Anda di halaman 1dari 23

TUGAS MAKALAH KELOMPOK

KONSELING KARIR

Teori Tipologi John Holland

Dosen Pengampu: Mhd Subhan, S.Pd, M.Ed, PhD.

Disusun Oleh:

Diana Septi Rahayu ( 12011625903 )

Yunita Efendi ( 12011626080 )

BKPI 3A

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

PEKANBARU

2020-2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya,sehingga
penyusun dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan baik. Dengan terselesaikannya
makalah ini penyusun ingin mengucapkan terimakasih kepada :

 Mhd Subhan, S.Pd, M.Ed, PhD. selaku guru pembimbing dalam mata Kuliah
Konseling Karir di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
 Orang tua yang memberi dukungan dan doa supaya dapat menyelesaikan makalah
dengan baik
 Rekan rekan penulis telah memberikan saran dan masukan dalam penyusnan makalah
ini
Dari hasil makalah ini dapat dilihat bahwa anak bangsa dalam hal ini
pelajar,mahasiswa dan masyarakat umum mempunyai inovasi dan kreatifitas dalam
membuat sebuah makalah tentang tajuk utama kami Teori Topologi John Holland.

Penulis menyadar bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan dalam pengejaan penulis maupun penyusun makalah,untuk itu penulis meminta
kritik dan saran yang membangun sehingga makalah, dapat bermanfaat bagi pembaca dan
dapat digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan,khususnya dalam mata kuliah
Konseling Karir.

Pekanbaru, 02 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...............................................................................................................................................1
BAB I..........................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................................5
A. Siapakah John Holland?...............................................................................................................5
B. Sejarah Teori John Holland?........................................................................................................5
C. Konsep Dasar Teori Holland?......................................................................................................5
D. Prinsip-Prinsip Teori Holland?....................................................................................................5
E. Karakteristik Teori Holland?.......................................................................................................5
F. Kedudukan dan Penggunaan Teori Holland?...............................................................................5
G. Implikasi Teori Karir Holland Terhadap Bimbingan dan Konseling Karir di Sekolah?...............5
H. Riset-Riset Berkenaan Dengan Teori Holland?...........................................................................5
I. Kekuatan dan Kelemahan Teori Holland?...................................................................................5
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................6
2.1 Siapakah John Holland......................................................................................................................6
2.2 Sejarah Teori John Holland...............................................................................................................6
2.3 Konsep Dasar Teori Holland.............................................................................................................7
2.4 Prinsp-Prinsip Teori Holland.............................................................................................................9
2.5 Karakteristik Teori Holland.............................................................................................................13
2.6 Kedudukan dan Penggunaan Teori Holland.....................................................................................14
2.7 Implikasi Teori Karir Holland Terhadap Bimbingan dan Konseling Karir di Sekolah....................16
2.8 Riset-Riset Berkenaan dengan Teori Holland..................................................................................17
2.9 Kekuatan dan Kelemahan Teori Holland.........................................................................................19
BAB III......................................................................................................................................................20

1
PENUTUP.................................................................................................................................................20
3/1 Kesimpulan.....................................................................................................................................20
3.2 Saran................................................................................................................................................20

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Untuk membantu  anak dalam mengembangkan diri secara optimal sehingga dapat
merencanakan pencapaian pekerjaan sebagai landasan karier yang sesuai dengan kemampuan,
bimbingan karier sebagai salah satu bidang layanan bimbingan konseling sangat dibutuhkan
(Rosita, Irmayanti, & Hendriana, 2020; Suprihatin, 2015). Konseling dapat memberikan layanan
karironal kepada siswa, layanan karir untuk siswa Ini akan membantu memilih karier di masa
depan. Kehadiran guru BK/Konselor diharapkan bisa membantu menemukan dan mengarahkan
bakat dan minat siswa, siswa bisa diarahkan untuk mandiri menentukan jenjang pendidikan
lanjut sesuai dengan kemampuannya, siswa bisa mengenali kelebihan kekurangannya agar bisa
memilih dunia kerja yang sesuai dengannya sebagai jenjang karier yang akan dijalani di masa
depan dan memberikan layanan BK secara khusus kepada siswa yang bermasalah baik pribadi
maupun social (Sholeh, 2018).Dengan layanan bimbingan karier yang sudah diberikan
diharapkan siswa dapat memahami karakteristik dirinya dalam hal minat, nilai-nilai, kecakapan
dan ciri-ciri kepribadian serta dapat  rnengidentifikasikan  bidang pekerjaan yang  luas, yang
mungkin lebih cocok bagi rnereka selanjutnya diharapkan siswa dapat menemukan karier dan
melaksanakan karier yang efektif serta memberikan kelayakan hidup (Nindya, Kiswantoro, &
Hidayati, 2020; Suryani, 2020).
Bimbingan  karier merupakan salah satu aspek bimbingan  perkembangan, sehingga sangat
diperlukan  sepanjang  perkembangan  anak,  lebih baik  jika bimbingan itu diberikan  ke anak
sejak rnasa  kanak-kanak  bahkan sebelun masuk sekolah,  yang diteruskan  di masa sekolah
dasar, di sekolah lanjutan dan di perguruan tinggi, bahkan mungkin masih diperlukan  sewaktu
seseorang sudah memasuki dunia  kerja, dengan harapan bahwa dengan bimbingan yang
diberikan akan membantu  dalam penyesuaian diri dengan  sifat dan situasi kerja (Haolah,
Rohaeti, & Rosita, 2020; Rahmawati, Yusmansyah, & Mayasari, 2020). Dengan demikian
melalui teori ini dapat menambah wawasan konselor dalam membantu klien memutuskan pilihan
karier.
Secara umum, tujuan dari bimbingan karir sekolah adalah untuk membantu siswa menguasai
keterampilan untuk membuat keputusan tentang karir masa depan mereka. Perencanaan karier
merupakan hal yang sangat penting bagi siswa dalam mencapai sukses karier.Semua siswa

3
menginginkan sukses dalam karier, agar siswa dapat sukses dalam karier diharapkan siswa dapat
merencanakan kariernya, karena sukses dalam karier diawali dengan perencanaan karier yang
baik. Karier bukan hanya job dan bukan pula okupasi, tetapi karier merupakan suatu rangkaian
pekerjaan seseorang selama hidupnya (Ria& Hasnidar, 2020).Aplikasi Teori Holland di Sekolah
sangat relevan bagi bimbingan karier dan konseling karier di institusi pendidikan untuk jenjang
pendidikan menengah dan masa awal pendidikan tinggi (Winkel & Hastuti, 2005). Tekanan yang
diberikan pada pemahaman diri sehubungan dengan beberapa kualitas vokasional yang dimiliki
seseorang dan pada informasi yang akurat mengenai berbagai lingkungan okupasi, menyadarkan
lembaga bim¬bingan akan tugasnya untuk membantu orang muda mengenal diri sendiri dan
mengenal ciri-ciri lingkungan, kedua hal ini sangat diperlukan sebagai masukan dalam
memikirkan pilihan okupasi secara matang.

