Anda di halaman 1dari 5

UPBJJ SURAKARTA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


STRATA I ILMU HUKUM
KELOMPOK BELAJAR SMK PANCASILA PURWODADI
SOAL TUGAS TUTORIAL III

MATA KULIAH : HUKUM ACARA PIDANA


SEMESTER : VI
DOSEN PENGUJI : MOH NAHROWI, SH, MH

SOAL :

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan benar !


1. Apa yang dimaksud dengan Putusan Sela, dan apa pembacaan / pengucapan Putusan Sela
tersebut?

2. Bagaimana pengertian Anda tentang PLEDOI dan bagaimana pengajuan pembacaan


Nota Pembelaan (Pledoi)?

3. Apa yang kamu ketahui tentang pembuktian dalam Hukum Acara Pidana dan bagaimana
sistem pembuktian yang terdapat dalam ilmu hukum?

4. Apa yang dimaksud dengan banding? dan sebutkan alasan-alasan dari terdakwa !

5. Apa yang dimaksud Grasi, Amnesti, dan Abolisi?


TUGAS TUTORIAL 3
Nama : AGUNG TRI WIBOWO
NIM : 041716668
Mata Kuliah : Hukum Acara Pidana

Jawaban
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Putusan Sela, dan Apa Pembacaan
atau Pengucapan Putusan Sela Tersebut?
Putusan sela merupakan putusan yang belum menyinggung mengenai pokok
perkara yang terdapat didalam suatu dakwaan. Dalam hal ini berkaitan dengan
suatu peristiwa apabila terdakwa atau penasihat hukum mengajukan suatu
keberatan bahwa pengadilan tidak berwenang mengadili perkaranya atau
dakwaan tidak dapat diterima atau surat dakwaan harus dibatalkan. Dalam
hukum acara pidana perihal mengenai putusan sela ini dapat disimpulkan dari
Pasal 156 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

Terlebih lagi perlu untuk diperhatikan bahwa apabila Hakim menyatakan suatu
putusan sela yang pada pokoknya menyatakan menerima keberatan terdakwa
atau penasihat hukumnya atas salah satu materi mengenai pengadilan tidak
berwenang mengadili perkaranya atau dakwaan tidak dapat diterima atau
surat dakwaan harus dibatalkan, maka dakwaan tersebut tidak akan diperiksa
lebih lanjut. Sebaliknya apabila Hakim menyatakan menolak keberatan
terdakwa atau penasihat hukumnya atas salah satu materi sebagaimana
dimaksud diatas, maka dakwaan tersebut akan dilanjutkan.

2. Bagaimana Pengertian Anda Tentang PLEDOI dan Bagaimana


Pengajuan Pembacaan Nota Pembelaan (Pledoi)?
Bahwa tuntutan pidana dan pembelaan dirangkai dalam satu pembahasan
untuk memudahkan melihat kaitan antara kedua proses itu dalam pemeriksaan
perkara. Tuntutan pidana penuntut umum selamanya saling berkaitan dengan
pembelaan yang diajukan terdakwa atau penasihat hukum karena tuntutan
pidana yang diajukan penuntut umum maupun pembelaan yang diajukan
terdakwa atau penasihat hukum pada hakikatnya merupakan “dialogis jawab-
menjawab terakhir” dalam proses pemeriksaan.

Tata Cara Pengajuan Tuntutan Pidana dan Pembelaan (Pledoi) Maupun Jawab-
Menjawab :
a. Diajukan atas permintaan hakim ketua sidang.
Walaupun tindakan penuntutan merupakan fungsi yang melekat pada
instansi penuntut umum, fungsi itu baru dapat dipergunakan di sidang
pengadilan setelah ketua sidang meminta kepadanya untuk mengajukan
penuntutan.

b. Mendahulukan pengajuan tuntutan dari pembelaan.


Pasal 182 ayat (1) huruf a dan huruf b KUHAP telah menentukan giliran
antara penuntut umum dan terdakwa atau penasihat hukum dalam
mengajukan tuntutan dan pembelaan maupun jawaban atas pembelaan.
Giliran pertama diberikan kepada penuntut umum untuk mengajukan
tuntutan pidana yang akan dijatuhkan kepada terdakwa.

c. Jawab-menjawab dengan syarat terdakwa mendapat giliran terakhir.


Giliran terakhir untuk menjawab diberikan kepada terdakwa atau
penasihat hukum merupakan syarat dalam jawab-menjawab. Selama
penuntut umum masih diberikan kesempatan untuk menjawab atau
menanggapinya, selama itu pula terdakwa atau penasihat hukum harus
diberikan kesempatan untuk menjawab atau menanggapinya, kecuali
mereka sendiri tidak mempergunakan hal tersebut.

d. Tuntutan, pembelaan, dan jawaban dibuat secara tertulis.


Bentuk tuntutan pidana, pembelaan, dan semua jawaban yang
berhubungan dengan penuntutan dan pembelaan dibuat dengan cara
tertulis. Menjawab pertanyaan Anda soal cara pengajuan pledoi yang
benar, Pasal 182 ayat (1) huruf c KUHAP

e. Pengecualian bagi terdakwa yang tidak pandai menulis.


