Anda di halaman 1dari 111

PENERAPAN SIMULASI PHET DENGAN MODEL PROBLEM SOLVING

DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA KELAS VIII


SMP MATERI CAHAYA

PROPOSAL

Oleh

Rahyu Darsiyana
NIM. 1805112907

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2022
KATA PENGANTAR
Puji beserta syukur atas kehadirat Allah swt yang telah memberikan segala
nikmat-Nya terkhusus nikmat ilmu pengetahuan dan kesehatan sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah proposal berjudul “Penerapan Simulasi PhET
dengan Model Problem Solving dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa
Kelas VIII SMP Materi Cahaya”.
Proposal ini disusun sebagai syarat dalam menyelesaikan skripsi pada
Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Riau. Dalam menyelesaikan proposal ini, penulis dibantu oleh
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih kepada :

1. Ibu Dr. Azizahwati, S.Si., M.Si sebagai dosen pembimbing I


2. Ibu Ernidawati, S.Pd., M.Sc sebagai dosen pembimbing II
3. Ayah dan Ibu yang senantiasa memberikan motivasi, do’a dan materil
4. Sahabat dan semua pihak yang telah memberikan motivasi dalam
menyelesaikan penulisan makalah proposal ini.

Penulis menyadari bahwa proposal ini masih banyak kekurangan dan kesalahan,
baik dari segi materi maupun penulisan. Oleh karena itu, penulis mohon maaf atas
kekurangan tersebut dan mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.

Pekanbaru, Januari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vi
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................... 2
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 2
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 5
1.5 Defenisi Operasional ............................................................................. 6
BAB II. KAJIAN PUSTAKA .............................................................................. 8
2.1 Kajian Teori .......................................................................................... 8
2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di SMP ................................................. 8
2.1.2 Teori Belajar Konstruktivisme ........................................................ 9
2.1.3 Media Pembelajaran ..................................................................... 11
2.1.4 Simulasi PhET .............................................................................. 15
2.1.5 Model Pembelajaran Problem Solving .......................................... 16
2.1.6 Pemahaman Konsep ..................................................................... 17
2.2 Tinjauan Materi ................................................................................... 19
2.3 Kajian Hasil Penelititan yang Relevan ................................................. 20
2.4 Kerangka Berpikir ............................................................................... 21
2.5 Hipotesis Penelitian ............................................................................. 23
BAB III. METODE PENELITIAN .................................................................... 24
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 24
3.2 Rancangan Penelitian........................................................................... 24
3.3 Populasi dan Sampel ............................................................................ 25
3.4 Data dan Instrumen Penelitian ............................................................. 25

ii
3.5 Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 26
3.6 Teknik Analisis Data ........................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 31
LAMPIRAN ...................................................................................................... 34

iii
DAFTAR TABEL

3.1 Rancangan Penelitian ................................................................................... 24


3.2 Populasi Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 1 Kateman .......................... 25
3.3 Penilaian Butir Soal ..................................................................................... 26
3.4 Kategori Daya Serap Siswa .......................................................................... 27

iv
DAFTAR GAMBAR

2.1 Kerucut Pengalaman (Cone Of Experience) Edgar Dale ............................... 14


2.2 Kerangka Berpikir ........................................................................................ 22

v
DAFTAR LAMPIRAN

1. Silabus ........................................................................................................... 34
2. RPP Kelas Eksperimen .................................................................................. 38
3. RPP Kelas Kontrol ......................................................................................... 50
4. Lembar Kerja Peserta Didik ........................................................................... 60
5. Kisi-kisi Soal Post-Test .................................................................................. 76
6. Soal Post-Test ................................................................................................ 92
7. Analisis Kebutuhan ..................................................................................... 102

vi
2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam membangun
Bangsa Indonesia menjadi lebih maju. Pembangunan akan terus berlanjut sebagai
bukti nyata kemajuan suatu negara. Untuk ikut melaksanakan pembangunan,
setiap individu diharapkan mampu meningkatkan kualitasnya melalui
pembelajaran yang merupakan salah satu aspek pendidikan. Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) merupakan satu kesatuan produk, proses, dan sikap, sehingga tujuan
pembelajaran IPA mengacu pada tiga aspek tersebut, yaitu: (1) pengetahuan,
konsep, hukum, dan teori serta penerapannya ; (2) kemampuan memproses, yaitu
proses pemecahan masalah melalui metode ilmiah; (3) sikap keilmuan antara lain
sikap tanggung jawab, berpikir kritis, perhatian terhadap masalah-masalah ilmu,
dan penghayatan terhadap hal-hal yang bersifat ilmu (Toharuddin, 2011:28).
Materi IPA selain memerlukan kemampuan untuk memahami konsep-konsepnya
juga ada penerapannya serta kemampuan dalam memahami konsep tersebut. Jadi
dalam pembelajaran IPA tidak hanya mempelajari rumus saja, melainkan
memahami suatu konsep kemudian menerapkannya sehingga menghasilkan suatu
karya atau produk.
Guru mengalami kesulitan dalam mengajarkan konsep baru yang sebagian
besar belum dikenal siswa. Kendala lain adalah dalam mengaitkan konsep-konsep
tersebut menjadi konsep yang baru atau lebih kompleks. Guru sering kewalahan
untuk menuntun siswa membangun pengetahuan konsep dalam suatu kegiatan
belajar yang terstruktur. Siswa menjadi jarang dilatih menghubungkan
pengetahuan dalam membangun sebuah konsep. Kendala guru dan kegagalan
siswa tersebut menyebabkan pemahaman konsep siswa menjadi rendah.
Pemahaman konsep memiliki definisi beragam, tergantung dari bidang kajian
ilmu masing-masing (Ikhwan, Uripto, & Arif, 2017:53).

