Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Acara Mahkamah Syar’iyah dan
Ekonomi Syariah
Oleh:
BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR
Shalawat beserta salam semoga selalu terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad
SAW. Kepada para keluarganya, sahabatnya dan tak lupa pula kita selaku umatnya yang taat
pada ajarannya hingga akhir zaman.
Makalah ini merupakan sebuah karya tulis ilmiah yang kami susun untuk memenuhi tugas
yang ditugaskan oleh bapak dosen pengampu pada mata kuliah ini yakni yang terhormat
bapak Drs. Acep Saifuddin S.H., M.Ag. pada mata kuliah Hukum Acara Mahkamah
Syar’iyah dan Ekonomi Syari’ah. Selain daripada itu, makalah yang kami buat ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan serta pengetahuan tentang penyelesaian Sengketa
ekonomi syariah melalui jalur litigasi bagi para pembacanya dan khusunya juga bagi kami
sebagai penulis makalah ini.
Atas tersusunnya makalah ini, kami mengucapkan begitu banyak terimakasih kepada
semua pihak yang terlibat membantu, membimbing dan mendukung kami baik secara
langsung maupun tidak langsung, yaitu:
1. Bapak Drs. Acep Saifuddin S.H., M.Ag. selaku dosen pengampu pada mata kuliah ini
2. Teman-teman kelas yang senantiasa mendukung tiada batas
3. Teman kelompok sekaligus rekan dalam kerja kelompok ini dan orang-orang sekitar
yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini.
Semoga, dukungan serta motivasi dan juga doa yang telah mereka berikan dicatat sebagai
amal ibadah dan juga mendapatlan balasan yang terbaik dari Allah SWT. dan semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Pemakalah
I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................I
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................II
BAB I......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................3
A. Ketentuan umum beracara dalam sengketa ekonomi syari’ah......................................................3
B. Penyelesaikan Sengketa Ekonomi Sya’riah Dengan Gugatan acara Sederhana.............................4
1. Kriteria Gugatan Sederhana.......................................................................................................4
2. Biaya Perkara.............................................................................................................................5
3. Mekanisme Pendaftaran Gugatan Sederhana...........................................................................5
4. Tahapan Penyelesaian Gugatan Sederhana...............................................................................5
5. Peran Hakim Dalam Gugatan Sederhana...................................................................................6
C. Penyelesaian Sengketa Ekonomi Sya’riah Dengan Gugatan Biasa.................................................6
1. Tahap Pendaftaran Perkara.......................................................................................................6
2. Tahap PenanganPerkara di Persidangan....................................................................................7
3. Tahapan-tahapan Penangan Perkara Di Persidangan:...............................................................7
4. Pembacaan Surat Gugatan........................................................................................................8
5. Jawaban Tergugat......................................................................................................................8
6. Tahap Replik Penggugat.............................................................................................................8
7. Tahap Duplik..............................................................................................................................8
8. Pembuktian................................................................................................................................8
9. Kesimpulan Para Pihak...............................................................................................................8
10. Tahap Musyawarah Majelis Hakim........................................................................................9
11. Putusan Hakim.......................................................................................................................9
BAB III..................................................................................................................................................12
PENUTUP.............................................................................................................................................12
A. Kesimpulan..............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................13
II
III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Perkara Ekonomi Syariah Dengan Gugatan Acara Sederhana Dan Acara Biasa Di Indonesia
(Studi Antara Perma Nomor 14 Tahun 2016 Dengan Perma Nomor 2 Tahun 2015).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Penyelesaian sengketa ekonomi syariah dalam kurung waktu 2006 sampai 2016, berdasarkan
dari hasil penelitian, hukum formal atau hukum acara yang di gunakan untuk menyelesaikan
sengketa ekonomi syariah adalah hukum acara perdata sebagaimana ketentuan undang-
undang Pasal 54 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 junto Undang - Undang nomor 3
tahun 2006 tentang Peradilan Agama, bahwa hukum acara yang berlaku pada pengadilan
agama adalah hukum acara perdata yang berlaku pada pengadilan dalam lingkungan
peradilan umum, kecuali yang telah diatur secara khusus dalam Undang-Undang ini. Hukum
acara perdata tersebut sebagaimana yang berlaku di lingkungan peradilan umum, HIR (Het
Herzeine Inland Buitenggewesten) termasuk ketentuan yang diatur dalam Rv (Reglement of
de Rechtsvordering), KUH Perdata, UndangUndang Nomor 48 tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman, Undang-Undang Nomor 3 tahun 2009 tentang Mahkamah Agung dan
Undang-Undang Nomor 49 tahun 2009 tentang peradilan umum dan peraturan lain yang
berkaitan1. dalam hal pelaksanaan sengketa ekonomi syariah belum ada hukum formal yang
mengatur secara khusus tetang ekonomi syariah, hukum acara perdata yang digunakan
sebagai acuan dalam penyelesaian sengketa ekonomi syariah masih menggunakan hukum
acara perdata2. hukum acara perdata tersebut belum secara jelas memuat nilainilai syariah
yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 3 tahun 2006 tetang Pengadilan Agama
diperbarui dengan Undang-Undang Nomor 50 tahun 2009 yang menyatakan bahwa sengketa
ekonomi syariah harus diselesaikan dengan berdasarkan pringsippringsip syariah.
