Anda di halaman 1dari 42

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Penyusunan dokumen UKL-UPL Eksplorasi Penambangan Batu Gamping a.n Edi
Purwanto, seluas 5,82 m² ini dilakukan dengan latar belakang untuk memenuhi
persyaratan lingkungan dalam mengajukan IUP operasi produksi. Rencana umur
tambang adalah 4 tahun dengan kapasitas produksi 72.000 m³/tahun dengan
jumlah cadangan 262.272 m³.
Sesuai dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang perlindungan
pengelolaan lingkungan hidup, Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012
tentang Izin Lingkungan dan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup P 38
tahun 2019 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib
Dilengkapi AMDAL, huruf K angka 4 Eksploitasi (operasi produksi) mineral
bukan logam atau mineral batuan dengan kapasitas < 500.000 m³ per tahun
dan/atau jumlah material penutup yang dipindahkan < 1.000.000 m³ tidak wajib
dilengkapi dengan dokumen AMDAL, namun harus dilengkapi dengan dokumen
upaya pengelolaan lngkungan (UKL) dan upaya pemantauan lingkungan (UKL-
UPL).
Sesuai dengan lampiran UU Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah
huruf K pembagian urusan pemerintah bidang lingkungan hidup, peraturan
menteri lingkunan hidup Nomor 08 Tahun 2013 Tentang Tata laksana penilaian
dan pemeriksaan dokumen lingkungan hidup serta penertiban Izin Lingkungan
pasal 23 maka pemeriksaan UKL-UPL dilakukan oleh pemerintah Kabupaten
Blora karena kegiatan Eksplorasi Penambangan Batu Gamping a.n Edi Purwanto
di Desa Bogorejo, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora.
1.2. TUJUAN
Dalam rangka pembangunan berkelanjutan, kegiatan usaha penambangan harus
dilakukan dengan memperhatikan prinsip lingkungan hidup, transparansi dan
partisipasi masyarakat. Praktek pengelolaan lingkungan di pertambangan
menuntut proses yang terus menerus dan terpadu pada seluruh tahapan
kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau
batu bara yang meliputi penyelidikan umum, Operasi Produksi, studi kelayakan,
penambangan, pengelolahan, pemurnian, pengangkutan, penjualan, serta
kegiatan pasca tambang. Perencanaan dan pelaksanaan yang tepat merupakan
rangkaian pengelolaan pertambangan yang berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan sehingga akan mengurangi dampak negatif akibat usaha
pertambangan. Dari spesifkasi tersebut, instansi terkait diharapkan akan
memberikan suatu pembinaan dan pengawasan kegiatan tersebut melalui
petunjuk teknis rencana reklamasi sesuai dengan usaha dan kegiatan
penambangan yang dilakukan.
Eksplorasi Penambangan Batu Gamping ini juga untuk memenuhi kebutuhan
pada proyek-proyek pembangunan yang ada di wilayah Kabupaten Blora dan

UKL-UPL Eksplorasi Penambangan Batu Gamping a/n Edi Purwanto


Desa Bogorejo, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora 1
Tahun 2021
sekitarnya. Eksplorasi Penambangan Batu Gamping a.n Edi Purwanto ini juga
merupakan usaha dalam penyediaan Batuan Gamping di wilayah Kabupaten
Blora dan sekitarnya. Disampng itu juga diharapkan dapat menggali dan
mengembangkan potensi daerah. Memperhatikan pentingnya pemanfaatan batu
gamping dalam proyek pembangunan serta upaya mengangkat perekonomian
masyarakat dimasa krisis ekonomi yang belum juga pulih ini, diperlukan adanya
dorongan untuk mendayagunakan potensi batu gamping secara lebih optimal,
terutama di wilayah Pemerintah Kabupaten Blora mempunyai potensi batu
gamping yang cukup potensial untuk dikembangkan, salah satunya terletak di
Desa Bogorejo, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora. Adapun metode
penambangan yang cocok adalah secara mekanik menggunakan Excavator (back
hoe).
Kegiatan pertambangan diatur dalam Undang-Undang No 4 Tahun 2009 tentang
Perambangan Mineral dan Batu Bara (UU Minerba). Untuk lebih merinci
pelaksanaan dari Undang-Undang ini diturunkan kembali dalam bentuk
Peraturan Pemerintah (PP) yang salah satunya adalah PP No 23 Tahun 2010
tentang Pelakanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara.
Berdasarkan PP ini komoditas pertambangan dikelompokkan dalam 5 golongan
yaitu :
1. Mineral radioaktif antara lain : radium, thorium, uraium
2. Mineral logam antara lain : emas, tembaga
3. Mineral bukan logam antara lan ; intan, bentonit
4. Batuan antara lain : andesit, tanah liat, Tanah Urug, kerikil galian dari bukit,
kerikil sungai, batu gamping.
5. Batu Bara antara lain : batuan aspal, batu bara, gambut.
Saat ini kegiatan pertambangan yang lebih dikenal adalah pertambangan untuk
komoditas mineral logam antara lain: emas, tembaga, nikel, bauksit dan
komoditas Batu Bara. Selain komoditas mineral utama dan Batu Bara ini,
komoditas batuan memliki peran yang sama pentingnya terutama dalam
memberikan dukungan material untuk pembangnan infrastruktur antara lain :
pendirian sarana infrastruktur jalan, pembangunan perumahan, dan gedung
perkantoran. Terminoogi bahan galian golongan C yang sebelumnya diatur
dalam UU No 11 Tahun 1967 telah diubah berdasarkan UU No 4 Tahun 2009,
menjadi batuan, sehingga penggunaan istilah bahan galian golongan C sudah
tidak tepat lagi dan diganti menjadi batuan.
Kegiatan pertambangan diatur dalam Undang-undang No 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batu Bara (UU Minerba). Kewenangan pemberian
Izin Usaha Pertambangan (IUP) Mineral dan Batu bara diatur dalam UU Nomor
23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. Berdasarkan UU Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintah Daerah Lampiran I Huruf CC pembagian urusan
pemerintahan bidang energi sumber daya mineral angka 2 mineral dan batu
bara adalah sebagai berikut :

UKL-UPL Eksplorasi Penambangan Batu Gamping a/n Edi Purwanto


Desa Bogorejo, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora 2
Tahun 2021
a. Urusan Pemerintahan Pusat
1. Penetapan wilayah pertambangan sebagai bagian dari rencana tataruang
wilayah nasional, yang terdiri atas wilayah usaha pertambangan, wilayah
pertambangan rakyat dan wilayah pencadangan negara serta wilayah
usaha pertambangan khusus.
2. Penetapan wilayah izin usaha pertambangan mineral logam dan batu
bara serta wilayah izin usaha pertambangan khusus.
3. Penetapan wilayah izin usaha pertambangan mineral bukan logam dan
batuan lintas Daerah Provinsi dan Wilayah laut lebih dari 12 mil.
4. Penertiban izin usaha pertambangan mineral logam, batu bara, mineral
bukan logam dan batuan pada :
a. Wilayah izin usaha Pertambangan yang berada pada wilayah lintas
daerah Provinsi;
b. Wilayah izin usaha pertambangan yang berbatasan langsung dengan
negara lain;
c. Wilayah laut lebih dari 12 mil;
5. Penerbitan izin usaha pertambangan dalam rangka penanaman modal
asing.
6. Pemberian izin usaha pertambangan khusus mineral dan batu bara.
7. Pemberian registrasi izin usaha pertambngan dan penetapan jumlah
produksi setiap Daerah Provinsi untuk komoditas mineral logam dan
batu bara.
8. Peneriban izin usaha pertambangan operasi produksi khusus untuk
pengolahan dan pemurnian yang komoditas tambangnya yang berasal
dari Daerah Provinsi di luar lokasi fasilitas pengolahan dan pemurnian,
atau impor serta dalam rangka penanaman modal asing.
9. Penertiban izin usaha jasa pertambngan dan surat keterangan terdaftar
dalam rangka penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal
asing yang kegiatan usahanya di seluruh wilayah Indonesia.
10. Penetapan harga patokan mineral logam dan batu bara.
11. Pengolahan inspektur tambang adn pejabat pengawas pertambangan
b. Urusan Daerah Provinsi
1. Penetapan wilayah izin usaha pertambangan mineral bukan logam dan
batuan dalam 1 (satu) Daerah provinsi dan Wilayah laut sampai dengan
12 mil.
2. Penertiban izin usaha pertambangan mineral logam dan batu bara dalam
rangka penanaman modal dalam negeri pada wilayah izin usaha
pertambngan daerah yang berbeda dalam 1 (satu) daerah provinsi
termasuk wilayah laut sampai dengan 12 mil laut.
3. Penertiban izin usaha pertambangan mineral bukan logam dan batuan
dalam rangka penanaman modal dalam negeri pada wilayah izin usaha
pertambangan yang berada dalam 1 (satu) daerah provinsi termasuk
wilayah laut sampai dengan 12 mil laut.
4. Penertiban izin pertambanngan rakyat untuk komoditas mineral logam,

UKL-UPL Eksplorasi Penambangan Batu Gamping a/n Edi Purwanto


Desa Bogorejo, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora 3
Tahun 2021
batu bara, mineral bukan logam dan batuan dalam wilayah
pertambangan rakyat.
5. Penertiban izin usaha pertambangan operasi produksi khusus untuk
pengolahan dan pemurnian dalam rangka penanaman modal dalam
negeri yang komoditas tambangnya yang berasal dari 1 (satu) Daerah
provinsi yang sama.
6. Penertiban izin usaha jasa pertambangan dan surat keterangan terdaftar
dalam rangka penanaman modal dalam negeri yang kegiatan usahanya
dalam 1 (satu) daerah provinsi.
7. Penetapan harga patokan mineral bukan logam dan buatan.
c. Urusan Daerah Kabupaten/Kota
1. Surat Keterangan Kesesuaian Tata Ruang.
2. Rekomendasi UKL – UPL dan Penerbitan Izin Lingkungan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemberian izin usaha
pertambangan mineral batuan batu gamping a/n Edi Purwanto merupakan
kewenangan pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
1.3. IDENTITAS KEGIATAN
a. IDENTITAS PEMRAKARSA
Nama Pemrakarsa : EDI PURWANTO.
Jabatan : Penanggungjawab.
Jenis Usaha : Pertambangan.
Nomor Telp : 081225769369
Nomor Faximile : -
1.4. IDENTITAS PENYUSUN.
No NAMA JABATAN TIM KUALIFIKASI
1. Sugiyanto, SE. Ketua
2. Agung Tri Wibowo Anggota -

