Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh:
Puji syukur kehadrat Allah SWT. penulis panjatkan atas segala rahmat dan
tugas penyusunan skripsi ini, shalawat dan salam semoga tetap dilimpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Rasul paling mulia dan penutup para nabi, serta iringan doa untuk
keluarga, sahabat dan seluruh pengikut yang setia sampai akhir zaman.
diselesaikan dengan baik. Untuk itu terima kasih yang tidak terhingga kepada Ayahanda
dan bondaku, Atan bin Hj. Gombang dan Siti Saayah binti Hj. Othman, yang sentiasa
mengisi seluruh ruang hatiku dengan segala pengorbanan mereka yang telah memberikan
skripsi ini.
Tidak lupa juga proses penyelesaian skripsi ini karena bantuan berbagai pihak.
Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta staf-stafnya.
2. Drs. H. A. Basiq Djalil, SH, MA, dan Kamarusdiana S. Ag, M.H, masing-masing
bimbingan, kritik, saran dan banyak meluangkan waktu dengan penuh kesabaran.
Manjung, Perak, Ustaz Eddy, Ustaz Ibrahim, Ustaz Idham, Ustaz Fuzi, Ustaz
Baha, Ustazah Zuraida, dan seluruh warga APID yang memberikan dorongan,
semangat, kesabaran dan bersama dalam pahit dan manis tidak akan kulupakan
5. Kepada Penolong Pegawai Jawatankuasa Bagian Zakat dan Fitrah, Pusat Urusan
Zakat Johor, Puan Jamilah binti Saad, dan staf-staf di Majlis Agama Islam Negeri
Johor.
6. Kakandaku yang kusayangi, Saifullah, Abdul Hadi beserta Istrinya Kak Aisah,
Muhd Sollahuddin dan istrinya kak Kamarul Hairus, tidak lupa juga, Adindaku,
Muhammad Khalil, Siti Zainab, Siti Nabilah, Siti Adibah, Nabiha dan
7. Kepada yang teristimewa, Noraini binti Mat Saad yang sentiasa bersama penulis
dalam suka dan duka, yang sentiasa memberikan dorongan serta semangat kepada
penulis dalam menyusun skripsi ini dan juga yang setia menantikan penulis dari
jauh.
8. Buat teman-teman kosanku yang sangat ceria dan mengharungi bersama pahit
manis, Hazrin, Mohd Firdous, Mohd Muizzuddin, Mohd Ishraff, Mohd Fami
Zulhaizad, Rais, Muhibburrahman, Anuar, Zulkifli, Baha, Shafie, Tarmidzi,
Program Studi Siyasah Syariah, terima kasih saya ucapkan. Serta tidak lupa
10. Semua pihak yang terlibat dan yang telah membantu penulis dalam penulisan
skripsi ini sehingga selesai, dan semua sahabat yang berada di Malaysia.
Demikian sudah penulis memberi ucapan terima kasih kepada semua pihak dan
harapan penulis semoga Allah SWT yang membalas Segala jasa dan budi baik kalian.
Penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat kepada pihak-pihak yang
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................... iv
BAB I : PENDAHULUAN
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................... 78
B. Saran-Saran ......................................................................... 79
LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................. 84
BAB I
PENDAHULUAN
Umat Islam adalah umat yang mulia, umat pertengahan yang dipilih Allah
untuk mengembangkan risalah agar mereka menjadi saksi atas segenap umat dan
bangsa. Tugas umat Islam adalah untuk mewujudkan tata kehidupan dunia yang adil,
Bahwa kenyataannya umat Islam kini jauh dari kondisi yang diharapkan, yaitu
sebagai akibat yang belum mampu mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri.
Umat Islam memiliki potensi sumber daya manusia dan ekonomi yang melimpah.
Jika seluruh potensi itu dikembangkan dengan saksama, diangkat dengan potensi
akidah Islamiyyah dan kandungan Islam yang jernih, akan memperoleh hasil yang
optimal.1
Salah satu pokok ajaran Islam yang belum ditangani secara serius adalah
pendayaan zakat dalam arti yang seluas-luasnya sebagaimana yang telah dilakukan
dan dicontohkan oleh Baginda Rasulullah SAW. serta para penerusnya dizaman
kegemilangan Islam.2
1
Gustian Djuanda, S.E., M.M, dkk, Pelaporan Zakat Pengurang Pajak Penghasilan (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h.285.
2
Didin Hafidhuddin, dkk, Panduan Zakat Praktis: Edisi Penghasilan (Jakarta: PT. Parindo
Tri Pustaka, 2005), h. 1.
Zakat adalah salah satu rukun Islam yang merupakan kewajiban agama yang
dibebankan atas harta kekayaan seseorang menurut aturan yang tertentu.3 Zakat juga
adalah salah satu kewajiban yang sangat penting bagi masyarakat mukmin yang
pendapatan atau harta guna yang diberikan kepada mustahik yang telah ditetapkan
oleh Syariah Islam.4 Hampir setiap ayat yang menyuruh mengerjakan shalat akan
selalu diiringi dengan perintah mengeluarkan zakat. Perkataan zakat yang disebut
didalam Al-Quran ada sebanyak 82 kali.5 Setiap ayat yang menyuruh mengeluarkan
zakat selalu dirangkaikan dengan perintah mendirikan shalat karena zakat merupakan
rukun Islam yang kedua. Ini menunjukan bahwa zakat adalah kewajiban yang sangat
penting. Shalat adalah merupakan sarana komunikasi utama diantara manusia dengan
penciptanya Allah SWT., sedangkan zakat pula adalah sarana komunikasi utama
Zakat termasuk dalam kategori ibadah wajib seperti shalat, haji, dan juga
puasa dibulan Ramadhan yang telah diatur berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah. Ia
juga sekaligus merupakan amal sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat
3
Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf (Jakarta:UI Press,1998), h.1.
4
Lili Bariadi, dkk, Zakat Wirausaha (Jakarta: CV. Pustaka Amri, 2005), Cet. Ke-1, h. 6.
5
Ahmad M Saepudin, Studi Nilai-Nilai Ekonomi Islam (Jakarta: Media Dakwah, 1984), h.
68.
6
Gustian Djuanda, S.E., M.M, dkk, Pelaporan Zakat Pengurang Pajak Penghasilan (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h. 10.
7
Ibid., h. 13.
Dalam kehidupan manusia, pasti mengharapkan kesejahteraan, baik dari
sering berdoa dan memohon kepada Allah SWT., untuk keselamatan dunia dan
akhirat. Salah satu doa yang sering diucapkan dan dibacakan adalah doa yang termuat
Jelas sudah dengan dibaca ayat ini, akan menjadi petunjuk bahwa setiap
manusia mengharapkan kehidupan yang sejahtera di dunia dan akhirat. Dalam upaya
mencari kesejahteraan itu, disinilah zakat mempunyai peranan yang sangat penting
keperluan hidup yang tidak dapat dipenuhinya sendiri. Sedangkan manfaat zakat bagi
hal materi atau dalam istilah lain yaitu golongan ini disebut dengan sebutan orang
kaya atau berkemampuan untuk membantu golongan yang tidak mampu dilingkungan
mereka, seperti orang fakir, miskin dan sebagainya. Semua itu adalah bentuk
tersebut akan disalurkan, sehingga zakat menjadi suatu nilai ibadah bagi yang
menerima zakat dan orang yang berhak menerima zakat ini lebih dikenal dengan
nama mustahik zakat sebagaimana yang terdapat didalam firman Allah SWT.:
89 :/($;< (☺6#7 4
@!A,B '(☺C ) +:78=>?
&FGHI?+J +!D ☺ (EC )
GMFJOE?E/ &⌧=K⌧:☺C )
0 :/QR P!)
@T"U(V P!) +!ASQ +C )
W @T"U @!C )
^ ) B [\]S %&XYZQ:>
(٦٠:٩\ )ا ﺏY",U( _?+J
Oleh karena itu, penulis melihat ada perlunya suatu kajian serius mengenai
masalah mustahik yang dari dulu tidak pernah jelas akan jalan penyelesaiannya. Akan
tetapi pada penulisan ini, penulis akan hanya membatasi dalam permasalahan
mengenai mustahik yang berhutang atau dikenal dengan nama gharim, yaitu orang
yang berhutang sehingga timbul pertanyaan "gharim yang bagaimana yang berhak
dan layak untuk menerima zakat dan yang tidak berhak menerima zakat".
Gharim juga termasuk didalam golongan mustahik zakat. Didalam hal ini
persoalan akan timbul terhadap mustahik tersebut dan juga amil zakat itu sendiri.
Dari uraian diatas, perlu dibuat kajian untuk mendalami hal tersebut. Oleh
1. Pembatasan Masalah
Zakat merupakan sebuah kajian yang luas, seperti analisis mengenai harta
yang wajib dizakati, berapa kadar zakatnya dan juga masalah terhadap mustahik
yang berhak menerima zakat. Menurut Al-Quran, mustahik zakat terdiri dari
delapan golongan yaitu fakir, miskin, amil zakat, muallaf yaitu saudara yang
baru memeluk agama Islam, riqab, gharim, sabilillah dan juga ibnu sabil.
Delapan golongan yang berhak menerima zakat ini terdapat didalam firman
Allah SWT. pada Surah At-Taubah ayat 60. Dengan berlatarbelakangkan dari
zakat hanya pada masalah gharim. Dalam Fiqh Klasik penulis hanya membatasi
kepada empat Imam Madzhab. Dan pada Fiqh Kontemporer pula penulis hanya
2. Perumusan Masalah
Dalam penulisan skripsi ini, masalah pokok yang penulis rumuskan
adalah:
berhak dan tidak berhak untuk menerima zakat menurut pandangan fikih.
