Anda di halaman 1dari 25

AKUNTANSI SYARIAH

AKAD IJARAH

Dosen Pengampu: Dr. Aliamin, S.E., M.Si. Ak, CA

Disusun Oleh:

KELOMPOK 2

1. Veri Irawan (2101103010029)


2. Landasan waris (2101103010036)
3. Gamma Burhan Putra (2101103010063)
4. Mushab Nur Fauzan (2101103010092)
5. M. Zaini Kiram (2101103010096)

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

JURUSAN AKUNTANSI

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga

makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih

terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan

baik pikiran maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa

pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam

penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk

itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Banda aceh, 02 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. LATAR BELAKANG.............................................................................................................. 1
1.2. RUMUSAN MASALAH......................................................................................................... 2
1.3. TUJUAN................................................................................................................................... 2
1.4. MANFAAT PENULISAN....................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3


2.1. AKAD....................................................................................................................................... 3
2.2. IJARAH..................................................................................................................................... 3

BAB III PEMBAHASAN......................................................................................4


3.1. PENGERTIAN AKAD IJARAH............................................................................................. 4
3.2. JENIS - JENIS AKAD IJARAH............................................................................................. 5
3.2.1. Jenis – Jenis Akad Berdasarkan Objek Yang Disewakan.......................5
3.2.1.1. Ijarah ‘Ala Al-Manfi’.....................................................................5
3.2.1.2. Ijarah ‘Ala Al - ‘Amal....................................................................6
3.2.2. Jenis – Jenis Akad Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan ED 107.............................................................................................6
3.2.2.1. Ijarah...............................................................................................6
3.2.2.2. Ijarah Muttahiya Bittamlik (IMBT)...............................................7
3.2.2.3. Jual – dan – Ijarah..........................................................................7
3.2.2.4. Ijarah – Lanjut Menyewa...............................................................7
3.3. DASAR SYARI’AH................................................................................................................ 7
3.3.1. Sumber Hukum Akad Musyarakah.........................................................7

iii
3.3.1.1. Al – Qur’an.....................................................................................8
3.3.1.2. As – Sunnah....................................................................................9

3.3.1.3. Ijma.................................................................................................9
3.3.2. Rukun dan Ketentuan Syariah Akad Ijarah.............................................9
3.3.3. Berakhirnya Akad Ijarah.......................................................................12
3.4. PERLAKUAN AKUNTANSI PADA AKAD IJARAH (PSAK ED 107).................12
3.4.1. Akuntansi Untuk Pemberi Sewa (Mu’jir)..............................................12
3.4.2. Akuntansi Untuk Penyewa (Musta’jir)..................................................14
3.5. ILUSTRASI KASUS AKAD IJARAH................................................................................. 15

BAB IV PENUTUP..............................................................................................18
4.1. KESIMPULAN....................................................................................................................... 18
4.2. SARAN................................................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................v

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk sosial yang tak dapat hidup tanpa bantuan
orang lain. Dalam hidupnya, manusia bersosialisi dalam upaya untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, yang termasuk di dalamnya merupakan kegiatan ekonomi.
Segala bentuk interaksi social guna memenuhi kebutuhan hidup manusia
memerlukan ketentuan-ketentuan yang membatasi dan mengatur kegiatan tersebut.

Selain dipandang dari sudut ekonomi, sebagai umat muslim, kita juga perlu
memandang kegiatan ekonomi dari sudut pandang islam. Ketentuan-ketentuan
yang harus ada dalam kegiatan ekonomi sebaiknya juga harus didasarkan pada
ssumber-sumber hukum islam, yaitu Al’Qur’an dan Al-Hadits.

Salah satu bentuk kegiatan manusia dalam lapangan muamalah adalah


Ijarah. Ijarah sering disebut dengan “upah” atau “imbalan”. Kalau sekiranya kitab-
kitab fiqih sering mmenerjemahkan kata Ijarah dengan “sewa-menyewa”, maka
hal tersebut janganlah diartikan menyewa sesuatu barang untuk diambil
manfaatnya saja, tetapi harus dipahami dalam arti yang luas.