1
2

Holme, Luxford, & Brandriet (2015:1479) menyimpulkan definisi


pemahaman konsep dalam konteks IPA berdasarkan pendapat para pakar adalah
kemampuan siswa dalam memahami hubungan konsep satu sama lain sehingga
bisa diterapkan untuk memecahkan masalah. Pemahaman konsep yang kurang
mapan dapat ditandai dengan tidak memahami makna konten pengetahuan,
definisi, dan alasan dari bagian pengetahuan yang saling terkait. Faktor pemicu
rendahnya pemahaman konsep adalah siswa tidak diberi praktik yang cukup untuk
menyelesaikan masalah pembelajaran pada masa lampau (Jacobsen, Eggen, &
Kauchak, 2009: 251). Siswa menjadi tidak terbiasa menghubungkan pengetahuan
masa lampau dan pengetahuan yang baru didapat. Siswa juga kesulitan dalam
memilah pengetahuan yang diperlukan dalam operasi pemecahan masalah
pembelajaran. Hasilnya siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep
yang sedang diajarkan. Solusi paling konkret untuk mengatasi masalah yang
dialami guru dan siswa adalah mengenalkan model pembelajaran yang dapat
diaplikasikan guru sehingga memberikan kesempatan siswa membangun
pemahaman konsep melalui proses pemecahan masalah. Gupta, Kavita & Pasrija
(2016: 37) menemukan bahwa problem solving merupakan komponen kunci
dalam keberhasilan prestasi siswa. Problem solving adalah pengajaran berbasis
masalah dimana guru membantu siswa merasakan pengalaman langsung belajar
memecahkan masalah secara aktif dalam kelompok. Peran utama guru memberi
siswa tanggung jawab untuk memecahkan suatu masalah. Guru berperan secara
tidak langsung dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya
mengarahkan siswa agar dapat mengolah pengetahuan yang diperlukan untuk
memecahkan masalah. Keunggulannya adalah siswa terbiasa memecahkan
masalah. Siswa yang terbiasa memecahkan masalah terlatih menyerap
pengetahuan secara utuh. Artinya pemahaman siswa tidak hanya dengan hafalan
atau jawaban akhir, tetapi juga proses pemahaman itu bisa didapat.
Guru membantu memberikan pengalaman yang konkret seperti
eskperimen atau penyelidikan, tergantung masalah yang diajukan. Namun dalam
pembelajaran IPA, eksperimen jarang sekali dilakukan karena faktor keterbatasan
alat laboratorium. Oleh karena itu diperlukan suatu media yang dapat membantu

2
3

terlaksananya kegiatan eksperimen yang menyenangkan, tidak membuat siswa


bingung, dan mampu meningkatkan pemahaman konsep siswa. Pembelajaran IPA
akan menjadi menarik dan menyenangkan jika terdapat variasi media
pembelajaran. Salah satu media yang dapat dimanfaatkan adalah media
pembelajaran dengan memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
Ketertarikan anak pada dunia TIK dapat digunakan untuk mengajarkan suatu
konsep pada siswa. Simulasi komputer akan memvisualisasikan materi yang sulit
disajikan, terutama fenomena fisik yang abstrak. Simulasi komputer dapat
digunakan secara efektif sebagai alat bantu pengajaran di kelas, serta dapat
memberikan manfaat konseptual yang lebih besar karena siswa lebih mampu
mengintegrasikan pengetahuannya dibandingkan jika siswa hanya menggunakan
buku teks dalam proses pembelajaran (Kriek dan Stols , 2010:439).
Perkembangan TIK dalam pembelajaran telah berkembang dalam berbagai
bentuk multimedia interaktif. Salah satu aplikasi yang dapat digunakan dalam
pembelajaran IPA adalah program simulasi yang disebut Physics Education
Technology (PhET). PhET adalah program simulasi yang telah dikembangkan
oleh sekelompok peneliti dari Universitas Colorado (Wieman, Adams, Loeblein,
& Perkins, 2008: 682-683). Keterbatasan pembelajaran dengan eksperimen di
laboratorium juga dapat disimulasikan melalui komputer sehingga program
simulasi PhET dapat difungsikan sebagai laboratorium virtual. Proses
pembelajaran dengan memanfaatkan program simulasi komputer juga
memberikan peluang untuk membawa dunia pendidikan ke tingkat kualitas yang
lebih tinggi (Ajredini, Izairi, & Zajkov, 2013:63).
Berdasarkan analisis kebutuhan yang telah dilakukan terhadap 47 siswa
SMPN 1 Kateman mengenai persepsi siwa terhadap pembelajaran IPA, dari 47
orang siswa diperoleh 40,4% mengatakan sangat sulit, 27,7% mengatakan sulit,
17% mengatakan mudah, dan 14,9% mengatakan sangat mudah. Artinya lebih
dari 60% siswa kesulitan dalam memperlajari IPA. Hasil angket juga
menunjukkan bahwa 89,4% dari 47 siswa mengatakan guru masih menggunakan
metode ceramah dalam menyampaikan materi, sehingga siswa hanya menghapal
konsep tanpa memahaminya. Eksperimen pun jarang dilaksanakan karena guru
4

menganggap bahwa eksperimen akan menghabiskan banyak waktu, hal tersebut


membuat pemahaman konsep siswa rendah. Salah satu konsep yang dianggap
sulit bagi siswa adalah materi cahaya, karena pada materi tersebut banyak tersedia
konsep-konsep yang bersifat abstrak dan berkaitan dengan fenomena yang ada
dalam kehidupan sehari-hari, sehingga akan sulit dipahami jika proses
pembelajaran hanya dengan membaca atau menjelaskan secara sederhana.
Cahaya adalah materi yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan analisis Kompetensi Dasar 3.12 pada kelas VIII semester 2,
“Menganalisis sifat-sifat cahaya, pembentukan bayangan, dan penerapannya
untuk menjelaskan penglihatan manusia”, terdapat pengetahuan yang bersifat
abstrak sehingga kurang tepat jika materi yang diajarkan hanya verbal atau
melalui media gambar saja. Maka perlu proses pembelajaran yang interaktif agar
pembelajaran tidak cenderung membosankan. Pembelajaran IPA dengan
menggunakan program simulasi PhET dengan model problem solving diharapkan
dapat membantu siswa dalam proses membangun pemahaman konsep siswa
dalam belajar, dan menjadikan proses pembelajaran menjadi lebih interaktif.
Berdasarkan uraian masalah tersebut, maka perlu dilakukan penelitian dengan
judul “Penerapan Simulasi PhET dengan Model Problem Solving dalam
Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Kelas VIII SMP Materi Cahaya”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah pemahaman konsep siswa setelah pembelajaran
menggunakan simulasi PhET dengan model problem solving pada materi
cahaya siswa kelas VIII SMP?
2. Apakah terdapat perbedaan pemahaman konsep siswa antara kelas yang
menggunakan simulasi PhET dengan model problem solving dengan kelas
yang menerapkan pembelajaran konvensional di kelas VIII SMP?
5

