Given Teguh F., Nova Trisna D.S., Benita Lidya M., Vira Nur
Lestari, Rindiyani, Safira Intania P.
Pendahuluan
Indonesia adalah negara hukum. Hukum di Indonesia terbagi atas
hukum publik (orang dengan negara) dan hukum privat(orang dengan
perorangan). Hal yang diatur dalam hukum publik yaitu urusan antara
perorangan dengan sebuah negara atau dengan kata lain berisi fungsi
negara. Fokus dari hukum publik adalah kemaslahatan umum. Sedangkan
hukum privat memiliki pengertian yaitu pengaturan hubungan antar orang
dengan perseorangan lainnya. Fokus dari hukum privat yaitu penyelesaian
masalah pribadi antar individu. Hukum perdata termasuk ke dalam
golongan hukum privat karena berisi aturan mengenai kepentingan
individu dalam penyelesaian masalah.1
Pasca adanya putusan dari hakim, mungkin saja timbul
permasalahan setelahnya. Kemungkinan tersebut tentu harus
diminimalisasi dan diatasi dengan suatu proses yang disebut dengan
upaya hukum. Arti dari upaya hukum adalah sebuah tahapan dimana
subjek hukum yang dalam hal ini adalah seorang individu atau badan
hukum diperkenankan untuk menyanggah putusan hakim secara sah
oleh undang-undang.2 Proses ini dimaksudkan untuk perbaikan atau
1 Santosa, A. G. D. (2019). Perbedaan Badan Hukum Publik dan Badan
5 Sitorus, S. (2018). Upaya Hukum Dalam Perkara Perdata (Verzet, Banding, Kasasi,
Peninjauan Kembali dan Derden Verzet). Hikmah, 15(1), 63-71.
6 Pradnyawati, P., & Laba, I. N. (2018). Tinjauan Yuridis Mengenai Perlawanan Pihak
Peninjauan Kembali dan Derden Verzet).” Hikmah 15, no. 1 (2018): 63-71.
pihak yang meminta penyitaan.
5. Bila perlawanan ditolak, supaya perlawanan dikatakan sah
maka orang yang meminta penyitaan harus mengajukan
tuntutan dalam kurun waktu 1bulan setelah putusan
perlawanan verzet disampaikan.
B. Prosedur dalam mengajukan upaya hukum permohonan
banding:
1. Mengajukan permohonan banding kepanitera pengadilan
negri yang sesuai dengan tempat putusan dijatuhkan.
Dalam mengajukan permohonan tersebut tahap awal
ialah mhmbayar biaya permohonan banding kisaran Rp
1.000.000-Rp 1.500.000 tergantung prosedur dari
2. Surat permohonan banding dapat diajukan secara tertulis
atau lisan sesuai dengan UU No. 20 Tahun 1947 Pasal 7
yang disampaikan oleh kuasa hukum dari pihak
pemohon.
3. Pihak panitera pengadilan negri menerbitkan surat
keterangan banding yang berisikan tanggal dan waktu
penerimaan. Surat permohonan banding ditanda tangani
oleh pihak panitera pengadilan negri dan pihak pemohon
banding.
4. Surat permohonan banding yang telah ditandatangani
pihak panitera akan memberitahukan kepada pihak
pemohon dengan waktu paling lama 14 hari setelah surat
permohonan banding diterima.
5. Pihak pemohon diberikan waktu selama 14 hari untuk
melihat dan mengecek serat serta berkas di pengadilan
negri terkait.
C. Prosedur dalam mengajukan upaya hukum kasasi:
1. Permohonan kasasi disampaikan kepada panitera pengadilan
negri yang memutus perkara dengan sudah melunasi biaya
perkara sebesar Rp 1.500.000 yang sudah meliputi berkas dan
dokumen. Kembali kepada pihak panitera pengadilan negri
yang menentukan biaya perkara yang dikeluarkan. Dijelaskan
dalam Pasal 46 sampai 47 No. 14/1985.
2. Pihak panitera pengadilan negri akan mencatat dan
menerbitkan akta dibuku daftar yang akan dicantumkan dalam
berkas permohonan kasasi.
3. Surat permohonan kasasi yang didaftarkan akan diberitahukan
oleh pihak penitera pengadilan negri secara tertulis maupun
lisan dengan waktu paling lama 7hari. Dalam buku daftar
pemohon kasasi diwajibkan untuk melampirkan memori kasasi
yang berisikan alasan permohonan kasasi.
4. Pihak panitera pengadilan negri menyampaikan memori kasasi
dan alasan pemohom kepada lawan dengan waktu paling lama
30 hari sebagaimana telah dijelaskan dalam Pasal 47 ayat (2)
UU No. 14/1985.
5. Pihak dari lawan memiliki hak atau diperbolehkan mengajukan
ketidaksetujuan atas kasasi dalam kurun waktu 14 hari setelah
berkas terkait memori kasasi diterima sebagaimana dijelaskan
dalam ayat (3) UU No. 14 pasal 47 Tahun 1985.
6. Setelah menerima hasil dari memori kasasi dan ketidaksetujuan
terhadap kasasi dari pihak pengadilan negri mengirimkan
semua nerkas tersebut kepada Mahkamah Agung yang
dijelaskan dalam UU ayat (1) No. 14 pasal 48 Tahun 1983.
