Oleh:
NUR FAIZAH
NIM. 103044128039
Dengan segenap kerendahan dan ketulusan hati, penulis panjatkan segala puji
dan syukur kehadirat Allah SWT. Tuhan semesta alam. Yang Maha Pandai lagi
dengan kasih dan sayang-Nya yang Maha Luas. Shalawat serta salam senantiasa
tercurah kepada pemimpin suri tauladan terbaik sepanjang zaman. Nabi besar
Muhammad SAW, semoga kita termasuk dalam umat yang mendapat syafaatnya
dukungan, motivasi, arahan serta bimbingan dari berbagai pihak yang telah
membantu dan memudahkan proses penyusunan skripsi ini hingga selesai. Untuk itu
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang tiada terhingga kepada :
1. Prof. Dr. Drs. H.M. Amin Suma, SH.,MA.,MM Dekan Fakultas Syariah dan.
Dr. Mujar Ibnu Syarif, M. Ag pembantu dekan I bagian akademik. Untuk Ibu
3. Ucapan cinta dan sayang yang teramat, ditujukan kepada orang tua penulis
Bpk. H. Djamal Abdul Nasser dan Ibu Suryanah Djamal, atas doa dan kasih
sayang yang tak terhingga. Terimakasih untuk semua pelajaran hidup yang
sangat berharga, yang hanya penulis dapatkan dari keluarga yang dipimpin
oleh orang tua sehebat kalian. Semoga Allah SWT memuliakan mereka
4. Untuk kakakku Nur Fauziah Gamal dan adik-adikku ( Nur Afriani Aziziah,
atas semua doa, dukungan dan senyumannya hingga penulis akhirnya dapat
Dede Ibnu Yusipa, Muhammad Yaseer Arafat, Nur Laila Sari, Rahmat,
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
HUKUM POSITIF
A. Pengertian Pernikahan............................................................... 11
E. Hikmah Pernikahan................................................................... 31
SUNDA
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................... 63
B. Saran-Saran............................................................................... 65
LAMPIRAN ......................................................................................................... 69
6. ا ا ا
7. Dr. Mujar Ibnu Syarif, M. Ag, yang dengan sabar dan ikhlas telah bersedia
8. Ucapan cinta dan sayang yang teramat, ditujukan kepada orang tua penulis
Bpk. H. Djamal Abdul Nasser dan Ibu Suryanah Djamal, atas doa dan kasih
sayang yang tak terhingga. Terimakasih untuk semua pelajaran hidup yang
sangat berharga, yang hanya penulis dapatkan dari keluarga yang dipimpin
oleh orang tua sehebat kalian. Semoga Allah SWT memuliakan mereka
9. Untuk kakakku Nur Fauziah Gamal dan adik-adikku ( Nur Afriani Aziziah,
atas semua doa, dukungan dan senyumannya hingga penulis akhirnya dapat
10. Teman - teman di Fakultas Syariah angkatan 2003, kelas A dan B, terutama
Dede Ibnu Yusipa, Muhammad Yaseer Arafat, Nur Laila Sari, Rahmat,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
HUKUM POSITIF
F. Pengertian Pernikahan............................................................... 11
J. Hikmah Pernikahan................................................................... 31
BAB III DESKRIPSI UMUM TENTANG DESA CIJUREY
SUNDA
BAB V PENUTUP
C. Kesimpulan............................................................................... 63
D. Saran-Saran............................................................................... 65
LAMPIRAN ......................................................................................................... 69
PERNIKAHAN MELANGKAHI KAKAK
MENURUT ADAT SUNDA
( Studi di Desa Cijurey Sukabumi Jawa Barat )
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah untuk memenuhi
syarat memperoleh gelar Sarjana Syariah
Oleh:
NUR FAIZAH
NIM:103044128039
Di Bawah Bimbingan
ا ا ا
KATA PENGANTAR
Dengan segenap kerendahan dan ketulusan hati, penulis panjatkan segala puji
dan syukur kehadirat Allah SWT. Tuhan semesta alam. Yang Maha Pandai lagi
dengan kasih dan sayang-Nya yang Maha Luas. Shalawat serta salam senantiasa
tercurah kepada pemimpin suri tauladan terbaik sepanjang zaman. Nabi besar
Muhammad SAW, semoga kita termasuk dalam umat yang mendapat syafaatnya
dukungan, motivasi, arahan serta bimbingan dari berbagai pihak yang telah
membantu dan memudahkan proses penyusunan skripsi ini hingga selesai. Untuk itu
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang tiada terhingga kepada :
11. Prof. Dr. Drs. H.M. Amin Suma, SH.,MA.,MM Dekan Fakultas Syariah dan.
Dr. Mujar Ibnu Syarif, M. Ag pembantu dekan I bagian akademik. Untuk Ibu
13. Ucapan cinta dan sayang yang teramat, ditujukan kepada orang tua penulis
Bpk. H. Djamal Abdul Nasser dan Ibu Suryanah Djamal, atas doa dan kasih
sayang yang tak terhingga. Terimakasih untuk semua pelajaran hidup yang
sangat berharga, yang hanya penulis dapatkan dari keluarga yang dipimpin
oleh orang tua sehebat kalian. Semoga Allah SWT memuliakan mereka
14. Untuk kakakku Nur Fauziah Gamal dan adik-adikku ( Nur Afriani Aziziah,
atas semua doa, dukungan dan senyumannya hingga penulis akhirnya dapat
15. Teman - teman di Fakultas Syariah angkatan 2003, kelas A dan B, terutama
Dede Ibnu Yusipa, Muhammad Yaseer Arafat, Nur Laila Sari, Rahmat,
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
HUKUM POSITIF
K. Pengertian Pernikahan............................................................... 11
O. Hikmah Pernikahan................................................................... 31
SUNDA
BAB V PENUTUP
E. Kesimpulan............................................................................... 63
F. Saran-Saran............................................................................... 65
LAMPIRAN ......................................................................................................... 69
PERNIKAHAN MELANGKAHI KAKAK
MENURUT ADAT SUNDA
( Studi di Desa Cijurey Sukabumi Jawa Barat )
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah untuk memenuhi
syarat memperoleh gelar Sarjana Syariah
Oleh:
NUR FAIZAH
NIM:103044128039
Di Bawah Bimbingan
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
HUKUM POSITIF
P. Pengertian Pernikahan............................................................... 11
T. Hikmah Pernikahan................................................................... 31
SUNDA
BAB V PENUTUP
G. Kesimpulan............................................................................... 63
H. Saran-Saran............................................................................... 65
LAMPIRAN ......................................................................................................... 69
BAB I
PENDAHULUAN
bersuku-suku supaya mereka saling mengenal, banyak cara yang terjadi di dalam
prosesnya dan pernikahan adalah salah satu media manusia untuk bisa
Peristiwa saling mengenal ( ta’aruf ) tersebut seperti tercantum dalam surat Al-
Hujuuraat ayat 13 :
َ ِ*ََرَ(ُ"ا$ِ%َ&َ'َُُ"!ً و# َُْأََ ا سُ إِﻥ ََْ َآُ ْ ِْ ذَآَ وَأُﻥَْ وَََْ َآ
(13 :49/ت/- )ا...
Artinya: “Hai manusia sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-
laki seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling mengenal…” (QS.Al-Hujuraat/49:13)
Allah SWT kepada hamba-hambanya, karena pernikahan itu tidak hanya sebagai
kebutuhan biologis semata namun juga sebuah institusi untuk menciptakan suatu
akhirat.
Pernikahan dapat ditinjau dari berbagai segi: Ditinjau dari segi Hukum,
dalamnya. Dan yang terakhir adalah dari segi Sosial, yaitu bahwa orang yang
perempuan yang telah memiliki kesiapan lahir dan bathin untuk segera
agama, menikah juga dapat memberikan jaminan rezeki kepada orang yang
melakukan pernikahan tersebut, apabila orang yang akan menikah takut akan
berkurangnya harta mereka, atau kepada orang yang tidak mampu ( miskin)
َُ"ﻥُ"ا (ََُاء7َ ُْْ إِن7ِ%ََِ ِْ <ِ&َدِآُْ وَإ9ِ-ِ: ُْ وَا7ْ ِ َََ8ْ ُ"ا ا-ِ7ْوَأَﻥ
(32 :24/ٌ )ا "ر9َِ< ٌCِDِْ@ِ وَا @ُ وَاAَ( ِْ ُ@ ُ?ْ ُِِ ا
Artinya; “Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan
orang-orang yang layak ( berkahwin ) dari hamba-hamba sahayamu
yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka
miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan
Allah Maha Luas ( pemberian- Nya ) lagi Maha Mengetahui.”
