Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENYELESAIAN SENGKETA EKONOMI SYARIAH MELALUI JALUR LITIGASI

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Acara Mahkamah Syar’iyah dan
Ekonomi Syariah

Dosen Pengampu: Drs. Acep Saifuddin S.H., M.Ag.

Oleh:

Alim maulana (1203010014)

Laras lestari (1203010072)

Syahril fadly (1203010074)

PRODI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2022
KATA PENGANTAR

Alhandulillahirabbil’alamin, puji serta syukur kami ucapkan kepada Allah SWT


karena berkat rahmat dan karunia-Nya, kami masih diberi kemampuan, kesehatan dan
kesempatan agar dapat menyelesaikan makalah ini.

Shalawat beserta salam semoga selalu terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad
SAW. Kepada para keluarganya, sahabatnya dan tak lupa pula kita selaku umatnya yang taat
pada ajarannya hingga akhir zaman.

Makalah ini merupakan sebuah karya tulis ilmiah yang kami susun untuk memenuhi tugas
yang ditugaskan oleh bapak dosen pengampu pada mata kuliah ini yakni yang terhormat
bapak Drs. Acep Saifuddin S.H., M.Ag. pada mata kuliah Hukum Acara Mahkamah
Syar’iyah dan Ekonomi Syari’ah. Selain daripada itu, makalah yang kami buat ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan serta pengetahuan tentang penyelesaian Sengketa
ekonomi syariah melalui jalur litigasi bagi para pembacanya dan khusunya juga bagi kami
sebagai penulis makalah ini.

Atas tersusunnya makalah ini, kami mengucapkan begitu banyak terimakasih kepada
semua pihak yang terlibat membantu, membimbing dan mendukung kami baik secara
langsung maupun tidak langsung, yaitu:

1. Bapak Drs. Acep Saifuddin S.H., M.Ag. selaku dosen pengampu pada mata kuliah ini
2. Teman-teman kelas yang senantiasa mendukung tiada batas
3. Teman kelompok sekaligus rekan dalam kerja kelompok ini dan orang-orang sekitar
yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini.

Semoga, dukungan serta motivasi dan juga doa yang telah mereka berikan dicatat sebagai
amal ibadah dan juga mendapatlan balasan yang terbaik dari Allah SWT. dan semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Pemakalah

Bandung, September 2022

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................I
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................II
BAB I......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................3
A. Ketentuan umum beracara dalam sengketa ekonomi syari’ah......................................................3
B. Penyelesaikan Sengketa Ekonomi Sya’riah Dengan Gugatan acara Sederhana.............................4
1. Kriteria Gugatan Sederhana.......................................................................................................4
2. Biaya Perkara.............................................................................................................................5
3. Mekanisme Pendaftaran Gugatan Sederhana...........................................................................5
4. Tahapan Penyelesaian Gugatan Sederhana...............................................................................5
5. Peran Hakim Dalam Gugatan Sederhana...................................................................................6
C. Penyelesaian Sengketa Ekonomi Sya’riah Dengan Gugatan Biasa.................................................6
1. Tahap Pendaftaran Perkara.......................................................................................................6
2. Tahap PenanganPerkara di Persidangan....................................................................................7
3. Tahapan-tahapan Penangan Perkara Di Persidangan:...............................................................7
4. Pembacaan Surat Gugatan........................................................................................................8
5. Jawaban Tergugat......................................................................................................................8
6. Tahap Replik Penggugat.............................................................................................................8
7. Tahap Duplik..............................................................................................................................8
8. Pembuktian................................................................................................................................8
9. Kesimpulan Para Pihak...............................................................................................................8
10. Tahap Musyawarah Majelis Hakim........................................................................................9
11. Putusan Hakim.......................................................................................................................9
BAB III..................................................................................................................................................12
PENUTUP.............................................................................................................................................12
A. Kesimpulan..............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................13

