Anda di halaman 1dari 43

HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA

UPAYA HUKUM
PERRKARA EKONOMI SYARIAH

Dr.H. Acep Saifuddin, SH.,M.Ag

UIN SUNAN GUNUNGDJATI

BANDUNG
Materi

1. Pengertian
2. Upaya Hukum Dalam Gugatan Sederhana
3. Upaya hokum dalam Perkara Eksyar Biasa
1. Pengertian

Upaya hukum adalah upaya yang diberikan


oleh undang-undang kepada seseorang atau
badan hukum untuk dalam hal tertentu
melawan putusan Hakim. Dalam Hukum
Acara Perdata dikenal dua macam upaya
hukum, yaitu upaya hukum biasa dan upaya
hukum luar biasa
Upaya Hukum
Upaya hukum adalah alat untuk melawan
putusan Pengadilan. Maksud dari upaya
hukum adalah untuk memperbaiki kesalahan
yang diperbuat oleh instansi yang
sebelumnya. Untuk kesatuan dalam keadilan
2. Upaya Hukum dalam Gugatan
sederhana
a. Putusan dibacakan dalam siding terbuka
untuk umum;
b. Hakim wajib memberitahukan hk para pihak
untuk mengajukan keberatan;
c. Pemberitahuan paling lambat 2 hari setelah
putusan diucapkan;
d. Salinan paling lambat 2 hari diberikan;
2. Upaya Hukum dalam Gugatan
Dasar Pasal 21-30sederhana
PERMA NO.14 TAHUN 2016
1. UPAYA HUKUM TERHADAP GUGATAN
SEDERHANA ADALAH KEBERATAN
2. SYARAT-SYARAT
a. Diajukan kepada ketua PA yang memutus
b. Menandatangani akta pernyataan keberatan
di hadapan panitera;
c. Diajukan paling lambat 7 hari setelah putus
atau setelah pemberitahuan;
2. Upaya Hukum dalam Gugatan
sederhana
d. Mengisi blangko permohonan keberatan
yang disediakan di kepaniteraan;
e. Permohonan keberatan yg melebihi waktu,
dinyatakan tidak dapat diterima, dengan
penetapan ketua berdasarkan keterangan
panitera;
f. Berkas permohonana keberatan disertai
memori keberatan;
g. Kontra memori keberatan dapat diajukan
dengan mengisi blangko yg disediakan;
2. Upaya Hukum dalam Gugatan
sederhana
h. Pemberitahuan keberatan beserta memori
kebaratan disampaikan dalam waktu 3 hari
sejak diajukan permohonan;
i. Kontra memori keberatan disampaikan
paling lama 3 hari setelah pemberitahuan
keberatan;
j. PMH dibuat paling lama 1 hari setelah
berkas dinyatakan lengkap;
k. Pemeriksaan keberatan dilakukan oleh
Majelis;
2. Upaya Hukum dalam Gugatan
l. sederhana
Pemeriksaan keberatan hanya kepada;
- putusan dan berkas gugatan,
- permohonan keberatan dan memori
- kontra memori keberatan
m. Tidak dilakukan pemeriksaan tambahan;
n. Putusan paling lama 7 hari setelah PMH;
o. Pemberitahuan paling lama 3 hari sejak
diucapkan;
p. BHT putusan dihitung sejak disampaikan
pemberitahuan;
2. Upaya Hukum dalam Gugatan
sederhana
q. Putusan keberatan adalah putusan akhir
yang tidak tersedia, banding, kasasi dan PK;
3. Upaya Hukum dalam Eksyar
Upaya Hukum Biasa
1. Upaya Hukum Biasa
a. Verzet
b. Banding
c. Kasasi

2. Upaya Hukum Luar biasa


a. Peninjauan Kembali (PK)
b. Derden Verzet
Upaya Hukum Biasa
 Upaya hukum biasa adalah perlawanan
terhadap putusan verstek, banding dan
kasasi.
Pada azaznya, upaya hukum ini
menangguhkan eksekusi. Pengecualiannya
adalah, apabila putusan tersebut dijatuhkan
dengan ketentuan dapat dilaksanakan
terlebih dahulu (uitvoerbaar bij voorrraad),
maka meskipun diajukan uapay biasa, namun
eksekusi akan berjalan terus.
Upaya Hukum verstek
1. Verzet
Verzet adalah upaya hukum untuk melawan
putusan Pengadilan yang dijatuhkan diluar
hadirnya terdakwa (verstek). Yang berhak
mengajukan verzet atau perlawanan ini adalah
Penggugat
Dasar Hukumnya
Pasal 129 ayat (1) HIR atau pasal 83 Rv.
Tergugat yang dihukum sedang ia tidak hadir
(verstek) dan tidak menerima putusan itu, dapat
mengajukan perlawanan atas putusan itu.
Yang berhak mengajukan verstek adalah Tergugat
sedangkan Penggugat adalah Banding.
Banding
Banding/Appel ialah permohonan
pemeriksaan kembali terhadap putusan atau
penetapan Pengadilan tingkat pertama
(Pengadilan Agama) karena merasa tidak
puas atas putusan atau penetapan tersebut,
ke Pengadilan tingkat banding (Pengadilan
Tinggi Agama) yang mewilayahi Pengadilan
tingkat pertama yang bersangkutan
melaluiPengadilan tingkat pertama yang
memutus tersebut, dalam tenggang waktu
tertentu dan dengan syarat-syarat tertentu.
Banding

