Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

TEORITIS HIBAH, SEDEKAH, HADIAH, DAN UNDIAN BERHADIAH


Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Aik Muamalah

Dosen Pengampu :
Bambang Irawan, S.Pd.I, M.Pd
Disusun oleh :

 Adinda Fatimah Az-zahra (20200810200105)_CSD3


 Aini Sadilah Rahmah (20200810200108)_CSD3
 Bunga Marisa (20200810200035)_ASD3
 Fadhil Guntur A.S (20200810200042)_ASD3
 Fikri Asyari (20200810200015)_ASD3
 Haevina Aulia Rizqy (20200810200045)_BSD3
 Hilwa Hidayah As-sa'adih (20200810200048)_BSD3
 Khalifah Fidhlia Nadya A. (20200810200010)_ASD3
 Niken Sekar Restu Prasaja (20200810200067)_BSD3

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Teoritis Hibah,
Sedekah, Hadiah, dan Undian Berhadiah” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Aik Muamalah. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan mengenai “Teoritis Hibah, Sedekah,
Hadiah, dan Undian Berhadiah” bagi para pembaca dan juga bagi para penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Bambang Irawan, S.Pd.I, M.Pd
selaku dosen pengampu mata kuliah Aik Muamalah, yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah wawasan sesuai dengan bidang studi yang penulis tekuni.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
pembuatan makalah ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwa, makalah yang ditulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun diharapkan dapat mewujudkan penulisan
makalah yang sempurna dimasa yang akan datang

Jakarta, 01 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang.................................................................................................. 1
1. 2 Rumusan Masalah............................................................................................. 1
1. 3 Tujuan............................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2. 1.............................................................................................................................
Hibah
1. Pengertian................................................................................................ 2
2. Rukun hibah............................................................................................ 3
3. Macam- macam hibah............................................................................. 4
4. Hadist tentang hibah................................................................................ 5
2. 2.............................................................................................................................
Sedekah
1. Pengertian............................................................................................... 5
2. Rukun sedekah........................................................................................ 6
3. Hikmah sedekah...................................................................................... 7
4. Macam – macam sedekah....................................................................... 7
5. Manfaat sedekah..................................................................................... 8
6. Hadist tentang sedekah........................................................................... 8
2. 3.............................................................................................................................
Hadiah
1. Pengertian............................................................................................... 9
2. Rukun dan syarat hadiah......................................................................... 9
3. Macam – macam hadiah......................................................................... 10
2. 4.............................................................................................................................
Undian Berhadiah
1. Pengertian............................................................................................... 10
2. Konsep undian berhadiah........................................................................ 11
3. Dasar hukum undian berhadiah.............................................................. 11
4. Macam – macam undian berhadiah........................................................ 12
5. Dampak dan hikmah dari undian berhadiah........................................... 13
6. Hadist tentang undian berhadiah............................................................. 14
BAB III PENUTUP
3. 1.............................................................................................................................
Kesimpulan......................................................................................................... 15
3. 2............................................................................................................................. Saran
............................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Umat Islam adalah umat yang mulia, umat yang dipilih Allah untuk
mengemban risalah, agar mereka menjadi saksi atas segala umat. Tugas ummat
Islam adalah mewujudkan kehidupan yang adil, makmur, tentram dan sejahtera
dimanapun mereka berada. Karena itu umat Islam seharusnya menjadi
rahmatbagisekalianalam.
Bahwa kenyataan bahwa umat Islam kini jauh dari kondisi ideal. adalah
akibat belum mampu mengubah apa yang dianugerahkan Allah pada umat Islam
belum dikembangkan secara optimal. Padahal ummat Islam memiliki banyak
intelektual dan ulama, disamping potensi sumber daya manusia dan ekonomi yang
melimpah. Jika seluruh potensi itu dikembangkan secara seksama. tentu diperoroleh
hasil yangoptimal.
Pada saat yang sama, jika kemandirian,kesadaran beragama dan ukhuwah
Islamiyah kaum muslimin juga makin meningkat maka pintu-pintu kemungkaran
akibat kesulitan ekonomi akan makin dapat dipersempit.
1. 2 Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan Hibah ?
2. Terdapat berapa macam hibah ?
3. Apa yang dimaksud dengan sedekah ?
4. Apa hikmah dari sedekah ?
5. Apa yang di maksud dengan hadiah ?
6. Apa syarat – syarat dari hadiah ?
7. Bagaimana konsep undian berhadiah ?
8. Apa dasar hukum dari undian berhadiah ?