1.3 Tujuan Penelitian


Merujuk pada rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Mendeskripsikan pemahaman konsep siswa setelah pembelajaran
menggunakan simulasi PhET dengan model problem solving pada materi
cahaya siswa kelas VIII SMP.
2. Mengetahui perbedaan pemahaman konsep siswa antara kelas yang
menggunakan simulasi PhET dengan model problem solving dengan kelas
yang menerapkan pembelajaran konvensional di kelas VIII SMP.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Bagi Guru
a. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi dan
referensi dalam media pembelajaran simulasi PhET dengan model
problem solving pada materi cahaya terhadap pemahaman konsep siswa di
SMP.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan saran dan masukan agar
guru mampu memberikan pembelajaran yang mampu menunjang
pemahaman konsep peserta didik.
2. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menarik minat dan motivasi peserta
didik dalam pembelajaran IPA khususnya pada materi cahaya kelas VIII
SMP serta meningkatkan pemahaman konsep peserta didik.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan menjadi wadah pengembangan diri sekaligus
wadah belajar peneliti sebagai calon pendidik dan sebagai syarat
menyelesaikan tugas akhir di Program Studi Pendidikan Fisika FKIP
UNRI.
6

1.5 Defenisi Operasional


Agar tidak terjadi kesalahan penafsiran, maka penulis mendefinisikan
beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Physics Educational Techonologi (PhET) menciptakan simulasi interaktif
dengan tujuan untuk memanfaatkan media komputer dalam pembelajaran,
untuk menjalankan aplikasi PhET yang telah disediakan oleh website yaitu
(http://phet.colorado.edu). PhET adalah media simulasi virtual yang
berguna bagi siswa untuk membantu mempermudah pemahaman konsep
dan melakukan praktik/simulasi secara mandiri. Sinulingga dkk. (2016:
58) menjelaskan bahwa PhET merupakan simulasi interaktif berbasis
penelitian yang dapat digunakan dalam eksperimen IPA dan terjangkau
oleh teknologi dan fleksibel.
2. Problem solving adalah model pembelajaran dengan pemecahan persoalan.
Biasanya guru memberikan persoalan yang sesuai dengan topik yang akan
diajarkan dan siswa diminta untuk memecahkan persoalan itu. Salah satu
pembelajaran yang menerapkan student-centred adalah strategi
pembelajaran problem solving. Strategi pembelajaran problem solving
menjadi fokus penting dalam belajar IPA, karena tujuan utama dari
pembelajaran IPA adalah untuk melatih siswa menjadi pemecah masalah
yang handal. Strategi pembelajaran problem solving merupakan konsep
belajar yang mengaitkan materi yang diajarkan dengan masalah yang
dihadapi sehari-hari. Dalam strategi pembelajaran ini, siswa diharapkan
dapat menyelesaikan masalah sesuai dengan pemahaman masing-masing
siswa yang berlandaskan pada pengetahuan yang telah dimiliki. Dengan
strategi ini diharapkan pembelajaran semakin bermakna bagi siswa,
sehingga apa yang sudah didapatkan tidak mudah lupa. Proses
pembelajaran dengan problem solving berlangsung alamiah dalam bentuk
kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan hanya mentransfer
pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran problem solving
dapat meningkatkan pemahaman konsep karena memiliki beberapa
kelebihan atau karakteristik yang sesuai dengan bidang studi IPA: 1) dapat
7

memecahkan masalah sesuai tahapan yang terpilih, dengan menggunakan


curah pendapat dan teknik investigasi masalah, 2) membangun ilmu yang
telah dimiliki dan memperoleh ilmu yang baru melalui studi kasus, 3)
dapat menggunakan alat-alat laboratorium yang berkaitan dengan teori
yang diberikan, 4) mempergunakan media yang ada, dan dapat melakukan
teknik analisis, 5) menganalisis dan mendeskripsikan, mendiskusikan
hasil data praktikum dengan cara laporan tertulis, poster, dan presentasi
lisan, 6) siswa bekerja dalam kelompok dengan mengorganisasi tiap-tiap
kelompok (Wartono 2017:103).
3. Pemahaman konsep merupakan suatu aspek yang penting dalam
pembelajaran, karena dengan memahami konsep siswa dapat
mengembangkan kemampuannya dalam setiap materi pelajaran.
Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan konsep.
Menurut Sudirman (2014:42-43), pemahaman (Understanding) dapat
diartikan menguasai sesuatu dalam pikiran. Pemahaman merupakan
perangkat standar program pendidikan yang merefleksikan kompetensi
sehingga dapat mengangantarkan siswa untuk menjadi kompeten dalam
berbagai ilmu pengetahuan. Jadi pemahaman konsep adalah menguasai
sesuatu dengan pikiran yang mengandung kelas atau kategori stimuli yang
memiliki ciri-ciri umum.
4. Pembelajaran yang mengkolaborasikan strategi pembelajaran problem
solving dan media simulasi PhET merupakan pembelajaran yang
diharapkan d a p at menciptakan suasana pembelajaran yang menarik,
membuat siswa lebih aktif, sehingga dapat membantu siswa dalam
meningkatkan penguasaan konsep IPA siswa. Langkah-langkah problem
solving berbantuan PhET, yaitu: memahami masalah, merencanakan
pemecahan masalah, melaksanakan rencana pemecahan masalah,
pemanfaatan media simulasi PhET, melakukan evaluasi pemecahan
masalah. Langkah-langkah problem solving, yaitu: memahami masalah,
merencanakan pemecahan masalah, melaksanakan rencana pemecahan
masalah, melakukan evaluasi pemecahan masalah.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori


2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di SMP
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu pengetahuan yang sistematis dan
tersusun secara teratur, berlaku universal (umum), dan merupakan kumpulan data
hasil observasi dan eksperimen. IPA merupakan suatu kumpulan ilmu
pengetahuan yang tersusun secara sistematis, dan dalam penggunaannya secara
umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai
oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa IPA adalah kumpulan teori
yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam,
lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen
serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya.
IPA memiliki hakikat yang mendasar sebagai ciri keilmuan. Hakikat IPA
dipandang sebagai suatu proses, sikap, dan produk yang ada di dalam IPA.
Sebagai suatu proses, IPA merupakan proses yang dipergunakan untuk
mempelajari objek studi, menemukan, mengembangkan produk-produk sains, dan
sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang dapat
memberi kemudahan bagi kehidupan (Widiyanto, 2018:56).
Belajar adalah proses yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan suatu
kecakapan, keterampilan, sikap yang dimulai sejak awal kehidupan dari masa
kecil hingga dewasa (Karwono dan Heni Mularsih, 2017:37). Bell Gredler dalam
Karwono dan Heni mularsih (2017) menyatakan bahwa belajar adalah proses yang
dilakukan manusia untuk mencapai suatu kemampuan (competencies),
keterampilan (skills), dan sikap (attitude) secara bertahap dan berkelanjutan.
Menurut John M. Killer (Nurdansyah dan Fitriyani Toyiba, 2018:7) belajar adalah
keluaran dari proses dari berbagai masukan yang berupa informasi. Pembelajaran
merupakan aktifitas antara guru dan peserta didik yang terdiri dari tujuan
pembelajaran, materi metode pembelajaran dan evaluasi (Ilham Eka Putra,

