Anda di halaman 1dari 10

UPAYA HUKUM PERDATA

Given Teguh F., Nova Trisna D.S., Benita Lidya M., Vira Nur
Lestari, Rindiyani, Safira Intania P.

Jurusan Hukum, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,


Universitas Tidar
benitalidyaaa@gmail.com, novatrisnaa@gmail.com,
viranurl481@gmail.com, Rindiy440@gmail.com,
safirapermata28@gmail.com, givenpradana203@gmail.com

Pendahuluan
Indonesia adalah negara hukum. Hukum di Indonesia terbagi atas
hukum publik (orang dengan negara) dan hukum privat(orang dengan
perorangan). Hal yang diatur dalam hukum publik yaitu urusan antara
perorangan dengan sebuah negara atau dengan kata lain berisi fungsi
negara. Fokus dari hukum publik adalah kemaslahatan umum. Sedangkan
hukum privat memiliki pengertian yaitu pengaturan hubungan antar orang
dengan perseorangan lainnya. Fokus dari hukum privat yaitu penyelesaian
masalah pribadi antar individu. Hukum perdata termasuk ke dalam
golongan hukum privat karena berisi aturan mengenai kepentingan
individu dalam penyelesaian masalah.1
Pasca adanya putusan dari hakim, mungkin saja timbul
permasalahan setelahnya. Kemungkinan tersebut tentu harus
diminimalisasi dan diatasi dengan suatu proses yang disebut dengan
upaya hukum. Arti dari upaya hukum adalah sebuah tahapan dimana
subjek hukum yang dalam hal ini adalah seorang individu atau badan
hukum diperkenankan untuk menyanggah putusan hakim secara sah
oleh undang-undang.2 Proses ini dimaksudkan untuk perbaikan atau
1 Santosa, A. G. D. (2019). Perbedaan Badan Hukum Publik dan Badan

HukumPrivat. Jurnal Komunikasi Hukum (JKH), 5(2), 152-166.


2 Santandrea, J., & Adiasih, N. (2019). Kepastian Hukum Dari Penerapan

Ketentuan Batas Waktu Pengajuan Upaya Hukum Verzet (Studi Terhadap


Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor 9/Pdt. Plw./2017/PN.. JKT.
BRT. Jo. Putusan Pengadilan Tinggi Dki Jakarta Nomor 107/Pdt/2018/PT. DKI).
kemungkinan kekeliruan sebuah putusan. Pengajuan upaya hukum
diperbolehkan apabila ada pihak yang masih kurang puas terhadap
putusan. Apabila tergugat tidak yakin dengan putusan hakim karena
dirasa tidak terpenuhinya keadilan, maka ia juga diperkenankan
untuk pengajuan upaya hukum. Seperti yang kita ketahui bahwa
hukum dan keadilan memang saling berkaitan erat.3
Dalam pelaksanaannya, upaya hukum dikategorikan menjadi dua
jenis, yaitu upaya hukum biasa dan juga upaya hukum luar biasa.
Pengertian upaya hukum biasa adalah upaya penangguhan eksekusi
berupa penolakan putusan verstek, banding dan kasasi.4 Upaya
hukum biasa dapat diajukan saat sebuah putusan belum ditetapkan
kekuatan hukumnya(incracht). Suatu putusan dengan kekuatan
hukum tetap juga dapat mengajukan upaya hukum apabila tergugat
menghendakinya, yang disebut dengan upaya hukum luar biasa. Arti
dari upaya hukum luar biasa adalah penolakan terhadap suatu
putusan yang kekuatan hukumnya telah ditetapkan(inkracht)akan
tetapi, eksekusi tidak tertangguhkan.
Pembagian upaya hukum biasa terbagi menjadi tiga, yang
pertama verzet, kedua yaitu banding dan yang ketiga adalah kasasi.
Sedangkan upaya hukum luar biasa dibagi menjadi dua, yaitu
peninjauan kembali (PK) dan yang kedua adalah perlawanan pihak
ketiga (derden verzet).
Pembahasan
Pengertian dari verzet, banding, kasasi, peninjauan kembali,
dan perlawanan pihak ketiga
Upaya hukum biasa adalah upaya yang dilakukan terhadap
putusan yang belum berkekuatan hukum atau belum inkracht
namun jika putusan telah diterima maka upaya ini hapus. Upaya ini
terdiri dari :
● Verzet
Verzet (Perlawanan) adalah upaya hukum dengan melawan
putusan verstek atau putusan pengadilan karena tidak
hadirnya tergugat. Hal ini sejalan pada pasal 125 ayat 3 jo.
129 HIR dan pasal 149 ayat 3 jo. 153 Rbg. Verzet ini