1. 3 Tujuan
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai Hibah, Sedekah , Hadiah,
dan Undian berhadiah
BAB II
PEMBAHASAN

2. 1 Hibah
1. Pengertian
Hibah secara bahasa berasal dari kata “wahaba” yang berarti lewat dari satu
tangan ke tangan yang lain atau dengan arti lain kesadaran untuk melakukan
kebaikan atau diambil dari kata hubub ar-rih (angin berhembus) dikatakan
dalam kitab al-fath yang berarti makna yang lebih umum yaitu ibra’
(membebaskan utang orang) ialah menghibahkan suatu yang wajib demi
mencari pahala akhirat, jak’alah yaitu sesuatu yang wajib diberikan kepada
orang lain sebagai upah, yang dikhususkan dengan orang yang masih hidup agar
bisa mengeluarkan wasiat. Hibah dipakai menyebutkan makna yang lebih
khusus dari pada suatu yang mengharap ganti, dan seperti halnya ucapan orang
yang mengatakan hibah adalah pemberian hak milik tanpa ganti dan inilah
makna hibah menurut syarat’.

Hibah menurut terminologi adalah pemberian hak milik secara langsung dan
mutlak terhadaap satu benda ketika masih hidup tanpa mengharap ganti
walaupun dari orang yang lebih tinggi “pemberian hak milik secara suka rela
ketika masih hidup dan yang ini lebih utama dan singkat”. Ujaran pemberian
hak milik yaitu salah satunya wakaf karena bersifat mubah menurut pendapat
yang rajih (unggul) tidak termasuk dalam pemberian hak milik walaupu dia
berupa pemberian hak milik hanya pemberian pemanfaatan saja bukan untuk
bendanya sehingga wakaf menurut pendapat ini tidak masuk dalam ucapannya
berupa benda. Begitu pula dengan pinjaman dengan kata pemberian hak milik
sebab ia mubah dalam manfaat sebab peminjam, bisa mengambil manfaat dan
tidak memiliki manfaat. Ujaran munjiz berarti hibah terjadi pada saat itu juga,
sehingga akad yang menggantung tidak termasuk didalamnya seperti datangnya
orang yang pergi. Hibah pemberian secara langsung tanpa mengharap kembali,
sedangkan akad dalam wasiat merupakan pemberian hak milik yang bisa
sempurna jika ada qobul yaitu setelah ada kematian. Kata “tanpa ganti” disini
juga dalam kategori hibah segala bentuk alad yang ada gantinya seperti jual beli,
walaupun dengan lafal hibah, lafalnya tidak membenarkan hal itu jika tidak
dibatasi dengan mencari pahala dan jika dibatasi dengan hal itu maka akadnya
batal karena tidak bisa diperbaiki dengan akad jual beli. Didalam ketentuan
hukum islam bila diperhatikan mengenai pelaksanaan hibah, dilaksanakan
dengn cara sebagai berikut:
a) Penghibahan dilaksanakan semasa hidup, demikian pula penyerahan
barang yang dihibahkan.
b) Beralihnya hak atas barang yang dihibahkan pada saat penghibahan
dilakukan kalau si penerima hibah dalam keadaan tidak cakap bertindak
dalam hukum (belum dewasa, kurang sehat akalnya) maka penerima bisa
diwakilkan oleh walinya.
c) Dalam pelaksanaan penghibahan haruslah ada pernyataan, terutama
sekali oleh pemberi hibah.
d) Penghibahan hendaknya dilaksanakan dihadapan beberapa orang saksi,
hal ini dimaksutkan untuk menghindari silang sengketa hari.
2. Rukun Hibah
Rukun hibah ada tiga diantaranya sebagai berikut:
a) Kedua belah pihak yang berakad (Aqidain)
Ada beberapa syarat dalam memberi hibah yakni harus memiliki hak
atas barang yang dihibahkan dan mempunyai kebebasan mutlak untuk
berbuat terhadap hartanya.
b) Shighat (ucapan)
Yaitu ijab & qobul berupa ucapan dari orang yang bisa berbicara dan
termasuk ijab yang jelas, yang tujuannya diucapkan secara langsung.
Dan termasuk Qobul yang jelas ucapannya, yang ditujukan untuk
menerima secara langsung. Jika dalam penghibahan ke anak kecil yang
semisal dengannya yang tidak ada kelanyakan untuk qobul maka wajib
bagi wali untuk menerima hibah tersebut untunya, dan jika dia tidak
mau menerimanya maka harus dipecat si penerima wasiat. Dan berdosa
jika dia meninggalkan yang lebih utama jika dia ayah atau kakek maka
dia tidak bisa dipecat.
c) Barang yang dihibahkan
Setiap benda yang boleh diperjual belikan boleh dihibahkan karena dia
adalah akad yang bertujuan mendapatkan hak milik terhadap satu barang
maka dia bisa memiliki sesuatu yang bisa dimilikinya dengan cara jual
beli, sehingga setiap yang boleh di jual boleh dihibahkan sebagiannya
walaupun barang tersebut dalam jumlah bayak. Perbedaan antara sahnya
menjual dan sahnya hibah, dimana penjual sesuatu yang ada dalam
tanggungan merupakan bentuk kewajiban mendapatkan barang yang
dijual dengan bayaran harga yang diterima dan kewajiban dalam hal ini
sah berbeda dengan hibah sebab dia tidak mengandung arti kewajiban
sebab tidak ada bayaran sehingga mirip dengan janji dan jika begitu
maka tidaklah sah.
3. Macam-macam hibah
Adapun macam-macm hibah yaitu :
a) Hibah barang adalah memberikan harta atau barang kepada pihak lain
yang mencakup materi dan nilai manfaat harta atau barang tersebut, yang
pemberiannya tanpa ada tendensi (harapan) apapun. Misalnya,
mengibahkan rumah, sepeda motor, baju dan sebagainya.
b) Hibah manfaat, yaitu memberikan harta kepada pihak lain agar di
manfaatkan harta atau barang yang di hibahkan itu, naamun materi harta
atau barang itu tetap menjadi milik pemberi hibah. Dengan kata lain,
dalam hiibah manfaat itu si penerima hubah hanya memiliki hak guna
atau hak pakai saja. Hibah manfaat terdiri dari hibah berwaktu (hibah
muajjalah) dan hibah seumur hidup (al-amri). Hibah muajjalah dapat
juga dikategorikan pinjaman (ariyah) karena setelah lewat jangka waktu
tertentu, barang yang dihibahkan manfaatnya harus dikembalikan.
4. Hadits tentang hibah
Hibah berasal dari bahasa Arab ُ‫ ال ِهبَة‬yang artinya pemberian sukarela pada orang
lain. Kata hibah disebutkan dalam Al Quran surat Maryam ayat 5-6