UKL-UPL Eksplorasi Penambangan Batu Gamping a/n Edi Purwanto


Desa Bogorejo, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora 4
Tahun 2021
BAB 2
RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN
2.1. Nama Rencana Usaha dan/atau Kegiatan :
Nama usaha dan/atau kegiatan ini adalah Eksplorasi Penambangan Batu
Gamping a.n Edi Purwanto.
2.2. Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan :
Lokasi usaha dan/atau kegiatan terletak di Desa Bogorejo, Kecamatan Bogorejo,
Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah.
Gambar 2.1
PETA LOKASI EKSPLORASI PENAMBANGAN BATU GAMPING

Fisiografi.
Pembahasan mengenai geologi regional bertujuan untuk memberikan
gambaran:
a. Dataran Aruvial Jawa Utara,
b. Antiklinorium Rembang,
c. Zona Depresi Randublatung,
d. Antiklinorium Kendeng (Pegunungan Kendeng),
e. Zona Pusat Depresi Jawa (Zona Solo, Subzona Ngawi),
f. Busur vulkanik Kuarter, dan
g. Pegunungan Selatan.
Berdasarkan peta fisiografi Jawa Timur menurut Van Bemmelen (1949) , daerah
penelitian termasuk dalam antiklinorium Kendeng atau Zona Kendeng yang
merupakan kelanjutan dari Zona Serayu Utara, yang membentang sejauh 250
km dengan lebar sekitar 40 km. Pringgoprawiro (1983) membagi morfologi
Zona Kendeng menjadi tiga satuan yang masing masing membentang dari barat

UKL-UPL Eksplorasi Penambangan Batu Gamping a/n Edi Purwanto


Desa Bogorejo, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora 5
Tahun 2021
ke timur, yaitu :
a. Satuan morfologi perbukitan bergelombang, ditujukan oleh jajaran bukit-
bukit rendah dengan ketinggian antara 50-100 meter di atas permukaan laut
yang mencerminkan lipatan batuan sedimen. Satuan ini nyaris secara
keseluruhan disusun oleh litologi napal abu-abu.
b. Satuan morfologi perbukitan terjar, yang merupakan inti Pegunungan
Kendeng dengan ketingian rata-rata 350 meter di atas permukaan laut, tipe
genetik sungainya adalah tipe konsekuen, subsekuen, dan inskuen. Litologi
yang menyusun satuan ini, sebagian besar adalah batu gamping dan batu
pasir.
c. Satuan morfologi dataran rendah, yang disusun oleh endapan aluvial yang
terdapat di Ngawi (Bengawan Solo) dan dataran Sungai Brantas di timur.
Zona Kendeng dapat dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan atas perbedaan
stratigrafi dan perbedaan intensitas tektoniknya (Van Bemmelen), (1949); De
Genevraye dan Samuel, ( 1973 ) yaitu :
a. Kendeng Barat.
Kendeng Barat meliputi daerah yang terbatas antara Gunung Ungaran hingga
daerah sekitar Purwodadi dengan singkapan batuan tertua berumur Oligo-
Miosen Bawah yang diwakili oleh Formasi Pelang. Batuannya mengandung
bahan volkanis. Daerah ini memiliki struktur geologi yang rumit yaitu banyak
sesar-sesar sungkup.
b. Kendeng Tengah.
Kendeng Tengah mencakup daerah Purwodadi hingga Gunung Pandan,
batuan tertua yang tersingkap berumur Miosen Tengah. Daerah ini terdiri dari
sedimen bersifat turbidit (Laut Dalam) yang diwakili oleh Formasi Kerek dan
Formasi Kalibeng, presentase kandungan bahan piroklastik dalam batuan
sedimen menurun kearah utara dengan pola struktur geologi yang kurang
rumit.
c. Kendeng Timur.
Kendeng Timur terdiri dari endapan-endapan kenozoikum akhir yang
tersingkap diantara Gunung Pandan dan Mojokerto, berumur Pliosen dan
plistosen. Struktur geologinya adalah lipatan dengan sumbu-sumbu
lipatannya yang menggeser ke utara dan menunjam ke timur.
d. Struktur dan Tektonik.
Sejarah strukktur Jawa Timur tidak bisa dipisahkan dari sejarah struktur
bagian barat Pulau Jawa dan tektonik Asia Tenggara. Menurut Sribudiyani,
dkk (2003), Jawa Timur mempunyai dua pola struktur utama, yaitu arah
barat-timur atau arah sakala dan arah timur laut-barat daya atau arah
Meratus.
Menurut Darman dan Sidi (2000), Jawa Timur dapat dikelompokkan kedalam
empat provinsi tektonik dari utara ke selatan, yaitu :

UKL-UPL Eksplorasi Penambangan Batu Gamping a/n Edi Purwanto


Desa Bogorejo, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora 6
Tahun 2021
a. Lereng Utara,
b. Zona Kendeng,
c. Busur Volkanik Modern, dan
d. Lereng Selatan.
Tatanan tektonik Pulau Jawa dapat dijelaskan dengan sistem active margin,
dengan pembagian dari selatan ke utara adalan zona subuksi dan akresi selatan
Jawa, busur magmatik Jawa, serta belakang busur di Jawa Utara. Dengan sistem
active margin, cekungan Jawa Timur dapat diklasifikasi sebagai cekungan
belakang busur. Selain itu dijumpai adanya kontrol tatanan tektonik Pra-Tersier
terhadap pembentukan cekungan Tersier. Pola struktur yang dominan
berkembang di Pulau Jawa (Pulunggono dan Martodjojo, 1994) adalah pola
meratus berarah timur laut-barat daya yang terbentuk pada 80 sampai 53 juta
tahun yang lalu (Kapur Akhir-Eosen Awal). Pola Sunda berarah utara-selatan,
terbentuk pada 53 sampai 32 juta tahun yang lalu (Eosen Awal-Oligosen Awal)
dan Pola Jawa yang terarah barat-timur terbentuk sejak 32 juta tahun yang lalu.
Pola Sunda (utara selatan) tidak terlihat jelas di kawasan Jawa Timur. Gerak
sesar Pola Sunda umumnya berpola regangan. Untuk Pola Jawa yang berarah
barat-timur, pola Pegunungan Kendeng adalah yang paling khas mewakili Pola
Jawa. Pola Jawa umumnya diwakili oleh gerak sesar yang beranjak naik ke utara
atau timurlaut. Zona Kendeng merupakan bagian tengah dari Cekungan Jawa
Timur. Sebagian besar litologinya menunjukkan pengaruh lingkungan laut
dalam. Menurut Pringgoprawiro (1983), stratigrafi Zona Kendeng dibagi ke
dalam unit-unit sebagai berikut :
a. Formasi Pelang terdiri dari napal abu-abu yang masif sampai berlapis yang
kaya fosil dan batulembung abu-abu dengan sisipan batugamping bioklastik.
Lapisan ini diendapkan pada lingkungan neritik dan berumur Oligensen
Akhir-Miosen Awal.
b. Formasi Kerek terdiri dari endapan turbidit dengan ketebalan 800 m,
sebagian besar terbentuk oleh lapisan yang menghalus dan menipis keatas
dengan tipe struktur sedimen arus densitas. Litologinya terdiri atas batupasir
taufaan, batulempung,napal,dan batugamping. Formasi ini berumur Miosen
Awal – Miosen Akhir.
c. Formasi Kalibeng (Kalibeng Bawah) terdiri dari napal abu-abu kehijauan kaya
fosil dengan sisipan tuf berlapis tipis. Sedimen ini diendapkan pada
lingkungan batial. Bagian atas dari Formasi Kalibeng (Anggota Atas Angin)
terdiri atas perlapisan batupasir taufaan berukuran halus-kasar, tuf puti, dan
breksi volkanik. Sedimen ini diendapkan oleh mekanisme turbidit. Formasi
ini berumur Miosen Akhir-Pliosen.
d. Formasi Sonde (Kalibeng Atas) dibedakan atas Formasi Sonde bagian atas
dan Formasi Sonde bagian bawah. Formasi Sonde bagian bawah (Anggota
Klitik) didominasi oleh perlapisan napal pasiran, batupasir gampingan, dan
tuf. Formasi Sonde bagian atas terdiri atas batu gamping mengandung
Balanus dan grainstone. Formasi ini diendapkan di lingkungan laut dangkal
dan berumur Pliosen.

UKL-UPL Eksplorasi Penambangan Batu Gamping a/n Edi Purwanto


Desa Bogorejo, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora 7
Tahun 2021
e. Formasi Pucangan terdiri atas batupasir kasar-konglomeratan, batu pasir,
batu pasir taufaan, dan lempung hitam yan mengandung moluska air tawar.
Di Zona Kendeng bagian bara dan tengah, Formasi Pucangan berkembang
sebagai fasies daratan. Sedangkan di bagian Timur Zona Kendeng, Formasi
Pucangan merupakan endapan laut dangkal. Formasi ini berumur Pliosen
Akhir-Pleistosen Awal.
f. Formasi Kabuh terdiri dari perlapisan batu pasir kasar dengan perlapisan
silang-siur, fosil vertebrata, lensa konglomerat, dan tuf. Di Zona Kendeng
bagian barat dan tengah, Formasi Kabuh diendapkan pada lingkungan darat,
sedangkan di Zona Kendeng bagian timur Formasi Kabuh mempunyai fasies
yang berbeda-beda, fasies darat berangsur-angsur berubah menjadi fasies
laut yang makin keatas berubah ke batuan volkanik yang diendapan pada
lingkugan pantai. Formasi ini berumur Pleistosen.
g. Formasi Notopuro terdiri dari endapan lahar, tuf, dan batu pasir taufaan
berumur Pleistosen yang diendapakan pada lingkungan darat.
2.3. Skala Besaran Rencana Usaha dan/atau Kegiatan :
a. Lokasi Kegiatan Penambangan.
Lokasi rencana kegiatan Eksplorasi Penambangan Batu Gamping merupakan
daerah tanah milik perorangan dengan jumlah total luas yang dimohonkan
sebesar ± 5,82 Ha. Wilayah IUP Eksplorasi secara administratif terletak di
Desa Bogorejo, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah.