Ijarah merupakan salah satu bentuk transaksi muamalah yang banyak


dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Didalam pelaksanaan
ijarah ini, yang menjadi obyek transaksi adalah manfaat yang terdapat pada
sebuah zat. Ijarah yang sering kita kenal dengan persewaan, sangat sering
membantu kehidupan, karena dengan adanya ijarah ini, seseorang yang terkadang
belum bisa membeli benda untuk kebutuhan hidupnya, maka bisa diperbolehkan
dengan cara menyewa.

Konsep Islam mengenai muamalah amatlah baik. Karena menguntungkan


semua pihak yang ada di dalamnya. Namun jika moral manusia tidak baik maka
pasti ada pihak yang dirugikan. Akhlakul Karimah secara menyeluruh harus

1
menjadi rambu-rambu kita dalam bermuamalah dan harus dipatuhi sepenuhnya.
Oleh karena itu, penulis berminat untuk menulis makalah ini yang berjudul “Akad
Ijarah”.

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, dapat disimpulkan bahwa rumusan masalah pada
makalah ini adalah sebagai berikut ini:

1. Apa pengertian akad ijarah?


2. apa saja jenis – jenis akad ijarah?
3. Bagaimana dasar syariah pada akad ijarah?
4. Bagaimana perlakuan akuntansi pada akad ijarah?
5. Bagaimana ilustrasi kasus akad ijarah?
,

1.3. Tujuan

Dari rumusan masalah diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pada
makalah ini adalah sebagai berikut ini:

1. Untuk mengetahui mengenai pengertian akad ijarah.


2. Untuk mengetahui mengenai jenis akad ijarah.
3. Untuk mengetahui mengenai dasar syariah pada akad ijarah.
4. Untuk mengetahui mengenai perlakuan akuntansi pada akad ijarah.
5. Untuk mengetahui ilustrasi kasus akad ijarah.

1.4. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan pembelajaran mengenai akad ijarah.


2. Sebagai literatur pendidikan mengenai akad ijarah.
3. Sebagai bahan bacaan mengenai akad ijarah.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Akad

Akad dalam bahasa Arab ʹal-’aqd (jamaknya al-’uqud) berarti ikatan


atau mengikat (al-rabth). Menurut terminologi hukum islam, akad adalah
pertalian antara penyerahan (ijab) dan penerimaan (qabul) yang dibenarkan oleh
syariah, yang menimbulkan akibat hukum terhadap objeknya (Ghufron Mas’adi,
2002).

Menurut Abdul Razak Al-Sanhuri dalam Nadhariyatul’aqdi, akad adalah


kesepakatan dua belah pihak atau lebih yang menimbulkan kewajiban hukum
yaitu konsekuensi hak dan kewajiban, yang mengikat pihak-pihak yang terkait
langsung maupun tidak langsung dalam kesepakatan tersebut (Ghufron Mas’adi,
2002). Menurut Hasbi Ash-Shiddieqy, yang mengutip definisi yang dikemukakan
Al- Sanhury, akad ialah: perikatan ijab dan qabul yang dibenarkan syara’ yang
menetapkan kerelaan kedua belah pihak. Akad adalah suatu perikatan antara ijab
dan qabul dengan cara yang dibenarkan syara, yang menetapkan adanya akibat-
akibat hukum pada objeknya.

2.2. Ijarah

Al Ijarah berasal dari kata Al Ajru yang berarti Al ‘Iwaḍu (ganti). Ijarah
menurut arti bahasa adalah nama upah. Menurut pengertian syara’, Al Ijarah ialah
suatu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian. Akad ijarah
merupakan akad yang memfasilitasi transaksi pemindahan hak guna (manfaat)
atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah
tanpa diikuti pemindahan kepemilikan barang.

3
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Pengertian Akad Ijarah

Salah satu bentuk kegiatan manusia dalam muamalah adalah ijarah atau
sewa- menyewa, kontrak, menjual jasa, upah-mengupah dan lain-lain. Al Ijarah
berasal dari kata Al Ajru yang berarti Al ‘Iwaḍu (ganti). Ijarah menurut arti bahasa
adalah nama upah. Menurut pengertian syara’, Al Ijarah ialah suatu jenis akad
untuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian.

Dari pengertian di atas terlihat bahwa yang dimaksud dengan sewa-


menyewa itu adalah pengambilan manfaat sesuatu benda, jadi dalam hal ini,
bendanya tidak kurang sama sekali, dengan perkataan lain dengan terjadinya
peristiwa sewa- menyewa, yang berpindah hanyalah manfaat dari benda yang
disewakan tersebut, dalam hal ini dapat berupa manfaat barang seperti kendaraan,
rumah dan manfaat karya seperti pemusik, bahkan dapat juga berupa karya pribadi
seperti pekerja.

