Dosen Pengampu :
Eva Astuti Mulyani, M.Pd.
Oleh
Kelompok 7 :
1. Fauzia Ramadiningsih : 1905110053
2. Isrotul Hasanah : 1905155430
3. Ninda Hayyu Putri : 1905124362
4. Sukma Mentari Lubis : 1905110985
5. Sri Purna Mayningrum : 1905113723
Kelas 2019 B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
T.P 2020
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Segala puji hanya milik Allah Subhanahu wa Ta’ala semata. Penulis memuji,
meminta pertolongan, dan memohon ampunan kepada-Nya. Penulis berlindung kepada-Nya
dari keburukan diri dan juga dari keburukan amal perbuatan penulis. Siapa yang diberi
petunjuk, tidak ada yang bisa menyesatkannya; siapa yang disesatkan oleh-Nya, tidak ada
yang bisa memberikannya hidayah. Penulis bersaksi bahwa tidak ada Dzat yang berhak
diibadahi selain Allah, dan bahwasannya Muhammad adalah utusan Allah.
Sebenar-benar perkataan itu Kalamullah (firman-Nya), sebaik-baik petunjuk itu
petunjuk Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Seburuk-buruk perkara itu perkara
baru dalam agama, tiap perkara baru itu bid’ah, tiap bid’ah itu sesat, serta tiap kesesatan
tempatnya di Neraka.
Sejatinya makalah ini disusun berdasarkan pembagian tugas dari dosen pembimbing
yang telah mempercayakan tugas ini kepada penulis. Makalah ini memuat tentang “Konsep
Bimbingan Konseling 2”. Tema yang dibahas dalam makalah ini sengaja diberikan kepada
penulis agar penulis dapat memahami materi secara individu dan mempresentasikannya
kepada teman sejawat.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan tugas makalah ini :
1. Bapak Otang Kurniaman, M.Pd dan Ibu Intan Kartika Sari, S.Pd.I., M.Pd. selaku dosen
pengampu mata kuliah bimbingan konseling.
2. Rekan-rekan kelompok 2 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Riau, dan pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.
Demikianlah penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam menyusun tugas
makalah ini, untuk itu penulis mengharapkan saran-saran dan kritik untuk melakukan
perbaikan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................2
PENDAHULUAN.................................................................................................................................2
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................................3
BAB II..................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
2.1 Pengertian Historis..............................................................................................................2
2.2 Landasan Historis Pendidikan Nasional Indonesia...........................................................2
2.3 Sejarah pendidikan dunia...................................................................................................3
2.3.1 Zaman Realisme............................................................................................................3
2.3.3 Zaman Naturalisme........................................................................................................3
2.3.4 Zaman Developmentalisme............................................................................................4
2.3.5 Zaman Nasionalisme......................................................................................................4
2.3.6 Zaman Liberalisme, Positivisme, dan Individualisme....................................................3
2.3.7 Zaman Sosialisme..........................................................................................................3
2.4 Sejarah Pendidikan Indonesia............................................................................................3
2.4.1 Zaman Pengaruh Hindu dan Budha(Purba)....................................................................3
2.4.2 Zaman Pengaruh Islam (Tradisional).............................................................................3
2.4.3 Zaman Pengaruh Nasrani (Katholik dan Kristen)..........................................................3
2.4.4 Zaman Kolonial Belanda...............................................................................................3
2.4.5 Zaman Kolonial Jepang.................................................................................................4
2.4.6 Zaman Kemerdekaan (Awal).........................................................................................3
2.4.7 Zaman ‘Orde Lama’.......................................................................................................3
2.4.8 Zaman ‘Orde Baru’........................................................................................................3
2.4.9 Zaman ‘Reformasi’........................................................................................................3
2.5 Implikasinya Dalam Praktek Pembelajaran Bidang Studi...............................................3
2.6 Implikasi sejarah terhadap konsep pendidikan nasional Indonesia................................3
BAB III..................................................................................................................................................3
PENUTUP.............................................................................................................................................3
ii
A. Kesimpulan..............................................................................................................................3
B. Saran.........................................................................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................2
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan landasan historis pendidikan?