1) Dapat memahami yang dimaksud dengan gharim yang berhak dan tidak
Kontemporer.
2) Menambah pengetahuan kepada masyarakat tentang masalah orang yang
berhutang yang mana berhak dan tidak berhak untuk menerima zakat
Skripsi yang menjadi pilihan penulis adalah skripsi dari Hadi Hermanto,
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjudul Peran USZ (Unit Salur Zakat) untuk
Persamaan yang dapat diambil dari skripsi tersebut adalah tentang penyaluran
zakat kepada mustahik yang berhak menerimanya. Dia juga memfokus terhadap zakat
dan ketentuannya yaitu zakat yang bersifat konsumtif tradisional yang mana
dibagikan kepada mustahik untuk dimanfaatkan secara langsung seperti zakat fitrah
dan juga penyaluran yang bersifat kunsumtif kreatif yaitu ia diujudkan didalam
bentuk lain dari barangnya semula, seperti diberikan didalam bentuk alat-alat sekolah
undang zakat nomor 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, akan tetapi skripsi ini
tidak menggunakannya bahkan hanya fokus terhadap fikih klasik dan juga fikih
8
Hadi Hermanto, Peran USZ (Unit Salur Zakat) Untuk Meningkatkan Kesejahteraan
Mustahik (Skripsi jurusan Muamalat Fak. Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2009).
mustahik zakat tetapi penulis hanya fokus kepada gharimin supaya gharim mendapat
Fokus penulis didalam penulisan skripsi ini adalah karena gharim adalah
orang yang terlibat dalam mainan utang, dan utang itu dilakukan bukanlah karena
penyelidikan literatur kepustakaan yang ada relevensi atau kaitannya dengan judul
skripsi, khususnya tentang zakat yang menjadi topik permasalahan. Disamping itu
wawancara dengan pengurus bagian zakat di wilayah Johor yaitu Puan Jamilah binti
Saad, penolong pegawai jawatankuasa bagian zakat dan fitrah serta pengkajian
yang ada didalam buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum
F. Sistematika Penulisan
singkat mengenai isi dari skripsi dalam lima bab, dan tiap babnya terdiri dari sub-sub
bab yang tentunya antara satu bab dengan bab lainnya yang mempunyai keterkaitan.
Bab satu merupakan uraian tentang alasan pemilihan judul, pembatasan dan
Bab kedua ini, penulis membahas mengenai pengertian dan dasar hukum
zakat, syarat–syarat dan rukun zakat, macam–macam zakat, mustahik zakat, tujuan
dan hikmah zakat, serta kedudukan gharim didalam hukum Islam dan bagaimana
Bab ketiga ini pula penulis membahas tentang makna gharim didalam fikih
klasik dan juga fikih kontemporer serta kriteria yang bagaimana harus ada pada
Bab keempat ini, penulis membahaskan tentang studi kasus yang dikaji di
Pusat Urusan Zakat di wilayah Johor. Penulis membahas tentang wewenang yang
dilakukan didalam hal ehwal zakat dan juga membahas fungsi serta pelaksanaan zakat
di negeri Johor. Didalam bab ini juga penulis mengangkat kasus-kasus yang terjadi di
Bab kelima sebagai bab terakhir dari seluruh isi skripsi ini dan berisi
kesimpulan dan saran dan harapan penulis agar penulisan skripsi ini menjadi suatu
1. Pengertian Zakat.
Harta tersebut dinamakan zakat karena harta itu akan menjadi bertambah
9
Gustian Djuanda, S.E., M.M, dkk, Pelaporan Zakat Pengurang Pajak Penghasilan
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h.285.
10
Hasbi ash-Shidieqy, Pedoman zakat, (Semarang: Pustaka Rizki, Putra, 1999), Cet. ke 1, h.
3.
11
M. Abdul Mudjieb, dkk. Kamus Istilah Fiqh, (Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 1995), Cet. Ke.
2, h 427.
12
Moh. Rifa’i dkk, Kifayatul Ahyar, (terj), (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1997) Jilid. I, h. 357.
Artinya: “Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah
pada harta manusia, Maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah.
dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk
mencapai keridhaan Allah, Maka (yang berbuat demikian) Itulah
orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).” (Q.S. Ar-Rum (
30): 35)
kebendaan yang diwajibkan oleh Allah SWT, agar orang yang kaya menolong
orang yang miskin didalam bentuk sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan
oleh Yusuf al-Qardhawi yang mengatakan bahwa zakat adalah ibadah maaliyah
(a). Az-Zakat (zakat) seperti pada ayat 110 pada surat al-Baqarah:
IjI?;< W ☺/)g)
j IjXx3y W E )
B,8=#z{ W St$:7E +S)
($ I)$,v)S HG(- n ]S
13
Mahmud Syalthut, al-Fatawa, (tt. Darul Kalam: tth), h. 114
14
Yusuf al-Qardlawy, al-Ibadah fi al-Islam, (Mesir: ar-Risalah, 1979) h. 251
(☺ K 3u7 B
(١١٠ : ٢ \ | ) اــــةH,<+ [mE?(☺E:
Artinya: “Dan Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa
110).
ayat 103
GM~ifCS)g n S "E{
GMEttv:E %&:/($'
@T') &FO MFHck+yE)
(p:jI?' 3u7 W GMvC"I?+J
"☺(V ^ ) B GM~i ⌦ :B(V
(١٠٣ : ٩ \ ? _ ) اـــــ ﺏ+J
Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan15 dan mensucikan16 mereka dan mendoalah
untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi
Maha Mengetahui.” (Q.S. At-Taubah (9): 103)
(c). An-Nafaqah (infak) seperti yang ditemukan pada surat at-Taubah ayat 34:
+! /K &F[$)r6 +Z
%HXx 3u7 W d%+S
+Un.{ [\]S
+uE?k>r": @u +pt )
3 3 +efCS)g
15
Maksudnya: zakat itu membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta yang berlebih-
lebihan kepada harta benda.
16
Maksudnya: zakat itu menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati mereka dan
memperkembangkan harta benda mereka.
[m)$<+Z) @T +UC
B @T"U(V +
[m)bB+Z [ /K )
X) :&Y=C ) '?(tK/
@T"U(V ! &F+87=%Z
e0 ⌧"(E MEtH,+p:>
(٣٤ : ٩ \ ) ا ﺏO)g
(d). Al-Haq (hak) seperti yang terdapat pada surat al-An’am ayat 141:
Zakat mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam Islam, hal ini
karena zakat merupakan salah satu unsur dari rukun Islam, dan zakat
ditempatkan sebagai rukun penting yang kedua setelah Ibadah shalat. Terdapat
17
Hasbi ash-Shidieqy, Pedoman zakat, (Semarang: Pustaka Rizki, Putra, 1999), Cet. ke 1, h.
5.
18
Gustian Djuanda, S.E., M.M, dkk, Pelaporan Zakat Pengurang Pajak Penghasilan
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h.14.
kaya dan si miskin, maka zakat pula membuktikan persaudaraan tersebut dalam
miskin.19
Para ulama’ bersepakat bahwa hukum zakat ini adalah wajib atas setiap
SWT yaitu:
menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus” (Q.S.
Al-Bayyinah ( 98): 5)
19
Ahwi Shihab, Islam Inklusif, (Bandung, Mizan, 1998), h. 268
20
Maksudnya: Lurus berarti jauh dari syirik (mempersekutukan Allah) dan jauh dari
kesesatan.
I+ ($&F8 W #B:)
W ☺/)r:> j 3 3%
W E ) IjI?;<
W ☺,<+n ) Ij⌧k3y
W B:G+S Et
-E#) j I¢G(☺C -ME:>
(٧٨ : ٢٢ \ $ـــ% ) اH,<3%
Artinya: “Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-
benarnya. dia Telah memilih kamu dan dia sekali-kali tidak
menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah)
agama orang tuamu Ibrahim. dia (Allah) Telah menamai kamu
sekalian orang-orang muslim dari dahulu21, dan (begitu pula) dalam
(Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya
kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, Maka Dirikanlah
sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali
Allah. dia adalah Pelindungmu, Maka dialah sebaik-baik pelindung
dan sebaik- baik penolong.” (Q.S. Al-Hajj (22): 78)
Dasar hukum zakat ini juga dijelaskan dalam hadits Rasulullah SAW:
&' اﺏــ& زی' اﺏــ% وه اﺏـ& ﻡ,ــ- .' ﺡ0 أﺏ.' ﻡــد ﺡ3& ــ'ا
ـــ<م5 ا0 ﺏ: ,4ــ5 و3 ا64- 3ــ ل ا5ــل ر9 : اﺏ& ـ& اﺏ!ـ3ــ'ا
ــم ا>ــ<ة9 وا3ــ ل ا5'ا ر% وان ﻡ3 اا: ﺵ@دة ان ا: =ـ64
Artinya: “Dari Abdullah Mu’ad Ashim Ibnu Muhammad Ibnu Zaidi Ibnu
Abdullah Ibnu Umara dari bapaknya berkata Abdullah, telah
bersabda Rasulullah SAW.: “ Islam didirikan atas lima sendi, yaitu
bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad Rasulullah,
mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji ke Baitullah dan berpuasa
di bulan Ramadhan”. (Riwayat Muslim)22
21
Maksudnya: Dalam kitab-kitab yang Telah diturunkan kepada nabi-nabi sebelum nabi
Muhammad s.a.w.
22
Imam Nawawi, Hadith Arbain. Penerjemah Ibnu Nizhamuddin; Tim Gip. Cet.1. (Jakarta:
Gema Insani Press), h.24.
