Anda di halaman 1dari 74

A.

IDENTITAS PEMRAKARSA
1. Nama Pemohon : KARYONO
2. Alamat : Dukuh Tenggang RT 01 RW 03 Desa Ngrupit
Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo
3. Telepon/fax :
B. IDENTITAS PENYUSUN
1. Nama Perusahaan : CV. Bakti Pertiwi
2. No. HP : 085 257 226 027
3. Email : baktipertiwi11@gmail.com
4. SIUP : 503/384/405.16/2018
5. TDP : 13.18.5.47.1240
6. Akte Notaris : No 4, 4 nopember 2016
7. NPWP : 80.570.533.2-647.000
8. Penanggung Jawab : Ike Sureni,SKM,M.Kes
9. Alamat Kantor : Perum Anggrek Garden D2 Kertosari
10. No SKA/SBU : 1.5.503.3.142.13.1149179
11. Tenaga Ahli : Ike sureni SKM.M Kes ( Kesehatan)
Putri Nugraheni, ST ( Teknik Lingkungan)
Lilis Purnama dewi, ST (TeknikSipil)
Hawin Mey R.F,SKM (K3)
S.Wiyono,M.Si (sosial ekonomi)
C. PROFIL KEGIATAN
1. Nama Kegiatan : Pertambangan Trass
2. Lokasi : Desa Kemiri, Kecamatan Jenangan,
Kabupaten Ponorogo
3. Luas Usaha : 11,81 Ha
4. Luas WIUP : 11,10 Ha
5. No.WIUP : P2T/46/15.19/III/2019
6. No.IUP Eksplorasi : P2T/71/15.01/V/2019

1
D. RENCANA USAHA DAN ATAU KEGIATAN
1. Latar Belakang
Dalam kaitanya dengan kegiatan pembangunan yang saat ini sedang berlangsung
khususnya di Kabupaten Ponorogo dengn skala proyek nasional dan beberapa proyek lainya
yang juga membutuhkan ketersediaan suplai material tambang trass. Secara umum kegiatan
penambangan merupakan kegiatan pengambilan bahan galian trass yang dimanfaatkan
sebagai bahan urugan ataupun keperluan lainya dimana di awali dengan proses pembersihan,
revegetasi, pemuatan dan pengangkutan trass ke lokasi pemasaran secara langsung maupun
tidak langsung kegiatan penambangan akan dapat memberikan dampak berupa perubahan
bentang alam dan kondisi lingkungan di sekitar lokasi kegiatan.
Luas WIUP milik Bapak KARYONO ini berada pada lahan seluas 11,81 Ha yang
terletak di Desa Kemiri, Kecamatan Jenangan ,Kabupaten Ponorogo. Lokasi Ini berdasarkan
P2T/46/15.19/2019 Tanggal 25 Maret 2019 Tentang Persetujuan Wilayah izin pertambangan
milik Bapak KARYONO Selain itu juga telah mendapatkan persetujuan IUP eksplorasi dari
keputusan Gubernur Jawa Timur nomer : P2T/71/15.01/V/2019 Tanggal 10 Mei 2019
Sesuai Undang-undang nomor 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan
Lingkungan hidup serta Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2012
tentang Jenis Rencana usaha dan/atau Kegiatan yang wajib dilengapi dengan Amdal, maka
kegiatan penambangan gakian mineral Batu ini tidak wajib dilengkapi Amdal, yang berarti
tergolong kegiatan yang sesuai ketentuan tersebut wajib dilengkapi dengan Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL).
Kegiatan penambangan Trass ini dapat meningkatkan nilai pendapatan daerah serta
menambahkan lapangan pekerjaan. Namun selain memberikan dampak positif, dilain pihak
kegiatan penambangan tras ini akan dapat menyebabkan dampak negatif berupa timbulan
polutan debu,kebisingan dan perubahan bentuk lahan. Melalui penyusunan Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, pemrakarsa
memiliki pedoman dan acuan dalam pengelolaan dampak negatif yang dilakukan dapat
diminimalkan sehingga tidak terjadi degradasi lingkungan hidup yang tidak diharapkan serta
tidak menimbulkan gangguan di masyarakat dan lebih mengedepankan pengembangan
dampak positif dengan membuka peluang kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat yang
terkena dampak.Dengan demikian kegiatan dapat memberikan dampak positif dan
bermanfaat bagi masyarakat.

2
2. Dasar Hukum

Peraturan-peraturan yang digunakan sebagai dasar dari penyusunan


studi ini adalah :
A. UNDANG-UNDANG :
1) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya,
2) Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
3) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pelrindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
4) Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara (UU Minerba)
5) Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
6) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah

B. PERATURAN PEMERINTAH :
1) Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
2) Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Pemerintah Provinsi sebagai Daerah Otonom
3) Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan
Beracun
4) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Nasional
5) Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatanya Usaha
Pertambangan Mineral dan Batu Bara
6) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan
7) Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah B3

C. PERATURAN MENTERI :
1) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2011 tentang Ganti Kerugian
Akibat Pencemaran dan atau/ Kerusakan Lingkungan Hidup
2) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha
dan/atau Kegiatan yang wajib dilengkapi AMDAL,Bidang Energi dan Sumber Daya
Mineral
3) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2012 tentang Jenis
Rencana Usaha dan atau/ Kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL
4) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012 tentang Pedoman
Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup

3
D. KEPUTUSAN MENTERI :
1) Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor KEP.49/MENLH/1996 tentang Baku
tingkat getaran
2) Keputusan Menteri Lingkungan Hdup Nomor 43 Tahun 1996 tentang Kriteria Kerusakan
Lingkungan bagi Usaha atau Kegiatan Penambangan Bahan gakian Golongan C Jenis
Lepas Di Dataran
3) Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1457 Tahun 2000 tentang
Pedoman Teknis Pengelolaan Lingkungan Hidup di Bidang Pertambangan dan Energi
4) Keputusan Menteri Agraria/Kepala BPN Nomor 2 Tahun 1999 tentang Ijin Lokasi
5) Keputusan Menteri ESDM Nomor 1827 K 30 M3M 2018 Pedoman Pelaksanaan kaidah
teknis pertambangan yang baik

E. PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR :


1) Peraturan Provinsi Daerah Jawa Timur Nomor 02 Tahun 2006 Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah (RT/RW) Jawa Timur

F. PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR :


1) Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 10 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Udara
Ambien dan Emisi Sumber Tidak Bergerak di Jawa Timur
2) Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 62 Tahun 2010 tentang Kriteria Kerusakan
Lahan Penambangan Sistem Tambang Terbuka di Jawa Timur
3) Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 30 Tahun 2011 tentang Jenis Usaha dan/atau
Kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL)
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

G. KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR


1) Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor : P2T/46/15.19/III/2019 Tanggal 25 Maret 2019
tentang Persetujuan Wilayah Izin Usaha pertambangan milik Bapak KARYONO
2) Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor : P2T/71/15.01/V/2019 Tanggal 10 Mei 2019
tentang Persetujuan Izin Usaha Pertambangan eksplorasi milik Bapak KARYONO

H. PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO :


1) Peraturan Daerah Kabupaten Ponorogo Nomor 01 Tahun 2012 tentang Rencana Tata
ruang wilayah daerah Kabupaten Ponorogo Tahun 2012-2032

4
I. PERATURAN BUPATI PONOROGO:
1) Peraturan Bupati Nomor 46 Tahun 2015 tentang Izin lingkungan

J. KEPUTUSAN BUPATI PONOROGO :


1) Surat Keputusan Bupati Nomor : 188.45/1729/405.35/2017 tentang Pembentukan tim
pemeriksa UKL-UPL dan tim Pemeriksa SPPT Kab.Ponorogo

3. Nama Rencana Usaha dan /atau Kegiatan :


Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Bapak KARYONO Adalah
kegiatan pertambangan dengan jenis komoditas Trass. Penyusunan Dokumen UKL UPL
adalah sebagai syarat dalam pengajuan izin lingkungan.

4. Lokasi Rencana dan/atau Kegiatan :


Lokasi Rencana Ijin USAHA Pertambangan (IUP) Tambang Tras terletak di Desa
Kemiri,Kecamatan Jenangan,Kabupaten Ponorogo.
Adapun batas-batas geografisnya adalah sebagai berikut :
 Sebelah Utara : desa Ngrogung kecamatan Jenangan
 Sebelah Timur : desa Ngrogung kecamatan Jenangan
 Sebelah Selatan : desa Ngrogung kecamatan Jenangan
 Sebelah Barat : desa Kradenan kecamatan Dolopo

5
Gambar 1.Batas lokasi IUP dalam batas administrasi desa sekitarnya

6
 Koordinat batas wilayah permohonan WIUP dan IUP Operasi Produksi Tras dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :
Tabel 1.Titik-titik koordinat batas wilayah permohonan WIUP
No GARIS BUJUR (TIMUR) GARIS LINTANG (SELATAN)
° ‘ “ ° ‘ “
1. 111 35 39,30 7 48 26,03
2. 111 35 39,30 7 48 28,19
3. 111 35 37,93 7 48 28,19
4. 111 35 37,93 7 48 27,97
5. 111 35 37,43 7 48 27,97
6. 111 35 37,43 7 48 27,18
7. 111 35 36,71 7 48 27,18
8. 111 35 36,71 7 48 27,07
9. 111 35 33,25 7 48 27,07
10. 111 35 33,25 7 48 26,96
11. 111 35 31,96 7 48 26,96
12. 111 35 31,96 7 48 27,07
13. 111 35 31,67 7 48 27,07
14. 111 35 31,67 7 48 27,29
15. 111 35 30,84 7 48 27,29
16. 111 35 30,84 7 48 28,19
17. 111 35 21,41 7 48 28,19
18. 111 35 21,41 7 48 24,98
19. 111 35 34,80 7 48 51,60
20. 111 35 34,80 7 48 50,70
21. 111 35 43,76 7 48 50,70
22. 111 35 43,76 7 48 50,30
23. 111 35 53,41 7 48 50,30
24. 111 35 53,41 7 48 50,00
25. 111 35 48,70 7 48 50,00
26. 111 35 48,70 7 48 49,50
27. 111 35 44,02 7 48 49,50
28. 111 35 44,02 7 48 48,50

Lokasi Wilayah Pemetaan eksplorasi lokasi milik Bapak KARYONO di Desa Kemiri,
Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo Provinsi Jawa Timur dapat di capai sebagai
berikut :
1. Dari Surabaya ke arah Ponorogo melalui Jalan arteri Madiun Ponorogo kearah mlilir
ke timur menuju desa Kemiri sekitar 187 Km.
2. Jalan masuk - eksplorasi : Dari Desa Mlilir menuju ke desa Kemiri sekitar ….. Km
dan dari desa Kemiri ke lokasi eksplorasi melalui jalan makadam 1500 M kearah
timur yang terletak di desa Kemiri

7
Gambar 2. Kesampaian Lokasi Rencana Pertambangan Tras di desa Kemiri
8
Gambar 3. Peta Lokasi IUP Operasi Produksi
9
5. Skala Besaran Usaha/Kegiatan/Dampak :
a. Luas Rencana Tambang
Rencana kegiatan pertambangan yang diajukan oleh Bapak KARYONO Berada pada
lahan pertambangan seluas 11,10 Ha dengan komoditas tambang Trass. Lokasi
pertambangan yang akan dilakukan berada di Desa Kemiri,Kecamatan Jenangan,
Kabupaten Ponorogo
b. Rencana Kapasitas Produksi
Produksi bantuan (trass) pada lokasi rencana tambang tersebut diperkirakan adalah
sebanyak ± 50 rit/hari. Dengan asumsi bahwa truk pengangkut trass ukuran sedang
dapat memuat sebanyak ± 8 ton ,serta jumlah volume potensi/ cadangan trass maka
dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut :
 Kapasitas produksi 50 rit/hari dan setara dengan 13.500 rit per tahun
 Umur tambang dengan tanpa memperhitungkan faktor lainya, dan dengan
asumsi waktu kerja efektif adalah 270 hari per- tahun, maka umur
tambangnya (dalam tahun) adalah : 5 tahun

c. Jumlah Tenaga Kerja


Kebutuhan tenaga kerja saat operasional tambang diperkirakan sebanyak 12 orang
yang pengadaan tenaga kerjanya akan diprioritaskan dari tenaga kerja lokal. Tenaga
kerja direncanakan akan mengikuti program jaminan kesehatan kerja BPJS.
Spesifikasi kebutuhsn tenaga kerja saat operasional tambang sebagaimana tersaji
pada Tabel 2.