Seperti yang telah dijelaskan di atas, tuntutan, pembelaan dan jawaban atas
pembelaan dilakukan secara tertulis. Bagi terdakwa yang tidak pandai
menulis, undang-undang memberikan pengecualian. Pengecualian ini
diatur dalam Penjelasan Pasal 182 ayat (1) huruf c KUHAP

3. Apa Yang Kamu Ketahui Tentang Pembuktian Dalam Hukum Acara


Pidana dan Bagaimana Sistem Pembuktian Yang Terdapat Dalam
Ilmu Hukum?
Pembuktian adalah ketentuan-ketentuan yang berisi pedoman tata cara yang
dibenarkan undang-undang untuk membuktikan kesalahan yang didakwakan
terhadap terdakwa. Pembuktian merupakan bagian terpenting dalam sidang
pengadilan karena dengan pembuktian akan tampak apakah terdakwa bersalah
atau tidak bersalah. Apabila hasil pembuktian dengan alat-alat bukti yang
ditentukan undang-undang “tidak cukup kuat” membuktikan kesalahan yang
didakwakan maka terdakwa “dibebaskan” dari hukuman. Sebaliknya, kalau
kesalahan terdakwa dapat dibuktikan dengan alat-alat bukti yang disebut
dalam Pasal 184 KUHAP maka terdakwa dinyatakan “bersalah”, kepadanya
akan dijatuhkan hukuman.

Sistem pembuktian yang terdapat dalam ilmu hukum


adalah pembuktian menurut undang-undangsecara negatif (negative wettelijk
stelsel), yaitu keseimbangan antara pembuktianmenurut undang-
undangsecara positif dengan pembuktian menurut keyakinan hakim atau
conviction in time. Rumusannya berbunyi : “salah tidaknya seorang
terdakwa ditentukan oleh keyakinan hakim yang didasarkan kepada cara
dan dengan alat-alat bukti yang sah menurut undang-undang” (M. Yahya
Harahap,2001 : 280).
4. Apa yang dimaksud dengan banding? dan sebutkan alasan-alasan
dari terdakwa !
Banding merupakan salah satu upaya hukum biasa yang dapat diminta oleh
salah satu atau kedua belah pihak yang berperkara terhadap suatu putusan
Pengadilan Negeri.Para pihak mengajukan banding bila merasa tidak puas
dengan isi putusan Pengadilan Negeri kepada Pengadilan Tinggi melalui
Pengadilan Negeri dimana putusan tersebut dijatuhkan.

Alasan terdakwa melakukan banding, antara lain :


a. Alasan Formal. Secara formal terdapat beberapa alasan untuk mengajukan
banding yaitu :
1. Surat kuasa khusus tidak memenuhi syarat formal.
2. Ketidak wenangan Pengadilan negeri,baik absolut maupun relatif.
3. Surat gugatan Absurd lible (tidak masuk akal).
4. Subjek tergugat tidak lengkap.

b. Alasan Materil. Secara materil, pengajuan banding didasarkan pada alasan-


alasan yaitu :
1. Bahwa putusan pengadilan negeri harus dibatalkan karena didasarkan
pada pertimbangan yang kurang lengkap. Putusan yang kurang lengkap
pertimbangannya merupakan alasan mengajukan upaya hukum banding
dan Putusan Pengadilan negeri dapat dibatalkan.
2. Putusan Pengadilan negeri salah menerapkan hukum pembuktian atau
hukum acara perdata pada umumnya. Penerapan hukum pembuktian
merupakan salah satu aspek terpenting dalam putusan hakim. Apabila
hakim salah menerapkan hukum pembuktian maka putusan itu dapat
diklasifikasi salah pula menerapkan hukum acara. Putusan itu akan
dibatalkan oleh pengadilan tinggi.
3. Pengadilan negeri telah memutus melebihi dari tuntutan atau memutus
hal-hal yang tidak dituntut. Hakim dalam memutuskan suatu perkara
perdata,wajib mengadili semua bagian tuntutan dan dilarang menjatuhkan
putusan atas perkara yang tidak dituntut atau mengabulkan melebihi dari
yang dituntut.

5. Apa Yang Dimaksud Grasi, Amnesti, dan Abolisi?


a. Grasi adalah pengampunan berupa perubahan, peringanan, pengurangan, atau
penghapusan pelaksanaan pidana kepada terpidana yang diberikan oleh
Presiden, Grasi diatur di dalam Pasal 14 Ayat (1) UUD 1945 dan Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 2002 (UU Grasi).

b. Amnesti dapat diartikan sebagai pengampunan atau penghapusan hukuman


yang diberikan kepala negara kepada seseorang atau sekelompok orang yang
telah melakukan tindak pidana tertentu. Amnesti yang diberikan untuk banyak
orang dapat disebut sebagai amnesti umum. Amnesti diatur di dalam Pasal 14
Ayat (1) UUD 1945.

c. Abolisi dapat diartikan sebagai penghapusan proses hukum seseorang yang


sedang berjalan. Abolisi diberikan kepada terpidana perorangan dan diberikan
ketika proses pengadilan sedang atau baru akan berlangsung. Presiden harus
memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam
pemberian abolisi. Abolisi diatur di dalam Pasal 14 Ayat (2) UUD 1945.

Anda mungkin juga menyukai