2. Bagaimana sejarah pendidikan dunia ?
3. Bagaimana sejarah pendidikan Indonesia ?
4. Siapa sajakah tokoh-tokoh pendidikan dunia dan Indonesia ?
5. Bagaimana implikasi sejarah dalam praktek pembelajaran bidang studi ?
6. Bagaimana sejarah terhadap konsep pendidikan nasional Indonesia ?
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Dengan demikian, setiap bidang kegiatan yang ingin dicapai manusia untuk maju,
pada umumnya dikaitkan dengan bagaimana keadaan bidang tersebut pada masa yang lampau
(Pidarta, 2007: 110). Demikian juga halnya dengan bidang pendidikan. Sejarah pendidikan
merupakan bahan pembanding untuk memajukan pendidikan suatu bangsa. Sejarah telah
memberi penerangan, contoh, dan teladan bagi manusia dan diharapkan akan dapat
meningkatkan peradaban manusia itu sendiri di masa kini dan masa yang akan datang.
2
2.3.2 Zaman Rasionalisme
Tokoh pendidikan pada zaman ini pada abad ke-18 adalah John Locke Aliran ini
memberikan kekuasaan pada manusia untuk berfikir sendiri dan bertindak untuk
dirinya, karena itu latihan sangat diperlukan pengetahuannya sendiri dan bertindak
untuk dirinya. Paham ini muncul karena masyarakat dengan kekuatan akalnya dapat
menumbangkan kekuasaan Raja Perancis yang memiliki kekuasaan absolut. Teorinya
yang terkenal adalah leon Tabularasa, yaitu mendidik seperti menulis di atas kertas
putih dan dengan kebebasan dan kekuatan akal yang dimilikinya manusia digunakan
unutk membentuk pengetahuannya sendiri. Teori yang membebaskan jiwa manusia
ini bisa mengarah kepada hal-hal yang negatif, seperti intelektualisme,
individualisme, dan materialisme (Pidarta, 2007: 114).
Menurut John Locke ada tiga langkah dalam proses belajar mengajar, yaitu:
a) Mengamati hal-hal yang ada di luar diri manusia
b) Mengingat apa yang telah diamati dan dihafalkan
c) Berpikir (Pidarta, 2007: 114)
2.3.3 Zaman Naturalisme
Pada abad ke-18 muncullah aliran Naturalisme Sebagai reaksi terhadap aliran
Rasionalisme dengan tokohnya, J. J. Rousseau. Aliran ini menentang kehidupan yang
tidak wajar sebagai kibat dari Rasionalisme, seperti gaya hidup yang diperhalus, cara
hidup yang dibuat-buat sampai pada korupsi, anak-anak dipandang sebagai manusia
dewasa yang kecil. Naturalisme menginginkan keseimbangan antara kekuatan rasio
dengan hati (Pidarta, 2007: 115).
Naturalisme menyatakan bahwa manusia didorong oleh kebutuhan-kebutuhannya,
dapat menemukan jalan kebenaran di dalam dirinya sendiri (Mudyaharjo, 2008: 118).
Menurut Rousseau ada tiga asas mengajar, yaitu:
a.) Asas pertumbuhan, pengajaran harus memberi kesempatan untuk anak-anak
bertumbuh secara wajar dengan cara mempekerjakan mereka sesuai dengan
kebutuhannya
b.) Asas aktivitas, melalui bekerja anak-anak akan menjadi aktif yang akan
memberikan pengalaman, yang kemudian akan menjadi pengetahun mereka
c.) Asas individualitas, dengan cara menyiapkan pendidikan sesuai dengan
individualitas masing-masing anak, sehingga mereka berkembang sesuai dengan
alamnya sendiri (Pidarta, 2007: 116)
2
2.3.4 Zaman Developmentalisme
Zaman Developmentalisme berkembang pada abad ke-19. Aliran ini memandang
pendidikan sebagai suatu proses perkembangan jiwa sehingga aliran ini sering disebut
gerakan psikologis dalam pendidikan. Tokoh-tokoh aliran ini adalah: Pestalozzi,
Johan Fredrich Herbart, Friedrich Wilhelm Frobel, dan Stanley Hall (Pidarta, 2008:
116).
Konsep pendidikan yang dikembangkan oleh aliran ini meliputi:
a.) Mengaktualisasi semua potensi anak yang masih laten, membentuk watak susila
dan kepribadian yang harmonis, serta meningkatkan derajat sosial manusia
(Pidarta, 2007:119).
b.) Pengembangan ini dilakukan sejalan dengan tingkat-tingkat perkembangan anak
(Pidarta, 2007: 120) yang melalui observasi dan eksperimen (Mudyahardjo, 2008:
114)
c.) Pendidikan adalah pengembangan pembawaan (nature) yang disertai asuhan yang
baik (nurture) (Rohmawati, 2008).
d.) Pengembangan pendidikan mengutamakan perbaikan pendidikan dasar dan
pengembangan pendidikan universal (Mudyaharjo, 2008: 114).