II
III
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan berkembangnya teknologi dan informasi berdampak pula terhadap


meningkatnya perkara di bidang ekonomi syariah. Dalam hal ini aparat penegak hukum akan
dituntut lebih untuk memiliki wawasan yang cukup komprehensif terkait permasalahan
tersebut. Masuknya berkas perkara yang timbul karena ekonomi syariah menjadi salah satu
kompetensi absolut peradilan agama tentunya menjadi tantangan baru bagi penegak hukum di
lembaga ini, yang mana pengadilan agama belum memiliki pengalaman hukum dalam
menyelesaikan perkara ekonomi syariah tersebut. Fakta ini cukup beralasan mengingat luas
dan beragamnya jenis-jenis transaksi ekonomi syariah. Oleh karena itu, lembaga peradilan
agama harus mempersiapkan para penegak hukumnya (hakim) agar dalam memberikan
putusan perkara yang berkaitan dengan ekonomi syariah dapat tetap memeriksa dan megadili
segala macam dan bentuk sengketa yang diajukan. Hal ini sesuai dengan amanat pasal 10
Undang-Undang Tentang kekuasaan Kehakiman No 48 Tahun 2009 yang menyatakan
bahwa: “Pengadilan tidak boleh menolak untuk menerima, memeriksa, mengadili, dan
memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas,
melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya” Adapun kewenangan absolut
Pengadilan Agama dijelaskan dalam undang-undang yaitu pengadilan agama bertugas
menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang yang beragama Islam di bidang
Perkawinan, waris, wasiat, dan hibah yang dilakukan berdasarkan hukum Islam, Wakaf dan
shadaqah. Kewenangan baru yang diberikan kepada peradilan agama antara lain adalah untuk
menyelesaikan perkara antar pemeluk agama Islam dalam bidang: Perkawinan, Waris,
Wasiat, Zakat, Wakaf, Hibah, Shodaqoh,infaq dan Ekonomi Syariah. Dalam penjelasan pasal
49 Undang-Undang No. 3 Tahun 2006, yang dimaksud transaksi ekonomi syariah antara lain
meliputi: Bank , Lembaga keuangan mikro , Asuransi, Reasuransi, Reksa dana, Obligasi,
Sekuritas, Pembiayaan, Pegadaian, Dana pensiun lembaga keuangan dan Bisnis yang
seluruhnya ada label Syariah dibelakangnya. Mengingat akan hal diatas, sudah tepat apabila
terjadi perselisihan dalam transaksi (akad) syariah, maka lembaga peradilan agama diberi
kepercayaan berupa kewenangan absolut untuk menyelesaikan sengketa transaksi syariah.
Dengan adanya hal tersebut maka perlu dikaji secara komprehensip mengenai Penyelesaian

1
Perkara Ekonomi Syariah Dengan Gugatan Acara Sederhana Dan Acara Biasa Di Indonesia
(Studi Antara Perma Nomor 14 Tahun 2016 Dengan Perma Nomor 2 Tahun 2015).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana ketentuan umum beracara dalam sengketa ekonomi syari’ah?


2. Bagaimana cara menyelesaikan sengketa ekonomi syariah dengan gugatan acara
sederhana?
3. Bagaimana cara menyelesaikan sengketa ekonomi syari’ah dengan gugatan acara
biasa?

C. Tujuan Penulisan

Dengan disusunnya makalah ini papa pembaca diharapkan mampu:


1. Untuk mengetahui ketentuan umum beracara dalam sengketa ekonomi
syari’ah.
2. Untuk mengetahui penyelesaian sengketa ekonomi syari’ah dengan gugatan
acara sederhana.
3. Untuk mengetahui penyelesaian sengketa ekonomi syari’ah dengan gugatan
acara biasa,

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ketentuan umum beracara dalam sengketa ekonomi syari’ah

Penyelesaian sengketa ekonomi syariah dalam kurung waktu 2006 sampai 2016, berdasarkan
dari hasil penelitian, hukum formal atau hukum acara yang di gunakan untuk menyelesaikan
sengketa ekonomi syariah adalah hukum acara perdata sebagaimana ketentuan undang-
undang Pasal 54 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 junto Undang - Undang nomor 3
tahun 2006 tentang Peradilan Agama, bahwa hukum acara yang berlaku pada pengadilan
agama adalah hukum acara perdata yang berlaku pada pengadilan dalam lingkungan
peradilan umum, kecuali yang telah diatur secara khusus dalam Undang-Undang ini. Hukum
acara perdata tersebut sebagaimana yang berlaku di lingkungan peradilan umum, HIR (Het
Herzeine Inland Buitenggewesten) termasuk ketentuan yang diatur dalam Rv (Reglement of
de Rechtsvordering), KUH Perdata, UndangUndang Nomor 48 tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman, Undang-Undang Nomor 3 tahun 2009 tentang Mahkamah Agung dan
Undang-Undang Nomor 49 tahun 2009 tentang peradilan umum dan peraturan lain yang
berkaitan1. dalam hal pelaksanaan sengketa ekonomi syariah belum ada hukum formal yang
mengatur secara khusus tetang ekonomi syariah, hukum acara perdata yang digunakan
sebagai acuan dalam penyelesaian sengketa ekonomi syariah masih menggunakan hukum
acara perdata2. hukum acara perdata tersebut belum secara jelas memuat nilainilai syariah
yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 3 tahun 2006 tetang Pengadilan Agama
diperbarui dengan Undang-Undang Nomor 50 tahun 2009 yang menyatakan bahwa sengketa
ekonomi syariah harus diselesaikan dengan berdasarkan pringsippringsip syariah.