10
Tabel.2.Kebutuhan Tenaga Kerja
No Jabatan Pendidikan/ Jumlah
Keahlian
I Manajemen
 Pimpinan Manajemen 1
 Manajer Tambang/Kepala Teknik Teknik 1
Tambang (KTT) Tambang
II Community Development (Humas)
 Humas 1
III Operator dan Maintenance
 Operator excavator (Bechoe) Operator 2
 Maintenance - 1
IV Administrasi dan Keuangan
 Admin dan Keuangan D3 1
 Security - 1
 Bagian Umum dan Drivers SMA 2
 Tenaga Manual Masyarakat 2
Jumlah 12

d. Peralatan Tambang Yang Digunakan


Penambangan Batuan dengan jenis komoditas Trass, yang dilakukan oleh Bapak
KARYONO dilakukan secara mekanis dan manual sehingga hanya membutuhkan
peralatan seperti excavator, alat gali manual, linggis ,dan alat angkut Dump truck.
Tabel 3. Kebutuhan Peralatan
No Jenis Kapasitas Jumlah Keterangan
1 Operasi Produksi
a. Alat Gali
Excavator PC-200 0,9-1 m3 2
Peralatan Penunjang :
Cangkul 20
Linggis 20
b. Alat Angkut 20
Dumptruck 8 ton 50 rit/hari Free On Board

2 Reklamasi
Excavator PC-200 1 Mekanik
Dumptruck 4.5 m3 1 Mekanik
Cangkul 5 Manual
Gerobak Dorong 5 Manual
Spesifikasi Alat
Excavator PC-2000 FE 349/ PS 120
Bucket Size 0,9 m3 Cilinder (Cc) 4009
Digging Depth (mm) 6620 Fuel Capacity 100 Lt
Digging reach (mm) 9875 Fuel Consump 3-4 Km/Lt
11
Swing Radius (mm) 2750 Ov. Length (mm) 5960
Swing speed 16,5 rpm Ov.Widht (mm) 1970
Fuel capacity 100 L Ov. Height (mm) 2145
Hydraulic Capacity 100 L Capacity 5,5-6 Ton

e. Penggunaan Bahan Bakar


Penggunaan Bahan Bakar hanya diperuntukkan untuk peralatan berat yang
digunakan, armada transportasi, dan mesin diesel (kondisional), karena peralatan
penunjang lainya digunakan secara manual.
Tabel.4.Kebutuhan Bahan Bakar
Jenis Kebutuhan Per Bulan Penanganan Sisa
1. Dexlite/Pertamina 2,4000 Liter Habis Terpakai

f. Penggunaan Air
Kegiatan operasional penambangan trass memerlukan air bersih yang berasal dari air
tanah sehingga tersedia setiap saat.
Kebutuhan air dipergunakan untuk kegiatan penyiraman jalan tambang, Total
Kebutuhan air saat operasional 126.000 liter/hari dengan perincian penggunaan pada
tabel berikut :
Tabel 5.Kebutuhan Air Saat Operasional.
No Jenis Kegiatan Keperluan Air Bersih
Sumber Jumlah
1 Pembasahan Jalan Tambang Air Tanah 5.000 lt/hari
2 Akitivitas Karyawan Air Tanah 1.000 lt/hari
3 Pencucian trass Air Tanah 120.000 lt/hari
Jumlah 126.000 lt/hari

Untuk menghindari sengketa dengan masyarakat , maka diperlukan izin pemanfaatan


air tanah. Air limbah yang dihasilkan dari kegiatan penambangan ini akan diresapkan
kedalam tanah, sedangkan untuk kegiatan domestik direncanakan akan menggunakan
rumah warga terdekat yang juga akan direkrut sebagai pekerja tambang. Volume air
limbah yang dihasilkan saat operasional penambangan diinformasikan pada neraca air
berikut:

Gambar 4. Neraca air operasional kegiatan operasional tambang

Pembasahan jalan
tambang

Air Bersih Meresap ke


dalam tanah

Akitivitas Karyawan

12
g. Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan saat operasional terdiri dari sampah domestik hasil
aktivitas karyawan dan administrasi tambang sebagaimana tabel berikut :
Tabel 6.Prediksi Kapasitas padat yang dihasilkan.
No Jenis Limbah Volume
1 Limbah padat domestik karyawan ( 12 orang @ 18 kg/hari
1,5 kg/hari)*)
2 Kegiatan Administrasi Tambang 0,2 kg/minggu
Sumber:analisis,2018
*)=sumber perhitungsn:SNI 19-3964-1994 (1 liter setara dengan 0,3 kg)

6. Garis Besar Komponen Usaha dan/atau Kegiatan


a. Kesesuaian Lokasi Rencana Kegiatan dengan Tata Ruang
Berdasarkan tata ruang yang ada saat ini, yaitu Peraturan Daerah Kabupaten
Ponorogo Nomor 01 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang wilayah daerah
Kabupaten Ponorogo tahun 2012-2032, bahwa area permohonan bahwa area/ pola ruang
yang di cadangkan merupakan kawasan padang rumput/semak. Tentunya nanti kegiatan
pertambangan akan dilakukan dengan hati-hati agar kenyamanan masyarakat sekitar
lokasi penambangan tidak terpengaruh oleh kegiatan pertambangan. Dengan pengelolaan
lingkungan yang baik diharapkan dampak negatif akan dapat dihilangkan atau
diminimalisir, sehingga dampak positifnya dapat lebih terasa. Dengan demikian
berdasarkan rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Ponorogo, letak lokasi
rencana kegiatan penambangan batuan dengan jenis komoditas Trass oleh Bapak
KARYONO Tidak bertentangan dengan rencana tata ruang. Sudah sesuai dengan tata
ruang yang ada. Begitu juga pada lokasi rencana permohonan ijin usaha pertambangan
milik Bapak KARYONO Tidak ada dijumpai lokasi pemukiman.
Permukiman terdekat berada di Dukuh Bandil yang termasuk wilayah Desa Kemiri
Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo. Kegiatan pertambangan akan dilakukan
dengan hati-hati agar kenyamanan masyarakat sekitar lokasi penambangan tidak
terpengaruh oleh kegiatan pertambangan, sedikitnya alat berat yang akan digunakan
dapat dijadikan gambaran besaran kegiatan pertambangan. Dengan pengelolaan
lingkungan yang baik diharapkan dampak negatif akan dapat dihilangkan atau
diminimalisir, sehingga dampak positifnya dapat lebih terasa.

13
Gambar 4. Gambaran lokasi IUP OP dengan peta tata guna lahan RTRW kabupaten
14
b. Uraian Komponen Rencana Kegiatan Yang Dapat Menimbulkan Dampak Lingkungan
Kegiatan penambangan yang akan dilaksanakan di area penambangan ini
dilaksanakan secara bertahap. Rencana usaha pertambangan di area rencana
penambangan milik Bapak KARYONO ini melalui berbagai tahapan antara lain : Tahap
prakonstruksi (prapenambangan), Tahap konstruksi (Persiapan penambangan), Tahap
oprasi/penambangan, Tahap Pasca Operasi (pasca penambangan). Informasi waktu lama
kegiatan pekerjaan (schedule) selengkapnya adalah seperti terterap pada tabel berikut :
Tabel 7. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Pertambangan.
No TAHAP KEGIATAN ESTEMASI BULAN DAN TAHUN
Tahap pra konstruksi (pra penambangan)
1 Sosialisasi Rencana Penambangan September 2018
2 Pengadaan lahan tambang September 2018
3 Perencanaan teknis dan pengurusan Oktober 2018 - Juni 2019
perijinan
Tahap Konstruksi (Persiapan
Penambangan)
1 Mobilisasi tenaga kerja Juni 2019
2 Pengoperasian kantor lapangan Juli 2019
3 Mobilisasi peralatan tambang Juli 2019
4 Persiapan lahan tambang Juli 2019
Tahap Operasi (Operasional Penambangan)
1 Kegiatan Penambangan Agustus 2019 - Juli 2024
2 Pengangkutan bahan tambang Agustus 2019 - Juli 2024
3 Pemeliharaan alat dan material Agustus 2019 - Juli 2024
Tahap Pasca Operasi (Pasca Penambangan)
1 Reklamasi/Rehabilitasi Tambang Setiap selesai dalam satu blok tambang (±1
blok per tahun)
2 Demobilisasi Tenaga Kerja (Akhir kegiatan penambangan)
3 Demobilisasi Peralatan Dan Material (Akhir kegiatan penambangan)

15
1. Tahap Prakonstruksi (Pra Penambangan)
a. Sosialisasi Rencana Kegiatan dan Pengadaan Lahan Tambang
Kegiatan Sosialisasi rencana kegiatan merupakan salah satu kewajiban pemrakarsa dalam
melibatkan masyarakat dalam pelaksanaan pekerjaan ini, dengan tujuan untuk
mendapatkan saran, tanggapan masyarakat sekitar, terkait rencana penambangan Bantuan
dengan jenis komoditas Trass yang akan dilaksanakan.
Kegiatan sosialisasi dilaksanakan dengan perwakilan masyarakat di laksanakan di Kantor
Desa Kemiri serta beberapa tempat lokasi rumah kelompok penambang bahkan di lokasi
penambangan, sehingga dapat memberikan informasi kepada masyarakat desa maupun
masyarakat penambang terkait tahapan-tahapan pelaksanaan penambangan dan
rehabilitasi pasca penambangan serta upaya pengendalian dampak yang dihasilkan,
sehingga dapat mereduksi keresahan warga terkait potensi keamanan dan gangguan
kenyamanan yang ditimbulkan.
Lahan/tanah di sekitar lokasi digunakan untuk berbagai fungsi sesuai dengan jenis tanah
dan peruntukanya. Lahan-lahan tersebut terbagi menjadi tanah perkebunan dan lainya.
Lahan di sekitar lokasi rencana permohonan ijin usaha pertambangan milik Bapak
KARYONO ini adalah merupakan lahan pertanian lahan kering. Adapun untuk status
lahan untuk area lokasi pertambangan ini adalah sebagian merupakan tanah-tanah
kesepakatan untuk kerjasama dengan pemilik lahan di sekitar area rencana pertambangan.
Dokumen Blok lahan dan sudah diverivikasi Dinas ESDM Provinsi Jawa Timur adapun
peta blok lahan dan data pemilik lahan dapat dilihat pada peta dan tabel dibawah ini.
Pemilik Blok 25 : Prapto, Kusno, Langgeng, Jarno, Narno, Tukimin, Sarinem, Slamet bin
Poniran, Juri, Kasmi, Sutris, Misno, Tukimun, Diyem
Pemilik Blok 26 : Tutik Rahayu, Saijo, Tini, Wartono, Toeran.
Pemilik Blok 27 : Saminem, Murah, Parlan, Bakin, Sukir, Wartono, Sumirah, Saikun,
Tumirah, Sarok, Saijo, Jarkasi, Kasemin, Mesiran, Sodikan, Kaseni,
Jateno, Sadiran, Kaneh.
Peta Blok 25, 26 dan 27 tertera pada gambar 5,6,7,8 dan 9.

16
Gambar 5. Peta Blok 25.
17
Gambar 6. Peta Blok 26 (1)

18
Gambar 7. Peta Blok 26 (2)
19
Gambar 8. Peta Blok 27 (1)
20
Gambar 9. Peta Blok 27 (1)
21
b. Perencanaan Teknis dan Pengurusan Perijinan
Dalam rangka legalitas formil operasional penambangan batuan dengan jenis komoditas
Tras, pengurusan perijinan mutlak dilakukan, sebagai persyaratan memulai
penambangan, meliputi Persetujuan Wilayah Usaha Pertambangan (WIUP), Izin Usaha
Pertambangan (IUP), Ijin Operasi Produksi, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Ijin
Lingkungan, dan lain-lain sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Begitu
juga dengan ijin-ijin yang mengikutinya seperti ijin dinas-dinas terkait dan pemerintah di
Kabupaten Ponorogo terkait dengan penggunaan jalan kelas III dan jalan desa.
Sebagai kelengkapan dan syarat dapat dimulainya kegiatan pertambangan, maka
pemrakarsa wajib untuk memperhatikan beberapa hal berikut :
1. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB);
2. Menyusun Rencana Reklamasi dan Pasca Tambang;
3. Menyusun laporan lengkap eksplorasi dan kelayakan;
4. Menyusun rencana pembangunan sarana dan prasarana penunjang kegiatan
penambangan batuan;
5. Menyetor jaminan reklamasi;
6. Membolehkan dan menerima pemeriksaan dari aparat pemerintah yang berwenang
dan disertai surat tugas;
7. Memberikan ganti rugi kepada pemegang hak atas tanah dan tegakan yang
terganggu akibat kegiatan IUP eksplorasi dan produksi;
8. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat sekitar WIUP terkait rencana kegiatan
penambangan batuan yang dilakukan;
9. Tidak diperbolehkan merusak/menutup jaringan irigasi yang ada disekitar WIUP
serta memperhatikan garis sempadan saluran air disekitar lokasi penambangan
batuan sesuai ketentuan yang berlaku;
10. Memasang papan nama di lokasi penambangan dengan ukuran sesuai ketentuan
yang mencantumkan nama pemegang ijin tanggal dan nomor IUP, masa berlaku,
jenis mineral batuan, luas, dan letak lokasi penambangan.

22
Kegiatan perencanaan teknis dilakukan berdasar survey lokasi secara detil guna
merencanakan block plan penambangan meliputi studi eksplorasi kegiatan
penambangan, dimana didalamnya termasuk studi geologi, hidrologi, kedalaman lubang
galian, jenis komoditas tambang, umur tambang, sistem penambangan yang dipakai,
sistem rehabilitasi lahan setelah penambangan, dan lain-lain.
Lokasi Tambang secara umum akan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
1. Daerah tadah/imbuhan air tanah (catchment area) serta sempadan saluran air
disekitar lokasi penambangan sesuai aturan yang berlaku.
2. Letak bangunan-bangunan penting seperti tiang tranmisi tegangn tinggi, tanggul dan
jembatan.
3. Penambangan tidak dilakukan pada tempat dengan lereng yang lebih besar dari 40%
agar tidak terjadi erosi dan longsoran
4. Komposisi dan ketebalan lapisan yang berlokasi di antara tambang dan air
permukaan
5. Memastikan lapisan terlindung dari erosi akibat aliran air
6. Daerah rawan gerakan tanah,jalur gempa kuat, bahaya letusan gunung berapi, banjir
bandang dan sebagainya
7. Daerah-daerah yang memiliki fungsi lindung

Presepsi masyarakat, Pengadaan lahan


perubahan tata guna dan tambang
fungsi lahan

Presepsi masyarakat Perencanaan teknis dan


pengurusan perijinan

- Pengurusan ijin kesesuaian tata ruang


- Pengurusan rekomendasi teknik
- Persetujuan peta WIUP
- Studi eksplorasi
- Studi kelayakan
- Penyusunan RKAB
- Penyusunan encana pasca tambang
- Peninjauan lapangan
- Penyusunan dokumen lingkungan

Keresahan masyarakat Sosialisasi rencana


penambangan

GAMBAR 10. Alur kegiatan tahap pra konstruksi (pra penambangan)