Holland juga merefleksikan jaringan hubungan antara tipe kepribadian dan model lingkungan,
yang diuraikan dalam diagram yang disebut “model heksagonal”, yang menggambarkan berbagai
jarak psikologis antara tipe kepribadian dan model lingkungan. Kesuksesan individu dalam
karier tidak terlepas dari pendidikan. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan segala potensi
yang dimiliki siswa secara optimal agar menjadi individu yang berkualitas, mempunyai
kapabilitas tinggi, memiliki keunggulan kompetitif dalam kehidupan global, serta memberikan
pengetahuan dan keterampilan sebagai persiapan untuk melanjutkan kehidupan yang lebih baik
di masa depan (Komang, 2014).

4
1.2 Rumusan Masalah
A. Siapakah John Holland?
B. Sejarah Teori John Holland?
C. Konsep Dasar Teori Holland?
D. Prinsip-Prinsip Teori Holland?
E. Karakteristik Teori Holland?
F. Kedudukan dan Penggunaan Teori Holland?
G. Implikasi Teori Karir Holland Terhadap Bimbingan dan Konseling Karir di Sekolah?
H. Riset-Riset Berkenaan Dengan Teori Holland?
I. Kekuatan dan Kelemahan Teori Holland?

1.3 Tujuan
Materi yang akan dijabarkanpadamakalahinibertujuan untuk memperluas pengetahuan
mahasiswa/i dalam mempelajari Konseling Karir, di mana mahasiswa/i akan memiliki
pemahamanyangefektifdalam PembelajaranKonselingKarir.

5
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Siapakah John Holland


John Lewis Holland (21 Oktober 1919 - 27 November 2008) adalah seorang Profesor Sosiologi
Emeritus di Universitas Johns Hopkins dan seorang psikolog Amerika.Dia meninggal pada
tanggal 27 November 2008, di Union Memorial Hospital.Holland paling dikenal sebagai
pencipta model pengembangan karir, Tema Kerja Holland (Holland Codes).

Holland lahir pada tanggal 21 Oktober 1919 di Omaha, Nebraska, merupakan salah satu anak
dari empat bersaudara. Ayahnya berimigrasi dari Inggris ke AS ketika ia berusia 20 dan bekerja
sebagai buruh, sedangkan ibunya adalah seorang guru sekolah dasar. Holland akhirnya
mempelajari psikologi di Perancis dan matematika di Universitas Kota Omaha (sekarang
University of Nebraska di Omaha) dan lulus pada tahun 1942.

2.2 Sejarah Teori John Holland


John Holland lahir di Omaha, Nebraska pada tahun 1919. Dia lulus dari University of Omaha di
1942 dan melanjutkan untuk memperoleh gelar doktor dari University of Minnesota. Dia
dikhususkan 40 tahun ke depan untuk mengajar universitas dan penelitian. John Holland adalah
seorang ikonklas muda yang dididik dalam tradisi Minnesota Empiris (Jika sebuah benda
bergerak maka ukurlah.Jika dua benda bergerak maka hubungkanlah keduanya) yang melanggar
dari pendekatan dominan terhadap kepentingan pengukuran.Beliau dijuluki “dustbowl
empiricism” untuk asal usul Midwestern-nya.Tradisi Minnesota menghindari teori yang
mendukung metode pengukuran atheoritical atau empiris.Kreasi Holland bersifat teoritis namun
sangat praktis dalam penggunaannya, self-scoring measure pada minat pekerjaan (the Vocational
Preference Inventory [VPI; Holland, 1985], diikuti oleh the Self-Directed Search [SDS; Holland,
Fritzsche, & Powell, 1994]) dikatalisis dalam pergeseran penekanan profesi konseling dari
perumusan teori pemilihan pekerjaan kembali pada pengoptimalan penggunaan evaluasi
intervensi dan asesmen karir. Pada tahun 1990-an pergeseran ini berawal dari persaingan
pengembangan teori ke desain dan evaluasi pada intervensi karir yang lebih efektif melengkapi
siklus psikologi pekerjaan dari praktis ke teoritis dan kembali ke praktis. Keterkaitan antara teori
dan praktek sejak awalnya telah menjadi karakteristik Model Holland (Holland, 1959). Gaya
karakteristik ilmiah Holland telah diuji, direvisi dan telah digunakan oleh sejumlah rekan-rekan

6
profesional dengan siapa Holland berkomunikasi secara teratur dan kepada siapa ia memberikan
bimbingan dan dukungan intelektual. Dari profesional yang mengikutinya, dalam ukuran besar
Holland memiliki model dan akun instrumen yang kreasi dan praktis dan mendapat dukungan
yang besar dari publik dan kalangan profesional.Teori Holland (1997) menjelaskan bahwa
interaksi individu dengan lingkungan tersebut dapat menghasilkan karakteristik pilihan pekerjaan
dan penyesuaian lingkungan pekerjaan.Inti dari teori ini adalah proyeksi dari kepribadian
individu dengan suatu pekerjaan.Selain itu, teori ini menganggap bahwa suatu pemilihan
pekerjaan atau jabatan adalah merupakan hasil dari interaksi antara faktor keturunan dengan
segala pengaruh budaya, teman bergaul, orang tua, orang dewasa yang dianggapm memiliki
peranan penting.Teori ini menegaskan bahwa kebanyakan orang menyerupai lebih dari satu tipe
kepribadian.