LINTANG SELATAN BUJUR TIMUR


TITIK
DEG MIN DET DEG MIN DET
T1 S6 57 5.0 E11 31 12.86
T2 S6 57 7.5 E11 31 12.86
T3 S6 57 7.5 E11 31 12.61
T4 S6 57 9.0 E11 31 12.61
T5 S6 57 9.0 E11 31 7.5
T6 S6 57 8.5 E11 31 7.5
T7 S6 57 8.5 E11 31 4.51
T8 S6 57 8.1 E11 31 4.51
T9 S6 57 8.1 E11 31 3.11
T10 S6 57 7.7 E11 31 3.11
T11 S6 57 7.7 E11 31 2.24
T12 S6 57 7.4 E11 31 2.24
T13 S6 57 7.4 E11 31 0.59
T14 S6 57 5.5 E11 31 0.59
T15 S6 57 5.5 E11 31 59.62
T16 S6 57 3.1 E11 31 59.62
T17 S6 57 3.1 E11 31 2.5
T18 S6 57 3.6 E11 31 2.5
T19 S6 57 3.6 E11 31 4.51
T20 S6 57 4.0 E11 31 4.51
T21 S6 57 4.0 E11 31 7.39
T22 S6 57 4.5 E11 31 7.39
T23 S6 57 4.5 E11 31 10.16

UKL-UPL Eksplorasi Penambangan Batu Gamping a/n Edi Purwanto


Desa Bogorejo, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora 8
Tahun 2021
T24 S6 57 3.7 E11 31 10.16
T25 S6 57 3.7 E11 31 9.98
T26 S6 57 3.0 E11 31 9.98
T27 S6 57 3.0 E11 31 9.8
T28 S6 57 2.3 E11 31 9.8
T29 S6 57 2.3 E11 31 10.09
T30 S6 57 2.4 E11 31 10.09
T31 S6 57 2.4 E11 31 10.63
T32 S6 57 2.7 E11 31 10.63
T33 S6 57 2.7 E11 31 10.81
T34 S6 57 3.1 E11 31 10.81
T35 S6 57 3.1 E11 31 10.92
T36 S6 57 3.7 E11 31 10.92
T37 S6 57 3.7 E11 31 11.17
T38 S6 57 4.1 E11 31 11.17
T39 S6 57 4.1 E11 31 11.03
T40 S6 57 4.4 E11 31 11.03
T41 S6 57 4.4 E11 31 11.32
T42 S6 57 4.6 E11 31 11.32
T43 S6 57 4.6 E11 31 11.64
T44 S6 57 4.9 E11 31 11.64
T45 S6 57 4.9 E11 31 12.5
T46 S6 57 4.2 E11 31 12.5
T47 S6 57 4.2 E11 31 12.18
T48 S6 57 3.9 E11 31 12.18
T49 S6 57 3.9 E11 31 11.82
T50 S6 57 3.5 E11 31 11.82
T51 S6 57 3.5 E11 31 11.71
T52 S6 57 3.1 E11 31 11.71
T53 S6 57 3.1 E11 31 11.96
T54 S6 57 2.9 E11 31 11.96
T55 S6 57 2.9 E11 31 12.65
T56 S6 57 3.1 E11 31 12.65
T57 S6 57 3.1 E11 31 13.22
T58 S6 57 3.3 E11 31 13.22
T59 S6 57 3.3 E11 31 13.55
T60 S6 57 3.9 E11 31 13.55
T61 S6 57 3.9 E11 31 13.26
T62 S6 57 4.3 E11 31 13.26
T63 S6 57 4.3 E11 31 13.04
T64 S6 57 5.0 E11 31 13.04
Lokasi kegiatan berada di luar delinias kawasan peruntukan hutan produksi
dan di luar deliniasi rencana Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berlanjutan (LP2B).
b. Jenis Mineral.
Batu Gamping atau limestone (CaCO3) adalah batuan sedimen yang tersusun
dari mineral kalsit dan aragonit, yang merupakan dua varian yang berbeda
dari kalsium karbonat (CaCO3). Sumber utama dari kalsit adalah organisme

UKL-UPL Eksplorasi Penambangan Batu Gamping a/n Edi Purwanto


Desa Bogorejo, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora 9
Tahun 2021
laut. Organisme ini membentuk cangkang yang kaya dengan kapur, yang
kemudian tertumpuk di dasar laut dan terdeposit di lantai samudra sebagai
ooze pelagik.
Kalsit sekunder juga dapat terdepositkan oleh air meteorik tersupersaturasi
(air tanah yang mengendapkan material di gua). Ini menciptakan speleothem
seperti stalagmit dan stalaktit. Bentuk yang lebih jauh terbentuk dari Oolite
(Gamping Oolitik) dan dapat dikenali dengan penampilannya yang granular.
Gamping membentuk 10% dari seluruh volume batuan sedimen.
c. Mineral Ikutan.
Di wilayah rencana lokasi penambangan dijumpai mineral ikutan laterite
basaltic sebagai tanah penutup (overburden) dengan ketebalan rata-rata 1
meter, mineral ikutan tidak ekonomis, harus dikembalikan untuk media
pertanian.
d. Jumlah Cadangan Kondisi Saat Ini.
Berdasarkan pengukuran dan permohonan Izin Usaha Produksi (IUP)
Eksplorasi Penambangan Batu Gamping yang diajukan oleh Edi Purwanto
adalah 5,82 Ha. Dengan mengukur luas wilayah yang akan ditambang maka
jumlah cadangan terukur yang dapat ditambang kurang lebih sebesar
262.272 m³. Top soil (lapisan tanah penutup) akan disimpan dan natinya akan
digunakan untuk reklamasi. Peta Disposal area sebagai penampung lapisan
tanah yang subur/ top soil terlampir.
e. Sasaran Produksi.
Sasaran produksi yang akan ditambang adalah 240 m³/hari. Jumlah armada
truk di rencanakan 10-15 unit dengan dump truk ukuran 8 m³. Jumlah ritase
masing-masing unit truk rata-rata adalah 4 (empat) ritase per hari. Sehingga
jumlah produksi per hari direncanakan sebagai berikut :

Jumlah Produksi per hari :


=10 unit x 4 ritase x 8m³ = 240 m³per hari
Apabila dalam satu bulan di hitung hari kerja efektif adalah 25 Hari, maksimal
jumlah produksi efektif dalam satu tahun adalah sebagai berikut :
Jumlah produksi per tahun =
= 240 m³ per hari x 25 hari x 12 bulan
= 72.000 m³ per tahun
Berdasarkan perhitungan jumlah cadangan terukur dan jumlah produksi
dalam 1 tahun, maka umur tambang diperkirakan sebesar :

Umur tambang = Volume Cadangan


Sasaran produksi per tahun
= 262.272
72.000
= 4 tahun
f. Peralatan.

UKL-UPL Eksplorasi Penambangan Batu Gamping a/n Edi Purwanto


Desa Bogorejo, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora 10
Tahun 2021
Dump truk yang digunakan sebanyak 10-15 unit dengan asumsi bahwa 1 unit
truk dapat melakukan pemuatan sebanyak 4 kali rute. Sehingga dengan
menggunakan 10-15 buah truk dapat memenuhi kapasitas produksi. Dump
truk yang digunakan adalah berupa kendaraan sewa dari perusahaan
transportasi.
Tabel 2.1
JENIS PERALATAN
NO. JENIS / MEREK ALAT KAPASITAS JUMLAH KEPEMILIKAN
1. Dump Truck 8 m³ 10 unit Sewa
2. Back Hoe 0.8 m³ 1 unit Sewa
g. Kebutuhan Tenaga Kerja dan Karyawan.
Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan pada rencana tambang a/n Edi
Purwanto adalah sekitar 7 orang.
Tabel 2.2
KEBUTUHAN TENAGA KERJA
NO. KETERANGAN JUMLAH
1. Manager 1 Orang
2. Kepala Teknik Tambang 1 Orang
3. Operator Alat Berat 2 Orang
4. Pegawai Lapangan 1 Orang
5. Petugas Administrasi 1 Orang
6. Petugas Keamanan 1 Orang
Jumlah : 7 Orang
h. Sumber Energi.
Rencana Eksplorasi Penambangan Batu Gamping a/n Edi Purwanto hanya
akan dilakukan pada siang hari sehingga penerangan bersumber dari
matahari dan tidak memerlukan bantuan penerangan lainnya. Sedangkan
penggunaan bahan bakar untuk keperluan alat angkut, disajian dalam data
berikut :
Tabel 2.3
PENGGUNAAN MINYAK PELUMAS DAN BBM
NO
JENIS BAHAN JUMLAH KETERANGAN
.
1. Minyak Pelumas 180 lt/bln Dikelola oleh transpoter, karena
2. BBM Non Subsidi 10.000 lt/bln status kendaraan adalah sewa

i. Sumber Air dan Penggunaannya.