23
2. Tahap Konstruksi (Persiapan Penambangan)
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap konstruksi/persiapan penambangan adalah :
a. Mobilisasi Tenaga Kerja
Pada tahap persiapan penambangan, kegiatan dilakukan oleh pemrakarsa untuk
merekrut tenaga kerja.Kebutuhan tenaga kerja untuk kegiatan pembangunan
pertambangan dengan jenis komoditas Trass ini dapat dibedakan mejadi dua bagian
yaitu manajemen/staff dan pekerja tambang.
Pemrakarsa akan memberikan prioritas utama kepada tenaga kerja lokal dalam
pelaksanaan penambangan dimana sistem pengaturanya akan melibatkan Aparat desa
setempat. Setiap tenaga kerja diharuskan menjaga ketertiban dan keamanan di dalam
dan diluar proyek.

b. Pengoperasian Kantor Lapangan


Sebelum tahap penambangan dimulai, terlebih dahulu disediakan Kantor Lapangan
(bedeng/tempat penampungan tenaga kerja dan gudang) guna melengkapi sarana untuk
persiapan dan pelaksanaan penambangan.
Kantor lapangan merupakan bangunan terbuat dari bangunan semi permanen yang
berfungsi sebagai pusat kegiatan manajemen proyek di lapangan. Keberadaan Kantor
Lapangan ini hanya diperuntukan untuk tempat istirahat penjaga keamanan dan pekerja
pada siang hari, sedangkan untuk keperluan menginap berada di kantor pemrakarsa.
Disamping pembuatan Kantor lapangan sebagai kantor administrasi sederhana dilokasi
proyek, juga dilengkapi dengan prasarana penunjang, seperti tempat gudang
penyimpanan peralatan dan tempat parkir kendaraan. Bangunan kantor lapangan dibuat
semi permanen menggunakan bahan kayu, dan seng untuk konstruksi atas, sedangkan
konstruksi bawah (lantai) dibuat dengan dipadatkan, sehingga pada akhir kontruksi
mudah dibongkar kembali. Penggunaan air bagi karyawan kantor lapangan di sediakan
kebutuhan air untuk minum dan air kebutuhan MCK, dimana untuk air minumnya
berasal dari sumur yang ada di dekat. Berdasarkan analisis penggunaan domestik air
untuk karyawan setiap harinya 1000 liter /hari.Sehingga dilihat dari penggunaan sumber
airnya dapat dilihat masih ada surplus yang besar pada neraca airnya. Sedangkan untuk
limbah domestik berupa sampah ditampung pada tempat penampungan sampah

24
sementara (TPS), terdiri dari sampah domestik hasil aktivitas karyawan dan perkantoran
yang mana nantinya akan di buang di TPA. Limbah padat domestik per orang
diperkirakan 1,5 kg/hari. Sehingga dari 12 karyawan pekerja akan menghasilkan sekitar
18 kg/hari.

3. Mobilisasi Peralatan Tambang


Kegiatan Mobilisasi Peralatan Tambang yang dilakukan meliputi pengangkutan alat berat
dan peralatan penunjang penambangan seperti ayakan/screen, dan peralatan tambang
lainya.Untuk alat berat di fungsikan hanya penataan awal/ pembukaan lahan tambang
dan reklamasi pada akhir tambang.

4. Persiapan Lahan Tambang


Kegiatan pemasangan patok/batas WIUP dan IUP Operasi Produksi blok area
pertambangan serta patok batas sempadan saluran air sesuai peraturan yang berlaku
dan rekomendasi teknis dari Dinas ESDM Provinsi Jawa Timur. Sehingga penambangan
yang dilaksanakan akan dapat berjalan sesuai dengan rencana kegiatan pertambangan.
Pembuatan batas penambangan perlu dilakukan agar pada saat kegiatan penambangan
berlangsung, agar para pekerja tambang tidak bekerja melebihi dari IUP yang diijinkan.
Pembersihan lahan ditujukan untuk mempersiapkan lahan dengan mengubah lahan
tambang menjadi lahan yang sesuai dengan perancangan teknis penambangan.
Pembersihan lahan dilakukan dengan membersihkan vegetasi, benda benda lain, dan
bentukan-bentukan lahan yang diperkirakan tidak mendukung pelaksanaan
penambangan termasuk, diantaranya adalah pengembangan jalan tambang, sehingga
pada saat kegiatan penambangan dilaksanakan, kegiatan pengangkutan bahan tambang
menuju konsumen akan lebih mudah dilaksanakan. Kegiatan penambangan jalan
tambang ini meliputi kegiatan land clearing pemadatan/ pengerasan area dengan
menggunakan bulldozer dan perataan area dengan ketebalan ± 1 meter, lebar
perkerasan 3 meter dan lebar badan jalan 4 meter, sesuai ketentuan Dirjen
Perhubungan Darat No.AJ.307/2/7/DRJD/2003 dan UU.22/2009 (pasal 160s/d 163)
tentang angkutan barang, sehingga area akan lebih mudah untuk dilintasi kendaraan
pengangkut bahan galian.

25
Kesempatan kerja,
Keresahan masyarakat
Mobilisasi Tenaga Kerja

Penurunan kualitas
lingkungan,Gangguan Pengoprasian Kantor
estetika lingkungan Lapangan
keresahan masyarakat

Penurunan kualitas udara,


peningkatan kebisingan, kerusakan Mobilisasi Alat Berat
lahan

Perubahan fungsi dan tata Persiapan Lahan


guna lahan, berukrangnya Tambang
populasi flora dan fauna

Gambar 11. Alur kegiatan Tahap Kontruksi (persiapan penambangan )

5. Tahap Operaasi/Penambangan
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap operasi tambang adalah tahap penggalian dan
tahap pengangkuatan.
a. Kegiatan Penambangan
Dalam pelaksanaan kegiatan penambangan, upaya pembongkaran tras diperlukan alat
berupa backxhoe/excavator. Hal ini disebabkan karena sifat fisik trass kurang keras.
Trass hasil pengerukan backxhoe diangkut menggunakan dumptruck untuk selanjutnya
di angkut ke tempat yang telah ditentukan atau langsung menuju ke tempat konsumen.
Metode penambangan dilakukan dengan metode “quary” dengn pertimbangan faktor-
faktor model geologi, kondisi lapisan batuan, kondisi lapisan tanah penutup jumlah
sumber daya penggalian yang akan dikerjakan dengan membentuk perataan topografi,
sehingga diharapkan dari aktivitas pertambangan ini dimana diakhir aktivitas
pertambangan diharapkan ketinggian topografinya akan mendekati level ketinggian
sungai, sehingga akan memudahkan warga sekitar untuk mendapatkan air sungai
sebagai sarana penyediaan air untuk pertanian.
Bukaan tambang pada penambangan trass milik Bapak KARYONO ini akan mengikuti
blok-blok yang telah ditetapkan di peta. Penambangan pada tipe tambang terbuka

26
menggunakan sistem penambangan berjenjang dari bottom to top yaitu mengambil
bagian terbawah dulu, baru bergerak ke elevasi yang lebih tinggi.Front tambang pada
lokasi ini adalah pada level elevasi ± 404 m (elevasi terendah) dan membentuk lantai
tambang. Elevasi tertinggi kondisi eksisting adalah pada level ± 452m.
Penambangan pada tipe tambang terbuka menggunakan sistem penambangan
berjenjang yang mengarah dari bottom to top yaitu mengambil bagian terbawah dulu,
baru bergerak ke elevasi yang lebih tinggi. Front tambang pada lokasi ini adalah dimulai
pada blok 25 dengan perataan elevasi ± 404 m. Selanjutnya perataan dilanjutkan secara
berjenjang yang mengarah dari barat ke arah timur hingga mencapai lantai tambang
tertinggi pada blok 26 sampai blok 27. Dengan mengacu pada anjuran Dinas ESDM
Provinsi Jawa Timur dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Ponorogo, maka
peracangan geometri penambangan yang akan digunakan adalah dengan sistem
jenjang. Perjenjangan dibuat dengan arah dari barat kearah timur dibuat lumpsum
(gently)naik secara berjenjang dengan sudut kemiringan jenjang maksimum adalah 65°
dan kemiringan umum lereng tambang antara 65° sampai dengan 70°, kemiringan
lantai tambang maksimum 1°. Lebar lantai jenjang dibuat sesuai dengan kondisi
ketersediaan ruang dilantai dasar tambang dimana dapat dilihat pada keterangan
dibawah ini.
Penambangan tanah pada daerah ini ditambang secara tambang terbuka dengan
menggunakan metode quarry. Rancangan teknis penambangan dilakukan untuk
mempermudah proses penambangan dan memperoleh perhitungan cadangan yang
sesuai dengan target produksi, sesuai dengan arah penyebaran bahan galian tras.
Pembuatan rancangan teknis penambangan memerlukan beberapa parameter penting
sesuai dengan Keputusan Menteri ESDM Nomor 1827 K 30 MEM 2018 pedoman
pelaksanaan kaidah teknik pertambangan yang baik, parameter-parameter tersebut
antara lain :
 Tinggi lereng keseluruhan (Overall Slope Hight)=78
 Kemiringan lereng keseluruhan (Overall slope)=≤45°
 Tinggi lereng Tunggal (bench High)=6 meter
 Kemiringan Lereng Tuanggal (Bench Slope)=60-70°
 Lebar Jenjang (Bern)=9,5 meter

27
b. Pengangkutan Bahan Tambang
Pengangkutan bahan tambang berupa Tras akan menggunakan kendaraan jenis Truck
dengan kapasitas angkut maksimal 4 ton dengan maksimal pengangkutan yang
direncanakan adalah 50 rit/hari. Setiap akan melalui jalan akses umum, kendaraan
pengangkut harus dibersihkan untuk meminimalisir ceceran material di badan jalan dan
memperhatikan kelas jalan yang dilalui.
Pemrakarsa juga bertanggung jawab terhadap jatuhan/ceceran material di jalan di
sekitar lokasi kegiatan terutama di pemukiman penduduk serta kerusakan pada badan
jalan yang diakibatkan pengangkutan bahan tambang yang dilaksanakan.
Upaya penyiraman lahan secara berkala juga akan dilakukan apabila disperse debu
sudah dalam tahap mengganggu kenyamanan penduduk sekitar ataupun pengguna
jalan. Dengan pemerintah desa Kemiri sudah ada nota kesepakatan yang dituangkan
dalam perjanjian dengan aparat desa. Selain itu juga operasional truk angkutan
dihindari jam berangkat dan pulang sekolah dan pada saaat sholat jumat.
Disebabkan banyak kendaraan angkutan keluar masuk pemrakarsa diwajibkan
mengadakan petugas yang mengatur kendaraan keluar masuk.

c. Pemeliharaan Peralatan dan Fasilitas


Kegiatan pemeliharaan dilakukan terhadap peralatan yang digunakan setelah
pertambangan. Kegiatan pemeliharaan peralatan bertujuan untuk mempertahankan
kinerja alat yang dilakukan secara berkala setiap bulan, sedangkan perbaikan
menyeluruh (overhaul) dilakukan setiap enam bulan sekali atau disesuaikan dengan
prosedur pengecekan dan perawatan sesuai penetapan Parts Life Time, sehingga
menimbulkan dampak positif bagi masyarakat sekitar dan lingkungan hidup terdampak.
Penggunaan solar dan oli mesin pada lokasi tambang khususnya pada peralatan
ekskavator, dimana besaran solarnya sebesar 5 liter perhari dan habis terpakai.
Sedangkan untuk oli mesinnya dilakukan setiap 6 bulan sekali atau disesuaikan dengan
proseddur pengecekan dan perawatan sesuai penetapan Parts Life Time sebesar 6 liter.
Kegiatan pemeliharaan yang menghasilkan limbah B3 ini akan dibawa ke luar lokasi
penambangan (di bengkel).

28
Bising, Polusi Udara,Potensi
Longsor, Perubahan Tata Guna Pengaturan Komoditas Trass
Lahan

Dispersi Debu Penyimpanan Tras pada Stockpile

Dispersi Debu, Ceceran


material
Pemuatan Trass

Pembuatan Surat jalan

Dispersi Debu, Ceceran


Material,Bangkitan Lalu Lintas,
Gangguan Kenyamanan Pengangkutan Tras
Lingkungan

Gambar 12 .Alur Kegiatan tahap operasional (Operasional Penambangan)

d. CSR
CSR ini berbentuk bantuan kepada masayarakat baik sarana dan prasarana.
Rancangan kegiatan yang didedikasikan untuk masyarakat baik yang memberikan
manfaat secara langsung maupun tidak langsung. Kegiatan dapat berupa kegiatan
pemberdayaan bidang social, ekonomi, budaya, ilmu pengetahuan, dan pendidikan.
Pihak pemrakarsa disini akan mengeluarkan sebagian hasil penjualan untuk kebutuhan
masyarakat di desa sekitar yang mungkin dana tersebut bisa digunakan dalam berbagai
macam kebutuhan masyarakat desa. Rancangan kegiatan yang didedikasikan untuk
masyarakat baik yang memberikan manfaat secara langsung maupun tidak langsung.
Seperti perbaikan jalan desa, Bantuan pasir trass gratis untuk pembangunan sosial dan
sebagainya, yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Bantuan CRS ini dapat diberikan
setiap satu bulan, tiga bulan atau sesuai dengan tingkat kebutuhan CSR nya. Selain itu
juga kegiatan CSR yang disampaikan di dokumen didalam pelaksanaannya akan
berkoordinasi dengan pemerintah desa Kemiri dan Kecamatan Jenangan. Peta-peta
desain tambang dapat dilihat pada peta-peta dibawah ini.