B. Syarat-Syarat dan Rukun Zakat
Zakat dalah pemberian hak yang wajib dalam bentuk harta kepada yang
Zakat merupakan salah satu dari bagian rukun Islam yang lima, yaitu rukun
yang ketiga dari rukun Islam, sesudah dua kalimat syahadat dan shalat. Dalam
masalah zakat tentunya tak lepas dari permasalahan syarat-syarat zakat dan
rukunnya.23
Adapun yang menjadi syarat-syarat zakat secara umum atau kewajiban zakat
1. Beragama Islam
2. Taklif
4. Kepemilikan sempurna
5. Kepemilikan Nisab
6. Mencapai haul yaitu artinya mencapai satu tahun memiliki harta yang akan
dikeluarkannya.
8. Mengetahui kewajibannya
23
Ahwi Shihab, Islam Inklusif, (Bandung, Mizan, 1998), h. 288
24
Abdurrahman & Mubarak, Zakat dan Peranannya Dalam Pembangunan Bangsa Serta
Kemaslahatan Bagi Umat. (Bogor: CV, Surya Handayani Pratama, 2002), Cet. Ke. 1, h. 22.
Menurut Muhammad Daud Ali, adapun yang menjadi syarat-syarat zakat itu
adalah:
1. Pemilik yang pasti, yaitu sepenuhnya berada pada kekuasaan yang punya harta,
3. Melebihi kebutuhan pokok, yaitu harta yang dimiliki oleh seseorang itu
melebihi kebutuhan yang diperlukan oleh diri dan keluarganya untuk hidup
4. Bersih dari hutang, artinya harta yang dimiliki oleh seseorang itu terbebas dari
ikatan perjanjian hutang piutang, baik kepada Allah SWT maupun kepada
sesama manusia
zakatnya.
6. mencapai haul yaitu artinya harus mencapai waktu tertentu pengeluaran zakat,
Adapun menurut Prof. Dr. Yusuf al-Qardhawi, yaitu syarat-syarat harta yang
Yang dimaksud penuh adalah bahwa kekayaan itu harus berada dibawah
25
Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, (Jakarta: UI Press, 1998.,
h.25.
26
Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, (Jakarta: UI Press, 1998.,
h. 41.
itulah yang membuat manusia lain dapat menggunakannya, dan
mengembangkan kekayaan sendiri atau oleh orang lain. Karena itulah wajar
dimilikinya.
Yang dimaksud kekayaan berkembang itu adalah bahwa sifat kekayaan itu
ketentuan sendiri, yaitu sejumlah tertentu yang didalam ilmu fikih disebut
sebagai nisab, atau dengan kata lain jumlah minimal harta kekayaan yang harus
dikeluarkan zakatnya.
Yang dimaksud lebih dari kebutuhan biasa disini adalah lebih dari
Pemilik sempurna yang dijadikan persyaratan wajib zakat dan harus lebih
dari kebutuhan primer. Haruslah cukup senisab yang sudah bebas dari hutang.
27
Didin Hafidhuddin, dkk, Panduan Zakat Praktis: Edisi Penghasilan (Jakarta: PT. Parindo
Tri Pustaka, 2005), h.32.
Maksudnya adalah pemilik harta ditangan pemilik tersebut telah berlaku
masanya satu tahun. Dan persyaratan ini hanya berlaku buat ternak, uang dan
Adapun para fukaha bersepakat bahwa zakat diwajibkan kepada orang yang
merdeka, muslim, baligh, dan berakal yaitu mengetahui bahwa zakat adalah wajib
hukumnya, disamping harus memenuhi persyaratan harta lainnya. Akan tetapi para
ulama’ berbeda pendapat berkenaan dengan harta si anak kecil dan orang gila,
menurut persyaratan umum diatas, tidak terkena kewajiban berdasarkan hadits Nabi
SAW:
& ,4 اLM ر:ل9 ,45 و3 ا64- 0 & ا64 & 6%B ا0& =!' & اﺏ
.N ی6 ن ﺡO و& ا,4% ی6 ﺡ0> و& اP!I ی6 ﺡ,Q & ا: .<.
( اﺏ داودJ)روا
Artinya: “Dari Khalid Ibn Abi Dhuha dari Ali bahwasanya Rasulullah SAW. telah
bersabda: Pena terangkat dari tiga golongan, yaitu dari orang tudur
sampai ia bangun, dari anak-anak sampai ia dewasa, dan dari orang gila
28
Didin Hafidhuddin, dkk, Hukum Zakat, (terj), (Jakarta: PT, Pustaka Mizan, 1999), Cet. Ke.
1, h. 125.
29
Imam Abu Daud, Kitab Sunan Abi Daud (Mishr: Darul Fikr), Juz II, h.544.
Para ulama’ Hanafiah dan Imamiah mengatakan bahwa berakal dan baligh
merupakan syarat diwajibkan mengeluarkan zakat.30 Maka harta orang gila dan anak-
anak tidak wajib untuk dizakati. Sedangkan menurut Imam Maliki, Hanbali, dan
Syafi’e berpendapat bahwa berakal dan baligh tidak menjadi syarat, maka dari itu
harta orang gila dan harta anak-anak wajib dizakati dan walinya yang harus
mengeluarkannya.31
harta anak-anak kecil dan orang gila, karena zakat itu adalah fardhu ain yang
diharapkan terhadap harta, maka siapa saja yang berharta baik dia masih kecil atau
sudah mukallaf, baik dia berakal ataupun tidak, wajib mengeluarkan zakat. Adapun
nisab (harta), dengan melepaskan kepemilikan terhadapnya sebagai milik orang fakir,
dan menyerahkan kepadanya atau harta tersebut diserahkan kepada walinya, yakni
C. Macam-Macam Zakat
Pada garis besarnya zakat dibagi menjadi dua macam, yaitu yang
berhubungan dengan jiwa yang disebut “zakat fitrah” (pribadi) dan yang berhubungan
30
Tim Penyusun IMZ, Panahan Zakat Praktis, (Jakarta: Institut Manajemen Zakat, 2002), h.
37
31
M. Zuhri, Fiqh Lima Madzhab, (terj), (Jakarta: Penerbit Lentera, 2002), h. 177
32
Hasbi ash-Shidieqy, Pedoman zakat, (Semarang: Pustaka Rizki, Putra, 1999), Cet. ke 1,
h.23.
1. Zakat Fitrah
Secara harfiah zakat fitrah (zakat al fitri) berarti zakat berbuka puasa. Ini
berkaitan dengan berakhirnya puasa Ramadhan dan tibanya hari raya puasa atau
Idul Fitri. Zakat ini disebut zakat an-nafs, artinya zakat jiwa. Maksudnya zakat
untuk mensucikan jiwa orang yang berpuasa dari ucapan kotor dan perbuatan
Zakat firtah yaitu zakat yang wajib diberikan oleh setiap muslim setahun
sekali (pada saat Idul Fitri) berupa makanan pokok sehari-hari (beras, jagung,
dan sebagainya).33
Zakat fitrah atau zakat jiwa ini dihubungkan dengan bulan suci
Ramadhan dan hari raya Idul Fitri. Karena itu dinamakan juga zakatul fitri.34
Zakat fitrah ini merupakan zakat yang berbeda dari zakat-zakat yang
penyucian jiwa juga, tetapi titik beratnya adalah penyucian atau keberkatan
harta sehingga harta yang dizakati terpelihara, subur dan berkembang. Maka
Ketentuan hukum wajib pelaksanaan zakat fitrah ini terdapat pada Al-
Quran:
33
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), ed. 3, Cet. Ke.2, h. 1279
34
Zakiah Daradjat, Zakat Pembersih Harta dan Jiwa, (Jakarta: CV. Ruhama, 1999), Cet. Ke
6, h. 68
35
Didin Hafidhuddin, dkk, Hukum Zakat, (terj), (Jakarta: PT, Pustaka Mizan, 1999), Cet. Ke.
1, h.199.
+⌧k:) . j ^£+y: +S (⌧I?C>)g n$:/
– ١٤ \ ٨٧ \ 64 )اــــــــj K'<:> I -V
( ١R
Artinya: “Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan
beriman). Dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia shalat (Idul
Fitri)” Q.S. Al-A’laa: 87: 14-15)
Banyaknya zakat fitrah yang harus dikeluarkan adalah satu sha’ (kira-
kira 3 setengah liter). Zakat fitrah hukumnya wajib atas seseorang itu baik untuk
dirinya maupun untuk keluarga yang menjadi tanggungannya seperti anak dan
istrinya, begitu pula pembantu yang mengurus pekerjaan dan urusan rumah
tangga.36
miskin pada hari raya Idul Fitri, juga dimaksudkan untuk membersihkan dosa-
Zakat maal adalah kadar harta kekayaan yang wajib dikeluarkan oleh
36
Sayid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, (Beirut: Dar. Al-Fikr, 1983), jilid. 1. h. 394.
37
Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, (Jakarta: UI Press, 1998.,
h.49.
38
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), ed. 3, Cet. Ke.2, h.1110.
Sedangkan zakat maal dalam Ensiklopedia Islam adalah sebagian dari
harta kekayaan seseorang atau badan hukum yang wajib diberikan kepada
a. Orang Islam
e. Mempunyai nisab
ialah satu tahun atau 12 bulan selain dari pada zakat tanaman dan buah-
buahan yang waktu zakatnya ialah pada waktu panen atau waktu
a. Zakat ternak (hewan) yaitu: unta, sapi, kerbau, kambing dan domba
b. Zakat hasil pertanian yaitu padi, jagung, gandum, biji-bijian dan buah-
c. Zakat hasil tambang, baik dalam bentuk mata uang atau barang.
D. Mustahik zakat
menerima zakat adalah orang yang miskin saja. Setelah tahun ke-9 hijrah, Allah SWT
89 :/($;< (☺6#7
@!A,B '(☺C ) +:78=>?