( Q.S.An-Nur/24-32 )
itu tidak ditunda-tunda atau bahkan dilarang dengan alasan di luar syar’i,
maksudnya dilarang adalah ada salah satu daerah di Indonesia yang mempunyai
adat bahwa seorang adik yang ingin menikah dilarang untuk melangsungkan
pernikahan apabila kakaknya belum menikah, padahal adik tersebut telah siap
Tidak dapat dipungkiri bahwa suatu proses pernikahan juga tidak akan
pernah lepas dari adat istiadat yang berlaku di suatu daerah, karena pernikahan
merupakan suatu budaya yang juga mengikuti perkembangan budaya manusia itu
Seperti yang berlaku dalam adat istiadat pernikahan masyarakat sunda, ada
salah satu daerah sunda yang mempunyai tradisi atau adat istiadat yang seakan
telah berada diluar ketentuan agama, seperti tradisi peraturan pernikahan, upacara
pernikahan, dan ketentuan-ketentuan lain yang berlaku dan menjadi hukum dan
terhadap hukum adat maka yang mengadili adalah peradilan adat ( peradilan
yang pernikahan itu sendiri oleh mereka di bagi menjadi dua bagian :
1. Pernikahan Biasa
1
H. Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Adat, ( Bandung : PT. Citra Aditya Bakti,
1990 ), cet ke IV, h. 14-15.
Pernikahan yang aturan dan tata caranya sesuai dengan ketentuan yang
2. Pernikahan Diam-diam
Pernikahan yang aturan dan tata caranya sesuai dengan adat istiadat atau
tradisi yang berlaku di daerah ini. Dalam pernikahan ini terbagi menjadi
Sembunyi, Kawin dengan Pria Pendatang, Ditarik Kawin, Kawin Kias, Kawin
Panyela, Kawin Tua Sama Tua, Nyalindung Kagelung, Manggih Kaya, Turun
Ada suatu istilah pernikahan yang sering digunakan oleh masyarakat sunda
khususnya di desa Cijurey yaitu “Karunghal” atau lebih dikenal dengan istilah
tidak diizinkan terjadi apabila pengantin yang akan menikah melangkahi kakak
perempuannya yang belum menikah, karena menurut adat tersebut itu merupakan
suatu hal yang tidak baik yang bisa juga dianggap melanggar larangan adat itu
sendiri karena pengantin menikah melangkahi orang yang lebih tua diatasnya
akan diizinkan oleh kakak atau orang tua pengantin. Sekalipun itu bisa terjadi
2
Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah Jakarta, Upacara
Perkawinan Jawa Barat, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, ( Jakarta, 1982 ), h.64-69
mereka harus memberikan uang pelangkah kepada kakaknya yang belum
menikah, yang secara tidak langsung hal ini dapat menimbulkan beban kepada
tersebut.
masyarakat sunda sendiri, ada yang mendukung dan ada yang tidak mendukung
dengan adat atau tradisi tersebut, bagi yang mendukung mereka berpendapat akan
sangat tidak baik bagi seorang adik menikah melangkahi kakaknya yang belum
menikah karena menurut mereka hal itu sangatlah buruk karena harusnya sang
psikologis karena masalah tersebut, sedangkan bagi mereka yang tidak setuju
mereka mengkhwatirkan akan adanya perbuatan zina karena pengantin sudah siap
menikah namun harus ditunda atau dampak negatif yang timbul dan cenderung
dalam judul skripsi penulis. Adapun judul dari skripsi tersebut adalah :
dan adat sunda itu sendiri, serta akan membahas tentang uang pelangkah yang
ada dalam syarat apabila ingin menikah melangkahi kakaknya yang terjadi di
2. Perumusan Masalah
Barat ?
1. Tujuan Penelitian
Barat.
Barat.
c. Mengetahui pandangan masyarakat Desa Cijurey Sukabumi Jawa Barat
Sunda.
2. Manfaat Penelitian
yang ditetapkan.
1. Pendekatan Penelitian
perkawinan adat sunda ditinjau dari perspektif Hukum Islam. Dan metode
berdasarkan data-data yang ada sesuai dengan ketentuan Hukum Fiqh dan
Hukum Positif.
Yang dimaksud fiqh adalah pendapat ulama yang bersumber dari Al-
qur’an, Al-hadits, ijma’ dan qiyas. Yang dimaksud Hukum Positif dalam
2. Sumber Penelitian
a. Sumber Primer
b. Sumber Sekunder
penulisan skripsi fakultas Syari’ah dan Hukum yang diterbitkan oleh fakultas
a. Al-qur’an tidak diberi footnote, tetapi langsung disebut surat dan ayatnya
Y. Sistematika Penulisan
Penulisan.
Jawa Barat
U. Pengertian Pernikahan
1. Menurut Bahasa
disebut dengan dua kata, yaitu nikah ( )احdan zawaj ( ) زواج. Kata-kata
tersebut sangat erat sekali dengan kehidupan sehari-hari dari orang Arab dan
juga banyak terdapat dalam Al-qur’an dan hadits nabi. 5 Sedangkan kata na-
ka-ha banyak terdapat dalam Al-qur’an dengan arti kawin, seperti dalam
3
Dep Dikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai Pustaka, 1994 ), cet.ke-3,
edisi kedua, h.456
4
Wahbah Al-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami Wa Adilatuh, ( Beirut : Dar al-Fikr,1989 ),cet ke-3,
h. 29
5
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan di Indonesia Antara Fiqh Munakahat dan Undang-
Undang Perkawinan, ( Kencana, 2006 ), cet 1
َ ِءFG ُْ َِ ا7َ ََبI َ ُ"ا-ِ7َْ*ََ (َﻥ9ْ اJِ( ُ"اKِFُْْ*ُْ أَ ﺕMِ ْوَإِن
ُْ7َُﻥNَْْ أOَ7ََ َ َْةً أَوQُِِ"ا (َ"َاﺡQَْْ*ُْ أَ ﺕMِ ِْنSَ( ََْ َ وَﺙَُثَ وَرُ!َع
(3:3/ءF َ أَدْﻥَ أَ ﺕَُ"ُ"ا )اWَِذ
Artinya: “Dan jika kamu takut tidak akan berlaku adil terhadap anak yatim
maka kawinilah perempuan-perempuan lain yang kamu senangi,
dua, tiga, atau empat orang, dan jika kamu takut tidak akan berlaku
adil, cukup satu orang” ( QS.An-Nisa’/3:3 )
arti ini karena kata nikah yang terdapat dalam Al-Qur’an memang
mengandung dua arti tersebut6. Seperti kata nikah yang terdapat dalam surat
ُ"ﻥُ"ا7َ ُْْ إِن7ِ%ََِ ِْ <ِ&َدِآُْ وَإ9ِ-ِ: ُْ وَا7ْ ِ َََ8ْ ُ"ا ا-ِ7ْوَأَﻥ
(32 :24/ٌ )ا "ر9َِ< ٌCِDِْ@ِ وَا @ُ وَاAَ( ِْ ُ@ (ََُاءَ ُ?ْ ُِِ ا
Artinya: “Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan
orang-orang yang layak ( berkahwin ) dari hamba-hamba sahayamu
yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan....” (Q.S.
An-Nur/24:32 )
6
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan di Indonesia Antara Fiqh Munakahat dan Undang-
Undang Perkawinan, ( Kencana, 2006 ), cet, h.36
a. Imam Abu Hanifah :
7
ًاQْ:َ' ِYَْ*ُN َْ اWِْ ُQْ9ِMُ ٌQَْ< ُ@َﻥ8ِ! َُح7G ا
Artinya : “Nikah adalah suatu akad dengan tujuan memiliki kesenangan
secara sengaja.”.
b. Imam Maliki:
@&' Y 9&! *N9' Z" 9[ Y9ِ ا *َ\ُذِ !ِدYَْ*ُ َِد/ُ ََ< ٌQَْ< ُ@َﻥ8ِ! َُح7G ا
8
9[
Artinya: “Nikah adalah suatu akad yang mengandung ketentuan hukum
semata-mata untuk membolehkan watha’,bersenang-senang
dan menikmati apa saja yang ada pada diri seorang
perempuan yang boleh dinikahinya ”.
c. Imam Syafi’i :
9
َNَُحٍ اَوْ ﺕَ`ْوِْ_ٍ اَوْ َْ َه7ِْ إِﻥaْMَِ! ٍَ وَطْءWِْ ُNَAَ*َ ٌQَْ< ُ@ََﻥ8ِ! َُح7G ا
Artinya : “Nikah adalah suatu akad yang mengandung pemilikan ”wathi”
dengan menggunakan kata menikahkan atau mengawinkan
atau kata lain yang menjadi sinonimnya ”.
d. Imam Hambali :
10
ِْ*َعNِ*ْDِcِْ اYََMْ َ ََ< ٍ_َِْحٍ أَوْ ﺕَ`ْو7ِْ إِﻥaْMَِ! ٌQَْ< َ"َُحُ ه7G ا
Artinya : “ Nikah adalah suatu akad dengan menggunakan lafdz-lafadz
inkah atau tazwij untuk manfaat (menikmati) kesenangan ”.
