Anda di halaman 1dari 17

Write date here

UPAYA
HUKUM
DALAM PERKARA PIDANA
DAN PERDATA
Upaya Hukum Perkara Pidana

Upaya Hukum Perkara Perdata

Back to Agenda
Upaya Hukum Pada
Perkara Pidana
Upaya hukum dalam hukum pidana disebutkan pada Pasal
1 angka 12 KUHAP, menyebutkan upaya hukum adalah hak
terdakwa atau penuntut umum untuk tidak menerima
putusan pengadilan yang berupa perlawanan atau banding
atau kasasi atau hak terpidana untuk mengajukan
permohonan peninjauan kembali dalam hal serta menurut
cara yang diatur dalam undang-undang ini. Jenisnya terbagi
menjadi 2 yaitu:

• Upaya Hukum Biasa


• Upaya Hukum Luar Biasa
UPAYA HUKUM BIASA
(BAB XVII KUHAP )

BANDING
Banding adalah hak terdakwa atau penuntut umum untuk
menolak putusan pengadilan, dengan tujuan untuk meminta
pemeriksaan ulang oleh pengadilan yang lebih tinggi serta
untuk menguji ketepatan penerapan hukum dan putusan
pengadilan tingkat pertama.
tujuan dari banding sendiri adalah untuk meminta pemeriksaan
ulang oleh pengadilan yang lebih tinggi serta untuk menguji
ketepatan penerapan hukum dan putusan pengadilan tingkat
pertama.
Upaya hukum kasasi diatur dalam Pasal 244-258 KUHAP.
Pasal 244 KUHAP jo. Putusan MK No. 114/PUU-X/2012
mengatur terhadap putusan perkara pidana yang
diberikan pada tingkat terakhir oleh pengadilan lain selain
daripada Mahkamah Agung, terdakwa atau penuntut
umum dapat mengajukan permintaan pemeriksaan kasasi
KASASI kepada Mahkamah Agung.

Tujuan dari kasasi pada perkara pidana sendiri adalah


untuk menciptakan kesatuan penerapan hukum dengan
jalan membatalkan putusan yang bertentangan dengan
undang-undang atau keliru dalam menerapkan hukum.
1. Kasasi Demi Kepentingan Hukum

Upaya Hukum Permohonan kasasi demi kepentingan hukum


diajukan oleh Jaksa Agung kepada Mahkamah Agung
Luar Biasa secara tertulis terhadap putusan yang telah
diputuskan oleh pengadilan selain dari Mahkamah
Agung melalui panitera pengadilan yang telah
memutus perkara dalam tingkat pertama, disertai
dengan risalah yang memuat alasan permintaan
tersebut, dengan ketentuan tidak boleh merugikan
pihak yang berkepentingan dan hanya boleh diajukan
sebanyak satu kali saja.

Penting untuk diperhatikan bahwa putusan kasasi


demi kepentingan hukum tidak boleh merugikan
pihak yang berkepentingan, sebagaimana telah
disebutkan dalam ketentuan Pasal 259 ayat (2)
KUHAP.
2. Peninjauan Kembali Putusan Pengadilan
Upaya yang Telah Memperoleh Kekuatan Hukum
Tetap (herziening)
Hukum Luar
Upaya hukum peninjauan kembali putusan pengadilan
Biasa yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
(herziening) diatur dalam Pasal 263-269 KUHAP.

Ketentuan Pasal 263 ayat (1) KUHAP menentukan bahwa


terhadap putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap, kecuali putusan bebas atau lepas
dari segala tuntutan hukum, terpidana atau ahli warisnya
dapat mengajukan permintaan peninjauan kembali
kepada Mahkamah Agung
Permintaan peninjauan kembali dapat dilakukan atas dasar:
• apabila terdapat keadaan baru yang menimbulkan
dugaan kuat, bahwa jika keadaan itu sudah diketahui
pada waktu sidang masih berlangsung, hasilnya akan
berupa putusan bebas atau putusan lepas dari segala
tuntutan hukum atau tuntutan penuntut umum tidak
dapat diterima atau terhadap perkara itu diterapkan
ketentuan pidana yang lebih ringan;
• apabila dalam pelbagai putusan terdapat pernyataan
bahwa sesuatu telah terbukti, akan tetapi hal atau
keadaan sebagai dasar dan alasan putusan yang
dinyatakan telah terbukti itu, ternyata telah
bertentangan satu dengan yang lain;
• apabila putusan itu dengan jelas memperlihatkan suatu
kekhilafan hakim atau suatu kekeliruan yang nyata.
Dalam hal Mahkamah Agung berpendapat bahwa
permintaan peninjauan kembali dapat diterima untuk
diperiksa, berlaku ketentuan sebagai berikut:

1. apabila Mahkamah Agung 2. apabila Mahkamah Agung


tidak membenarkan alasan membenarkan alasan pemohon,
pemohon, Mahkamah Mahkamah Agung membatalkan
putusan yang dimintakan peninjauan
Agung menolak permintaan
kembali itu dan menjatuhkan putusan
peninjauan kembali dengan yang dapat berupa:
menetapkan bahwa putusan • putusan bebas;
yang dimintakan • putusan lepas dari segala tuntutan
peninjauan kembali itu hukum;
tetap berlaku disertai dasar • putusan tidak dapat menerima
pertimbangannya; tuntutan penuntut umum;
• putusan dengan menerapkan
ketentuan pidana yang lebih ringan.
Upaya Hukum Dalam Hukum
Perdata

Upaya Hukum Upaya Hukum


Biasa Luar Biasa

Merupakan upaya hukum Dilakukan terhadap putusan


yang digunakan untuk yang telah mempunyai kekuatan
putusan yang belum hukum tetap dan pada asasnya
berkekuatan hukum tetap. upaya hukum ini tidak
Upaya ini mencakup: menangguhkan eksekusi.
a. Perlawanan/verzet Mencakup:
b. Banding a. Peninjauan kembali (request
c. Kasasi civil)
b. Perlawanan pihak ketiga
(denderverzet) terhadap sita
eksekutorial
Back to Agenda
Upaya Hukum Biasa
(Perlawanan / Verzet)

Suatu upaya hukum terhadap putusan di luar hadirnya tergugat (putusan verstek). Dasar hukum verzet dapat dilihat di dalam pasal

129 HIR. Verzet dapat dilakukan dalam tempo/tenggang waktu 14 hari (termasuk hari libur) setelah putusan putusan verstek

diberitahukan atau disampaikan kepada tergugat karena tergugat tidak hadir.

Syarat verzet adalah (pasal 129 ayat (1) HIR):

1. keluarnya putusan verstek

2. jangka waktu untuk mengajukan perlawanan adalah tidak boleh lewat dari 14 hari dan jika ada eksekusi tidak boleh lebih

dari 8 hari; dan

3. verzet dimasukan dan diajukan kepada Ketua Pengadilan Negeri di wilayah hukum dimana penggugat mengajukan

gugatannya.
Upaya Hukum Biasa
(Banding)

Upaya hukum yang dilakukan apabila salah satu pihak tidak puas terhadap putusan
Pengadilan Negeri. Dasar hukumnya adalah UU No 4/2004 tentang Perubahan Atas
Undang-undang Pokok Kekuasaan dan UU No 20/1947 tentang Peradilan Ulangan.
Permohonan banding harus diajukan kepada panitera Pengadilan Negeri yang
menjatuhkan putusan (pasal 7 UU No 20/1947). Urutan banding menurut pasal 21
UU No 4/2004 jo. pasal 9 UU No 20/1947 mencabut ketentuan pasal 188-194 HIR,
yaitu:
• ada pernyataan ingin banding
• panitera membuat akta banding
• dicatat dalam register induk perkara
• pernyataan banding harus sudah diterima oleh terbanding paling lama 14 hari
sesudah pernyataan banding tersebut dibuat.
• pembanding dapat membuat memori banding, terbanding dapat mengajukan
kontra memori banding.
Upaya Hukum Biasa
(Kasasi)