&FGHI?+J +!D ☺ (EC )
41
Didin Hafidhuddin, dkk, Panduan Zakat Praktis: Edisi Penghasilan (Jakarta: PT. Parindo
Tri Pustaka, 2005), h. 37.
GMFJOE?E/ &⌧=K⌧:☺C )
0 :/QR P!)
@T"U(V P!) +!ASQ +C )
W @T"U @!C )
^ ) B [\]S %&XYZQ:>
(٦٠ : ٩ \ )ا ﺏY",U( _?+J
Dari ayat diatas jelas bahwa mustahik zakat terdiri dari delapan golongan
1. Fakir.
Yang dimaksud dengan orang fakir ialah orang yang tidak memiliki harta
tidak dapat terpenuhi. Walaupun memiliki rumah tempat tinggal, pakaian yang
pantas bagi dirinya, ia tetap dianggap fakir selama sebagian besar kebutuhan
yang tidak berharta dan orang yang tak berpenghasilan atau punya harta atau
penghasilan tetapi tidak mencukupi, seperti orang yang membutuhkan sepuluh tetapi
2. Miskin.
42
Lahmudin Nasution, Fiqh, (Jakarta: Logos, 1995), Cet. ke. 1, h. 175.
43
Zaid Husen a-Hamida, Fiqhul Muyassar, (Jakarta: Pustaka Amani, 1994), h. 191.
Miskin adalah orang yang mempunyai tempat tinggal, namun tidak bias
tersebut seperti makan, minum dan pakaian dalam batas sederhana (sekedar
sepuluh sedang ia hanya mempunyai tujuh, begitu pula orang yang sanggup
Para ulama berpendapat bahwa fakir dan miskin adalah dua kata yang
mempunyai arti sama yaitu orang yang serba kekurangan atau yang benar-benar
membutuhkan. Ada pula yang digabung mengatakan bahwa dua kata ini memiliki arti
yang berbeda karena kalau keduanya mempunyai arti yang sama, niscaya Allah SWT
3. Amil Zakat
Mereka hendaklah diambil dari kaum Muslimin, bukan dari golongan orang
yang tidak dibenarkan menerima zakat. Syarat menjadi amil, harus mengetahui
dan membagikannya, ia haru jujur, sebab tugas itu merupakan amanat, maka
orang yang fasiq, pemabuk maupun orang-orang yang suka menyeleweng, tidak
boleh menjadi amil.44 Bila bagian amil ternyata lebih besar dari jumlah
upahnya, maka sisanya itu dialihkan kepada mustahik yang lainnya, sedangkan
bila jumlah bagian amil itu kurang dari upahnya, Imam harus memenuhi upah
mereka.45
4. Muallaf.
lembut kepada Islam, yakni orang yang baru masuk Islam dan belum tegar
zakat.47
mendamaikan sengketa, atau orang yang menjamin hutang orang lain sehingga
44
Moh. Rifa’I dkk, Kifayatul Ahyar, (terj), (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1997) Jilid. I, h. 142.
45
Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modera, (Jakarta: Gema Insani Press,
2002), Cet. ke. 1, h. 134.
46
Abudin Nata, dkk, Mengenal Hukum Zakat dan Infaq Shadaqah, (Jakarta: BAZIS DKI,
1999), h. 60.
47
Moh. Rifa’I dkk, Kifayatul Ahyar, (terj), (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1997) Jilid. I, h.143.
harus membayarnya yang menghabiskan hartanya. Atau orang yang terpaksa
7. Sabilillah
berupa ilmu maupun amal. Sedangkan jumhur ulama berpendapat bahwa yang
tentera sukarelawan yang tidak mengharapkan gaji dari pemerintah, maka orang
inilah yang berhak menerima zakat baik dia kaya ataupun miskin. Besarnya
yang dibutuhkannya. Jika setelah menerima zakat itu ternyata ia tidak jadi
48
Sayid Sabiq, Fiqh as-Sunnah 3, (Bandung: a-Ma’arif, 1987), Cet. ke. 1, h. 99.
49
Lahmudin Nasution, Fiqh, (Jakarta: Logos, 1995), Cet. ke. 1, h. 180.
50
Departemen Agama, Pedoman Zakat seri 9, (Jakarta: Proyek Peningkatan Zakat dan
Wakaf, 2002), h. 87.
Ibnu sabil adalah orang yang melaksanakan perjalanan dengan tujuan
kebaikan, tetapi ia kekurangan biaya untuk mencapai tujuan dari perjalanan itu.
lainnya. Kepada mereka diberikan zakat sebagai bekal hidup dinegara orang
lain. 51
1. Tujuan Zakat.
mengandung rahasia, tujuan dan hikmah. Ibadah zakat juga mengandung tujuan
dan hikmah. Banyak sekali tujuan dan hikmah yang terkandung di dalam
zakat.52 Baik yang berkaitan dengan orang yang berzakat (muzaki) dan
hidup
orang-orang miskin
51
Lahmudin Nasution, Fiqh, (Jakarta: Logos, 1995), Cet. ke. 1, h. 185.
52
Ibnu Mas’ud dan Zainal Abidin, Fiqh Madzhab Syafi’I, (Bandung: Pustaka Media, 2005)
Cet. ke. 1, h. 563.
53
Abdurrahman Qadir, Zakat Dalam Dimensi Mahdhah dan Sosial, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 1998), h. 82.
d. Membantu pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh para gharim,
h. Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dan yang miskin dalam
suatu masyarakat
kemelaratan umat manusia, dalam hal ini zakat merupakan bukti kepedulian
2. Hikmah Zakat
54
Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, (Jakarta: UI Press, 1998., h.
41.
55
Anshari Taslim, Prinsip Zakat Dalam Dunia Modern. (Jakarta: Pustaka Dian, 1987), Cet.
ke. 1, h. 95.
b. Menciptakan ketenangan dan ketenteraman bukan hanya terhadap
bagian hak orang lain dari harta yang kita usahakan sesuai dengan
Ini adalah syariat Allah SWT yang adil dan penuh kasih sayang, yang
telah lahir sejak empat belas abad yang lampau. Maka bagaimana bisa
56
Anshari Taslim, Prinsip Zakat Dalam Dunia Modern. (Jakarta: Pustaka Dian, 1987), Cet.
ke. 1, h. 198.
57
Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modera, (Jakarta: Gema Insani Press,
2002), Cet. ke. 1, h.10.
pemerintahannya. Bagaimana pula bisa menandingi syariatAllah yang adil dan
sampai pada permulaan Islam, kemudian di nasab dan tidak ada satu alasan pun
yang berhutang saja akan tetapi juga berbahaya bagi akhlak dan perjalanan
hidupnya.
Islam terhadap orang yang berhutang dan yang mempunyai piutang dengan sifat
yaitu:
mengembalikannya.
Untuk mengarah kepada daya guna dan hasil guna dari harta zakat, perlu
adanya pengarahan dan pembinaan bagi mustahik zakat, baik untuk mustahik yang
bersifat pribadi maupun yang bersifat umum, karena harta zakat yang terkumpul
Menurut Ulama Abu Hanifah dan Imam Malik, zakat boleh dibagikan kepada
satu golongan saja dari mustahik yang delapan. Bahkan menurut Abu Hanifah, zakat
boleh diberikan kepada satu orang saja dari salah satu asnaf, yaitu diberikan kepada
yang berhak untuk menerima zakat. Harta zakat yang terkumpun di utamakan untuk
diberikan kepada golongan yang lebih membutuhkan, karena maksud zakat adalah
harta zakat ini tidak boleh diberikan kepada selain delapan asnaf, akan tetapi dalam
pembagiannya boleh memilih diantara delapan asnaf tersebut yang mana lebih
membutuhkan.60
58
Muhyiddin bin Syaraf an-Nawawi, Al-Majmu’ Syarh al-Muhazzab, (t. t., al-Imam, t. th.)
jilid 6, h. 192.
59
Sjechul Adi Permono, Pendayagunaan Zakat Dalam Rangka Pembangunan Nasional,
(Jakarta: Pustaka Firdaus. 1996), h. 26.
60
Muhyiddin bin Syaraf an-Nawawi, Al-Majmu’ Syarh al-Muhazzab, (t. t., al-Imam, t. th.)
jilid 6, h.224.
Rasyid Ridha dalam tafsir al-Manar mengemukakan bahwa adanya perbedaan
pendapat antara ulama salaf dan ulama-ulama sekarang dibeberapa Negara dalam
masalah ini, menunjukkan bahwa tidak adanya sunah amaliah di zaman Rasulullah
Pada surat At-Taubah ayat 60 pun tidak terdapat perincian cara pembagian
harta zakat. Ayat tersebut hanya menetapkan orang-orang yang berhak menerima
zakat, yaitu hanya kepada delapan golongan yang disebut saja. Bahkan Nabi SAW
sendiri pun tidak pernah menerangkan cara pembagian itu. Beliau membagikan harta
zakat kepada mustahik sesuai kebutuhan yang diperlukan dan disesuaikan pula
penukaran harta zakat yang sudah ditentukan dengan benda lain atau dengan uang
tunai. Mereka beralasan bahwa, maksud dari zakat adalah untuk menutupi kebutuhan
kemaslahatan umum baik bagi agama maupun umat, demi menjunjung tinggi kalimat
Allah SWT.62
61
Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar, (Beirut: Dar al-Ma’arif, t. t), jilid 10, h.593.
62
Ibnu Hajar al-Asqalani, al-Fath al-Bari Syarhu Shahih al-Bukhari, (t.t Al-Maktabah as-
Salafiyah, t. th.), jilid 4, h. 54.