Jurnal Hukum Adigama, 2(2), 215-240.


3 Emma Aulia, S. H. (2019). Upaya Hukum Keberatan dan Tergugat dalam

Gugatan Sederhana. Nusamedia.


4 Jasri Saleh, A. M. (1998). PENGARUH UPAYA HUKUM LUAR BIASA

TERHADAP PENUNDAAN EKSEKUSI PERKARA PERDATA (Doctoral


dissertation, Universitas Hasanuddin).
ditujukan untuk tergugat agar dapat memberi alasan atas
tidak hadirnya tergugat dalam persidangan pada waktu itu.
Verzet ini dilakukan dimana tergugat melawan penggugat
karena tidak terima atas putusan pengadilan sehingga
pengadilan memeriksa ulang putusan agar dapat dibatalkan
● Banding
Banding adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh
penggugat maupun tergugat atas tidak terimanya pada
putusan pengadilan. Banding ini diajukan oleh pihak yang
dikalahkan untuk diperiksa ulang. Dasar hukum banding ini
diatur dalam UU No. 20/1947 untuk wilayah Jawa dan
Madura sedangkan diluar wilayah tersebut menggunakan
pasal 199 sampai 205 Rbg.
● Kasasi
Upaya yang dilakukan oleh MA untuk memeriksa atau
membatalkan putusan pengadilan yang ada dibawahnya.
Putusan tersebut diperiksa agar tepat dan tidak
bertentangan dengan hukum yang ada. Dasar hukum dalam
mengajukan kasasi yaitu Pasal 29, ep UU No. 14/1985 jo. UU
No. 5/2004.

Upaya hukum luar biasa adalah dilakukannya upaya hukum yang


pada putusan dalam hal tertentu yang disebut undang-undang yang
sudah incraht. Upaya hukum luar biasa ini terdiri dari:
● Peninjauan Kembali
Upaya hukum yang dilakukan seseorang yang dijatuhi
hukuman agar suatu putusan dari pengadilan yang sudah
pasti ini diperiksa atau ditinjau kembali, dalam upaya ini
putusan pengadilan tetap dilaksanakan dan tidak
ditangguhkan atau dihentikan. Dasar hukum untuk
melakukan peninjauan kembali ada pada pasal 66 sampai
pasal 77 UU No. 14/1985 jo PERMA No. 1 Tahun 1982.
● Perlawanan Pihak Ketiga ( derdenverzet )
Upaya hukum atau perlawanan ini adalah upaya yang
dilakukan oleh pihak ketiga yang merasa dirugikan
kepentingan dan haknya atas putusan hakim, pihak ketiga ini
awalnya tidak ada hubungannya dengan suatu perkara yang
diputuskan hakim. Dasar hukum perlawanan pihak ketiga ini
mengacu pada pasal 207 HIR, pasal 1917 KUHPerdata dan
pasal 378 sampai 384 Rv
Apa Saja Alasan Tergugat Dapat Mengajukan upaya hukum

Tergugat dapat mengajukan verzet atau perlawanan terhadap


putusan verstek yang dijatuhkan oleh pengadilan, jika tergugat
merasa dirugikan dan tidak hadir dalam persidangan tanpa alasan
yang sah. Namun, hak tergugat untuk mengajukan verzet gugur jika
penggugat telah mengajukan upaya hukum banding terhadap
putusan hakim. Tenggang waktu untuk mengajukan verzet adalah 14
hari terhitung sejak tanggal pemberitahuan putusan verstek oleh
jurusita pengganti kepada tergugat atau kuasanya.