Akad ijarah merupakan akad yang memfasilitasi transaksi pemindahan hak


guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui
pembayaran sewa/upah tanpa diikuti pemindahan kepemilikan barang (Khaddafi
et al., 2016). Ijarah adalah akad pemindahan hak guna/manfaat atas suatu aset
dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah) tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan aset itu sendiri (Saparuddin Siregar, 2015).

Akad ijarah mewajibkan pemberi sewa untuk menyediakan aset yang dapat
digunakan atau dapat diambil manfaat darinya selama periode akad dan
memberikan hak kepada pemberi sewa untuk menerima upah sewa. Apabila
terjadi kerusakan yang mengakibatkan penurunan nilai kegunaan dari aset yang
disebabkan dan bukan disebabkan kelalaian penyewa, pemberi sewa berkewajiban
menanggung biaya pemeliharaannya selama periode atau menggantinya dengan
aset sejenis lainnya.

4
Penyewa merupakan pihak yang menggunakan atau mengambil manfaat
atau aset sehingga penyewa berkewajiban membayar sewa dan menggunakan aset
sesuai dengan kesepakatan, tidak bertentangan dengan syariah dan merawat atau
menjaga keutuhan aset tersebut. Apabila kerusakan aset terjadi karena kelalaian
penyewa maka ia berkewajiban menggantinya atau memperbaikinya. Selama
masa perbaikan, masa sewa tidak bertambah. Pemberi sewa dapat meminta
penyewa untuk menyerahkan jaminan atau sejarah untuk menghindari resiko
kerugian. Pembayaran sewa dapat dibayar dimuka, ditangguhkan ataupun
diangsur sesuai kesepakatan antara pemberi sewa dan menyewa.

Bagi bank syariah, transaksi ini memiliki beberapa keunggulan jika


dibandingkan dengan jenis akad lainnya yaitu:

1. Dibandingkan dengan akad murabahah, akad ijarah lebih fleksibel


dalam hal objek transaksi.
2. Dibandingkan dengan investasi, akad ijarah mengandung resiko usaha
yang lebih rendah, yaitu adanya pendapatan sewa yang relatif tetap.

3.2. Jenis - Jenis Akad Ijarah

Jenis – jenis akad Ijarah dapat dibedakan beberapa jenis. Dalam makalah
ini, jenis – jenis akad Ijarah dapat dibedakan berdasarkan objek yang disewakan
dan berdasarkan pernyataan standar akuntansi keuangan ED 107.

3.2.1. Jenis – Jenis Akad Berdasarkan Objek Yang Disewakan

3.2.1.1. Ijarah ‘Ala Al-Manfi’

Yaitu ijarah yang objek yang disewakan bersifat manfaat


misalnya: sewa-menyewa rumah, toko, kendaraan, pakaian
(pengantin) dan perhiasan. Apabila manfaat itu merupakan manfaat
yang dibolehkan syara’ untuk dipergunakan, maka para ulama fiqih
sepakat menyatakan boleh dijadikan objek sewa-menyewa. Menurut
ulama Hanafiyah, ketetapan akad ijarah kemanfaatan yang sifatnya
mubah. Menurut ulama Malikiyah, hukum ijarah sesuai dengan
keberadaan

5
manfaat. Ulama Hanabilah dan Syafi’iyah berpendapat bahwa hukum
ijarah tetap pada keberadaannya, dan hukum tersebut menjadikan
masa sewa seperti benda yang tampak.

3.2.1.2. Ijarah ‘Ala Al - ‘Amal

Yaitu ijarah yang objek yang disewakan bersifat pekerjaan


adalah dengan cara mempekerjakan seseorang untuk melakukan suatu
pekerjaan. Ijarah semacam ini dibolehkan seperti buruh bangunan,
tukang jahit, tukang sepatu, dan lain-lain, yaitu ijarah yang bersifat
kelompok (serikat). Ijarah yang bersifat pribadi juga dapat dibenarkan
seperti menggaji pembantu rumah tangga, tukang kebun dan satpam.
Dalam hal ini ijarah yang bersifat pekerjaan atau upah-mengupah
dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Ijarah khusus. Yaitu ijarah yang dilakukan oleh seorang


pekerja. Hukumnya, orang yang bekerja tidak boleh
bekerja selain dengan orang yang telah memberinya upah.
Contoh: pembantu rumah tangga. Menyusui anak (seperti
zaman Rasulullah).
2. Ijarah musytarik Yaitu ijarah yang dilakukan bersama-
sama atau melalui kerjasama. Hukumnya, dibolehkan
bekerjasama dengan orang lain. Contoh insiyur atau
pengacara.

