(UKL - UPL)
KABUPATEN PONOROGO
2018
KATA PENGANTAR
I.4. Tujuan dan Kegunaan Studi Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pemantauan Lingkungan
Hidup
Tujuan dilakukannya penyusunan Dokumen UKL-UPL milik Bapak Heru Agus Setyo
Herlambang adalah :
1. Memberikan informasi mengenai jenis dan bentuk aktivitas pemurnian pasir serta yang
dilakukan usaha milik Bapak Heru Agus Setyo Herlambang yang bergerak di bidang
pemurnian pasir di Kelurahan Tanjungsari RT 02 RW 01 Kecamatan Jenangan
Kabupaten Ponorogo.
2. Merumuskan langkah-langkah pengelolaan lingkungan hidup yang dilaksanakan pada
setiap kegiatan pemurnian pasir yang dilakukan oleh Bapak Heru Agus Setyo
Herlambang di Kelurahan Tanjungsari RT 02 RW 01 Kecamatan Jenangan Kabupaten
Ponorogo. Merumuskan langkah-langkah yang bisa diambil sebagai upaya untuk
memantau pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan agar dampak
lingkungan yang ditimbulkan oleh kegiatan pemurnian pasir oleh Bapak Heru Agus
Setyo Herlambang di Kelurahan Tanjungsari RT 02 RW 01 Kecamatan Jenangan
Kabupaten Ponorogo tidak memberikan dampak negative terhadap lingkungan.
I.4.2. Kegunaan Studi Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pemantauan Lingkungan Hidup
Studi Pengelolaan Lingkungan Hidup usaha pemurnian pasir milik Bapak Heru Agus Setyo
Herlambang di Kelurahan Tanjungsari RT 02 RW 01 Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo
dapat digunakan untuk :
1. Membantu pengambilan keputusan dalam kegiatan pengelolaan lingkungan oleh usaha
milik Bapak Heru Agus Setyo Herlambang yang bergerak di bidang pemurnian
pasir
2. Pedoman dalam kegiatan pengelolaan lingkungan hidup oleh Bapak Heru Agus Setyo
Herlambang Selaku pemilik usaha.
3. Merupakan perwujudan peran aktif dari Bapak Heru Agus Setyo Herlambang selaku
pemilik usaha dalam melaksanakan program pengelolaan lingkungan hidup dengan
mengedepankan konsep pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.
Pimpinan
Dari tabel 2.2 diketahui bahwa penggunaan lahan terbesar untuk area bahan baku, area
pengolahan dan pemurnian pasir (75,5%) serta area terbuka untuk parkir (4%). Rencana area
RTH atau Ruang Terbuka yaitu sebesar 20 % dari total lahan sehingga belum mencukupi Syarat
RTH yaiutu 30% untuk itu kami merekomendasikan kepada pemrakarsa untuk mencukupi RTH
sebesar 30% dari luas lahan.
2.3.2.Garis Besar Komponen Usaha dan/atau Kegiatan
Saat ini kegiatan yang dilakukuan oleh Bapak Heru Agus Setyo Herlambang untuk pemurnian
pasir adalah tahap pra konstruksi dan konstruksi dan selanjutnya ke tahap operasional yaitu
pemurnian pasir.
1. Tahap Pra Konstruksi
a. Perizinan
Proses perizinan merupakan tahapan yang harus dilalui sebelum kegiatan konstruksi maupun
operasional perusahaan dilaksanakan. Kepemilikan izin atas setiap tahapan rencana kegiatan
menjadi legalitas atas semua yang dilakukan oleh perusahaan sekaligus sebagai bukti ketaatan
terhadap peraturan perundangan yang berlaku.
b. Persepsi Masyarakat
Pengumuman publik dilakukan sebagai salah satu tahapan yang harus dilalui dalam pengajuan
izin lingkungan. Pengumuman publik dimaksudkan untuk mengetahui saran, tanggapan dan
pendapat masyarakat mengenai rencana usaha dan/atau kegiatan. Pengumuman publik
merupakan salah satu bentuk keterbukaan informasi yang diharapkan dapat membentuk persepsi
positip masyarakat sehingga kegiatan yang akan dilaksanakan dapat berjalan dengan lancar
sesuai sasaran yang diharapkan. Kegiatan pengumuman publik dilakukan dengan menempel
pengumuman baik pada lokasi rencana tapak proyek maupun kantor pemerintah Kelurahan
setempat.
2. Tahap Konstruksi
Pada aktivitas konstruksi ada beberapa tahapan kegiatan yang dilakukan, yaitu :
a. Penerimaan Tenaga Kerja
Penerimaan tenaga kerja untuk aktivitas konstruksi dilakukan oleh kontraktor pelaksana
yang ditunjuk oleh pemrakarsa sesuai jumlah dan kualifikasi tenaga kerja yang
dibutuhkan di lapangan dengan pengawasan dari pemrakarsa sebagai pemilik proyek.
Pengadaan tenaga kerja dilakukan dengan memperhatikan keberadaan tenaga lokal yang
disesuaikan dengan jumlah dan kualifikasi yang dibutuhkan secara profesional.