29
30
31
32
33
34
35
36
6. Tahap Pasca Operasi (Pasca Penambangan)
a. Reklamasi/Rehabilitasi Tambang
Kegiatan reklamasi akan dilakukan sesuai blok penambangan yang telah dikerjakan
Setelah kegiatan penambangan pada blok 25 di tahun -1 sudah selesai, penambang
melanjutkan aktivitas penambanganya menuju blok 26, dan blok 27. Sebelum dilakukan
penggalian pada blok 26 dilakukan kegiatan reklamasi berupa penataan lahan
permukaan pada blok 25. Setelah penambangan blok 26, dan blok 27 selesai.
Penambangan kembali dilanjutkan pada blok 25, dan seterusnya sampai blok ke 27

b. Demobilisasi Tenaga Kerja


Kegiatan rasionalisme akan berkoordinasi dengan dinas tenaga kerja, akan memenuhi
kewajibanya terhadap tenaga kerja sesuai dengan peraturan ketenagakerjaan yang
berlaku.
Pada tahapan kegiatan rasionalisme dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
- Pemberian pesangon yang layak pada tenaga kerja yang di PHK
- Memberikan bimbingan atau pelatihan kepada pekerja untuk mendapatkan
usaha/pekerjaan lain.
- Melaksanakan kegiatan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan
nilai estetika masyarakat setempat

c. Demobilisasi Peralatan dan Material


Pada saat kegiatan penambangan telah selesai beroperasi maka akan dilakukan
demobilisasi peralatan. Demobilisasi peralatan dilakukan dengan menarik/memindahkan
semua peralatan yang telah dipergunakan ke tempat lain di luar area tambang

37
E.1. RONA AWAL LINGKUNGAN
1. Komponen Geo-Fisik Kimia
a. Iklim dan Curah Hujan
Iklim dikawasan Kecamatan Jenangan Sebagaimana Kecamatan lain di Kabupaten
Ponorogo. Kecamatan Jenangan Beriklim tropis yang terbagi menjadi dua musim yakni
musim penghujan dan musim kemarau. Pada Tahun 2018 Musim penghujan terjadi pada
bulan November 2017 sampai April 2018. Sedangkan tahun 2019 musim kemarau
terjadi pada bulan Desember 2018 sampai April 2019. Ketinggian di kecamatan
Jenangan berkisar antara 143 Sampai 434 meter di atas permukaan laut sehingga suhu
udaranya relatif panas. Keadaan curah hujan dirinci menurut bulan di Kecamatan
Jenangan tahun 2017 – 2018 dapat dilihat pada tabel dibawah.

Tabel 9. Keadaan Curah Dirinci Menurut Bulan di Kecamatan Jenangan Tahun 2017-2018

Tahun 2017 Tahun 2018


Bulan Jumlah Hari Jumlah Hari Jumlah Hari Jumlah Hari
Hujan Hujan Hujan Hujan
Januari 21 404 15 380
Februari 20 379 18 330
Maret 22 481 15 427
April 23 398 16 382
Mei 15 276 7 240
Juni 15 121 5 250
Juli 14 70 1 151
Agustus 8 175 - 40
September 14 348 4 290
Oktober 15 417 4 351
November 24 623 17 554
Desember 17 245 17 151

b. Kualitas Udara dan Kebisingan


Kualitas Udara di sekitar lokasi kegiatan yang ditentukan oleh kadar zat-zat
pencemar yang terdapat di dalam udara sekitar kegiatan ini, akan dilakukan
pengukuran kualitas udara dan kebisingan di udara bebas secara berkala bekerjasama
dengan laboratorium terakreditasi di Provinsi Jawa Timur.

38
Pengukuran kualitas udara dilakukan setiap 6 bulan sekali dengan analisis
laboratorium dibandingkan dengan baku mutu yang diisyaratkan sesuai Peraturan
Gubernur Jawa Timur No.10 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Udara Ambien dan Emisi
Sumber Tidak Bergerak di Jawa Timur atau Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No.41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Berdasarkan hasil
pengamatan lapangan area penambangan yang relative jauh dari pemukiman, dimana
sumber kebisingan dari aktivitas penambangan ini tidak terlalu berpengaruh terhadap
pemukiman sekitarnya.

c. Topografi/Morfologi (Bentuk Rupa Bumi)

Lokasi rencana tambang berada pada ketinggian ±404-452 m diatas permukaan laut
kemiringan lereng bervariasi 2°- > 60°. Elevasi terendah adalah pada level ±404 mdpl dan
elevasi tertinggi adalah pada level ±452 mdpl dan titik eksplorasi tertinggi adalah pada
elevasi ±452 mdpl. Pada daerah ini berkembang pola pengairan denditrik-sub
denditrik.Umumnya dijumpai sungai dengan erosi horizontal lebih dominan dibanding erosi
vertical.Morfologinya berupa perbukitan bergelombang sedang, kecuali pada bukaan
tambang yang memiliki morfologi sudah datar. Daerah ini umumnya ditempati oleh
endapan endapan gunung api Kuarter Gunung Wilis.
Kemiringan Lereng sebesar secara umum berkisar antara 2°-> 80°. Berdasarkan
klasifikasi menurut Van Zuidam dalam Cancelado (1979) sudut kemiringan lereng yang ada
di area wilayah usaha pertambangan milik Bapaka KARYONO Di Desa Kemiri yaitu :
1 Perbukitan Gelombang Lemah
Morfologi perbukitan bergelombang lemah menempati beberapa bagian area
wilayah usaha pertambangan yang merupakan lahan bekas bukaan tambang.
Sudut kemiringan lereng berkisar antara 0°-3°
2 Perbukitan Gelombang Kasar-curam
Morfologi perbukitan bergelombang pertambangan yang hampir semua area
wilayah usaha pertambangan yang merupakan perbukitan dengan sudut
kemiringan lereng berkisar 17°-80°

39
d. Stratifrafi/Litologi
Lokasi Permohonan IUP termasuk dalam Batuan Gunung api Wilis yang terdiri
dari: perselingan antara breksi gunung api berkeping andesit piroksen,andesit
hornblende, dan orit, tuff, dan konglomerat gunung api.
Pada area tambang dan sekitarnya terususn dari litologi breksi tufa dengan
fragmen berupatufa batuapung dengan tanah dasar tufa berukuran pasir.Sebaranya
terutama mengisi wilayah IUP dari yang memiliki morfologi dataran maupun
perbukitan. Breksi batuapung memiliki warna abu-abu, kecoklatan, massif, berbutir
kerikil-kerakal, bentuk fragmen menyudut- dan pasir tufan, prositas sedang, semen:
silica

e. Potensi Sumber Daya dan Cadangan


1) Penyebaran Bentuk dan geometri bahan galian
Penyebaran meliputi sebaran batuan vulkanik yang menyusun formasi gunung api wilis,
yang menyebar dan membentuk perbukitan. Bahkan penyebaran batuan vulkanik
menyebar pada morfologi perbukitan.

2) Evaluasi Cadangan Bahan Galian


Perhitungan potensicadangan dilakukan dengan cara volumetric menggunakan peta
dasar peta topografi (peta RBI skala 1:25.000) dan hasil pengukuran penyebaran bahan
galian dilapangan. Analisa perhitungan cadangan menggunakan bantuan software GIS
Arcview Etention 3D dengan metode TIN ( Triangular irregular Network) dari peta
kontur ketinggian yang ada, yang telah dilakukan pengeplotan pada tahap sebelumnya.
Metode penghitungan cadangan dengan peta topografi yang ada. Perhitungan
cadangan dengan software ini pada prinsipnya sama dengan prinsip perhitungan
cadangan dengan metode kerucut terpancung untuk masing-masing segmen luasan
tiap kontur.
Berdasarkan asumsi dan pendekatan metode penghitungan tersebut maka dapat
dihitung volume cadangan galian batuan pada rencana lokasi tambang milik Bapak
KARYONO di Desa Kemiri, Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo.

40
Tabel 12. Perhitungan cadangan trass oleh Bapak KARYONO di Desa Kemiri, Kecamatan
Jenangan,Kabupaten Ponorogo

TABEL LUAS DAN CADANGAN PENAMBANGAN


N LUA SUM SUM SUM CADA LUA VOL VOL LOS CADA SW VOL CADA MAS
O S BER BER BER NGAN S U UM ES NGA ELL UME N GAN A
(HA) DAY DAY DAY TERKI BLO ME E MA N FAC JEN TER TAM
A A A RA K CAD SOI TE TERB TO JANG TAM BAN
TERE TER TERU TA A L RIAL UKTI R TAM BANG G
KA TUNJ KUR MB NGA (M3 (%) (M3) BAN (M3) (TAH
(M3) UK (M3) AN N ) G UN)
(M3) G TER (M3)
(M3 KIRA
) (M3)
1 BLOK 25 24.7 233.5 12.3 210.1 56.70 174.43 1,0
6.12 5.50 4.95 92 73 96 81 0 0
2 11,1 2.08 9.87 8.88 BLOK 26 23.8 376.1 11.9 364.2 98.32 302.35 1,7
3 4 7 49 76 25 52 0 7
3 BLOK 27 18.7 290.2 9.39 280.8 91.44 217.53 1,2
96 88 8 90 5 4
5%

1,1
0

JUMLAH
KAPASITAS 182.25
PRODUKSI 0 M3 per tahun

41
LUAS DAN CADANGAN
LUAS (M3) CADANGAN RITASE (4,5
NO TAHUN BLOK TERBUKTI M3)/TAHUN
(M3)
1 Ke-1 BLOK1 24.792 182.250 40.500
2 Ke-2 BLOK2 14.375 182.250 40.500
3 Ke-3 BLOK 2+3 12.522 182.250 40.500
4 Ke-4 BLOK 3 15.747 182.250 40.500
5 Ke-5 BLOK 4 13.922 182.250 40.500
6 Ke-6 BLOK 4 13.922 182.250 40.500
7 Ke-7 BLOK 4+5 9.457 182.250 40.500
8 Ke-8 BLOK 5 7.224 182.250 40.500
9 Ke-9 BLOK 5 7.224 182.250 40.500
10 Ke-10 BLOK 5 7.224 182.250 40.500
11 Ke-11 BLOK 5 7.224 182.250 40.500
12 Ke-12 BLOK 5 7.224 182.250 40.500
13 Ke-13 BLOK 5+6 6.974 182.250 40.500
14 Ke-14 BLOK 6 6.890 182.250 40.500
15 Ke-15 BLOK 6 6.890 182.250 40.500
16 Ke-16 BLOK 6 6.890 182.250 40.500
17 Ke-17 BLOK 6 6.890 182.250 40.500
18 Ke-18 BLOK 6 6.890 182.250 40.500
19 Ke-19 BLOK 6 6.890 182.250 40.500
20 Ke-20 BLOK 6+7 8.172 182.250 40.500
21 Ke-21 BLOK 7 8.559 182.250 40.500
22 Ke-22 BLOK 7 8.559 182.250 40.500
23 Ke-23 BLOK 7 8.559 182.250 40.500
24 Ke-24 BLOK 7 4.533 74.543 16.565
JUMLAH 227.676 4.266.293
KAPASITAS PRODUKSI 40.500 Rit Pertahun

Berdasarkan tabel diaas muka :


1. Luas IUP OP 11,1 Ha.
2. Kapasitas Produksi 15.000 rit per tahun
3. Sumber daya Tereka sebesar 6.122.083 m3 didapatkan dari perkiraan tahap survey tinjau
,nilai tersebut didapat dari perhitungan rencana penggalian sampai lanti tambang itu
yaitu pada ketinggian 372 mdpl.
4. Sumber Daya tertunjuk sebesar 5.509.874 m3 didapatkan dari perkiraan pada tahap
prospeksi, dari hasil survey tinjau yang diperoleh maka sumber daya yang dapat
diprospeksi adalah sebesar 90%, jadi nilai sumber daya tertunjuk adalah 90% dari
sumber daya tereka.
5. Sumber daya terukur sebesar 4.958.887 m3didapatkan dari perkiraan pada tahap
eksplorasi umum, dari hasil survey tinjau yang diperoleh maka sumber daya yang
didapat dari hasil eksplorasi umum adalah sebesar 90% jadi nilai sumber daya tereka.
42
6. Luas daerah yang ditambang stelah dikurangi buffer zone 5 meter adalah atau 11,1 Ha.
7. Cadangan terkira sebesar 5.184.280 m3 didapatkan dari perhitungan encana penggalian
sampai lantai tambang yaitu pada ketinggian 372 mdpl
8. Volume top soil dengan ketebalan 50 cm atau 0,5 neter adalah sebesar 113.838 m 3
9. Looses Material atau material yang hilang di estimasikan sebesar 5%
10. Cadangan terbukti sebesar 5.059.383 m3 didapatkan dari perhitungan volume cadangan
terkira dikurangi dengan volume top soil dan dikalikan 95%
11. Swell factor atau faktor pengembangan dari pasir kuarsa adalah 1,1
12. V olume jenjang tambang yang tidak akan tertambang sebesar 1.020.025 m3
13. Cadangan tertambang sebesar 4.266.293 m3 didapatkan dari perhitungan volume
cadangan terbukti dikalikan dengan swell factor dan dikurangi jenjang tambang.

f. Rencana Produksi Batu

Penambangan batuan (trass) dilakukan dengan menggunakan alat berat yaitu


backhoe, dan kemudian diangkut dan didistribusikan ke konsumen menggunakan
dumptruck.Pengambilan tras dapat melayani untuk pembelian di tempat (umum)
ataupun system kontrak/ order yaitu pengiriman sampai ke lokasi pembeli.
Produksi batuan (trass) pada lokasi rencana tambang tersebut diperkirakan
adalah sebanyak ± 150 rit/hari. Dengan asumsi bahwa per rit truk pengangkut batuan
ukuran sedang dapat memuat sebanyak ± 4,5 m3, serta jumlah volume potenscadangan
tras yang dapat diambil adalah sebanyak 4.266.293 m3 maka dapat dilakukan
perhitungan sebagai berikut :
 Kapasitas Produksi (KP) = 150 rit/hari @ 4,5 atau = 675 m3/ hari dan setara
dengan 40.5000 rit/182.250 m3 pr tahun.
 Umur tambang dengan tanpa memperhitungkan faktor lainya dan dengan
asumsi waktu kerja efektif adalah 270 harip per-tahun, maka umur
tambangnya (dalam tahun) adalah :
= (3.140.374 m3 : 182.259 m3)
=23,4 tahun

Untuk Persiapan penambangan dan kegiatan reklamasi pasca tambang


diperkirakan membutuhkan alokasi waktu ±5-6 bulan.Sehingga umur tambang
dibulatkan adalah ±24 Tahun.Ijin operasi produksi yang dikluarkan oleh Pemerintah

43
Provinsi Jawa Timur berlaku maksimal 5 Tahun dengan maksimal perpanjangan dua
kali.

2. Komponen Biologi
a. Flora

Lokasi kegiatan disekitar lokasi pertambangan milik Bapak KARYONO


merupakan perkebunan warga, sehingga jenis tanaman ditemukan termasuk tanaman
budidaya yang umunya ditanam di kebun buah atau pekarangan di perkampungan
warga.Jenis tanaman yang umum ditemukan di kebun atau pekarangan dapat dilihat
pada Tabel berikut.