Lahirnya Perma Nomor 14 Tahun 2016 tetang tata cara penyelesaian sengketa ekonomi
syariah berdasarkan dari hasil penelitian bahwa lahirnya perma tersebut dalam sisi waktu
terlalu lama dari peraturan yang mengatur tetang kewenangan Pengadilan Agama
menyelesaikan sengketa ekonomi syariah, yaitu Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006
dibutuhkan waktu kurang lebih 10 tahun. Perma tersebut dalam dataran pelaksanaan
merupakan prodok aturan yang digolongkan sebagai hukum formilya ekonomi syariah,
Perma Nomor 14 Tahun 2016 sebagai hukum formil atau hukum acara dalam sisi aturanya

1
Amran Suadi,2017,Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah (Teori dan Praktek),Kencana.Hal.25
2
Ibit.Hal.77

3
apa berbeda dengan hukum acara perdata(HIR dan Rv) yang terlebih dahulu dipakai sebagai
hukum acara.

penyelesaian sengketa ekonomi syariah menurut Perma dan hukum acara perdata ada
perbedaan, yaitudalam Perma tersebut membedahkan pelaksanaan penyelesaian sengketa
dengan membedahkan besar kecilnya obyek sengketa.Hukum acara perdata tidak dibedahkan,
dalam hukum acara perdata hanya mengenal satu penyelesaian sengketa dengan acara biasa
Penggunaan sarana informasi berbasis teknologi dalam pemanggilan para pihak, juga dalam
tahap pembuktian yang bisa digunakan sarana informasi teknologi dalam hal hakim bisa
meminta keterangan Ahli dengan bantuan sarana informasi teknologi.3 dalam hukum acara
perdata tidak mengenal hal tersebut.

Perbedahan lainnya pelaksanaan putusan terkait eksekusi hak tanggungan dan fidusia menjadi
kewenangan Pengadilan Agama4 , dan yang paling penting Perma tersebut lahir disesuaikan
dengan hukum materiilnya yang terlebih dahulu dibuat yaitu Kompilasi Hukum Ekonomi
Syariah yang lahir tahun 2008 sehingga aturan hukum atau pijakan hukumnya mempunyai
nilai-nilai yang sama degan hukum materielnya yang paling menonjol dalam Perma Nomor
14 Tahun 2016 tersebut asas hukum Peradilan Agama yaitu, cepat.sederhana dan murah
terlihat jelas degan kurung waktu 25 hari pemeriksaan sederhana tersebut harus segera
diputus.terkait penerapan nilai-nilai syariah dalam Perma Nomor 14 Tahun 2019.

Apabila terjadi sengketa ekonomi syariah yang disebabkan oleh debitur yang melakukan
wanprestasi dan berujung di pengadilan, hal ini menjadi tugas para hakim di Pengadilan
Agama sebagaimana yang dijelaskan oleh UU No. 3 tahun 2006. Setiap perkara yang datang
kepada hakim, hakim dianggap tahu cara menyelesaikan masalah tersebut sesuai dengan
adagium ius curia novit. Maka penyelesaian sengketa ekonomi syari’ah bisa dengan dua cara
yaitu dengan gugatan acara sederhana dan acara biasa.

B. Penyelesaikan Sengketa Ekonomi Sya’riah Dengan Gugatan acara Sederhana

Penyelesaian Gugatan sederhana adalah tata cara pemeriksaan di persidangan terhadap


gugatan perdata dengan nilai gugatan materil paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus
juta rupiah) yang diselesaikan dengan tata cara dan pembuktian yang sederhana.