2.3 Konsep Dasar Teori Holland


Mendasari teori Holland yang berasumsi bahwa kepentingan pekerjaan merupakan salah satu
dari aspek kepribadian, dan karena itu deskripsi dalam pekerjaan individu juga terkait dengan
deskripsi dalam kepribadian individu.Teori Holland menjelaskan tentang struktural-interaktif,
karena teori Holland tersebut telah menyiapkan antara kepribadian dan jenis pekerjaan. Holland
menggambarkan typology sebagai struktur untuk informasi pengorganisasian tentang pekerjaan
dan individu, sedangkan asumsi tentang individu dan lingkungan yang bertindak satu sama lain
merupakan komponen interaktif dalam teorinya.

Hal tersebut dapat disimpulkan dalam proposisi asumsi formal (utama) teori Holland
(Brown,D& Associates:2002) sebagai berikut:

1. Dalam budaya, orang yang paling dapat dikategorikan sebagai salah satu dari
enam jenis: Realistis, investigative (intelektual), artistik, sosial, Enterprising
(giat), dan konvensional.
2. Ada enam model lingkungan yaitu realistis, investigative (intelektual), artistik,
sosial, Enterprising (giat), dan konvensional.

7
3. Individu akan mencari lingkungan yang membiasakan dirinya untuk melatih
ketrampilan dan kemampuan, mengekspresikan sikap dan nilai-nilai, dan
mengambil peran dan masalah yang menyenangkan
4. Perilaku ditentukan oleh interaksi antara kepribadian dan lingkungan.
5. Manusia akan menemukan lingkungan-lingkungan yang kuat dan memuaskan
ketika pola-pola lingkungan tersebut menyerupai pola kepribadian mereka. Situasi
ini berpengaruh pada stabilitas perilaku karena orang-orang mendapatkan banyak
penguatan yang selektif dari perilaku mereka.
6. Interaksi-interaksi yang tak sejenis merangsang perubahan di dalam perilaku
manusia; dan sebaliknya, interaksi-interaksi sama dan sebangun mendorong
stabilitas perilaku. Manusia cenderung untuk berubah atau menjadi seperti
manusia yang dominan yang ada di dalam lingkungannya. Kecendurangan ini
akan lebih besar jika tingkat kongruen antara individu dengan lingkungannya juga
besar. Orang-orang seperti ini yang sangat sulit untuk berubah.
7. Seseorang akan mengatasi inkongruensinya dengan mencari lingkungan yang
baru atau dengan mengubah perilaku pribadi dan persepsi-persepsinya.
8. Interaksi-interaksi timbal balik antara orang dan pekerjaan secara berturut-turut
biasanya menuju kepada satu rangkaian kepuasan dan kesuksesan.
Keputusan karir yang dibuat juga menggunakan enam tipe kepribadian.Adanya teori Holland ini
untuk memahami perbedaan individu dalam kepribadian, minat dan perilaku atau model yang
banyak digunakan individu sesuai dengan kenyataan. Holland menjelaskan bahwa individu
mengembangkan preferensi untuk kegiatan tertentu sebagai hasil interaksi individu dengan
budaya dan kekuatan pribadi termasuk teman- teman, keturunan, orang tua, kelas sosial, budaya
dan lingkungan fisik dan bahwa prefensi ini menjadi kepentingan individu untuk
mengembangkan kompetensi. Oleh karena itu, tipe kepribadian yang ditandai oleh pilihan mata
pelajaran di sekolah, hobi, kegiatan rekreasi dan bekerja, dan ketertarikan pekerjaan dan pilihan
yang tercermin dari kepribadian.Dalam memilih dan menghindari lingkungan dan kegiatan
tertentu, hal tersebut merupakan tipe yang dipandang aktif bukan pasif.Seperti yang telah
disebutkan sebelumnya, typology Holland mengkatagorikan atau mengelompokkan individu
kedalam enam tipe kepribadian secara luas, khususnya (R) realistis, (I) investigative
(intelektual), (A) artistik, (S) sosial, (E) Enterprising (giat), dan (K) konvensional.Sebagaimana

8
disimpulkan, teori tipe Holland biasanya disebut dengan model RIASEC dan dalam diagram
biasanya menggunakan heksagon yang telah memberikan representasi visual dari hubungan antar
kepribadian atau jenis pekerjaan.

Teori Holland tentang teori kepribadian dan model lingkungan merupakan pendekatan yang
populer saat ini dalam bimbingan kerja (Gibson & Mitchell: 2010).

Teori Holland terhadap pilihan pekerjaan dikembangkan berdasarkan beberapa asumsi lain,
yaitu:

1. Kepribadian seorang individu merupakan faktor utama dalam pilihan


pekerjaan/kejuruan.
2. Inventori minat/ketertarikan pada kenyataannya merupakan inventori kepribadian.
3. Individu mengembangkan pandangan stereotip jenis pekerjaan yang memiliki
relevansi psikologis. Stereotip ini memainkan peran utama dalam pilihan
pekerjaan.
4. Angan-angan tentang pekerjaan seringkali merupakan tanda untuk pilihan
pekerjaan.
5. Identitas-kejelasan persepsi individu tentang tujuan dan karakteristik pribadinya-
berhubungan dengan memiliki sejumlah kecil tujuan kejuruan/pekerjaan yang
lebih berfokus.
6. Untuk menjadi sukses dan puas dalam sebuah karir, seseorang perlu memilih
pekerjaan yang sesuai dengan kepribadian seseorang. Kesesuaian pekerjaan
adalah salah satu di mana orang lain dalam lingkungan kerja memiliki
karakteristik yang sama atau mirip seperti miliknya sendiri.

