Anda di halaman 1dari 4

Bantahan/Perlawanan terhadap Pelaksanaan Eksekusi

1. Permasalahan
Bagaimanakah ruang lingkup dari Bantahan/Perlawanan terhadap Pelaksanaan Eksekusi?

2. Peraturan Perundang-Undangan dan/atau Yurisprudensi dan preseden


a. Herzien Inlandsch Reglement (H.I.R.)
b. KUH Perdata
c. Putusan Mahkamah Agung Nomor 349 PK/PDT/2017
d. Putusan Pengadilan Tinggi Pekanbaru Nomor 21/PDT/2016/PT.PBR

3. Analisa
a. Apa yang dimaksud dengan Bantahan/Perlawanan?
Bantahan/Perlawanan merupakan upaya hukum yang dapat diajukan terhadap suatu
Penetapan Eksekusi. Bentuk Bantahan/Perlawanan ada dua, yakni Bantahan/Perlawanan
yang diajukan oleh pihak ketiga yang memiliki kepentingan (derden verzet) dan pihak yang
kalah dalam perkara awal (partij verzet). Penjelasan Pasal 197 H.I.R. menyebutkan:

Terhadap penyitaan dan penjualan ini yang disita dapat memajukan


perlawanan, kalau ada alasan-alasan tertentu, seperti misalnya ia sementara
telah membayar memenuhi keputusan hakim itu.
Perlawanan ini diperiksa dan diputus oleh Pengadilan Negeri menurut cara
biasa, akan tetapi hal ini tidak menghalangi eksekusi putusan, kecuali kalau
hakim memerintahkan untuk menundanya sambil menunggu keputusan
tentang perlawanan itu (Pasal 207).

Menurut ketentuan Pasal 197 di atas, terdapat pihak-pihak yang dapat mengajukan
Perlawanan terhadap pelaksanaan Eksekusi. Menurut Buku II Pedoman Teknis Administrasi
dan Teknis Peradilan yang diterbitkan oleh Mahkamah Agung RI, Perlawanan pada azasnya
tidak menangguhkan Eksekusi, kecuali apabila segera nampak bahwa Perlawanan tersebut
benar dan berasalan, maka Eksekusi ditangguhkan setidak-tidaknya sampai dijatuhkan
Putusan oleh Pengadilan Negeri.

b. Siapa saja yang dapat mengajukan Bantahan/Perlawanan?


Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Bantahan/Perlawanan dapat diajukan oleh pihak
ketiga yang berkepentingan dan pihak yang kalah dalam perkara.
Maksud dari “pihak ketiga yang berkepentingan” adalah pihak ketiga yang memiliki
kepentingan dengan obyek sengketa. Pasal 1340 KUH Perdata menegaskan bahwa
perjanjian hanya mengikat kepada para pihak yang membuatnya, dan tidak boleh
merugikan pihak ketiga yang tidak terlibat sebagai pihak dalam perkara yang bersangkutan.
Dalam bukunya yang berjudul Hukum Acara Perdata, Yahya Harahap menyebutkan bahwa
pihak ketiga dapat mengajukan Bantahan/Perlawanan terhadap Penetapan Eksekusi hanya
apabila pihak ketiga dapat membuktikan bahwa pihak ketiga tersebut memiliki hak atas
obyek sengketa. Pasal 195 ayat (6) H.I.R. menyebutkan:
Perlawanan terhadap keputusan, juga dari orang lain yang menyatakan bahwa
barang yang disita miliknya, dihadapkan serta diadili seperti segala perselisihan
tentang upaya paksa yang diperintahkan oleh pengadilan negeri, yang dalam
daerah hukumnya terjadi penjalanan keputusan itu.

Sementara itu, bagi Tersita (pihak yang kalah dalam perkara awal), dapat juga mengajukan
Bantahan/Perlawanan dalam sidang insidentil yang khusus untuk itu maupun pada proses
pemeriksaan pokok perkara dalam persidangan. Yahya Harahap lebih lanjut menjelaskan
dalam bukunya bahwa terdapat beberapa alasan untuk mengajukan
Bantahan/Perlawanan, seperti Eksekusi tidak memenuhi syarat, barang yang disita bukan
milik Tersita, atau dalil dalam Gugatan tidak mempunyai dasar hukum.

c. Apa saja alasan sah bagi sebuah pihak untuk dapat mengajukan Bantahan/Perlawanan?
Peraturan perundang-undangan di Indonesia tidak pernah menyebutkan secara jelas
mengenai alasan-alasan sah bagi sebuah pihak untuk mengajukan Bantahan/Perlawanan
terhadap pelaksanaan Eksekusi. Alasan-alasan ini sebenarnya merupakan
pengejewantahan dari keyakinan Hakim yang memeriksa perkara Bantahan/Perlawanan.
Buku II Pedoman Teknis Administrasi dan Teknis Peradilan menyebutkan bahwa
Perlawanan terhadap eksekusi oleh pihak ketiga tidak hanya dapat dilakukan atas dasar
pihak ketiga memiliki hak milik, namun juga dapat dilakukan atas dasar hak-hak lainnya
seperti hak pakai, HGB, HGU, hak tanggungan, dan lainnya. Sementara itu, Yahya Harahap
menjelaskan bahwa ada beberapa alasan lainnya, yakni Eksekusi tidak memenuhi syarat,
barang yang disita bukan milik Tersita, atau dalil dalam Gugatan tidak mempunyai dasar
hukum.
Berikut adalah Yurisprudensi dan preseden-preseden mengenai alasan mengajukan
Bantahan/Perlawanan:

1. Barang yang disita bukan milik Tersita

Nomor Putusan 349 PK/PDT/2017


Tingkat Putusan Peninjauan Kembali
Para Pihak Pemerintah RI cq Kemenkeu RI cq Dirjen Kekayaan Negara
(Pemohon PK dahulu Pelawan)
melawan
1. PT. Hasrat Tata Jaya (Termohon PK dahulu Terlawan 1)
2. Roduiyah (Termohon PK dahulu Terlawan 2)
3. Pemerintah RI cq Kemendikbur RI (Termohon PK dahulu
Terlawan 3)
4. Universitas Riau (Termohon PK dahulu Terlawan 4)
5. Pemkot Pekanbaru cq Kec. Tampan (Turut Termohon PK
dahulu Turut Terlawan 1)
6. Pemkot Pekanbaru cq Kec. Tampan cq Kel. Simpang Baru
(Turut Termohon PK dahulu Turut Terlawan 2)
Kasus Posisi Berdasarkan Putusan PN Pekanbaru Nomor
75/PDT.G/2007/PN.PBR antara Terlawan 1 melawan Terlawan
2, 3, dan 4, tanah yang menjadi obyek sengketa diserahkan
kepada Terlawan 1 lewat Eksekusi. Pelawan mengklaim bahwa
mereka adalah pemilik dari tanah tersebut, serta tidak pernah
dilibatkan dalam perkara tersebut. Pelawan kemudian
mengajukan Perlawanan terhadap Penetapan PN Pekanbaru
Nomor 26/PDT/EKS-PTS/2011, namun Perlawanannya diputus
tidak benar oleh Majelis Hakim. Pelawan kemudian
mengajukan Permohonan Peninjauan Kembali.
Hasil Bantahan Bantahan dikabulkan, Eksekusi dibatalkan

Dalam Putusan ini, Pelawan melakukan derden verzet dengan membuktikan bahwa
barang yang menjadi obyek sengketa bukanlah merupakan milik dari pihak yang
dikalahkan pada perkara pokok. Atas dasar tersebut, Majelis Hakim pada tingkat Kasasi
menyatakan Putusan perkara pokok pada tingkat pertama dan Penetapan Eksekusi
menjadi tidak punya kekuatan hukum.

2. Eksekusi tidak dilakukan sesuai syarat

Nomor Putusan 21/PDT/2016/PT.PBR


Tingkat Putusan Banding
Para Pihak PT Surya Dumai Agrindo (Pembanding dahulu Pelawan)
Melawan
1. PT Pan United (Terbanding dahulu Terlawan)
2. PT Riau Makmur Sentosa (Turut Terbanding dahulu Turut
Terlawan)
Kasus Posisi Eksekusi yang dilakukan atas permohonan yang diajukan oleh
PT Pan United dianggap bertentangan karena Penetapan
Eksekusi Nomor 16/PDT/EKS-PTS/2014/PN.PBR. bertentangan
dengan amar Putusan Pengadilan Negeri Pekanbaru perkara
Nomor 124/PDT.G/2011/PN.PBR.
Hasil Bantahan Bantahan dikabulkan, Eksekusi dibatalkan

Putusan Perlawanan ini kemudian di bawa ke tingkat Kasasi oleh PT Pan United, dimana
lewat Putusan MA Nomor 3021 K/PDT/2016, MA justru menguatkan Putusan Banding.
Dalam Putusan Banding tersebut, Majelis Hakim mengabulkan Perlawanan yang
diajukan oleh Pelawan atas dasar bahwa Eksekusi tidak dilakukan sesuai syarat karena
pelaksanaan Eksekusi serta diktum yang ada dalam Penetapan Eksekusi tidak sesuai
dengan amar putusan perkara pokok.

d. Bagaimanakah caranya sebuah pihak dapat mengajukan Bantahan/Perlawanan?


M. Yahya dalam bukunya yang berjudul Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang
Perdata, menjelaskan bahwa “suatu syarat agar Perlawanan dapat dipertimbangkan
sebagai alasan untuk menunda Eksekusi, harus dijalankan sebelum Eksekusi dijalankan”.
Dalam Putusan MA Nomor 349 K/PDT/2017, Majelis Hakim dalam pertimbangan
hukumnya menjelaskan bahwa Eksekusi belum diselesaikan karena penggantian kerugian
belum dilakukan oleh Tergugat dalam perkara pokok, sehingga dianggap Eksekusi belum
dijalankan.
Dari pertimbangan hukum tersebut, maka dapat dilihat bahwa Perlawanan terhadap
EKsekusi dapat dijalankan selama Eksekusi tersebut belum dijalankan, maupun apabila ada
pihak yang merasa kepentingannya dirugikan lewat dikeluarkannya Penetapan Eksekusi.

Anda mungkin juga menyukai