Anda di halaman 1dari 5

Universitas Muhammadiyah Jakarta

FAKULTAS HUKUM
------------------------------------------------

LATIHAN SOAL

Mata kuliah : HUKUM ACARA PIDANA

Pertanyaan:

1. Penuntut Umum melimpahkan perkara ke Pengadilan Negeri yang berwenang, dengan


menyampaikan Surat Dakwaan. Jelaskahlah secara baik hal-hal berikut ini mengenai
Surat Dakwaan, yaitu:
a. Pengertiannya;
b. Fungsinya
c. Bagian-bagiannya;
d. Bentuk-bentuknya;
e. Akibat hukumnya jika tidak memenuhi persyaratan formil dan persyaratan materil;
f. Bilamana dan untuk tujuan apa dapat diadakan perubahannya;

2. Ceritakan secara ringkas proses pemeriksaan perkara pidana dengan acara biasa
dalam pemeriksaan di Pengadilan Negeri. Apakah perbedaan proses pemeriksaan
perkara pidana dengan acara cepat dan acara singkat.

Proses pemeriksaan perkara pidana dengan acara biasa di Pengadilan Negeri melibatkan
tahap-tahap seperti penyidikan oleh kepolisian, penyusunan surat dakwaan oleh jaksa,
pembacaan dakwaan di persidangan, pemeriksaan saksi, dan pleidoi dari terdakwa.
Perbedaan mendasar dengan acara cepat dan acara singkat terletak pada kelengkapan
persidangan dan waktu penyelesaian. Acara cepat biasanya lebih singkat dan fokus pada
pokok perkara, sedangkan acara singkat menitikberatkan pada penyelesaian perkara
dalam waktu yang lebih singkat daripada acara biasa.

3. Apakah yang dapat menjadi substansi Nota Keberatan Terdakwa/Penasihat Hukumnya


terhadap Surat Dakwaan Penuntut Umum. Lalu, apa pula yang dapat ditetapkan oleh
Majelis Hakim atas Nota Keberatan tersebut, dan apabila keberatan ditolak apakah
tersedia upaya hukum atas hal ini. Jelaskan.

Nota Keberatan terhadap Surat Dakwaan dapat mencakup argumen hukum, fakta, atau
prosedural yang meragukan keabsahan dakwaan tersebut. Hakim dapat menetapkan
persidangan lebih lanjut untuk memeriksa keberatan tersebut. Jika keberatan ditolak,
terdakwa dapat mengajukan banding sebagai upaya hukum selanjutnya.

4. Dalam pemeriksaan perkara pidana di muka sidang pengadilan, ada tahap yang disebut
dengan tahap pembuktian. Jelaskanlah secara baik hal-hal yang terkait dengan tahap
pembuktian berikut ini:
a. Pengertian pembuktian;
b. Sistem pembuktian yang dianut KUHAP;
c. Beban pembuktian dan pembalikan beban pembuktian;
d. Pengertian alat bukti dan jenis-jenisnya;
e. Kekuatan pembuktian masing-masing alat bukti;
f. Hubungan alat bukti dan barang bukti;

a. Pembuktian dalam pemeriksaan perkara pidana adalah proses penyajian bukti untuk
membuktikan fakta-fakta yang relevan dengan kasus tersebut.

b. Sistem pembuktian yang dianut oleh KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana) di Indonesia adalah sistem pembuktian bebas, artinya hakim bebas menilai bukti
yang diajukan tanpa adanya ketentuan tertentu.
KUHAP yang sekarang berlaku menganut sistem negatief wettelijke yakni sistem menurut undang-
undang sampai suatu batas yang tersebut dalam pasal 183, yang berbunyi :

”hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua
alat bukti yang sah, ia memperoleh keyakinan bahwa tindak pidana benar-benar terjadi dan terdakwa yang
bersalah melakukannya

Dalam Pasal 183 KUHAP telah diatur syarat-syarat hakim untuk menghukum terdakwa yaitu sekurang-
kurangnya dua alat bukti yang syah yang ditetapkan oleh undang-undang disertai keyakinan hakim bahwa
terdakwalah yang melakukannya. Kata-kata sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah, memberikan limit
dari bukti yang minimum yang harus digunakan dalam membuktikan suatu tindak pidana.