‫ًّا‬TS‫ت ٱ ْم َرأَتِى عَاقِرًا فَهَبْ لِى ِمن لَّ ُدنكَ َولًِي‬


ِ َ‫ت ْٱل َم ٰ َولِ َى ِمن َو َرآ ِءى َوكَان‬
ُ ‫َوإِنِّى ِخ ْف‬
Artinya:
"Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang
istriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau
seorang putra”

ِ ‫وب ۖ َوٱجْ َع ْلهُ َربِّ َر‬


‫ًّا‬TS‫ضًي‬ َ ُ‫ال يَ ْعق‬ ُ ‫يَ ِرثُنِى َويَ ِر‬
ِ ‫ث ِم ْن َء‬

“Yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya'qub; dan
jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang diridhai."
Barang yang sudah dihibahkan tidak bisa ditarik kembali, sesuai hadits nabi
sebagai berikut,

:‫ب يَعُوْ ُد فِي قَ ْيئِ ِه‬


ِ ‫العائِ ُد في ِهبَتِ ِه ك َْالك َْل‬
Artinya: "Orang yang menarik kembali hibahnya seperti anjing yang menjilat
kembali muntahnya." (HR Al-Bukhari).
2. 2 Sedekah
1. Pengertian
Secara etimologi, kata shodaqoh berasal dari bahasa Arabash-shadaqah. Pada
awal pertumbuhan Islam, shodaqoh diartikan dengan pemberian yang
disunahkan (sedekah sunah). Sedangkan secara terminologishadaqah adalah
memberikan sesuatu tanpa ada tukarannya karena mengharapkan pahala dari
AllahSwt. Shodaqoh lebih utama apabila diberikan pada hari-hari mulia, seperti
pada hari raya idul adha atau idul fitri. Juga yang paling utama apabila
diberikan pada-pada tempat-tempat yang mulia, seperti di MekkahdanMadinah.
Shadaqah adalah pemberian harta kepada orang-orang fakir, orang yang
membutuhkan, ataupun pihak-pihak lain yang berhak menerima shadaqah,
tanpa disertai imbalan. Shadaqah atau yang dalam bahasa Indonesia sering
dituliskan dengan sedekah memiliki makna yang lebih luas lagi dari zakat dan
infaq.
2. Rukun shadaqah
Rukun shadaqah dan syaratnya masing-masing adalah sebagai berikut:
a) Orang yang memberi, syaratnya orang yang memiliki benda itu dan
berhak untuk mentasharrufkan (memperedarkannya)
b) Orang yang diberi, syaratnya berhak memiliki. Dengan demikian tidak
syah memberi kepada.anak yang masih dalam kandungan ibunya atau
memberi kepada binatang, karena keduanya tidak
berhakmemilikisesuatu
c) Ijab dan qabul, ijab ialah pernyataan pemberian dari orang yang
memberi sedangkan qabul ialah pernyataan penerimaan dari orang yang
menerima pemberian.
d) Barang yang diberikan, syaratnya barang yang dapat dijual.
Bershadaqah haruslah dengan niat yang ikhlas, jangan ada niat ingin
dipuji (riya) atau dianggap dermawan, dan jangan menyebut-nyebut
shadaqah yang sudah dikeluarkan, apalagi menyakiti hati si penerima.
Sebab yang demikian itu dapat menghapuskan pahala shadaqah. Allah
berfirman dalam surat AIBaqarahayat264: “Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan
menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti
orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia
tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan
orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu
ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka
tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan dan Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (QS.AI