Penggunaan tenaga kerja disamping untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja untuk
menyelesaikan tahap konstruksi juga memiliki dampak secara sosial ekonomi terhadap
masyarakat sekitar. Masyarakat Kelurahan Tanjungsari RT 02 RW 01 Kecamatan
Jenangan Kabupaten Ponorogo dan sekitarnya tentu berharap bahwa keberadaan
perusahaan pemurnian pasir di lingkungan mereka akan memberikan dampak positip
terhadap kehidupan sosial ekonomi mereka. Melibatkan masyarakat di sekitar dalam
penggunaan tenaga kerja akan memberikan pendapatan dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Dalam proses ini jumlah yang diperkerjakan sebanyak 4 orang.
Prosedur penggunaan tenaga kerja termasuk pemberhentian tenaga kerja seluruhnya
menjadi tanggung jawab pihak kontraktor pelaksana sesuai kontrak kerja dengan
pemrakarsa. Prosedur yang berkaitan dengan tenaga kerja dilakukan dengan tetap
memperhatikan peraturan ketenagakerjaan yang berlaku sehingga tidak menimbulkan
dampak negatif terhadap keberlangsungan proyek dan perusahaan. Pihak perusahaan
selalu berkoordinasi dengan instansi pemerintah setempat yaitu Dinas Tenaga Kerja
kabupaten Ponorogo.
b. Pemadatan Lahan
Tahapan konstruksi yang pertama kali dilakukan ialah pemadatan lahan untuk pemetaan
lokasi bangunan serta pembangunan pondasi. Bentuk topografi areal tapak proyek yang
tidak rata, sebagian akan diurug dan diratakan dengan ketinggian tertentu menggunakan
peralatan berat. Pada aktivitas pemerataan, seluruh areal lahan harus diurug dan
dipadatkan untuk mendapatkan bentuk permukaan lahan yang rata dan tidak ambles saat
dibangun konstruksi di atasnya. Material tanah urug didatangkan dengan membeli
pengusaha tambang tanah urug yang telah mendapatkan izin usaha pertambangan.
c. Mobilisasi Peralatan dan Material
Mobilisasi peralatan dan material dilakukan untuk mendukung aktivitas konstruksi yang
memerlukan peralatan dan material guna pembangunan sarana prasarana yang diperlukan
dalam kegiatan operasional perusahaan. Peralatan dan material untuk konstruksi
didatangkan oleh kontraktor pelaksana berasal dari luar Kelurahan Tanjungsari
kecamatan Jenangan sehingga dalam pelaksanaannya akan melewati jalan akses yang
merupakan jalan umum.
Pengadaan peralatan dan bahan-bahan material seperti semen, batu, pasir, besi dan lain-
lain dipasok dari lokasi terdekat dan diangkut menggunakan truk. Pembongkaran
peralatan dan bahan mineral dilakukan langsung di lokasi proyek. Setiap pembongkaran
selalu dilaporkan dan diawasi oleh petugas proyek yang bertanggung jawab dalam
kegiatan tersebut.
Pada saat aktivitas konstruksi berlangsung, pengaturan jalur lalu lintas yang melewati
lokasi proyek dilakukan pemrakarsa dengan berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan
Kabupaten Ponorogo.
d. Pembangunan Sarana dan Fasilitas
Pembangunan sarana dan fasilitas tempat usaha Bapak Heru Agus Setyo Herlambang
adalah aktivitas utama pada tahapan konstruksi. Untuk membantu usaha pemurnian pasir
berjalan lancar, maka perlu dilakukan pembangunan instalasi sarana dan fasilitas tempat
usaha/kegiatan dilakukan dengan menggunakan konstruksi batuan dan beton.
Pembangunan sarana dan fasilitas dilaksanakan secara sistematis dengan pengawasan
yang didasarkan pada standar teknis dan prosedur yang telah ditetapkan.
Secara garis besar pembangunan sarana dan fasilitas tempat usaha/kegiatan pemecahan
batu milik Bapak Heru Agus Setyo Herlambang sebagai berikut :
1) Pembangunan konstruksi teknik berupa bangunan kantor, mess tempat istirahat dan area
parkir.
2) Pembangunan fasilitas penunjang lainnya seperti pos keamanan, drainase, septic tank,
rambu lalu lintas dan lain-lain.
3) Pelebaran jalan masuk dan pembuatan papan nama usaha atau plang pintu masuk.
Setelah pembangunan sarana dan fasilitas selesai dilakukan, maka dilakukan uji coba atas
beberapa sarana dan fasilitas tersebut. Pada uji coba sarana dan fasilitas dilakukan inspeksi
oleh pemrakarsa bersama dengan instansi terkait untuk mengetahui apakah fasilitas dan
sarana tersebut sudah dapat dioperasikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta standar
keamanan yang telah ditetapkan. Setelah semuanya sesuai ketentuan yang berlaku, maka
pihak perusahaan melakukan persiapan untuk pelaksanaan operasional selanjutnya.