c. Beban pembuktian adalah tanggung jawab pihak yang mengajukan tuntutan (penuntut
umum) untuk membuktikan kesalahan terdakwa. Pembalikan beban pembuktian terjadi
jika terdakwa membuat pembelaan yang patut, sehingga beban pembuktian beralih ke
penuntut umum.

d. Alat bukti adalah sarana untuk membuktikan fakta, dan jenisnya meliputi bukti tulisan,
bukti saksi, bukti keterangan ahli, bukti surat, bukti benda, dan bukti elektronik.

e. Kekuatan pembuktian masing-masing alat bukti berbeda, dengan bukti saksi dan bukti
ahli cenderung memiliki kekuatan lebih besar dibandingkan bukti tulisan.

f. Hubungan antara alat bukti dan barang bukti adalah bahwa barang bukti merupakan
objek yang menjadi dasar dari alat bukti, misalnya surat atau benda yang menjadi bukti
dalam suatu perkara pidana.

5. Dalam tahap pemeriksaan saksi di pengadilan dikenal adanya saksi a charge dan saksi
a de charge. Jelaskan maksud dari kedua istilah tersebut dan bagaimana pula
hubungannya dengan pembuktian di pengadilan serta sebutkan dasar hukumnya;
"Saksi a charge" adalah saksi yang memberikan keterangan untuk mendukung tuntutan
atau dakwaan, sementara "saksi a de charge" adalah saksi yang memberikan keterangan
untuk membela terdakwa. Kedua jenis saksi ini berperan dalam proses pembuktian di
pengadilan.
Hubungannya dengan pembuktian di pengadilan adalah bahwa keterangan saksi tersebut
dapat menjadi bagian dari bukti yang diperlukan untuk membuktikan atau membela suatu
tuntutan. Saksi a charge mendukung klaim atau tuntutan pihak yang mengajukan kasus,
sementara saksi a de charge berusaha membantah atau meragukan bukti-bukti yang
diajukan.

Dasar hukumnya dapat bervariasi tergantung pada yurisdiksi hukum yang berlaku.
Umumnya, aturan terkait pemeriksaan saksi dapat ditemukan dalam kode hukum atau
perundang-undangan yang mengatur proses peradilan.

6. Dalam alat bukti Keterangan Ahli, dibedakan antara orang ahli dan orang yang memiliki
keahlian khusus. Jelaskan apakah yang menjadi perbedaan dari keduanya dan tergolong
apakah Keterangan Ahli Kedokteran Kehakiman atas hal ini yang dimuat dalam Visum et
Repertum;

Orang ahli umumnya merujuk kepada individu yang memiliki pengetahuan atau keahlian
dalam suatu bidang tertentu. Sementara itu, orang yang memiliki keahlian khusus adalah
mereka yang memiliki pengetahuan mendalam dan spesifik dalam aspek tertentu yang
tidak umum dimiliki oleh orang ahli pada umumnya.

Dalam konteks Keterangan Ahli Kedokteran Kehakiman yang dimuat dalam Visum et
Repertum, perbedaan ini dapat mencerminkan spesialisasi tertentu. Misalnya, seorang
dokter ahli forensik bisa dianggap sebagai orang ahli, sedangkan seorang patolog
forensik dengan keahlian khusus dalam autopsi mungkin dianggap memiliki keahlian
khusus.
Pentingnya perbedaan ini terletak pada tingkat spesifik pengetahuan yang dibutuhkan
untuk memberikan keterangan ahli yang akurat dan relevan dalam konteks hukum,
seperti dalam proses pengadilan.

7. Jelaskan bagaimana sifat Keterangan Terdakwa, apakah merupakan “kewajiban” atau


“hak”, dihubungkan dengan hak untuk diam (right to silence) dan hak ingkar (non self
incrimination). Jelaskan argumentasi saudara, dengan menyebutkan dasar hukumnya;

Keterangan terdakwa berkaitan dengan hak untuk diam (right to silence) dan hak ingkar
(non self-incrimination) dalam konteks hukum pidana. Secara umum, ini dianggap
sebagai hak terdakwa untuk tidak memberikan keterangan yang dapat digunakan
melawan dirinya sendiri. Dasar hukumnya dapat ditemukan dalam berbagai sistem
hukum, seperti hak-hak yang tercantum dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.