2
Zaman ini lahir pada abad ke-19. Liberalisme berpendapat bahwa pendidikan adalah
alat untuk memperkuat kedudukan penguasa/pemerintahan yang dipelopori dalam
bidang ekonomi oleh Adam Smith dan siapa yang banyak berpengetahuan dialah yang
berkuasa yang kemudian mengarah pada individualisme. Sedangkan positivisme
percaya kebenaran yang dapat diamati oleh panca indera sehingga kepercayaan
terhadap agama semakin melemah. Tokoh aliran positivisme adalah August Comte
(Pidarta, 2007: 120).
2
Jika kita mengamati sejarah tentang borobudur merupakan warisan sejarah yang bisa
kita gunakan sebagai perbandingan perkembangan pendidikan pada masa itu dengan
masa.
Borobudur adalah candi budha terbesar pada abad 9, yang berukuran 123 X 123 meter
serta terdiri dari 1.460 relief dan 504 stupa. Borobudur setelah dibangun 3 abad
sebelum Angkor Wat di Kamboja dan 4 abad sebelum Katedral Agung di Eropa ini.
Berdasarkan keterangan di atas Borobudur merupakan tonggak sejarah terbesar bagi
Indonesia, karena pada saat itu (abad 9) bisa dikatakan Indonesia menjadi negara
number one. Jika ditinjau dari segi pembuatannya, maka akan muncul asumsi tentang
jumlah tenaga yang digunakan (berhubungan dengan manajemen) dan arsitekturnya.
Padahal pada masa itu sumber belajarnya hanya berupa orang tidak seperti sekarang
yang sumber belajarnya tidak hanya berupa orang, tetapi ada buku, TV, radio, HP,
komputer (laptop), dan internet. Seharusnya pada saat ini justru kita harus lebih baik
lagi dan lebih maju dari pada abad 9 tersebut yang belum ada pendidikan manajemen
dan pendidikan arsitek.
2
Tempat pengajaran Agama Islam yang lebih lanjut dan lebih mendalam ada di
pesantren. Pengetahuan yang diberikan ada 3 bidang yaitu: agama; ilmu
pengetahuan; keterampilan.
c Pendidikan Madrasah
Pada madrasah guru-guru diperkenankan menerima balasan jasa dalam bentuk
uang (gaji). Lembaga pendidikan ini lebih menekankan pada pemberian ilmu
pengetahuan umum disamping pelajaran agama. Pendidikan Madrasah diatur
berjenjang sejajar dengan pendidikan dasar dan menengah seperti sekarang ini.
Jenjang ini adalah
1. Tingkat TK : Bustanul
2. Tingkat SD : Ibtidaiyah
3. Tingkat SMP : Tsanawiyah
4. Tingkat SMA : Aliyah
d Wali Sanga
Wali adalah sahabat Allah, yaitu orang yang dicintai oleh Allah serta memiliki
pengetahuan agama islam yang mendalam. Wali merupakan orang yang
pintar, ahli agama, dan filsafat hidupnya dicurahkan untuk agama, tidak
mementingkan dunia materi. Tugas utamanya adalah sebagai penyebar agama.
Selain sebagai penyiar agama, ia juga menjadi pelopor dalam usaha
memajukan kehidupan rakyat (Rizal, 2008).
2
Maluku, sebagai salah satu pijakan Portugis dalam menjalankan misinya, adalah
Franciscus Xaverius dari orde Jesuit.
Orde ini didirikan oleh Ignatius Loyola (1491-1556) dan memiliki tujuan yaitu segala
sesuatu untuk keagungan yang lebih besar dari Tuhan (Mudyahardjo, 2008: 243).
Yang dicapai dengan tiga cara: memberi khotbah, memberi pelajaran, dan pengakuan.
Orde ini juga mempunyai organisasi pendidikan yang seragam: sama di mana pun dan
bebas untuk Xaverius memandang pendidikan sebagai alat yang ampuh untuk
penyebaran agama, Nasution dalam Rohmawati (2008).
Sedangkan pengaruh Kristen berasal dari orang-orang Belanda yang datang pertama
kali tahun1596 di bawah pimpinan Cornelis de Houtman dengan tujuan untuk mencari
rempah-rempah. Untuk menghindari persaingan di antara mereka, pemerintah
Belanda mendirikan suatu kongsi dagang yang disebut VOC (vreenigds Oost Indische
Compagnie) atau Persekutuan Dagang Hindia Belanda tahun 1602 (Mudyahardjo,
2008: 245).