● Tergugat dapat mengajukan banding jika merasa dirugikan oleh


putusan pengadilan. Alasan tergugat untuk mengajukan
banding bisa bermacam-macam, seperti ketidakpuasan
terhadap putusan pengadilan, merasa dirugikan, atau merasa
bahwa putusan tersebut tidak sesuai dengan hukum yang
berlaku.ber

● Tergugat dapat mengajukan kasasi dengan alasan-alasan


tertentu sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
Berdasarkan Pasal 30 UU No 14/1985 jo. UU No 5/2004, alasan
yang dapat dipergunakan dalam permohonan kasasi antara lain
adalah: tidak berwenang, salah menerapkan atau melanggar
hukum yang berlaku, lalai memenuhi syarat-syarat yang
diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan, dan
kekhilafan hakim atau suatu kekeliruan yang nyata. Selain itu,
dalam pengajuan permohonan kasasi, pemohon wajib
menyampaikan memori kasasi yang memuat alasan-alasannya.

● Dalam hukum acara perdata, tergugat dapat mengajukan


peninjauan kembali (PK) dengan alasan-alasan tertentu.
Berdasarkan, alasan tergugat dalam hukum acara perdata untuk
dapat mengajukan peninjauan kembali antara lain adalah:

1. Kesalahan atau kekhilafan hakim dalam memutus.

2. Penemuan bukti baru setelah perkara diputus.

3. Kekhilafan hakim atau kekeliruan yang nyata dalam suatu


putusan
Tenggang waktu pengajuan permohonan peninjauan kembali
adalah 180 hari sejak putusan memperoleh kekuatan hukum
tetap dan telah diberitahukan kepada para pihak yang
berperkara. Permohonan peninjauan kembali harus diajukan
sendiri oleh para pihak yang berperkara, ahli warisnya, atau
seorang wakilnya yang secara khusus dikuasakan untuk itu.

● Perlawanan pihak ketiga (denderverzet) adalah upaya hukum


luar biasa yang dapat diajukan oleh pihak ketiga yang dirugikan
atas sita eksekusi atau sita jaminan. Alasan tergugat untuk
mengajukan perlawanan pihak ketiga adalah jika pihak ketiga
tersebut memiliki alas hak atas barang yang disita dan berhasil
membuktikannya, maka ia akan dinyatakan sebagai pelawan yang
benar dan sita akan diperintahkan untuk dicabut. Selain itu, pihak
ketiga juga dapat mengajukan perlawanan pihak ketiga jika
terdapat suatu kekhilafan hakim atau kekeliruan yang nyata
dalam putusan pengadilan.