63
Pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, Badan Amil Zakat, Infak dan Shadaqah
(BAZIS), Rekomendasi dan Pedoman Pelaksanaan Zakat, (Jakarta: 2002), h. 30.
BAB III
1. Madzhab Hambali
Kata gharimin adalah bentuk jamak dari gharim yang artinya wajib
2. Madzhab Maliki
3. Madzhab Hanafi
mempunyai hutang dan tidak mempunyai harta lebih selain untuk membayar
64
Anshari Taslim, Fiqh Imam Syafi’I, Puasa dan Zakat, terj. (Jakarta: Pustaka Azzam, 2003),
h. 205.
65
Moch. Anwar, dkk. Fathul Mu’in. (Bandung Sinar Baru Agensindo, 1994), h. 583.
66
M. Zuhri, dkk, Fiqh Empat Madzhab, (Semarang: As-Syifa, 1994), cet. ke 1, jilid 4, h. 164.
hutangnya, membayar zakat kepadanya (untuk menutupi hutang) lebih utama
4. Madzhab Syafi’i
67
M. Zuhri, dkk, Fiqh Empat Madzhab, (Semarang: As-Syifa, 1994), cet. ke 1, jilid 4, h.158
c. Orang yang berhutang untuk diri atau keluarganya dalam hal yang
diperbolehkan.
Menurut ulama fikih klasik dalam arti global pada empat madzhab ini,
gharim adalah orang yang mempunyai hutang, baik untuk kepentingan pribadi
maupun untuk kepentingan sosial, pada madzhab Hambali pula orang yang
mempunyai hutang dalam hal-hal yang haram boleh mendapatkan zakat hanya
sebatas untuk menutupi sisa hutangnya, tapi dengan syarat sebelumnya harus
bertaubat. Pada madzhab Hanafi pula memberikan zakat kepada orang yang
mempunyai hutang lebih utama dari pada memberikannya kepada orang fakir.
Menurut madzhab Maliki pula gharim adalah orang yang mempunyai hutang,
meninggal dunia.
68
Anshari Taslim, Fiqh Imam Syafi’I, Puasa dan Zakat, terj. (Jakarta: Pustaka Azzam, 2003),
h.205.
Dari keempat definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan gharim adalah orang yang berhutang dan tidak mempunyai
harta yang cukup untuk menutupi hutangnya, baik hutang itu untuk
tidak digunakan untuk kemaksiatan atau pun hal-hal yang dilarang oleh syariat
Islam.
1. Wahbah al-Zuhaily
untuk tujuan taat kepada Allah SWT atau karena maksiat tetapi harus dengan
يX اوL9'ﻡM يX :<ثT ا4UI اN% ﺕ:,45 و3 ا64- 3 ل ا5ل ر9
Artinya: “Tidak boleh meminta-minta kecuali bagi tiga golongan yaitu orang
69
Wahbah al-Zuhaily, Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatu, (Mesir, Darul Fikr, 2002) juz. 3, h.
1956.
atau orang yang harus membayar denda dan tidak bisa membayarnya”
(Riwayat Tirmidzi)70
bahwa gharim adalah orang yang mempunyai hutang, karena gharim adalah tetap,
2. Yusuf al-Qardhawy
Gharimin adalah bentuk jamak dari gharim, (dengan huruf ghin fathah
kasrah panjang) adalah orang yang berhutang, kadang kala dipergunakan untuk
orang yang mempunyai piutang. Adapun asal pengertian gharim, menurut bahasa
Artinya: “Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, jauhkan azab
kepadanya. Menurut Yusuf al-Qardhawi gharim yang berhak atas zakat itu ada
dua macam:
a. Orang yang berhutang untuk kemaslahatan diri sendiri, adalah seperti untuk
70
Didin Hafidhuddin, dkk. Pedoman Hidup Muslim, terj. (Jakarta: PT. Pustaka Litera Nusa,
1996) h. 445
orang sakit, mendirikan rumah, mengawinkan anak atau menggantikan
barang orang lain yang rusak. Termasuk didalam kriteria gharim ini adalah
musibah baik rumahnya terbakar habis atau rumahnya hancur oleh banjir,
gempa bumi, tanah longsor dan sejenisnya. Baik pada dirinya maupun pada
kemanusiaan dan kemuliaan yang tinggi, cita-cita yang tinggi pula, yang
masyhur dikalangan masyarakat Arab dan Islam. Mereka itu adalah orang-
Misalnya ketika terjadi dua kelompok besar seperti antar dua suku atau dua
seperti membangun Yayasan anak yatim, rumah sakit untuk orang-orang fakir,
untuk kaum muslimin, atau perbuatan baik lainnya yang bertujuan untuk melayani
halnya dengan ulama lain yang membagi gharim yang berhak menerima zakat
4. Hutang itu sudah jatuh tempoh atau sudah harus dilunasi ketika zakat
c. Orang yang berhutang untuk menjamin hutang orang lain, dimana yang
keuangan.
tersebut.72
71
Didin Hafidhuddin, Hukum Zakat, terj. (Jakarta: PT. Pustaka Mizan, 1999), h. 604.
72
http://ZakatIslam.com
C. Kriteria Gharim Mustahik Menurut Fukaha Klasik
zakat adalah orang yang mengaku hamba mukatab atau gharim, dapat
dibenarkan dengan ada saksi seorang yang adil dan dibenarkan oleh tuannya
bagi mukatab, dibenarkan oleh yang menghutangkan bagi gharim atau karena
a. Merdeka.
b. Islam.
d. Hutangnya itu kepada sesama manusia, jika hutangnya kepada Allah SWT
seperti hutang kifarat, maka untuk melunasinya tidak boleh dari zakat.74
73
M. Anwar, Fathul Mu’in, terj., Op. Cit., h. 585.
74
M. Zuhri, dkk, Fiqh Empat Madzhab, (Semarang: As-Syifa, 1994), cet. ke 1, jilid 4, h.162.
75
Imam Syafi’I Abu Abdullah Muhammad bin Idris, Ringkasan Kitab Al-Umm. Penerjemah
Muhammad Yasir Abu Mutholib (Jakarta: Pustaka Azzam, 2004), h.466.
2. Kriteria Gharim Yang Tidak Berhak Menerima Zakat Menurut Fukaha Klasik
Menurut madzhab Syafi’I harta zakat itu, sedikitpun tidak boleh untuk
melalui gharim, sebab mustahik itu harus orang dan bukan benda).76 Jika
memberikan zakat pada orang yang berhutang kepadanya dengan syarat bahwa
demikian adalah tidak boleh dan tidak sah membayar dengan zakat.77
ada yang menjamin selain dirinya dan ia sanggup membayarnya maka ia tidak
seperti membeli khamar dan yang sejenisnya atau yang diharamkan oleh agama,
penulis dapat menyimpulkan bahwa gharim yang tidak berhak menerima zakat
adalah gharim dalam hal-hal kemaksiatan yang diharamkan oleh agama Islam.
Pada madzhab Maliki orang yang berhutang atau gharim dari hutangnya itu
disebabkan karena boros maka gharim sejenis ini tidak berhak untuk
76
M. Anwar, Op. Cit., h. 585.
77
Ibid.
78
Imam Syafi’I Abu Abdullah Muhammad bin Idris, Ringkasan Kitab Al-Umm. Penerjemah
Muhammad Yasir Abu Mutholib (Jakarta: Pustaka Azzam, 2004), h.478.
1. Kriteria Gharim Yang Berhak Menerima Zakat Menurut Fukaha Kontemporer
masuklah hutang si anak pada orang tuanya dan pada orang yang
hutang zakat, karena hutang yang bisa ditahan adalah hutang yang lebih
lebihan itu sudah terlarang meski untuk hal-hal yang mubah. Allah SWT
berfirman:
Dana zakat bisa diberikan kepada gharim dengan syarat bahwa saat
dikeluarkan.
diberi zakat dalam masalah ini, pertama gharim untuk dirinya sendiri dan yang
kedua ialah gharim untuk menyelesaikan perselisihan antar dua pihak, baik untuk
tujuan taat maupun maksiat dengan syarat harus bertaubat. Maka secara mutlak
mereka berhak menerima zakat walaupun orang kaya dan yang menyelesaikan
persengketaan meskipun kafir zimmi. Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda:
3 ا64ــ- 3 ل ا5 رC!ﺕM ﺡC4% ﺕ: ل9 !> ﺏ& ﻡ^ق ا@<ل9 &و
انC>!9 ل ی9 ,. @ ﻡ _ ﺏM :9X> ﺕ! اC ﺡ,9ــل اM @!M :5 ا,45و
6ـ ﺡـــI ا: C4ــ%M ﺡN% ﺕN رﺝ, .<. ' ا ﺡN@ـــ ﺕIا
C ﺡــI ا: C4%M : ﻡC اﺝﺡ% ﺝﻡ:ﺏ- اN ورﺝ,_ـI ی,. @!>ی
ی ل6 ﺡ9ـM :ﺏ- ا,N ورﺝ,bــ'اد ﻡ& !ـ5 ل9 وb! & ام ﻡ9 c!>ی
6ـ ﺡI ا: C4%M 9M M <M Cﺏ- 'ا, : ﻡ9 & ﻡO ﻡ& دوراﺡ.<.
>!9 یI ا ه& ﻡ& ا5 M b! &'اذ ﻡ5 ل9 اوb! & اﻡ ﻡ9 c!>ی
hutangnya, atau ia membayar hutangnya sendiri, tetapi bukan dari harta zakat,
itu, karena ia sudah tidak memerlukannya lagi. Baik hutang itu sedikit atau
yang terpaksa berhutang karena mendamaikan dua pihak yang berselisih, yang
79
Wahbah al-Zuhaily, Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatu, (Mesir, Darul Fikr, 2002) juz. 3, h.
1933.