3. Tahap Operasional
Kegiatan yang dapat menimbulkan dampak negatif yaitu pada tahap operasional dimana pada
tahap operasional akan dilakukan berbagai kegiatan sebagai berikut :
a. Kegiatan utama
1) Kegiatan Produksi Pencucian Pasir
Proses produksi pencucian pasir yang dilakukan pemrakarsa adalah sebagai berikut :
Bahan Baku
Jenis bahan baku ialah tanah pasir yang merupakan hasil penambangan dari
tambang pasir milik Bapak Heru Agus Setyo Herlambang sendiri yang
berlokasi di Desa Ngrogung. Bahan sebelum diproses akan dilakukan
penyiraman agar tidak menimbulkan timbunan debu. Jumlah air yang
dibutuhkan dalam proses penyiraman bahan baku adalah 1500 liter/hari.
Pencucian Pasir
Kolam pencucian pasir yang disediakan sebanyak 6 buah dengan rincian 1
kolam untuk proses pencucian pasir dan 5 kolam untuk tempat menampung air
limbah bekas pencucian pasir yang diendapkan selama beberapa jam untuk
kemudian dipakai kembali dalam proses pencucian yang selanjutnya dialirkan
ke sungai. Proses pencucian pasir ialah material berupa pasir diangkut
menggunakan alat ekskavator dan diletakkan ke dalam kolam yang berisi air.
Kemudian pasir dimasukkan dan dilakukan pengangkatan sebanyak 3 kali
ulangan untuk menghilangkan partikel yang tidak diinginkan seperti lumpur,
debu dan material organic seperti akar tanaman. Dalam proses ini kebutuhan air
mencapai 60.000 liter/hari. Air bekas pencucian kami rekomendasikan kepada
BaBapak Heru Agus Setyo Herlambang supaya tidak di buang ke saluran
irigasi dan juga pembuatan pagar pengaman di sekeliling bak/kolam
pengendapan.
Pemenuhan kebutuhan air ini sementara diambil dari air pompa sumur
permukaan. Untuk selanjutnya akan kami rekomendasikan kepada pemrakarsa
agar membuat sumur dalam dengan terlebih dulu mengajukan izin ke
jasatirta. Air sisa proses produksi akan diendapkan di kolam pengendapan
untuk selanjutnya di olah kembali airnya untuk proses pencucian pasir kembali.
Hasil endapan pasir sludge untuk di manfaatkan kembali sebagai tanah urug.
Pengeringan
Setelah proses pencucian selesai dilakukan maka pasir diangkut dan dijemur di
area Stock Pail selama 2 hari. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kadar air
pada pasir. Selama proses pengeringan sampling bahan dilakukan untuk
menganalisa tingkat kandungan yang tidak diinginkan. Jika sudah masuk ke
dalam kriteria yang diinginkan, pasir kemudian ditempatkan di area hasil akhir
produk.
Bahan Baku
180 ton/hari
Air Penyiraman
IPAL
Sungai Pengeringan
Gambar 2.6. Alur Produksi Pemurnian Pasir Bapak Heru Agus Setyo Herlambang .
b. Kegiatan Pendukung
1). Rekrutmen Tenaga Kerja
Kegiatan rekrutmen tenaga kerja dilakukan oleh pemrakarsa dengan memprioritaskan
tenaga kerja lokal yang sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan. Tenaga kerja yang
dibutuhkan pada tahap operasional berjumlah 4 orang .
2). Mobilisasi Kendaraan
Pengangkut bahan baku dan hasil produksi serta mobilisasi kendaraan pekerja berupa
mobilisasi kendaraan pengangkut bahan baku pasir dan batu koral.
3). Kegiatan Domestik Karyawan
Berupa kegiatan domestic karyawan yaitu kegiatan MCK, kegiatan makan minum
karyawan dengan estimasi kebutuhan air perorangan sebesar 30 liter/hari.
Dengan jumlah karyawan 4 orang maka kebutuhan airnya : 4 orang X 30 lt/hari
= 120 lt/hari. Berikut kebutuhan air dalam diagram alir kebutuhan air.
Karyawan
120 Liter/hari
R
Penyiraman Bahan
Baku 1500 Liter/hari IPAL A
Dan Proses Pencucian (Instalasi
60000 Liter/hari Pengolahan I
Air Limbah)
N
E
Gambar 2.7. Diagram Alir Kebutuhan Air
4). Kegiatan Administrasi Perkantoran
Berupa kegiatan administrasi perkantoran yang akan menimbulkan timbuan limbah
padat berbahaya dan beracun berupa tinta pada alat tulis serta akan menimbulkan
limbah padat berupa kertas.
5). Kegiatan Pemeliharaan Mesin
Berupa kegiatan pemeliharaan mesin yang akan menghasilkan limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) seperti oli dan kaleng bekas oli yang penyimpanannya
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c. Sarana Penunjang
1) Penggunaan Energi
Sumber listrikdigunakan dari PLN 10.600 Watt.
2) Kegiatan Penggunaan Bahan Bakar dan Pelumas
Bahan bakar yang digunakan solar 260 liter/bulan dan oli 15 liter/bulan.