Hak untuk diam dan hak ingkar biasanya dianggap sebagai hak fundamental yang
mendukung prinsip bahwa seseorang tidak dapat dipaksa untuk bersaksi melawan dirinya
sendiri. Oleh karena itu, keterangan terdakwa sering dianggap sebagai hak yang harus
dihormati, bukan sebagai kewajiban. Dasar hukum yang mendukung hal ini dapat
ditemukan dalam berbagai instrumen hukum internasional dan nasional yang menjamin
hak-hak individu, seperti Konvensi Hak Sipil dan Politik Internasional.

Namun, penting untuk dicatat bahwa interpretasi dan penerapan hak ini dapat bervariasi
antar yurisdiksi. Beberapa sistem hukum mungkin memiliki ketentuan atau pengecualian
tertentu yang memengaruhi bagaimana hak untuk diam dan hak ingkar diterapkan dalam
suatu kasus.

8. A melakukan “illegal access” terhadap sistem komputer PT. PLN, yang mengendalikan
PLTU Muara Karang, Jakarta Utara. Dalam melakukan aksinya tersebut A menggunakan
personal komputer yang ada di “warnet” di daerah Parung, Kabupaten Bogor. Akibat
perbuatan A timbul kekacauan sistem computer PT. PLN yang terganggu dan tidak dapat
benerka sebagaimana mestinya Dimana server-nya berpusat di Kebayoran Jakarta
Selatan, dan mengakibatkan PLTU Muara Karang terbakar.

a. Pengadilan Negeri mana yang paling berwenang mengadili A. Jelaskan;


b. Apakah yang seharusnya diterapkan sebagai acara pemeriksaan dalam mengadili A;
c. Jika A diadili di Pengadilan Cibinong, yang wilayah hukumnya termasuk Parung,
Kabupaten Bogor, karena dipandang melanggar Pasal 30 ayat (1) UU ITE, teori locus
delicti apakah yang digunakan dalam hal ini. Jelaskan
d. Apakah fakta yang menyebabkan sistem elektronik PT. PLN terganggu atau tidak
dapat bekerja sebagaimana mestinya, Pengadilan Negeri manakah yang seharusnya
mengadili A;
e. Jika saudara sebagai Penasihat Hukum A, alasan keberatan apa yang dapat diajukan
jika perkara ini diadili di Pengadilan Negeri Jakarta Timur ? Jelaskan;
f. Apakah yang dapat menjadi barang bukti dari perkara tersebut di atas. Jelaskan.

a. Pengadilan Negeri Jakarta Pusat atau Pengadilan Negeri Jakarta Selatan mungkin
yang paling berwenang mengadili A, karena lokasi server PT. PLN berpusat di Kebayoran
Jakarta Selatan.

b. Acara pemeriksaan yang seharusnya diterapkan adalah sesuai dengan hukum acara
pidana, termasuk pemeriksaan saksi, ahli, dan barang bukti.

c. Jika A diadili di Pengadilan Cibinong, teori locus delicti yang dapat digunakan adalah
tempat di mana tindakan ilegal dilakukan, yaitu daerah Parung, Kabupaten Bogor.

d. Fakta yang menyebabkan gangguan pada sistem elektronik PT. PLN terjadi di Jakarta
Selatan, sehingga Pengadilan Negeri Jakarta Pusat atau Jakarta Selatan yang
seharusnya mengadili A.
e. Sebagai Penasihat Hukum A, alasan keberatan dapat berkaitan dengan lokasi kejadian
yang sebenarnya di Jakarta, sehingga Pengadilan Negeri Jakarta Timur mungkin
dianggap kurang berwenang.

f. Barang bukti dapat mencakup data rekam jejak digital dari komputer di warnet, catatan
transaksi, dan informasi terkait kegiatan ilegal yang dapat dihubungkan dengan
perbuatan A.