Lahirnya Perma Nomor 14 Tahun 2016 tetang tata cara penyelesaian sengketa ekonomi
syariah berdasarkan dari hasil penelitian bahwa lahirnya perma tersebut dalam sisi waktu
terlalu lama dari peraturan yang mengatur tetang kewenangan Pengadilan Agama
menyelesaikan sengketa ekonomi syariah, yaitu Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006
dibutuhkan waktu kurang lebih 10 tahun. Perma tersebut dalam dataran pelaksanaan
merupakan prodok aturan yang digolongkan sebagai hukum formilya ekonomi syariah,
Perma Nomor 14 Tahun 2016 sebagai hukum formil atau hukum acara dalam sisi aturanya
1
Amran Suadi,2017,Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah (Teori dan Praktek),Kencana.Hal.25
2
Ibit.Hal.77
3
apa berbeda dengan hukum acara perdata(HIR dan Rv) yang terlebih dahulu dipakai sebagai
hukum acara.
penyelesaian sengketa ekonomi syariah menurut Perma dan hukum acara perdata ada
perbedaan, yaitudalam Perma tersebut membedahkan pelaksanaan penyelesaian sengketa
dengan membedahkan besar kecilnya obyek sengketa.Hukum acara perdata tidak dibedahkan,
dalam hukum acara perdata hanya mengenal satu penyelesaian sengketa dengan acara biasa
Penggunaan sarana informasi berbasis teknologi dalam pemanggilan para pihak, juga dalam
tahap pembuktian yang bisa digunakan sarana informasi teknologi dalam hal hakim bisa
meminta keterangan Ahli dengan bantuan sarana informasi teknologi.3 dalam hukum acara
perdata tidak mengenal hal tersebut.
Perbedahan lainnya pelaksanaan putusan terkait eksekusi hak tanggungan dan fidusia menjadi
kewenangan Pengadilan Agama4 , dan yang paling penting Perma tersebut lahir disesuaikan
dengan hukum materiilnya yang terlebih dahulu dibuat yaitu Kompilasi Hukum Ekonomi
Syariah yang lahir tahun 2008 sehingga aturan hukum atau pijakan hukumnya mempunyai
nilai-nilai yang sama degan hukum materielnya yang paling menonjol dalam Perma Nomor
14 Tahun 2016 tersebut asas hukum Peradilan Agama yaitu, cepat.sederhana dan murah
terlihat jelas degan kurung waktu 25 hari pemeriksaan sederhana tersebut harus segera
diputus.terkait penerapan nilai-nilai syariah dalam Perma Nomor 14 Tahun 2019.
Apabila terjadi sengketa ekonomi syariah yang disebabkan oleh debitur yang melakukan
wanprestasi dan berujung di pengadilan, hal ini menjadi tugas para hakim di Pengadilan
Agama sebagaimana yang dijelaskan oleh UU No. 3 tahun 2006. Setiap perkara yang datang
kepada hakim, hakim dianggap tahu cara menyelesaikan masalah tersebut sesuai dengan
adagium ius curia novit. Maka penyelesaian sengketa ekonomi syari’ah bisa dengan dua cara
yaitu dengan gugatan acara sederhana dan acara biasa.