Kegiatan operasional juga menimbulkan limbah padat dan cair. Limbah padat yang dihasilkan
berupa limbah padat industri dan limbah padat domestik. Berikut ini adalah limbah yang
dihasilkan dan pengelolaannya dari kegiatan yang dilakukan :
1. Limbah sampah, terdiri dari :
Limbah sampah domestik yaitu limbah yang dihasilkan dari kegiatan domestik
karyawan yaitu dari aktivitas pekerja berupa sisa makanan, bungkus makanan,
bungkus rokok dan sampah seperti daun dan akar tanaman serta sampah lain yang
berupa limbah organik dan non-organik.Kami merekomendasikan kepada
pemrakarsa untuk membuat tempat pembuangan sampah terpilah yaitu organic, an
organic dan B3.
Limbah sampah padat B3 berupa limbah bekas berupa lampu TL (Tubular Lamp),
aki bekas pakai dan tinta dari kegiatan administrasi perkantoran. Selain itu kegiatan
pemeliharaan mesin/perbengkelan juga menghasilkan limbah padat berupa kaleng
bekas pelumas serta spare part bekas. Limbah akan dikumpulkan sesuai ketentuan
teknis dan regulasi yang berlaku.
Sampah
Gambar 2.8. Alur Diagram Limbah Padat Domestik dan Limbah B3 area usaha
Milik Bapak Heru Agus Setyo Herlambang .
Gambar 2.9. Alur Diagram Limbah Cair Domestik dan B3 Usaha milik Bapak Heru Agus
Setyo Herlambang .
Dari tabel 3.1. Diketahui bahwa di Stasiun Hujan Ponorogo tertinggi curah hujan pada
bulan februari (13) dan terendah Mei (0)
Banyaknya curah hujan di Kecamatan Ponorogo tahun 2017 tertera pada tabel 3.2.
Tabel 3.2. Banyaknya Curah Hujan dan Jumlah Hari Hujan th 2017
No Bulan Jumlah Curah Jumlah Hari Hujan
Hujan (mm) (Hari)
1. Januari 380 15
2. Februari 330 18
3.. Maret 427 15
4. April 382 16
5. Mei 240 7
6. Juni 250 5
7 Juli 151 1
8. Agustus 40 -
9 September 290 4
10 Oktober 351 4
11. Nopember 554 17
12. Desember 151 17
Sumber : Kecamatan Ponorogo Dalam Angka tahun 2017
Dari tabel 3.2. diketahui bahwa jumlah curah hujan tertinggi pada bulan Februari yaitu
330 mm dan jumlah hujan 18 hari.
BAB IV
DAMPAK LINGKUNGAN YANG TERJADI
Dampak yang dapat timbul terhadap komponen lingkungan fisik, kimia, biologis dan
sosial ekonomi budaya berasal dari kegiatan pra konstruksi, konstruksi dan operasional baik dari
kegiatan utama, kegiatan pendukung maupun kegiatan sarana penunjang. Identifikasi dampak
yang timbul terhadap lingkungan dilakukan dengan menggunakan metode matrik interaksi
dampak dan bagan alir dampak sehingga bisa dilakukan pengkajian yang lebih terarah dan
komprehensif.
3.1. Tahap Pra Konstruksi
3.1.1. Persepsi Masyarakat
Keberadaan Pemurnian Pasir milik Bapak Heru Agus Setyo Herlambang akan
memberikan dampak persepsi masyarakat yang positif atau negatif. Persepsi
masyarakat timbul sebagai respon atas sikap, perilaku dan aktivitas perusahaan serta
karyawannya terhadap lingkungan di sekitarnya. Kemampuan bersosialisasi dengan
masyarakat biasanya akan menentukan gambaran persepsi masyarakat atas keberadaan
usaha milik Bapak Heru Agus Setyo Herlambang. Tolak ukur yang dapat dilihat
adalah adanya keluhan atau pengaduan masyarakat serta sikap mendukung atau
menolak atas keberadaan perusahaan.
3.1.2. Proses Perizinan
Proses perizinan merupakan tahapan yang harus dilalui sebelum kegiatan konstruksi
dan operasional dilaksanakan. Kepemilikan izin atas setiap tahapan rencana kegiatan
menjadi legalitas atas semua yang dilakukan oleh perusahaan sekaligus sebagai bukti
ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Keterangan :
1 = Kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja
2 = Kegiatan Pemadatan Lahan
3 = Kegiatan Mobilisasi Kendaraan Pengangkut Bahan Baku Konstruksi serta kendaraan
Karyawan
4 = Kegiatan Pembangunan Sarana dan Fasilitas.