1. Kriteria Gugatan Sederhana

3
Wawan Muhwan Hariri,2011,hukum Perikatan,Pustaka Setia Bandung, Hal.337
4
Perma Nomor 14 Tahun 2016 Pasal 5

4
Adapun para pihak harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

Masing-masing satu penggugat dan tergugat yang merupakan orang perseorangan atau badan
hukum. Penggugat maupun tergugat dapat lebih dari satu apabila memiliki kepentingan
hukum yang sama; Penggugat dan tergugat berada dalam daerah hukum yang sama. Jenis
perkara berupa ingkar janji ataupun perbuatan melawan hukum, kecuali untuk perkara yang
telah dikecualikan, sengketa atas tanah dan/atau perkara yang masuk yurisdiksi pengadilan
khusus. Nilai gugatan materiil paling banyak Rp500.000.000,-. Perkara yang Dikecualikan
dari Gugatan Sederhana Perkara yang dikecualikan dari gugatan sederhana di antaranya:

Perkara yang penyelesaian sengketanya dilakukan melalui pengadilan khusus sebagaimana


diatur di dalam peraturan perundang-undangan, seperti persaingan usaha sengketa konsumen
dan penyelesaian perselisihan hubungan industrial. Perkara yang berkaitan dengan sengketa
hak atas tanah. Pihak yang Dapat Mengajukan Gugatan Sederhana Seluruh subyek hukum,
baik orang perseorangan ataupun badan hukum, dapat mengajukan gugatan sederhana,
asalkan tidak lebih dari satu kecuali memiliki kepentingan hukum yang sama.

2. Biaya Perkara

Besaran panjar biaya perkara ditetapkan oleh ketua pengadilan Agama setempat. Panjar biaya
tersebut dibayar oleh penggugat, sedangkan biaya perkara dibebankan kepada pihak yang
kalah sesuai dengan amar putusan. Penggugat yang tidak mampu dapat mengajukan
permohonan beracara secara cuma-cuma atau prodeo.

3. Mekanisme Pendaftaran Gugatan Sederhana

Penggugat mendaftarkan gugatannya di kepaniteraan pengadilan Agama. Gugatan dapat


ditulis oleh penggugat atau dengan mengisi blanko gugatan yang telah disediakan di
kepaniteraan Pengadilan Agama. Blanko gugatan berisi keterangan mengenai: Identitas
penggugat dan tergugat; Penjelasan ringkas duduk perkara; dan Tuntutan penggugat. Pada
saat mendaftarkan gugatan, penggugat wajib melampirkan bukti surat yang sudah
dilegalisasi.

4. Tahapan Penyelesaian Gugatan Sederhana

Tahapan penyelesaian gugatan sederhana meliputi: Pendaftaran; Pemeriksaan kelengkapan


gugatan sederhana; Penetapan hakim dan penunjukan panitera pengganti; Pemeriksaan
pendahuluan; Penetapan hari sidang dan pemanggilan para pihak; Pemeriksaan sidang dan

5
perdamaian; Pembuktian; dan Putusan Lama Penyelesaian Gugatan Sederhana Gugatan
sederhana diselesaikan paling lama 25 (dua puluh lima) hari sejak hari sidang pertama.

5. Peran Hakim Dalam Gugatan Sederhana

Peran hakim dalam penyelesaian perkara gugatan sederhana meliputi: Memberikan


penjelasan mengenai acara gugatan sederhana secara berimbang kepada para pihak;
Mengupayakan penyelesaian perkara secara damai termasuk menyarankan kepada para pihak
untuk melakukan perdamaian di luar persidangan; Menuntun para pihak dalam pembuktian;
dan Menjelaskan upaya hukum yang dapat ditempuh para pihak. Perdamaian dalam Gugatan
Sederhana Dalam gugatan sederhana, hakim akan mengupayakan perdamaian dengan
memperhatikan batas waktu yang telah ditetapkan (25 hari). Upaya perdamaian yang
dimaksud mengecualikan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Mahkamah Agung
mengenai prosedur mediasi. Jika tercapai perdamaian, hakim akan membuat putusan akta
perdamaian yang mengikat para pihak. Terhadap putusan akta tersebut tidak dapat diajukan
upaya hukum.