3.2.2. Jenis – Jenis Akad Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi


Keuangan ED. 107

3.2.2.1. Ijarah

Merupakan sewa – menyewa objek ijarah tanpa perpindahan


risiko dan manfaat atau kepemilikan aset terkait dengan atau tanpa
wa’d

6
untuk memindahkan kepemilikan dari pemilik (mu’jir) kepada penyewa
(musta’jir) pada saat tertentu.

3.2.2.2. Ijarah Muttahiya Bittamlik (IMBT)

Ijarah muntahiyah bittamlik adalah Ijarah dengan wa’ad


perpindahan kepemilikan obyek Ijarah pada saat tertentu. Perpindahan
kepemilikan suatu aset yang disewakan dari pemilik kepada penyewa
dalam Ijarah muntahiyah bittamlik dapat dilakukan jika seluruh
pembayaran sewa atas objek ijarah dialihkan telah diselesaikan dan
objek tersebut telah diserahkan kembali kepada pemilik atau pemberi
sewa.

3.2.2.3. Jual – dan – Ijarah

Jual – dan – ijarah adalah transaksi penjualan aset ijarah


kepada pihak lain, dan kemudian menyewa kembali aset ijarah yang
telah dijual tersebut. Alasan dilakukannya transaksi tersebut bisa saja
pemilik aset membutuhkan uang sementara ia masih memerlukan
manfaat dari aset tersebut.

3.2.2.4. Ijarah – Lanjut Menyewa

Ijarah - lanjut menyewakan lebih lanjut kepada pihak lain


atas aset yang sebelumnya disewakan dari pemilik atau pemberi sewa.
Jika suatu entitas menyewa objek ijarah untuk disewa lanjutkan, maka
entitas mengakui sebagai beban ijarah (sewa tangguhan) untuk
pembayaran ijarah jangka panjang, dan sebagai beban ijarah untuk
sewa jangka pendek.

3.3. Dasar Syari’ah

3.3.1. Sumber Hukum Akad Ijarah

Hampir semua ulama ahli fiqih sepakat bahwa ijarah disyariatkan


dalam Islam. Walaupun ada beberapa golongan yang tidak menyepakatinya.

7
Ibn Rusyd berpendapat bahwa kemanfaatan walaupun tidak berbentuk,
dapat dijadikan alat pembayaran menurut kebiasaan (adat). Jumhur ulama
berpendapat bahwa Ijarah disyariatkan berdasarkan Al-Qur’an, As-Sunnah
dan Ijma’.

3.3.1.1. Al – Qur’an

Para Ulama ahli fikih menetapkan bahwa Ijarah merupakan


bagian dari syariat islam dengan berlandaskan pada Al-Qur’an dan
As- Sunnah.

“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata, “Ya ayahku,


ambilah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena
sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja
(pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya”. Berkatalah dia
(Syu’aib), “Sesungguhnya bermaksud menikahkan kamu dengan salah
satu dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku
delapan tahun. Dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun, maka itu
adalah (suatu kebaikan) dari kamu” (QS. Al- Qashash : 26-27).

Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami


telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam
kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebahagian mereka atas
sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat

8
mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik
dari apa yang mereka kumpulkan (QS. Az – Zukhruf : 32).

3.3.1.2. As – Sunnah
“ Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering.” (HR.
Ibnu Majah dari Ibnu Umar).

“Barang siapa yang meminta untuk menjadi buruh, beri


tahukanlah upahnya.” (HR. Abd Razaq dari Abu Hurairah dan Abu
Sa’id Al-Khudri).

Dari Ibnu Abbas bahwa Nabi Muhammad SAW. bersabda:


“Rasulullah SAW berbekam, kemudian beliau memberikan upah
kepada tukang-tukang itu” (H.R. Al Bukhari dan Muslim).