Sikap VOC terhadap pendidikan adalah membiarkan terselenggaranya Pendidikan
Tradisional di Nusantara, mendukung diselenggarakannya sekolah-sekolah yang
bertujuan menyebarkan agama Kristen. Kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh
VOC terutama dipusatkan di bagian timur Indonesia di mana Katholik telah berakar
dan di Batavia (Jakarta), pusat administrasi kolonial. Tujuannya untuk melenyapkan
agama Katholik dengan menyebarkan agama Kristen Protestan, Calvinisme
(Nasution, 2008: 4-5).
2
agama, yaitu agama Kristen Protestan. Keuntungan besar dari sekolah ini adalah
setelah kita mencapai kemerdekaan dimana kebutuhan akan pendidikan sangat
diperlukan. Sebagian besar penduduk di Indonesia bagian timur sudah tidak
mengalami tuna aksara. Ini karena telah lama penduduk Indonesia bagian timur telah
mengenal pendidikan/sekolah (Rizal, 2008).
Oleh karena itu, kurikulum sekolah mengalami perubahan radikal dengan masuknya
ide-ide liberal tersebut yang bertujuan mengembangkan kemampuan intelektual, nilai-
nilai rasional dan sosial. Pada awalnya kurikulum ini hanya diterapkan untuk anak-
anak Belanda selama setengah abad ke-19 (rohmawati, 2008).
Sejak dijalankannya Politik Etis ini tampak kemajuan yang lebih pesat dalam bidang
pendidikan selama beberapa dekade. Pendidikan yang berorientasi Barat ini meskipun
masih bersifat terbatas untuk beberapa golongan saja, antara lain anak-anak Indonesia
yang orang tuanya adalah pegawai pemerintah Belanda, telah menimbulkan elite
intelektual baru (Rohmawati, 2008).
Golongan baru inilah yang kemudian berjuang merintis kemerdekaan melalui
pendidikan. Perjuangan yang masih bersifat kedaerahan berubah menjadi perjuangan
bangsa sejak berdirinya Budi Utomo pada tahun 1908 dan semakin meningkat dengan
lahirnya Sumpah Pemuda tahun 1928 (Rohmawati, 2008).
Setelah itu tokoh-tokoh pendidik lainnya adalah Mohammad Syafei dengan
Indonesisch Nederlandse School-nya, Ki Hajar Dewantara dengan Taman Siswa-nya,
dan Kyai Haji Ahmad Dahlan dengan Pendidikan Muhammadiyah-nya yang
semuanya mendidik anak-anak agar bisa mandiri dengan jiwa merdeka (Pidarta, 2008:
125-33).
2
sehari-hari. Hal ini mempermudah bangsa Indonesia untuk merealisasi Indonesia
merdeka. Pada tanggal 17 Agustus 1945 cita-cita bangsa Indonesia menjadi kenyataan
ketika kemerdekaan Indonesia diproklamasikan kepada dunia (rohmawati, 2008).
Sekolah-sekolah yang ada pada jaman Belanda semenjak Jepang datang ke Indonesia
diganti dengan sistem Jepang. Murid hanya mendapat pengetahuan sedikit, dan
hampir sepanjang hari hanya diisi dengan kegiatan latihan perang atau bekerja. Sistem
sekolah di masa Jepang banyak berbeda dengan penjajahan Belanda
Sekolah Jepang terbuka untuk semua golongan penduduk, lama belajar 6 tahun,
bahasa pengantarnya adalah bahasa Daerah dan bahasa Melayu.
Sekolah menengah dibagi menjadi dua, yaitu Sekolah Menengah Pertama (SMP)
dan Sekolah Menengah Tinggi (SMT) masing-masing pendidikan 3 tahun.
Sekolah kejuruan masih ada, yaitu Sekolah Pertukangan dan Sekolah Teknik
Menengah.
Sekolah guru banyak didirikan
Ada tiga macam sekolah guru
1. Sekolah guru 2 tahun = Sjootoo Sihan Gakoo
2. Sekolah Guru Menengah 4 tahun = Guutoo Sihan Gakko
3. Sekolah Guru Tinggi 6 tahun = Kooto Sihan Gakko
Pelajaran yang diberikan meliputi: Sejarah, Ilmu Bumi, Bahasa Indonesia
(Melayu), adat istiadat, Bahasa Jepang, dan Kebudayaan Jepang ( Rizal: 2008).
2
2.4.7 Zaman ‘Orde Lama’
Setelah gangguan-gangguan itu mereda, pembangunan untuk mengisi kemerdekaan
mulai digerakkan. Pembangunan dilaksanakan serentak di berbagai bidang, baik
spiritual maupun material (Rohmawati: 2008).