Adalah permintaan atau permohonan yang


diajukan oleh salah satu atau oleh pihak-pihak
yang terlibat dalam perkara, agar penetapan
atau putusan yang dijatuhkan pengadilan
tingkat pertama diperiksa ulang dalam
pemeriksaan tingkat banding oleh pengadilan
tinggi agama.
Tujuan dan Dasar Hukum
Tujuan :
Tujuan utama pemeriksaan tingkat banding
adalah untuk mengoreksi dan mengeluarkan
segala kesalahan dan kekeliriuan dalam
penetapan hokum, tata cara mengadili,
meluruskan penilaian fakta, dan pembuktian

Dasar hukum
Undang-undang R.I No. 20 Tahun 1947
tentang “Peradilan Ulangan di Jawa dan
Madura”.
Banding
 Tata Cara dan Dasar Hukum
 Berdasarkan Pasal 7-15 Undang-Undang Nomor 20
Tahun 1947 tentang Peradilan Ulangan di Jawa dan
Madura, maka tata cara permohonan banding
adalah:
1.Tenggang waktu permohonan banding:
a. 14 hari setelah putusan di ucapkan, apabila waktu
putusan diucapkan pihak pemohon banding hadir
sendiri di Persidangan
b. 14 hari sejak putusan diberitahukan apabila
pemohon banding tidak hadir pada saat putusan
diucapkan di Persidangan
Banding
b. Jika perkara prodeo, terhitung 14 hari dari
tanggal pemberitahuan putusan dari
Pengadilan Tinggi kepada pemohon banding
(Pasal 7 ayat 3).

 Permohonan banding disampaikan kepada


panitera Pengadilan yang memutus perkara
Pengadilan Agama yang hendak di banding.
Yang berhak mengajukan:
 Pihak berperkara
 Kuasanya setelah mendapat kuasa khusus.
Banding
 Bentuk permintaan banding:
 Lisan , dan Tullisan.
 Biaya banding dibebankan kepada pemohon bukan kepada
termohon.
 Panitera bertugas:
 Meregistrasi (mendaftar) permohonan
 Membuat akta banding
 Melampirkan akta banding dalam berkas perkara sebagai bukti
dari Pengadilan Tinggi Agama.
 Juru sita menyampaikan pemberitahuan permohonan banding
kepada pihak lawan.
 Penyampaian pemberitahuan (inzage) oleh juru sita:
 Selambat-lambatnya dalam tempo 14 hari dari tanggal
permohonan banding
Banding
 Pemberitahuan disampaikan kepada kedua belah pihak
yang berperkara.
 Penyampain memori banding:
 Memori banding bukan syarat formal, seperti ditegaskan
dalam Putusan MA tanggal 14 Agustus 1957 Nomor
143K/Sip/1956.
 Tenggang waktu mengajukan memori banding tidak
terbatas
 Harus memberitahu dengan relas adanya memori banding
kepada pihak lawan
 Harus memberitahuan dengan relas adanya kontra memori
banding kepada pemohon banding
 Memori banding, kontra memori banding dan relas
pemberitahuan dilampirkan dalam berkas perkara.
 Satu bulan sejak tanggal permohonan banding, berkas
perkara harus dikirim ke Pengadlan Tinggi (Pasal 11 ayat 2
UU tahun 1947).
  