3.2.3. Kegiatan Mobilisasi Kendaraan Pengangkut Bahan Baku Konstruksi dan Kendaraan
Karyawan
a. Penurunan Kualitas Udara
Sumber dampak : Kegiatan Mobilisasi Kendaraan Pengangkut Bahan Baku
Konstruksi dan kendaraan karyawan
Jenis dampak : Adanya penurunan kualitas udara ambiens
Tolak Ukur dampak : Peraturan Gubenur Jawa Timur nomor 10 Tahun 2009
Tentang Baku Mutu Udara Ambiens dan Emisi Sumber Tidak
Bergerak
b. Peningkatan Kebisingan
Sumber dampak : Kegiatan Mobilisasi Kendaraan Pengangkut Bahan Baku
Konstruksi dan kendaraan karyawan
Jenis dampak : Adanya peningkatan tingkat kebisingan
Tolak Ukur dampak : Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 48 tahun 1996
Baku Tingkat Kebisingan
c. Timbunan Sampah
Sumber dampak : Kegiatan Mobilisasi Kendaraan Pengangkut Bahan Baku
Konstruksi dan kendaraan karyawan
Jenis dampak : Timbunan sampah
Tolak Ukur dampak : Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 50 tahun 1996
Tentang Baku Mutu Tingkat Kebauan serta Tingkat Kenyamanan
Masyarakat dan Undang-Undang nomor 18 tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah
d. Gangguan Lalu Lintas Kemacetan
Sumber dampak : Kegiatan mobilisasi kendaraan pengangkut bahan baku
Konstruksi dan kendaraan karyawan
Jenis dampak : Adanya peningkatan kepadatan lalu lintas
Tolak ukur dampak : Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan
Angkutan jalan.
e. Penurunan Kualitas Air Permukaan
Sumber dampak : Kegiatan mobilisasi kendaraan pengangkut bahan baku
Konstruksi dan kendaraan karyawan
Jenis dampak : Berkurangnya kualitas air permukaan
Tolak ukur dampak : Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990
dan Peraturan Gubernur Jawa Timur nomor 52 tahun 2014
Tentang Perubahan atas Peraturan Gubernur Jawa Timur nomor
72 tahun 2013 tentang Baku Mutu Air Limbah bagi Industri
dan/atau Kegiatan Usaha Lainnya.
f. Persepsi Masyarakat
Sumber dampak : Kegiatan Mobilisasi Kendaraan pengangkut bahan baku
Konstruksi dan kendaraan karyawan
Jenis dampak : Adanya persepsi masyarakat sekitar lokasi kegiatan
Tolak Ukur Dampak : Adanya keluhan/aduan dari masyarakat sekitar lokasi kegiatan.
c) Timbunan Limbah B3
Sumber dampak : Kegiatan Produksi Pencucian Pasir
Jenis dampak : Adanya timbunan limbah B3
Tolak Ukur dampak : Peraturan Pemerintah nomor 101 tahun 2014 tentang
Pengelolaan limbah B3
d) Bahaya Kebakaran
Sumber dampak : Kegiatan Produksi Pencucian Pasir
Jenis dampak : Adanya bahaya kebakaran
Tolak ukur dampak : Undang-Undang nomor 30 tahun 2009 tentang Ketenaga
Listrikan
e) Tingkat Kecelakaan Kerja dan Penurunan Tingkat Kesehatan Pekerja
Sumber dampak : Kegiatan Produksi Pencucian Pasir
Jenis dampak : Adanya kecelakaan kerja dan angka kesakitan pekerja
Tolak ukur dampak : Kasus kecelakaan kerja di lokasi kerja
f) Persepsi Masyarakat
Sumber dampak : Kegiatan Produksi Pencucian Pasir
Jenis dampak : Adanya persepsi masyarakat sekitar lokasi kegiatan
Tolak ukur dampak : Adanya keluhan/aduan dari masyarakat sekitar lokasi
g) Tingkat Pendapatan Masyarakat
Sumber dampak : Kegiatan Produksi Pencucian Pasir
Jenis dampak : Adanya peningkatan pendapatan masyarakat
Tolak ukur dampak : Peningkatan tenaga kerja yang berasal dari masyarakat sekitar.
Kegiatan Pendukung
3.3.2. Kegiatan Rekrutmen Tenaga Kerja
a). Peningkatan Kebisingan
Sumber dampak : Kegiatan rekrutmen tenaga kerja
Jenis dampak : Adanya peningkatan tingkat kebisingan
Tolak ukur dampak : Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 48 tahun 1996
Tentang baku tingkat kebisingan
b). Timbunan Sampah
Sumber dampak : Kegiatan rekrutmen tenaga kerja
Jenis dampak : Adanya timbunan sampah
Tolak ukur dampak : Undang-Undang nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 33 tahun
2010 tentang Pedoman Pengelolaan Sampah
c). Gangguan Lalu Lintas/Kemacetan
Sumber dampak : Kegiatan rekrutmen tenaga kerja
Jenis dampak : Adanya peningkatan kepadatan lalu lintas
Tolak ukur dampak : Undang-Undang nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas
Dan Angkutan Jalan
d). Tingkat Kecelakaan Kerja dan Penurunan Tingkat Kesehatan Pekerja
Sumber dampak : Kegiatan rekrutmen tenaga kerja
Jenis dampak : Adanya kecelakaan kerja dan angka kesakitan pekerja
Tolak ukur dampak : Kasus kecelakaan kerja di lokasi kerja
e). Persepsi Masyarakat
Sumber dampak : Kegiatan rekrutmen tenaga kerja
Jenis dampak : Adanya persepsi masyarakat sekitar lokasi kegiatan
Tolak ukur dampak : Adanya keluhan/aduan masyarakat sekitar lokasi kegiatan
f). Tingkat Pendapatan Masyarakat
Sumber dampak : Kegiatan rekrutmen tenaga kerja
Jenis dampak : Adanya peningkatan pendapatan masyarakat
Tolak ukur dampak : Peningkatan tenaga kerja yang berasal dari masyarakat sekitar.