Baqarah: 264).

3. Hikmah Shadaqah
a) Menumbuhkan ukhuwah Islamiyah
b) Dapat menghindarkan dari berbagai bencana
c) Akan dicintai Allah SWT.

4. Macam-macam shadaqah

a) Sedekah barang,
Barang dalam hal ini adalah sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain dan
lebih baik lagi masih dalam keadaan layak guna. Misalnya memberikan
pakaian dan sarung layak pakai atau makanan yang bergizi dan praktis
untuk korban bencana alam. Tidak ada salahnya untuk menyedekahkan
suatu barang karena alasan sudah memenuhi rumah atau memang punya
niat untuk dibuang. Hanya saja utamakan untuk memberikan barang-
barang ini kepada pihak yang benar-benar membutuhkannya. Pemberian
barang sedekah menjadi jauh lebih bermanfaat jika didasari oleh kondisi
yang tepat sasaran. Maksudnya, kita memberikan sesuatu yang semata-
mata kita sudah tidak butuhkan kepada pihak yang sedang
membutuhkannya. Contoh sedekah dalam hal ini adalah memberikan
pakaian atau mainan lama anak kita yang masih layak pakai kepada
kerabat kita yang baru saja memiliki bayi.
b) Sedekah tenaga.
Sedekah tenaga bisa berupa kerja bakti di lingkungan rumah atau
membersihkan lingkungan tempat ibadah. Perbuatan ini tidak harus
dilakukan di tempat-tempat khusus yang berkaitan dengan salah satu
agama saja, tetapi bisa antaragama, antarsuku, dan bahkan antarbangsa.
c) Sedekah senyuman dan nasihat.
Dalam satu riwayat bahwa senyuman kepada sesama muslim saja sudah
dianggap sedekah. Nasihat yang baik juga dianggap
sedekah. Sebagaimana wujud sedekah tidak selalu harus harta, kita bisa
melakukan beberapa hal berikut :
1) Membantu mendamaikan orang lain.
2) Menjenguk orang sakit.
3) Melakukan amalan-amalan yang membuat orang merasa terbantu
dan senang.
d) Mengucapkan tasbih, tahlil, dan tahmid.Mengucapkan
Zikir termasuk sedekah. Ucapan zikir pun ada banyak, di antaranya
tahmid, tahlil, takbir, tasbih, dan istighfar. Dalam hadits riwayat Muslim,
Aisyah r.a berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Bahwasanya
diciptakan dari setiap anak cucu Adam tiga ratus enam puluh persendian.
Maka barang siapa yang bertakbir, bertahmid, bertasbih, beristighfar,
menyingkirkan batu, duri, atau tulang dari jalanan, amar ma’ruf nahi
mungkar, maka akan dihitung sejumlah tiga ratus enam puluh persendian.
Dan ia sedang berjalan pada hari itu, sedangkan ia dibebaskan dirinya dari
api neraka.”
5. Manfaat sedekah
a) Menghapuskan dosa-dosa
b) Memberikan naungan pada hari kiamat
c) Menjauhkan diri dari api neraka
d) Melindungi diri dari siksa kubur
e) Terus mengalirkan pahala walau telah meninggal
f) Memberi keberkahan pada harta
g) Melipatgandakan pahala
h) Masuk surga melalui pintu khusus sedekah
i) Menjadi bukti keimanan seseorang
j) Melindungi pedagang dari maksiat dalam jual-beli
k) Kelapangan dada dan kebahagiaan hati
l) Pahala sedekah tidak terputus
6. Hadits tentang sedekah
Disebutkan bahwa pintu surga pun terbuka bagi orang-orang yang ikhlas
mendermakan hartanya di jalan Allah maupun untuk membantu sesama yang
sedang kesusahan.