7
Abdurrahman Al-Jaziri, Kitab Fiqh Al-Mazahib Al-Arba’ah, Mishr : tp, t.th, h.2
8
Ibid., h.2
9
Ibid, h.3
10
Ibid., h.4
diri istrinya, karena sudah menjadi halal baginya kehormatan dan
keseluruhan dari apapun yang dimiliki oleh seorang istri untuk suaminya
dan begitupun sebaliknya, karena hal tersebut sudah sesuai dengan Syara’
atau ketentuan yang berlaku, hal ini dapat terjadi tidak terlepas dari sudah
adanya suatu aqad atau ikatan legal baik menurut hukum agama ataupun
ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita dengan tujuan
akad yang sangat kuat atau mitsaqan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah
Menurut para jumhur ulama hukum pernikahan atau perkawinan itu adalah
sunnah, hal ini didasari dari banyaknya perintah allah dalam Al-Qur’an dan juga
11
Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Departemen Agama, Kompilasi Hukum
Islam di Indonesia, ( Jakarta : Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama, 1992 ), h. 14
hadits-hadits nabi yang beberapa diantaranya berisi anjuran untuk melangsungkan
pernikahan.12
َُ"ﻥُ"ا (ََُاء7َ ُْْ إِن7ِ%ََِ ِْ <ِ&َدِآُْ وَإ9ِ-ِ: ُْ وَا7ْ ِ َََ8ْ ُ"ا ا-ِ7ْوَأَﻥ
(32 :24/ )ا "ر... ِ@ِْAَ( ِْ ُ@ ُ?ْ ُِِ ا
Artinya: “Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan
orang-orang yang layak ( untuk kawin ) di antara hamba-hamba
sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memberikan
kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya ( Q.S. An-Nur/24:32 )
sendiri sudah melaksanakan hal tersebut, dan beliau menginginkan para umatnya
menjalankan apa yang beliau sendiri telah jalani dan beliau lakukan. Seperti salah
َِ أَﻥ7َ :َََ 'َلDَْ@ِ و9ََ< eَ ا$ََ ﺹJِ& <َ ْ@ُ أَن اeَ اJِِ رَﺽWَِ ِْ!<َِ ا
َhْ9ََ( ِ* ُD َْ< َZِ[ََْ رNَ( ََءFG ُِ وَأَﺕَ`َوَجَ اKْ(ََ وَأَﻥَمَ وَأَﺹُ"ْمُ وَأGَأُﺹ
(F )روامGِ
Artinya: “Dari Anas bin Malik ra., bahwasanya nabi SAW memuji Allah dan
menyanjung-Nya, beliau berkata ; Akan tetapi aku sholat, aku tidur, aku
berpuasa, aku makan dan aku mengawini perempuan ; barang siapa
yang tidak suka dengan perbuatanku, maka bukanlah dia dari
golonganku ”. ( H. R. Muslilm )
Sedangkan asal hukum nikah itu sendiri adalah Mubah. 13 Hukum tersebut
bisa berubah sesuai dengan keadaan seseorang yang akan melakukan pernikahan,
12
Prof. Dr. Amir Syarifuddin, Hukum Pernikahan Islam di Indonesia. Antara Fiqh
Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan, ( Jakarta: Kencana, 2006 ) h.43
hukum itu bisa menjadi wajib, sunnah, haram atau makruh. 14 Berikut adalah
definisinya :
1. Wajib
biologisnya sudah mendesak dan dia takut atau khawatir akan menuju ke hal
yang seperti itu menikah, karena untuk menjauhkan diri dari hal yang haram
adalah suatu hal yang wajib, dan tidak ada jalan lain kecuali menikah. 15
...ِ@ِْAَ( ِْ ُ@ َُُ ا9ِ ْ?ُ *ََﺡً ﺡ7ُِونَ ﻥQِ/َ َ َِ\ ِ اkِMَْ*ْFَ9ْ َو
(33 :24/)ا "ر
Artinya: “ Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah mereka
menjaga kesucian ( diri ) nya, sehingga Allah memampukan mereka
dengan karunia- Nya......... “ .( Q.S. An-Nur/24:33 )
2. Sunnah
yang sudah mempunyai kesanggupan untuk menikah dan sudah mampu untuk
memelihara diri sendiri dari segala perbuatan yang terlarang. Karena sudah
13
H. Abdul Fatah Idris dan H. Abu Ahmadi, Fiqh Islam Lengkap, ( Jakarta : Rineka Cipta,
1994), h. 198.
14
Ibid h.5
15
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, ( Beirut : Dar al-Fikr, 1992 ) Jilid 2, Juz 6, h.13
jelas, pernikahan adalah suatu hal yang bagus dan baik bagi dirinya, dan juga
َ ْ! َQَْD َCِNَD @ِ أَﻥZ9َlُN ُْ !ُْ اQْ9َِD ِ أَْ&ََﻥ:ََِبٍ أَﻥ@ُ 'َل# ِْ!<َْ ا
ِeُ"ْلُ اDَُ رnََ َ( .َ$*َ&َ*َ ُْ"ْنُ اَنAَ ُْ! َُنNُْ< َأَ!ِ وَ'َصٍ ََ"ْلُ اَرَاد
(رr& اnْ َ )روا9َ:َ*َْq ,َWَََِ وََ"ْ أََزََ@ُ ذDَْ@ِ و9ََ< eﺹَ ا
“ Bersumber dari Ibnu Syihab, sesungguhnya dia berkata : “ Sa’id bin Al
Musyyab bercerita kepadaku, bahwa dia pernah mendengar Sa’ad bin Abu
Waqqash mengatakan : “ Ustman bin Madh’un bermaksud akan membujang
terus, namun kemudian Rasulullah SAW melarangnya. Seandainya beliau
merestuinya niscaya kami akan melakukan pengkibirian”. (HR. Bukhori)17
3. Makruh
pernikahan. Namun ada juga orang yang telah mempunyai bekal untuk
4. Haram19
16
Kamal Mukhtar, Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, ( Jakarta : Bulan Bintang,
1993 ), h.16
17
Al-Imam Muslim dan Imam Nawawi, Shahih Muslim, Muslim Abu Husein, ( Beirut Dar al-
Fikr, 1983 )
18
Prof. Dr. Amir Syarifuddin, Hukum Pernikahan Islam di Indonesia. Antara Fiqh
Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan, ( Jakarta: Kencana, 2006 ) h.43-44
19
Ibid, h. 17
Seseorang diharamkan untuk menikah, alasannya adalah orang
islam, pernikahan merupakan sesuatu yang sakral dan juga merupakan suatu
20
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, ( Beirut : Dar al-Fikr, 1992 ) Jilid 2, Juz 6, h.14
Dalam pasal lain Undang-Undang Perkawinan menetapkan beberapa
( dua puluh satu ) tahun harus mendapat izin kedua orang tua.
c. Dalam hal salah seorang dari kedua orang tua telah meninggal dunia atau
dimaksud ayat (2) pasal ini cukup di peroleh dari orang tua yang masih
d. Dalam hal kedua orang tua telah meninggal dunia atau dalam keadaan
darah dalam garis keturunan, lurus ke atas selama mereka masih hidup dan
e. Dalam hal ada perbedaan pendapat antara orang-orang yang disebut dalam
ayat (2),(3) dan (4) pasal ini, atau salah seorang atau lebih diantara mereka
mendengar orang-orang tersebut dalam ayat (2), (3) dan (4) pasal ini.
Selanjutnya dalam pasal 7 disebutkan : Perkawinan hanya diizinkan
jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak
Dalam Kompilasi Hukum Islam bab IV pasal 14, yang berisi tentang
a. Calon Suami;
b. Calon Istri;
c. Wali Nikah;
Pasal 5
(2) Pencatatan perkawinan tersebut apada ayat (1), dilakukan oleh Pegawai
Pasal 6
21
Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Departemen Agama, Kompilasi Hukum
Islam di Indonesia, ( Jakarta : Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama, 1992 ), h. 18
(1) Untuk memenuhi ketentuan dalam pasal 5, setiap perkawinan harus
Nikah.