3.3.3. Kegiatan Mobilisasi Kendaraan Pengangkut Bahan Baku dan Hasil Produksi serta
Kendaraan Karyawan
a). Penurunan Kualitas Udara Ambien
Sumber dampak : Kegiatan Mobilisasi Kendaraan Pengangkut Bahan Baku dan
Hasil Produksi serta Kendaraan Karyawan
Jenis dampak : Adanya penurunan kualitas udara ambient
Tolak Ukur dampak : Peraturan gubernur Jawa Timur nomor 10 tahun 2009
Tentang Baku Mutu Kualitas Udara Ambien dan Emisi Sumber
Tidak Bergerak di Jawa Timur.
b). Peningkatan Kebisingan
Sumber dampak : Kegiatan Mobilisasi Kendaraan Pengangkut Bahan Baku dan
Hasil Produksi serta Kendaraan Karyawan
Jenis dampak : Adanya peningkatan tingkat kebisingan
Tolak ukur dampak : Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 48 tahun 1996
Tentang Baku Tingkat Kebisingan
c). Penurunan Kualitas Tanah
Sumber dampak : Kegiatan Mobilisasi Kendaraan Pengangkut Bahan Baku dan
Hasil Produksi serta Kendaraan Karyawan
Jenis dampak : Adanya Penurunan Kualitas Tanah
Tolak ukur dampak : Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 07 th 2006
Tentang Tata Cara Pengukuran Kriteria Baku Kerusakan Tanah
Untuk Produksi Biomassa dan Peraturan pemerintah nomor 150
Tahun 2000 tentang Pengendalian Kerusakan Tanah untuk
Produksi Biomassa.
d). Timbunan sampah
Sumber dampak : Kegiatan Mobilisasi Kendaraan Pengangkut Bahan Baku dan
Hasil Produksi serta Kendaraan Karyawan
Jenis dampak : Adanya timbunan sampah
Tolak ukur dampak : Undang-Undang nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 33 th 2010
Tentang Pedoman Pengelolaan Sampah
e). Timbunan Limbah B3
Sumber dampak : Kegiatan Mobilisasi Kendaraan Pengangkut Bahan Baku dan
Hasil Produksi serta Kendaraan Karyawan
Jenis dampak : Adanya timbunan limbah B3
Tolak ukur dampak : Peraturan Pemerintah nomor 101 tahun 2014 tentang Pengelolaan
Limbah B3
f). Gangguan Lalu Lintas/Kemacetan
Sumber dampak : Kegiatan Mobilisasi Kendaraan Pengangkut Bahan Baku dan
Hasil Produksi serta Kendaraan Karyawan
Jenis dampak : Adanya peningkatan kepadatan lalu lintas
Tolak ukur dampak : Undang-Undang nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan
g). Tingkat Kecelakaan Kerja dan Penurunan Tingkat Kesehatan Pekerja
Sumber dampak : Kegiatan Mobilisasi Kendaraan Pengangkut Bahan Baku dan
Hasil Produksi serta Kendaraan Karyawan
Jenis dampak : Adanya kecelakaan kerja dan angka kesakitan pekerja
Tolak ukur dampak : Kasus kecelakaan kerja di tempat kerja
h). Persepsi Masyarakat
Sumber dampak : Kegiatan Mobilisasi Kendaraan Pengangkut Bahan Baku dan
Hasil Produksi serta Kendaraan Karyawan
Jenis dampak : Persepsi masyarakat di sekitar lokasi kerja
Tolak ukur dampak : Adanya keluhan/aduan dari masyarakat sekitar lokasi kegiatan.
BAB V
UPAYA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
2. Peningkatan Kebisingan
a. Sumber dampak : berasal dari kegiatan konstruksi
b. Jenis dampak : peningkatan kebisingan
c. Tolak ukur dampak : Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 48 th
1996 tentang baku tingkat kebisingan yaitu 70 dBA di sekitar proyek dan 55 dBA
di lingkungan pemukiman.
d. Rencana Pengelolaan Lingkungan hidup
Pemilihan kendaraan pengangkut barang konstruksi yang telah lulus uji emisi
Melakukan penambahan berbagai jenis tumbuhan yang mempunyai tajuk yang
tebal dan berdaun rindang dengan berbagai sarana yang cukup rapat dan tinggi
untuk mengurangi kebisingan.
Lokasi pengelolaan : di jalan lingkungan, tempat parkir, area konstruksi dan RTH
Periode pengelolaan : selama masa konstruksi.
e. Rencana Pemantauan Lingkungan hidup :
Pengukuran langsung terhadap intensitas kebisingan di dalam ruangan dengan
menggunakan laboratorium terakreditasi.