Kapan tergugat dapat mengajukan upaya hukum


● Upaya hukum verzet dapat dilakukan dan diajukan oleh
tergugat apabila putusan verstek tidak didahului upaya hukum
banding yang diajukan penggugat, apabila penggugat
mengajukan upaya hukum banding terlebih dahulu maka
tergugat yang tidak hadir tidak dapat mengajukan upaya
hukum verzet. Berdasar ketentuan pada Pasal 129 ayat (2) HIR
tergugat dapat mengajukan verzet (perlawanan) yaitu 14 hari
setelah diterimanya putusan verstek oleh tergugat, hal ini
apabila pemberitahuan putusan diterima langsung oleh
tergugat. Namun apabila putusan verstek tidak diberitahukan
kepada tergugat, maka tergugat dapat mengajukan verzet
dengan tenggang waktu yaitu 8 hari sesudah peringatan atau
tergugat tidak hadir setelah dipanggil secara resmi dan patut.
Apabila pengajuan verzet melebihi waktu yang telah ditentukan
maka putusan tersebut secara langsung menjadi berkekuatan
hukum tetap.
● Dalam upaya hukum banding tergugat dapat mengajukan
banding yaitu 14 hari sejak putusan dibacakan oleh majelis
hakim dengan ketentuan para pihak bersangkutan hadir atau
14 hari semenjak pemberitahuan putusan dengan salah satu
pihak tidak hadir. Namun apabila putusan yang dibaca majelis
hakim tidak dihadiri oleh tergugat (putusan verstek) maka
tidak dapat mengajukan permohonan banding, melainkan
verzet (perlawanan).
● Dalam upaya hukum kasasi tergugat dapat mengajukan
permohonan kasasi sesuai waktu yang ada pada ketentuan
yaitu 14 hari sejak penetapan atau putusan Pengadilan Tinggi
yang disampaikan kepada pihak terkait, serta 14 hari setelah
permohonan kasasi didaftarkan dan dicatat maka pemohon
kasasi wajib membuat memori kasasi yang berisi dengan
alasan-alasan mengajukan permohonan kasasi.5
● Upaya hukum peninjauan kembali dapat diajukan dengan masa
tenggang waktu selambat-lambatnya yaitu 180 hari sejak
putusan memiliki kekuatan hukum tetap dan putusan itu telah
disampaikan kepada para pihak yang berperkara.
● Dalam upaya hukum perlawanan pihak ketiga (derden verzet)
tergugat dapat mengajukan perlawanan pihak ketiga terhadap
sita eksekutorial dan sita jaminan yang merugikan hak dan
kepentingan pihak ketiga dari putusan yang telah memiliki
kekuatan hukum yang tetap.6
Prosedur dalam mengajukan upaya hukum
A. Prosedur mengajukan derden verzet (perlawanan pihak ketiga):
1. Surat derden verzet diajukan kepada panitera pengadilan
negri secara tertulis ataupun lisan. 7
2. Surat permohonan derden verzet disampaikan kepada pihak
panitera pengadilan negri dimana putusan perkara
disampaikan dan berlangsung selama 8 hari sesudah
duberitahukan penyitaan.
3. Pihak terkait tidak dapat menghalangi lelang terhadap
barang sitaan, kecuali pihak ketua pengadilan negri yang
bersangkutan memerintahkan untuk menunda lelang sampai
dijatuhkannya putusan.
4. Bila perlawanan diterima oleh pihak pengadilan negri maka
segala biaya kerugian yang timbul akan dibebankan kepada

5 Sitorus, S. (2018). Upaya Hukum Dalam Perkara Perdata (Verzet, Banding, Kasasi,
Peninjauan Kembali dan Derden Verzet). Hikmah, 15(1), 63-71.
6 Pradnyawati, P., & Laba, I. N. (2018). Tinjauan Yuridis Mengenai Perlawanan Pihak

Ketiga (Derden Verzet) Terhadap Putusan Verstek. Wicaksana: Jurnal Lingkungan


dan Pembangunan, 2(1), 25-33.
7 Sitorus, Syahrul. “Upaya Hukum Dalam Perkara Perdata (Verzet, Banding, Kasasi,