Dalam pelaksanaan penambangan tidak ada kegiatan yang mengunakan air.
Penggunaan air hanya dilakukan untuk aktifitas seperti penyiraman debu
pada kegiatan penambangan, penyiraman jalan tambang dan angkut, mencuci
peralatan tambang dan MCK. Kebutuhan air disuplai dari mobil tangki air
dengan pemakaian rata-rata 250 m³per bulan.

j. Aspek Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

UKL-UPL Eksplorasi Penambangan Batu Gamping a/n Edi Purwanto


Desa Bogorejo, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora 11
Tahun 2021
1. Melengkapi pekerja dengan peralatan pelindung diri seperti helm, sarung
tangan, masker dan sepatu pelindung dan mempunyai kepala tambang
yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan usaha penambangan.
2. Memantau jebakan air, terutama di dekat tebing, hal ini untuk
mempertahankan keamanan lereng sebelum terjadinya reruntuhan
terutama di saat musim penghujan.
k. Aspek Lingkungan.
1. Prediksi dampak lingkungan penambangan yang dilakukan pada musim
kemarau yang paling besar adalah dampak debu untuk kesehatan,
terutama bagi pekerja dan masyarakat sekitar. Saat jalanan kering wajib
melakukan penyiraman secara periodik terutama jalan yang mendekati
pemukiman untuk mengurangi dampak debu.
2. Prediksi dampak lingkungan penambangan yang dilakukan pada musim
penghujan disebabkan karena kondisi licin pada lokasi tambang, lokasi
galian, kecuraman serta tumpukan tanah di pinggir lokasi tambang,
menyebabkan kemungkinan terjadinya longsor pada musim hujan yang
sangat membahayakan penambang, maka penambangan akan berhenti
sementara menunggu kondisi aman.
3. Lokasi penambangan dekat dengan pemukiman sehingga prediksi
dampak yang akan timbul adalah dampak debu dan kebisingan yang bisa
mengganggu warga. Dampak ini akan di kelola oleh pemrakarsa sehingga
dapat diminimalkan.
4. Dalam memuat material wajib menggunakan penutup bak agar loose
material tidak mengotori jalan yang dilewati oleh alat angkut.
5. Wajib melakukan reklamasi terhadap lahan atau area yang terganggu
sesuai ketentuan perundangan yang berlaku.
l. Jadwal Rencana Kegiatan Penambangan.
Rencana penambangan dilakukan selama 4 tahun. Dua bulan pertama
digunakan untuk tahap persiapan. Setelah itu maka kegiatan operasional
penambangan berlangsung. Reklamasi dan penataan kembali lahan
penambangan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan penambangan
maupun sesudah kegiatan penambangan. Penataan penambangan ini
bertujuan untuk mengembalikan lahan pada fungsi semula atau fungsi
lainnya yang lebih baik sehingga kualitas lahan tidak menurun. Jadwal
pelaksanaan kegiatan secara lebih rinci dapat di lihat pada tabel sebagai
berikut :

Tabel 2.3

UKL-UPL Eksplorasi Penambangan Batu Gamping a/n Edi Purwanto


Desa Bogorejo, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora 12
Tahun 2021
JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN PENAMBANGAN
TAHUN
KEGIATAN
I II III IV V
Tahap Persiapan
 Persiapan Lahan √ - - - -
 Pembangunan Sarana Prasarana √ - - - -
 Pengupasan Tanah Penutup √ - - - -
Tahap Operasional
 Pembongkaran (Penambangan)
 Pemuatan, Pengangkutan
 Pemasaran
Tahap Pasca Operasional
 Reklamasi

2.4. Garis Besar Komponen Rencana Usaha/Kegiatan.


a. Kesesuaian Lokasi Usaha dengan Tata Ruang :
Berdasarkan Surat Keterangan Kesesuaian Tata Ruang dari Kepala Dinas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Blora Nomor : 650/2934
A/2019, tanggal 19 November 2019, lokasi rencana Eksplorasi Penambangan
Batu Gamping a/n Edi Purwanto di Desa Bogorejo, Kecamatan Bogorejo,
Kabupaten Blora. Sesuai dengan Perda Nomor 18 Tahun 2011 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Blora Tahun 2011 – 2031, pasal 35
ayat 3a menyebutkan bahwa di Desa Bogorejo, Kecamatan Bogorejo,
Kabupaten Blora merupakan salahsatu kawasan peruntukan pertambangan
meliputi batu gamping dan pasir kuarsa
b. Persetujuan Prinsip Rencana Kegiatan :
Surat keputusan persetujuan sesuai Surat Rekomendasi dari Bupati Blora,
tanggal 18 Nopember 2020, Nomor : 501.43/3408/2020 untuk pelaksanaan
kegiatan Penambangan Batu Gamping oleh Edi Purwanto di Desa Bogorejo,
Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora.
c. Penjelasan Mengenai Persetujuan Prinsip/Izin Prinsip Penanaman
Modal.
Persetujuan prinsip dalam kegiatan tambang adalah persetujuan Wilayah Izin
Usaha Pertambangan (WIUP), calon penambang harus memperoleh
rekomendasi WIUP terlebih dahulu dalam rangka melaksanakan persyaratan
IUP Operasi Produksi dan IUP operasi produksi. Persyaratan IUP Operasi
Produksi meliputi persaratan : teknis, lingkungan dan finansial.
1. Persyaratan teknis dan persyaratan finansial dilakukan dengan
menyusun rencana kerja Operasi Produksi.
2. Persyaratan lingkungan dilakukan dengan menyusun dokumen Upaya
Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL)
Rencana Eksplorasi Penambangan Batu Gamping a/n Edi Purwanto.

UKL-UPL Eksplorasi Penambangan Batu Gamping a/n Edi Purwanto


Desa Bogorejo, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora 13
Tahun 2021
Kegiatan rencana Eksplorasi Penambangan Batu Gamping a/n Edi Purwanto
sudah memiliki persetujuan pemberian WIUP Eksplorasi (terlampir). Hal ini
menjelaskan bahwa secara prinsip usaha pertambangan ini secara prinsip
bisa dilakukan.
d. Uraian Mengenai Komponen Rencana Kegiatan yang Bisa Menimbulkan
Dampak Lingkungan.
1. Tahap Pra-Konstruksi
Pelaksanaan teknis kegiatan usaha penambangan harus dilakukan sesuai
dengan ketentuan atau kaidah-kaidah yang benar, yang tergantung pada
keadaan, sifat fisik dan letak bahan galian, jumlah cadangan, keadaan
topografi dan geologi. Selain itu juga mempertimbangkan kelestarian
daya dukung lingkungan dan faktor ekonomis. pekerjaan pra konstruksi
dalam pertambangan adalah pekerjaan dalam tahap awal sebelum
kegiatan penambangan dilaksanakan. Kegiatan ini bertujuan supaya
memperlancar kegiatan penambangan/ produksi. Kegiatan pada tahap
pra konstruksi penambangan adalah sebagai berikut :
a. Sosialisasi Warga Sekitar
Sosialisasi diperlukan untuk menjalin interaksi yang positif dengan
warga masyarakat sekitar, harapannya juga agar tidak muncul
persepsi yang negatif terhadap rencana Eksplorasi Penambangan Batu
Gamping a/n Edi Purwanto. Sosialisasi telah dilakukan oleh pihak
pemrakasa kepada warga sekitar dengan disaksikan oleh ketua RT dan
RW, dan diketahui oleh Kepala Desa dan Pihak Kecamatan. (Berita
Acara dan Foto Sosialisasi terlampir).

b. Kegiatan Penyediaan Lahan dan Perijinan.


Rencana Eksplorasi Penambangan Batu Gamping a/n Edi Purwanto
menggunakan tanah hak milik yang dibeli dari masyarakat / milik
Perhutani. Pada tahap penyediaan lahan dan perizinan ini harus
diinformasikan kepada masyarakat tentang rencana Eksplorasi
Penambangan Batu Gamping yang akan dilakukan sehingga tidak
menimbulkan keresahan di masyarakat sekitar lokasi kegiatan
penambangan.
Pada tahap pra konstruksi ini tidak menimbulkan dampak terhadap
komponen fisika–kimia, biologi, dan kesehatan masyarakat. dampak hanya
akan terjadi pada komponen sosial-ekonomi-budaya yaitu :
Dampak Keresahan dan Persepsi Negatif Masyarakat.
Dampak komponen sosial ekonomi budaya meliputi keresahan masyarakat
pada tahap pra konstruksi ini merupakan dampak dari adanya rencana
kegiatan. Keresahan timbul dipicu oleh ketidakjelasan informasi kepada
masyarakat tentang rencana Eksplorasi Penambangan Batu Gamping,
masyarakat masih bertanya-tanya tentang bagaiman rencana Kegiatan
Penambangan Batuan Batu gamping tersebut. Hal inilah yang dapat

UKL-UPL Eksplorasi Penambangan Batu Gamping a/n Edi Purwanto


Desa Bogorejo, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora 14
Tahun 2021
menimbulkan keresahan masyarakat, terutama para penduduk sekitar lokasi
kegiatan.
2. Tahap Konstruksi / Persiapan Penambangan.
Pekerjaan tahap konstruksi atau persiapan penambangan adalah
pekerjaan dalam tahap awal sebelum kegiatan penambangan
dilaksanakan. Kegiatan ini bertujuan agar supaya memperlancar kegiatan
penambangan/produksi. Persiapan penambangan bertujuan untuk
menyiapkan sarana dan prasarana penunjang pekerjaan tahap
selanjutnya yaitu tahap oprasional atau tahap penambangan kegiatan
persiapan penambangan yang akan dilakukan oleh Eksplorasi
Penambangan Batu Gamping a/n Edi Purwanto adalah sebagai berikut :
a. Penyiapan Lahan.
Pekerjaan persiapan penambangan adalah pekerjaan tahap awal
sebelum dilakukan kegiatan penambangan yang bertujuan untuk
menyiapkan sarana prasarana untuk menunjang pekerjaan tahap
selanjutnya yaitu pekerjaan penambangan. Kegiatan persiapan
penambangan yang akan dilakukan oleh pemrakrsa adalah sebagai
berikut :
1. Pembersihan Lahan.
Pembersihan lahan adalah pekerjaan untuk membersihkan
daerah kerja dari tanaman perdu (semak-semak), sehingga
pekerjaan selanjutnya dapat dengan mudah untuk dilaksanakan
tanpa adanya tumbuh-tumbuhan. Lokasi kegiatan merupakan
lahan dengan tumbuhan tanaman semusim dan beberapa
tanaman buah. Pekerjaan ini dilakukan dengan menggunakan
tenaga manusia. Batang dan ranting-ranting diberikan pada
masyarakat setempat untuk keperluan sebagai kayu bakar.
Pembersihan lahan dimaksudkan untuk membersihkan lahan
yang akan ditambang dari tanaman, baik tanaman musiman
(jagung, ketela, kacang dll) maupun tanaman keras (mangga,
akasia, mahoni, jati) untuk menghilangkan semak belukar dan
benda lain sebelum dilakukan pengupasan dan pemindahan
tanah penutup.
2. Pembuatan Jalan.
Pembuatan jalan tambang dimaksudkan sebagai akses peralatan
bongkar dan muat ke lokasi kegiatan. Lebar dan kemiringan
(grade) jalan tambang disesuaikan dengan lisensi dan
kemampuan alat. Penggalian dimulai dari bawah menuju ke atas
untuk membuat akses jalan ke lokasi tambang, mengingat arah
penambangan dari atas menuju ke bawah berdasarkan kontur.
Material yang telah di bongkar dan merupakan lapisa penutup di
pindahkan dari atas ke bawah dan sebagian dimanfaatkan untuk
pondasi jalan tambang. Jalan tambang yang dibuat merupakan
sarana pengangkutan material ke stock pile. Dimensi jalan
UKL-UPL Eksplorasi Penambangan Batu Gamping a/n Edi Purwanto
Desa Bogorejo, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora 15
Tahun 2021
tambang sebagai berikut : lebar jalan lurus 6 meter dan pada
tikungan 8,5 meter. Sedangkan grade jalan atau kemiringan
dalam tanjakan sebesar 10% atau 1:10 meter yang artinya setiap
jarak 10 meter tinggi tanjakan 1 meter.
3. Pembuatan Jenjang.
Pembuatan jenjang penambangan dimaksudkan untuk
mempermudah penggalian dan pemuatan. Tujuan pembuatan
jenjang agar talut muat pada saat pembongaran dan pemuatan
dapat berada di atas jenjang permukaan kerja, pada posisi ini
efektifitas dan efisiensi kerja alat muat (excavator) untuk tipe
back hoe sangat baik di samping itu juga dari segi keselamatan
kerja bagi operatornya dapat dijaga. Pengupasan lapisan penutup
dilakukan secara berurutan dengan penggalian yang dikerjakan
secara konvensional, artinya daerah yang akan ditambang
dilakukan pengupasan tanah penutup, kemudian dilakukan
penggalian. Jadi pengupasan secara bertahap setiap jenjang,
setelah jenjang I (pertama) selesai, dilanjutkan dengan
penggalian pada jenjang II (kedua) yang berada di bawah
jenjang. Pengupasan jenjang dimaksud untuk membuat
permukaan kerja yang akan digunakan sebagai tempat
dimulainya kegiatan penambangan. Faktor-faktor yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan jenjang ini antara lain:
a. Tinggi jenjang disesuaikan dengan kemampuan jangkauan
alat berat, pada areal penambangan ke dalam maksimal 4
meter dan tinggi jenjang maksimal 4 meter.
b. Kemiringan jenjang disesuai dengan sifat fisik bahan galian
yang akan ditambang.
c. Panjang dan lebar disesuaikan dengan jumplah alat angkut
dan alat muat yang digunakan yang dapat bergerak leluasa.
Front penambangan di mulai dengan pembuatan jenjang awal
pada 70 sampai dengan 63 mdpl. Jenjang dibuat dengan sudut
lereng 40° dengan ketinggian 7 meter. Ditinjau dari segi
ekonomis desain dengan sudut lereng 40° kurang
menguntungkan, karena akan ada batu gamping yang tidak
tergali tetapi dari segi teknis hal itu akan mengurangi timbulnya
bahaya kelongsoran. Dengan kondisi endapan batu gamping dan
lapisan tanah penutup yang tidak tebal, maka, sistem multi
jenjang akan lebih cepat.
4. Penirisan.
Penirisan batuan untuk mengarahkan aliran air hujan yang tidak
beraturan di lokasi penambangan menuju ke sungai. Disamping
itu, juga untuk menghindarkan aliran air yang memotong jenjang.
Hal ini untuk menghindari tererosinya jenjang-jenjang yang telah