3
Wawan Muhwan Hariri,2011,hukum Perikatan,Pustaka Setia Bandung, Hal.337
4
Perma Nomor 14 Tahun 2016 Pasal 5
4
Adapun para pihak harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
Masing-masing satu penggugat dan tergugat yang merupakan orang perseorangan atau badan
hukum. Penggugat maupun tergugat dapat lebih dari satu apabila memiliki kepentingan
hukum yang sama; Penggugat dan tergugat berada dalam daerah hukum yang sama. Jenis
perkara berupa ingkar janji ataupun perbuatan melawan hukum, kecuali untuk perkara yang
telah dikecualikan, sengketa atas tanah dan/atau perkara yang masuk yurisdiksi pengadilan
khusus. Nilai gugatan materiil paling banyak Rp500.000.000,-. Perkara yang Dikecualikan
dari Gugatan Sederhana Perkara yang dikecualikan dari gugatan sederhana di antaranya:
2. Biaya Perkara
Besaran panjar biaya perkara ditetapkan oleh ketua pengadilan Agama setempat. Panjar biaya
tersebut dibayar oleh penggugat, sedangkan biaya perkara dibebankan kepada pihak yang
kalah sesuai dengan amar putusan. Penggugat yang tidak mampu dapat mengajukan
permohonan beracara secara cuma-cuma atau prodeo.
5
perdamaian; Pembuktian; dan Putusan Lama Penyelesaian Gugatan Sederhana Gugatan
sederhana diselesaikan paling lama 25 (dua puluh lima) hari sejak hari sidang pertama.
Tahapan pemeriksaan sengketa ekonomi syariah dengan acara biasa sebagaimana diatur
dalam hukum acara perdata5:
1) Pihak yang berperkara datang ke Pengadilan Agama dengan membawa surat Gugatan.
2) Pihak yang berperkara menghadap petugas meja pertama dan menyerahkan surat gugatan,
minimal 6 rangkap.
3) Petugas meja pertama (dapat) memberikan penjelasan yang di anggap perlu terkait perkara
yang diajukan, dan menaksir panjer biaya perkara yang kemudian ditulias dalam surat kuasa
untuk membayar atau SKUM. besarnya panjer biaya perkara diatur dalam pasal 193
R.Bg/pasal 182 ayat (1) HIR/pasal 90 ayat (1) UU-PA. biya tersebut digunakan untuk:
c) biaya untuk pemeriksaan setempat dan perbuatan hakim yang lain jika ada
5
Ibit.Hal.125
6
d) untuk membayar biaya pemanggilan,pemberitahuan dan biaya-biaya lain berkenaan
dengan perkara ini. jika biaya tersebut kurang pihak yang berperkara bisa dimintai biaya lagi
akan tetapi bila biaya tersebut masih akan dikembalikan kepada yang bersangkutan setelah
perkara selesai disidangkan.
4) Pihak berperkara membayar SKUM ke bank yang telah ditunjuk oleh Pengadilan Agama
yang besarnya sesuai yang tertera dalam SKUM.
5) Blangko Skum kemudian dikembalikan ke kasir, kasir menandatangani surat kuasa untuk
membayar, dan membubuhkan nomor urut perkara dan tanggal penerimaan perkara dalam
SKUM yang telah di bumui cap luasdan surat gugatan kepada pihak yang berperkara.
TahapPenanganPerkara di Persidangan Perkara yang sudah di daftarakan pada Pengadilan
Agama, oleh Penggugat.Pihak yang berkara maka langka selajutnya tinggal menunggu
pangilan sidang dari juru sita/atau juru sita pengganti.Panggilang sidang harus sampai kepada
para pihak sekurang-kurangnya 3 hari sebelum sidang.panggilan dilaksanakan di alamat para
pihak, jika tidak diketumukan maka panggila disampaikan melalui Kepala Desa/Lurah
dimana para pihak bertempat tinggal. Terkait tata cara pemanggilan sidang diatur dalam pasal
390 jo pasal 389 dan 122 HIR.Panggilan harus dilaksanakan secara resmi dan patut.