8
9

2013:20). Pembelajaran dapat dimaknai secara makro dan mikro. Secara makro
pembelajaran adalah suatu proses yang diusahakan agar peserta didik dapat
memunculkan potensi yang ada baik itu secara kognitif atau emosional. Secara
makro pembelajaran adalah mengatur dan menata unsur-unsur eksternal agar
dapat menunjang proses belajar (Karwono dan Heni Mularsih, 2017:37).
Di dalam pembelajaran IPA, peserta didik didorong untuk menemukan
sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru
dengan aturan-aturan lama di dalam pikirannya, dan merevisinya apabila aturan-
aturan tersebut tidak sesuai lagi. Konsep dasar tentang pembelajaran adalah
pengetahuan yang tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke peserta didik.
Peserta didik harus didorong untuk mengonstruksi pengetahuan di dalam
pikirannya. Agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan,
maka peserta didik perlu didorong untuk bekerja memecahkan masalah,
menemukan segala sesuatu untuk dirinya, dan bersusah payah dengan ide-idenya.
Pembelajaran IPA akan memberikan pengalaman secara langsung kepada peserta
didik sehingga dapat meningkatkan kemampuan peserta didik untuk menerima,
mengingat, dan mengaplikasikan konsep yang telah dipelajarinya (Permendikbud,
2014).
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan
ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan alam beserta gejala dan isinya yang
terbentuk dari pengamatan fenomena-fenomena alam yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari dimana diperoleh dari langkah ilmiah merumuskan
masalah, membuat hipotesis, merancang ekperimen, mengumpulkan data
berdasarkan eksperimen, melakukan analisis data, menyimpulkan data, dan
mempresentasikan hasil percobaan.

2.1.2 Teori Belajar Konstruktivisme


Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang
menekankan bahwa pengetahuan yang kita dapatkan adalah hasil dari konstruksi
kita sendiri. Konstruktivisme sendiri menyatakan semua pengetahuan yang siswa
peroleh adalah hasil konstruksi siswa itu sendiri, sehingga sangat kecil adanya
10

kemungkinan transfer pengetahuan seseorang dari orang lain secara utuh. Dalam
hal ini siswa harus aktif mengkonstruksi dalam membentuk pengetahuan, siswa
harus mengkonstruksi dengan benar materi yang mereka pelajari dan pahami
dalam pemikiran mereka sehingga apa yang mereka pikirkan dapat terealisasi
dengan baik.
Pembelajaran konstruktivistik merupakan pembelajaran yang melibatkan
peserta didik dalam kegiatan aktif. Aktif dalam berpikir, membentuk konsep, dan
mencari makna dari hal-hal yang sedang dipelajari sebagai proses pembentukan
pengetahuan oleh si pembelajar itu sendiri. Pembelajaran konstruktivistik lebih
menghargai pada pemunculan ide-ide siswa. Siswa dipandang sebagai pemikir
yang dapat memunculkan teori -teori tentang dirinya. Siswa juga banyak belajar
dan bekerja didalam grup serta kurikulum disajikan dari keseluruhan menuju ke
bagian-bagian dan lebih mendekatkan pada konsep yang lebih luas (Jumanta
Hamdayama, 2016:117).
Pembelajaran kontruktivistik dapat menimbulkan kepekaan siswa dalam
memahami persoalan karena mengarahkan siswa menjadi lebih kreatif dan kritis.
Proses mengkonstruksi pengetahuan siswa dapat dilakukan dengan melakukan
interaksi terhadap objek dan lingkungan dengan cara melihat, mendengar,
menjamah, merasakan atau mengikuti tindakan secara langsung. Proses
mengkonstruksi pengetahuan pada siswa dapat dilihat pada kemampuan
mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman, kemampuan
membandingkan dan mengambil keputusan akan kesamaan dan perbedaan serta
kemampuan untuk menyukai suatu pengalaman yang satu dengan yang lainnya
(C. Asri Budiningsih, 2005:58).
Peranan guru dalam pembelajaran konstruktivistik ini adalah sebagai
fasilitator untuk membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri dan
dituntut untuk lebih memahami cara pandang berpikir siswa. Guru bertugas untuk
menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang keingintahuan
siswa dan membantu siswa untuk mengekspresikan gagasannya serta guru juga
berperan untuk mengevaluasi dan menunjukkan pemikiran siswa telah berjalan
baik atau tidak (Jumanta Hamdayama, 2016:124).
11

2.1.3 Media Pembelajaran


Nunu Mahnun (2012) menyebutkan bahwa “media” berasal dari bahasa Latin
“medium” yang berarti “perantara” atau “pengantar”. Lebih lanjut, media
merupakan sarana penyalur pesan atau informasi belajar yang hendak
disampaikan oleh sumber pesan kepada sasaran atau penerima pesan tersebut.
Penggunaan media pengajaran dapat membantu pencapaian keberhasilan belajar.
Selanjutnya (Joni Purwono, dkk, 2014:129) menjelaskan bahwa media
pembelajaran memiliki peranan penting dalam menunjang kualitas proses belajar
mengajar. Media juga dapat membuat pembelajaran lebih menarik dan
menyenangkan. Salah satu media pembelajaran yang sedang berkembang saat ini
adalah media audiovisual. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran adalah alat bantu dalam proses belajar mengajaruntuk merangsang
pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pembelajar
sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar.
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan
dari pengirim ke penerima sehingga merangsang pikiran, perasaaan, perhatian dan
minat serta kemauan peserta didik agar tercapainya tujuan pembelajaran secara
efektif (Sukiman, 2012: 29). Menurut Tejo Nurseto (2011) media pembelajaran
adalah sarana penyalur informasi belajar yang harus memenuhi prinsip VISUALS
yang terdiri dari Visible, Interesting, Simple, Useful, Legitimate, Structured.
Peranan media pembelajaran dalam proses pembelajaran merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari dunia pendidikan. Media pembelajaran
merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan
pengirim kepada penerima, sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian, dan minat peserta didik untuk belajar. Dengan media siswa akan lebih
termotivasi untuk belajar, mendorong siswa menulis, berbicara dan berimajinasi
semakin terangsang. Dengan demikian, melalui media pembelajaran dapat
membuat proses belajar mengajar lebih efektif dan efesien serta terjalin hubungan
baik antara guru dengan peserta didik. Selain itu, media dapat berperan untuk
mengatasi kebosanan dalam belajar di kelas. Oleh karena itu, guru dituntut
memberikan motivasi pada peserta didik melalui pemanfaatan media yang tidak
12