UKL-UPL Eksplorasi Penambangan Batu Gamping a/n Edi Purwanto


Desa Bogorejo, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora 16
Tahun 2021
terbentuk. Pada front penambangan, lantai jenjang dibuat miring
ke arah bidang penambangan dan di sepanjang dasar bidang
penambangan dibuat selokan kecil untuk mengalirkan air. Di
samping itu keseluruhan front penambangan dibuat miring
sehingga semua air yang berada di lokasi pengalian akan
mengalir ke tempat yang lebih rendah sebelum dialirkan ke arah
sungai yang telah ada.
Prediksi dampak lingkungan pada tahap kontruksi ini dapat dijelaskan
sebagai berikut :
Dampak terhadap komponen fisik-kimia.
1. Dampak Keresahan dan Persepsi Negatif Masyarakat.
Dampak sosial perubahan mata pencaharian dan pendapatan penduduk
yang semula bekerja sebagai petani dan petani penggarap lahan yang
direncanakan menjadi lahan tambang.
2. Penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan.
Pada tahap kontruksi, kegiatan yang dilakukan adalah pembersihan
lahan, pengupasan tanah penutup, pembuatan jalan dan jenjang dan
penirisan. Kegiatan penghasilan emisi udara atau gas buang adalah
mobilisasi (peralatan kontruksi, mesin-mesin, dan material). Kegiatan
pada tahap kontruksi tersebut dilakukan dengan peralatan yang
menggunakan bahan bakar solar, sehingga akan menghasilkan emisi
udara. Dampak penurunan kualitas udara hanya bersifat kecil dan
sementara karena pekerjaan kontruksi yang dilakukan hanya sedikit dan
sementara karena akan segera berakhir setelah tahap kontruksi selesai.
Pekerjaan yang menyebabkan penurunan kualitas udara pada poin 1
akan menimbulkan peningkatan kebisingan ini terutama dihasilkan oleh
mesin-mesin yang digunakan untuk pekerjaan kontruksi. Dampak dari
peningkatan kebisingan menimpulkan persepsi negatif di masyarakat.
Tetapi dampak peningkatan kebisingan ini hanya bersifat kecil dan
sementara. Peningkatan kebisingan ini dapat dampak lanjutan berupa
penurunan tingkat kenyamanan, dan persepsi negatif masyarakat.
3. Peningkatan Air Larian atau Lapisan Air.
Pembersihan lahan, pengupasan tanah penutup, pembuatan jalan dan
jenjang dan penirisan dapat mengakibatkan peningkatan air larian atau
lapisan air. Perubahan fungsi lahan dari lahan dengan tanaman menjadi
lahan tambang dapat mengakibatkan peningkatan air larian. Adanya
kegiatan pematangan lahan dan pekerjaan kontruksi/sipil, air akan
melimpas ke daerah sekitar. Dengan demikan akan terjadi peningkatan
air larian, yang diperkirakan dapat menimbulkan genangan air di sekitar
lokasi tampak kegiatan.

4. Gangguan Lalu Lintas.


Kendaraan yang keluar-masuk di area tambang dapat menimbulkan

UKL-UPL Eksplorasi Penambangan Batu Gamping a/n Edi Purwanto


Desa Bogorejo, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora 17
Tahun 2021
bangkitan maupun tarikan lalu lintas. Dengan demikian, kegiatan
tersebut akan berdampak terhadap gangguan kelancaran lalu lintas di
sekitar lokasi tambang di Desa/Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora.
Penurunan tingkat pelayanan jalan ini dapat menimbulkan dampak
lanjutan berupa gangguan lalu lintas, penurunan tingkat kenyamanan,
dan persepsi negatif masyarakat.
5. Gangguan Keselamatan atau Keselamatan Kerja.
Melengkapi pekerja dengan peralatan pelindung diri seperti helm, sarung
tangan, masker dan sepatu pelindung dan mempunyai kepala tambang
yang bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan penambangan.

6. Kesempatan Bekerja dan Berusaha.


Dengan adanya kegiatan penambangan ini, masyarakat sekitar rencana
kegiatan mendapatkan kesempatan bekerja dan berusaha dan apakah
dengan adanya rencana kegiatan Eksplorasi Penambangan Batu Gamping
a.n Edi Purwanto lahan di sekitarnya nilai jualnya menjadi semakin tinggi
karena lahan di sekitar lokasi penambangan menjadi lokasi yang strategis
untuk melakukan usaha dan tempat berusaha. Rencana Eksplorasi
Penambangan Batu Gamping a.n Edi Purwanto ini memberikan
kesempatan kerja dan berusaha serta berdampak pada pendapatan
masyarakat. Dampak terhadap pendapatan masyarakat ini dapat bersifat
positif maupun negatif. Dampak positif terjadi, apabila masyarakat
mendapatkan kesempatan kerja dan berusaha. Sedangkan dampak
negatif dapat terjadi apabila masyarakat merasa dirugikan dan merasa
tidak dilibatkan dan tidak mendapatkan kesempatan kerja dan berusaha.

Dampak terhadap komponen biologi.


Kegiatan kegiatan pembersihan lahan dengan penebangan pohon dan
vegetasi, pengupasan tanah penutup, pembuatan jalan dan jenjang dan
penirisan diperkirakan dapat mengakibatkan hilangnya flora darat yang
menempati lahan tersebut. Dengan demikian, perubahan fungsi lahan dari
lahan yang ada tanamannya menjadi lahan tambang dapat mengakibatkan
berkurangnya flora dan fauna darat. Dengan berkurangnya lahan yang
tertutup lahan vegetasi menjadi lahan tambang, maka fauna yang biasa hidup
di daerah vegetasi tersebut seperti katak, ular, tikus, belalang, burung, capung
dll akan berkurang. Hal ini disebabkan karena berkurangnya lahan untuk
habitat hidupnya.

3. Tahap Operasi / Penambangan.


Setelah pekerjaan persiapan penambangan selesai, yang artinya bahwa
batu gamping yang telah terkupas dari lapisan tanah penutup, maka
selanjutnya dilaksanakan pekerjaan utama penambangan yaitu pekerjaan
pembongkaran, pemuatan dan pengangkutan (loading and handing) serta
penimbunan (dumping).

a. Pembongkaran.

UKL-UPL Eksplorasi Penambangan Batu Gamping a/n Edi Purwanto


Desa Bogorejo, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora 18
Tahun 2021
1. Rancangan Teknis Pembongkaran.
Pembongkaran adalah pekerjaan penggalian mineral batuan
(Batuan Gamping) dilaksanakan setelah tanah penutup selesai
dikupas. Batuan Gamping digali dengan menggunakan alat gali
muat excavator back hoe. Batuan mineral batuan (Batuan
Gamping) yang tergali dimuat dalam dump truck untuk dibawa ke
trasit stock yard dan stock pile. Arah dan urutan penggalian
mineral batuan (Batuan Gamping) disesuaikan dengan pola
pengupasan tanah penutup, menggunakan car back filling. Tanah
penutup yang sudah digali dipindahkan ke daerah yang lebih
rendah. Lokasi bekas penggalian mineral batuan (Batuan
Gamping) disebut lokasi kosong. Urutan penggalian adalah
dimulai dari kontur tertinggi. Apabila elevasi tertentu sudah
menjadi datar, maka dilanjutkan membuat bench baru, yang
letaknya terdekat dengan jalan tambang begitu seterusnya.

