak-pihak yang dapat mengajukan
Perlawanan terhadap pelaksanaan Eksekusi. Menurut Buku II Pedoman Teknis Administrasi
dan Teknis Peradilan yang diterbitkan oleh Mahkamah Agung RI, Perlawanan pada azasnya
tidak menangguhkan Eksekusi, kecuali apabila segera nampak bahwa Perlawanan tersebut
benar dan berasalan, maka Eksekusi ditangguhkan setidak-tidaknya sampai dijatuhkan
Putusan oleh Pengadilan Negeri.
Sementara itu, bagi Tersita (pihak yang kalah dalam perkara awal), dapat juga mengajukan
Bantahan/Perlawanan dalam sidang insidentil yang khusus untuk itu maupun pada proses
pemeriksaan pokok perkara dalam persidangan. Yahya Harahap lebih lanjut menjelaskan
dalam bukunya bahwa terdapat beberapa alasan untuk mengajukan
Bantahan/Perlawanan, seperti Eksekusi tidak memenuhi syarat, barang yang disita bukan
milik Tersita, atau dalil dalam Gugatan tidak mempunyai dasar hukum.
c. Apa saja alasan sah bagi sebuah pihak untuk dapat mengajukan Bantahan/Perlawanan?
Peraturan perundang-undangan di Indonesia tidak pernah menyebutkan secara jelas
mengenai alasan-alasan sah bagi sebuah pihak untuk mengajukan Bantahan/Perlawanan
terhadap pelaksanaan Eksekusi. Alasan-alasan ini sebenarnya merupakan
pengejewantahan dari keyakinan Hakim yang memeriksa perkara Bantahan/Perlawanan.
Buku II Pedoman Teknis Administrasi dan Teknis Peradilan menyebutkan bahwa
Perlawanan terhadap eksekusi oleh pihak ketiga tidak hanya dapat dilakukan atas dasar
pihak ketiga memiliki hak milik, namun juga dapat dilakukan atas dasar hak-hak lainnya
seperti hak pakai, HGB, HGU, hak tanggungan, dan lainnya. Sementara itu, Yahya Harahap
menjelaskan bahwa ada beberapa alasan lainnya, yakni Eksekusi tidak memenuhi syarat,
barang yang disita bukan milik Tersita, atau dalil dalam Gugatan tidak mempunyai dasar
hukum.
Berikut adalah Yurisprudensi dan preseden-preseden mengenai alasan mengajukan
Bantahan/Perlawanan:
Dalam Putusan ini, Pelawan melakukan derden verzet dengan membuktikan bahwa
barang yang menjadi obyek sengketa bukanlah merupakan milik dari pihak yang
dikalahkan pada perkara pokok. Atas dasar tersebut, Majelis Hakim pada tingkat Kasasi
menyatakan Putusan perkara pokok pada tingkat pertama dan Penetapan Eksekusi
menjadi tidak punya kekuatan hukum.
Putusan Perlawanan ini kemudian di bawa ke tingkat Kasasi oleh PT Pan United, dimana
lewat Putusan MA Nomor 3021 K/PDT/2016, MA justru menguatkan Putusan Banding.
Dalam Putusan Banding tersebut, Majelis Hakim mengabulkan Perlawanan yang
diajukan oleh Pelawan atas dasar bahwa Eksekusi tidak dilakukan sesuai syarat karena
pelaksanaan Eksekusi serta diktum yang ada dalam Penetapan Eksekusi tidak sesuai
dengan amar putusan perkara pokok.