C. Penyelesaian Sengketa Ekonomi Sya’riah Dengan Gugatan Biasa

Tahapan pemeriksaan sengketa ekonomi syariah dengan acara biasa sebagaimana diatur
dalam hukum acara perdata5:

1. Tahap Pendaftaran Perkara

1) Pihak yang berperkara datang ke Pengadilan Agama dengan membawa surat Gugatan.

2) Pihak yang berperkara menghadap petugas meja pertama dan menyerahkan surat gugatan,
minimal 6 rangkap.

3) Petugas meja pertama (dapat) memberikan penjelasan yang di anggap perlu terkait perkara
yang diajukan, dan menaksir panjer biaya perkara yang kemudian ditulias dalam surat kuasa
untuk membayar atau SKUM. besarnya panjer biaya perkara diatur dalam pasal 193
R.Bg/pasal 182 ayat (1) HIR/pasal 90 ayat (1) UU-PA. biya tersebut digunakan untuk:

a) pembiyayaan kepanitraan dan metrai

b) biaya pemeriksan,saksi ahli,juru bahasa dan biaya sumpah

c) biaya untuk pemeriksaan setempat dan perbuatan hakim yang lain jika ada

5
Ibit.Hal.125

6
d) untuk membayar biaya pemanggilan,pemberitahuan dan biaya-biaya lain berkenaan
dengan perkara ini. jika biaya tersebut kurang pihak yang berperkara bisa dimintai biaya lagi
akan tetapi bila biaya tersebut masih akan dikembalikan kepada yang bersangkutan setelah
perkara selesai disidangkan.

4) Pihak berperkara membayar SKUM ke bank yang telah ditunjuk oleh Pengadilan Agama
yang besarnya sesuai yang tertera dalam SKUM.

5) Blangko Skum kemudian dikembalikan ke kasir, kasir menandatangani surat kuasa untuk
membayar, dan membubuhkan nomor urut perkara dan tanggal penerimaan perkara dalam
SKUM yang telah di bumui cap luasdan surat gugatan kepada pihak yang berperkara.
TahapPenanganPerkara di Persidangan Perkara yang sudah di daftarakan pada Pengadilan
Agama, oleh Penggugat.Pihak yang berkara maka langka selajutnya tinggal menunggu
pangilan sidang dari juru sita/atau juru sita pengganti.Panggilang sidang harus sampai kepada
para pihak sekurang-kurangnya 3 hari sebelum sidang.panggilan dilaksanakan di alamat para
pihak, jika tidak diketumukan maka panggila disampaikan melalui Kepala Desa/Lurah
dimana para pihak bertempat tinggal. Terkait tata cara pemanggilan sidang diatur dalam pasal
390 jo pasal 389 dan 122 HIR.Panggilan harus dilaksanakan secara resmi dan patut.

2. Tahap PenanganPerkara di Persidangan

Perkara yang sudah di daftarakan pada Pengadilan Agama, oleh Penggugat.Pihak yang
berkara maka langka selajutnya tinggal menunggu pangilan sidang dari juru sita/atau juru sita
pengganti.Panggilang sidang harus sampai kepada para pihak sekurang-kurangnya 3 hari
sebelum sidang.panggilan dilaksanakan di alamat para pihak, jika tidak diketumukan maka
panggila disampaikan melalui Kepala Desa/Lurah dimana para pihak bertempat tinggal.
Terkait tata cara pemanggilan sidang diatur dalam pasal 390 jo pasal 389 dan 122
HIR.Panggilan harus dilaksanakan secara resmi dan patut.

3. Tahapan-tahapan Penangan Perkara Di Persidangan:

Upaya Perdamaian, dalam perkara perdata biasanya sebelum dimulai sidang hakim wajib
menawarkan untuk mengupayakan adanya perdamaian atar para pihak yang berperkara,
dalam hukum acara perdata perdamian diatur dalam pasal 130 HIR/Pasal 154 R.Bg dan pasl
14 ayat (2) UU No.14 tahun 1970 jika upaya perdamaian tidak bisa maka langka selajutnya
hakim akan mengarakan para pihak untuk menempuh jalur mediasi sebagai mana yang diatur
dalam PERMA No 1 Tahun 2016 tata cara mediasi khusus perkara sengketa ekonmi syariah.