2. Penentuan Arah / Awal Penggalian.


Lokasi penggalian awal dipilih lokasi yang mempunyai lapisan
tanah penutup pada lokasi tersebut batuan gamping lebih cepat
diperoleh sehingga batuan gamping di sekitar lokasi ini tergolong
homogen. Memperlihatkan hal tersebut, pada prinsipnya arah
penggalian bisa dimulai dari manapun. Dalam desain ini arah
penggalian direncanakan dari arah selatan menuju ke arah Utara.
Arah penggalian dipilih, dengan mempertimbangkan kondisi
topografi, yang hubungannya dengan pembuatan jalan tambang
menuju puncak bukitnya.
3. Pengupasan Lapisan Tanah Penutup.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengupasan tanah penutup
adalah sifat material, lokasi penimbunan, topografi daerah yang
akan ditambang dan ketersediaan peralatan.
Metode pengupasan lapisan tanah penutup (overburden)
dilakukan secara parallel, artinya bahwa sejalan dengan pekerjaan
pengupasan, maka penggalian batu gamping juga dilaksanakan.
Tanah penutup dikupas, dan langsung diangkut truck menuju
tempat penimbunan, yang nantinya akan digunakan untuk
reklamasi pasca tambang, Urutan pengupasan tanah penutup dan
penggalian batu gamping disesuaikan dengan kondisi topografi
daerah penambangan. Karena topografi daerah penelitian terjal,
maka penggalian dilakukan di elevasi paling atas, dan menuju
bawah sampai batas elevasi yang direncanakan. Pertama-tama
back hoe menggali lapisan penutup, dan langsung dimuat oleh
dump truck untuk dipindahkan ke tempat penimbunan yang lebih
rendah. Begitu seterusnya sampai elevasi tersebut menjadi rata.
4. Penggalian Tanah Urug.

UKL-UPL Eksplorasi Penambangan Batu Gamping a/n Edi Purwanto


Desa Bogorejo, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora 19
Tahun 2021
Penggalian mineral batuan (Batuan Gamping) dilaksanakan
setelah tanah penutup selesai dikupas. Mineral batuan (Batuan
Gamping) digali dengan menggunakan alat gali muat excavator
back hoe. Batu gamping yang digali dimuat ke dump truck untuk di
bawa ke transit stock yard dan stock pile. Arah dan urutan
penggalian batu gamping disesuaikan dengan pola pengupasan
tanah penutup, dimana cara pengupasan lapisan tanah penutup
menggunakan cara back filling. tanah penutup yang telah digali
dipindahkan ke daerah yang lebih rendah. Lokasi bekas
penggalian mineral batuan (Batuan Gamping) disebut lokasi
kosong. Urutan penggalian adalah dimulai dari kontur tertinggi.
Apabila elevasi tertentu sudah menjadi datar, maka dilanjutkan
membuat bench baru, yang letaknya dekat jalan tambang. Begitu
pula seterusnya.
5. Rencana Kemajuan Penambangan.
Kegiatan penambangan yang dijadwalkan terdiri dari kegiatan
stripping atau pengupasan lapisan tanah penutup dan penggalian
tanah urug. Penjadwalan produksi dan kemajuan tambang dibuat
berdasarkan elevasi kontur yang akan digali sampai kontur
terendah batas penggalian.
6. Pemuatan.
Pemuatan adalah pekerjaan pemindahan hasil galian mineral
batuan (Batuan Gamping) dari muka kerja penggalian ke alat
angkut dengan menggunakan excavator.
7. Pengangkutan.
Pengangkutan adalah pekerjaan pemindahan mineral batuan
(Batuan Gamping) hasil penggalian dari lokasi tambang ke
pembeli yang akan membeli batu gamping. Membawa dump truck
sendiri. Pengangkutan dilakukan dengan dump truck berukuran 8
m³.
Prediksi dampak lingkungan pada tahap kontruksi ini dapat dijelaskan
sebagai berikut :
Dampak terhadap komponen fisik-kimia.
a. Penurunan Kualitas Udara dan Peningkatan Kebisingan.
Pada tahap operasi, kegiatan yang menyebabkan dampak terhadap
penurunan kualitas udara ambien di tapak proyek dan sekitarnya
adalah operasional kegiatan Eksplorasi Penambangan Batu Gamping
a.n Edi Purwanto. Penurunan kualitas udara ambien dan peningkatan
kebisingan disebabkan oleh adanya gas buang hasil pembakaran
bahan bakar escavator (back hoe) yang digunakan sebagai alat
penambangan dan kendaran keluar-masuk pengangkut hasil tambang.
Penurunan kualitas udara ambien ini dapat menimbulkan dampak

UKL-UPL Eksplorasi Penambangan Batu Gamping a/n Edi Purwanto


Desa Bogorejo, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora 20
Tahun 2021
lanjutan berupa penurunan tingkat estetika lingkungan, penurunan
tingkat kenyamanan masyarakat, gangguan terhadap kesehatan
masyarakat (terutama saluran pernafasan), dan persepsi negatif
masyarakat. Pada tahap operasi, kegiatan yang menyebabkan dampak
terhadap peningkatan kebisingan di tapak proyek dan sekitarnya
adalah suara kendaraan bermotor yang keluar-masuk lokasi
penambangan dan kegiatan Eksplorasi Penambangan Batu Gamping
a.n Edi Purwanto. Peningkatan kebisingan ini dapat menimbulkan
dampak lanjutan berupa penurunan tingkat kenyamanan dan persepsi
negatif masyarakat.
b. Perubahan Tata Guna Lahan.
Kegiatan yang menyebabkan dampak terhadap perubahan tata guna
lahan adalah kegiatan tahap Eksplorasi Penambangan Batu Gamping
a.n Edi Purwanto. Perubahan tata guna lahan ini dapat menimbulkan
dampak lanjutan berupa gangguan terhadap kehidupan biota air,
penurunan tingkat kenyamanan dan persepsi negatif masyarakat. Pada
Lokasi ini yang sebelum adanya kegiatan Eksplorasi Penambangan
Batu Gamping a.n Edi Purwanto berupa bentangan tanah berbukit
yang tidak rata, maka dengan adanya kegiatan ini nantinya akan
berubah menjadi bentangan tanah rata yang lebih rendah yang
harapannya akan menjadi tanah pertanian (sawah).
c. Peningkatan Erosi dan Sedimentasi.
Kegiatan Eksplorasi Penambangan Batu Gamping a.n Edi Purwanto
dapat menyebabkan peningkatan erosi dan sendimentasi. Hal ini dapat
dicegah dengan melakukan pengelolaan lingkungan yang baik. Pada
musim penghujan erosi dapat meningkat menjadi kemungkinan terjadi
longsor disebabkan karena kondisi licin pada lokasi tambang,
menyebabkan kemungkinan terjadinya longsor pada musim hujan.
Saat kondisi musim hujan yang sangat membahayakan penambangan,
maka kegiatan penambangan akan berhenti sementara menunggu
kondisi aman.
d. Gangguan Kalancaran Lalu Lintas.
Kendaraan yang keluar-masuk kendaraan menuju areal Eksplorasi
Penambangan Batu Gamping dapat menimbulkan bangkitan maupun
tarikan lalu lintas. Dengan demikian, kegiatan tersebut akan
berdampak terhadap gangguan kelancaran lalu lintas di sekitar lokasi
Eksplorasi Penambangan Batu Gamping di Desa Bogorejo, Kecamatan
Bogorejo, Kabupaten Blora. Penurunan tingkat pelayanan jalan ini
dapat menimbulkan dampak lanjutan berupa gangguan lalu-lintas,
penurunan tingkat kenyamanan, dan persepsi negatif masyarakat.

e. Kerusakan Jalan Tambang dan Prasarana Umum Berupa Jalan

UKL-UPL Eksplorasi Penambangan Batu Gamping a/n Edi Purwanto


Desa Bogorejo, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora 21
Tahun 2021
Umum.
Kerusakan jalan tambang dan prasarana umum berupa jalan umum
disebabkan adanya aktivitas keluar-masuk 10-15 dump truck per hari
di jalan tambang dan melebar ke jalan umum sekitar lokasi tambang.
Selain itu adanya ceceran matrial batuan yang ada di jalanan.
f. Gangguan Keselamatan atau Keselamatan Kerja.
Melengkapi pekerja dengan peralatan pelindung diri seperti helm,
sarung tangan, masker dan sepatu pelindung dan mempunyai kepala
tambang yang bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan
penambangan.
g. Penurunan Kualitas Air Permukaan.

h. Pengelolaan Sampah.
Sampah padat berupa kertas, kardus dll kumpulkan dan dibuang ke
tempat pembuangan sampah sementara dan diberi tutup agar tidak
kena air hujan.
i. Penurunan Kualitas Udara dan Peningkatan Kebisingan.
Pada tahapan operasi, kegiatan yang menyebabkan dampak terhadap
penurunan kualitas udara ambien di lokasi kegiatan atau usaha dan
sekitarnya adalah operasional kegiatan Eksplorasi Penambangan Batu
Gamping. Penurunan kualitas udara ambien dan peningkatan
kebisingan disebabkan oleh adanya gas buang hasil pembakaran
kendaraan yang keluar-masuk pengangkut. Penurunan kualitas udara
ambien ini dapat menimbulkan dampak lanjutan berupa penurunan
tingkat estetika lingkungan, penurunan tingkat kenyamanan
masyarakat, gangguan terhadap kesehatan masyarakat (terutama
saluran pernafasan) dan persepsi negatif masyarakat. Pada tahapan
operasi, kegiatan yang menyebabkan dampak terhadap peningkatan
kebisingan di lokasi kegiatan atau usaha dan sekitarnya adalah suara
kendaraan bermotor yang keluar-masuk lokasi kegiatan Eksplorasi
Penambangan Batu Gamping. Peningkatan kebisingan ini dapat
menimbulkan dampak lanjutan berupa penurunan tingkat
kenyamanan dan persepsi negatif masyarakat.
j. Terganggunya Ekosistem di Lahan.
Berkurangnya flora dan fauna darat. Kegiatan pembersihan lahan
dengan penebangan pohon dan vegetasi, Eksplorasi Penambangan
Batu Gamping diperkirakan dapat mengakibatkan hilangnya flora
darat yang menempati lahan tersebut. Dengan demikian, perubahan
fungsi lahan dari lahan yang ada tanamannya menjadi lahan tambang
dapat mengakibatkan berkurangnya flora dan fauna darat. Dengan
berkurangnya lahan vegetasi yang menjadi lahan tambang, maka fauna
yang hidup di daerah vegetasi tersebut seperti katak, ular, tikus,