Tabel 13,Jenis Tanaman Pekarangan di Wilayah Studi


No Nama Latin Nama Lokal Fungsi
1 Arthocarpus heerophylla Nangka Buah
2 Capsicumpfrutescens Cabe Rawit Sayur
3 Carica Papaya Pepaya Buah
4 Coccos nucifera Kelapa Buah
5 Mangifera indica Mangga Buah
6 Manihot escluenta Ketela Pohon Pangan
7 Musa paradisiaca Pisang Buah
8 Nehelium lappaceum Rambutan Buah
9 Zea mays Jagung Buah
10 Albizzia falcotaria Sengon Industri
11 Durio zubethinus Durian Buah
12 Persea Americana Apokat Buah

b. Fauna

Jenis-jenis faunayang terdapat diwilayah kegiatan diamati langsung di lapangan melalui


pengenalan suara, pengenalan jejak kaki, pertemuan langsung dan wawancara. Jenis-
jenis fauna yang terdapat diwilayah studi antara lain burung,mamalia, reptile dan
amphibian.

Tabel 14.Jenis Fauna di Wilayah Studi


Nama Latin Nama Local Kelimpahan
Mamalia :
Rattus Tiomanicus Tikus blukar Banyak
Aves :
Loncxhura Malacca Pipit Banyak
Paser Montana Burung gereja Banyak
Streptopelia chinensis Tekuku Sedikit
Reptil :
44
Hemidactylus sp. Cicak Banyak
Gecko gecko Tokek Sedikit
Mabuia multifasciata Kadal Banyak
Amfibi :
Bufo melanotictus Katak buduk Banyak
Sumber: Data Primer,hasil pengamatan dan wawancara, 2018

Gambar.30.Tanaman Jagung dan sengon dilahan area pertambangan

c. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk

Berdasarkan data sensus penduduk yang tercantum dalam data Kabupaten


Ponorogo,penduduk Kecamatan Jenangan pada tahun 2018 Komposisi penduduk
berjumlah total 4.831 Jiwa penduduk wanita yaitu 2.427 jiwa dan penduduk prianya
2.404 jiwa.
Diharapkan dengan adanya kegiatan pertambangan batuan ini dapat
berkontribusi di dalam peningkatan perekonomian di Kecamatan…. Dan ……
Berdasarkan hasil musyawarah dengan masyarakat setempat, dihasilkan kesepakatan
bahwa masyarakat tidak keberatan dengan adanya kegiatan pertambangan batuan
yang sedang dimohonkan oleh pemrakarsa ini, dengan demikian potensi untuk
terjadinya konflik sosial dapat diminimalisir.

45
d. Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk pada Kecamatan lokasi rencana permohonan IUP


sebagaian besar berusaha di sektor pertanian/perkebunan,urutan kedua terbanyak
adalah berusaha di sektor perdagangan, dan selebihnya berusaha dibidang
pertambangan, penggalian, bangunan ,pengangkutan,bidang jasa dan lain-lain.

e. Kesehatan Masyarakat

Berdasarkan data kesehatan masyarakat dari kantor puskesmas Kecamatan


Jenangan, Kabupaten Ponorogo tahun 2017, maka beberapa penyakit yang umum
dijumpai pada masyarakat Kecamatan Jenangan Adalah ispa,diare,muntaber,tipus.

f. Kesempatan kerja dan Berusaha

Dengan adanya rencana penambangan trass ini yang akan beroprasi di Desa
Kemiri,Kecamatan Jenangan,Kabupaten Ponorogo. Maka kesempatan kerja baru bagi
penduduk angkatan produktif akan terbuka lebar seperti kegiatan pengadaan bibit,
penanaman, serta pemeliharaan tanaman yang akan memerlukan banyak tenaga kerja
harian. Semakin banyak orang bekerja maka peluang berusaha akan menjadi lebih
besar. Peluang berusaha pada sektor jasa misalnya warung kelontong untuk
kebutuhan sehari-hari, jasa transportasi sangat terbuka bagi masyarakat sekitar.

E.2 KOMPONEN LINGKUNGAN YANG DIPERKIRAKAN TERKENA DAMPAK


Suatu Dampak akan terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara komponen
lingkungan dan komponen kegiatan. Prakiraan dampak adalah suatu metoda untuk
memprediksi besarnya dampak terhadap lingkungan yang dapat terjadi oleh adanya
suatu kegiatan proyek pada suatu lingkungan dengan kondisi ekositem tertentu. Pada
proses prakiraan dampak ini dipakai metoda pendekatan secara fisik dan matematik
yang disajikan Dallam bentuk matriks prakiraan dampak, seperti terlihat pada Tabel
berikut.

46
Tabel 15. Perkiraan komponen Lingkungan Yang Akan Terkena Dampak
Prakonstruksi Kontruksi/ Operasi/ Pasca Operasi
Komponen Kegiatan Persiapan Penambangan Penambangan
a B a B a b c d a b c
Komponen Lingkungan
Geofisik- Kualitas Udara (-) (-) (-) (-) (-) (+) (-)
kimias
Kebisingan (-) (-) (-) (-) (-) (+) (-)
Kualitas Tanah (-) (-) (+)
Kualitas air permukaan (-) (-)
Erosi (-) (-) (+)
Bentuk lahan (-) (-) (-) (-) (-) (-)
Biologi Flora dan Fauna (-) (-) (+)
Sosial Kesempatan Kerja (+) (-)
Ekonomi
dan Peluang Berusaha (+) (+) (+) (+) (+) (+) (-)
Kesehatan Sikap dan Presepsi (-) (+) (-) (-) (-) (-) (-) (+) (-) (-)
Masyarakat
Masyarakat
Kesehatan dan Keselamatan (-) (-) (-) (-)
Tenaga Kerja (K3)
Kesehatan Masyarakat (-) (-) (-) (-)
Estetika (-)
Keterangan : (+) Berdampak Positif
(-) Berdampak Negatif

Tahap Pra Konstruksi (Tahap Pra penambangan)


a. Sosialisasi Rencana Kegiatan dan Pengadaan Lahan Tambang
b. Perencanaan Teknis dan Pengurus Perizinan
Tahap Konstruksi/persiapan
c. Mobilisasi Tenaga Kerja
d. Pengoprasian kantor lapangan
e. Mobilisasi Peralatan Tambang
f. Persiapan Lahan Tambang (land clearing)
Tahap Operasi Penambangan
g. Kegiatan penambangan
h. Pengangkutan Bahan Tambang
i. Pemeliharaan peralatan & Fasilitas Tambang
j. Aktifitas perbengkelan

Tahap Pasca Operasi


k. Reklamasi/Rehabilitasi Tambang
l. Demobilisasi Tenaga Kerja
m. Demobilisasi Peralatan dan Material

Penambangan Tras pasti akan menimbulkan perubahan pada lingkungan fisik. Pada saat
ini usaha-usaha penambangan dinilai terlalu banyak menimbulkan dampak lingkungan
yang bersifat negatif, kurang memperhatikan keselamatan kerja dan pelestarian
lingkungan.Hal ini disebabkan karena harga Tras untuk setiap satuan volumenya sangat
murah sehingga untuk mendapatkan keuntungan yang memadai para pengusah harus
berupaya mendapatkan bahan dal volume sebesar-besarnya dari tempat-tempat yang
dekat dengan konsumen tanpa memperhatikan lingkungan.
47
Dampak Negatif yang dapat timbul sebagai akibat kegiatan penambangan
memrlukan perhatian serius sebelum memulai kegiatan penggalian karena akan
terdapat sebagai faktor pembatas. Kalau faktor pembatas ini diabaikan dapat dipastikan
bahwa kegiatan penambangan yang bertujuan untuk memperoleh nilai tambah justru
dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar akibat terjadinya kerusakan lingkungan
hidup didaerah sekitarnya, sehingga didalam setiap kegiatan penambangan diharuskan
melakukan upaya-upaya pengelolaan pertambangan.

Suatu dampak akan terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara komponen
lingkungan dan komponen kegiatan. Prakiraan dampak adalah suatu metoda untuk
memprediksi besarnya dampak terhadap lingkungan yang dapat terjadi oleh adanya
suatu kegiatan proyek pada suatu lingkungan dengan ekosistem tertentu. Pada proses
prakiraan dampak ini dipakai metoda pendekatan secara fisik dan matematik yang
disajikan dalam bentuk matriks prakiraan dampak.

A. TAHAP PRA KONSTRUKSI (PRA PENAMBANGAN)

1. Pengadaan Lahan Tambang

Dampak kegiatan yang timbul adalah perubahan presepsi masyarakat terkait


dengan luasan lahan yang diijinkan kepada pemrakarsa.

2. Perencanaan Teknis dan Pengurusan Perijinan

Dampak kegiatan yang timbul adalah perubahan presepsi masyarakat terkait


dengan kelengkapan perijinan yang dimiliki pemrakarsa

3. Sosialisasi Rencana Penambangan

Dampak kegiatan yang timbul adalah keresahan masyarakat terkait dengan


potensi dampak yang ditimbulkan saat persiapan,operasional, dan pasca
pertambangan.

B. TAHAP KONSTRUKSI (PERSIAPAN PENAMBANGAN)

1. Mobilisasi Tenaga Kerja

Mobilisasi tenaga kerja pertambangan berpotensi menimbulkan dampak


timbulnya kesempatan kerja dan keresahan masyarakat akibat penerimaan

48
tenaga penambangan tidak sesuai dengan yang diharapkan masyarakat
setempat.

2. Pengoperasian Kantor Lapangan

Kegiatan ini berpotensi menimbulkan dampak timbulnya gangguan estetika


lingkungan dan keresahan masyarakat akibat aktifitas pekerjaan penambangan.

3. Mobilisasi Peralatan Tambang

Kegiatan pengangkutan alat berat dan material akan menyebabkan perubahan


kualitas lingkungan bersumber dari kendaraan pengangkut dan peralatan
tambang. Dampak yang timbul adalah penurunan kualitas udara, peningkatan
kebisingan, bangkitan lalu lintas dari kendaraan pengangkut dan potensi
kerusakan jalan terutama dijalan lingkungan/jalan Desa.

4. Persiapan Lahan Tambang

Kegiatan ini berpotensi menimbulkan dampak berupa perubahan fungsi dan


tataguna di badan sungai.

C. TAHAP OPERASI ( OPERASIONAL PENAMBANGAN)

1. Kegiatan Penambangan

Dampak yang terjadi dari aktivitas kegiatan penambangan ini adalah perubahan
tataguna lahan, penurunan kualitas udara, peningkatan debu, dan kebisingan
dari peralatan tambang dan angkutan tambang, gangguan kenyamanan
lingkungan masyarakat terdekat, dan kecelakaan kerja.
Selain dampak tersebut, juga adanya potensi dampak erosi dan
sedimentasi,longsor,penurunan kualitas air badan air dan penurunan muka air
tanah.Selain dampak negatif, aktivitas juga menimbulkan dampak yang positif
yaitu peningkatan perekonomian masyarakat dengan munculnya warung, toko
bangunan, jasa trasportasi dan lain-lain.

49
2. Pengangkutan Bahan Tambang

Kegiatan pengangkutan bahan tambang dapat berpotensi menimbulkan dampak


berupa bangkitan lalulintas, gangguan kenyamanan lingkungan.adanya ceceran
material Tras dan potensi kerusakan jalan yang dilewati truck pengangkut Trass.

3. Pemeliharaan Peralatan dan Fasilitas

Kegiatan pemeliharaan peralatan dan fasilitas ini dapat menimbulkan


perubahan presepsi masyarakat dan timbulnya limbah B3 yang dihasilkan dari
pelumas dan spare part alat berat yang digunakan selama kegiatan
penambangan dan pengangkutan.

D. TAHAP PASCA OPERASI (PASCA PENAMBANGAN)

1. Reklamasi Lahan Tambang

Kegiatan ini dapat menimbulkan dampak positif berupa perubahan estetika


lahan yang dulunya berupa perbukitan yang kurang produktif karena
kekurangan air, menjadi tertata dan menyebabkan peningkatan produktivitas
lahan.

2. Demobilisasi Tempat Kerja

Kegiatan ini dapat berpotensi menimbulkan dampak keresahan tenaga kerja


penambangan yang telah berakhir kontrak kerjanya.

3. Demobilisasi Peralatan dan Material

Kegiatan Demobilisasi peralatan dan Material tambang dapat berpotensi


menimbulkan peningkatan kebisingan dan penurunan kualitas udara disebabkan
oleh gas buang dari peralatan pengangkut.

Beberapa dampak lingkungan terhadap komponen-komponen lingkungan dapat dijelaskan


dibawah ini :
1. Tahap Pra Kontruksi
1.1. Sikap dan Presepsi Masyarakat

a. Sumber Dampak

50
Sumber dampak berasal dari poroses sosialisasi rencana kegiatan dan pengadaan lahan
tambang dan perencanaan Teknis dan Pengurusan Perizinan.

b. Jenis Dampak

Dampak Positif adalah adanya harapan presepsi dan positif dari sosialisasi rencana kegiatan
dan pengadaan lahan tambang dan perencanaan Teknis dan pengurus perijinan.Dengan
adanya kegiatan tersebut merupakan aspek penting dan harus diperhatikan oleh
perusahaan, karena berkaitan erat dengan presepsi dan harapan masyarakat sekitar
terhadap kegiatan Pertambangan Non Logam dan Batuan di ilayah mereka.
Dampak negatif, jenis dampaknya adalah adanya kekawatiran masyarakat nilai kompensasi
yang mereka terima tidak sesuai dengan harapan masyarakat.

c. Besaran Dampak

Adanya penolakan kegiatan proyek oleh personal dan masyarakat.