Upaya Hukum Kasasi
KASASI
Perkataan kasasi berasal dari perkataan
Perancis casser yang berarti memecahkan atau
membatalkan, sehingga apabila suatu
permohonan kasasi terhadap putusan
Pengadilan bawahan itu diterima oleh
Mahkamah Agung, maka hal itu berarti bahwa
putusan tersebut dibatalkan oleh Mahkamah
Agung karena dianggap mengandung
kesalahan dalam penerapan hukumnya.
Upaya Hukum Kasasi
 Menurut R. Supomo, kasasi adalah tindakan
Mahkamah Agung untuk menegakan dan
membetulkan hukum, jika hukum ditentang
oleh putusan –putusan Hakim pada tingkatan
tertinggi.
 Menurut Wirjono Prodjodikoro, maka kasasi
adalah suatu tindakan Mahkamah Agung
sebagai pengawas tertinggi atas putusan –
putusan Pengadilan-pengadilan lain.
Upaya Hukum Kasasi
 Dasar Hukum
 R. Subekti. Kekuasaan Mahkamah Agung
Republik Indonesia dalam Retnowulan Sutantio
dan Iskandar Oeripkartawinata. Op.,Cit. Hlm. 163
 R. Supomo. Hukum Acara Perdata Pengadilan
Negeri. dalam Retnowulan Sutantio dan Iskandar
Oeripkartawinata. Op.,Cit. Hlm. 163
 Wirjono Prodjodikoro. Hukum Acara Perdata di
Indonesia dalam Retnowulan Sutantio dan
Iskandar Oeripkartawinata. Hukum Acara
Perdata. Hlm. 163
Upaya Hukum Kasasi
MA Membatalkan putusan putusan atau
penetapan karena :
1.Tidak berwenang atau melampau batas
wewenang;
2.Salah menerapkan atau melanggar hukum
yang berlaku;
3.Lalai memenuhi syarat yang diwajibkan oleh
peraturan undang-undang;
Kewenangan MA dalam Kasasi
1. Memeriksa dan memutus tentang tidak
berwenang atau melampau batas
wewenang pengadilan tingkat bawah;
2. Memeriksa dan mengadili kesalahan
penerapan atas pelanggaran hukum yang
dilakukan oleh pengadilan tingkat bawah;
3. Memeriksa dan mengadili disebabkan
karena ada kesalahan tentang syarat-syarat
wajib dipenuhi menurut peraturan undang-
undang;
Upaya Hukum Peninjauan Kembali
(PK)
Kata peninjauan kembali diterjemahkan dari
kata “Herziening”, Mr. M. H. Tirtaamijaya
menjelaskan herziening sebagai berikut :
adalah sebagai jalan untuk memperbaiki
suatu putusan yang telah menjadi tetap-
jadinya tidak dapat diubah lagi dengan
maksud memperbaiki suatu kealpaan hakim
yang merugikan si terhukum
Upaya Hukum PK

Peninjauan kembali hanya dapat dilakukan oleh


MA. Peninjauan kembali diatur dalam Undang-
Undang Nomor 14 tahun 1985 tentang
Mahkamah Agung, dan apabila terdapat hal-hal
atau keadaan yang ditentukan oleh undang-
undang terhadap putusan Pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap dapat
dimintakan peninjauan kembali kepada MA,
dalam perkara perdata dan pidana oleh pihak-
pihak yang berkepentingan (pasal 21 UU No.
14/1970).
Upaya Hukum PK
 Menurut pasal 29 dan 30 UU No 14/1985 jo. UU No 5/2004
kasasi adalah pembatalan putusan atas penetapan
pengadilan dari semua lingkungan peradilan dalam tingkat
peradilan akhir.
 Putusan yang diajukan dalam putusan kasasi adalah
putusan banding. Alasan yang dipergunakan dalam
permohonan kasasi yang ditentukan dalam pasal 30 UU No
14/1985 jo. UU No 5/2004 adalah:
 tidak berwenang (baik kewenangan absolut maupun relatif)
untuk melampaui batas wewenang;
 salah menerapkan/melanggar hukum yang berlaku;
 lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh
peraturan perundang-undangan yang mengancam
kelalaian dengan batalnya putusan yang bersangkutan.
Upaya Hukum PK
 Apabila terdapat hal-hal atau keadaan-keadaan yang ditentukan dengan
undang-undang, terhadap putusan pengadilan yang telah berkekuatan
huikum tetap dapat dimintakan peninjauan kembali kepada Mahkamah
Agung dalam perkara perdata dan pidana oleh pihak-pihak yang
berkempentingan. [pasal 66-77 UU no 14/1985 jo. UU no 5/2004]
Alasan-alasan peninjauan kembali menurut pasal 67 UU no 14/1985 jo. UU
no 5/2004, yaitu:
 ada novum atau bukti baru yang diketahui setelah perkaranya diputus yang didasarkan
pada bukti-bukti yang kemudian oleh hakim pidana yang dinyatakan palsu;
 apabila setelah perkara diputus, ditemukan surat-surat bukti yang bersifat menentukan
yang pada waktu perkara diperiksa tidak dapat ditemuksn;
 apabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut/lebih daripada yang dituntut;
 apabila mengenai sesuatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa dipertimbangkan
sebab-sebabnya;
 apabila dalam satu putusan terdapat suatu kekhilafan hakim/suatu kekeliruan yang
nyata.
 Tenggang waktu pengajuan 180 hari setelah putusan berkekuatan hukum
tetap. (pasal 69 UU 14/1985). Mahkamah Agung memutus permohonan
peninjauan kembali pada tingkat pertama dan terakhir (pasal 70 UU no
14/1985).
Upaya Hukum Derden Verzet

