Anda di halaman 1dari 21

UJIAN TENGAH SEMESTER

MATA KULIAH PRAKTIK PERADILAN PIDANA (KELAS K dan E) PROGRAM


STUDI ILMU HUKUM – FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GANJIL (2023/2024)

Nama : Chany Zanetta Ghymnasti


NIM : 215010101111043
Absen : 17
Kelas :E
Mata Kuliah : Praktik Peradilan Pidana

1. Buatlah Surat Kuasa Khusus selaku Penasihat Hukum Terdakwa dalam perkara yang kasus
posisinya sudah pernah Anda buat.
2. Jelaskan mengenai EKSEPSI berdasarkan:
a. Pengertian dan tujuannya;
b. Macam-macam eksepsi;
c. Bagaimana perlawanan terhadap Putusan Sela atas eksepsi tersebut;
3. Jelaskan dengan mencantumkan dasar hukumnya mengenai Putusan Bebas, Putusan
Lepas dan Putusan Pemidanaan. Apa upaya hukum yang bisa ditempuh (oleh
Terdakwa/Penasihat Hukum Terdakwa ataupun Jaksa Penuntut Umum) terhadap
berbagai putusan tersebut.
4. Buatlah secara ringkas sebuah Putusan Perkara Pidana Pengadilan Tingkat Pertama
dengan ketentuan sebagai berikut:
- Berdasarkan kasus posisi dan Surat Dakwaan yang pernah Anda buat;
- Memenuhi unsur-unsur Pasal 197 ayat (1) KUHAP;
JAWABAN
1. Surat Kuasa Khusus
2. Pengertian Eksepsi adalah adalah hak terdakwa untuk mengajukan keberatan setelah
mendengar isi surat dakwaan. Hal ini diatur dalam Pasal 156 KUHAP, yaitu apabila
terdakwa atau penasihat hukumnya setelah mendengar isi surat dakwaan berhak
mengajukan keberatan (eksepsi) atas surat dakwaan tersebut. Eksepsi ini diajukan
sebelum pengadilan memeriksa pokok perkaranya, jadi diajukan sebelum sidang yang
pertama. Eksepsi merupakan upaya hukum yang bersifat incidental, berupa tangkisan
sebelum dilakukan pemeriksaan materi perkara dengan tujuan menghindarkan
diadakannya pemeriksaan dan putusan akhir dari pokok perkara. Batasan Keberatannya
yaitu :
a. Berisi tangkisan atau pembelaan, yang belum menyinggung pokok perkara;
b. Ruang lingkup dan luas keberatan, pengadilan tidak berwenang mengadili
perkaranya atau dakwaan tidak dapat diterima atau dakwaan harus dibatalkan;
c. Diajukan oleh pihak Terdakwa atau Penasihat hukum;
d. Putusan diambil setelah jaksa mengajukan pendapatnya
Eksepsi bertujuan untuk menghemat tenaga dan waktu dalam persidangan. Jika dari
surat dakwaan itu sendiri sudah diketahui bahwa perkara dapat diputus atas dasar
dakwaan itu (tanpa pemeriksaan di sidang pengadilan), perkara itu harus diputus tanpa
pemeriksaan dalam sidang. Dengan cara ini, akan menghemat tenaga dan waktu sidang.
Kemudian Agar pengadilan mengakhiri proses pemeriksaan tanpa terlebih dahulu
memeriksa materi pokok perkara. Pengakhiran yang diminta melalui eksepsi bertujuan
agar pengadilan :
- Menjatuhkan putusan negatif, yang menyatakan gugatan tidak dapat diterima
(niet ontvankelijk),
- Berdasarkan putusan negatif itu, pemeriksaan perkara diakhiri tanpa menyinggung
penyelesaian materi pokok perkara. Misal, tergugat mengajukan eksepsi, gugatan
tidak jelas(obscuur libel). Apabila eksepsi itu diterima dan dibenarkan PN,proses
perkara diakhiri dengan putusan negatif yang menyatakan gugatan tidak dapat
diterima.
Macam-macam eksepsi ada enam macam yaitu :
1. Exceptio Obscuri Libelli yaitu eksepsi yang diajukan oleh tergugat/terdakwa
dalam hal gugatan penggugat atau dakwaan penuntut umum tidak terang atau
isinya tidak jelas, contohnya tidak jelas dasar hukumnya, tidak jelas obyek
sengketanya, petitum tidak rinci dijabarkan dan permasalahan antara posita
wanprestasi atau perbuatan melawan hukum.
2. Exeptio Litis Pendentia yaitu eksepsi yang berisikan bantahan bahwa sengketa
yang digugat oleh penggugat adalah sama dengan perkara yang sedang diperiksa
oleh pengadilan
3. Exceptie Peremtoir yaitu eksepsi yang mengakui kebenaran dalil gugatan, tetapi
mengemukakan tambahan yang prinsip sehingga gugatan tidak dapat diterima,
misalnya dengan mengemukakan bahwa tergugat tidak pernah berutang kepada
penggugat atau utang tersebut telah dibayar lunas oleh tergugat kepada
penggugat.
4. Exceptio Rei Judicate ( Ne bis in Idem ) eksepsi yang diajukan oleh
tergugat/terdakwa dalam hal perkara yang digugat oleh penggugat atau perkara
yang didakwa oleh penuntut umum sudah pernah diajukan dan sudah dijatuhkan
putusan yang berkekuatan hukum tetap
5. Exceptio Error in Persona adalah eksepsi yang dilakukan oleh
tergugat/terdakwa dalam hal penggugat/penuntut umum tidak memiliki kapasitas
atau hak untuk mengajukan perkara tersebut, atau pihak yang digugat/didakwa
adalah tidak memiliki urusan dengan perkara tersebut, atau pihak yang
digugat/didakwa tidak lengkap.
6. Eksepsi atas kekeliruan penerapan hukum
Kemudian perlawanan terhadap Putusan Sela atas eksepsi tersebut yaitu :
kesempatan untuk melawan putusan sela apabila para pihak (Jaksa dan Penasihat
Hukum/Terdakwa) berkeberatan untuk menerima isi putusan sela tersebut. Perlawanan
ini diajukan ke Pengadilan Tinggi dan dalam tenggang waktu 14 hari, Pengadilan Tinggi
harus sudah mengeluarkan putusan dalam bentuk penetapan yang isinya memberi
penilaian terhadap isi putusan Pengadilan Negeri. Jika eksepsi Terdakwa/Penasihat
Hukum tidak diterima di Pengadilan Negeri, maka perlawanan Terdakwa/Penasihat
Hukum dapat diajukan bersamaan dengan permohonan banding ke Pengadilan Tinggi

