UPAYA
HUKUM
DALAM PERKARA PIDANA
DAN PERDATA
Upaya Hukum Perkara Pidana
Back to Agenda
Upaya Hukum Pada
Perkara Pidana
Upaya hukum dalam hukum pidana disebutkan pada Pasal
1 angka 12 KUHAP, menyebutkan upaya hukum adalah hak
terdakwa atau penuntut umum untuk tidak menerima
putusan pengadilan yang berupa perlawanan atau banding
atau kasasi atau hak terpidana untuk mengajukan
permohonan peninjauan kembali dalam hal serta menurut
cara yang diatur dalam undang-undang ini. Jenisnya terbagi
menjadi 2 yaitu:
BANDING
Banding adalah hak terdakwa atau penuntut umum untuk
menolak putusan pengadilan, dengan tujuan untuk meminta
pemeriksaan ulang oleh pengadilan yang lebih tinggi serta
untuk menguji ketepatan penerapan hukum dan putusan
pengadilan tingkat pertama.
tujuan dari banding sendiri adalah untuk meminta pemeriksaan
ulang oleh pengadilan yang lebih tinggi serta untuk menguji
ketepatan penerapan hukum dan putusan pengadilan tingkat
pertama.
Upaya hukum kasasi diatur dalam Pasal 244-258 KUHAP.
Pasal 244 KUHAP jo. Putusan MK No. 114/PUU-X/2012
mengatur terhadap putusan perkara pidana yang
diberikan pada tingkat terakhir oleh pengadilan lain selain
daripada Mahkamah Agung, terdakwa atau penuntut
umum dapat mengajukan permintaan pemeriksaan kasasi
KASASI kepada Mahkamah Agung.
Suatu upaya hukum terhadap putusan di luar hadirnya tergugat (putusan verstek). Dasar hukum verzet dapat dilihat di dalam pasal
129 HIR. Verzet dapat dilakukan dalam tempo/tenggang waktu 14 hari (termasuk hari libur) setelah putusan putusan verstek
2. jangka waktu untuk mengajukan perlawanan adalah tidak boleh lewat dari 14 hari dan jika ada eksekusi tidak boleh lebih
3. verzet dimasukan dan diajukan kepada Ketua Pengadilan Negeri di wilayah hukum dimana penggugat mengajukan
gugatannya.
Upaya Hukum Biasa
(Banding)
Upaya hukum yang dilakukan apabila salah satu pihak tidak puas terhadap putusan
Pengadilan Negeri. Dasar hukumnya adalah UU No 4/2004 tentang Perubahan Atas
Undang-undang Pokok Kekuasaan dan UU No 20/1947 tentang Peradilan Ulangan.
Permohonan banding harus diajukan kepada panitera Pengadilan Negeri yang
menjatuhkan putusan (pasal 7 UU No 20/1947). Urutan banding menurut pasal 21
UU No 4/2004 jo. pasal 9 UU No 20/1947 mencabut ketentuan pasal 188-194 HIR,
yaitu:
• ada pernyataan ingin banding
• panitera membuat akta banding
• dicatat dalam register induk perkara
• pernyataan banding harus sudah diterima oleh terbanding paling lama 14 hari
sesudah pernyataan banding tersebut dibuat.
• pembanding dapat membuat memori banding, terbanding dapat mengajukan
kontra memori banding.
Upaya Hukum Biasa
(Kasasi)
Terjadi apabila dalam suatu putusan pengadilan merugikan kepentingan dari pihak ketiga,
maka pihak ketiga tersebut dapat mengajukan perlawanan terhadap putusan tersebut.
Dasar hukumnya adalah 378-384 Rv dan pasal 195 (6) HIR.
Dikatakan sebagai upaya hukum luar biasa karena pada dasarnya suatu putusan hanya
mengikat pihak yang berperkara saja (pihak penggugat dan tergugat) dan tidak mnegikat
pihak ketiga (tapi dalam hal ini, hasil putusan akan mengikat orang lain/pihak ketiga, oleh
ebab itu dikatakan luar biasa).
Denderverzet diajukan ke Pengadilan Negeri yang memutus perkara tersebut pada tingkat
pertama.
DO YOU HAVE ANY QUESTION?