ٰ ‫ت َواَ ْق َرضُوا هّٰللا َ قَرْ ضًا َح َسنًا ي‬


‫ُّض َعفُ لَهُ ْم َولَهُ ْم اَجْ ٌر َك ِر ْي ٌم‬ ِ ‫صد ِّٰق‬
َّ ‫ص ِّدقِ ْينَ َو ْال ُم‬
َّ ‫اِ َّن ْال ُم‬
“Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun
perempuan dan meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik, akan
dilipatgandakan (balasannya) bagi mereka; dan mereka akan mendapat pahala
yang mulia.” (QS. Al hadid: 18).

2. 3 Hadiah
1. Pengertian

Hadiah merupakan pemindahan pemilikan atas suatu harta dan bukan hanya
manfaatnya. Kalau yang diberikan adalah manfaatnya sementara zatnya
tidak maka itu merupakan pinjaman (i’ârah). Karenanya hadiah haruslah
merupakan tamlîkan li al’ayn (pemindahan/penyerahan pemilikan atas suatu
harta kepada pihak lain). Penyerahan pemilikan itu harus dilakukan semasa
masih hidup karena jika sesudah mati maka merupakan wasiat. Di samping
itu penyerahan pemilikan yang merupakan hadiah itu harus tanpa
kompensasi (tamlîkan li al-’ayn bi lâ ’iwadh), karena jika dengan
kompensasi maka bukan hadiah melainkan jual-beli (al-bay’).