hanya ada di dalam kelas, akan tetapi juga yang ada di luar kelas, jika hal itu
dimanfaatkan maka tujuan pembelajaran akan tercapai. Lantas apa yang terjadi
jika media pembelajaran tidak ada, yang terjadi adalah mengalami kesulitan
dalam mengajar, materi menjadi monoton dan siswa merasa bosan dengan apa
yang diajar oleh pendidik. Oleh karena itu, media pembelajaran harus difungsikan
untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar. Dengan demikian semakin
menarik media pembelajaran yang digunakan oleh guru akan semakin tinggi pula
tingkat motivasi belajar siswa. Namun dalam prakteknya, masih banyak dijumpai
guru-guru yang belum menerepankan media pembelajaran secara inovatif, bukan
hanya tidak menerapkan media tersebut, namun sama sekali tidak ada media
pembelajaran di sekolah. Ada beberapa alasan, mengapa guru tidak menggunakan
media pembelajaran. Alasan pertama adalah (1). Guru menganggap bahwa
menggunakan media perlu persiapan. (2). Media itu barang canggih dan mahal.
(3). Tidak biasa menggunakan media (gagap teknologi). (4). Media itu hanya
untuk hiburan sedangkan belajar itu harus serius. (5). Di sekolah tidak tersedia
media tersebut, sekolah tidak memiliki peralatan dan bahan untuk membuat media
pembelajaran. (6). Guru tidak memahami arti penting penggunaan media
pembelajaran. (7). Guru tidak memiliki pengetahuan dan kemampuan mengenai
cara membuat sendiri media pembelajaran. (8). Guru tidak memiliki keterampilan
mempergunakan media pembelajaran. (9). Guru tidak memiliki peluang (waktu)
untuk membuat media pembelajaran. (10). Guru sudah biasa mengandalkan
metode ceramah.
Azhar Arsyad (2015:6) menyatakan bahwa penggunaan media pembelajaran
dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan keinginan, motivasi yang baru
yang memberi pengaruh psikologis untuk meningkatkan keefektivitasan dalam
proses pembelajaran. Selain itu menurut Zainal Arifin dan Adhi Setiyawan (2012)
dalam proses belajar mengajar seorang guru harus bisa menentukan media yang
sesuai pada proses belajar mengajar. Adapun kriteria pemilihan media adalah
sebagai berikut.Ketepatan dengan tujuan pembelajaran. Media pembelajaran yang
dipilih harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berdasarkan
tujuan-tujuan instruksional dan RPP.
13

1. Keterampilan guru menggunakannya. Media pembelajaran di pilih harus


dikuasi oleh guru tersebut.
2. Kemudahan memperolehnya. Media yang diperlukan mudah untuk
diperoleh, di akses baik itu bagi guru ataupun bagi siswa.
3. Tersedia waktu untuk menggunakannya, sehingga media tersebut dapat
memberi manfaat langsung bagi siswa dalam proses pembelajaran
4. Media pembelajaran yang dipilih harus sesuai dengan taraf berpikir siswa,
sehingga makna yang terkandung di dalamnya dapat dipahami oleh para
siswa.
Media dikelompokkan menjadi berbagai macam jenis. Menurut Zainal
Arifin dan Adhi Setiyawan (2012:130) adapun jenis -jenis media dapat
dikelompokkan sebagai berikut.
1. Audio. Jenis media audio meliputi pita audio (rol atau kaset), priringan
audio dan radio (rekaman suara).
2. Cetak. Jenis media cetak meliputi buku teks terprogram, buku pegangan
atau manual, dan buku tugas.
3. Audio-Cetak. Jenis media audio-cetak meliputi buku latihan dilengkapi
kaset dan gambar atau poster yang dilengkapi audio.
4. Proyek Visual diam. Jenis media proyek visual diam meliputi film bingkai
(slide) dan film rangkai yang berisikan pesan verbal.
5. Proyek Visual diam dengan Audio. Jenis media proyek visual diam dengan
audio meliputi film bingkai (slide) dengan suara dan film rangkai suara.
6. Visual Gerak. Jenis media visual gerak meliputi film bisu dengan judul.
7. Visual Gerak dengan Audio. Jenis media visual gerak dengan audio ini
meliputi film suara dan video/VCD/DVD.
Dalam usaha memanfaatkan media sebagai alat bantu dalam proses
pembelajaran Edgar Dale membuat klasifikasi pengalaman dari tingkat yang
paling abstrak ke yang paling konkret. Klasifikasi tersebut dikenal dengan nama
kerucut pengalaman atau cone of experience yang dijelaskan pada Gambar 2.1
(Arief S. Sadiman, dkk, 2011).
14

Gambar 2.1 Kerucut Pengalaman (Cone Of Experience) Edgar Dale

(Arief S. Sadiman, dkk, 2011).

Gambar 2.1 menyatakan bahwa pembelajaran dapat dilakukan dengan


berbagai cara dari yang paling abstrak yaitu secara visual sampai yang paling
konkret yaitu melakukan secara langsung. Menurut Sukiman (2012:40) manfaat
media pembelajaran dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut.
1. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi
sehingga memperlancar proses belajar mengajar.
2. Media pembelajaran meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak
sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi lansung antara
peserta didik dan lingkungannya dan memungkinkan peserta didik belajar
untuk mandiri.
3. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan
waktu.
Adapun manfaat media dalam suatu pembelajaran menurut Zainal Arifin
dan Adhi setiyawan (2012:132) yaitu media pembelajaran dapat mengatasi
keterbatasan yang dimiliki oleh siswa, dapat menghasilkan keseragaman
pengamatan siswa, dapat membangkitkan keinginan dan minat baru, dapat
15

melampaui batasan ruang kelas, mampu membangkitkan motivasi dan


merangsang peserta didik untuk belajar dan media mampu memberikan belajar
secara integral dan menyeluruh dari yang konkret ke yang abstrak, dari sederhana
ke yang rumit.