Pengukuran langsung terhadap instensitas kebisingan di lingkungan proyek
dengan menggunakan alat sound level meter.
Memantau terhadap pemilihan kendaraan
Mendokumentasikan kegiatan konstruksi dengan foto.
Lokasi pemantauan : di lingkungan usaha milik Bapak Heru Agus Setyo
Herlambang
Periode pemantauan : selama masa konstruksi.
f. Institusi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup
Instansi pelaksana yaitu Bapak Heru Agus Setyo Herlambang sebagai
pemrakarsa.
Instansi pengawas yaitu Dinas Lingkungan hidup Kabupaten Ponorogo
Instansi penerima laporan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Ponorogo.
3. Tingkat Pendapatan Masyarakat
A. Sumber Dampak
Sumber dampak berasal dari kegiatan konstruksi
B. Jenis Dampak
Tingkat pendapatan masyarakat
C. Tolok Ukur Dampak
Tingkat pengangguran serta pendapatan masyarakat
D. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup
Bentuk pengelolaan
Lokasi pengelolaan :
Lingkungan areal sekitar usaha milik Bapak Heru Agus Setyo Herlambang
Periode pengelolaan
Selama mas : konstruksi
Tindakan darurat bila sistem tidak berfungsi :
Bentuk pemantauan :
Observasi dan wawancara
Lokasi pemantauan :
Lingkungan sekitar usaha milik Bapak Heru Agus Setyo Herlambang
Periode pemantauan :
Selama masa konstruksi
F. Institusi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup
1. Instansi pelaksana yaitu Bapak Heru Agus Setyo Herlambang selaku
pemrakarsa
4. Timbulan Sampah
A. Sumber Dampak
B. Jenis Dampak
Jenis dampak yang ditimbulkan adalah timbulan limbah padat organik dan
anorganik.
Bentuk pengelolaan :
Lokasi pengelolaan :
Areal usaha milik Bapak Heru Agus Setyo Herlambang dan lingkungan
sekitar
Peridoe pengelolaan :
E. Rencana Pemantauan
Bentuk pemantauan :
Lokasi pemantauan :
Areal sekitar usaha milik Bapak Heru Agus Setyo Herlambang dan
lingkungan sekitar
Periode pemantauan :
A. Sumber Dampak
Berasal dari kegiatan konstruksi
B. Jenis Dampak
Jenis dampak adalah gangguan lalu lintas dan kemacetan
C. Tolok Ukur Dampak
Tingkat kemacetan serta kecelakaan lalu lintas
D. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup
Bentuk pengelolaan :
Lokasi pengelolaan :
Areal sekitar usaha milik Bapak Heru Agus Setyo Herlambang yaitu jalan
raya Jenangan.
Peridoe pengelolaan :
E. Rencana Pemantauan
Bentuk pemantauan :
Pengamatan lapangan dengan perhitungan kendaraan yang melintas per 6
jam
Lokasi pemantauan :
Areal sekitar usaha milik Bapak Heru Agus Setyo Herlambang .
Periode pemantauan :
Selama masa konstruksi
F. Institusi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup
6. Persepsi Masyarakat
A. Sumber Dampak
Berasal dari kegiatan konstruksi
B. Jenis Dampak
Dampak yang ditimbulkan yaitu berupa timbulnya persepsi masyarakat
C. Tolok Ukur Dampak
Bentuk pengelolaan :
Lokasi pengelolaaan:
Periode pelaksanaan :
Bentuk pemantauan :
Lokasi pemantauan :
Lokasi pemantauan lingkungan dilakukan di Kelurahan Tanjungsari
Waktu pelaksanaan :
A. Sumber Dampak
Berasal dari kegiatan konstruksi
B. Jenis Dampak
Jenis dampak yang terjadi yaitu penurunan kualitas air permukaan.
C. Tolok Ukur Dampak
Bentuk pengelolaan :
l. Menyalurkan air limbah dari toilet (black water) ke dalam tangki
septik dengan sistem rembesan sesuai SNI 03-2398-2002 yaitu suatu
ruangan kedap air beberapa kompartemenya berfungsi menampung dan
mengolah air limbah domestik dengan kecepatan alir lambat, sehingga
memberi kesempatan untuk terjadi pengendapan terhadap suspensi
benda-benda padat dan penguraian bahan organik oleh jasad anaerobik
membentuk bahan larut air dan gas.
4. Penempatan pelumas yang digunakan dalam tempat yang kedap air dan
dalam bangunan khusus penyimpanan limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3)
Lokasi pengelolaan :
Waktu pelaksanaan :
Bentuk pemantauan :
Lokasi pemantauan :
Periode pelaksanaan :
A. Sumber Dampak
Berasal dari kegiatan konstruksi
B. Jenis Dampak
Bentuk pengelolaan :
Periode pelaksanaan :
Bentuk pemantauan :
Waktu pelaksanaan :
A. Sumber Dampak
B. Jenis Dampak
Bentuk pengelolaan
Lokasi pengelolaan :
Pengelolaan di lakukan pada tempat penampungan sementara limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
Periode pelaksanaan :
Bentuk pemantauan
Lokasi pemantauan :
Periode pelaksanaan :
A. Sumber Dampak
B. Jenis Dampak
Jenis dampak yang terjadi adalah penurunan kualitas udara ambien dan
udara emisi di lokasi kegiatan
Bentuk pengelolaan :
Lokasi pengelolaan :
Periode pengelolaan :
Bentuk pemantauan :
Lokasi pemantauan :
Waktu pelaksanaan pemantauan gas dan debu dilakukan setiap enam (6)
bulan selama tahap operasional dan pendokumentasian kegiatan
pengelolaan dilakukan setiap bulan.