2. Tahap Konstruksi/Persiapan Penambangan


2.1. Kesempatan Kerja

a. Sumber Dampak

Sumber Dampak berasal kegiatan penerimaan tenaga kerja.

b. Jenis Dampak

Dampak yang terjadi adalah dampak positif karena adanya kesempatan kerja baru yang
terbuka untuk masyarakat. Penggunaan tenaga lokal akan berpotensi pada peningkatan
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

c. Besaran Dampak

Bertambahnya tenaga kerja terampil, dan meningkatnya daya beli masyarakat.

2.2. Sikap dan Presepsi Masyarakat

a. Sumber Dampak

Sumber Dampak berasal dari mobilisasi tenaga kerja dan pembangunan infrastruktur.

b. Jenis Dampak

51
Dampak Negatif: jenis dampaknya adalah adanya kekawatiran masyarakat akan adanya
kemacetan,kecelakaan, dan ketidak nyaman akibat asap dan debu dari mobilisasi alat.

c. Besaran Dampak

Adanya penolakan kegiatan proyek oleh personal dan atau masyarakat.

2.3. Kualitas Udara

a. Sumber Dampak

Perubahan Kualitas Udara disebabkan oleh pengoprasian kantor lapangan dan kegiatan
mobilisasi peralatan.

b. Jenis Dampak

Dampak Negatif : Jenis Dampak yang terjadi adalah peningkatan kandungan debu sebagai
dampak langsung. Hal ini disebabkan oleh aktifitas peralatan transportasi pada saat
mobilisasi akan mengakibatkan debu berterbangan yang berakibat pada penurunan kualitas
udara ambien.

c. Besaran Dampak

Konsentrasi partikulat debu saat ini adalah dengan adanya aktifitas peralatan berat maka
kadar debu uini meningkat, batasan konsentrasi debu adalah Peraturan Pemerintah No.41
Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara, Baku Mutu Udara Ambien.

2.4. Estetika

a. Sumber Dampak

Perubahan kualitas udara disebabkan oleh pengoprasian kantor lapangan.

b. Jenis Dampak

Dampak Negatif: jenis dampak yang terjadi adalah peningkatan kandungan sampah sebagai
dampak langsung. Hal ini disebabkan oleh aktifitas pengoprasian kantor lapangan serta
peralatan transportasi pada saat mobilisasi akan mengakibatkan sampah.

c. Besaran Dampak

Adanya volume timbulan sampah padat domestik (sampah) dari aktifitas Pengoprasian
kantor lapangan serta mobilisasi peralatan.

52
2.5. Kebisingan

a. Sumber Dampak

Terjadinya sumber kebisingan merupakan hasil dari kegiatan Pengoprasian lapangan dan
kegiatan mobilisasi peralatan.

b. Jenis Dampak

Dengan adanya pengoprasian kantor lapangan dan kegiatan mobilisasi peralatan dan
meningkatkan suara mesin yang menimbulkan terjadinya peningkatan kebisingan.

c. Besaran Dampak

Dampak Negatif : Tingkat Kebisingan di lokasi rencana akan meingkat jika aktifitas
berlangsung terutama suara peralatan. Peningkatan kebisingan ini akan dirasakan pada
jarak semakin dekat dengan sumber. Dampak ini akan sangat dirasakan oleh pekerja karena
langsung berada di dekat sumber kebisingan. Tingkat kebisingan tersebut akan berkurang
apabila jarak dari sumber semakin jauh.

2.6. Kualitas Udara

a. Sumber Dampak

Perubahan Kualitas Udara disebabkan oleh kegiatan Pengoprasian kantor lapangan


mobilisasi peralatan.

b. Jenis Dampak

Dampak Negatif : Jenis Dampak yang terjadi adalah peningkatan kandungan debu sebagai
dampak langsung. Hal ini disebabkan oleh aktifitas peralatan transportasi pada saat
mobilisasi akan mengakibatkan debu berterbangan yang berakibat pada penurunan kualitas
udara ambien.

c. Besaran Dampak

Konsentrasi partikulat debu saat ini adalah dengan adanya aktifitas peralatan berat maka
kadar debu uini meningkat, batasan konsentrasi debu adalah Peraturan Pemerintah No.41
Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara, Baku Mutu Udara Ambien.

53
2.7. Flora Dan Faune

a. Sumber Dampak

Sumber Dampak berasal dari aktifitas mobilisasi peralatan tambang pembersih lahan.

b. Jenis Dampak

Dampak Negatif : Hilangnya vegetasi dari aktifitas mobilisasi peralatan tambang, Pembersih
lahan serta Pembongkaran.

c. Besaran Dampak

Besaran Dampak yang terjadi adalah adanya perubahan kelimpahan flora dan fauna di areal
kegiatan Pertambangan Mineral Non Logan dan Batuan , dan jumlah populasi flora dan
fauna dibandingkan dengan kondisi rona awal.

2.8. Bentuk Lahan

a. Sumber Dampak

Perubahan Kuaitas Udara disebabkan oleh kegiatan Pengoprasian lapangan mobilisasi


peralatan dan pembersihan lahan.

b. Jenis Dampak

Dampak Negatif : Jenis Dampak yang terjadi adalah perubahan bentuk lahan sebagai
dampak langsung. Hal ini disebabkan oleh karena aktifitas Pengoprasian kantor lapangan
mobilisasi peralatan dan pembersihan lahan sehingga akan mengubah bentuk lahan di area
tapak.

c. Besaran Dampak

Perubahan perubahan fungsi dan tata guna lahan dengan adanya Pengoprasian kantor
lapangan dan aktifitas mobilisasi peralatan.

3. TAHAP OPERASI (TAHAP PENAMBANGAN)


3.1. Kualitas Udara

a. Sumber Dampak

54
Peningkatan konsentrasi debu dan perubahan kualitas udara dapat disebabkan kegiatan
operasi penambangan, pengangkutan bahan tambang,aktifitas perbengkelan.

b. Jenis Dampak

JenisDampak adalah peningkatan kandungan debu merupakan dampak langsung. Hal ini di
sebabkan oleh debu yang berterbangan, dan emisi gas SO2,NOX,dan CO dari operasional alat
yang berpotensi pada penurunan kualitas udara.

c. Besaran Dampak

Besaran dampaknya tergantung pada intensitas penggunaan berat dan lalu-lalang dump
truck yang akan berpengaruh pada peningkatan kendungan debu dan penurunan kualitas
udara.

3.2. Kualitas Air Permukaan

a. Sumber Dampak

Sumber Dampak berasal dari aktifitas operasi penambangan lahan serta pembongkaran.

b. Jenis dan Potensi Dampak

Dampak Negatif : kegiatan pembongkaran Trass menyebabkan penurunan kualitas air


permukaan akibat adanya terlarutnya material lepas berukuran halus ke aliran air
permukaan.

c. Besaran Dampak

Menurutnya kualitas air permukaan (kekeruhan,rasa,dan warna) sekitar tambang.

3.3. Bentuk Lahan

a. Sumber Dampak

Perubahan bentuk lahan udara disebabkan oleh kegiatan operasi penambangan.

b. Jenis Dampak

Dampak Negatif : Jenis damak yang terjadi adalah perubahan bentuk lahan sebagai dampak
langsung. Hal ini disebabkan oleh aktifitas Penambangan lahan sehingga akan mengubah
bentuk lahan di area tapak.

55
c. Besaran Dampak

Perubahan perubahan fungsi dan tata guna lahan dengan adanya operasi penambangan.

3.4. Kesehatan dan Keselamatan Tenaga Kerja (K3)

a. Sumber Dampak

Sumber Dampak adalah kegiatan operasi penambangan Tras.

b. Jenis Dampak

Dampak Negatif : Adanya kemungkinan resiko kecelakaan Kerja dan menimbulkan penyakit
akibat kerja dan kegiatan tersebut.

c. Besaran Dampak

Besaran Dampak berupa jenis-jenis penyakit yang muncul dan berkembang (ISPA,infeksi
mata) dan terjadinya kecelakaan kerja.

3.5. Kesehatan Masyarakat

a. Sumber Dampak

Sumber Dampak adalah kegiatan opersi Penambangan Trass.

b. Jenis Dampak

Dampak Negatif : adanya kemungkinan resiko peningkatan penyakit akibat dari penurunan
kualitas udara, pemaparan debu kebisingan selama kegiatan penambangan trass.

c. Besaran Dampak

Besaran Dampak berupa jenis-jenis penyakit yang muncul dan berkembang (ISPA,infeksi
mata) di lokasi sekitar kegiatan usaha penambangan.

3.6. Sikap dan Presepsi Masyarakat

a. Sumber Dampak

Sumber dampak adalah Kegiatan operasi Penambangan Trass.

b. Jenis Dampak

Dampak Positif : Munculnya kesempatan/peluang berusaha baru di sekitar kegiatan


penambangan memberikan presepsi yang baik bagi masyarakat.

56
Dampak Negatif : Akibat dari dampak udara dan kebisingan menimbulkan ketidak nyamanan
masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi penambangan, menjadikan presepsi masyarakat
negatif dari kegiatan operasi penambangan.

c. Besaran Dampak

Munculnya dukungan atau penolakan terhadap kegiatan operasi penambangan.

4. TAHAP PASCA OPERASI (TAHAP PASCA PENAMBANGAN)


4.1. Bentuk Lahan

a. Sumber Dampak

Perubahan kualitas udara disebabkan oleh kegiatan reklamasi,rehabilitasi lahan.

b. Jenis Dampak

Dampak Negatif : Jenis Dampak yang terjadi adalah perubahan bentuk lahan sebagai
dampak langsung. Hal ini disebabkan oleh aktifitas reklamasi,rehabilitasi,lahan sehingga aka
mengubah bentuk di area lapak.

c. Besaran Dampak

Perubahan perubahan fungsi dan tata guna lahan dengan adanya reklamasi,rehabilitasi,
lahan.

4.2. Flora dan Fauna

a. Sumber Dampak

Sumber Dampak berasal dari kegiatan reklamasi dan revegetasi.

b. Jenis Dampak

Bertambahnya flora dan fauna di tapak proyek.

c. Besran Dampak

Besaran Dampak yang terjadi adalah adanya perubahan kelimpahan flora fauna di bekas
areal kegiatan pertambangan mineral non logan dan Batuan dan jumlah populasi satwa liar
yang kembali di lokasi tapak proyek.

4.3. Kualitas Udara

57
a. Sumber Dampak

Perubahan kualitas udara dapat disebabkan oleh karena reklamasi dan revegetasi yang akan
berdampak secara positif. Namun kegiatan demobilisasi peralatan akan berdampak negatif
terhadap kualitas udara.

b. Jenis Dampak

Dampak Positif : adalah perbaikan kualitas udara setelah tertutupnya kembali lahan terbuka
dengan terutama pada area sisi jalan desa yang dilalui alat angkut.
Dampak Negatif : dampak pada saat demobilisasi peralatan adalah peningkatan kandungan
debu dan tingkat kebisingan merupakan dampak langsung. Hal ini disebabkan oleh
operasional peralatan sarana, yang berpotensi mengakibatkan debu berterbangan, dan
peningkatan emisi gas SO2,NOX,Dan CO yang berpotensi pada penurunan kualitas udara.

c. Besaran Dampak

Besaran Dampak terhadap peningkatan dan penurunan kualitas udara tergantung pada
keberhasilan reklamasi lahan bekas tambang dan frekuensi aktivitas sarana transportasi.

4.4. Kesempatan Kerja

a. Sumber Dampak

Kegiatan Rasionalisasi Tenaga Kerja akan berdampak pada kesempatan kerja.

b. Jenis Dampak

Jenis Dampak yang terjadi adalah adanya pengangguran baru akibat hilangnya kesempatan
kera karena ada aktifitas kegiatan pertambangan.

c. Besaran Dampak

Kemampuan daya beli masyarakat setempat akan menurun karena kehilangan penghasilan
tetap.

4.5. Sikap dan Presepsi Masyarakat

a. Sumber Dampak

58
Sumber Dampak berasal dari kegiatan reklamasi.demobilisasi alat.rasionalisasi tenaga kerja.

b. Jenis Dampak

Dampak Positif : Berhentinya kegiatan produksi dan program reklamasi yang dijalankan
memberi dampak kembalinya kualitas udara ke kondisi awal, dan tingkat kenyamanan
masyarakat memberikan imbas presepsi yang positif.
Dampak negatif : Kegiatan demobilisasi dan rasionalisasi tenaga kerja menjadi sumber
utamanya. Kekawatiran masyarakat akibat dari kegiatan demobilisasi adalah kemacetan dan
tidak nyamanan masyarakat. Kegiatan rasionalisasi tenaga kerja menimbulkan keresahan
bagi karyawan. Kegiatan di atas akan memberikan presepsi negatif yang akan
mempengaruhi sikap masyarakat.

c. Besaran Dampak

Ada atau tidaknya penolakan/protes paksa kegiatan operasi.