2.4 Prinsp-Prinsip Teori Holland


Kepribadian seseorang menurut Holland merupakan hasil dari keturunan dan pengaruh
lingkungan (Osipow, 1983: 84). Winkel & Hastuti (2005: 634-635) menjelaskan bahwa
pandangan Holland mencakup tiga ide dasar, yaitu :
1.      Semua orang dapat digolongkan menurut patokan sampai berapa jauh mereka mendekati
salah satu di antara enam tipe kepribadian, yaitu : Tipe Realistik (The Realistik Type), Tipe
Peneliti/Pengusut (The Investigative Type), Tipe Seniman (The Artistic Type), Tipe Sosial (The

9
Social Type), Tipe Pengusaha (The Enterprising Type), dan Tipe Konvensional (Conventional
Type). Semakin mirip seseorang dengan salah satu di antara enam tipe itu, makin tampaklah
padanya ciri-ciri dan corak perilaku yang khas untuk tipe bersangkutan.Setiap tipe kepribadian
adalah suatu tipe teoritis atau tipe ideal, yang merupakan hasil dari interaksi antara faktor-faktor
internal dan eksternal.Berdasarkan interaksi itu manusia muda belajar lebih menyukai
kegiatan/aktivitas tertentu, yang kemudian melahirkan suatu minat kuat yang pada gilirannya
menumbuhkan kemampuan dan keterampilan tertentu.Kombinasi dari minat dan kemampuan itu
menciptakan suatu disposisi yang bersifat sangat pribadi untuk menafsirkan, bersikap, berpikir,
dan bertindak dengan cara-cara tertentu. Profil total dari keseluruhan kemiripan dalam urutan
pertama ke bawah, menampakkan pola kepribadian seseorang (the individual’s personality
pattern ). Usaha untuk menentukan profil total itu dapat digunakan berbagai metode seperti
testing psikologis dan analisis sejarah hidup sehubungan dengan aspirasi okupasi.
2.      Berbagai lingkungan yang di dalamnya orang hidup dan bekerja, dapat digolongkan
menurut patokan sampai berapa jauh suatu lingkungan tertentu mendekati salah satu model
lingkungan (a model environment),
3.      Perpaduan antara tipe kepribadian tertentu dan model lingkungan yang sesuai
menghasilkan keselarasan dan kecocokan okupasional (occupational homogenity), sehingga
seseorang dapat mengembangkan diri dalam lingkungan okupasi tertentu dan merasa puas.
Perpaduan dan pencocokan antara tiap tipe kepribadian dan suatu model lingkungan
memungkinkan meramalkan pilihan okupasi, keberhasilan, stabilitas seseorang dalam okupasi
yang dipangku. Orang yang memasuki lingkungan okupasi yang jauh dari tipe kepribadian yang
paling khas baginya akan mengalami konflik dan tidak akan merasa puas, sehingga cenderung
untuk meninggalkan lingkungan okupasi itu dan mencari lingkungan lain yang lebih cocok
baginya.
Manrihu (1992: 70) berpendapat bahwa ada empat asumsi yang merupakan jantung teori
Holland, yaitu :
1.      Kebanyakan orang dapat dikategorikan sebagai salah satu dari enam tipe: Realistik,
Investigatif, Artistik, Sosial, Giat (suka berusaha), dan Konvensional.
2.      Ada enam jenis lingkungan : Realistik, Investigatif, Artistik, Sosial, Giat (suka berusaha),
dan Konvensional.

10
3.      Orang menyelidiki lingkungan-lingkungan yang akan membiarkan atau memungkinkannya
untuk melatih keterampilan-keterampilan dan kemampuan-kemampuannya, mengekspresikan
sikap-sikap dan nilai-nilainya, dan menerima masalah-masalah serta peranan-peranan yang
sesuai.
4.       Perilaku seseorang ditentukan oleh interaksi antara kepribadiannya dan ciri-ciri
lingkungannya.
Holland berpegang pada keyakinan, bahwa suatu minat yang menyangkut pekerjaan dan okupasi
adalah hasil perpaduan dari sejarah hidup seseorang dan keseluruhan kepribadiannya, sehingga
minat tertentu akhirnya menjadi suatu ciri kepribadian yang berupa ekspresi diri dalam bidang
pekerjaan, bidang studi akademik, hobi inti, berbagai kegiatan rekreatif dan banyak kesukaan
yang lain (Winkel & Hastuti, 2005: 636-637).
Holland (Manrihu, 1992: 77-78) juga menambah tiga asumsi tentang orang-orang dan
lingkungan-lingkungan, asumsi-asumsi ini adalah:
1.       Konsistensi
Pada diri seseorang atau lingkungan, beberapa pasangan tipe lebih dekat hubungannya dari pada
yang lainnya.Misalnya, tipe-tipe realistik dan investigatif lebih banyak persamaannya daripada
tipe-tipe konvensional dan artistik.Konsistensi adalah tingkat hubungan antara tipe-tipe
kepribadian atau antara model-model lingkungan.Taraf-taraf konsistensi atau keterhubungan
diasumsikan mempengaruhi preferensi vokasional.Misalnya, orang yang paling menyerupai tipe
realistik dan paling menyerupai berikutnya dengan tipe investigatif (orang yang realistik-
investigatif) seharusnya lebih dapat diramalkan daripada orang yang realistik-sosial.
2.      Diferensiasi
Beberapa orang atau lingkungan lebih dibatasi secara jelas daripada yang lainnya.Misalnya,
seseorang mungkin sangat menyerupai suatu tipe dan menunjukkan sedikit kesamaan dengan
tipe- tipe lainnya, atau suatu lingkungan mungkin sebagian besar didominasi oleh suatu tipe
tunggal. Sebaliknya, orang yang menyerupai banyak tipe atau suatu lingkungan yang bercirikan
kira-kira sama dengan keenam tipe tersebut tidak terdiferensiasi atau kurang terdefinisikan. Taraf
di mana seseorang atau suatu lingkungan terdefinisikan dengan baik adalah taraf diferensiasinya.
3.      Kongruensi
Berbagai tipe memerlukan berbagai lingkungan.Misalnya, tipe-tipe realistik tumbuh dengan
subur dalam lingkungan-lingkungan realistik karena lingkungan seperti itu memberikan