3.3.1.3. Ijma

ijarah berdasarkan ijma’ ialah semua umat sepakat, tidak ada


seorang ulama pun membantah kesepakatan (ijma’) ini, sekalipun ada
beberapa orang diantara mereka yang berbeda pendapat, tetapi hal itu
tidak dianggap.

Umat Islam pada masa sahabat telah berijma’ bahwa ijarah


dibolehkan sebab bermanfaat bagi manusia (Diriwayatkan oleh
Ahmad, Abu Dawud, dan Nasa’i dari Sa’id ibn Abi Waqash). Perlu
diketahui bahwa tujuan disyariatkannya ijarah itu adalah untuk
memberikan keringanan kepada umat dalam pergaulan hidup.
Seseorang mempunyai uang tetapi tidak dapat bekerja tetapi dipihak
lain ada yang punya tenaga dan membutuhkan uang. Dengan adanya
ijarah keduanya saling mendapat keuntungan dan memperoleh
manfaat.

3.3.2. Rukun dan Ketentuan Syariah Akad Ijarah

Rukun ijarah ada tiga, yaitu :

9
1. Pelaku yang terdiri atas pemberi sewa/pemberi
jasa/lessor/mu'jjir dan penyewa/pengguna jasa/lesse/musta'jir

2. Objek akad ijarah berupa manfaat aset/ma'jur dan pembayaran


sewa atau manfaat jasa dan pembayaran upah

3. Ijab Kabul/serah terima

Ketentuan Syariah akad istishna’, antara lain :

1. Pelaku cakap hukum dan baligh

2. Objek akad ijarah

a. Manfaat asset/jasa adalah sebagai berikut

1) Harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan dalam


kontrak.

2) Harus yang bersifat dibolehkan secara Syariah, maka


ijarah atau objek sewa yang melanggar perintah Allah
tidak sah.

3) Dapat dialihkan secara Syariah, contoh manfaat yang


tidak dapat dialihkan secara Syariah sehingga tidak sah
akadnya, yaitu :

a) Kewajiban salat, puasa tidak dapat dialihkan


karena ia merupakan kewajiban setiap individu.

b) Mempekerjakan seseorang untuk membaca Al-


Qur’an dan pahalanya ditujukan untuk orang
tertentu, karena pahala atau nilai kebaikan akan
kembali pada yang membacanya, sehingga tidak
ada manfaat yang dapat dialihkan.

c) Barang yang dapat habis dikonsumsi tidak dapat


dijadikan objek ijarah karena mengambil manfaat

10
darinya sama saja dengan memilikinya atau
menguasainya.

4) Harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk


menghilangkan ketidaktahuan yang dapat menimbulkan
sengketa.

5) Jangka waktu penggunaan manfaat ditentukan dengan


jelas.

b. Sewa dan upah, yaitu sesuatu yang dijanjikan dan dibayar


penyewa atau penggunaan jasa kepada pemberi sewa atau
memberi jasa sebagai pembayaran atas manfaat aset atau
jasa yang digunakannya.

1) Harus jelas besarannya dan dapat diketahui oleh pihak


yang berakad.

2) Boleh dibayarkan dalam bentuk jasa dari jenis yang


serupa dengan objek akad.

3) Bersifat fleksibel.

c. Ketentuan Syariah untuk ijarah Muntahiya Bit Tamlik

1) Pihak yang melakukan ijarah Muntahiya Bit Tamlik


harus melaksanakan akad ijarah terlebih dahulu.

2) Janji pemindahan kepemilikan yang disepakati di awal


akad ijarah adalah wa'd yang hukumnya tidak
mengikat.

3. Ijab Kabul. Ijab Kabul/serah terima adalah pernyataan dan


ekspresi saling ridho diantara pelaku-pelaku akad baik secara
verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-
cara komunikasi modern.

11
3.3.3. Berakhirnya Akad Ijarah

Akad ijarah akan berakhir, jika:

1. Periode apa sudah selesai sesuai perjanjian, namun kontrak


masih dapat berlaku walaupun dalam perjanjian sudah selesai
dengan beberapa alasan, misalnya keterlambatan masa panen
jika menyewakan lahan untuk pertanian, maka dimungkinkan
berakhirnya akad setelah panen selesai.
2. Periode akad belum selesai tetapi memberi sewa dan menyewa
sepakat menghentikan akad ijarah.
3. Terjadi kerusakan aset.
4. Penyewa tidak dapat membayar sewa.
5. Salah satu pihak meninggal dan ahli waris tidak berkeinginan
untuk meneruskan akad karena memberatkannya. Kalau ahli
waris merasa tidak masalah maka akan tetap berlangsung.
Kecuali akadnya adalah upah menyusui maka bila sang bayi
atau yang menyusui meninggal maka akadnya menjadi batal.