3. Di dalam KUHAP dijumpai tiga macam putusan pengadilan yang diatur dalam
Pasal 191 ayat (1) dan (2), serta Pasal 193 ayat (1) :

1) Putusan bebas (Pasal 191 ayat (1)). Suatu putusan yang menyatakan bahwa kesalahan
terdakwa atas perbuatan yang didakwakan kepadanya tidak terbukti secara sah dan
meyakinkan. Putusan bebas adalah putusan yang dijatuhkan hakim kepada terdakwa
apabila dari hasil pemeriksaan di sidang pengadilan kesalahan yang didakwakan kepada
terdakwa tidak terbukti secara sah dan meyakinkan. Putusan bebas terjadi karena
terdakwa dinyatakan tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak
pidana sebagaimana didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum di dalam surat dakwaan.
● Dasar Hukum Pasal 191 ayat (1) KUHAP mengenai Putusan Bebas "Jika pengadilan
berpendapat bahwa dari hasil pemeriksaan di sidang, kesalahan terdakwa atas
perbuatan yang didakwakan kepadanya tidak terbukti secara sah dan meyakinkan,
maka terdakwa diputus bebas.
● Upaya Hukum Tidak ada upaya hukum yang bisa diajukan oleh jaksa penuntut
umum. Namun sekarang Putusan bebas dapat dilakukan kasasi. Mahkamah
Konstitusi melalui Putusan Mahkamah Konstitusi bernomor 114/PUU-X/2012
melegalkan praktik pengajuan kasasi atas vonis bebas.
2) Putusan lepas dari segala tuntutan hukum (Pasal 191 ayat (2)). Berisi tentang alasan
pembenar dan alasan pemaaf. Ada putusan pelepasan, tindak pidana yang didakwakan
oleh Jaksa Penuntut Umum memang terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum,
tetapi terdakwa tidak dapat dipidana karena perbuatan yang dilakukan terdakwa tersebut
bukan “perbuatan pidana” tetapi masuk ke ranah hukum perdata, hukum dagang, atau
hukum adat.
● Dasar Hukum Pasal 191 ayat (2) KUHAP mengenai Putusan Lepas "Jika pengadilan
berpendapat bahwa perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa terbukti, tetapi
perbuatan itu tidak merupakan suatu tindakan pidana, maka terdakwa diputus
lepas dari segala tuntutan hukum."
● Upaya Hukum Upaya banding atau kasasi dari jaksa penuntut umum. Jaksa
penuntut umum dapat mengajukan banding ke pengadilan tinggi jika merasa tidak
puas dengan putusan lepas. Terdakwa juga dapat mengajukan kasasi ke
Mahkamah Agung jika merasa tidak puas dengan putusan tersebut.
3) Pemidanaan (Pasal 191) Putusan yang dijatuhkan pada terdakwa oleh hakim apabila
kesalahan terdakwa dianggap terbukti secara sah dan meyakinkan. Putusan pemidanaan
adalah putusan yang dikeluarkan berdasarkan pemeriksaan di persidangan pengadilan.
Majelis hakim berpendapat bahwa terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
telah melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya, maka pengadilan
menjatuhkan pidana. Pemidanaan berarti terdakwa dijatuhi hukuman pidana sesuai
dengan ancaman yang ditentukan dalam Pasal tindak pidana yang didakwakan kepada
terdakwa, penjatuhan pemidanaan terhadap terdakwa didasarkan pada penilaian
pengadilan.
● Dasar Hukum Pasal 193 ayat (1) KUHAP mengenai Putusan Pemidanaan "Jika
pengadilan berpendapat bahwa terdakwa bersalah melakukan tindak pidana yang
didakwakan kepadanya, maka pengadilan menjatuhkan pidana."
● Upaya Hukum Upaya banding atau kasasi dari terdakwa atau jaksa penuntut
umum. Jika terdakwa atau jaksa penuntut umum tidak puas dengan keputusan
pemidanaan, mereka memiliki hak untuk mengajukan banding ke pengadilan
tinggi. Mereka juga dapat mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung jika merasa
ada kesalahan dalam penerapan hukum oleh pengadilan. Jika terdakwa atau jaksa
penuntut umum tidak puas dengan keputusan pengadilan, penting bagi mereka
untuk memahami hak dan prosedur hukum yang berlaku dalam semua jenis
keputusan di atas.
4. Putusan Perkara Pidana Pengadilan Tingkat Pertama dengan ketentuan:

Anda mungkin juga menyukai