Peninjauan Kembali dan Derden Verzet).” Hikmah 15, no. 1 (2018): 63-71.
pihak yang meminta penyitaan.
5. Bila perlawanan ditolak, supaya perlawanan dikatakan sah
maka orang yang meminta penyitaan harus mengajukan
tuntutan dalam kurun waktu 1bulan setelah putusan
perlawanan verzet disampaikan.
B. Prosedur dalam mengajukan upaya hukum permohonan
banding:
1. Mengajukan permohonan banding kepanitera pengadilan
negri yang sesuai dengan tempat putusan dijatuhkan.
Dalam mengajukan permohonan tersebut tahap awal
ialah mhmbayar biaya permohonan banding kisaran Rp
1.000.000-Rp 1.500.000 tergantung prosedur dari
2. Surat permohonan banding dapat diajukan secara tertulis
atau lisan sesuai dengan UU No. 20 Tahun 1947 Pasal 7
yang disampaikan oleh kuasa hukum dari pihak
pemohon.
3. Pihak panitera pengadilan negri menerbitkan surat
keterangan banding yang berisikan tanggal dan waktu
penerimaan. Surat permohonan banding ditanda tangani
oleh pihak panitera pengadilan negri dan pihak pemohon
banding.
4. Surat permohonan banding yang telah ditandatangani
pihak panitera akan memberitahukan kepada pihak
pemohon dengan waktu paling lama 14 hari setelah surat
permohonan banding diterima.
5. Pihak pemohon diberikan waktu selama 14 hari untuk
melihat dan mengecek serat serta berkas di pengadilan
negri terkait.
C. Prosedur dalam mengajukan upaya hukum kasasi:
1. Permohonan kasasi disampaikan kepada panitera pengadilan
negri yang memutus perkara dengan sudah melunasi biaya
perkara sebesar Rp 1.500.000 yang sudah meliputi berkas dan
dokumen. Kembali kepada pihak panitera pengadilan negri
yang menentukan biaya perkara yang dikeluarkan. Dijelaskan
dalam Pasal 46 sampai 47 No. 14/1985.
2. Pihak panitera pengadilan negri akan mencatat dan
menerbitkan akta dibuku daftar yang akan dicantumkan dalam
berkas permohonan kasasi.
3. Surat permohonan kasasi yang didaftarkan akan diberitahukan
oleh pihak penitera pengadilan negri secara tertulis maupun
lisan dengan waktu paling lama 7hari. Dalam buku daftar
pemohon kasasi diwajibkan untuk melampirkan memori kasasi
yang berisikan alasan permohonan kasasi.
4. Pihak panitera pengadilan negri menyampaikan memori kasasi
dan alasan pemohom kepada lawan dengan waktu paling lama
30 hari sebagaimana telah dijelaskan dalam Pasal 47 ayat (2)
UU No. 14/1985.
5. Pihak dari lawan memiliki hak atau diperbolehkan mengajukan
ketidaksetujuan atas kasasi dalam kurun waktu 14 hari setelah
berkas terkait memori kasasi diterima sebagaimana dijelaskan
dalam ayat (3) UU No. 14 pasal 47 Tahun 1985.
6. Setelah menerima hasil dari memori kasasi dan ketidaksetujuan
terhadap kasasi dari pihak pengadilan negri mengirimkan
semua nerkas tersebut kepada Mahkamah Agung yang
dijelaskan dalam UU ayat (1) No. 14 pasal 48 Tahun 1983.
D. Prosedur dalam mengajukan peninjauan kembali:
1. Permohonan untuk melakukan peninjauan kembali dapat
diajukan oleh pihak terkait kepada Mahkamah Agung
ketika telah melunasi biaya perkara sesuai ketentuan
pihak pepaniteraan pengadilan negri.
2. Surat permohonan untuk melakukan peninjauan kembali
dapat diajukan secara tertulis maupun lisan. Bila
disampaikan secara tertulis pemohon wajib menuliskan
penjelasan yang jelas disertai alasan yang valid.
3. Jikalau surat permohonan yang diajukan kepada pihak
pengadilan secara lisan maka pemohon menjelaskan
secara langsung di hadapan pihak panitera pengadilan
negri dan hakim yang telah ditunjuk untuk menyelesaikan
perkara tersebut.
4. Setelah ketua pengadilan negri menerima surat
permohonan maka pihak panitera pengadilan negri wajib
memberikan salinan permohonan kepada lawan
pemohon dalam jangka waktu paling lama 14 hari
5. Pihak tergolong peninjauan kembali mempunyai waktu
30 hari setelah dikirimkan salinan permohonan untuk
melakukan kontra terhadap memori permohonan
peninjauan kembali.
E. Prosedur dalam mengajukan upaya hukum verzet (perlawanan):
1. Terdakwa mengajukan surat perlawanan verzet dalam
kurun waktu 14 hari setelah putusan dibacakan.
2. Jika putusan tidak diberitahukan secara langsung dak
waktu aanmaning pihak tergugat hadir maka akan diberi
waktu 8 hari untuk mengajukan perlawanan verzet.
3. Jika tergugat tidak hadir dalam aanmaning maka akan
diberi waktu dihari ke-delapan setelah adanya putusan.