2.1.4 Simulasi PhET


Physics Education Technology (PhET) adalah simulasi yang dibuat oleh
(University Of Colorado) yang berisi simulasi pembelajaran fisika, biologi, dan
kimia untuk kepentingan pembelajaran dikelas atau belajar individu. Kelebihan
simulasi PhET yaitu menekankan hubungan antara fenomena kehidupan nyata
dengan ilmu yang mendasari, mendukung pendekatan interaktif dan kontruktivis,
memberikan umpan balik, dan menyediakan tempat kerja kreatif. Menurut Yuafi
Physics Education Technology (PhET) adalah software simulasi interaktif fisika
yang tersedia pada situs yang dapat dijalankan secara online atau offline. Dengan
menggunakan software tersebut tentunya dapat menciptakan pembelajaran yang
aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Di dalam media ini dapat ditampilkan
suatu materi yang bersifat abstrak dan dapat dijelaskan secara langsung oleh
media ini sehingga peserta didik dengan mudah memahami materi tersebut. Media
simulasi PhET adalah media pembelajaran yang di dalamnya terdapat beberapa
materi simulasi pembelajaran fisika untuk kepentingan pengajaran di kelas atau
dapat digunakan untuk kepentingan belajar individu.
Simulasi yang disediakan PhET sangat interaktif dan mengajak peserta didik
untuk belajar dengan cara mengeksplorasi secara langsung. Software PhET ini
memuat suatu animasi fisika yang abstrak atau tidak dapat dilihat oleh mata
terbuka. Untuk eksplorasi secara kuantitatif, software PhET ini memiliki alat-alat
ukur didalamnya seperti penggaris, stopwatch, voltmeter, thermometer, dan masih
banyak lagi. Kelebihan simulasi PhET yakni dapat melakukan percobaan secara
ideal, yang tidak dapat digunakan dengan menggunakan alat dan bahan yang
sesungguhnya.
16

2.1.5 Model Pembelajaran Problem Solving


Problem Solving adalah model pembelajaran dengan pemecahan suatu
persoalan. Biasanya guru memberikan permasalahan yang sesuai dengan materi
yang akan diajarkan pada siswa dan siswa diminta untuk memecahkan masalah
tersebut hal ini dapat dilakukan secara berkelompok maupun individu (Suyanto &
Djihad,2013:115). Sebagai bagian dari metode pembelajaran, problem solving
adalah cara mengajar yang dimulai dari perumusan masalah, pengumpulan data,
analisis data, sampai dengan penentuan alternatif pemecahan masalah (Suyanto &
Djihad,2013:117).
Model pembelajaran problem solving yaitu model pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam mempelajari,
mencari dan menemukan sendiri informasi untuk diolah menjadi konsep, prinsip,
teori atau kesimpulan. Terdapat dua keunggulan dari model pembelajaran problem
solving, yaitu (1) siswa mampu menyelesaikan masalah secara terampil, (2)
merangsang kemampuan berpikir siswa secara kreatif dan menyeluruh, karena
dalam proses belajarnya siswa banyak menyoroti permasalahan dari berbagai segi
dalam rangka mencari pemecahan masalah.
Beberapa karakteristik dari model pembelajaran problem solving yaitu, (1)
implementasi model pembelajaran problem solving ada sejumlah kegiatan yang
harus dilakukan siswa. Siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan
mengolah data, serta mencari pemecahan masalah yang dapat mendorong
kemampuan siswa memahami permasalahan yang diberikan, (2) aktivitas
pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah, dimana siswa dituntut
untuk menginterpretasikan masalah yang diberikan, kemudian membuat
klasifikasi pemecahan masalah, dan (3) pemecahan masalah dilakukan dengan
menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah (Djamarah, 2006:47).
Secara lebih rinci, pembelajaran dengan model Problem Solving ini dapat
diterapkan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan
2. Mencari data yang digunakan untuk memecahkan masalah tersebut
3. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut
17

4. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut


5. Menarik kesimpulan

2.1.6 Pemahaman Konsep


Pemahaman konsep merupakan suatu aspek yang penting dalam
pembelajaran, karena dengan memahami konsep siswa dapat mengembangkan
kemampuannya dalam setiap materi pelajaran. Pemahaman konsep terdiri dari dua
kata yaitu pemahaman dan konsep. Menurut Sudirman (2014:42-43), pemahaman
(Understanding) dapat diartikan menguasai sesuatu dalam pikiran. Pemahaman
merupakan perangkat standar program pendidikan yang merefleksikan
kompetensi sehingga dapat mengangantarkan siswa untuk menjadi kompeten
dalam berbagai ilmu pengetahuan. Jadi pemahaman konsep adalah menguasai
sesuatu dengan pikiran yang mengandung kelas atau kategori stimuli yang
memiliki ciri-ciri umum. Singkatnya, pemahaman konsep adalah suatu
pemahaman atau benar-benar tahu tentang sebuah konsep.
a. Peserta didik mengerti ketika peserta didik mampu menentukan hubungan
antara pengetahuan yang baru diperoleh dengan pengetahuan peserta didik yang
lalu. Setiap indikator pada domain kognitif memahami (understand) sebagai
berikut (Widodo, dkk, 2006:75).
1. Menafsirkan (Interpreting)
Interpreting adalah kemampuan peserta didik untuk mengubah informasi yang
disajikan dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Interpreting dapat berupa
mengubah kalimat ke kalimat, gambar ke kalimat, angka ke kalimat, kalimat ke
angka, dan lain sebagainya.
2. Memberi contoh (Exemplifying)
Exemplifying adalah kemampuan peserta didik untuk memberikan contoh yang
spesifik atau contoh mengenai konsep secara umum. Exemplifying dapat
pula berarti mengidentifikasi pengertian dari bagian- bagian pada konsep
umum.
3. Mengklasifikasikan (Classifying)
Classifying adalah ketika peserta didik mengetahui bahwa sesuatu merupakan
bagian dari suatu kategori. Classifying dapat diartikan pula sebagai mendeteksi
18