2. Rukun dan Syarat Hadiah


Hadiah memiliki tiga rukun beserta syarat yang harus dipenuhi yaitu:
1) Adanya al-‘âqidân, yaitu pihak pemberi hadiah (almuhdî) dan pihak
yang diberi hadiah (al-muhdâ ilayh). Al-Muhdî haruslah orang yang
layak melakukan tasharruf, pemilik harta yang dihadiahkan dan tidak
dipaksa. Al-Muhdâ ilayh disyaratkan harus benar-benar ada saat akad.
Ia tidak harus orang yang layak melakukan tasharruf saat akad hadiah
itu. Jika al-muhdâ ilayh masih kecil atau gila maka penerimaan hadiah
diwakili oleh wali atau mushi-nya.
2) Adanya ijab dan qabul. Hanya saja, dalam hal ini tidak harus dalam
bentuk redaksi (shighat) lafzhiyah. Hal itu karena pada masa Nabi
saw., hadiah dikirimkan kepada Beliau dan Beliau menerimanya, juga
Beliau mengirimkan hadiah tanpa redaksi lafzhiyah. Fakta seperti itu
menjadi fakta umum pada masa itu dan setelahnya.
3) Harta yang dihadiahkan (al-muhdâ). Al-Muhdâ (barang yang
dihadiahkan) disyaratkan harus jelas (ma‘lûm), harus milik al muhdî
(pemberi hadiah), halal diperjualbelikan dan berada di tangan almuhdî
atau bisa ia serah terimakan saat akad. Menurut Imam Syafi’i dan
banyak ulama Syafi’iyah, barang itu haruslah barang bergerak, yaitu
harus bisa dipindahkan dari satu tempat ke tempat yang lain. Hal itu
karena seperti itulah yang berlangsung pada masa Nabi saw, disamping
tidak ada riwayat yang menjelaskan adanya hadiah berupa rumah,
tanah, dsb itu pada masa Nabi saw. dan para Sahabat.
3. Macam-macam hadiah
Hadiah dalam Islam dibagi menjadi 3 macam :
a. Hadiah dari seseorang yang posisinya “di bawah” kepada orang yang
posisinya “di atas”, semisal hadiah dari bawahan kepada atasan, dari
seorang yang memiliki kepentinganbisnis kepadan orang yang punya
kewenangan mengambil keputusan atas bisnis tersebut. Hadiah semacam
ini yang tidak diperbolehkan.
b. Hadiah dari seseorang kepada orang lain yang setara, misalnya antar teman,
kerabat, keluarga, tetangga. Hadiah semacam ini boleh dan dianjurkan
sepanjang saling memberi manfaat dan mempererat
persahabatanpersaudaraan.
c. Hadiah dari seseorang yang posisinya “di atas” kepada orang yang
posisinya “di bawah”, dimana si pemberi tak memiliki kepentingan
terhadap yang diberi dan tak ada pamrih untuk mendapatkan balasan.
Seperti hadiah dari majikan kepada pekerjanya, hadiah dari pejabat kepada
bawahannya, hadiah dari orangkaya kepada kaum fakir, dll. Inilah bentuk
hadiah yang sangat dianjurkan.
2. 4 Undian Berhadiah
1. Pengertian
Dalam Islam undian berhadiah termasuk dalam bentuk kegiatan yang di
dalamnya mengandung unsur pengundian nasib, sedangkan dalam Islam
perilaku yang sifatnya mengundi nasib tidak diperbolehkan. Undian berhadiah
tersebut menjadikan seseorang mengharapkan sesuatu yang belum jelas,
sehingga terdapat unsur maisir dan garar dalam kegiatan tersebut, maisir yaitu
sesuatu kegiatatan yang mengandung unsur perjudian, sedangkan garar
merupakan ada nya unsur ketidak pastian atau unsur pemberian harapan
terhadap sesuatu hal yang ditransaksikan.
Ada pendapat ulama yaitu Asy-Syirbashi berpendapat bahwa Lottere
(undian) adalah salah satu bentuk praktik perjudian yang dilarang dalam agama
Islam dan keuntungan yang diperoleh darinya juga haram. Penekanan
diharamkannya adalah terletak pada adanya unsur memakan harta orang lain
secara bathil. Islam mengharamkan perjudian lotre (undian) karena perjudian
akan membiasakan manusia dalam mencari keuntungan tanpa melakukan usaha
dan hanya menggantungkan nasib untuk menjadi seseorang yang kaya, mereka
tidak mau berusaha dan tidak mau melalui jalan yang sudah menjadi sunnatullah
yang telah diketahui oleh manusia.
2. Konsep undian berhadiah
Menurut Ibrahim Hosen yang menyatakan mengenai konsep undian berhadiah
sebagai berikut:
“undian berhadiah atau lotere merupakan salah satu dari cara penghimpunan
dana yang digunakan untuk proyek sosial ataupun juga kegiatan sosial. Undian
berhadiah ini seringkali dilakukan diberbagai acara atau momentum tertentu
dengan mengeluarkan kupon berhadiah agar merangsang atau menggaerahkan
penyumbang atau pembeli”.
3. Dasar hukum undian berhadiah
Undian berhadiah atau lottere lebih dekat dengan judi atau maisir.Maisir adalah
permainan yang mengandung unsur taruhan, dilakukan oleh dua orang atau
lebih secara langsung atau berhadap hadapan dalam suatu majlis. Menurut
Ibrahim Hosen ada dua hal yang harus diperhatikan yaitu taruhan dan berhadap-
hadapan. Orang yang bertaruh pasti menghadapi salah satu dari dua
kemungkinan yaitu menang atau kalau, jadi sifatnya untung-ungan, mengadu
nasib.