80
Imam Syafi’I Abu Abdullah Muhammad bin Idris, Ringkasan Kitab Al-Umm. Penerjemah
Muhammad Yasir Abu Mutholib (Jakarta: Pustaka Azzam, 2004), h.514.
yang mengurus lembaga kemanusiaan, yang terpaksa berhutang untuk memenuhi
yatim piatu, orang-orang lanjut usia dan lainnya. Maka yang baik adalah beban itu
dipikulkan pada zakat, agar jangan mengecilkan keinginan orang yang ingin
berbuat baik, atau melemahkan kehendaknya. Maka mereka yang berhutang untuk
gharim yang berhak menerima zakat menurut ulama kontemporer, gharim itu
berhutang untuk kemaslahatan sendiri bukan untuk hal yang mubah, gharim yang
berhutang karena menjamin hutang orang lain, gharim yang berhutang untuk
pembayaran denda karena pembunuhan yang tidak sengaja dan gharim itu
suatu kemaksiatan. Mereka semua itu berhak atas zakat, yang tentunya mereka
Kontemporer.
dirinya tidak harus menerima zakat kecuali dalam keadaan fakir. Orang yang
mempunyai hutang tetapi tidak mampu membayarnya dan ia tidak berlaku boros
atau merusak hartanya, dengan catatan hutangnya itu bukan untuk tujuan maksiat,
maka tidak berhak untuk mendapatkan zakat. Atau secara sengaja berhutang
81
Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf (Jakarta:UI Press,1998),
h.40.
tetapi ditangguhkan dengan tujuan untuk mendapatkan bagian zakat. Maka
gharim yang demikian tidak berhak menerima zakat karena telah mempunyai
menerima bagian dari zakat adalah gharim yang masih mempunyai harta yang
dapat membayar hutangnya, sehingga apabila ia kaya dan mampu untuk menutupi
menerima bagian dari zakat adalah gharim yang masih mempunyai harta yang
dapat membayar hutangnya, sehingga apabila ia kaya dan mampu untuk menutupi
zinah, minum minuman keras, atau melakukan kemaksiatan lainnya. Orang yang
bagi setiap muslim. Apabila mereka diberi bagian dari zakat sama saja dengan
menolongnya berbuat maksiat kepada Allah SWT. Maka gharim seperti ini tidak
berhak menerima bagian dari zakat. Dan sebaiknya ia disarankan untuk bertaubat.
Jika orang yang mempunyai hutang diberi masa tenggang waktu, dalam hal ini
gharim. Menurut pendapat lain pula ia tidak berhak menerima zakat karena ia
tidak membutuhkannya pada waktu sekarang. Menurut pendapat yang lain lagi
yaitu apabila tenggang waktunya telah habis tahun itu juga, maka ia berhak
menerima zakat, dan apabila tidak, maka jangan diberi zakat pada tahun itu.
berhutang, jika dilunasi, maka sisa harta bendanya tidak mencukupi kebutuhan
kebutuhan hidup satu keuarganya (dalam satu tahun atau seusia umur ghalib).
Kemudian sisanya dibuat melunasi hutangnya, dan apabila masih kurang maka
karunia Allah SWT sebagai fungsi sosial ekonomi sebagai perwujudan solidaritas
Islam, pengikat persatuan umat, sebagai pengikat batin antara golongan kaya dan
juga golongan miskin. Sarana membangun pendekatan antara yang kuat dengan
harmonis yang akhirnya dapat menciptakan situasi yang tenteram aman lahir dan
batin.
Islam yang berdiri diatas lima perinsip yaitu: Ummatan Wahidah (umat yang
82
Lili Bariadi, dkk, Zakat dan Wirausaha, (Jakarta: CV. Pustaka Amri, 2005), cet. ke. 1 h. 7
Atas dasar itu pula zakat bertujuan merangsang kaum muslimin untuk
menolong dan mengharap keridhaan Allah SWT termasuk menolong orang yang
mempunyai hutang.
Itu semua merupakan jalan dan syariat Islam. Ia menolong orang yang
diwaktu malam dan kehinaan dikala siang hari. Islam telah menutupi
pertolongan, dan melakukan pinjam meminjam dengan cara yang baik dan
83
Didin Hafidhuddin, Hukum Zakat, (terj). (Jakarta: Pt. Pustaka Mizan, 1999), cet. ke. 1, h.
602
84
Ibid, h.632
Dari sisi ini zakat diberikan untuk menghilangkan riba dan demikian pula
syariat Islam telah menetapkan orang yang berhutang dan menghadapi kesulitan,
tidak dituntut menjual barang kebutuhan yang bersifat primer untuk membayar
Ini adalah syariat Allah SWT yang adil dan penuh kasih sayang yang telah
lahir sejak empat belas abad yang lampau. Maka bagaimana bisa dipertandingkan
pertolongan sama sekali dari masyarakat dan pemerintahannya. Bagaiman pula bisa
menandingi syariat Allah yang adil dan penuh rahmat ini. Undang-undang Romawi
nasab dan tidak ada satu alasan pun bagi orang yang menghutangkan untuk
Hutang itu bukan hanya membahayakan pribadi dan ketenteraman orang yang
berhutang saja akan tetapi juga berbahaya bagi akhlak dan perjalanan hidupnya.
terhadap orang yang berhutang dan yang mempunyai piutang dengan sifat umum
meminjam.
mengembalikannya.
Negeri Johor adalah sebuah negeri yang pesat didalam perindustrian dan
pelancongan sejak dahulu lagi. Dengan sebab itu penduduknya begitu padat
kemajuan dan pembangunan yang berlaku di negeri Johor ini sedikit sebanyaknya
terhadap uang juga tinggi dalam usaha kelompok masyarakat Islam dan desakan
kebutuhan hidup di zaman yang serba moderen ini. Walau bagaimanapun untuk
mendapatkan keterangan yang lebih jelas berkenaan masalah zakat yang terjadi di
negeri Johor, maka didalam bab ini penulis mengeluarkan data-data yang
bersangkutan tentang masalah zakat yang penulis peroleh dari Majlis Agama Islam
negeri Johor, Malaysia. Pada awalnya ia dibangun atas nama “NAQIB AZ ZAKAT”
pada tahun 1957 atas wewenang untuk mengutip serta membagikan zakat kepada
yang layak untuk menerimanya. Dan seterusnya pada tahun 1962 Naqib Az-Zakat
Pentadbiran Islam tahun 1978 dan Enakmen Pentadbiran Agama Islam Negeri Johor
200385.
diselengara oleh Majlis Agama Islam Negeri Johor dengan berdasarkan Enakmen
Walaupun bidang kuasa Pusat Urusan Zakat Johor adalah berdasarkan kepada
Enakmen Pentadbiran Agama Islam Negeri Johor 2003, Pusat Urusan Zakat Johor
yang tidak tinggal (menetap) didalam Negeri Johor. Jika Pusat Urusan Zakat Johor
(PUZJ) berpuas hati bahwa permohon telah lama menetap atau dia dapat
membuktikan ingin menetap di negeri Johor, ini adalah bertepatan dengan Enakmen
pentadbiran Agama Islam Negeri Johor 2003 yaitu aturan-aturan dibawah Enakmen
Undang-Undang Keluarga Islam Negeri Johor boleh berlaku ke atas sesiapa yang
kebaikan87.
85
Seksyen 4(1) Enakmen Pentadbiran Agama Islam Tahun 1978: “Hendaklah ditubuhkan
sesuatu Majlis Agama Islam Negeri Johor yang disebutkan dalam Bahasa Inggeris sebagai “ Council of
the Religion of Islam Johore “ dan kemudian daripada ini disebutkan sebagai “ Majlis “ yang kekal turun
temurun”.
86
Ismail Hj. Hamzah, Sejarah Perekonomian Zakat : Perbandingan Dengan Undang-undang
(Pahang: Kolej Islam Pahang Pers, 2006), h. 144.
F. Fungsi Dan Pelaksanaan Zakat Di Negeri Johor.
Fungsi utama Pusat Urusan Zakat Johor adalah untuk memungut Zakat dan
Fitrah daripada orang Islam di negeri Johor serta membagikan uang kutipan Zakat
dan Fitrah kepada asnaf yang telah ditentukan serta yang layak untuk menerima.
Selain daripada itu juga, ia dilaksanakan untuk menjadikan zakat sebagai asas
pembangunan negara dan ummah. Obyektif zakat yang besar adalah untuk
menunaikan hak dan tanggungjawab kepada asnaf yang ditetapkan Syarak dan Syariat
Islam. Ia juga bisa meningkatkan taraf hidup golongan asnaf dalam semua bidang
agar semua masyarakat mempunyai kesadaran dan memiliki kefahaman yang tinggi. 88
hukum Syariat Islam serta pembagiannya mengikut syarat dan aturan yang
terkandung didalam Enakmen Pentadbiran Agama Islam Negeri Johor 2003. Harta
bagian dari satu asnaf ke asnaf yang lain dibenarkan berdasarkan kepada kebutuhan
dan lebihan yang ada. Tiada ijtihad lagi dalam masalah menentukan asnaf yang
menerima zakat kecuali pada perkara yang berkaitan dengan perlaksanaan pembagian
87
Seksyen 4(1) Enakmen Pentadbiran Agama Islam Negeri Johor Tahun 2003 : “ Maka
hendaklah ada satu badan bernama “ Majlis Agama Islam Negeri Johor “ untuk membantu dan
menasihati Sultan dalam perkara- perkara yang berhubungan dengan agama Islam "
88
Mohd. Abdullah Hj Fikri, Wibawa Zakat di Dalam Urusan Negara (Johor: Karangkraff Johor
Press, 2003), h.53.