11
kesempatan-kesempatan dan menghargai kebutuhan-kebutuhan tipe realistik.Ketidakharmonisan
(incongruence) terjadi bila suatu tipe hidup dalam suatu lingkungan yang menyediakan
kesempatan-kesempatan dan penghargaan-penghargaan yang asing bagi preferensi-preferensi
atau kemampuan-kemampuan orang itu misalnya, tipe realistik dalam suatu lingkungan sosial.
Lingkungan Berdasarkan Tipe Kepribadian Dalam Teori Pilihan Karir
Menurut Holland Holland mengusulkan bahwa ada tipe kepribadian yang terkait dengan
kebutuhan dan tipe individu yang diindikasikan sebagai kebutuhan utama mereka. Selain itu,
secara umum lingkungan pekerjaan dapat diklasifikasikan atau dikelompokkan dengan cara yang
sama. Holland (1985, 1997) juga mengusulkan lingkungan kerja untuk keenam tipe tersebut yang
dianalogikan dengan tipe kepribadian murni yang baru saja dijelaskan.Seperti telah dicatat,
individu harus memilih lingkungan kejuruan/pekerjaan yang sesuai dengan kepribadian mereka
untuk memaksimalkan kepuasan kerja dan prestasi. Lingkungan ini dijelaskan dalam bagian
berikut:
1. Lingkungan realistis berkaitan dengan konkrit, tugas-tugas fisik yang membutuhkan
keterampilan mekanik, ketekunan, dan gerakan fisik. Hanya membutuhkan sedikit keterampilan
interpersonal yang diperlukan.Pengaturan realistis umum termasuk stasiun pengisian, toko
mesin, pertanian, sebuah situs konstruksi, dan toko tukang cukur.
2. Lingkungan investigasi memerlukan penggunaan kemampuan abstrak dan kreatif daripada
pandangan perspektif pribadi. Menuntut kinerja yang memuaskan imajinasi dan intelijen;
prestasi biasanya membutuhkan rentang waktu yang cukup.Masalah yang dihadapi dapat
bervariasi dalam tingkat kesulitan, tetapi mereka biasanya diselesaikan dengan menerapkan
keterampilan intelektual dan alat-alat.Pekerjaan yang berputar di sekitar ide-ide dan hal
ketimbang orang.Pengaturan umum termasuk sebuah laboratorium penelitian, konferensi kasus
diagnosis; perpustakaan, dan kelompok kerja ilmuwan, matematikawan, atau insinyur penelitian.
3. Lingkungan seni menuntut penggunaan kreatif dan penafsiran bentuk artistik. Salah satu harus
dapat memanfaatkan pengetahuan, intuisi, dan kehidupan emosional dalam memecahkan
masalah khas.Informasi dinilai terhadap pribadi, kriteria subjektif.Pekerjaan biasanya
memerlukan keterlibatan intens untuk waktu lama. Keadaan lingkungan yang sesuai dengan tipe
ini antara lain ruang latihan lakon/sandiwara, ruang konser, studio tari, kamar kerja,
perpustakaan, dan seni atau studio musik.

12
4. Lingkungan sosial menuntut kemampuan untuk menafsirkan dan memodifikasi perilaku dan
minat manusia dalam merawat dan berinteraksi dengan orang. Pekerjaan yang memerlukan
hubungan pribadi sering dan berkepanjangan.Resiko kerja yang terutama adalah aspek
emosional. Situasi kerja umum termasuk ruang kelas sekolah dan perguruan tinggi, kantor
konseling, rumah sakit jiwa, gereja, kantor pendidikan, dan pusat-pusat rekreasi.
5. Lingkungan enterprising membutuhkan keterampilan verbal dalam mengarahkan atau
meyakinkan orang. Pekerjaan yang membutuhkan pengaturan tepat/pengarahan, pengendalian,
atau perencanaan kegiatan lain, dan ketertarikan/minat yang dangkal pada orang daripada di
lingkungan sosial, sebagian besar yang minat/ketertarikan berpusat pada apa yang dapat mereka
miliki dari orang. Situasi kerja umum termasuk arena mobil, kantor real estate, sebuah rapat
umum politik, dan biro iklan.
6. Lingkungan konvensional melibatkan sistematis, konkrit, pemrosesan rutin dari informasi
verbal dan matematika. Tugas sering merupakan hal yang berulang, operasi siklus pendek
menurut prosedur yang ditetapkan. Minimal keterampilan dalam relasi interpersonal dan hanya
diperlukan karena pekerjaan kebanyakan melibatkan peralatan kantor dan bahan. Situasi kerja
yang dibutuhkan seperti bank, sebuah perusahaan akuntansi, kantor pos, ruang file, dan kantor
bisnis.

2.5 Karakteristik Teori Holland


Holland menegaskan bahwa ada keterkaitan antara karakter kepribadian, lingkungan
dan pekerjaan yang memungkinkan mereka mengasah keterampilan dan kemampuan,
mengungkapkan sikap dan nilai-nilai yang mereka yakini dan hal-hal sejenis lainnya (Rahmi,
2017). Karir ditentukan oleh interaksi antara kepribadian kita dan lingkungan dalam Theory of
Career Choice karya John Holland. "We want jobs with people like us" (Putri & Sari, 2018).
Holland menegaskan bahwa orang-orang dari tipe kepribadian yang sama yang bekerja bersama
dalam suatu pekerjaan menciptakan lingkungan yang cocok dan menghargai tipe mereka (Sheu,
et al., 2010).
Dalam teori ini ada enam tipe dasar lingkungan kerja, yang berkorelasi langsung dengan
tipe kepribadian.Holland menekankan bahwa orang yang memilih untuk bekerja di lingkungan
yang mirip dengan tipe kepribadiannya lebih mungkin berhasil dan puas. Gagasan ini penting
karena menunjukkan teori Holland bisa fleksibel, menggabungkan tipe kombinasi. Berikut

13
penjelasan dari ke-enam tipe kepribadian yang disebutkan dalam teori karir John Holland (Wille
& De Fruyt, 2014).
Teori Holland mengambil pendekatan pemecahan masalah dan kognitif untuk
perencanaan karir.Modelnya sangat berpengaruh dalam konseling karier. Ini telah digunakan
melalui alat penilaian populer seperti Penelusuran Arahan Langsung, Inventarisasi Preferensi
Kejuruan dan Inventarisasi Minat Kuat (Bonitz, et al., 2010; Ludwikowski, 2013).
Menurut Holland (Sheldon, Holliday, Titova, & Benson, 2020; Smart, Feldman, &
Ethington, 2000) beberapa karakteristik teori pilihan karir John Holland adalah:

1. Setiap orang adalah satu dari enam tipe kepribadian: Realistis, Investigatif, Artistik, Sosial,
Enterprising, dan Konvensional. Beberapa menyebut ini sebagai Kode Holland atau
RIASEC.
2. Orang-orang dari tipe kepribadian yang sama yang bekerja bersama menciptakan lingkungan
kerja yang sesuai dengan tipenya. Misalnya, ketika orang Artistik bersama dalam suatu
pekerjaan, mereka menciptakan lingkungan kerja yang menghargai pemikiran dan perilaku
kreatif - lingkungan Artistik.
3. Orang mencari lingkungan di mana mereka dapat menggunakan keterampilan dan
kemampuan mereka dan mengekspresikan nilai dan sikap mereka. Misalnya, tipe
Investigative mencari lingkungan Investigative; Jenis artistik mencari lingkungan Artistik,
dan sebagainya.
4. Orang yang memilih untuk bekerja di lingkungan yang mirip dengan tipe kepribadiannya
lebih mungkin berhasil dan puas. Misalnya, orang Artistik lebih mungkin berhasil dan puas
jika mereka memilih pekerjaan yang memiliki lingkungan Artistik, seperti memilih untuk
menjadi guru tari di sekolah menari - lingkungan "didominasi" oleh orang-orang tipe Artistik
di mana kemampuan kreatif dan ekspresi sangat dihargai.