Perkara yang sudah di daftarakan pada Pengadilan Agama, oleh Penggugat.Pihak yang
berkara maka langka selajutnya tinggal menunggu pangilan sidang dari juru sita/atau juru sita
pengganti.Panggilang sidang harus sampai kepada para pihak sekurang-kurangnya 3 hari
sebelum sidang.panggilan dilaksanakan di alamat para pihak, jika tidak diketumukan maka
panggila disampaikan melalui Kepala Desa/Lurah dimana para pihak bertempat tinggal.
Terkait tata cara pemanggilan sidang diatur dalam pasal 390 jo pasal 389 dan 122
HIR.Panggilan harus dilaksanakan secara resmi dan patut.
Upaya Perdamaian, dalam perkara perdata biasanya sebelum dimulai sidang hakim wajib
menawarkan untuk mengupayakan adanya perdamaian atar para pihak yang berperkara,
dalam hukum acara perdata perdamian diatur dalam pasal 130 HIR/Pasal 154 R.Bg dan pasl
14 ayat (2) UU No.14 tahun 1970 jika upaya perdamaian tidak bisa maka langka selajutnya
hakim akan mengarakan para pihak untuk menempuh jalur mediasi sebagai mana yang diatur
dalam PERMA No 1 Tahun 2016 tata cara mediasi khusus perkara sengketa ekonmi syariah.
7
jika dalam tahap mediasi tersebut disepakati perdamaian maka akan dibuatkan akta
perdamaian dan akata perdamaian ini mempunyai kekuatan hukum sama denga putusan
hakim dan tidak bisa dimintakan Banding, kasasi dan Peninjauan Kembali, jika tidak ada
upayaperdamaian maka perkara di lanjutkan.
Bahwa hakim mempersilahakan pihak penggugat untuk membacakan surat gugatan, dan jika
dalam gugatan tersebut tidak ada perubahan, revisi atau pencabutan, maka langka
selanjutanya pihak hakim akan memberikan kesempatan pihak lawan untuk mengajukan
jawaban, sidang di tunda.
5. Jawaban Tergugat
Setelah pihak Penggugat membacakan gugatan pihak lawan diberi kesempatan mengajukan
jawaban, bisa lesan bisa tertulis hal tersebut diatur(Pasal 158 ayat(1) R.Bg). Dalam tahap
jawaban pihal Tergugat bisa mengajukan eksepsi, Atau gugatan rekopensi tanpa perlu
membayar biaya perkara.
Setelah tahapan Jawaban pihak Penggugat diberi kesempat untuk mengajukan bantahan atas
jawaban Tergugat atau bisa juga membenarkan jawaban Tergugat atau tetap pada gugatanya.
7. Tahap Duplik
8. Pembuktian
Tahap Pembuktian dalam sengketa ekonomi mengacu pada tahap pembuktian yang diatur
dalam acara perdata yaitudimana Penggugat di bebani kewajiban untuk membuktikan dalil-
dali yang di sampaikan dalam gugatannya dan sebaliknya Tergugat juga dibani untuk
membuktikan dalil bantahannya sebagaimana yang diatur dalam Pasal 163HIR/283 RBg.
8
Bahwa pada acara ini setelah kedua belah pihak mengjukan pembuktian baik tertulis dan
saksi maka tahapan selanjutnya adalah Para Pihak diberi kesempatan untuk mengajukan
kesimpulan hasil dari pemeriksaan sidang selama perkara berlangsung kepada majelis hakim.
Rapat musyawarah hakim tersebut dilaksanakan secara tertutup dan bersifat rahasia
sebagaimana diatur dalam Pasal 19 ayat (3) Undang-Undang No.4 tahun 2004 bahwa dalam
rapat tersebut semua hakim menyampaikan pendapatnya baiklesan dan tertulis, jika terjadi
perbedaan pendaat maka diambil suara terbanyak, dan pendapat yang berbeda tersebut dapat
di muat dalam putusan(dissenting oponion).
