Anda di halaman 1dari 4

Dalam melaksanakan peradilan tidak semua putusan yang dijatuhkan oleh hakim mutlak sudah

adil dan benar, selalu ada kemungkinan putusan yang dijatuhkan tidak tepat dan dirasa tidak adil
oleh para pihak yang berperkara. Untuk itulah ada Lembaga Pengadilan Tinggi dan Mahkamah
Agung sebagai Lembaga yang dapat membantu mengoreksi terhadap putusan hakim pengadilan
dibawahnya yang tidak adil dan tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku. Demi keadilan dan
kebenaran setiap putusan pengadilan sebelumnya ada kemungkinan akan dikoreksi dan
kesalahan yang dibuat hakim dapat diperbaiki. Pengadilan menyiapkan jalur upaya-upaya hukum
yang dapat diikuti demi mendapatkan putusan yang adil sehingga putusan yang keliru dapat
diperbaiki.

1. Berikan analisis Anda terhadap macam-macam upaya hukum yang ada pada
Hukum Acara Perdata ?

ada beberapa jenis upaya hukum yang di kenal dalam hukum acara perdata :

a. Upaya hukum melawan gugatan

upaya hukum melawan gugatan, yaitu cara atau upaya yang diberikan oleh hukum kepada tergugat
untuk memberikan sanggahan apabila terhadapnya diajukan gugatan oleh penggugat. Ada dua jenis
upaya hukum melawan gugatan sebagai berikut

• Eksepsi, yaitu sanggahan atau tangkisan yang tidak mengenai pokok perkaranya, tetapi jika
berhasil, hal itu dapat menghentikan pemeriksaan perkara.
• Rekonvensi, yaitu suatu upaya hukum melawan gugatan yang sifatnya tidak langsung.

b. Upaya hukum mencampuri urusan

masuknya atau ikutnya serta pihak ketiga dalam proses pada saat pemeriksaan perkara sedang berjalan.
Cara yang diberikan hukum kepada pihak ketiga untuk mencampuri proses terdiri atas

• Intervensi (mencampuri),
• Voegen (turut serta),
• Vtijwaring (menjamin)

c. Upaya pembuktian

upaya pembuktian, yaitu upaya yang diberikan hukum kepada para pihak yang berperkara yang berupa
alat-alat bukti guna membuktikan atau memberikan keyakinan kepada hakim akan kebenaran dalil-dalil
yang dikemukan oleh para pihak.

d. Upaya hukum melawan putusan

upaya hukum melawan putusan, yaitu upaya yang diberikan kepada hukum kepada pihak yang merasa
tidak puas atas suatu putusan untuk mencegah atau memperbaiki kekeliruan dalam putusan tersebut.
Upaya hukum melawan putusan menjadi upaya hukum biasa dan upaya hukum luar biasa.

e. Upaya hukum melawan sita


Upaya hukum melawan sita, yaitu suatu cara yang diberikan kepada hukum untuk melawan sita yang
dijatuhkan oleh hakim. Ini terdiri atas

• Perlawanan (verset) dari yang bersangkutan dan


• Perlawanan (verset) dari pihak ketiga.

f. Upaya hukum melawan eksekusi

upaya hukum melawan eksekusi, yaitu suatu cara yang diberikan hukum untuk melawan pelaksanaan
(eksekusi) putusan yang terdiri atas

• Perlawanan (verset) dari yang bersangkutan dan


• Perlawanan (verset) dari pihak ketiga.

2. Berikan pendapat Anda mengenai perlunya upaya hukum diberikan kepada pihak
berperkara terhadap putusan hakim ?

Perlunya upaya hukum diberikan oleh undang-undang kepada seseorang atau badan hukum untuk hal
tertentu untuk melawan putusan hakim sebagai tempat bagi pihak-pihak yang tidak puas dengan
putusan hakim yang dianggap tidak sesuai dengan apa yang diinginkan, tidak memenuhi rasa keadilan,
karena hakim juga seorang manusia yang dapat melakukan kesalahan/kekhilafan sehingga salah
memutuskan atau memihak salah satu pihak.

Pasal 123 HIR, 156 RBg menentukan bahwa pada saat pemeriksaan perkara, ketua wewenang untuk
memberikan penerangan dan menunjukan upaya hukum dan alat-alat bukti kepada para pihak, jika hal
ini dipandang perlu demi kebaikan dan kelancaran pemeriksaan.

Sebagaimana diketahui bahwa menurut system acara perdata yang berlaku di indonesia, orang yang
merasa dirugikan haknya dapat maju sendiri dimuka pengadilan untuk mohon penyelesaian perkaranya
tampa harus menunjuk kuasa hukum. Hanya ada satu pasal yang memberikan kemungkinan orang
menunjuk kuasa hukum, tetapi tidak ada pasal lain yang mengatur siapa yang dapat ditunjuk sebagai
kuasa hukum. Oleh karena itu, setiap orang dapat begitu saja maju kemuka pengadilan meskipun orang
tersebut tidak mengenal hukum sehingga undang-undang memberi kemungkinan kepada hakim untuk
memberi bantuan kepada para pihak agar pemeriksaan berjalan teratur dan lancar. Dalam hal demikian,
hakim dapat memberikan pentunjuk tentang upaya hukum dan alat-alat bukti yang digunakan untuk
para pihak selama proses berjalan.
3. Jelaskan secara rinci upaya hukum melawan putusan yang Anda ketahui ?

demi kebenaran dan keadilan terhadap setiap putusan, hukum member cara untuk melawan
putusan tersebut kepada pihak yang merasa tidak puas akan putusan tersebut guna memperbaiki
kekeliruan atau kekhilafan demi keadilan dan kebenaran.