89
http://www.siwakz.net/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=16&artid=24
dan kawalan rapi. Sebarang pembagian zakat yang meragukan perlu dirujuk kepada
dilakukan dengan segera selepas dikenal pasti layak untuk menerima zakat. Tenaga
lembaga pengumpul zakat, baik Pusat Urusan Zakat (Badan Amil Zakat) lainnya,
yang ada dinegara ini untuk mensosialisasikan zakat dengan lebih luas dan merata.92
Para pengurus Zakat hendaknya terus mengkaji dan mendalami hukum Islam
khususnya yang berkaitan dengan zakat, agar dalam pelaksanaan tugas pokoknya
sehingga hukum Islam tetap relevan dalam setiap tempat dan saat.
Untuk melihat secara lebih jelas lagi mengenai fenomena ini sila lihat Tabel I,
II dan III.
Tabel I
Tahun Jumlah
2000 RM 17,831,029.00
90
http://www.mainj.gov.com.my/
91
Enakmen Pentadbiran Islam tahun 1978 dan Enakmen Pentadbiran Agama Islam Negeri Johor
2003
92
Ramli Sadari, Pengaruh Zakat dan Kekuatannya Didalam Pendidikan Masyarakat (Kuala
Lumpur: MustikaKraf Press, 2005), h.3
2001 RM 22,474,139.50
2002 RM 29,053,833.06
2003 RM 26,546,996.03
2004 RM 30,076,294.42
2005 RM 39,243,990.00
2006 RM 46,142,937.81
2007 RM 67,675,527.82
2008 RM 78,627,641.25
Sumber data : Majlis Agama Islam Negeri Johor
Tabel II
Tabel III
diberikan oleh Puan Jamilah binti Saad93, Yaitu Penolong Pegawai Jawatankuasa
Bahagian Zakat dan Fitrah, Pusat Urusan Zakat Johor (PUZJ). Menurut beliau,
banyak kasus-kasus yang berlaku ke atas gharim di Pusat Urusan Zakat Johor adalah
ianya dapat dikenal pasti antara jenis-jenis hutang yang biasanya mendapat zakat
yaitu:
a. Hutang Masjid & Musholla yaitu hutang yang ditanggung diatas nama masjid
atau musholla. Antaranya adalah untuk membayar lestrik dan juga air yang
diguna pakai oleh masyarakat umum. Bahkan zakat ini juga bisa diminta
93
Puan Jamilah binti Saad, Yaitu Penolong Pegawai Jawatankuasa Bahagian Zakat dan Fitrah,
Pusat Urusan Zakat Johor (PUZJ), tanggal 19 Oktober 2009, jam 9.00 pagi bertempat di Kantor Ibu
Pejabat Majlis Agama Islam Negeri Johor, Tingkat 5, Blok `B’, Pusat Islam Iskandar Johor, Johor Bahru,
Johor Darul Takzim. Malaysia.
memperbaiki segala macam kerosakan yang berlaku keatas masjid maupun
musholla.94
b. Selain daripada itu juga antara lain yang mudah untuk mendapatkan zakat
adalah hutang pengajian karena sistem yang diguna pakai di Johor adalah
ketika mana ada individu yang melanjutkan pengajian di tingkat lebih tinggi
tersebut dibolehkan untuk membuat pinjaman dari bank dan seterusnya dia
kepada mereka yang memiliki hutang atas sebab pengajian. Ini berbeda dari
mendapatkan zakat lima puluh peratus (50%) daripada jumlah hutang yang
c. Bagi kasus yang terjadi akibat penyakit ataupun kemalangan yang ditimpa
bagi masyarakat negeri Johor juga termasuk didalam senarai penerima zakat
94
Tahrim Jamaluddin, Zakat dan Pembangunannya Terhadap Negara: Kajian Bersama
dalam Masyarakat Majmuk (Johor: Jabatan Agama Islam Muar, 1999), h.71.
95
Salam Samoin, Sebab-sebab Zakat Wajib Dilaksanakan (Johor: UM Press, 2000), h.44.
yang serius dan tidak mampu untuk membayar biaya rumah sakit ataupun
biaya untuk melakukan operasi (pembedahan), maka mereka ini layak untuk
menerima zakat gharim. Ini karena hutang perubatan adalah perkara yang
terjadi secara terdesak ataupun secara tiba-tiba. Dan tujuan utamanya adalah
beberapa kriteria sebagai orang yang berhutang bahkan amat memerlukannya tetapi
tidak layak untuk mendapatkan zakat tersebut. Kasus ini seringkali terjadi kepada
individu yang mempunyai hutang kepada bank yang mana dia tidak miskin dan hanya
hidup sederhana. Akan tetapi dia memiliki mobil (kereta) yang masih mempunyai
hutang ataupun memiliki rumah yang juga sama yaitu masih didalam bebanan hutang.
Dan mobil ataupun rumah tersebut merupakan bebanan hutang yang amat
tersebut. Kasus seperti ini seringkali terjadi di kawasan bandar karena didalam
menjalani kehidupan yang serba moderen dan serba membutuhkan, maka setiap
individu akan memerlukan sebuah mobil untuk kegunaannya pergi ketempat kerja
serta rumah untuk dijadikan tempat berteduh dan tempat tinggal. Bahkan jika tidak
membeli rumah tersebut maka sebagian besar masyarakat akan menyewa rumah
Kasus ini seringkali ditolak oleh pihak yang berwenang yaitu Pusat Urusan
Zakat Johor. Sedangkan seperti yang kita ketahui jika terdapat sebuah keluarga yang
sederhana sudah semestinya mempunyai anak-anak yang perlu disekolahkan atau pun
sebagai tanggungan kedua ibu bapa. Disini sewaktu keluarga tersebut berkerja untuk
menanggung keluarga nya didalam kondisi anak yang harus masuk sekolah, barangan
sembako yang harus dibeli pada tiap hari, dan pakaian yang mesti diganti apabila
sudah cukup waktunya, dia masih terikat didalam bebanan hutang yang tinggi dan
harus dilunasi pada setiap bulannya. Apa yang ingin ditekankan oleh penulis didalam
permasalahan ini adalah bagaimana cara atau apakah kriteria yang menyebabkan
individu tersebut tidak boleh menerima zakat. Menurut wawancara penulis dengan
Penolong Pegawai Jawatankuasa Bahagian Zakat dan Fitrah, ada beberapa kriteria
gharim seperti yang terdapat pada kasus tersebut yang menghalang nya daripada
1. Antara tujuan Pusat Urusan Zakat Johor (PUZJ) memberi zakat kepada asnaf
ekonomi golongan asnaf penerima bantuan. Bagi masalah yang terjadi diatas,
menurut Pusat Urusan Zakat Johor (PUZJ) apa yang harus dihulurkan terlebih
Jika dilihat kepada masalah diatas, individu tersebut masih mampu untuk
bahkan hutang tersebut hanya akan selesai didalam jangka masa yang
panjang.
Alasan:
atau rumah kepada bank, maka mobil ataupun rumah nya akan diambil
penting.
Keputusan:
1. Alasan meminta zakat asnaf gharim karena untuk melunasi hutang yang
Pusat Urusan Zakat Johor banyak melakukan aktiviti pembagian zakat kepada
sabilillah. Ini dapat dilihat daripada draf yang ada pada tabel 3 diatas yaitu pecahan
bagi fi sabilillah adalah tinggi berbanding mustahik yang lain. Karena antara tujuan
utama Pusat Urusan Zakat Johor (PUZJ) adalah agar pembangunan pendidikan bisa
dinaik taraf dan masyarakat tidak terbeban dengan masalah pendidikan. Menurut
Puan Jamilah binti Saad, kasus-kasus yang terkait kepada mustahik fi sabilillah
adalah lebih tinggi dan lebih berpotensi untuk menerima zakat karena sebagian besar
Islam Negeri, Indonesia. Hal-hal yang disebutkan ini adalah lebih penting dari kasus
Majlis Agama Islam Johor adalah melalui sumber wang zakat yang dipungut daripada
masyarakat Islam di dalam Negeri Johor. Penggunaan atau pembagian wang zakat
adalah berdasarkan keutamaan dan kepentingan bagi setiap asnaf atau golongan yang
berdasarkan keutamaan. Pemindahan peruntukan dari satu asnaf ke asnaf yang lain
oleh Puan Jamilah binti Saad96, Yaitu Penolong Pegawai Jawatankuasa Bahagian
Zakat dan Fitrah, Pusat Urusan Zakat Johor serta hasil daripada kajian ke atas fail-fail
dan kasus-kasus zakat yang diperolehi, maka ditemukan beberapa faktor yang berlaku
96
Penolong Pegawai Jawatankuasa Bahagian Zakat dan Fitrah, Pusat Urusan Zakat Johor,
Majlis Agama Islam Negeri Johor Darul Takzim, Malaysia.
i. Hutang untuk kegunaan umum.
masyarakat umum atau bagi sesuatu yang menjadi kegunaan awam. Seperti
Masjid atau Musholla yang kegunaannya diguna pakai oleh orang ramai
malahan timbul hutang seperti perbelanjaan membayar listrik dan air serta
zakat terhadap gharim agar bebanan yang ditanggung menjadi lebih ringan.