4. Macam-macam undian berhadiah


Undian berhadiah banyak sekali macam dan bentuknya, diantaranya lotto
(lottere totalisator), nalo (nasional lottere), lobena (lottere besar nasional),
lottere buntut, angka mobil, porkas, SDSB (sumbangan dana sosial berhadiah)
dan lain sebagainya. Bentuk-bentuk
undian tersebut sudah tidak beredar lagi di kalangan masyarakat. Jenis jenis
undian di atas kebanyakan bersifat resmi karena diizinkan oleh pemerintah yang
dalam hal ini adalah Departemen Sosial yang pada era Gus Dur sempat
dibubarkan. Muhammad Sunus membagi undian menjadi tiga bagian yaitu:
1) Undian tanpa syarat, bentuk dan contohnya seperti di pusat-pusat
perbelanjaan, pasar, pameran dan semisalnya sebagai langkah untuk
menarik pengunjung, kadang dibagikan dibagikan kupon undian untuk
setiap pengunjung tanpa harus membeli suatu barang. Kemudian setelah
itu dilakukan penarikan undian yang dapat disaksikan oleh seluruh
pengunjung. Bentuk undian yang seperti ini adalah boleh. Karena asal
dari suatu muamalah adalah boleh dan halal. Juga tidak terlihat dalam
bentuk undian ini hal-hal yang terlarang berupa kezaliman, riba, gharar,
penipuan dan lain sebagainya.
2) Undian dengan syarat membeli barang, undian ini tidak bisa diikuti
kecuali oleh orang yang membeli barang yang membeli barang yang
telah ditentukan oleh penyelenggaraan undian tersebut. Contohnya: pada
sebagian super market telah diletakkan berbagai hadiah seperti, kulkas,
radio dan lain-lainnya. Siapa yang membeli barang tertentu atau telah
mencapai jumlah tertentu dalam pembelian maka ia akan mendapatkan
kupon untuk ikut undian.
3) Undian dengan mengeluarkan biaya, yakni undian yang bisa diikuti
setiap orang yang membayar biaya untuk ikut undian tersebut atau
mengeluarkan biaya untuk bisa mengikuti undian tersebut dengan
mengeluarkan biaya. Contohnya mengirim kupon atau kartu po undian
ke tempat pengundian dengan menggunakan prangko pos. Tentunya
mengirim dengan prangko mengeluarkan biaya sesuai dengan harga
prangkonya.
5. Dampak dan hikmah dari undian berhadiah
Dampak yang perlu dipertimbangkan dari adanya undian berhadiah yang
berlangsung (terjadi), diantaranya:
a. Dapat mengakibatkan kerugian finansial pihak-pihak yang diundi.
Terdapatnya unsur untung rugi di dalamnya. Dana hasil penjualan kupon
Lottere pun terserap dari anggota masyarakat yang status ekonominya sangat
lemah, bahkan dari orang-orang yang tidak berpenghasilan tetap, dengan
harapan akan memenangkan undian lottere itu. Uang yang diperoleh dengan
susah payah dihabiskan untuk membeli lottere dan bukan mementingkan
kepentingan rumah tangga. Jadi secara langsung maupun tidak langsung
yang diajak di dalam undian berhadiah tersebut adalah orang-orang yang
lemah, bukan pengusaha-pengusaha.
b. Dapat menimbulkan kerusakakan terhadap dirinya sendiri, yaitu berupa
kerusakan mental. Undian dapat merusak jiwa dan pendidikan anak-anak
generasi penerus, dengan cara membiyasakan hidup untung-untungan,
mengadu nasib dan menghadapi masa depan dengan langkah yang tidak
pasti.
Dalam Islam undian berhadiah di larang berdasarkan surah Al-Baqarah ayat
2 dan Al-Maidah ayat 90-91, larangan tersebut mengandung hikmah yaitu:
1) Agar manusia kreatif berusaha dengan cara yang telah ditentukan
agama dan tidak bergantung pada sedekah serta angan kosong.
2) Agar manusia tidak mengambil harta dengan cara yang tidak
dibenarkan oleh agama.
3) Agar tidak terjadi permusuhan dan dendam kesumat, yang karennya
akan terjadi pertumpahan darah.
4) Untuk mendidik supaya hidup tidak tamak, yang selalu mabuk
dengan harapan-harapan kemenangan, meskipun dirinya selalu
ditimpa kerugian dan musibah kejiwaan.
5) Untuk menyelamatkan pribadi dan masyarakat dari segala bentuk
bahaya dan ancaman akibat rusaknya mental manusia dan dari
kelalaian diri terhadap kewajibannya terhadap Allah SWT.
6. Hadits Tentang Undian Berhadiah
Adapun ayat Al-Quran menjelaskan dalam firman Allah SWT QS. AlMaidah
90:
َ‫صابُ َوااْل َ ْزاَل ُم ِرجْ سٌ ِّم ْن َع َم ِل ال َّشي ْٰط ِن فَاجْ تَنِبُوْ هُ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُوْ ن‬
َ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اِنَّ َما ْال َخ ْم ُر َو ْال َم ْي ِس ُر َوااْل َ ْن‬
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras,
berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah,
adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-
perbuatan) itu agar kamu beruntung”.
Bahwa ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT memerintahkan umatnya
untuk menjauhi perbuatan yang dilarang seperti berjudi, mengundi nasib,
apabila dijauhi akan mendapatkan keberuntungan bagi umatnya.
Dari Abu Hurairah r.a Nabi SAW bersabda:

Dari Abu Hurairah raddhiyallaahu „anhu bahwa Rasulullah SAW bersabda,


“saling memberi hadialah kamu sekalian, agar kalian saling mencintai.” ( HR
Bukhari) dalam kitab al-Adab al-Mufrad dan Abu Ya‟la dengan sanad hasan.
Dari hadis Bukhari di atas menjelaskan Rasulullah tidak melarang seseorang
yang ingin memberikan hadiah kepada saudaranya tetapi dengan diberikan
kepada seseorang tanpa mengharapkan imbalan berupa apapun tanpa diminta
sebelumnya.Tetapi tidak dibolehkan memberikan hadiah dengan ketentuan atau
syarat.

BAB III
PENUTUP

3. 1 Kesimpulan.
1. Hibah menurut terminologi adalah pemberian hak milik secara langsung dan
mutlak terhadaap satu benda ketika masih hidup tanpa mengharap ganti
walaupun dari orang yang lebih tinggi “pemberian hak milik secara suka rela
ketika masih hidup dan yang ini lebih utama dan singkat”. Hibah merupakan
pemberian secara langsung tanpa mengharap kembali, sedangkan akad
dalam wasiat merupakan pemberian hak milik yang bisa sempurna jika ada
qobul yaitu setelah ada kematian.
2. Shadaqah adalah pemberian harta kepada orang-orang fakir, orang yang
membutuhkan, ataupun pihak-pihak lain yang berhak menerima shadaqah,
tanpa disertai imbalan. Shodaqoh lebih utama apabila diberikan pada hari-
hari mulia, seperti pada hari raya idul adha atau idul fitri. Juga yang paling
utama apabila diberikan pada-pada tempat-tempat yang mulia, seperti di
MekkahdanMadinah.
3. Hadiah merupakan pemindahan pemilikan atas suatu harta dan bukan hanya
manfaatnya. Kalau yang diberikan adalah manfaatnya sementara zatnya
tidak maka itu merupakan pinjaman (i’ârah). Karenanya hadiah haruslah
merupakan tamlîkan li al’ayn (pemindahan/penyerahan pemilikan atas suatu
harta kepada pihak lain).
4. Dalam Islam undian berhadiah termasuk dalam bentuk kegiatan yang di
dalamnya mengandung unsur pengundian nasib, Undian berhadiah tersebut
menjadikan seseorang mengharapkan sesuatu yang belum jelas, sehingga
terdapat unsur maisir dan garar dalam kegiatan tersebut, maisir yaitu sesuatu
kegiatatan yang mengandung unsur perjudian, sedangkan garar merupakan
ada nya unsur ketidak pastian atau unsur pemberian harapan terhadap
sesuatu hal yang ditransaksikan.

3. 2 Saran.
1. Sebagai umat muslim sebaiknya kita tidak mengikuti undian berhadiah
karena didalamnya mengandung unsur pengundian nasib, sedangkan dalam
Islam perilaku yang sifatnya mengundi nasib tidak diperbolehkan dan juga
sudah dijelaskan dalam alquran surah Al- maidah ayat 90.
2. Setiap umat muslim hendaklah bersedekah karena sedekah dapat
menghindarkan dari segala bentuk bahaya.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997,
hlm.466.
Abdul Aziz Dahlan, et al. Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: Ichtiar Baru van
Hoeve, 1996, hlm. 54
Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqih Muamalat Sistem Transaksi Dalam Fiqh
Islam.hal 453
Al-Jaziri Abu Bakr Jabir, 2006. Ensiklopedia Muslim. Darul Falah: Jakarta
Rasjid, H. Sulaiman. 1998. Fiqih Islam, Sinar Algensindo: Bandung
Sabiq, sayyid. 1996. Fiqih sunnah 14, Alma’Arif: Bandung

Anda mungkin juga menyukai