ciri atau pola yang menunjukkan bahwa ciri atau pola tersebut sesuai dengan
kategori tertentu atau konsep tertentu. Jika exemplifying dimulai dari konsep
umum dan meminta peserta didik untuk mencari contoh khususnya, maka
classifying dimulai dari contoh khusus dan meminta peserta didik untuk mencari
konsep umumnya.
4. Meringkas (Summarizing)
Peserta didik dikatakan memiliki kemampuan summarizing ketika peserta didik
dapat memberikan pernyataan tunggal yang menyatakan informasi yang
disampaikan atau topik secara umum.
5. Menarik inferensi (Inferring)
Inferring berarti dapat mencari pola dari beberapa contoh kasus. Peserta
didik dikatakan memiliki kemampuan inferring jika peserta didik dapat
membayangkan konsep atau prinsip yang merupakan bagian dari contoh dengan
cara mengkode karakteristik yang sesuai dari masing-masing contoh dan lebih
penting lagi dengan tidak ada hubungan antara contoh-contoh tersebut.
6. Membandingkan (Comparing)
Kemampuan siswa menunjukkan persamaan dan perbedaan antara dua atau lebih
objek. Seorang siswa dapat membandingkan saat ia dapat menemukan
persamaan dan perbedaan yang dimiliki oleh dua objek atau lebih.
7. Menjelaskan (Explaining)
Peserta didik mampu mengkonstruk dan menggunakan model sebab akibat
dalam suatu sistem. Termasuk dalam menjelaskan adalah menggunakan model
tersebut untuk mengetahui apa yang terjadi apabila salah satu bagian sistem
tersebut diubah. Istilah lain untuk menjelaskan adalah mengkonstruksi model
(constructing model).

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Pemahaman Konsep


Keberhasilan siswa dalam mempelajari fisika dipengaruhi beberapa faktor.
Purwanto (2014:102) mengungkapkan bahwa berhasil atau tidaknya belajar itu
tergantung pada bermacam-macam faktor. Adapun faktor-faktor ini dapat
dibedakan menjadi dua golongan yaitu:
19

1) Faktor yang ada pada organisme itu sendiri yang kita sebut faktor individu,
yang termasuk faktor individu antara lain kematangan atau pertumbuhan,
kecerdasan latihan, motivasi, dan faktor pribadi.
2) Faktor yang ada diluar individu yang kita sebut faktor sosial, yang
termasuk faktor sosial ini antara lain keluarga atau keadaan rumah tangga, guru
dan cara mengajarnya, alat-alat yang digunakan dalam belajar, lingkungan dan
kesempatan yang tersedia serta motivasi sosial.
Selain faktor tersebut, pemahaman konsep dipengaruhi oleh psikologis siswa.
Kurangnya pemahaman konsep terhadap materi IPA yang dipelajari karena tidak
adanya usaha yang dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang
diberikan guru. Siswa lebih mengharapkan penyelesaian dari guru, hal ini
memperlihatkan bahwa pemahaman konsep siswa masih rendah. Dalam penelitian
ini peneliti lebih meneliti indikator kemampuan pemahaman konsep yaitu melihat
adanya beberapa indikator menurut peraturan Dirjen Dikdamen Nomor
506/C/Kep/PP/2004 dan pencapaian akhir kemampuan pemahaman konsep siswa
apakah lebih baik jika diterapkan pembelajaran menggunakan media simulasi
PhET dengan model problem solving dibandingkan dengan pembelajaran
menggunakan media konvensional (biasa).

2.2 Tinjauan Materi


Sesuai dengan Permendikbud no. 24 tahun 2016 tentang kompetensi inti dan
kompetensi dasar kurikulum 2013 bagi pendidikan menegah yang dituangkan
dalam silabus nasional maka materi pelajaran cahaya pada kelas VIII memilki
empat kompetensi inti yaitu :
KI-1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI-2 : Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif
dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia.
20

KI-3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,


konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahuanya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI-4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya
disekolah secara mandiri dan mampu menggunakan metoda sesuai
kaidah keilmuan.
Kompetensi dasar yang harus dicapai pada pembelajaran IPA materi cahaya
yaitu:
3.12 Menganalisis sifat-sifat cahaya, pembentukan bayangan, serta aplikasinya
untuk menjelaskan penglihatan manusia
4.12 Membuat laporan hasil penyelidikan tentang pemantulan dan pembiasan
cahaya serta pembentukan bayangan pada mata manusia

2.3 Kajian Hasil Penelititan yang Relevan


a. Lusi Indriyani (2016) meneliti tentang “ Pengaruh Penggunaan Simulasi Phet
dengan Model Problem Solving Terhadap Minat Belajar Siswa Pada
Pembelajaran Tentang Hukum Boyle dan Gay Lussac di Kelas XI IPA SMA
Negeri 1 Prambanan dan SMA Negei 2 Klaten”. Hasil penelitian
menunjukkan minat belajar siswa setelah pembelajaran lebih tinggi daripada
sebelum pembelajaran.
b. Elin Evie Setia Asih (2018) meneliti tentang “ Penerapan Model
Pembelajaran Problem Solving dengan Simulasi Phet Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar pada Konsep Energy Mekanik”. Hasil penelitian menunjukkan
hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas
kontrol.
21

c. Haryanti (2010) meneliti tentang “Penerapan Model Pembelajaran Problem


Solving Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Prestasi Belajar
Siswa Kelas VII Mata Pelajaran IPS Terpadu SMP Negeri 2 Jatiyoso Tahun
Ajaran 2009/2010”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model
pembelajaran problem solving dapat meningkatkan keaktifan siswa selama
pembelajaran.
d. Syahfuani Utami (2020) meneliti tentang “ Pengaruh Model Problem Solving
dengan Penggunaan Simulasi Phet Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Pada
Materi Elastisitas dan Hukum Hooke Kelas XI di MA Patra Mandiri
Palembang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dari uji
t dengan hasil post-test diperoleh hasil dari t hitung sebesar 3,7805 dengan ttabel
dari interpolasi 0,769 berarti t hitung>ttabel, yang berarti ada pengaruh model
problem solving dengan penggunaan simulasi Phet terhadap hasil belajar
peserta didik pada materi elastisitas dan hukum hooke di kelas XI MA Patra
Mandiri Palembang.

2.4 Kerangka Berpikir

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka kerangka pemikiran


peneliti yang dituangkan kedalam kerangka konseptual ditunjukkan pada Gambar
2.2
22

Pembelajaran IPA

Permasalahan pada Guru Permasalahan pada Siswa

 Pembelajaran berpusat pada  Siswa kurang dilatih


menghubungkan pengetahuan
guru
dalam membangun sebuah
 Media pembelajaran yang konsep
digunakan kurang  Siswa kurang aktif dalam
mendukung pembelajaran

Pemahaman Konsep Siswa


Lemah

Pembelajaran
menggunakan Simulasi
PhET dengan model
problem solving

Pemahaman Konsep Siswa


Meningkat

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

Berdasarkan Gambar 2.2 dapat dijelaskan bahwa penelitian ini mulai


dibangun dari landasan masalah yang dihadapi guru dan peserta didik pada
pembelajaran IPA yang kesulitan belajar dalam memahami konsep, sehingga
mengakibatkan lemahnya pemahaman konsep siswa. Untuk itu diperlukan model
dan media pembelajaran yang menarik sehingga peserta didik lebih aktif dalam
23

pembelajaran. Dengan adanya masalah ini hendaknya penelitian ini bisa


memberikan solusi dan peserta didik mampu menyelesaikan permasalahannya
dalam pembelajaran khususnya pada materi cahaya. Eksperimen menggunakan
PhET Simulation dengan model problem solving diharapkan dapat menarik minat
peserta didik sehingga dapat meningkatkan motivasi pada peserta didik untuk
mengikuti pembelajaran dengan baik sehingga dapat meningkatkan pemahaman
konsep siswa.