2.6 Kedudukan dan Penggunaan Teori Holland


Tujuan dari eksplorasi karir dan konseling menggunakan teori Holland (1997) adalah untuk
membantu kelompok-kelompok konseli dalam mengidentifikasi pekerjaan yang termasuk
didalamnya para pekerja yang memiliki karakteristik kepribadian yang sama seperti mereka
sendiri. Holland mengklaim bahwa individu yang berusaha keluar dari lingkungan pekerjaannya
dengan sikap dan nilai mereka yang memungkinkan mereka menggunakan ketrampilan dan

14
kemampuannya, konsekuensi mereka bahwa individu dalam pekerjaan yang sama akan memiliki
kepribadian yang sama pula. Hal ini dapat dijelaskan hubungan lingkungan kerja dengan
kepribadian individu lebih detail dalam model Hexagonal Holland. Pada teori penggunaan
hexagon telah dilakukan sebuah perhitungan empiris teoritis atau sistem diagnostik secara logis
dan detail serta menjalani uji empiris secara berkala.

Melalui model hexagon tersebut, ada empat asumsi yang dapat menunjukkan hubungan keenam
tipe kepribadian dengan lingkungan kerja, yaitu kesesuaian (congruence), ketepatan
(consistency), diferensiasi/perbendaharaan (differentiation), dan identitas (identity). Masing-
masing lingkungan akan menunjukkan karakteristik yang berbeda-beda, karakteristik tersebut
sesuai dengan karakter orang-orang yang tinggal dalam lingkungan tersebut.

1. Kesesuaian (congruence) Kongruen merupakan kesesuaian antara tipe kepribadian dengan


lingkungan yang berbeda. Contohnya, tipe kepribadian sosial cenderung kepada lingkungan yang
memberi peluang kepada interaksi/hubungan sosial, kepekaan masalah sosial serta berminat
dengan aktivitas pendidikan.Manakala kongruen/kesesuaian tidak terbentuk apabila, individu
dengan tipe kepribadian Realistik berada dalam lingkungan sosial.Keadaan ini menjelaskan
keiinginan dan minat individu dalam pekerjaannya.

2. Ketepatan (consistency) Ketepatan/consistency merupakan tingkat hubungan yang berkaitan


antara tipe kepribadian atau tipe lingkungan. Keterhubungan tersebut dapat diasumsikan
mempengaruhi prioritas/keutamaan untuk setiap individu dalam membuat pilihan karir/kerja.
Diantaranya ada yang memiliki lebih banyak persamaan dibandingkan yang lain. Dalam diri
seseorang terdapat beberapa pasangan tipe kepribadian dan model lingkungan yang dekat
diantara satu sama lain. Contohnya, tipe sosial dan enterprising (usaha) memiliki banyak
persamaan dibandingkan dengan tipe investigatif dan konfensional. Individu akan mengalami
konsistensi/ketepatan yang lebih tinggi, apabila tipe kepribadian saling berdekatan dan
menghubungkan seperti RIC/ESA. Konsistensi dapat berakibat pada pemilihan karir
seseorang.Tingkat konsistensi tersebut dapat dilihat dengan lebih jelas dalam tabel di bawah. 3.
Perbedaan (differentiation) Perbedaan ini membantu individu mengubah pemikiran tentang
tingkah laku karier. Individu yang sangat sesuai dengan kepribadian tertentu akan melahirkan
sedikit kesamaan dengan kepribadian lain. Individu yang sesuai dan beberapa tipe kepribadian
memiliki definisi kepribadian yang lemah dan dianggap tidak dapat membedakan kepribadian.

15
Dengan maksud lain, munculnya tipe kepribadian berdasarkan lingkungan, maka semakin
berbeda dengan tipe kepribadian tunggal.

4. Identitas (identity) Identitas mengacu pada individu yang memiliki gambaran jelas dan
kestabilan pada tujuan, minat, dan bakat yang dimilikinya. Identitas ini berkaitan dengan
perbedaan (differentiation) dan Ketepatan (consistency) dalam menentukan kekuatan
kepribadiandan lingkungan.

2.7 Implikasi Teori Karir Holland Terhadap Bimbingan dan Konseling Karir di Sekolah
Pada dasarnya teori perkembangan karir tertentu berimplikasi pada tuntutan yang tertentu pula
terhadap bagaimana dan apa yang harus dilakukan oleh konselor dalam proses konseling karir.
Secara umum Gibson dan Mitchell menjelaskan beberapa implikasi teori karir terhadap
konseling karir, yaitu pentingnya konselor untuk :
1. Memahami proses dan karakteristik perkembangan manusia termasuk kesiapannya untuk
belajar dan keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu sesuai dengan tahapan
perkembangannya.
2. Memahami kebutuhan dasar manusia, termasuk kebutuhan khususnya dan hubungannya
dengan perkembangan karir dan pengambilan keputusan.
3. Dapat melakukan assesmen dan menginterpretasikan sifat-sifat individual dan
karakteristiknya, serta menerapkannya dalam relasi konseling yang bervariasi.
4. Memahami dan mampu membantu klien dalam memahami bahwa faktor-faktor perubahan
atau faktor-faktor yang tak terduga dapat mengubah perencanaan karir.
5. Memahami perubahan cepat yang terjadi dalam dunia kerja dan kehidupan, sehingga
memerlukan pengujian secara tetap serta perlunya penggunaan teori dan riset-riset mutahir
sebagai dasar pelaksanaan konseling.
Selanjutnya, peran apa yang dapat dilakukan konselor dalam memberikan layanan bimbingan
karir sangat tergantung pada fokus bimbingan / konseling karir yang dihadapinya.
Secara garis besar peran tersebut adalah :
1. Membantu membuat keputusan-keputusan karir dengan jalan memberikan informasi yang
diperlukan
2. Membantu membuat keputusan karir dengan jalan mengembangkan keterampilan membuat
keputusan

16
3. Membantu membuat beberapa keputusan karir (bukan satu) yang saling berkaitan.
4. Membantu memahami dan mengembangkan sifat-sifat yang dimiliki untuk mencapai
keputusan karir yang telah dibuatnya.
Secara umum, teori pilihan karir menurut Holland berimplikasi pada bimbingan dan konseling di
sekolah, dimana konselor dapat melaksanakan assesment kepada peserta didik untuk mengetahui
kepribadian siswa dan lingkungan sehingga dapat membantu menentukan pilihan pekerjaan yang
diinginkan.