7
jika dalam tahap mediasi tersebut disepakati perdamaian maka akan dibuatkan akta
perdamaian dan akata perdamaian ini mempunyai kekuatan hukum sama denga putusan
hakim dan tidak bisa dimintakan Banding, kasasi dan Peninjauan Kembali, jika tidak ada
upayaperdamaian maka perkara di lanjutkan.

4. Pembacaan Surat Gugatan

Bahwa hakim mempersilahakan pihak penggugat untuk membacakan surat gugatan, dan jika
dalam gugatan tersebut tidak ada perubahan, revisi atau pencabutan, maka langka
selanjutanya pihak hakim akan memberikan kesempatan pihak lawan untuk mengajukan
jawaban, sidang di tunda.

5. Jawaban Tergugat

Setelah pihak Penggugat membacakan gugatan pihak lawan diberi kesempatan mengajukan
jawaban, bisa lesan bisa tertulis hal tersebut diatur(Pasal 158 ayat(1) R.Bg). Dalam tahap
jawaban pihal Tergugat bisa mengajukan eksepsi, Atau gugatan rekopensi tanpa perlu
membayar biaya perkara.

6. Tahap Replik Penggugat

Setelah tahapan Jawaban pihak Penggugat diberi kesempat untuk mengajukan bantahan atas
jawaban Tergugat atau bisa juga membenarkan jawaban Tergugat atau tetap pada gugatanya.

7. Tahap Duplik

Setelah penggugat menyampaikan repliknya maka Penggugat diberi kesempatan mengajukan


Duplik, bahwa jawab jinawab ini bisa berlangsung lebih dari satu kali, jika sudah dianggap
cukup maka acara selanjutnya adalah Pembuktian.

8. Pembuktian

Tahap Pembuktian dalam sengketa ekonomi mengacu pada tahap pembuktian yang diatur
dalam acara perdata yaitudimana Penggugat di bebani kewajiban untuk membuktikan dalil-
dali yang di sampaikan dalam gugatannya dan sebaliknya Tergugat juga dibani untuk
membuktikan dalil bantahannya sebagaimana yang diatur dalam Pasal 163HIR/283 RBg.

9. Kesimpulan Para Pihak

8
Bahwa pada acara ini setelah kedua belah pihak mengjukan pembuktian baik tertulis dan
saksi maka tahapan selanjutnya adalah Para Pihak diberi kesempatan untuk mengajukan
kesimpulan hasil dari pemeriksaan sidang selama perkara berlangsung kepada majelis hakim.

10. Tahap Musyawarah Majelis Hakim

Rapat musyawarah hakim tersebut dilaksanakan secara tertutup dan bersifat rahasia
sebagaimana diatur dalam Pasal 19 ayat (3) Undang-Undang No.4 tahun 2004 bahwa dalam
rapat tersebut semua hakim menyampaikan pendapatnya baiklesan dan tertulis, jika terjadi
perbedaan pendaat maka diambil suara terbanyak, dan pendapat yang berbeda tersebut dapat
di muat dalam putusan(dissenting oponion).

11. Putusan Hakim

Setelah hakim selesai musyawar dan telah menghasilkan putusan,maka hakim sesuai yang
dijadwalkan akan membacakan putusan. setelah di bacakan putusan tersebut bagi pihak yang
tidak puas dengan putusan hakim bisa megajukan upaya hukum dalam tenggang waktu 14
hari setelah putusan di ucapakan. apabila salah satu pihak tidak hadir, maka juru sita akan
memnyampaikan isi putusan atau putusan tersebut kepada pihak yang tidak hadir, dan jika
pihak yang tidk hadir tidak puas dengan putusan hakim bisa mengajukan upaya hukum
banding dalam kurung waktu 14 hari setelah putusan di terima yang bersangkutan.