4.6. Kualitas Udara

a. Sumber Dampak

Perubahan kualitas udara dapat disebabkan oleh kegiatan demobilisasi peralatan akan
berdampak negatif terhadapkualitas udara.

b. Jenis Dampak

Dampak Positif : adalah perbaikan kualitas udara dengan kegiatan penyiraman jalan untuk
mencegah pendebuan serta penanaman tanaman di sisi jalan desa yang dilalui angkutan.
Dampak Negatif : dampak pada saat demobilisasi peralatan adalah peningkatan kandungan
debu dan tingkat kebisingan merupakan dampak langsung. Hal ini disebabkan oleh
operasional peralatan sarana, yang berpotensi mengakibatkan debu beterbangan, dan
peningkatan emisi gas SO2,NOX, dan CO yang berpotensi pada penurunan kualitas udara
c. Besaran Dampak

Besaran dampak terhadap peningkatan dan penurunan kualitas udara tergantung pada
keberhasilan reklamasi dan trevegetasi lahan bekas tambang dan frekuensi aktivitas sarana
transportasi.

4.7. Kebisingan

a. Sumber Dampak

59
Kegiatan demobilisasi peralatan pada tahap pasca operasi akan berdampak pada kebisingan.

b. Jenis Dampak

Dampak Negatif : jenis dampak adalah peningkatan kebisingan merupakan dampak


langsung. Hal ini disebabkan oleh operasional peralatan transportasi yang menimbulkan
suara mesin sehingga akan meningkatkan kebisingan.

c. Besaran Dampak

Tingkat Kebisingan di lokasi rencana akan meningkatkan dan akan dirasakan pada jarak yang
semakin dekat dengan sumber. Dampak ini akan sangat dirasakan oleh pekerja karena
langsung berada di dekat sumber kebisingan tersebut akan berkurang apabila jarak dari
sumber semakin menjauh.
Kesemua dampak yang terait dengan kegiatan penambangan dapat dirangkum dalam tabel
berikut ini :

60
Tabel 16. Ringkasan Dampak Lingkungan

Sumber Jenis Besaran


Dampak Dampak Dampak
1 2 3
A. TAHAP PRA KONSTRUKSI (TAHAP PRAPENAMBANGAN)
1. Sosialisasi Rencana Kegiatan dan Keresahan dan kekhawatiran masyarakat Masayarakat yang berada disekitar lahan tambang
Pengadaan Lahan Tambang
2. Perencanaan Teknis dan Pengurusan Perubahan presepsi masyarakat Intensitas keresahan masyarakat terkait dengan
Peerizinan kelengkapan perizinan yang dimiliki oleh pemrakarsa
TAHAP KONSTRUKSI (PERSIAPAN PENAMBANGAN)
1. Mobilisasi Tenaga Kerja Kesempatan kerja/usaha Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan,yaitu sebanyak
114 orang
Keresahan masyarakat akibat penerimaan Mucnculnya keluhan dan protes dari
tenaga pertambangan tidak sesuai dengan Masyarakat setempat terkait penerimaan tenaga kerja
yang diharapkan masyarakat setempat konstruksi yang tidak sesuai kesepakatan semula
2. Pengoprasian kantor lapangan Penurunan kualitas air badan air saluran Volume timbunan air limbah domestik bertambah
pembuang
Gangguan estetika lingkungan Volume timbulan limbah padat domestik (sampah)
sebesar 34,2 kg/hari
3. Mobilisasi peralatan tambang Peningkatan kebisingan Tingkat kebisingan yang dirasakan masyarakat sekitar
lokasi kegiatan akibat aktivitas pertambangan dan
mobilisasi pengangkutan material hasil tambang.
Peningkatan sebaran partikulat (debu) Kadar debu yang dirasakan masyarakat di sekitar lokasi
kegiatan
Berkurangnya populasi flora Jumlah ekosistem vegetasi/flora yang hilang (±11,10 ha)
4. Persiapan lahan tambang Perubahan fungsi dan tata guna lahan Lahan yang digunakan untuk pertambangan adalah
±11,10 ha

61
Sumber Jenis Besaran
Dampak Dampak Dampak
Penurunan Kualitas Udara Volume gas buang dari alat berat yang dioperasionalkan
B. TAHAP OPERASI (TAHAP PRAPENAMBANGAN)
1. Kegiatan Penambangan Peningkatan sebaran partikulat (debu) Kadar debu yang dirasakan masyarakat di sekitar lokasi
kegiatan
Potensi banjir lahar Kemungkinan banjir yang terjadi diarea tambang
Penurunan kualits air permukaan Volume tanah yang tererosi dan limbah cair domestik
lainya berpoteni menurunkan kualitas air permukaan
Potensi longsor Jumlah kejadian longsor di area pertambangan dan
sebab terjadinya
Potensi Kecelakaan kerja Jumlah pekerja yang dilibatkan =114 orang berpotensi
timbulnya kecelakaan krja karena operasional peralatan
maupun terjadinya longsor
Keresahan masyarakat akibat opersional Munculnya keluhan dan protes dari masyarakat terkait
pertambangan debu dan kerusakan jalan

2. Pengangkutan Bahan Tambang Ceceran material/tanah Volume ceceran material/ tanah di badan jalan di sekitar
lokasi pertambangan
Bangkitan lalu lintas Volume pengangkutan sebanyak 200 rit/hari selama
masa pertambangan (5 tahun)
Gangguan kenyamanan lingkungan Pengaduan masyarakat terkait gangguan kenyamanan
lingkungan akibat pengangkutan batuan
Peningkatan sebaran partikulat (debu) Kadar debu yang dirasakan masyarakat diskitar lokasi
kegiatan
3. Pemeliharaan Peralatan & Fasilitas Timbulan limbah cair B3 Limbah cair B3 berupa oli yang digunakan untuk
Tambang perawatan mesin
TAHAP PASCA OPERASI (TAHAP PASCA PENAMBANGAN)
1. Reklamasi /Rehabilitasi Tambang Perubahan estetika lahan Luas lahan yang direhabilitasi ±11,10 ha

62
Sumber Jenis Besaran
Dampak Dampak Dampak
1 2 3
Perubahan komunitas flora dan fauna Jumlah dan jenis vegetasi yang ditanam dan berpotensi
menjadi habitat fauna darat yang sebelumnya hilang
Peningkatan kualitas udara Kualitas udara ambien terukur termasuk debu dan
kebisingan (rona awal memenuhi baku mutu)
2. Demobilisasi Tenaga Kerja Timbulnya keresahan tenaga kerja konstruksi Jumlah tenaga kerja yang berakhirnya kontrak kerjanya
yang berakhir kontraknya =114 orangnya
3. Demobilisasi Peralatan dan Material Penurunan kualitas udara Volume gas buang dari kendaraan angkut yang
dirasakan penduduk sekitar tapak proyek
Peningkatan kualitas udara Tingkat kebisingan yang dirasakan masyarakat didekat
jalur pengangkutan alat berat dan material
Bangkitan lalu lintas Peningkatan beban lalu lintas dari kendaraan

63
E.3. BENTUK UPAYA DAN PEMANFAATAN LINGKUNGAN
1. Bentuk Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL)

Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dalam kegiatan pertambangan bertujuan untuk


mencegah terjadinya atau menekan sekecil mungkin dampak negatif terhadap lingkungan
hidup yang terjadi di lokasi dan sekitar lokasi kegiatan pertambangan.Upaya tersebut
dilakukan untuk menjaga kelestarian kemampuan lingkungan dalam mendukung kehidupan
manusia secara berkesinambungan.Disamping itu juga bertujuan untuk meningkatkan
kualitas lingkungan hidup.
Salah satu upaya teknis dalam pengelolaan lingkungan hidup dalam kegiatan
pertambangan dan reklamasi secara bertahap sesuai dengan blok-blok penambangan
penambangan yang telah direncanakan sesuai dengan kaidah-kaidah benar. Sedang upaya
pengelolaan lingkungan yang akan dilaksanakan secara lengkap dapat dilihat pada uraian
tabel di lampiran. Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dilokasi rencana kegiatan
penambangan Trass milik Bapak KARYONO di Desa Kemiri, Kecamatan Jenangan,Kabupaten
Ponorogo ditekankan pada upaya mencegah terjadinya dampak negatif yang diperkirakan
akan terjadi Untuk masing-maasing tahap pertambangan dan mengembangkan dampak
positif yang terjadi akibat kegiatan penambangan. Upaya pengelolaan lingkungan yang
direncanakan akan dilakukan adalah sejak perencanaan kegiatan sampai akhir kegiatan
pertambangan.
Perubahan terhadap komponen lingkungan yang terkena dampak kegiatan
pertambangan Tras akan dikelola sehingga kualitasnya dapat kembali mendekati sediakala (
rona lingkungan awal). Dalam peraturan perundang-undangan mengenai lingkungan hidup
dijelaskan bahwa pengelolaan lingkungan hidup yang dimaksud untuk
mencegah,menanggulangi, meningkatkan kembali kulitas lingkungan hidup yang terkena
dampak. Komponen-komponen lingkungan yang perlu dikelola selama dilaksanakan
kegiatan proyek ini ditentukan berdasarkan hasil prakiraan dampak lingkungan yang akan
terjadi.
Sedangkan untuk menilai dan menyempurnakan efektivitas pengelolaan lingkungan
maka dilakukan kegiatan upaya pemantauan lingkungan.Kegiatan pemantauan lingkungan
dilakukan seiring dengan pelaksanaan pengelolaan lingkungan pada tahap persiapan, tahap
konstruksi, tahap operasi, dan tahap pasca operasi kegiatan pertambangan Trass milik

64
Bapak KARYONO Kegiatan yang direkomendasikan bagi penanganan dampak dari rencana
kegiatan penambangan tras adalah sebagai berikut :

1. Penanganan Kerusakan Lahan

Penambangan batu dan pasir dengan cara penggalian seperti yang ada di rencana loksi
tambang ini menghasilkan perubahan morfologi lahan, dimana pada awalnya berupa lahan
yang relatif datar dengan kemiringan landau- sedang kemudian terubah menjadi lahan yang
berlubang-lubang sangat terjal dan berdinding tegak. Parameter yang perlu diperhatikan
dalam penanganan perubahan morfologi ini adalah :
 Lubang Galian
 Dasar Galian, dan
 Tebing Galian

A. Lubang Galian

Lubang galian adalah lubang yang terbentuk akibat kegiatan penambangan galian non
logam (batu dan pasir).Parameter lubang galian yang digunakan dalam penilaian kerusakan
lahan bekas penambangan ini adalah kedalaman lubang galian dan jarak galian terhadap
batas IUP.

Gambar 31.Kedalaman Lubang Galian

a. Kedalaman
Kedalam Lubang galian adalah jarak vertical dari permukaan lahan hingga ke dasar lubang
galian. Permukaaan disini adalah permukaan awal pada tepi lubang, sedangkan dasar galian
adalah lubang galian yang terdalam.Batas kedalaman lubang galian selalu ditentukan oleh
letak muka air tanah karena adanya persyaratan minimal yang harus dipenuhi untuk
kelayakan dan keberhsilan setiap peruntukan lahan yang telah ditetapkan.

65
b. Jarak
Yang dimaksud dengan jarak adalah jarak antara titik terluar lubang galian dengan titik
terdekat dari batas IUP.Pengukuran dapat dilakukan dengan mengukur jarak kedua titik
tersebut.Jarak lubang galian dari batas IUP merupakan zona penyangga agar lahan di luar
batas IUP tidak terganggu oleh kegiatan penambangan.

Gambar 32. Jarak galian dengan batas lahan penambangan

Jarak minimal 5 meter dari batas IUP merupakan batas aman untuk bahan galian lepaas
sehingga kegiatan tersebut tidak mengganggu areal di luar IUP.Jika ada dua atau lebih IUP
yang berdampingan maka jarak lubang galian di masing-masing IUP dapat mencapai batas
IUP yang berdampingan/bersinggungan.

Gambar 33.Jarak galian dengan batas lahan penambangan yang bersinggungan

B. Dasar Galian
Dasar galian adalah permukaan dasar lubang galian, Parameter dasar galian ada 2
(dua) yaitu :
a. Perbedaan relief dasar galian
Permukaan dasar lubang pada umumnya tidak pernah rata, karena selalu terdapat
tumpukan atau onggokan material sisa galian.Perbedaan relief dasar galian adalah
perbedaan ketinggian permukaan onggokan/tumpukan tersebut dengan mengukur kedua
permukaan tersebut.

66
Gambar 34.Relief dasar galian

Adanya tumpukan tersebut akan menyulitkan pemanfaatan lahan sesuai dengan


peruntukkanya, karena itu toleransi yang diberikan untuk perbedaan relief tersebut dibatasi
maksimum 1 m. Tumpukan yang kurang dari 1 meter relatif mudah diratakan/disiapkan
sehingga tidak menyulitkan dalam penyiapan untuk pemanfaatan lahan selanjutnya.

b. Dinding Galian
Dinding galian adalah pinggiran lubang secara menyeluruh dari permukaan sampai dasar
lubang.Untuk menjaga stabilitas dinding galian, kemiringan lereng dinding galian secara
umum dibatasi maksimum 50% dan dibuat berteras-teras.Setiap teras terdiri dari tebing
teras dari dasar teras sebagai parameter yang diamati.

Gambar 35.Sketsa relief dinding galian yang diisyaratkan untuk semua peruntukan

c. Tebing
Tinggi tebing teras dibatasi ,maksimum 10 meter sehingga batas toleransi bagi keamanan
lingkungan disekitarnya. Sedangkan lebar dasar teras minimum 6 meter untuk
mempertahankan agar kemiringan dinding galian tidak curam dari 60°.

67
2. Penanganan Rawan Gerakan Tanah

Arahan kegiatan untuk menangani bahay/ rawan gerakan tanah dilokasi penambangan
adalah sebagai berikut :
1. Pemberihan arahan metode penambangan yang benar dan aman ,diarahkan agar
penggalian sirtu menggunakan sistem penambangan terbuka dan dengan bentuk
teras-teras/jenjang tambang.
2. Pada tebing galian terjal yang sudah terbentuk :
 Penghentian kegiatan penambangan
 Dibuat papan larangan untuk melakukan penambangan
 Pembuatan pagar pengaman diatas tebing untuk menghindari kejadian
terprosok ke dalam lubang galian dibawahnnya.
 Perkuatan bagian atas tebing dengan melakukan penanaman tanaman yang
memiliki perakaran dalam dan pada pinggiran tebingnya.
 Perkuatan tanah penutup bagian atas tebing (pada sela-sela tanaman keras)
dengan penanaman rumput untuk mengurangi erosi dan permukaan dan
tebing galian.