Dalam Islam, rukun dan syarat merupakan dua hal yang tidak dapat
dipisahkan antara satu dengan lainnya, karena kebanyakan dari setiap aktivitas
ibadah yang ada dalam agama islam, senantiasa ada yang namanya rukun dan
syarat, sehingga bisa dibedakan dari pengertian keduanya adalah syarat yang
merupakan suatu hal yang harus ada dan terpenuhi sebelum melakukan suatu
perbuatan, sedangkan rukun merupakan suatu hal yang harus ada atau
wali, akad nikah dan saksi. Semua itu adalah sebagian dari hakikat
perkawinan dan tidak dapat terjadi suatu perkawinan kalau tidak ada salah
22
Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Departemen Agama, Kompilasi Hukum
Islam di Indonesia, ( Jakarta : Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama, 1992 ), h.
satu dari rukun perkawinan di atas. Maka yang demikian itu dinamakan
Perkawinan.23
dan merupakan salah satu bagian hakikat perkawinan tersebut, misalnya saja
syarat bahwa wali itu laki-laki, baligh, berakal ( tidak gila ), seorang muslim,
tidak sedang ihram, dan harus adil, ini menjadi penting karena disini selain
menjadi saksi pernikahan, wali mempunyai posisi atau hak penuh untuk
Para ulama sepakat bahwa rukun dan syarat perkawinan itu terdiri dari
a. Rukun Pernikahan
23
Mahmud Yunus, Hukum Perkawinan Dalam Islam, ( Jakarta : PT.Hidakarya Agung,
1996), h. 34
Artinya : “Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan
supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah “(QS. Adz
Dzariyat/51: 49)
Aqad nikah dianggap sah apabila ada seorang wali atau wakilnya yang
Pelaksanaan aqad nikah akan sah apabila ada dua orang yang
5) Sighat akad nikah, yaitu ijab qabul yang diucapkan oleh wali atau
wakilnya dari pihak wanita, dan dijawab oleh calon pengantin pria.
wali atau wakilnya, karena tanpa adanya wali atau wakilnya maka
24
Daaruquthny, Sunan Daruquthuny, ( Beirut : Dar al- Fikr, 1994 ), Jilid 3, h.139
Kaitannya dengan pernyataan diatas, penulis ingin memaparkan
tentang adanya beberapa definisi wali yang ada dan fungsi dari wali-wali
tersebut :
1) Wali Mujbir
2) Wali Nasab
dengan pengantin wanita yang masih satu garis darah dengan ayah dari
3) Wali Hakim
persetujuan dari kedua belah pihak, bisa dari KUA ataupun yang
kedua calon mempelai agar perkawinan itu sah dan tidak ada pihak yang
merasa dirugikan.
h) Seorang muslim.25
kekeluargaan.
atau yahudi );
g) Tertentu orangnya;
25
Abd Rahman Gazali, Fiqih Munakahat, ( Bogor: Kencana, 2003 ), h.50
3) Syarat bagi wali nikah
a) Baligh;
c) Laki-laki;
d) Seorang muslim;
f) Harus adil.27
4) Syarat-syarat saksi
a) Baligh;
b) Seorang muslim;
c) Laki-laki;
d) Merdeka;
e) Adil;
f) Tidak tuli;
g) Tidak buta;
h) Tidak bisu;
26
Asmin, Status Perkawinan Antar Agama, ( Jakarta : PT. Dian Karya, 1986 ), h.32
27
Ahmad Rafiq, Hukum Islam di Indonesia, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998 ),
h.71
Berikut firman Allah tentang betapa pentingnya kehadiran seorang
ْ َ ِْنSَ( ُْ7ََِِِْ ِْ رQ9َِ# ُواQِْlَ*ْDْلِ وَاQَْ ِ! ُ@9َِْ و$ِْNُ9َْ( َ"ُه
َِاءQَl ْ ﺕَْﺽَ"ْنَ َِ اNِ ٌِ وَاَْأَﺕَن$ََُ( ِْ9ََُُ"ﻥَ ر7َ
(282 :2/)ا &ة
Artinya: “Dan adakanlah dua orang saksi dari saksi laki-laki
kalanganmu, jika tidak ada dua orang laki-laki, maka cukup
seorang laki-laki dan dua orang perempuan yang kamu sukai
untuk menjadi saksi”. ( Q.S. Al-Baqarah/2:282 ).
X. Tujuan Pernikahan
keadaan bersatunya dua insan yang berbeda yang tidak pernah mengenal satu
sama lainnya namun dapat bertemu dan bersatu dalam sebuah ikatan yang disebut
pernikahan, yang tentunya sesuai dengan perintah Allah yaitu untuk membina
sebuah rumah tangga yang sakinah mawaddah warrahmah serta dapat melahirkan
putra atau putri yang shalih atau shalihah dan berguna bagi bangsa dan
agamanya, serta mendapatkan rizqi yang berlimpah, karena sesuai dengan firman
Allah SWT :
)ال.. ََِةKْ َُNْ ِ ا9ِIَ َْ َ وَا9ِ َ&ْ َءِ وَاFG َ"َاتِ َِ اl اZ
َُ ِ سِ ﺡGُز
(14 :3/انN<
Artinya: “Dijadikan indah pada ( pandangan ) manusia kecintaan kepada apa-
apa yang diinggini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang
banyak.......” ( Q.S. Ali Imran/3:14 )
28
Ahmad Rafiq, Hukum Islam di Indonesia..., h.72
Dalam Undang-Undang No.1 tahun 1974 bahwa tujuan dari perkawinan
adalah untuk membentuk keluarga ( rumah tangga ) yang bahagia dan kekal
Tujuan lain dari perkawinan dalam Islam ialah untuk memenuhi tuntutan
hajat tabiat kemanusiaan yaitu berhubungannya antara laki-laki dan wanita dalam
rangka mewujudkan suatu keluarga yang bahagia dengan rasa cinta kasih sayang
ketentuan syara’29
Diantaranya adalah :
melahirkan generasi yang akan datang yang mampu berguna bagi bangsa dan
29
Moh.Idris Romulya, Hukum Perkawinan Islam : Suatu Analisis dari Undang-Undang no.1
tahun 1974 dan KHI, ( Jakarta, Bumi Aksara, 1996 ), cet ke 1. h.27
30
Ibid, h.46
Artinya : “ Wahai sekalian manusia bertakwalah kepada Tuhan mu yang
menjadikan kamu dari diri yang satu dari pada Allah menjadikan
istri-istri dari keduanya Allah menjadikan anak keturunan yang
banyak, laki-laki dan perempuan”. (QS. Al-Nisa/4:1)
garizah umat manusia bahkan juga garizah bagi makhluk hidup yang
diciptakan Allah. Untuk maksud itu Allah menciptakan bagi manusia nafsu
tersebut secara sah dan legal adalah melalui lembaga perkawinan, karena
Allah akan sangat membenci apabila ada manusia yang melakukan penyaluran
syahwatnya secara tidak legal atau tidak sah baik menurut agama maupun
negara, atau yang biasa disebut atau dikenal dengan nama zina atau berzina.
4. Untuk menjaga diri dari pandangan mata dari segala sesuatu yang berbau
:ََDَْ@ِ و9ََ<ُ e ا$َِ ﺹeُ"ْلَ اDَُْ"ْدِ 'َلَ ََ رFَ ِْ! ِeِ اQْ&َ< َْ<
ََ:َ&ِْ yَ[َِﻥَّ@ُ أSَ( َْ*َ`َوج9َْ( َُُ اْ &َءَة7ْ ِ ََعKَ*ْD&َبِ َِ اl ََ اlََْ
nِﻥ@ُ َ@ُ وَِءٌ )رواSَ( ِ"ْم: ِ! ِ@ْ9َََ( ْCِKَ*ْFَْ َ ََْج وِ َْMِْ َُ:ْوَأَﺡ
31
(Fرى وr& ا
Artinya : “Dari Abdullah bin Masud r.a ia berkata : Rasulullah bersabda
kepada kami : “ hai kaum pemuda, apabila diantara kaum kuasa
untuk kawin, hendaklah ia kawin, sebab kawin itu lebih kuasa
untuk menjaga mata dan kemaluan : dan barang siapa tidak kuasa
hendaklah ia berpuasa, karena berpuasa itu penjaga baginya.
(HR.Bukhori dan Muslim)
sah dalam masyarakat dengan mendirikan rumah tangga yang damai dan teratur.32
Y. Hikmah Pernikahan
Sayyid Sabiq menyatakan ada beberapa hikmah yang bisa di dapatkan dari
2. Naluri kebapaan dan keibuan akan tumbuh saling melengkapi dalam suasana
hidup dengan anak-anak dan akan tumbuh pula perasaan ramah, cinta dan
31
Al-Hafidh Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulughul Maram, terj. H. Moh. Rifai dan Al-Quasasy
Misbah, ( Semarang: Wicaksono, 1989 ), h. 356
32
M.Yunus, Hukum Perkawinan Dalam Islam, ( Jakarta : CV. Al-Hidayah, 1964), h.48
33
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, ( Beirut : Dar al-Fikr, 1992 ) Jilid 2, Juz 6, h.10-12. dan
M.Thalib, 40 Petunjuk Menuju Perkawinan Islami, ( Bandung Irsyad Baitus Salam (IBS), 1995), cet ke
1, h. 34-36
sayang yang merupakan sifat-sifat baik yang menyempurnakan kemanusiaan
seseorang.
antara keluarga
5. Naluri seks merupakan naluri yang paling kuat yang selamanya menuntut
pribadi yang baik, jiwa yang tenang, mata terpelihara, dan perasaan tenang.
berikut :34.