Setelah hakim selesai musyawar dan telah menghasilkan putusan,maka hakim sesuai yang
dijadwalkan akan membacakan putusan. setelah di bacakan putusan tersebut bagi pihak yang
tidak puas dengan putusan hakim bisa megajukan upaya hukum dalam tenggang waktu 14
hari setelah putusan di ucapakan. apabila salah satu pihak tidak hadir, maka juru sita akan
memnyampaikan isi putusan atau putusan tersebut kepada pihak yang tidak hadir, dan jika
pihak yang tidk hadir tidak puas dengan putusan hakim bisa mengajukan upaya hukum
banding dalam kurung waktu 14 hari setelah putusan di terima yang bersangkutan.
9
Pengajuan Bukti-Bukti Harus bersamaan dengan Pada saat sidang beragenda
pendaftaran perkara pembuktian
Pendaftaran perkara Paling lama 2 hari Paling lama hari
menunjukan hakim dan
panitera sidang
Pemeriksa dan pemutus Hakim tunggal Majelis Hakim
Pemeriksaan Pendahuluan Ada Tidak Ada
Mediasi Tidak Ada Ada
Kehadiran Para Pihak Penggugat dan Tergugat Penggugat dan Tergugat
wajib menghadiri setiap tidak wajib menghadiri
persidangan secara langsung setiap persidangan secara
(impersonal) Meski punya langsung (impersonal)
kuasa hukum
Konsekuensi ketidakhadiran Gugatan dinyatakan gugur Gugatan tidak dinyatakan
penggugat pada sidang gugur
pertama tanpa alasan yang
sah
Pemeriksaan Perkara Hanya gugatan dan jawaban Dimungkinkan adanya
tuntutan provisi, eksepsi,
rekonvensi, intervensi,
replik, duplik dan
kesimpulan
Batas waktu penyelesaian 25 hari sejak sidang pertama 5 bulan
perkara
Penyampaian Putusan Paling lambat 2 hari sejak Paling lambat 7 hari sejak
putusan diucapkan putusan diucapkan
Upaya hukum dan batas Keberatan (7 hari sejak Banding (3 bulan ), Kasasi
waktu penyelesaiannya majlis hakim ditetapkan) (3 bulan) dan Peninjauan
Kembali (3 bulan)
Batas waktu pendaftaran 7 hari sejak putusan 14 hari sejak putusan
upaya hukum diucapkan atau diucapkan atau
diberitahukan diberitahukan
Kewenangan pengadilan Tidak Ada Ada
10
tingkat banding dan MA
Penanganan perkara ekonomi syariah dengan cara sederhana mengacu kepada Perma 2/2015
tentang Tata Cara Penyelesaian Gugatan Sederhana atau biasa dikenal dengan istilah small
claims court. Sementara itu, penanganan perkara ekonomi syariah dengan cara biasa tetap
mengacu kepada pelbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkara atau sengketa ekonomi syariah dapat diajukam dalam bentuk gugatan
sederhana maupun dengan cara gugatan acara biasa. Perbedaan antara gugatan
sederhana dan acara biasa salah satunya terletak pada jumlah nilai kerugiannya yaitu
jika gugatan dengan acara sederhana maksimal Rp 200.000.000 dalam perkara
wanprestasi dan Perbuatan Melawan Hukum (PMH), dengan mengecualikan perkara
yang diselesaikan pengadilan khusus dan sengketa atas tanah. Akan tetapi dalam
Acara Biasa di atas Rp 200.000.000 dalam sengketa keperdataan tanpa batasan. Jika
dalam Gugatan sederhana hanya Pengadilan Tingkat I dan tidak ada upaya hukum
lain, kecuali keberatan yang diajukan pada ketua pengadilan yang mempunyai hak
dalam memutus perkara tersebut dan tenggang waktu penyelesaian 25 hari sejak
sidang hari pertama, berbeda dengan upaya hukum acara biasa selain pengadilan
tingkat pertama, juga bisa ke Pengadilan Tinggi Agama (Banding) dan Mahkamah
Agung (Kasasi dan PK) dengan tenggang waktu sampai 5 bulan.
12
DAFTAR PUSTAKA
13