Setelah diadakan konsolidasi yang intensif, sistem pendidikan Indonesia terdiri atas:
Pendidikan Rendah, Pendidikan Menengah, dan Pendidikan Tinggi. Dan pendidikan
harus membimbing para siswanya agar menjadi warga negara yang bertanggung
jawab.
Sesuai dengan dasar keadilan sosial, sekolah harus terbuka untuk tiap-tiap penduduk
negara (Rahmawati; 2008).
Di samping itu, Pendidikan Nasional zaman ‘Orde Lama’ adalah pendidikan yang
dapat membangun bangsa agar mandiri sehingga dapat menyelesaikan revolusinya
baik di dalam maupun di luar; pendidikan yang secara spiritual membina bangsa yang
ber-Pancasila dan melaksanakan UUD 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi
Terpimpin, Kepribadian Indonesia, dan merealisasikan ketiga kerangka tujuan
Revolusi Indonesia sesuai dengan Manipol yaitu membentuk Negara Kesatuan
Republik Indonesia berwilayah dari Sabang sampai Merauke, menyelenggarakan
masyarakat Sosialis Indonesia yang adil dan makmur lahir-batin, melenyapkan
kolonialisme, mengusahakan dunia baru, tanpa penjajahan, penindasan dan
penghisapan, ke arah perdamaian, persahabatan nasional yang sejati dan abadi
(Mudyahardjo, 2008: 403).
2
diinginkan. Sistem pendidikannya adalah sentralisasi dengan berpusat pada
pemerintah pusat.
Namun demikian, dalam dunia pendidikan pada masa ini masih memiliki beberapa
kesenjangan. Buchori (Dalam Pidarta 2008: 139-140) mengemukakan beberapa
kesenjangan, yaitu (1) kesenjangan okupasional (antara pendidikan dan dunia kerja),
(2) kesenjangan akademik (pengetahuan yang diperoleh di sekolah kurang bermanfaat
dalam kehidupan sehari-hari), (3) kesenjangan kultural (pendidikan masih banyak
menekankan pada pengetahuan klasik dan humaniora yang tidak bersumber dari
kemajuan ilmu dan teknologi), dan (4) kesenjangan temporal (kesenjangan antara
wawasan yang dimiliki dengan wawasan dunia terkini).
Namun demikian keberhasilan pembangunan yang menonjol pada zaman ini adalah
(1) kesadaran beragama dan kenagsaan meningkat dengan pesat, (2) persatuan dan
kesatuan
bangsa tetap terkendali, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga meningkat (Pidarta,
2008: 141).
2
pendidikan juga diupayakan, misalnya KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi), MBS
(Manajemen Berbasis Sekolah), Life Skills (Lima Ketrampilan Hidup), TQM (Total
Quality Management) KTSP (Kurikulum Satuan Pendidikan).
2
Proses pendidikan terutama proses belajar-mengajar dan materi pelajaran harus
disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik, melaksanakan metode global
untuk pelajaran bahasa, mengembangkan kemandirian dan kerjasama siswa dalam
pembelajaran, mengembangkan pembelajaran lintas disiplin ilmu, demokratisasi
dalam pendidikan, serta mengembangkan ilmu dan teknologi.
2.6.3 Kebudayaan Nasional
Pendidikan harus juga memajukan kebudayaan nasional. Emil Salim dalam Pidarta
(2008: 149) mengatakan bahwa kebudayaan nasional merupakan puncak-puncak
budaya daerah dan menjadi identitas bangsa Indonesia agar tidak ditelan oleh budaya
global.
2.6.4 Inovasi-inovasi Pendidikan
Inovasi-inovasi harus bersumber dari hasil-hasil penelitian pendidikan di Indonesia,
bukan sekedar konsep-konsep dari dunia Barat sehingga diharapkan pada akhirnya
membentuk konsep-konsep pendidikan yang bercirikan Indonesia.
2
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada landasan historis pendidikan dapat disimpulkan bahwa pendidikan
kita peroleh tidak dengan mudah, butuh banyak waktu dan pengorbanan, selain itu
pendidikan itu dinamis, artinya pendidikan itu berkembang sesuai dengan perkembangan
zamannya. Semoga pendidikan pada era globalisai ini pendidikan di Indonesia bisa lebih
baik dan berkembang sesuai dengan keadaan sekarang yang terjadi.
B. Saran
Demikianlah makalah ini ditulis, penulis mengharapkan saran demi kesempurnaan
makalah ini. Sekian dan terima kasih.
2
DAFTAR PUSTAKA