97
Ramli Sadari, Pengaruh Zakat dan Kekuatannya Didalam Pendidikan Masyarakat (Kuala
Lumpur: MustikaKraf Press, 2005), h.101
98
http://www.mainj.gov.com.my/
Tidak semua pengobatan bisa didapatkan zakat. Tetapi apabila terjadi
menjalani operasi yang akan menelan biaya yang tinggi dan sudah pasti
seseorang itu tidak mampu untuk menangung biaya tersebut sendirian. Dan
yang terjadi seperti ini ada peruntukan zakat untuk pinjaman yang dibuat atas
sebab pengobatan.99
perbandingan antara kasus ini dengan kasus-kasus yang lain ia dilihat kurang
99
Ramli Sadari, Pengaruh Zakat dan Kekuatannya Didalam Pendidikan Masyarakat (Kuala
Lumpur: MustikaKraf Press, 2005), h. 49.
untuk menentukan agar pembagian dapat terlaksana dengan adil dan saksama. Jika
terdapat penolakan terhadap kasus-kasus terkait gharim, maka perlu ada sebuah
penelitian lagi bahwa kriteria yang mana harus ada bagi gharim yang benar-benar
tulus untuk mendapatkan zakat bagi mengurangkan bebanan yang sedia ada kepada
demikian juga terhadap semua ashnaf yang delapan, jika ada ashnaf gharimin yang
tidak memiliki harta apapun namun memiliki tanggungan hutang, maka mereka diberi
harta zakat untuk menutupi hutangnya sebesar hutang tersebut atau kurang dari itu.
Akan tetapi walaupun gharimin tersebut memiliki harta, tidak dapat dipastikan bahwa
dia tidak mempunyai hutang. Bahkan hutang tersebut juga harus dibantu untuk
mengurangi bebanan yang ditanggungnya. Jika dia tidak layak untuk menerima
sebagai asnaf gharim, mungkin bisa diganti kepada mustahik yang lain seperti apabila
dilihat kepada aspek pengajian anak-anak individu tersebut, adakah perlu di hulurkan
bantuan pengajian agar pengajian anaknya tidak menjadi sebuah beban didalam
Tujuan utama zakat itu dikelola adalah untuk menjadikan zakat sebagai asas
pembangunan negara dan ummah serta menunaikan hak dan tanggungjawab kepada
asnaf seperti mana yang ditetapkan oleh Syarak. Ia juga untuk meningkatkan taraf
rohani, aqli dan jasmani dan membantu melaksanakan usaha-usaha memantap dan
100
Imam Syafie Abu Abdullah Muhammad bin Idris, Ringkasan Kitab Al Umm,Jakarta,
Pustaka Azzam, 2008, hlmn 204.
martabat dan maruah ummah.101 Bahwa kenyataannya umat Islam kini jauh dari
kondisi yang diharapkan, yaitu sebagai akibat yang belum mampu mengubah apa
yang ada pada diri mereka sendiri. Umat Islam memiliki potensi sumber daya
manusia dan ekonomi yang melimpah. Jika seluruh potensi itu dikembangkan dengan
saksama, dirangkat dengan potensi akidah Islamiyyah dan kandungan Islam yang
Salah satu pokok ajaran Islam yang belum ditangani secara serius adalah
pendayaan zakat dalam arti yang seluas-luasnya sebagaimana yang telah dilakukan
dan dicontohkan oleh Baginda Rasulullah SAW. serta para penerusnya dizaman
kegemilangan Islam.103
101
Mohd. Abdullah Hj Fikri, Wibawa Zakat di Dalam Urusan Negara (Johor: Karangkraff
Johor Press, 2003), h.59.
102
Tahrim Jamaluddin, Zakat dan Pembangunannya Terhadap Negara: Kajian Bersama
dalam Masyarakat Majmuk (Johor: Jabatan Agama Islam Muar, 1999), h.69.
103
Didin Hafidhuddin, dkk, Panduan Zakat Praktis: Edisi Penghasilan (Jakarta: PT. Parindo
Tri Pustaka, 2005), h. 19.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
mengakhiri uraian bab-bab skripsi ini, penulis membuat kesimpulan sebagai berikut:
fukaha kontemporer gharim yang berhak menerima zakat adalah: gharim yang
menjamin hutang orang lain, gharim yang berhutang untuk pembayaran denda
b. Hutang dalam hal-hal yang diperbolehkan atau dalam hal yang mubah.
judi, zinah, mabuk dan lain sebagainya. Dan menurut Majlis Agama Islam
Negeri Johor adalah bersamaan dengan para fukaha kontemporer yaitu gharim
yang berhutang dan masih mempunyai harta yang dapat membayar hutangnya
B. Saran-saran.
Karena zakat merupakan tulang punggung ekonomi umat, untuk itu penulis
berharap:
Urusan Zakat (Badan Amil Zakat) lainnya, yang ada dinegara ini untuk
2. Para pengurus Zakat hendaknya terus mengkaji dan mendalami hukum Islam
kondisi sekarang, sehingga hukum Islam tetap relevan dalam setiap tempat
dan saat.
DAFTAR PUSTAKA
al-Quran al-Karim
Abidin Zainal, dan Mas’ud Ibnu, Fiqh Madzhab Syafi’e, Bandung, Pustaka Media,
cet. Ke 1, 2005
Ali, Muhammad Daud, Sistem Ekonomi Zakat dan Wakaf, Jakarta, UI Press, 1998
Asy-Syafiqah, Khalid, bin Abdullah, Fiqh Imam Syafi’e Puasa dan Zakat,
Terjemahan Anshari Taslim, Jakarta, Pustaka Azzam, 2003
Asqallany, Ibnu Hajar, al-, Fathul Bari Syarhu Shahih al-Bukhari, tt. Al-Maktabah
as-Salafiyah, t.th.
Abu Abdullah Muhammad bin Idris, Imam Syafie. Ringkasan Kitab Al Umm, Jakarta,
Pustaka Azzam, 2008
Abi Daud, Sijistani, Sulaiman Ibnu, Sunan Abu Daud, Beirut, Dar al-Fikr, 1994
Bariadi, Lili, dkk, Zakat Wirausaha, Jakarta, CV. Pustaka Amri, cet. 1, 2005.
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, Jakarta: Pelita III, 1987.
Departemen Agama, Panduan Zakat seri 9, Jakarta, Proyek Peningkatan Zakat dan
Wakaf 2002.
Daradjat, Zakiah, Zakat Pembersih Harta dan Jiwa, Jakarta, CV. Ruhama, cet. 6,
1999.
Djuanda, Gustian, dkk, Pelaporan Zakat Pengurang Pajak Penghasilan, Jakarta, PT.
Raja Grafindo Persada, 2006.
Daud, Imam Abu, Kitab Sunan Abi Daud, Mishr: Darul Fikr, Juz II.
Ensiklopedia Islam, Dewan Direksi, Zakat, Jakarta, Ichtiar Baru Van Houve, 1994,
jilid. 5.
Fikri, Mohd. Abdullah Hj, Wibawa Zakat di Dalam Urusan Negara, Johor,
Karangkraff Johor Press, 2003.
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, Pedoman Penulisan Skripsi,
Jakarta 2007.
Hafidhuddin, Didin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, Jakarta, Gema Insani, cet.
1, 2002
Hajaj, Imam Abi Husain Muslim bin, Al, Shahih Muslim, Beirut, Darul Kitab al-
Libanany, t.th.
Mudjieb, M. Abdul, dkk. Kamus Istilah Fiqh, Jakarta, PT. Pustaka Firdaus, 1995, Cet.
Ke. 2.
Nawawi, Imam, Hadith Arbain. Penerjemah Ibnu Nizhamuddin, Tim Gip. Cet.1.,
Jakarta: Gema Insani Press.
Nata, Abudin, dkk, Mengenal Hukum Zakat dan Infaq Shadaqah, Jakarta, BAZIS
DKI, 1999.
Nawawi, an, Muhyiddin bin Syaraf, Al-Majmu’ Syarh al-Muhazzab, tt, al-Imam, t.th
Pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta: BAZIS, Rekomendasi dan Pedoman
Pelaksanaan Zakat, Jakarta, 2002.
Penyusun IMZ, Tim, Panahan Zakat Praktis, Jakarta, Institut Manajemen Zakat,
2002.
Ridha, Muhammad, Rasyid, Tafsir al-Manar, Beirut, Dar al-Ma’arif, jilid 10, t.th.
Rifa’I, Moh, dkk, Kifayatul Ahyar, terjemahan, Surabaya, PT Bina Ilmu, 1997, Jilid. I
Saepudin, Ahmad, M, Studi Nilai-Nilai Ekonomi Islam, Jakarta, Media Dakwah, 1984
Siddieqy, Hasbi, Ash, Pedoman Zakat, Semarang, PT. Pustaka Rizki Putra, 1999
Studi Review:
Hermanto, Hadi. Peran USZ (Unit Salur Zakat) Untuk Meningkatkan Kesejahteraan
Mustahik (Skripsi jurusan Muamalat Fak. Syariah dan Hukum, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009).
Website:
http://www.syariahonline, com/konsultasi/
http://www.zakat.com/
http://www.mainj.gov.com.my/
http://uinjktmalaysian.blogspot.com
Wawancara:
Puan Jamilah binti Saad, Yaitu Penolong Pegawai Jawatankuasa Bahagian Zakat dan
Fitrah, Pusat Urusan Zakat Johor (PUZJ), tanggal 19 Oktober 2009, jam 9.00
pagi bertempat di Kantor Ibu Pejabat Majlis Agama Islam Negeri Johor,
Tingkat 5, Blok `B’, Pusat Islam Iskandar Johor, Johor Bahru, Johor Darul
Takzim. Malaysia.
IBU PEJABAT MAJLIS AGAMA ISLAM NEGERI JOHOR
Tingkat 5, Blok `B’, Pusat Islam Iskandar Johor, Johor Bahru, Johor Darul Takzim. Malaysia
Laman Web : www.mainj.gov.my/
Ruj. Tuan
: Un.02/F5/KM.00.03/302/09
Ruj. Kami
: (88) dlm.
MAINJ 103-
2/5Jld 3
Tarikh :
19 Oktober 2009
Departeman Agama RI
Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah
Jakarta, Indonesia.
Tuan,