2. Untuk memberi kehidupan yang lebih layak, lebih makmur pada kehidupan
34
Ali Ahad Al –Jurjawi, Hikmah Al-Tasyri Wa Falsafatuh ( Falsafah dan Hikmah Hukum
Islam), penerjemah : Hadi Mulyo dan Sobahus Surur, ( Semarang: CV. Asy-Syifa, 1992 ), h.256-258
3. Sesuai dengan tabiatnya, manusia itu cenderung mengasihi orang yang
sendi penting bagi kesejahteraannya. Seperti firman Allah dalam surat al-
Dari firman Allah tersebut, membenarkan firman atau ayat-ayat dari yang
telah penulis uraikan sebelumnya, bahwa memang benar sudah menjadi ketetapan
Allah kepada manusia atau para umatnya bahwa di bumi ini mereka memang
Hawa dari tulang rusuk Nabi Adam yang mengartikan bahwa pasangan suami
istri bukan hanya untuk melengkapi satu sama lain namun juga merupakan
pasangan jiwa yang kekal dan abadi, walaupun kadang ada yang sudah menikah
bertahun-tahun namun pada akhirnya mereka bercerai, banyak hal yang dapat
menyebabkan sebuah perceraian, mulai dari sudah tidak adanya kecocokan antar
pasangan, atau ada juga pasangan yang mengatakan bahwa jodoh mereka sudah
habis, alasan tersebut masuk diakal karena seperti yang sudah kita ketahui
bersama bahwa jodoh, rezeki dan usia ( mati ) yang mengetahui semua itu
hanyalah Allah semata, namun hal tersebut tidak dapat dijadikan sebuah landasan
perceraian.
jodoh saya atau jodohnya sudah habis, karena selain campur tangan Allah yang
Allah untuk menyatukan mereka dan mereka wajib untuk menjaga rencana indah
tersebut dengan segenap hati dan jiwa mereka hingga mereka bisa membangun
keluarga yang sakinah, mawaddah warrahmah sampai akhir hayat, dan dapat
memberikan atau melahirkan putra dan putri yang shalih dan shalihah, yang
menjadi suri tauladan yang baik, dan dapat berguna bagi bangsa dan terutama
adalah agamanya.
BAB III
landskap lereng dan berada di punggung bukit dengan topografi yang datar.
dewasa sebanyak + 45495 jiwa, perempuan dewasa berjumlah + 50550 jiwa dan
pengangguran atau dengan pekerjaan tidak tetap, serta masih dalam tahap
pendidikan.35
Masyarakat desa Cijurey terdiri dari berbagai etnis. Mayoritas adalah etnis
Sunda + 6066 jiwa ( 60 % ), etnis-etnis lain sebagai minoritas terdiri dari etnis
Jawa + 1011 jiwa ( 10 % ), Melayu + 2022 jiwa ( 20 % ) dan kumpulan etnis yang
35
BPS, Podes, 2000
dengan tingkat menengah atas. Berdasarkan data yang penulis dapat bahwa +
( SLTP ), sedangkan sisanya Sekolah Dasar dan juga yang tidak sekolah sama
sekali.
beragama Islam dan sudah mempunyai latar belakang pendidikan yang bagus,
namun para penduduk di desa ini masih cenderung percaya kepada adat istiadat
atau ajaran dari leluhur dan nenek moyang mereka tentang agama kepercayaan
atau adat istiadat yang ada pada zaman leluhur atau nenek moyang mereka. Hal
inilah yang melandasi banyaknya praktik atas nama tradisi yang dianggap syar’i
oleh masyarakat luas khususnya oleh penganut Agama Islam di desa tersebut.
Seperti yang telah penulis utarakan di atas bahwa para penduduk desa
Cijurey atau masyarakat sunda masih sangat kental dalam menjalankan tradisi
yang ada di desa mereka, khususnya dalam hal Pernikahan. Bahkan mereka
a. Pernikahan Biasa
Pernikahan yang aturan dan tata caranya sesuai dengan ketentuan yang
b. Pernikahan Diam-Diam
Pernikahan yang aturan dan tata caranya sesuai dengan adat istiadat atau
tradisi yang berlaku di daerah tersebut. Dalam pernikahan ini terbagi menjadi
a. Kawin Gantung
orang tua dari dua orang anak kecil yang berlainan jenis ( laki-laki dan
apabila dua orang anak kecil tersebut ( laki-laki dan perempuan ) sudah
kecil tersebut masih kecil dan belum mengerti akan arti dari sebuah
pernikahan, kesepakatan ini hanya dilaksanakan oleh kedua orang tua dari
anak kecil tersebut dan disaksikan oleh sanak saudara dari kedua belah
36
Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaaan Daerah Jakarta, Upacara Perkawinan
Jawa Barat, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, ( Jakarta, 1982 ), h. 64-69
pihak yang diikuti oleh acara selamatan sekedarnya saja, tanpa perlu
dan belum akil balig dengan seorang lelaki dewasa, yang sesudah
adalah agar sang mertua mempunyai tenaga pembantu baik untuk dirumah
menantunya.
adalah, seorang suami yang ingin mempunyai istri lagi tapi tidak mau
diketahui oleh istri pertamanya, cara yang dilakukan agar tidak diketahui
melakukan ijab qabul di depan penghulu atau KUA adalah sang wakil
namun dengan membawa pendok (keris) tersebut, ini sebagai tanda bahwa
dia hanya mewakili pernikahan tersebut. Ada 2 alasan kenapa bisa terjadi
d. Kawin Sembunyi
ingin menikah lagi tanpa diketahui oleh istri sebelumnya, ini sama dengan
Perkawinan yang dilangsungkan oleh orang tua sang gadis kepada pria
f. Ditarik Kawin
1) Ditarik Kawin I
sang pengantin pria atau orang tuanya belum mampu secara materi,
maka orang tua dari pengantin wanita siap menganggung semua biaya
segera dilangsungkan.
2) Ditarik Kawin II
ini diminta oleh orang tua perempuan kepada orang tua laki-laki
g. Kawin Kias
Digunakan istilah kawin kias karena kawinnya itu merupakan kiasan agar
h. Kawin Panyela
oleh suami yang telah mentalak istriinya dengan talak tiga, namun ingin
rujuk kembali dengan istrinya, oleh karena itu sang istri harus menikah
dulu dengan orang lain kemudian setelah habis masa iddahnya orang
tersebut harus menceraikan sang wanita, agar dapat menikah lagi dengan
suaminya, oleh karena itu orang lain tersebut adalah orang dari suruhan
dari sang suami, jadi setelah habis masa iddahnya sang suami bisa
Perkawinan yang dilakukan oleh duda yang sudah tua dengan janda yang
j. Nyalindung Ka Gelung
yang menikahi istrinya, namun sang istri lebih kaya dan mempunyai
k. Manggih Kaya
Perkawinan antara lelaki yang kaya dengan perempuan yang miskin, bagi
perkawinan ini juga tidak ada syarat yang nyata, ini hanya pendapat
demikian.
Ini kebalikan dari Kawin Turun Karanjang, yaitu Perkawinan yang terjadi
apabila sang pengantin menikah dengan kakak mantan istrinya atau kakak
mantan suaminya.
rangkaian demi rangkaian upacara adat ini harus dilakukan bagi kedua mempelai
baik dilakukan sebelum ataupun dalam proses pernikahan mereka. Berikut adalah
2. Nendeun Omong.
Pembicaraan orang tua atau utusan pihak pria yang berminat mempersunting
seorang gadis.
2. Lamaran
3. Tunangan.
37
Sri Saadah Soepomo, dkk, Pandangan Generasi Muda Terhadap Upacara Perkawinan Di
Kota Bandung, ( Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1998), h.32-35
Calon pengantin pria membawa uang, pakaian, perabot rumah tangga, perabot
5. Ngeuyeuk Seureuh.
6. Membuat Lungkun.
Dua lembar daun sirih bertangkai saling dihadapkan, Digulung menjadi satu
memanjang, Diikat dengan benang kanteh, Diikuti kedua orang tua dan para
b. Ngabageakeun.
kepada calon pengantin pria, kemudian diapit oleh kedua orang tua calon
c. Akad Nikah.
Petugas KUA, Para Saksi, Pengantin Pria sudah berada di tempat nikah.
d. Sungkeman.
mereka.
e. Wejangan.
f. Saweran.
g. Meuleum Harupat.
pengantin pria.
h. Nincak Endog.
Pengantin pria menginjak telur dan elekan sampai pecah, lantas kakinya di
i. Buka Pintu.