D. Prosedur dalam mengajukan peninjauan kembali:
1. Permohonan untuk melakukan peninjauan kembali dapat
diajukan oleh pihak terkait kepada Mahkamah Agung
ketika telah melunasi biaya perkara sesuai ketentuan
pihak pepaniteraan pengadilan negri.
2. Surat permohonan untuk melakukan peninjauan kembali
dapat diajukan secara tertulis maupun lisan. Bila
disampaikan secara tertulis pemohon wajib menuliskan
penjelasan yang jelas disertai alasan yang valid.
3. Jikalau surat permohonan yang diajukan kepada pihak
pengadilan secara lisan maka pemohon menjelaskan
secara langsung di hadapan pihak panitera pengadilan
negri dan hakim yang telah ditunjuk untuk menyelesaikan
perkara tersebut.
4. Setelah ketua pengadilan negri menerima surat
permohonan maka pihak panitera pengadilan negri wajib
memberikan salinan permohonan kepada lawan
pemohon dalam jangka waktu paling lama 14 hari
5. Pihak tergolong peninjauan kembali mempunyai waktu
30 hari setelah dikirimkan salinan permohonan untuk
melakukan kontra terhadap memori permohonan
peninjauan kembali.
E. Prosedur dalam mengajukan upaya hukum verzet (perlawanan):
1. Terdakwa mengajukan surat perlawanan verzet dalam
kurun waktu 14 hari setelah putusan dibacakan.
2. Jika putusan tidak diberitahukan secara langsung dak
waktu aanmaning pihak tergugat hadir maka akan diberi
waktu 8 hari untuk mengajukan perlawanan verzet.
3. Jika tergugat tidak hadir dalam aanmaning maka akan
diberi waktu dihari ke-delapan setelah adanya putusan.
Simpulan
Indonesia merupakan negara hukum yang terdiri atas sistem
hukum privat dan hukum publik. Hukum publik sendiri berisikan
peraturan yang mengatur warga negara dengan negaranya,
sedangkan hukum privat berisikan hubungan orang perseorangan.
Pasca adanya putusan dari hakim dapat memungkinkan sebuah
permasalahan, namun permasalahan tersebut dapat diminimalisir
menggunakan upaya hukum. Upaya hukum merupakan bentuk
penyanggahan terhadap putusan hakim secara sah oleh undang -
undang.
Upaya hukum terbagi menjadi 2 yaitu upaya hukum biasa dan
luar biasa. Upaya hukum biasa memiliki arti sebuah upaya
penangguhan eksekusi berupa penolakan putusan verstek, banding
dan kasasi yang dapat diajukan saat putusan belum inkracht. Verzet
merupakan bentuk perlawanan hukum terhadap putusan verstek
atau putusan yang disampaikan pengadilan karena tidak hadirnya
tergugat. Kemudian banding dapat dilakukan oleh penggugat
maupun tergugat atas tidak terimanya pada putusan pengadilan.
Kasasi memiliki arti sebuah upaya yang dilakukan Mahkamah Agung
untuk memeriksa atau membatalkan putusan pengadilan yang ada
dibawahnya.
Upaya hukum luar biasa merupakan sebuah penolakan terhadap
suatu putusan yang telah dikatakan inkracht namun eksekusi tidak
tertangguhkan, upaya hukum tersebut berupa peninjauan kembali
dan perlawanan pihak ketiga (derdenverzet) juga dapat dilakukan
oleh pihak ketiga yang merasa dirugikan kepentingan dan haknya
atas putusan hakim, pihak ketiga ini tidak memiliki hubungan
dengan suatu perkara yang diputuskan hakim.
DAFTAR PUSTAKA
Emma Aulia, S. H. (2019). Upaya Hukum Keberatan dan Tergugat dalam Gugatan
Sederhana. Nusamedia.
Jasri Saleh, A. M. (1998). PENGARUH UPAYA HUKUM LUAR BIASA TERHADAP
PENUNDAAN EKSEKUSI PERKARA PERDATA (Doctoral dissertation,
Universitas Hasanuddin).
Pradnyawati, P., & Laba, I. N. (2018). Tinjauan Yuridis Mengenai Perlawanan Pihak
Ketiga (Derden Verzet) Terhadap Putusan Verstek. Wicaksana: Jurnal
Lingkungan dan Pembangunan, 2(1), 25-33.
Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, S.H., Hukum Acara Perdata Indonesia Edisi Revisi (
Yogyakarta: Liberty Yogyakarta: 2009), hal. 196.
Santandrea, J., & Adiasih, N. (2019). Kepastian Hukum Dari Penerapan Ketentuan
Batas Waktu Pengajuan Upaya Hukum Verzet (Studi Terhadap Putusan
Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor 9/Pdt. Plw./2017/PN.. JKT. BRT. Jo.
Putusan Pengadilan Tinggi Dki Jakarta Nomor 107/Pdt/2018/PT. DKI).
Jurnal Hukum Adigama, 2(2), 215-240.
Santosa, A. G. D. (2019). Perbedaan Badan Hukum Publik dan Badan Hukum Privat.
Jurnal Komunikasi Hukum (JKH), 5(2), 152-166.
Sitorus, S. (2018). Upaya Hukum Dalam Perkara Perdata (Verzet, Banding, Kasasi,
Peninjauan Kembali dan Derden Verzet). Hikmah, 15(1), 63-71.
EVALUASI
1. Alasan penggugat mengajukan banding?
2. Kapan penggugat mengajukan upaya hukum derden verzet?
Jawaban:
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
………………………………………………………