2.8 Riset-Riset Berkenaan dengan Teori Holland


Beberapa hasi riset berkenaan dengan teori Holland adalah:
1. Career interests of students in psychology specialties degrees: psychometric evidence and
correlations with the RIASEC dimensions
Dalam studi ini, peneliti menyajikan pengembangan skala minat kejuruan untuk
mahasiswa yang belajar psikologi.Tiga dimensi diekstraksi melalui analisis komponen
utama, yaitu psikologi organisasi, pendidikan, dan klinis. Studi kedua dengan analisis faktor
konfirmatori mereplikasi tiga faktor yang sama yang diperoleh dalam penelitian pertama.
Kami menemukan korelasi positif yang signifikan antara psikologi klinis dan pendidikan
dengan dimensi sosial model Holland. Dimensi giat tampaknya secara signifikan dan positif
berkorelasi dengan komponen psikologi organisasi. Implikasi dan saran untuk penelitian
masa depan dibahas (Ferreira, Rodrigues, & da Costa Ferreira, 2016).
2. Interactive Effects of Physical Disability Severity and Age of Disability Onset on RIASEC
Self-Efficacies
Dalam penelitian ini, penulis fokus pada konteks kecacatan fisik (yaitu, usia seseorang
ketika kecacatan bermanifestasi dan tingkat keparahan yang berdampak pada kegiatan
kehidupan utama) untuk lebih memahami bagaimana kecacatan memengaruhi efikasi diri
kejuruan. Konsisten dengan Teori Karir Kognitif Sosial, usia onset memoderasi hubungan
antara keparahan kecacatan dan self-efficacy dalam domain kejuruan Realistis, Artistik,
Sosial, dan Konvensional. Secara khusus, keparahan kecacatan memiliki dampak negatif
yang kuat pada kemanjuran diri bagi orang-orang yang menjadi cacat fisik di kemudian hari.
Sebaliknya, hubungan antara keparahan kecacatan dan efikasi diri tidak signifikan bagi
orang-orang yang menjadi cacat pada anak usia dini. Temuan-temuan ini diadakan di
Holland ranah Realistis, Investigatif, Artistik, Sosial, Enterprising dan Conventional, ketika

17
mengendalikan berbagai masukan orang lain dan pengalaman pembelajaran domain- khusus
(Tenenbaum, Byrne, & Dahling, 2014).
3. Assessing the congruence of worker and workplace using the proximities of their RIASEC
types
Inventarisasi minat kejuruan sering dirancang, dinilai dan ditafsirkan sesuai dengan enam
jenis tipe Holland (R, I, A, S, E dan C) dan pengaturan heksagonal.Kode tiga huruf kemudian
mengidentifikasi tiga jenis yang dinilai paling tinggi oleh orang tersebut. Kesesuaian antara
seseorang dan lingkungannya (misalnya, tempat kerja atau bidang studi) dapat memengaruhi
kepuasan dan kinerja mereka, dan bagaimana cara mendefinisikan kesesuaian adalah
pertanyaan yang sudah lama ada. Metode yang diusulkan di sini didasarkan pada (a)
keberadaan dan posisi masing-masing dari enam jenis tipe Holland dalam dua kode tiga
huruf yang dibandingkan (atau tidak adanya mereka dari kode) dan (b) perkiraan semua
pasangan jenis, yang mencerminkan susunan heksagonal dari jenis. Ada pembahasan tentang
apakah pengaturan heksagonal harus digunakan dalam menghitung kongruensi, tetapi
jawaban yang pasti belum jelas (Hutchinson, 2014).
4. Orientasi Minat Kejuruan pada Siswa SMA
Penelitian ini digunakan untuk mengklasifikasikan siswa menurut jenis sekolah dan
minatnya. Hasil yang ditemukan menggambarkan bahwa tools ini bermanfaat untuk
mengukur minat kejuruan siswa di Indonesia. Model hexagonal dari teori Holland yang
menyatakan adanya 6 kepribadian yaitu: Tipe Realistik (The Realistic Type (R)), Tipe
Peneliti/Pengusut (The Investigative Type (I)), Tipe Seniman (The Artistic Type (A)), Tipe
Sosial (The Sosial Type (S)), Tipe Pengusaha (The Enterprising Type (E)), dan Tipe Orang
Rutin (Conventional Type (C)) atau dengan singkatan R-I-A-S-E-C. Walaupun hasil
penelitian tidak menjelaskan tipologi kepribadian tiap siswa, namun jurusan ini
mencerminkan tipologi suatu kelompok, dan hasilnya sebagai berikut.Orientasi minat
kejuruan pada jurusan IPS tipologi sosial lebih dominan pada jurusan ini dan bersifat
universal yaitu dari dimensi aktivitas, kemampuan dan pekerjaan. Ini artinya orientasi minat
kejuruan pada siswa jurusan IPS di SMA Negeri 2 Blora terdapat pada tipologi sosial,
sedangkan orientasi minat kejuruan pada jurusan IPA tipologi Investigatif lebih dominan
pada jurusan ini dan bersifat universal yaitu dari dimensi aktivitas, kemampuan dan
pekerjaan. Ini artinya orientasi minat kejuruan pada siswa jurusan IPA di SMA Negeri 2

18
Blora terdapat pada tipologi investigatif. Walaupun hasil penelitian ini sudah dapat memilah
minat dari 2 jurusan SMA namun belum memilah semua jurusan yang ada terlebih di SMK
(Rahmantyo, 2015).