1. Pengertian, upaya pihak ketiga membela haknya


karena barangnya disita, sehingga merugikan
kepentingannya.
2. Mengajukan ke Pengadilan tk pertama dimana
perkara di putus atau ke pengadilan yang diberikan
delegasi untuk melaksanakan putusan (eksekusi);
3. Disebut upaya hokum luar biasa, karena pada
dasarnya putusan tersebut hanya mengikat kepada
pihak berperkara dan tidak mengikat pihak ketiga,
Derden verzet

3. Disebut upaya hokum luar biasa, karena


pada dasarnya putusan tersebut hanya
mengikat kepada pihak berperkara dan tidak
mengikat pihak ketiga, tapi dalam hal ini
putusan akan mengikat pihak ketiga;
Kewenangan MAri
Pasal 28 UU.No.14 tahun 1985 :
(1) Mahkamah Agung bertugas dan berwenang
memeriksa dan memutus:
a. permohonan kasasi;
b. sengketa tentang kewenangan mengadili;
c. permohonan peninjauan kembali putusan
Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap.
Mahkamah Agung
Pasal 30
Mahkamah Agung dalam tingkat kasasi
membatalkan putusan atau penetapan
1.tidak berwenang atau melampaui batas wewenang;
2.Salah menerapkan atau melanggar hukum yang
berlaku;
3.Lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh
peraturan
perundang-undangan yang mengancam kelalaian
itu dengan batalnya
putusan yang bersangkutan.
pk
Pasal 66
(1) Permohonan peninjauan kembali dapat
diajukan hanya 1 (satu) kali.
(2) Permohonan peninjauan kembali tidak
menangguhkan atau menghentikan
pelaksanaan putusan Pengadilan.
(3) Permohonan peninjauan kembali dapat
dicabut selama belum diputus,
pk
dan dalam hal sudah dicabut permohonan
peninjauan kembali itu tidak dapat diajukan
lagi.
 Pasal 67
Permohonan peninjauan kembali putusan
perkara perdata yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap dapat diajukan hanya
berdasarkan alasan-alasan sebagai berikut :
pk

a.apabila putusan didasarkan pada suatu


kebohongan atau tipu muslihat pihak lawan
yang diketahui setelah perkaranya diputus
atau didasarkan pada bukti-bukti yang
kemudian oleh hakim pidana dinyatakan palsu;
b. apabila setelah perkara diputus, ditemukan
surat-surat bukti yang bersifat menentukan
yang pada waktu perkara diperiksa tidak dapat
ditemukan;
c. apabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak
dituntut atau lebih dari pada yang dituntut;
d.apabila mengenai sesuatu bagian dari
tuntutan belum diputus tanpa
dipertimbangkan sebab-sebabnya;
e.apabila antara pihak-pihak yang sama
mengenai suatu soal yang sama, atas dasar
yang sama oleh Pengadilan yang sama atau
sama tingkatnya telah diberikan putusan
yang bertentangan satu dengan
f. apabila dalam suatu putusan terdapat suatu
kekhilafan Hakim atau suatu kekeliruan yang
nyata.
Waktu Pk
Pasal 69
Tenggang waktu pengajuan permohonan
peninjauan kembali yang didasarkan atas
alasan sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal
67 adalah 180 (seratus delapan puluh) hari
untuk :
a.yang disebut pada huruf a sejak diketahui
kebohongan atau tipu muslihat atau sejak
putusan Hakim pidana memperoleh kekuatan
hukum tetap, dan telah diberitahukan kepada
para pihak yang berperkara;
b. yang disebut pada huruf b sejak ditemukan
surat-surat bukti, yang hari serta tanggal
ditemukannya harus dinyatakan di bawah
sumpah dan disahkan oleh pejabat yang
berwenang;
c. yang disebut pada huruf c, d, dan f sejak
putusan memperoleh kekuatan hukum tetap
dan telah diberitahukan kepada para pihak
yang berperkara;
d. yang tersebut pada huruf e sejak sejak
putusan yang terakhir dan bertentangan itu
memperoleh kekuatan hukum tetap dan
telah diberitahukan kepada pihak yang
berperkara.
KELAS C
1.APAKAH PA AKAN MENOLAK
2.PROSES PENGAJUAN KEMANA
3.DENDEN VERZET
Kelas muamalah
1.Siapa yang tanggung jawab, kalau sudah
dieksekusi, eksekusinya salah
2.Upaya banding oleh yang menang.
PUTUSAN VERSTEK 01 ------------1 MEI
15 MEI

14 HARI SEJAK DIBERITAHU -------VERZET 01

KASASI------------------ FINAL

Anda mungkin juga menyukai