Simpulan
Indonesia merupakan negara hukum yang terdiri atas sistem
hukum privat dan hukum publik. Hukum publik sendiri berisikan
peraturan yang mengatur warga negara dengan negaranya,
sedangkan hukum privat berisikan hubungan orang perseorangan.
Pasca adanya putusan dari hakim dapat memungkinkan sebuah
permasalahan, namun permasalahan tersebut dapat diminimalisir
menggunakan upaya hukum. Upaya hukum merupakan bentuk
penyanggahan terhadap putusan hakim secara sah oleh undang -
undang.
Upaya hukum terbagi menjadi 2 yaitu upaya hukum biasa dan
luar biasa. Upaya hukum biasa memiliki arti sebuah upaya
penangguhan eksekusi berupa penolakan putusan verstek, banding
dan kasasi yang dapat diajukan saat putusan belum inkracht. Verzet
merupakan bentuk perlawanan hukum terhadap putusan verstek
atau putusan yang disampaikan pengadilan karena tidak hadirnya
tergugat. Kemudian banding dapat dilakukan oleh penggugat
maupun tergugat atas tidak terimanya pada putusan pengadilan.
Kasasi memiliki arti sebuah upaya yang dilakukan Mahkamah Agung
untuk memeriksa atau membatalkan putusan pengadilan yang ada
dibawahnya.
Upaya hukum luar biasa merupakan sebuah penolakan terhadap
suatu putusan yang telah dikatakan inkracht namun eksekusi tidak
tertangguhkan, upaya hukum tersebut berupa peninjauan kembali
dan perlawanan pihak ketiga (derdenverzet) juga dapat dilakukan
oleh pihak ketiga yang merasa dirugikan kepentingan dan haknya
atas putusan hakim, pihak ketiga ini tidak memiliki hubungan
dengan suatu perkara yang diputuskan hakim.

DAFTAR PUSTAKA
Emma Aulia, S. H. (2019). Upaya Hukum Keberatan dan Tergugat dalam Gugatan
Sederhana. Nusamedia.
Jasri Saleh, A. M. (1998). PENGARUH UPAYA HUKUM LUAR BIASA TERHADAP
PENUNDAAN EKSEKUSI PERKARA PERDATA (Doctoral dissertation,
Universitas Hasanuddin).
Pradnyawati, P., & Laba, I. N. (2018). Tinjauan Yuridis Mengenai Perlawanan Pihak
Ketiga (Derden Verzet) Terhadap Putusan Verstek. Wicaksana: Jurnal
Lingkungan dan Pembangunan, 2(1), 25-33.
Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, S.H., Hukum Acara Perdata Indonesia Edisi Revisi (
Yogyakarta: Liberty Yogyakarta: 2009), hal. 196.
Santandrea, J., & Adiasih, N. (2019). Kepastian Hukum Dari Penerapan Ketentuan
Batas Waktu Pengajuan Upaya Hukum Verzet (Studi Terhadap Putusan
Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor 9/Pdt. Plw./2017/PN.. JKT. BRT. Jo.
Putusan Pengadilan Tinggi Dki Jakarta Nomor 107/Pdt/2018/PT. DKI).
Jurnal Hukum Adigama, 2(2), 215-240.
Santosa, A. G. D. (2019). Perbedaan Badan Hukum Publik dan Badan Hukum Privat.
Jurnal Komunikasi Hukum (JKH), 5(2), 152-166.
Sitorus, S. (2018). Upaya Hukum Dalam Perkara Perdata (Verzet, Banding, Kasasi,
Peninjauan Kembali dan Derden Verzet). Hikmah, 15(1), 63-71.

EVALUASI
1. Alasan penggugat mengajukan banding?
2. Kapan penggugat mengajukan upaya hukum derden verzet?

Jawaban:
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
………………………………………………………

Anda mungkin juga menyukai