9. Sebutkan dan Jelaskan bagian-bagian dari Surat Tuntutan Penuntut Umum dan Nota
Pembelaan Terdakwa/Penasihat Hukumnya;

Surat Tuntutan Penuntut Umum (Tuntutan) biasanya terdiri dari:


1. **Judul:** Menyebutkan bahwa ini adalah Surat Tuntutan Penuntut Umum.
2. **Identitas Terdakwa:** Nama, alamat, dan informasi identitas lainnya dari terdakwa.
3. **Perincian Tindak Pidana:** Menjelaskan perbuatan pidana yang didakwakan kepada
terdakwa.
4. **Bukti-Bukti:** Menguraikan bukti-bukti yang mendukung tuntutan, termasuk saksi dan
barang bukti.
5. **Hukuman yang Diinginkan:** Penjelasan mengenai hukuman yang diinginkan oleh
penuntut umum.

Nota Pembelaan Terdakwa/Penasihat Hukum biasanya terdiri dari:


1. **Judul:** Menyebutkan bahwa ini adalah Nota Pembelaan Terdakwa.
2. **Identitas Terdakwa:** Nama, alamat, dan informasi identitas lainnya dari terdakwa.
3. **Pendahuluan:** Pengantar singkat mengenai kasus dan pembelaan yang akan
disampaikan.
4. **Fakta-Fakta Pembelaan:** Menjelaskan fakta-fakta yang mendukung pembelaan
terdakwa.
5. **Bukti Pembelaan:** Menyertakan bukti-bukti atau argumen hukum yang mendukung
pembelaan.
6. **Replikasi terhadap Tuntutan:** Menanggapi poin-poin dalam tuntutan penuntut
umum.
7. **Pleidoi dan Permohonan:** Penutup yang berisi pleidoi atau pembelaan hukum yang
diminta dan permohonan kepada majelis hakim.

Kedua dokumen ini merupakan bagian dari proses peradilan dan memainkan peran
penting dalam memastikan keadilan dan kebenaran di pengadilan.

10. Jika seorang Terdakwa dinyatakan tidak terbukti melakukan semua tindak pidana yang
didakwakan oleh Penuntut Umum, maka apakah amar putusan hakim terhadap terdakwa
tersebut. Jelaskan dengan menyebutkan dasar hukumnya

Jika seorang terdakwa dinyatakan tidak terbukti melakukan semua tindak pidana yang
didakwakan, maka hakim akan menyatakan terdakwa tersebut bebas dari tuduhan. Amar
putusan tersebut didasarkan pada asas "in dubio pro reo" yang berarti "dalam keraguan,
pihak yang didakwa harus diuntungkan." Dasar hukumnya dapat ditemukan dalam Pasal
66 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
11. Seorang terdakwa didakwa melakukan tindak pidana penipuan atau penggelapan,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 378 atau Pasal 372 KUHP. Berdasarkan fakta-fakta
yang terungkap di persidangan ternyata antara Terdakwa tersebut dan pelapor, yang juga
saksi korban, memiliki hubungan hukum utang piutang, yang ternyata setelah jatuh tempo
terdakwa tidak dapat membayarnya. Terdakwa selalu menghindar untuk membayar
utangnya, dengan berbagai alasan yang bersifat kebohongan, sehingga karena terus
menerus berbohong, korban akhirnya melaporkan perkara tersebut ke kepolisian dan
kemudian diadili sebagai di atas.
a. Apakah seharusnya Terdakwa dipidana, jika ya, maka pasal manakah yang tepat
diterapkan;
b. Apakah seharusnya Terdakwa dibebaskan, jika ya maka apakah yang menjadi dasar
putusan yang demikian;
c. Apakah seharusnya Terdakwa dinyatakan lepas dari segala tuntutan hukum, jika ya
jelaskan jawaban saudara dengan menyebutkan dasar hukumnya.

a. Terdakwa dapat dipidana sesuai Pasal 372 KUHP tentang penggelapan, karena menunggak
pembayaran utang piutang dengan sengaja.

b. Terdakwa mungkin dibebaskan jika dapat membuktikan secara sah bahwa kelalaian atau
ketidakmampuannya membayar utang bukan disengaja, dan ada keadaan yang membenarkan
tindakannya. Namun, hal ini tergantung pada bukti yang diajukan di persidangan.

c. Terdakwa bisa dinyatakan lepas dari tuntutan hukum jika dapat dibuktikan bahwa tidak ada
unsur kesengajaan atau kebohongan dalam kelalaian membayar utang tersebut, dan ada alasan
yang sah untuk ketidakmampuannya membayar, sesuai dengan pertimbangan hakim.

Anda mungkin juga menyukai