Perbedaan acara Sederhana dan acara Biasa

Aspek Cara Sederhana Cara Biasa


Nilai Gugatan Paling banyak Rp.200 juta Lebih dari Rp.200 juta
Domisili para pihak Penggugat dan Tergugat Penggugat dan Tergugat
berdomisili di wilayah tidak harus berdomisili di
hukum yang sama wilayah hukum yang sama
Jumlah Para Pihak Penggugat dan Tergugat Penggugat dan Tergugat
masing-masing tidak boleh masing-masing boleh lebih
lebih dari satu kecuali punya dari satu
kepentingan hukum yang
sama
Alamat Tergugat Harus diketahui Tidak harus diketahui
Pendaftaran Perkara Menggunakan blanko Membuat surat gugatan
gugatan

9
Pengajuan Bukti-Bukti Harus bersamaan dengan Pada saat sidang beragenda
pendaftaran perkara pembuktian
Pendaftaran perkara Paling lama 2 hari Paling lama hari
menunjukan hakim dan
panitera sidang
Pemeriksa dan pemutus Hakim tunggal Majelis Hakim
Pemeriksaan Pendahuluan Ada Tidak Ada
Mediasi Tidak Ada Ada
Kehadiran Para Pihak Penggugat dan Tergugat Penggugat dan Tergugat
wajib menghadiri setiap tidak wajib menghadiri
persidangan secara langsung setiap persidangan secara
(impersonal) Meski punya langsung (impersonal)
kuasa hukum
Konsekuensi ketidakhadiran Gugatan dinyatakan gugur Gugatan tidak dinyatakan
penggugat pada sidang gugur
pertama tanpa alasan yang
sah
Pemeriksaan Perkara Hanya gugatan dan jawaban Dimungkinkan adanya
tuntutan provisi, eksepsi,
rekonvensi, intervensi,
replik, duplik dan
kesimpulan
Batas waktu penyelesaian 25 hari sejak sidang pertama 5 bulan
perkara
Penyampaian Putusan Paling lambat 2 hari sejak Paling lambat 7 hari sejak
putusan diucapkan putusan diucapkan
Upaya hukum dan batas Keberatan (7 hari sejak Banding (3 bulan ), Kasasi
waktu penyelesaiannya majlis hakim ditetapkan) (3 bulan) dan Peninjauan
Kembali (3 bulan)
Batas waktu pendaftaran 7 hari sejak putusan 14 hari sejak putusan
upaya hukum diucapkan atau diucapkan atau
diberitahukan diberitahukan
Kewenangan pengadilan Tidak Ada Ada

10
tingkat banding dan MA

Penanganan perkara ekonomi syariah dengan cara sederhana mengacu kepada Perma 2/2015
tentang Tata Cara Penyelesaian Gugatan Sederhana atau biasa dikenal dengan istilah small
claims court. Sementara itu, penanganan perkara ekonomi syariah dengan cara biasa tetap
mengacu kepada pelbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perkara atau sengketa ekonomi syariah dapat diajukam dalam bentuk gugatan
sederhana maupun dengan cara gugatan acara biasa. Perbedaan antara gugatan
sederhana dan acara biasa salah satunya terletak pada jumlah nilai kerugiannya yaitu
jika gugatan dengan acara sederhana maksimal Rp 200.000.000 dalam perkara
wanprestasi dan Perbuatan Melawan Hukum (PMH), dengan mengecualikan perkara
yang diselesaikan pengadilan khusus dan sengketa atas tanah. Akan tetapi dalam
Acara Biasa di atas Rp 200.000.000 dalam sengketa keperdataan tanpa batasan. Jika
dalam Gugatan sederhana hanya Pengadilan Tingkat I dan tidak ada upaya hukum
lain, kecuali keberatan yang diajukan pada ketua pengadilan yang mempunyai hak
dalam memutus perkara tersebut dan tenggang waktu penyelesaian 25 hari sejak
sidang hari pertama, berbeda dengan upaya hukum acara biasa selain pengadilan
tingkat pertama, juga bisa ke Pengadilan Tinggi Agama (Banding) dan Mahkamah
Agung (Kasasi dan PK) dengan tenggang waktu sampai 5 bulan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Amran Suadi,2017,Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah (Teori dan


Praktek),Kencana.Hal.25
Wawan Muhwan Hariri,2011,hukum Perikatan,Pustaka Setia Bandung, Hal.337
Perma Nomor 14 Tahun 2016 tetang tata cara penyelesaian sengketa ekonomi syariah
Pasal 390 jo pasal 389 dan 122 HIR
Ibit.Hal.77 80
Ibit.Hal.6-9
Hutagalung, Sophar. Praktik Peradilan Perdata dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, Jakarta:
Sinar Grafika, 2014. Basir,
Cik. Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah di Pengadilan Agama dan Mahkamah
Syar’iyyah, Jakarta: Kencana, 2009.

13

Anda mungkin juga menyukai