UKL-UPL Eksplorasi Penambangan Batu Gamping a/n Edi Purwanto


Desa Bogorejo, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora 22
Tahun 2021
belalang, burung, capung dan lain-lain akan berkurang. Hal ini
disebabkan karena berkurangnya lahan untuk habitat hidupnya.
k. Kesempatan Bekerja dan Berusaha.
Dengan adanya kegiatan penambangan ini, masyarakat sekitar
rencana kegiatan mendapatkan kesempatan bekerja dan berusaha dan
apakah dengan adanya rencana kegiatan Eksplorasi Penambangan
Batu Gamping a.n Edi Purwanto lahan di sekitarnya nilai jualnya
menjadi semakin tinggi karena lahan di sekitar lokasi penambangan
menjadi lokasi yang strategis untuk melakukan usaha dan tempat
berusaha. Rencana Eksplorasi Penambangan Batu Gamping a.n Edi
Purwanto ini memberikan kesempatan kerja dan berusaha serta
berdampak pada pendapatan masyarakat. Dampak terhadap
pendapatan masyarakat ini dapat bersifat positif maupun negatif.
Dampak positif terjadi, apabila masyarakat mendapatkan kesempatan
kerja dan berusaha. Sedangkan dampak negatif dapat terjadi apabila
masyarakat merasa dirugikan dan merasa tidak dilibatkan dan tidak
mendapatkan kesempatan kerja dan berusaha.
l. Persepsi Masyarakat.
Dampak komponen sosial ekonomi budaya meliputi keresahan
masyarakat pada tahap Pra-Konstruksi. Hal ini merupakan dampak
dari adanya rencana kegiatan. Keresahan timbul dipicu oleh
ketidakjelasan informasi kepada masyarakat tentang rencana kegiatan
Eksplorasi Penambangan Batu Gamping a.n Edi Purwanto. Masyarakat
masih bertanya-tanya tentang bagaimana rencana kegiatan tambang
tersebut. Hal inilah yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat,
terutama para penduduk sekitar lokasi kegiatan.
4. TAHAP PASCA OPERASI.
Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap pasca penambangan adalah
reklamasi lahan bekas tambang dan demobilisasi alat. Reklamasi
dilakukan dengan kegiatan penataan dikembalikan sesuai dengan fungsi
semula sehingga dapat dipergunakan sesuai dengan peruntukan
penataan ruang kawasan tersebut. Kegiatan reklamasi akan dilakukan
mengikuti kemajuan tambang yaitu jika telah tersedia arel yang selesai
ditambang maka pada lahan tersebut langsung dilakukan reklamasi.
Pekerjaan pasca operasi meliputi :
a. Demobilisasi Alat.
Demobilisasi alat dilakukan dengan menggunakan trailer dan dump
truck. Peralatan yang ada di lokasi tambang diangkut keluar dari
lokasi tambang.
b. Reklamasi Lahan Bekas Tambang
Reklamasi adalah merupakan kegiatan penataan kembali lahan bekas
penambangan akan dikembalikan ke fungsi semula dan dapat
digunakan sesuai peruntukan penataan ruang kawasan tersebut.

UKL-UPL Eksplorasi Penambangan Batu Gamping a/n Edi Purwanto


Desa Bogorejo, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora 23
Tahun 2021
Rencana teknis reklamasi pasca tambang terlampir. Kegiatan
penambangan berhubungan erat dengan kegiatan pemanfaatan lahan
yang bersifat sementara. Pada saat kegiatan operasional
penambangan berlangsung. Akan terjadi perubahan lahan yang
memiliki dampak terhadap komponen lingkungan alam dan
komponen sosial ekonomi. Untuk itu perlu dilakukan penataan
kembali penataan lahan penambangan baik bersamaan dengan
pelaksanaan kegiatan penambangan maupun sesudah kegiatan
penambangan. Penataan penambangan ini bertujuan untuk
mengembalikan lahan pada fungsi semula atau fungsi lainnya yang
lebih baik sehingga kualitas lahan tidak menurun. Kondisi lahan
bekas penambangan saat tahun pertama lahan penambangan akan
terbuka sekitar 35 %, tahun kedua sekitar 90 % sedangkan
pertengahan tahun ketiga sekitar 100 %. Dengan demikian reklamasi
di tahun pertama akan dilakukan pada 35 % lahan yang telah
ditambang pada tahun pertama, sampai tahun ketiga sekitar 90 %
lahan, sedangkan pertengahan tahun keempat meliputi 10 % sisa
lahan terakhir ditambang. Tiga tahun terakhir masa perizinan akan
dilakukan evaluasi kegiatan reklamasi dan kegiatan penutupan
tambang.
Prediksi dampak lingkungan pada tahap kontruksi ini dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1. Persepsi Masyarakat tentang Pemanfaatan Lahan Bekas
Tambang.
Pelaksanaan reklamasi dan pemanfaatan lahan bekas tambang ke
fungsi semula atau sesuai fungsi sekitar lokasi tambang. Lahan bekas
tambang sesuai dengan perencanaan setelah reklamasi dapat
digunakan sesuai dengan peruntukan ruangnya. Di dalam lokasi
tersebut lahan bekas tambang tambang bisa direklamasi sesuai
dengan fungsi semula. Setelah dilakukan reklamasi lahan bekas
tambang kemudian dapat difungsikan sesuai dengan peruntukan tata
ruang. Hal ini menimbulkan persepsi positif di masyarakat apabila
pengelolaan lahan pasca tambang dilakukan dengan baik dan sesuai
dengan peraturan tata ruang yang berlaku.
2. Pemutusan Hubungan Kerja.
Dengan berakhirnya pertambangan maka terjadi pemutusan
hubungan kerja. Pemutusan hubungan kerja harus dilakukan sesuai
dengan peraturan ketenagakerjaan yang berlaku sehingga tidak
menimbulkan gejolak sosial di kalangan pekerja tambang yang telah
bekerja di lokasi tambang milik Edi Purwanto.
3. Gangguan Kelancaran Lalu Lintas.
Demobilisasi peralatan tambang dapat menimbulkan bangkitan
maupun tarikan lalu lintas. Dengan demikian, kegiatan tersebut akan

UKL-UPL Eksplorasi Penambangan Batu Gamping a/n Edi Purwanto


Desa Bogorejo, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora 24
Tahun 2021
berdampak terhadap gangguan kelancanaran lalu lintas di sekitar
lokasi Eksplorasi Penambangan Batu Gamping di Desa Bogorejo,
Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora.
4. Peningkatan Kualitas Jalan.

5. Penurunan Emisi

BAB 3
MATRIK DAMPAK LINGKUNGAN YANG DI TIMBULKAN DAN

UKL-UPL Eksplorasi Penambangan Batu Gamping a/n Edi Purwanto


Desa Bogorejo, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora 25
Tahun 2021
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP SERTA
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP.

UKL-UPL Eksplorasi Penambangan Batu Gamping a/n Edi Purwanto


Desa Bogorejo, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora 26
Tahun 2021
2

UKL-UPL Eksplorasi Penambangan Batu Gamping a/n Edi Purwanto


Desa Bogorejo, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora 27
Tahun 2021
3

UKL-UPL Eksplorasi Penambangan Batu Gamping a/n Edi Purwanto


Desa Bogorejo, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora 28
Tahun 2021
4

UKL-UPL Eksplorasi Penambangan Batu Gamping a/n Edi Purwanto


Desa Bogorejo, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora 29
Tahun 2021
5

UKL-UPL Eksplorasi Penambangan Batu Gamping a/n Edi Purwanto


Desa Bogorejo, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora 30
Tahun 2021
UKL-UPL Eksplorasi Penambangan Batu Gamping a/n Edi Purwanto
Desa Bogorejo, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora 31
Tahun 2021
UKL-UPL Eksplorasi Penambangan Batu Gamping a/n Edi Purwanto
Desa Bogorejo, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora 32
Tahun 2021
UKL-UPL Eksplorasi Penambangan Batu Gamping a/n Edi Purwanto
Desa Bogorejo, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora 33
Tahun 2021
UKL-UPL Eksplorasi Penambangan Batu Gamping a/n Edi Purwanto
Desa Bogorejo, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora 34
Tahun 2021
BAB 4
JUMLAH DAN JENIS IZIN PPLH YANG DIBUTUHKAN.
4.1. Jumlah dan izin Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup belum
dibutuhkan dalam kegiatan Operasi Produksi Pertambangan Mineral Batuan
(Batuan Gamping) .

UKL-UPL Eksplorasi Penambangan Batu Gamping a/n Edi Purwanto


Desa Bogorejo, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora 35
Tahun 2021
UKL-UPL Eksplorasi Penambangan Batu Gamping a/n Edi Purwanto
Desa Bogorejo, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora 36
Tahun 2021
BAB 5
SURAT PERNYATAAN / KOMITMEN PEMRAKARSA UNTUK
MELAKSANAKAN UKL-UPL

UKL-UPL Eksplorasi Penambangan Batu Gamping a/n Edi Purwanto


Desa Bogorejo, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora 37
Tahun 2021
DAFTAR PUSTAKA
1. Undang-undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
2. Undang-undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah
3. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia No. 16 Tahun
2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup
4. Peraturan Daerah Kabupaten Blora No. 4 Tahun 2011 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
5. Undang Undang Republik Indonesia No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan
Mineral dan Batu bara.
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 22 Tahun 2010 tentang Wilayah
Pertambangan.
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 23 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu bara.
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 78 Tahun 2010 tentang
Reklamasi dan Pascatambang.
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan.
10. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Republik Indonesia No.
1211.K/008/M.PE/1995 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Perusakan
dan Pencemaran Lingkungan Pada Kegiatan Pertambangan Umum.
11. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia No.
1453.K/29/MEN/2000 tanggal 3 November 2000 tentang Pedoman Teknis
Penyelenggaraan Tugas Pemerintahan di Bidang Pertambangan Umum.
12. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No. 6 Tahun 2010 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah 2009 – 2029.
13. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No. 10 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Pertambangan Mineral dan Batu bara di Provinsi Jawa Tengah.
14. Keputusan Gubernur Jawa Tengah No. 5 Tahun 2007 tentang Pengendalian
Lingkungan Hidup di Jawa Tengah.