Diawali mengetuk pintu tiga kali, diadakan tanya jawab dengan pantun
bersahutan dari dalam dan luar pintu rumah, setelah kalimat Syahadat
Setelah penulis menguraikan tata cara yang terjadi pada saat pernikahan di
desa tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa setiap rangkaian prosesi acara
memiliki nilai tersendiri bagi kedua mempelai. Mulai dari do’a agar memperoleh
dilakukan dan dilaksanakan dengan sangat suka cita dan penuh dengan ke
khidmatan dengan harapan supaya apa yang telah mereka laksanakan tersebut
dapat terwujud dan menjadi suatu hal yang baik bagi kelangsungan pernikahan
mereka ke depannya nanti dan agar nantinya mereka menjadi keluarga yang
dapat diambil beberapa nilai filosofis yang dapat kita pelajari serta kita ambil
1. Kemudahan Rezeki.
pecahan uang logam dan permen manis merupakan tanda sekaligus do’a agar
diberi rezeki yang melimpah. Dengan saweran, para tamu dan penduduk
sekitar akan merasa senang dan dengan sendirinya akan memberikan do’a
Ini dapat diartikan bahwa sang mempelai masih menghormati jasa-jasa para
kedua orangtua dari para mempelai dan mengharapkan nasihat atau petuah
yang dapat dicontoh atau dipelajari oleh kedua mempelai untuk mengarungi
harus siap untuk mengabdikan diri sepenuhya kepada suami, karena dalam
suatu pernikahan suami akan menjadi imam dalam kehidupan rumah tangga
mereka.
4. Pembuatan Lungkun
Ini dimaknai dengan maksud atau tujuan apabila kedua mempelai di masa
5. Lamaran.
tangga.
mentaati adat istiadat yang berlaku di desa Cijurey Sukabumi Jawa Barat, namun
juga untuk mengharapkan ridho dan restu dari banyak orang dan tentunya Allah
SWT, agar pernikahan mereka dapat berjalan dengan baik dan menjadi keluarga
Kata melangkahi berasal dari kata langkah yang artinya adalah melewati
atau mendahului. Disini ada tiga pengertian yang Pertama; melangkahi artinya
mendahului kawin, yang Kedua; pelangkah artinya barang yang diberikan oleh
calon pengantin pria kepada kakak calon pengantin wanita yang belum menikah
(yang dilangkahi atau yang didahului kawin) dan yang Ketiga; pelangkahan
kawin ( menikah ).
B. Adat Istiadat
Istilah hukum adat pertama kali digunakan oleh Snouch Hurgronje karena
hukum adat itu adalah terjemahan dari istilah dalam bahasa Belanda yaitu
karyanya De Atjehihers yang isinya membahas perihal adat istiadat suku bangsa
38
“Kamus Besar Bahasa Indonesia”, artikel diakses pada 23 Januari 2010 dari http://
www.google.com
aceh.39 Adatrecht disini adalah keseluruhan aturan tingkah laku yang berlaku
bagi bumi putera dan orang Timur Asing yang mempunyai upaya memaksa lagi
Sedangkan kata adat itu sendiri berasal dari bahasa arab yang berati
Hukum adat itu adalah hukum yang mengatur tingkah laku manusia Indonesia
Dalam hubungan satu sama lain, baik yang merupakan keseluruhan kelaziman
keputusan dalam masyarakat adat itu, ialah yang terdiri dari lurah, penghulu
39
A.Ridwan Halim, Hukum Adat Dalam Tanya Jawab, ( Jakarta:Ghalia Indonesia, 1989 ),
cet.ke II, h.4
40
Soerjono Soekanto dan Soleman B. Taneko, Hukum Adat Indonesia,(Jakarta:CV. Rajawali,
1990), cet. Ke IV, h.25
41
A.Ridwan Halim, Hukum Adat Dalam Tanya Jawab, (Jakarta:Ghalia Indonesia,1989) h.83
42
Bushar Muhammad, Asas-Asas Hukum Ada :Suatu Pengantar, ( Jakarta, Pradnya
Paramita, 1994 ), cet.ke 8, h.64
b. Prof. Dr. R. Soepomo
Hukum adat itu ialah keseluruhan hukum yang tidak tertulis, dalam peraturan
yang timbul karena putusan-putusan hakim dan hukum yang hidup sebagai
Sedangkan Menurut Para Ahli Hukum Islam, yang mana mereka melihat
bahwa prinsip-prinsip adat sebagai salah satu sumber hukum Islam yang
sekunder. Artinya adat (‘urf ) terjadi ketika sumber-sumber yang primer tidak
menitik beratkan pada amaliah ulama Madinah, sebab syariat Islam banyak
karena hal itulah mengapa adat istiadat dapat dijadikan pertimbangan sebagai
Islam.
Dalam praktiknya, ada beberapa syarat agar adat itu dapat dijadikan
1. Untuk dapat diterima kedalam salah satu hukum islam, adat tersebut harus
dapat diterima oleh perasaan dan akal sehat, serta mendapatkan pengakuan
43
Ratna Lukito, Pergumulan Antara Hukum Islam dan Hukum Adat di Indonesia,
(Jakarta:INIS, 1998 ), h.8
dari khalayak umum, maksudnya tidak bertentangan dengan hati nurani dan
2. Hal atau adat tersebut sudah sering terjadi dan menjadi perilaku umum dalam
3. Adat tersebut memang sudah ada sebelum atau ketika suatu hal akan
4. Tidak ada persetujuan atau pilihan lain antara kedua belah pihak, maksudnya
adalah apapun itu mereka secara tidak langsung bersedia untuk mengikuti
5. Yang pastinya adat tersebut tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan Sunnah
dari Nabi Muhammad SAW, atau dengan kata lain, adat tersebut tidak
Dalam hal sering terjadi penggunaan atau pemakaian suatu adat istiadat
di suatu daerah, hal ini tidak terlepas dari pengaruh atau doktrin dari para sesepuh
atau orang yang dihormati di daerah tersebut, selain mereka sendiri juga meyakini
beberapa daerah di Indonesia ada sebagian masyarakat yang mempunyai klan atau
kelompok tersebut memasukkan suatu adat istiadat yang wajib dilaksanakn oleh
para pengikutnya atau para kerabatnya, ini ditujukan untuk melestarikan adat
istiadat dari klan mereka sendiri, karena dapat melahirkan generasi-generasi yang
akan melanjutkan adat istiadat atau kebudayaan mereka. 44 Karena menurut Ter
hukum agama, ada tiga macam yang memungkinkan sah atau tidaknya pernikahan
Islam menjadi penentu untuk sah atau tidaknya suatu pernikahan, bahkan
2. Suatu perkawinan atau pernikahan dapat dianggap sah apabila dalam akad
dilakukan akad nikah secara Islam. Hal seperti ini terjadi di daerah Paminggir
44
Imam Sudiyat, Hukum Adat ; Sketsa Asas. ( Yogyakarta : Liberty Yogyakarta, 1981 ) Cet.
Ke-2, h. 107
45
Ter Haar, Asas-Asas dan Susunan Hukum Adat, ( Jakarta : Pradnya Paramita, 1974 ) h.187
46
Surojo Wigbjadipuro, Pengantar dan Asas-Asas Hukum Adat, (Jakarta:Gunung Agung
1982 ),cet.ke IV, h. 33
C. Melangkahi Dilihat Dari Sudut Pandang Adat dan Hukum Islam
kakak kandung. Artinya adalah suatu pernikahan yang tidak diizinkan terjadi
belum menikah.
semacam ini sangat dilarang, karena para masyarakat atau penduduk desa ini
percaya bahwa apabila ada seorang kakak perempuan yang belum menikah
dan dilangkahi pernikahannya oleh sang adik, maka niscaya kehidupan dari
masalah jodoh. Dan juga kakak ataupun keluarga yang akan dilangkahi
menikah oleh sang adik akan mendapatkan dampak ( kesialan ) atau akibat
yang tidak enak bagi keluarga terutama bagi kakaknya, belum lagi kelakuan
sang kakak yang dapat mengecewakan orang tua, karena pelampiasan dari
Hal ini didasari dari adanya pantangan turun temurun ( kapamalian ) dari
para pendahulu keluarga bahwa seorang adik dilarang keras untuk menikah
47
Sri Saadah Soepomo, dkk, Pandangan Generasi Muda Terhadap Upacara Perkawinan Di
Kota Bandung, (Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1998 ), h.32-35
48
Hasil Wawancara dengan Bpk. Firman, Tokoh Masyarakat Desa Cijurey pada tanggal 06
Desember 2008
sebelum kakak wanitanya menikah. Bahkan karena kerasnya larangan ini
apabila memang sudah sangat mendesak sang adik harus menikah ( hamil di
luar nikah atau hal lain ) maka sang adik wajib memberikan uang pelangkah
uang pelangkah ada cara lain yang dapat dilakukan, yaitu mengawinkan sang
kakak perempuan terlebih dahulu, tidak peduli apakah perkawinan sang kakak
kedepannya bagus atau tidak, atau dengan jalan perkawinan, kawin sekarang
besok cerai ( kawin sore, pegat isuk ) tidak menjadi masalah, kawin yang
semacam ini juga disebut “kawin tamba karunghal” atau “kawin kias”. 50
karena secara tidak langsung itu sudah menjadi kewajiban bagi seorang adik
Namun akan berubah menjadi buruk apabila sang adik tidak dapat
lain hal, apabila pelangkah yang diminta dapat dipenuhi maka pernikahan
49
Hasil Wawancara dengan Bpk. Firman, Tokoh Masyarakat Desa Cijurey pada tanggal 06
Desember 2008
50
Ibid, h.31
Karena adanya hal tersebut dikhawatirkan akan berdampak buruk
dilarang karena :
a. Melanggar aturan adat yang sudah berlaku beratus-ratus tahun yang lalu
(kapamalian)
c. Adanya dampak yang akan terjadi kepada sang kakak apabila sang adik
untuk kakaknya
yang menjadi doktrin bagi para keturunannya untuk mau mengikuti peraturan
tersebut. Bahkan sampai ada orang tua yang melarang dan menolak lamaran
seseorang hanya karena kakaknya atau saudaranya yang lebih tua belum
menikah, karena mereka sangat menjungjung tinggi adat istiadat yang telah
ada dari leluhurnya, sehingga mereka berani mengesampingkan hak dan nasib
dari anak mereka sendiri. Sedangkan dalam Islam, apa yang mereka lakukan
tidak pernah ada dalam dalil dan syariat islam. Karena dalam Hukum Islam
tidak pernah ada larangan ataupun hadits yang melarang seseorang untuk
51
(F nَدِآُْ )رواq َْْ أَو9َ! ُِ"ْاQْ< وَا,eإِﺕُ" ا
Artinya : “Bertakwalah kepada allah dan berbuat adillah diantara anak-anak
kalian.”