3. Penanganan Lingkungan Berdebu

Arahan kegiatan untuk menangani perdebuan pada lokasi dan disekitar lokasi penambangan
adalah sebagai berikut :
a. Penanganan pendebuan pada lokasi tambang
 Penggunaan masker
 Perkerasan jalan tambang
 Penyiraman jalan tambang secara rutin
 Penanaman tumbuhan bertajuk tinggi dan tebal dilokasi tambang untuk menangkap
dan menahan debu.
b. Penanganan Pendebuan pada jalan akses masuk tambang dan jalan pengangkut hasil
tambang.
 Penyiraman jalan tambang secara rutin
 Menutup rapat bak truck pengangkut sirtu dengan terpa
c. Meminimalkan pendebuan pada lingkungan pemukiman disekitar tambang
 Melarang truk pengangkut sirtu yang bak truknya tanpa ditutupi terpal
 Perkerasan/pengaspalan jalan desa dan jalan akses tambang

68
 Penyiraman jalan desa dan jalan akses tambang secara berkala
 Penanaman tanaman bertajuk tinggi dan tebal (seperti bambu)sebgi penahan debu

4. Penanganan Kerusakan Infrastrktur

A. Penanganan kerusakan sarana jalan


Arahan kegiatan untuk menangani kerusakan sarana jalan adalah sebagai berikut :
1. Penanganan kerusakan jalan di lokasi penambangan
 Penghentian kegiatan penambangan, untuk lokasi tambang yang terlalu dekat dengan
badan jalan (<10 meter).
 Pengarahan metode penambangan, agar menggunakan sistem trap/ teras tambang
sehingga tidak terjadi perbedaan elevasi tambang yang sangat ekstrim antara
permukaan jalan dengan dasar galian.
 Perkerasan (kembali) jalan.

2. Penanganan Kerusakan pada ruas/ akses jalan tambang menuju jalan utama/arteri

 Perkerasan (kembali) jalan.


 Pada beberapa titik jalan dengan kemiringan > 10° diberikan perkuatan tambahan
yaitu dengan pengecoran lantai dengan bahan beton dan permukaan yang kasar.
 Pengawasan terhadap tonase kendaraan pengangkut sirtu, dimana jika terjadi
kelebihan muatan makan akan dikenai denda dimana denda ini pada akhirnya akan
dikembalikan untuk kegiatan perbaikan jalan.

B. Penanganan Bahaya Runtuh/Ambrolnya jalan


Arahan kegiatan untuk menangani bahaya runtuh/ambrolnya sarana jalan adalah sebagai
berikut :
 Perkuatan tebing jalan
 Perbaikan sistem drainase jalan
 Pemberian asecori jalan berupa guard reel dan rambu peringatan

C. Penanganan Kerusakan Jaringan Listrik PLN


Sementara, hingga saat ini belum terlihat adanya kerusakan pada jaringan listrik PLN yang
diakibatkan oleh aktivitas/ kegiatan penambangan. Disarankan jarak minimal 100 meter dari
batas terluar bukaan tambang dengan penempatan titik-titik tiang listrik dan jaringan listrik

69
PLN. Contoh penggalian sirtu yang mengancam kondisi jalan ini adalah pada lokasi tambang
yang memiliki jarak 10 m dari batas bukaan tambang.

5. Penanganan Kerusakan/Perubahan Tatanan Sosial-Ekonomi Masyarakat

Perubahan tatanan sosial-ekonomi didalam masyarakat, khususnya masyarakar di lokasi


tambang di pengaruhi oleh motif ekonomi.Penghasilan yang cepat didapat/instan (cash and
carry) dari kegiatan penambangan dibandingkan harus menunggu berbulan-bulan untuk
menikmati hasil pertanian mendorong sebagian masyarakat oetani untuk secara perlahan
beralih kegiatan pertanian menjadi masyarakat penambang. Lahan pertanian yang dulunya
subur sekarang telah disulap menjadi lahan tambang yang tandus,berdebu, dan gersang
Kerusakan lahan dan tanah akibat kegiatan penambangan seolah-olah diabaikan begitu saja,
dikalahkan oleh pemenuhan tuntutan kebutuhan ekonomi semata.Bahkan beberapa petani
pemilik tanah merelakan tanah subur mereka untuk ditambang tanpa mempedulikan
apakah dikemudian hari lahan bekas tambang tersebut masih bisa ditanami kembali. Perlu
penyadaran bagi masyarakat penambang ini akan pentingnya mengetahui cara-cara
penambangan yang benar dan aman serta berwawasan lingkungan.
Peran serta dan kerjasama dina, aparat pemerintahan dan tokoh masyarakat untuk menata
kegiatan penambangan yang telah berlangsung selama di wilayah penambangan ini sangat
diperlukan.

6. Penanganan Kerusakan Sumber Daya Air

A. Penanganan Perubahan Aliran Permukaan


Aliran permukaan yang berada disekitar lokasi/ kawasan tambang digolongkan sebagai tipe
aliran permukaan temporer/sesaat, dimana pada saat hujan dan sebagaian airnya tidak
mampu terserap (ter-infiltrasi) ke dalam tanah maka akan mengalir di permukaan sebagai
aliran limpasan (run-off).
Setelah adanya kegiatan penambangan sirtu, maka pola penyaluran (drainage pattern) akan
berubah (mengikuti bentuk topografi bukaan tambang baru yang terbentuk). Disebabkan
adanya material kedap air di lapisan-laapisan penyusun maka seiring pada musim hujan
terjadi genangan air dengan volume air yang besar.Bahkan sampai musim kemarau pun
genangan tersebut tidak hilang.

B. Penanganan Perubahan Kondisi Hidrogeologi/Air tanah

70
Fakta yang didapat dari survey lapangan menunjukan bahwa aktifitas penambanagn tidak
mengakibatkan pemutusan dan perubahan muka air tanah (mat) karena lokasi tambang-
tambangnya berada di atas muka air tanah. Jika dilihat dari tatanan hidrogeologi regional
lokasi bukaan tambang merupakan daerah lepasan air tanah. Terbukanya penutupan tanah
(hilangnya soil dn vegetasi) mengakibatkan julah air presiptasi (hujan) yang masuk ke dalam
tanah (infiltrasi) menjadi lebih sedikit, sejumlah besar air akan langsung mengalir
dipermukaan sebagai runn-off. Disarankan untuk melakukan kegiatan perbaikan struktur
tanah dan penanaman kembali (re-vegetasi) tanaman supaya dapat mendukung peresapan
air ke dalam tanah pada lokasi -lokasi lahan bekas penambangan batuan.

7. Penanganan Hilangnya Soil/ Tanah (Lapisan Penutup)


Pembukaan lahan pertambangan dilakukan tanpa rencana tambang yang jelas, yang penting
bisa mendapatkan mineral non logam. Pengawetan atau pengamanan soil/tanah subur yang
terdapat pada permukaan lahan tambang yang tidak dilakukan selama proses pembukaan
tambang, yang mengakibatkan tanah subur ini hilang begitu saja. Padahal proses
pembuatan soil tersebut membutuhkan waktu yang lama, lebih dari seratus tahun.
Soil/tanah adalah merupakan media yang dapat mendukung perakaran tanaman, terbentuk
sebagai hasil pelapukan batuan dan material organik dan melalui proses pembentukan yang
sangat lama. Horizon tanah secara lengkap adalah terdiri dari 4 (empat) lapis/horizon yaitu
lapisan humus,horizon-A,horizon-B,horizon-C. Lapisan teratas, yaitu humus adalah lapisan
yang sangat subur dan kaya akan mineral organik hasil pelapukan, pembusukan dan
composting sampah daun-daunan maupun hewan-hewan yang ada di dalamnya. Perakaran
tumbuhan berkembang sangat baik pada lapisan ini.
Horizon-A adalah merupakan zona leaching/pencucian,berupa material tanah
lempungan hasil pelapukan lanjut dari batuan, umumnya memiliki porositas sedang hingga
tinggi. Pada horizon ini terjadi proses pelarutan/leaching sebagian material organik dari
humus yang ada diatasnya dan interaksi dengan air soil yang ada didalam horizon-A ini
dengan air infilterasi hujan. Sehingga horizon ini adalah lapisan tanah yang kaya akan
material organik dan anorganik.Perakaran tumbuhan berkembang baik pada horizon ini.

8. Bentuk Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL)

Upaya Pemantauan Lingkungan dimaksudnkan sebagai instrument pihak pemrakarsa


untuk mengetahui adanya perubahan lingkungan hidup akibat kegiatan penambangan serta
untuk pengawas dalam melakukan pengawasan dan pengendalian, sehingga tidak terjadi
dampak negatif dari kegiatan penambangan yang dilakukan oleh pemrakarsa.
71
Prakiraan dampak lingkungan yang perlu mendapatkan pemantauan pada kgiatan
penambangan Tras di wilayah kajian adalah dampak yang dapat dikategorikan dalam
dampak negatif. Adapun upaya pemantauan yang direncanakan akan dilakukan adalah
pemantauan dampak dari setiap tahap kegiatan. Pemantauan dilakukan pada lokasi
penambangan dan sekitarnya. Dengan kegiatan pemantauan tersebut apabila benar-benar
terjadi dampak akan segera diketahui sehingga dapat segera diambil tindakan
penanggulanganya dan mengupayakan pencegahan terjadinya dampak lebih lanjut. Adapun
kegiatan yang akan dilakukan sebagaimana tercantum pada lampiran tabel matrik upaya
pengelolaan lingkungan dan Upaya pemantauan Lingkungan.
Adapun bentuk upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan disajikan dalam bentuk
matriks sebagaimana dilihat pada tabel 17.

9. Institusi Pengelola dan Pemantauan Lingkungan Hidup

Institusi pengelola dan pemantauan lingkungan hidup yang akan


melakukan/melaksanakan pengelolaan lingkungan hidup dan pemantauan lingkungan hidup
dan yang akan melakukan pengawasan atas pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup dan
pemantauan lingkungan hidup, ataupun yang akan menerima pelaporan secara berkala atas
hasil pelaksanaan komitmen pengelolaan lingkungan hidup dan pemantauan lingkungan
hidup pada lokasi rencana permohonan IUP operasi Produks milik dari Bapak KARYONO
adalah sebagai berikut :
- Inspektorat tambang dibawah kementrian ESDM RI
- Dinas ESDM Provinsi Jatim
- Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Ponorogo
- BAPPEDA Kab.Ponorogo
- Setda Bagian Administrasi Sumber Daya Alam Kabupaten Ponorogo
- Dinas Sosial dan Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Ponorogo
- Dinas Perhubungan Kabupaten Ponorogo
- Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo

10. Jumlah dan Jenis Izin PPLH yang dibutuhkan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 dalam hal usaha dan atau
kegiatan yang direncanakan pemrakarsa wajib memiliki ijin perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup (PPLH). Ijin PPLH Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun
2012 antara lain ijin pembuangan limbah cair, ijin pengumpulan limbah bahan berbahaya

72
dan beracun, ijin pengangkutan limbah bahan berbahaya dan beracun, ijin pemanfaatan
limbah bahan berbahaya dan beracun, ijin pengolahan limbh bahan berbahaya dan beracun,
ijin dumping, ijin reinjeksi ke dalam formasi, dan/atau ijin venting.
Kegiatan pertambangan mineral non logam batuan atas nama Bapak KARYONO wajib
memiliki ijin perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH), yaitu ijin
penyimpanan sementara limbah bahan berbahaya dan beracun.

11. Pelaporan dan Surat Pernyataan

Hasil pelaksanaan kegiatan Upaya pengelolaan Lingkungan dan Pemantauan


Lingkungan Hidup (UKL-UPL) akan dilaporkan kepada dinas/ instansi terkait yang
berawenang khususnya kepada Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Ponorogo, sebagai
bahan evaluasi dan perkembangan dari pelaksanaan program pengelolaan dan pemantauan
lingkungan yang akan dilaksanakan oleh pemrakarsa. Hal ini sangat bermanfaat untuk
mengevaluasi apakah pelaksanaan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan
dilapangan telah sesuai dengan program dalam UKL-UPL.

 Materi Pelaporan

Hal-hal yang dilaporkan kaitanya dengan pengelolaan lingkungan dan pemantauan


lingkungan adalah sebagai berikut :
a. Gambar lay out tempat kegiatan yang dapat menunjukan lokasi pemantaun dan
pengelolaan lingkungan yang dilakukan;
b. Perkembangan dampak yang terjadi (bertambah/berkurang), upaya pengelolaan
dan pemantauan lingkungan;
c. Data hasil pemantauan ( dilengkapi dengan hasil uji kualitas air dan udara
ambient)

 Mekanisme Pelaporan

Berbagai hal mengenai pelaksanaan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan


akan dilaporkan dengan mekanisme sebagai berikut :
1. Pelaksanaan kegiatan melaporkan pelaksanaan upaya pengelolaan dan
pemantauan lingkungan kepada Bupati Ponorogo melalui Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten Ponorogo secara berkala.
2. Tembusan laporan disampaikan kepada Gubernur Provinsi Jawa Timur melalui
Kepala Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur.

73
 Periode Pelaporan

Penyampaian laporan oleh pemrakarsa kegiatan disampaikan secara berkala setiap 6


(enam) bulan sekali, yaitu dalam bulan Juni Dan Desember tahun berjalan.

 Surat Pernyataan

Sebagai komitmen dari pemrakarsa untuk melaksanakan dan mematuhi upaya


pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan dalam Dokumen UKL-
UPL ini, maka diperlukan Surat Pernyataan Pelaksanaan Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan Hidup yang ditandatangani di atas kertas bermatrai 6.000
dan dilengkapi cap stempel perusahaan, sebagaimana surat pernyataan.

74

Anda mungkin juga menyukai