A. Sumber Dampak
B. Jenis Dampak
Bentuk pengelolaan :
1. Melakukan pemeliharaan terhadap kendaraan dan mesin produksi
Tindakan darurat :
Lokasi pengelolaan :
Periode pengelolaan :
Bentuk pemantauan :
Lokasi pemantauan :
Periode pemantauan :
A. Sumber Dampak
B. Jenis Dampak
Bentuk pengelolaan :
4. Penempatan pelumas yang digunakan dalam tempat yang kedap air dan
dalam bangunan khusus penyimpanan limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3)
Lokasi pengelolaan :
Bentuk pemantauan :
Lokasi pemantauan :
Periode pelaksanaan :
A. Sumber Dampak
Sumber dampak dari penurunan kualitas air tanah dari kegiatan domestik
karyawan, kegiatan pemeliharaan mesin/perbengkelan, dan penggunaan
bahan bakar dan pelumas.
B. Jenis Dampak
Bentuk pengelolaan :
Lokasi pengelolaan :
Bentuk pemantauan :
Lokasi pemantauan :
Periode pelaksanaan :
Waktu pelaksanaan dilakukan setiap hari selama tahap operasional.
Sampling kualitas air bersih dilakukan setiap bulan dan pendokumentasian
kegiatan pengelolaan setiap bulan.
A. Sumber Dampak
B. Jenis Dampak
Bentuk pengelolaan :
2. Penempatan pelumas yang digunakan dalam tempat yang kedap air dan
dalam bangunan khusus penyimpanan limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3)
Lokasi pengelolaan :
Waktu pelaksanaan :
Bentuk pemantauan :
Lokasi pemantauan :
Periode pelaksanaan :
6. Timbulan Sampah
A. Sumber Dampak
B. Jenis Dampak
Bentuk pengelolaan
Tindakan darurat : -
Lokasi pengelolaan :
Periode pengelolaan :
Bentuk pemantauan :
Lokasi pemantauan :
Lokasi pemantauan dilakukan di lingkungan usaha milik Bapak Heru
Agus Setyo Herlambang
Periode pemantauan :
A. Sumber Dampak
B. Jenis Dampak
Jenis dampak yang terjadi yaitu pencemaran limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3 )
Bentuk pengelolaan :
Pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang dilakukan
adalah :
: Tembok Pembatas
Lokasi pengeiolaan :
Periode pelaksanaan :
Bentuk pemantauan :
Lokasi pemantauan :
Periode pelaksanaan :
8. Bahaya Kebakaran
A. Sumber Dampak
B. Jenis Dampak
Bentuk pengelolaan :
- Komunikasi darurat;
- Pengendali asap;
- Tempat berhimpun sementara, dan
- Tempat evakuasi.
Lokasi pengelolaan :
Periode pengelolaan :
Bentuk pemantauan :
Lokasi pemantauan :
Periode pemantauan :
A. Sumber Dampak
B. Jenis Dampak
Jenis dampak yang terjadi yaitu terjadinya gangguan lalu lintas,
kemacetan pada ruas jalan utama yaitu Jalan Raya Jenangan-Ngebel.
Bentuk pengelolaan :
1. Pengaturan lalu lintas pada saat masuk dan pulang kerja yang
dilakukan oleh satpam internal
Lokasi pengelolaan :
Pengelolaan dilakukan pada akses jalan masuk menuju area usaha milik
Bapak Heru Agus Setyo Herlambang
Periode pengelolaan :
Bentuk pemantauan :
Lokasi pemantauan :
Periode pemantauan :
A. Sumber Dampak
B. Jenis Dampak
Bentuk pengelolaan :
Periode pelaksanaan :
Bentuk pemantauan :
Lokasi pemantauan :
Waktu pelaksanaan :
A. Sumber Dampak
B. Jenis Dampak
Bentuk pengelolaan :
Lokasi pengelolaaan :
Bentuk pemantauan :
Lokasi pemantauan :
Waktu pelaksanaan :
A. Sumber Dampak
B. Jenis Dampak
Jenis dampak yang terjadi yaitu terbukanya lapangan pekerjaan bagi
penduduk setempat sehingg a dapat meningkatkan pendapatan
Bentuk pengelolaan :
Lokasi pengelolaan :
Periode pengelolaan :
Bentuk pemantauan :
Lokasi pemantauan :
Lokasi pemantauan lingkungan dilakukan di kantor milik Bapak Heru
Agus Setyo Herlambang
Waktu pelaksanaan :