Menurut pasal 29 dan 30 UU No 14/1985 jo. UU No 5/2004 kasasi adalah


pembatalan putusan atas penetapan pengadilan dari semua lingkungan peradilan
dalam tingkat peradilan akhir. Putusan yang diajukan dalam putusan kasasi adalah
putusan banding. Alasan yang dipergunakan dalam permohonan kasasi yang
ditentukan dalam pasal 30 UU No 14/1985 jo. UU No 5/2004 adalah:
• tidak berwenang (baik kewenangan absolut maupun relatif) untuk melampaui
batas wewenang;
• salah menerapkan/melanggar hukum yang berlaku;
• lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang-
undangan yang mengancam kelalaian dengan batalnya putusan yang
bersangkutan.
U PAYA H U K U M LUA R B I A S A
( P E N I N J A UA N K E M B A L I )

A p ab ila terd a p at h a l - ha l ata u ke a d a a n -ke a d aa n ya ng d ite nt u ka n d enga n


u nd ang - unda ng , terh ada p pu t u san p e ngad ila n ya ng te la h b e rkeku ata n
h u iku m teta p d ap at d imintakan pen in j au an kemb ali kepad a M ah kamah
A gung d a la m p erka ra p e rd ata d an p id an a o le h pih a k - p ih ak yang
b erke mp e nt in ga n . [p a sa l 6 6 - 7 7 U U n o 1 4 / 1 985 j o . U U n o 5 / 2 0 04 ]
A l a sa n - a l a s a n p e n i n j a ua n ke m b a l i m e n u r u t p a s al 6 7 U U n o 1 4 / 1 9 8 5 j o . U U n o
5 / 2 0 0 4 , ya i t u :

1 . a d a n ov u m ata u b u kt i b a r u ya n g di keta h u i s et e l a h p e r ka ra nya di p ut u s ya ng


d i da s a r ka n p ad a b u kt i - b u kt i ya n g ke m u d i an o l e h h a k i m p i da n a ya ng di nyata kan
palsu;
2 . a p a bi l a s et e l ah p e r ka ra d i p u t u s , di t e m u ka n s u rat - s u rat b u kt i ya ng b e rs i fat
m e n e nt u ka n ya n g p a d a wa kt u p e r ka ra d i p e r i ks a t i d a k d a p at d i t e m u ks n ;
3 . a p a bi l a t e l ah d i ka bu l ka n su at u hal ya n g t i d a k di t u nt u t / l e bi h da r i p a d a yan g
d i t u nt u t ;
4 . a p a bi l a m e n ge n a i s e s u at u b a gi an d a ri t unt u tan belum d i p u t us ta n p a
d i p e r t i m b a n g ka n s e b a b - s e b a b nya ;
5 . a p a bi l a d al a m s at u pu t u s an t e rd a p at s uat u ke k h i l afa n h a k i m /s u at u ke ke l i r u a n
ya n g nyata .
6 . Te n g gan g wa kt u p e n ga j u an 1 8 0 h a r i s et e l ah p u t u s a n b e r ke ku ata n h u ku m t eta p .
( p a s a l 6 9 U U 1 4 / 1 9 8 5 ) . M a h ka m a h A g u n g m e m u t u s p e r m o h o n a n p e n i n j a ua n
ke m b a l i p a d a t i n g kat p e r ta m a d a n t e ra k h i r ( p a s a l 7 0 U U n o 1 4 / 1 9 8 5 ) .
Upaya Hukum Luar Biasa
(Denderverzet)

Terjadi apabila dalam suatu putusan pengadilan merugikan kepentingan dari pihak ketiga,
maka pihak ketiga tersebut dapat mengajukan perlawanan terhadap putusan tersebut.
Dasar hukumnya adalah 378-384 Rv dan pasal 195 (6) HIR.
Dikatakan sebagai upaya hukum luar biasa karena pada dasarnya suatu putusan hanya
mengikat pihak yang berperkara saja (pihak penggugat dan tergugat) dan tidak mnegikat
pihak ketiga (tapi dalam hal ini, hasil putusan akan mengikat orang lain/pihak ketiga, oleh
ebab itu dikatakan luar biasa).
Denderverzet diajukan ke Pengadilan Negeri yang memutus perkara tersebut pada tingkat
pertama.
DO YOU HAVE ANY QUESTION?

Anda mungkin juga menyukai