3.4. Perlakuan Akuntansi Pada Akad Ijarah (PSAK ED 107)

3.4.1. Akuntansi Untuk Pemberi Sewa (Mu’jir)


1. Biaya Perolehan, untuk Objek ijarah pada saat objek ijarah
diperoleh sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan objek ijarah
yang berupa aset tetap mengacu ke PSAK 16 dan aset tidak
terwujud mengacu ke PSAK 19.
2. Pendapatan sewa selama masa akad diakui pada saat manfaat
atas aset telah diserahkan kepada penyewa (Awal bulan).
3. Biaya perbaikan objek ijarah merupakan tanggungan pemilik.
Perbaikan tersebut dapat dilakukan oleh pemilik secara langsung
atau dilakukan oleh penyewa atas persetujuan pemilik.
Pengakuan biaya perbaikan objek ijarah adalah sebagai berikut:

12
1) biaya perbaikan tidak rutin objek ijarah pada saat
terjadinya; dan
2) jika penyewa melakukan perbaikan rutin objek ijarah
dengan persetujuan pemilik, maka biaya tersebut
dibebankan kepada pemlik dan diakui sebagai beban pada
saat terjadinya.
4. Pada akhir periode dilakukan alokasi untuk beban penyusutan.
Jika berupa aset yang dapat disusutkan atau diamortisasi, sesuai
dengan kebijakan penyusutan atau amortisasi untuk aset sejenis
selama umur manfaatnya (umur ekonomis). Kebijakan
penyusutan atau amortisasi yang dipilih harus mencerminkan
pola konsumsi yang diharapkan dari manfaat ekonomi di masa
depan dari objek ijarah.
5. Perpindahan kepemilikan objek ijarah dari pemilik kepada
penyewa dalam ijarah muntahiyah bittamlik dengan cara:
1) Hibah
2) Penjualan sebelum berakhirnya masa akad
3) Penjualan setelah selesai masa akad
4) Penjualan secara bertahap.
6. Pada saat akhir kontrak aset ijarah dikembalikan kepada
pemberi sewa.
7. Penyajian. Pendapatan ijarah disajikan sebesar nilai neto setalah
dikurangi beban-beban yang terkait, misalnya beban
penyusutan, beban pemeliharaan dan perbaikan, dsb.
8. Pangungkapan. Pemberi sewa mengungkapkan beberapa poin
dalam laporan keuangan terkait transaksi ijarah dan IMBT,
tetapi tidak terbatas pada :
1) Penjelasan umum isi akad yang signifikan yang meliputi
tetapi tidak terbatas pada:
i. Keberadaan wa’ad pengalihan kepemilikan dan
mekanisme yang digunakan (jika ada wa’ad
pengalihan kepemilikan);

13
ii. Pembatasan-pembatasan, misalnya ijarah lanjut;
iii. Agunan yang digunakan (jika ada);
2) Nilai perolehan dan akumulasi penyusutan untuk setiap
kelompok aset ijarah;
3) Keberadaan transaksi jual-dan-ijarah (jika ada)

3.4.2. Akuntansi Untuk Penyewa (Musta’jir)


1. Beban sewa diakui selama masa akad pada saat manfaat atas
aset telah diterima.
2. Biaya pemeliharaan objek ijarah yang disepakati dalam akad
menjadi tanggungan penyewa diakui sebagai beban pada saat
terjadinya, sedangkan dalam IMBT melalui penjualan objek
ijarah secara bertahap, biaya pemeliharaan yang menjadi beban
penyewa akan meningkat sejalan dengan peningkatan
kepemilikan objek ijarah.
3. Jika pemberi sewa yang menanggung biaya pemeliharaan dan
dibayarkan terlebih dahulu oleh penyewa, maka akan ditagihkan
kepada pemberi sewa.
4. Perpindahan kepemilikan objek ijarah dari pemilik kepada
penyewa dilakukan dengan cara:
1) Hibah, maka penyewa mengakui aset dan keuntungan
sebesar nilai wajar objek ijarah yang diterima
2) Pembelian sebelum masa akad berakhir
3) Pembelian setelah masa akad berakhir
4) Pembelian secara bertahap, maka penyewa mengakui aset
sebesar nilai wajar
5. Jika penyewa menyewakan kembali aset ijarah lebih lanjut ke
pihak lain atas aset yang sebelumnya disewa, maka ia harus
menerapkan perlakuan akuntansi untuk pemilik dan penyewa
dalam PSAK ini.