Dari hadits di atas, dapat disimpulkan bahwa, tidak ada satu orang pun
yang dapat menghalangi niat seseorang untuk menikah, orang tua sekalipun
tidak akan bisa, bahkan rasulullah sangat menyarankan apabila ada seorang
anak gadis yang akan menikah dan sudah ada orang yang meminangnya dan
orang tersebut sudah sesuai dan sekufu dengan sang gadis dan tentunya
dengan syarat orang tersebut harus berakhlak mulia dan berakhlak dengan
akhlak Islam52 walaupun sang gadis masih mempunyai saudara yang belum
51
Al-Imam Muslim dan Imam Nawawi, Shahih Muslim, Muslim Abu Husein, ( Beirut Dar
al-Fikr, 1983) juz 9, h.176
52
Muhammad Ali Ss-Syahbuni, Pernikahan Dini Yang Islami, (Jakarta, Pustaka
Amani, 1996), cet. Ke. 1,h.90)
ْ َ ُْ إِذَا أَﺕَآ,ََDَْ@ِ و9ََ< eِ ﺹََ اeُ"ْلُ اDَ<َْ أَ!ِ هََُْةَ 'َلَ ر
ٌَدFَ(َ و,َِرْضqٌْ (ِ اYً ْ*ِ( ُْ7ََُْ"ْا ﺕMَ ﺕqِ إ,ُnْ"ُGﺕَْﺽَ"ْنَ دِْ َ@ُ وََُُ@ُ (َ`َو
( إ! @ وا *\ىnٌ )رواyَِْ<
Artinya : “ Bila datang meminang kepadamu orang yang kamu sukai agama
dan akhlaknya, maka kawinkanlah dia. Jika tidak kamu lakukan,
maka akan terjadi fitnah di muka bumi dan akan ada kerusakan
yang besar. ( H.R. Ibnu Majah dan Tirmidzi )
hanyalah sebuah istilah yang sudah biasa dan sudah dikenal oleh masyarakat.
Namun karena sudah berlangsung sekian lama dan turun temurun maka
Karena dasar itulah walaupun ia berasal dari hukum adat, hal itu tidak bisa
namun itu tidak bisa menjadi dasar adat bisa masuk dalam hukum islam.
sebagai salah satu sumber hukum Islam. Akan tetapi hanya dalam urusan
oleh Allah seperti yang telah diatur dalam Al-qur’an dan Sunnah Rasulnya.
kebiasaan ( urf ) yang berlaku pada kebiasaan masyarakat tertentu. Adat yang
tidak bertentangan ini disebut adat istiadat yang shahih, sedangkan larangan
dengan hukum Islam ( Abdul wahab khallaf, ilmu ushul fiqh, ( jakarta, majlis
al-a’ala. 1972), h.89) hal tersebut dianggap telah mempersulit dan menentang
salah satu perintah allah swt. Sebagaimana firman allah dalam surat Al-Hajj
(78 :22/_- ِ ِْ ﺡََجٍ )اGQ اJِ( ُْ7ْ9ََ< َ$ََ ََو
Artinya : “Dan dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama
suatu kesempitan”. ( Q.S Al-Haj/22:78)
َ@ ُوا اG&َ7ُ*َِةَ وQِْ ُِ"ا اNْ7ُ*ََِْ وFُْ ُُ ا7ِ! ُQُِ َََْ وFُ9ْ ُُ ا7ِ! ُ@ ُ اQُِْ
(185 :2/ُُونَ )ا &ة7ْlَُْ ﺕ7ََََاآُْ وQَ<ََ َ ه
Artinya: “Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu”. ( Q.S. Al-baqarah/2:185)
Kakak
sudah mulai agak ditinggalkan, karena sudah tidak relevan lagi untuk
diaplikasikan pada masa sekarang, hal ini bisa dilihat dari mulai adanya
masyarakat yang masih setia dan menjalani tradisi tersebut, namun ada juga
masih sangat percaya apabila seorang kakak yang belum menikah harus
dilangkahi menikah oleh sang adik, maka kehidupan sang kakak tidak akan bagus
untuk kedepannya, baik untuk masalah jodoh ataupun karir, karena alasan itulah
kadang ada orang tua yang tidak mengizinkan apabila ada anak yang lebih tua
harus dilangkahi menikah oleh sang adik, terutama apabila sang kakak itu
pernikahan kecuali sang adik dapat memberikan persyaratan yang diberikan oleh
kakaknya, baik berupa barang ataupun uang. Sedangkan apabila sang adik belum
bisa memberikan persyaratan dari sang kakak, maka hal tersebut kembali kepada
Sedangkan untuk yang tidak setuju atau sudah tidak mengikuti adat
istiadat tersebut, apabila sang adik ingin menikah, maka orang tua ataupun sang
kakak akan dengan senang hati menerima kabar baik tersebut. Menurut mereka
hal tersebut jauh lebih baik daripada harus melarang sang adik menikah yang
nantinya justru akan mendatangkan hal yang tidak baik untuk adiknya. Seperti
contoh sang adik yang ingin melangsungkan pernikahan namun harus dilarang,
maka imbasnya adalah, sang adik dapat melakukan zina ataupun kawin lari, oleh
E. Analisis Penulis
53
Hasil Wawancara dengan Ibu Aas, Ibu Rumah Tangga pada tanggal 08 Desember 2008.
Pada awalnya pernikahan melangkahi kakak kandung (karunghal)
Cijurey, namun sejalan dan dengan seiringnya waktu, banyak keluarga yang
kepada keturunan mereka, sehingga dari awalnya yang hanya kebiasaan, lama
kelamaan menjadi tradisi dan menjadi adat dalam kehidupan masyarakat desa
Cijurey.
Dalam pengaplikasiannya ada pro dan kontra yang terjadi, ada perbedaan
pendapat yang timbul di kalangan masyarakat, yaitu; ada yang setuju dan ada
1. Mereka mengikuti adat yang sudah ada secara turun temurun, dan sudah
mereka.
2. Mereka beranggapan bahwa apabila ada kakak yang belum menikah namun
dirunghal / dilangkahi oleh adiknya, maka mereka khawatir sang kakak akan
3. Sugesti yang menjadi doa, maksudnya, kenapa sang kakak lama mendapatkan
jodoh, karena berawal dari rasa khawatir orang tua yang anak perempuannya (
karena ucapan atau doa dari orang tua perempuan yang selalu berkata, kapan
anak saya akan mendapatkan jodohnya, sehingga secara tidak langsung
dan mau menerima kenyataan serta selalu berdoa secara positif maka bukan
tidak mungkin sang kakak yang dilangkahi oleh adiknya dapat segera
mendapatkan jodohnya
4. Menjaga perasaan sang kakak yang akan dilangkahi ( dirunghal ) oleh adiknya
agar tidak sakit hati dan berdampak buruk untuk kejiwaan sang kakak yang
dikhwatirkan akan timbul prilaku aneh dari sang kakak, sang kakak menjadi
1. Efek yang terjadi dari tertundanya pernikahan tersebut adalah, sang adik
melakukan zina atau perbuatan buruk lainnya, karena sang adik telah siap
menikah namun harus ditunda karena harus menunggu kesiapan atau izin dari
sang kakak.