2.9 Kekuatan dan Kelemahan Teori Holland


Kekuatan teori Holland dinilai sebagai teori komperhensif karena meninjau pilihan
okupasi sebagai bagian dari keseluruhan pola hidup individu dan sebagai teori yang
mendapatkan banyak dukungan dari hasil penelitian sejauh menyangkut modal-modal
lingkungan serta kepribadian (Winkel & Hastuti, 2005). Kekuatannya lainnya Teori pilihan karir
yang dikembangkan oleh John Holland adalah salah satu teori pengembangan karir yang paling
banyak diteliti dan diterapkan.Berdasarkan alasan bahwa faktor kepribadian yang mendasari
pilihan karir, teorinya mendalilkan bahwa orang memproyeksikan pandangan kerja sendiri dan
dunia kerja ke judul jabatan dan membuat keputusan karir yang sesuai dengan orientasi pribadi
pilihan mereka. Teori ini menggabungkan beberapa konstruksi dari psikologi kepribadian,
perilaku vokasional, dan psikologi sosial, termasuk teori persepsi diri dan stereotip sosial
(Greenhaus & Callanan, 2006).
Sedangkan kekurangan pada teori Holland adalah kurang ditinjau proses perkembangan
yang melandasi keenam tipe kepribadian dan tidak menunjukkan fase-fase tertentu dalam proses
perkembangan itu serta akumulasi rentang umur. Mengenai tahap-tahap atau tingkat yang dapat
dicapai oleh seseorang dalam bidang okupasi tertentu, Holland menunjuk pada taraf intelegensi
yang memungkinkan tingkat pendidikan sekolah tertent, namun dipertanyakan apakah masih ada
faktor-faktor lainnya (Winkel & Hastuti, 2005). Selanjutnya Teori fit person-environment pada
umumnya menemukan beberapa dukungan, namun bukti validitas teori Holland agak lemah. Ini
mungkin karena model Holland menyederhanakan gagasan kecocokan; tidak cukup
memperhitungkan kecocokan antara kemampuan dan tuntutan pekerjaan; dan tidak memberi
perhatian yang cukup terhadap pengaruh khas antara individu dan lingkungan kerja (bagaimana
cara kerja mempengaruhi individu dan bagaimana individu mempengaruhi pekerjaan) (Michalos,
2010).

19
BAB III
PENUTUP

3/1 Kesimpulan
Holland lahir pada tanggal 21 Oktober 1919 di Omaha, Nebraska. Prinsip-prinsip Kepribadian
Holland mencakup tiga ide dasar, yaitu Semua orang dapat digolongkan menurut patokan sampai
berapa jauh mereka mendekati salah satu di antara enam tipe kepribadian, berbagai lingkungan
yang di dalamnya orang hidup dan bekerja dapat digolongkan menurut patokan sampai berapa
jauh suatu lingkungan tertentu mendekati salah satu model lingkungan (a model environment),
perpaduan antara tipe kepribadian tertentu dan model lingkungan yang sesuai.

Tipe-tipe kepribadian menurut John L. Holland, model orientasi yang dijabarkan oleh John L.
Holland adalah: Realistis, Investigatif, Sosial, Konvensional, Usaha/ tipe Enterpresing,
Artistik. Hubungan antara tipe-tipe kepribadian dan antara model-model lingkungan, yang
dituangkan dalam bagan yang disebut Hexagonal Model. Enam model  lingkungan Holland
adalah: Lingkungan Realistik (Realistik Environment), Lingkungan Investigasi (Investigatif
Environment), Lingkungan Artistik (Artistic Environment), Lingkungan Sosial (Social
Environment), Lingkungan Enterprising (Enterprising Environment) dan Lingkungan
Konvensional (Conventional Environment).

Dari barbagi penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Holland mengemukakan


individu terbagi menjadi 6 tipe kepribadian diantaranya realistik, intelektual, konvensional,
enterprising, artistik, dan sosial.Perkembangan tipe kepribadian tersebut akibat dari interaksi
dengan lingkungan dan yang menentukan dari tipe kepribadian adalah faktor bawaan diri sendri
dan lingkungan.Individu dapat menetukan karir secara gemilang apabila tipe kepribadian yang
khas diterima didalam suatu lingkungan kerja, selanjutnya minat yang dimiliki individu yang
besar dan sosial yang mendukung utuk bekerja.

3.2 Saran
Demikianlah makalah yang sederhana dan banyak kekurangan yang membawa
ketidaksempurnaan.Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan makalah ini di masa mendatang.

20
DAFTAR PUSTAKA

Bonitz, V. S., Armstrong, P. I., & Larson, L. M. (2010). RIASEC interest and confidence cutoff
scores: Implications for career counseling. Journal of Vocational Behavior.

Brown, D. 2007. Career information, career counseling, career development. Boston: Pearson
education, Inc.

Brown, D. S & Lent, W. R. 2005. Career Development And Counseling Putting Theory And
Research To Work. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

Brown, D & Associates. 2002. Career Choice and Development Fourth Edition. Jossey- Bass.
New York

Ferreira, A. I., Rodrigues, R. I., & da Costa Ferreira, P. (2016). Career interests of students in
psychology specialties degrees: psychometric evidence and correlations with the RIASEC
dimensions. International Journal for Educational and Vocational Guidance.

Gibson, R. L. dan Mitchell, M.H. (1995), Intoduction to Counseling and Guidance. Englewood
Cliffs – New Jersey : Prentice-Hall Inc.

Leung, S. A. (2008). The big five career theories International handbook of career guidance.

Ludwikowski, W. (2013). Ability assessment and vocational outcomes: the impact of utilizing an
ability measure in predicting choice, aspirations, and satisfaction.
Patton, W & McMahon, M. 2006.Career Development And System Theory: Connecting Theory
and Practice. Ed 2nd . The Netherlands: Sense Publishers.

Rahmawati, A. R., Yusmansyah, Y., & Mayasari, S. (2020). Pengaruh Layanan Bimbingan
Kelompok Terhadap Kematangan Pilihan Karir. ALIBKIN (Jurnal Bimbingan Konseling).

Winkel, W., & Hastuti, M. S. (2005). Bimbingan dan konseling di institusi pendidikan: Media
Abadi.

21

Anda mungkin juga menyukai