Upaya hukum melawan putusan ada beberapa macam sebagai berikut :

a. Biasa

• Verset, yaiut perlawanan dari tergugat terhadap putusan verstek yang mengalahkanya.
Diajukan kepada pengadilan negeri yang memutus perkaranya dalam waktu sebagaimana
diatur dalam Pasal 129HIR
• Banding adalah pemeriksaan ulang oleh pengadilan tinggi terhadap putusan pengadilan
negeri yang dimintakan banding. Permohonan banding diajukan oleh pihak yang
bersangkutan sendiri atau oleh kuasa hukumnya, disampaikan secara lisan atau tertulis
kepada pengadilan negeri yang menjatuhkan putusan dalam 14 hari terhitung terhitung
mulai hari berikutnya semenjak putusan dibaca.
• Kasasi adalah pembatalan putusan atau penetapan pengadilan-pengadilan dari semua
lingkaran peradilan dalam tingkat akhir. Permohonan kasasi hanya dapat diajukan jika
terhadap perkaranya permohonan telah menggunakan upaya banding, kecuali ditentukan
lain oleh UU.
Permohonan kasasi dapat diajukan oleh pihak berperkara atau wakilnya yang diberikan
kuasa secara khusus. Prose kasasi ini dapat diajukan, baik secara tertulis maupun lisan,
dalam tenggat 14 hari setelah putusan atau penetapan pengadilan yang dimaksud
diberitahukan kepada pemohon.

b. Istimewa

• Peninjauan kembali adalah pemeriksaan/peninjauan ulang atas putusan yang dijatuhkan


pada tingkat terakhir atau putusan vertek yang sudah tidak terbuka lagi kemungkinan
pengajukan verset. Peninjauan kembali hanya bersifat incidental dan tidak terus-menerus
terhadap setiap putusan yang sudah berkekuatan tetap. Permohonan peninjauan kembali
dapat dilakukan apabila dalam putusan mengenai perkara yang bersangkutan ditemukan
hal-hal sebagai berikut:

1. Adanya suatu kebohongan, tipu muslihat, atau bukti-bukti palsu, yang untuk itu semua
telah dinyatakan pula oleh hakim pidana. Peninjauan kembali dapat diajukan dengan
masa tenggang waktu 180 hari sejak diketahuinya kebohongan, tipu muslihat, atau bukti-
bukti palsu berdasarkan putusan hakim pidana.
2. Adanya surat-surat bukti yang bersifat menentukan, jika surat-surat bukti dimaksud
dikemukakan ketika proses persidangan berlangsung. Bukti semacam itu disebut pula
dengan istilah novum. Peninjauan kembali dapat diajukan dengan masa tenggang waktu
180 hari sejak diketahui atau ditemukannya bukti baru (novum).
3. Adanya kenyataan bahwa putusan hakim mengabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau
lebih dari yang dituntut. Peninjauan kembali dapat diajukan dalam tenggang waktu 180
hari sejak putusan memiliki kekuatan hukum tetap dan telah diberitahukan kepada pihak-
pihak yang berperkara.
4. Adanya bagian mengenai suatu tuntutan dalam gugatan yang belum diputus tanpa ada
pertimbangan sebab-sebabnya. Peninjauan kembali diajukan dengan masa tenggang
waktu 180 hari sejak putusan mempunyai kekuatan hukum tetap dan telah diberitahukan
kepada pihak-pihak yang berperkara.
5. Adanya putusan yang saling bertentangan, meskipun para pihaknya sama, mengenai
dasar atau soal yang sama, atau sama tingkatannya. Peninjauan kembali ditujukan dengan
masa tenggang waktu 180 hari sejak putusan mempunyai kekuatan hukum yang tetap dan
telah diberitahukan kepada pihak-pihak yang berperkara.
6. Adanya kenyataan bahwa putusan itu mengandung suatu kekhilafan atau kekeliruan yang
nyata sehingga merugikan pihak yang bersangkutan. Peninjauan kembali dapat diajukan
dengan masa tenggang waktu 180 hari sejak putusan mempunyai kekuatan hukum yang
tetap dan telah diberitahukan kepada pihak-pihak yang berperkara.

• Derden Verzet merupakan upaya perlawanan dari pihak ketiga terhadap pelaksanaan
putusan hakim. Derden verzet bukan merupakan upaya hukum oleh pihak ketiga terhadap
putusan verstek, dan apa bila hal tersebut dilakukan oleh pihak ketiga yang tidak ikut
sebagai pihak dalam putusan verstek, maka perlawanan ini sudah seharusnya ditolak oleh
hakim dan bukan merupakan derden verzet. Perlawanan derden verzet yang sudah
diajukan oleh pihak ketiga terhadap putusan verstek tersebut sudah semestinya ditolak
karena bukan merupakan upaya hukum dari putusan verstek.
Bahwa upaya hukum yang dapat dilakukan atas penjatuhan putusan verstek adalah verzet,
dimana upaya hukum tersebut dilakukan oleh pihak tergugat, maka hakim didalam
mempertimbangkan perlawanan pihak ketiga terhadap putusan verstek telah tidak
memperhatikan dan mengabaikan ketentuan hukum acara perdata yang sudah berlaku.
Sehingga putusannya bukan mengabulkan perlawanan, namun dalam hal ini pelawan
harus dinyatakan sebagai pelawan yang tidak benar dan menolak perlawanan pelawan
untuk seluruhnya.

Anda mungkin juga menyukai