14
6. Pengungkapan. Penyewa mengungkapkan dalam laporan
keuangan tentang transaksi ijarah antara lain tetapi tidak
terbatas, pada:
1) Penjelasan umum isi akad yang signifikan yang meliputi
tetapi tidak terbatas pada:
i. Keberadaan wa’ad pengalihan kepemilikan dan
mekanisme yang digunakan (jika ada wa’ad pengalihan
kepemilikan);
ii. Pembatasan-pembatasan, misalnya ijarah lanjut;
iii. Agunan yang digunakan (jika ada);
2) Keberadaan transaksi jual dan ijarah dan keuntungan atau
kerugian (jika ada).

3.5. Ilustrasi Kasus Akad Ijarah

Berikut ilustrasi dari kasus akad ijarah sebagai berikut:

Bank BSM sepakat bertransaksi IMBT dengan Pak Saleh, dengan kondisi
sebagai berikut:

 Tanggal transaksi : 3 Maret 15


 Nama Barang : Mobil Ayla
 Harga beli bank : Rp 100.000.000,-
 Keuntungan Bank: 20% setahun
 Masa sewa : 20 bulan

Diminta :

1. Tetapkan harga mobil termasuk keuntungan dalam masa 20 bulan


2. Tetapkan biaya sewa perbulan
3. Buat jurnal dari sisi bank untuk pembelian mobil dan penerimaan
sewa bulanan serta penyerahan secara hibah pada akhir periode.
4. Catatan : Dalam IMBT ada Akad Sewa dan ada Wa’ad. Pada akad
sewa diuraikan benda yang disewa, harga sewa lama penyewaan,

15
tidak ada menyebut Bank akan menyerahkan barang. Wa’ ad adalah
lembaran yang terpisah, bank berjanji menyerahkan barang apabila
telah disewa selama 20 bulan.

Jawab:

 Keuntungan 1 tahun = 20 %, jika sebulan = 1,66%

= jika 20 bulan = 20 * 1,66% = 33,2%

 Keuntungan Rp. = Rp. 100 juta * 33,2%, harga menjadi

Rp. 133.200.000,-

 Harga sewa perbulan = Rp. 133.200.000/ 20 bulan

= Rp. 6.660.000,-

 Porsi pokok sewa = Rp. 100 juta /20 = Rp. 5 juta


 Porsi pend. sewa = Rp. 1.660.000,-

Jurnal sebagai berikut:

Pada saat perolehan aset Ijarah (3 Maret 15)

Db. Aset Ijarah Rp 100.000.000,-

Kr. Kas/rekening Rp 100.000.000,-

Pada saat pengakuan pendapatan Ijarah pada tanggal laporan (31 Maret

15) Db. Piutang sewa (porsi pokok) Rp 5.000.000,-

Db. Piutang pendapatan sewa (porsi ujrah) Rp 1.660.000,-

Kr. Pendapatan Ijarah Rp 6.660.000,-

16
Pada saat pengakuan penyusutan/amortisasi pada tanggal laporan (31 Maret
15)

Db. Beban penyusutan Rp 5.000.000,-

Kr. Akumulasi penyusutan Rp 5.000.000,-

Pada saat penerimaan sewa dari nasabah (3 April 15)

Dr. Kas/rekening Rp 6.660.000,-

Kr. Piutang sewa (porsi pokok) Rp 5.000.000,-

Kr. Piutang pendapatan sewa (porsi ujrah) Rp 1.660.000,-

Pada saat penyerahan aset Ijarah sejara hibah

Db. Akumulasi penyusutan/amortisasi Rp 100.000.000,-

Kr. Aset Ijarah Rp 100.000.000,-

17
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Akad ijarah merupakan akad yang memfasilitasi transaksi pemindahan hak


guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui
pembayaran sewa/upah tanpa diikuti pemindahan kepemilikan barang. jenis –
jenis akad Ijarah dapat dibedakan berdasarkan objek yang disewakan dan
berdasarkan pernyataan standar akuntansi keuangan no. 107. Perlakuan akuntansi
untuk akad ijarah di Indonesia diatur didalam pernyataan standar akuntansi ed.
107, baik akkuntansi untuk pemberi sewa maupun penyewa. Adapun dasar hukum
tentang kebolehan al-ijarah dalam al-Quran terdapat dalam beberapa ayat
diantaranya firman Allah antara lain:
1. Surat Al – Qashash ayat 26 – 27.
2. Surah Az – Zukhruf ayat 32.