2. Efek berkelanjutan dari mulanya cuma sekedar ditunda, namun menjadi gagal
akibat rasa kecewa dari pihak mempelai lainnya, karena harus terlalu lama
3. Persyaratan yang timbul ( uang pelangkah) yang tidak dapat dipenuhi oleh
kakak kandung, karena dilihat dari segi agama dan negara manapun
pernikahan melangkahi kakak tidak pernah ada, karena itu timbul dari adat
istadat dan kebiasaan yang timbul dari mayarakat sunda, khususnya yang
kakaknya, bahkan ada beberapa hadits nabi dan fiman allah yang
mempelai sudah siap lahir bathin, dan telah siap segalanya. Berikut kutipan
ِ7َ :َََ 'َلDَْ@ِ و9ََ< eَ ا$ََ ﺹJِ& <َ ْ@ُ أَن اeَ اJِِ رَﺽWَِ ِْ!<َِ ا
ِ* ُD َْ< َZِ[ََْ رNَ( ََءFG ُِ وَأَﺕَ`َوَجَ اKْ(ََ وَأَﻥَمَ وَأَﺹُ"ْمُ وَأGَأَﻥَ أُﺹ
(F n )رواGِ َhْ9ََ(
Artinya: “Dari Anas bin Malik ra., bahwasanya nabi SAW memuji Allah dan
menyanjung-Nya, beliau berkata ; Akan tetapi aku sholat, aku tidur,
aku berpuasa, aku makan dan aku mengawini perempuan ; barang
siapa yang tidak suka dengan perbuatanku, maka bukanlah dia dari
golonganku ”. ( H. R. Muslilm )
ُ"ﻥُ"ا7َ ُْْ إِن7ِ%ََِ ِْ <ِ&َدِآُْ وَإ9ِ-ِ: ُْ وَا7ْ ِ َََ8ْ ُ"ا ا-ِ7ْوَأَﻥ
(32 :24/ٌ )ا "ر9َِ< ٌCِDِْ@ِ وَا @ُ وَاAَ( ِْ ُ@ (ََُاءَ ُ?ْ ُِِ ا
Artinya: “Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan
orang-orang yang layak ( untuk kawin ) di antara hamba-hamba
sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan
memberikan kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya ( Q.S.
An-Nur/24:32 )
Tidak pernah ada suatu agama, suatu negara atau orang tua manapun yang
pernikahan, karena menikah adalah hak dari seorang manusia, bahkan dalam
bathin antara seorang pria dengan seorang wanita dengan tujuan membentuk
keluarga ( rumah tangga ) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa”.
BAB V
PENUTUP
I. Kesimpulan
Pada bab ini penulis akan mengemas beberapa kesimpulan dari perumusan
1. Tradisi Pernikahan di Desa Cijurey Sukabumi Jawa Barat masih sangat kental
dengan adat istiadat para leluhur, hal ini bisa dilihat dari masih adanya
Pintu.
2. Pada awalnya adat istiadat ini diterima dan dijalani oleh masyarakat Desa
dengan baik adat istiadat tersebut. Namun dengan berjalannya waktu dan
berkembangnya zaman mulai timbul pro dan kontra yang terjadi di tengah-
tengah masyarakat tersebut. Bagi yang Pro mereka sangat percaya apabila
oleh adiknya, mereka percaya bahwa kehidupan sang kakak kedepannya nanti
tidak akan berjalan dengan baik, terutama untuk masalah jodoh, oleh
karenanya para orang tua dan kakak perempuan di desa tersebut tidak akan
pernah mengizinkan seorang adik untuk menikah melangkahi kakak
uang pelangkah atau dapat memenuhi persyaratan yang diberikan oleh sang
kakak kepada adiknya. Sedangkan untuk yang Kontra mereka tidak setuju
dengan adat istiadat tersebut karena menurut mereka hanya ada efek buruk
yang akan timbul, terutama untuk kejiwaan sang adik, sang adik yang tertunda
atau gagal menikah akan merasa sangat depresi karena harusnya dia sudah
menikah namun harus tertunda hanya karena harus mengikuti adat istiadat
tersebut, yang akhirnya dapat membuat sang adik berbuat nekat dengan cara
Di dalam Hukum Islam, Allah tidak pernah melarang kaum atau umatnya
suatu pernikahan.
hanyalah sebuah istilah yang sudah biasa dan sudah dikenal oleh masyarakat.
Namun karena sudah berlangsung sekian lama dan turun temurun maka
Karena dasar itulah walaupun ia berasal dari hukum adat, hal itu tidak bisa
Walaupun ada kaedah fiqih yang menyebutkan al-‘ adatu muhakkamat, namun itu
tidak bisa menjadi dasar adat bisa masuk dalam hukum islam.
J. Saran-Saran
1. Kepada para orang tua, sebaiknya tidak terlalu masuk kedalam urusan pribadi
sang anak, karena menikah adalah hak dari seorang anak dan tugas dari para
orang tua adalah merestui serta membimbing pernikahan sang anak. Untuk
masalah jodoh sang kakak yang telah dilangkahi ( dirunghal ) oleh adiknya,
para orang tua harus yakin dan percaya bahwa jodoh, rezeki dan hidup
seseorang sudah digariskan oleh Allah SWT, maka tidak mungkin sang kakak
tidak akan atau jauh dari jodohnya, karena masing-masing umat di dunia
sudah ditentukan jodohnya oleh Allah SWT, hanya mungkin adiknyalah yang
2. Bagi para kakak perempuan yang mempunyai adik, bersikap bijaklah apabila
salah satu dari adik kalian akan menikah mendahului kalian, karena mungkin
adik kalianlah yang terlebih dahulu dipertemukan jodohnya oleh Allah SWT,
percaya bahwa diluar sana Allah telah menyiapkan jodoh untuk kalian, hanya
mungkin masih menunggu saat yang tepat untuk dipertemukan dengan kalian.
Selalu jaga hubungan baik dengan sang adik, sehingga apabila ada satu atau
lain hal yang mengganjal di hati kalian akan ada jalan keluar yang baik bagi
hal yang diluar kendali kalian kepada adik kalian, apabila hal itu terjadi maka
3. Untuk sang adik yang akan menikah, cobalah untuk berbicara secara terbuka
sampai kakak kalian menikah itu akan menjadi hal yang sangat bagus sekali,
tentunya sesuai dengan kesepakatan dari kalian berdua, namun apabila tidak
dapat menunggu bicarakanlah dengan kakak dan orang tua kalian, jalan keluar
apa yang dapat memberikan hasil yang terbaik, baik bagi kakak, adik ataupun
Jawa Barat, ataupun untuk para masyarakat Indonesia pada kalangan ataupun
posisi apapun, tanpa membedakan suku dan budaya yang beragam dan hidup
di negara ini.
Hendaklah lebih terbuka akan segala sesuatu hal yang baru dan mungkin
Islam tidak ada suatu larangan untuk seseorang melakukan suatu hal yang
baik ( menikah ), jangan terlalu dibenturkan oleh adat dan tradisi, yang pada
dasarnya hal tersebut sudah sangat tidak mungkin untuk diterapkan pada masa
sekarang, dalam hal ini melarang seorang adik untuk menikah mendahului
kakaknya.
5. Kepada Para Sesepuh, Alim Ulama ataupun Orang yang dituakan di Desa
Cijurey ataupun desa-desa lain yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai adat
dasar –dasar ilmu agama islam kepada para masyarakat yang tinggal di daerah
tersebut, bahwasanya di dalam agama islam tidak pernah ada larangan untuk
Al-Qur’an al Karim
Asqalani, al dan Ibnu Hajar, al Hafidzh. Bulughul Maram, terj. H. Moh. Rifai dan Al-
Quasasy Misba. Semarang: Wicaksono, 1989
Asmin, Status Perkawinan Antar Agama, Jakarta : PT. Dian Karya, 1986
Dep Dikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1994
Haar, Ter, Asas-Asas dan Susunan Hukum Adat, Jakarta : Pradnya Paramita, 1974
Hadikusuma, Hilman, Hukum Perkawinan Adat, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1990
Halim, A.Ridwan, Hukum Adat Dalam Tanya Jawab, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1989
Idris, Abdul Fatah, Abu Ahmadi, Fiqh Islam Lengkap, Jakarta : Rineka Cipta, 1994
Jurjawi, al, Ali Ahad. Hikmah Al-Tasyri Wa Falsafatush ( Falsafah dan Hikmah
Hukum Islam), Penerjemah : Hadi Mulyo dan Sobahus Surur, Semarang:
CV, Asy-Syifa, 1992
Lukito, Ratna, Pergumulan Antara Hukum Islam dan Hukum Adat di Indonesia,
Jakarta: INIS, 1998
Rafiq, Ahmad, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1998
Sabiq, Sayyid, 40 Petunjuk Menuju Perkawinan Islami, Bandung Irsyad Baitus Salam
(IBS), 1995
Soepomo, Sri Saadah, Dra., Hartati, Dra., Simanullang, Binsar, Drs., Pandangan
Generasi Muda Terhadap Upacara Perkawinan Di Kota Bandung,Jakarta,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1998
Sudiyat, Imam, Hukum Adat ; Sketsa Asas, Yogyakarta : Liberty Yogyakarta, 1981
Yunus, M. Ahmad, H. Prof. Dr., Hukum Perkawinan Dalam Islam, Jakarta : CV. Al-
Hidayah, 1964