LAMPIRAN
UKL-UPL Eksplorasi Penambangan Batu Gamping a/n Edi Purwanto
Desa Bogorejo, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora 38
Tahun 2021
URAIAN RONALINGKUNGAN HIDUP AWAL KEGIATAN OPERASI PRODUKS
PERTAMBANGAN BATUAN (Batuan Gamping)
KABUPATEN BLORA
Kegiatan Eksplorasi Penambangan Batu Gamping a.n Edi Purwanto di Desa
Bogorejo, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora tentu akan mengubah rona
lingkungan hidup awal. Oleh karena itu diperlukan identifikasi rona lingkungan hidup
awal yang meliputi :
KOMPONEN GEO-FISIK-KIMIA
A. KONDISI GEOGRAFIS
Letak astronomis Kabupaten Blora berada di antara 111°016' s/d 111°338' Bujur
Timur dan diantara 6°528' s/d 7°248' Lintang Selatan. Secara geografis,
kabupaten Blora tidak berbatasan dengan pantai dan masih menjadi bagian
wilayah utara Pulau Jawa. Kabupaten Blora berada di rangkaian perbukitan kapur
yakni Pegunungan Kendeng Utara dan Pegunungan Kendeng Selatan yang sejajar
membentang dari barat ke timur. Kabupaten Blora dilalui 2 (dua) sungai utama,
yaitu Sungai Bengawan Solo dan Sungai Lusi.
Adapun batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut, sebagaimana disajikan
pada Gambar 1:

Kabupaten Pati

Kabupaten Tuban
Provinsi Jawa Timur

Kabupaten Grobogan Kabupaten Bojonegoro


Provinsi Jawa Timur

Kabupaten Ngawi
Provinsi Jawa Timur

1. Sebelah Utara : Kabupaten Pati dan Kabupaten Rembang.


2. Sebelah Timur : Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten Tuban Provinsi Jawa
Timur.
3. Sebelah Selatan : Kabupaten Ngawi Provinsi Jawa Timur.
4. Sebelah Barat : Kabupaten Grobogan.
B. KONDISI TOPOGRAFI
Wilayah kabupaten Blora terdiri atas daratan rendah dan perbukitan dengan
ketinggian antara 25-50 meter dpl, dengan ketinggian terendah berada di

UKL-UPL Eksplorasi Penambangan Batu Gamping a/n Edi Purwanto


Desa Bogorejo, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora 39
Tahun 2021
Kecamatan Cepu dan tertinggi berada di Kecamatan Todanan. bentuk topografi
wilayah berupa dataran, perbukitan pegunungan, lembah dan gunung dengan
kemiringan antara 0% hinga > 40% (datar sampai dengan sangat curam).
Topografi wilayah kabupaten Blora secara umum terbagi 3 (tiga) kategori
ketinggian lahan, sebagai berikut :
1. Ketinggian lahan antara 0-40 meter dpl, berada di 3 kecamatan yaitu:
Kradenan, Kedungtuban dan Cepu.
2. Ketinggian lahan antara 41-100 meter dpl, berada di 15 kecamatan yaitu: Jati,
Randublatung, Kradenan, Kedungtuban, Cepu, Sambong, Jiken, Jepon, Blora,
Banjarejo, Tunjungan, Japah, Ngawen, Kunduran dan Todanan.
3. Ketinggian lahan lebih dari 100 meter dpl, berada di 14 kecamatan yaitu: jati,
Randublatung, Kradenan, Kedungtuban, Sambong, Jiken, Jepon, Blora,
banjarejo, Tunjungan, Japah, Ngawen, Kunduran dan Todanan.
Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Bogorejo adalah sebagai berikut,
sebagaimana disajikan pada Gambar 1:
1. Sebelah Utara : Kabupaten Rembang.
2. Sebelah Timur : Kabupaten Tuban Provinsi Jawa Timur.
3. Sebelah Selatan : Kecamatan Jepon dan Kecamatan Jiken.
4. Sebelah Barat : Kecamatan Jepon.
Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora terbagi menjadi 14 Desa yaitu Desa
Bogorejo, Desa Gandu, Desa Gayam, Desa Gembol, Desa Gombang, Desa Jeruk,
Desa Jurangrejo, Desa Karang, Desa Karanganyar, Desa Nglengkir, Desa Prantan,
Desa Sarirejo, Desa Sendangrejo dan Desa Tempurejo.
Dengan luas wilayah sebesar 49,81 Km². Lahan di Kecamatan Bogorejo,
Kabupaten Blora digunakan sebagai lahan pertanian sawah 2.416,6 Ha, lahan
pertanian bukan sawah 1.464 Ha dan lahan pekarangan 776 Ha.
C. IKLIM
Berdasarkan informasi Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Semarang dari
tahun 2015 – 2018, rona lingkungan hidup awal pada komponen iklim wilayah
Kecamatan Bogorejo termasuk daerah beriklim tropis dengan suhu rata-rata
28°C, dengan rata - rata maksimum 34°C.
D. KONDISI GEOLOGI
Pemetaan geologi dilakukan di daerah lokasi usaha dan/atau kegiatan dan
sekitarnya. Daerah ini termasuk kedalam Zona Antiklinorum Kendeng. Pemetaan
ini dimaksudkan untuk dapat mengetahui keadaan geologi dari daerah pemetaan
dan menambah pengetahuan mengenai pemetaan geologi bagi penyusun.
Pemetaan geologi dilakukan dengan berbagai tahapan, yaitu ; Tahapan
persiapan, Tahapan survei pendahuluan/Reconnaissance, Tahapan pekerjaan
lapangan, dan Tahapan pengolahan data serta pembuatan laporan.
Dari hasil pemetaan yang dilakukan didapatkan beberapa informasi mengenai
aspek-aspek geologi. Dari hasil analisis yang dilakukan didapatkan informasi
bahwa formasi ini terendapkan pada lingkungan laut dangkal pada Miosen Akhir
UKL-UPL Eksplorasi Penambangan Batu Gamping a/n Edi Purwanto
Desa Bogorejo, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora 40
Tahun 2021
hingga Pliosen pada facies inner-outer neritic zone dan fore reef facies. Struktur
geologi yang terdapat di daerah ini yaitu ; struktur antiklin yang memanjang
dengan arah barat – timur. Proses yang masih berlanjut hingga kini yaitu ; proses
denudasional, yang meliputi pelapukan, erosi, dan sedimentasi. Dari proses
tersebut didapatkan endapan aluvial (Qa) dengan ukuran material lempung,
lanau, dan pasir yang tidak terkonsolidasi.
E. KONDIS GEOMORFOLOGI
Aspek geomorfologi dari daerah pemetaan terdiri dari Satuan Fluvial (F1), Satuan
Dataran Bergelombang Lemah (D1), Satuan Perbukitan Landai Struktural
Terdenudasi (S8), dan Satuan Punggungan Antiklin (S9). Stratigrafi daerah
pemetaan tersusun atas Satuan Endapan Lempung, Lanau, Pasir; Satuan
Batulanau; Satuan Batugamping Pasiran; Satuan Batu Gamping Masif.
Satuan morfologi perbukitan adalah bentuk bentang alam yang memperlihatkan
relief baik mulus maupun kasar, membentuk bukit-bukit dengan kemiringan
lereng antara 5% - 15% dan memperlihatkan relief halus, subsatuan morfologi
sedang dengan kemiringan lereng berkisar antara 15% - 40% dan
memperlihatkan relief sedang dan subsatuan.
F. KONDIS HIDROGEOLOGI
Air khususnya air bersih merupakan salah satu sumber daya alam dan kebutuhan
hidup yang paling penting dan merupakan unsur dasar bagi semua mahluk hidup
di bumi. Tanpa air, berbagai proses kehidupan tidak dapat berlangsung.
Adapun kondisi hidrogeologi disekitar area kegiatan di Desa Bogorejo,
Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora adalah :
 Jenis Akuifer : Akuifer dengan aliran melalui ruang antar butir.
 Tipe Akuifer : Akuifer produktif sedang dengan penyebaran luas.
 Tingkat Keterusan : Rendah sampai dengan sedang.
 Muka Air Tanah : Beragam dari dekat muka tanah sampai dengan yang
lebih dari 6 meter.
 Debit Sumur : < 4 liter/detik.
 Kualitas Air : Baik

RONA LINGKUNGAN HAYATI


UKL-UPL Eksplorasi Penambangan Batu Gamping a/n Edi Purwanto
Desa Bogorejo, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora 41
Tahun 2021
Komponen lingkungan hayati yang berada di sekitar lokasi kegiatan meliputi :
A. Flora (tumbuh-tumbuhan ) yang Tumbuh di Sekitar Lokasi Kegiatan.

Tabel 1.1.
Flora (tumbuh-tumbuhan) di sekitar lokasi kegiatan
NO. NAMA TUMBUHAN NAMA ILMIAH
1. Alang-alang Imperata Cylindrical
2. Jati Tectona Grandis
3. Jeruk bali Citrus X Paradisi
4. Jeruk nipis Citrus Aurantifolia
5. Kelapa Cocos Mucifera
6. Labu Cucurbita SPP
7. Mahoni Swietenia Mahagoni
8. Mawar Rosa SP
9. Melati Jasminum Sambac
10. Mangga Mangifera Indica
11. Nangka Artocarpus Heterophyllus
12. Papaya Carica Papaya
13. Pisang Musa Paradisiaca
14. Sukun Artocarpus Communis
15. Sangketan Heliotropium Indicum
16. Sawo Zapota
17. Tebu Sacharum Officinale
18. Ubi kayu Manihot Utilisima

B. Binatang (Fauna) di Sekitar Lokasi Kegiatan.

Tabel 2.1.
BINATANG (FAUNA) DI SEKITAR LOKASI KEGIATAN
NO NAMA BINATANG NAMA ILMIAH / GOLONGAN
1. Tikus Ratus SP
2. Nyamuk Diptera
3. Kupu-kupu Lepidoptera
4. Burung Gereja Passer Montanus
5. Semut Hymenopiera
6. Jangkrik Acheta Domestica
7. Capung Odonata
8. Ikan Cyprinus Carpio
9. Kucing Felis Carpio
10. Tawon atau Lebah Hymenoptera

UKL-UPL Eksplorasi Penambangan Batu Gamping a/n Edi Purwanto


Desa Bogorejo, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora 42
Tahun 2021

Anda mungkin juga menyukai