Akad ijarah mewajibkan pemberi sewa untuk menyediakan aset yang


dapat digunakan atau dapat diambil manfaat darinya selama periode akad dan
memberikan hak kepada pemberi sewa untuk menerima upah sewa. Apabila
terjadi kerusakan yang mengakibatkan penurunan nilai kegunaan dari aset yang
disebabkan dan bukan disebabkan kelalaian penyewa, pemberi sewa berkewajiban
menanggung biaya pemeliharaannya selama periode atau menggantinya dengan
aset sejenis lainnya.
Rukun ijarah ada tiga, yaitu :

18
 Pelaku yang terdiri atas pemberi sewa/pemberi jasa/lessor/mu'jjir dan
penyewa/pengguna jasa/lesse/musta'jir.

 Objek akad ijarah berupa manfaat aset/ma'jur dan pembayaran sewa atau
manfaat jasa dan pembayaran upah.

 Ijab Kabul/serah terima

Bagi bank syariah, transaksi ini memiliki beberapa keunggulan jika


dibandingkan dengan jenis akad lainnya yaitu:
1. Dibandingkan dengan akad murabahah, akad ijarah lebih fleksibel
dalam hal objek transaksi.
2. Dibandingkan dengan investasi, akad ijarah mengandung resiko usaha
yang lebih rendah, yaitu adanya pendapatan sewa yang relatif tetap.

4.2. Saran

Makalah mengenai Akad Ijarah ini diharapkan bisa menjadi bahan literature
dan dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan pembaca mengenai Akuntansi
Syariah, khususnya materi Akad Ijarah. Diharapkan juga pada pembaca makalah
ini dapat dengan mudah memahami tentang Akad Ijarah dan agar sekiranya mau
memberikan kritik dan saran yang sehat dan bersifat membangun demi kemajuan
penulisan makalah ini.

19
DAFTAR PUSTAKA

Adnan, Akhyar, (2005), Akuntansi Syariah “Arah, Prospek dan Tantangan”,

Yogyakarta: UII Press.

Anggadini dan Komala. 2017. Akuntansi Syariah. Bandung: Rekayasa Sains.

Harahap, Sofyan Syafri, (2004), Akuntansi Islam, Edisi 1, Cetakan 4, Jakarta: Bumi

Aksara.

Kalsum, U & Saputra, R. (2016). Penyertaan Akad Wakalah Pada Pembiayaan

Murabahah (Studi di bank BNI Syariah Cabang Kendari). Li Falah Jurnal Studi

Ekonomi dan Bisnis Islam. Volume I, Nomor 1.

Muhammad, 2002. Pengantar Akuntansi Syariah, Jakarta: Salemba Empat.

Nurhayati, Sri dan Warsilah. 2013. Akuntansi Syariah di Indonesia. Edisi Keduabelas

Jilid 1. Jakarta: Erlangga

Syahrin, Alfi. (2021). Makalah Akuntansi Murabahah. Medan.

Wasilah, Sri Nurhayati, (2015), Akuntansi Syariah Di Indonesia, Jakarta: Salemba

Empat.

Wiroso. 2011. Akuntansi Transaksi Syariah. Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI).

Kalsum, U & Saputra, R.


(2016). Penyertaan Akad
2022
Wakalah Pada
Pembiayaan Murabahah
(Studi di bank BNI
Syariah Cabang Kendari).
Li Falah Jurnal Studi
Ekonomi dan Bisnis
Islam. Volume I, Nomor
1.
Syahrin, Alfi. (2021).
Makalah Akuntansi
Murabahah. Medan.
Yaya, Rizal, et al (2014), “Akuntansi Perbankan Syariah” Salemba Empat,

Jakarta.

2022

Anda mungkin juga menyukai