2.5 Hipotesis Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah dan kajian teori yang telah diuraikan
sebelumnya, maka dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
“Terdapat perbedaan yang signifikan pada pemahaman konsep siswa antara
kelas yang menggunakan simulasi PhET dengan model problem solving dengan
kelas yang menerapkan pembelajaran konvensional pada materi cahaya di kelas
VIII SMP Negeri 1 Kateman.”
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1
Kateman. Adapun untuk waktu pelaksanaanya yaitu pada semester genap Tahun
Akademis 2021/2022.

3.2 Rancangan Penelitian


Secara umum rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
kuasi eksperimen dimana penelitian ini membandingkan antara sebelum dan
sesudah diberikan perlakuan khusus. Design penelitian yang digunakan adalah
Posttest Only Non-equivalen Control Group Design yaitu terdapat dua kelompok,
kelas eksperimen yakni kelas yang diberi treatment dan kelas kontrol yakni kelas
yang tanpa diberi treatment (Erwan &Dyah, 2017:87).
Pada kelas treatment diberikan pembelajaran menggunakan simulasi phet
dengan model problem solving (X), pembelajaran diawali dengan meperkenalkan
simulasi phet secara umum serta cara penggunaan PhET Simulation pada materi
cahaya dan pembelajaran dimulai dengan menggunakan PhET Simulation. Untuk
kelas kontrol sendiri menggunakan metode ceramah aktif dan media konvensional
selama pembelajaran berlangsung. Setelah pembelajaran dilaksanakan pada kedua
kelompok kemudian siswa diberikan test akhir/posttest untuk mengtahui
peningkatan pemahaman konsep siswa pada materi cahaya SMP N 1 Kateman.
Rancangan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian

Kelas Perlakuan Posttest


Kelompok Eksperimen X O1
Kelompok Kontrol O2

Langkah-langkah pembelajaran menggunakan PhET Simulation dengan


model problem solving dituangkan pada RPP sebagaimana ditunjukkan pada

24
25

Lampiran 2 begitu juga lembar kerja peserta didik (LKPD) ditunjukkan pada
Lampiran 4.
Setelah pembelajaran selesai dilaksanakan maka kedua kelompok diberikan
test posttest (O1 dan O2) dengan jumlah soal dan waktu yang sama untuk melihat
perbedaan pemahaman konsep pada kedua kelompok tersebut.

3.3 Populasi dan Sampel


Populasi penelitian adalah seluruh peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1
Kateman tahun ajaran 2021/2022 yang berjumlah 185 orang peserta didik.
Rincian jumlah populasi dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel. 3.2 Populasi Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 1 Kateman
Kelas Jumlah Peserta Didik
VIII 1 30 Orang
VIII 2 31 Orang
VIII 3 31 Orang
VIII 4 31 Orang
VIII 5 31 Orang
VIII 6 31 Orang
Total 185 Orang
(Sumber: Data SMP N 1 Kateman)
Sampel pada penelitian ini dilakukan dengan uji normalitas dan uji
homogenitas nilai ulangan materi sebelumnya yang merupakan prasyarat sebelum
dilakukannya penelitian.

3.4 Data dan Instrumen Penelitian


1. Data Penelitian
Data dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data
sekunder diperoleh dari nilai ulangan harian siswa pada materi
sebelumnya untuk menentukan sampel penelitian serta sebagai acuan
dalam menentukan kelompok kelas eksperimen sementara data primer
26

diperoleh melalui posttest yang diberikan setelah treatment dilakukan


baik pada kelas eksperimen dengan menggunakan PhET Simulation
dengan model Problem Solving dan kelas kontrol dengan pembelajaran
secara konvensional.
2. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data pada penelitian
ini berupa posttest atau tes pemahaman konsep pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol yang telah disusun berdasarkan indikator pada materi
cahaya.

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah teknik tes berupa
posttest yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pemberian
posttest kepada siswa dilakukan setelah proses pembelajaran. Soal yang
diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama, kemudian
jawaban siswa dianalisis dengan cara menghitung jumlah skor siswa dengan
jumlah skor total. Pedoman penskoran dan rubrik penilaian yang digunakan
untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep siswa pada penelitian ini
adalah sebagai berikut.

Tabel 3.3 Penilaian Butir Soal

Kriteria Skor

Jawaban benar dan alasan tepat 3


Jawaban benar dan alasan kurang tepat 2
Jawaban benar dan alasan salah 1
Jawaban salah dan alasan salah atau tidak menjawab 0
27

3.6 Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik analisis
deskriptif dan analisis inferensial.
1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif adalah teknik analisis yang hanya menyajikan
informasi berupa data yang diamati dan tidak bertujuan menguji hipotesis
untuk menarik kesimpulan. Karena itulah analisis deskriptif termasuk
statistik deduktif karena tidak menarik kesimpulan (Erwan Agus
Purwanto dan Dyah Ratih Sulistyastuti, 2017:109). Analisis deskriptif
yang dimaksud dalam penelitian ini melihat pemahaman konsep siswa
yang terdiri dari daya serap siswa. Menurut Ishwahyudi dalam Ahmad
Irfan Al Faruqi (2016), daya serap siswa adalah kemampuan siswa untuk
menyerap suatu konsep atau materi yang telah disampaikan oleh guru.
Secara sistematis untuk mencari daya serap siswa digunakan ketentuan
seperti persamaan berikut.

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎


𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑠𝑒𝑟𝑎𝑝 = × 100%
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚

Tabel 3.4 Kategori Daya Serap Siswa


Interval (%) Kategori Daya Serap

85 ≤ x ≤ 100 Sangat Baik


70 ≤ x < 85 Baik
50 ≤ x < 70 Cukup Baik
0 ≤ x < 50 Kurang Baik
(Depdiknas, 2006)
Setelah dilakukan posttest, data yang diperoleh dianalisis daya
serapnya berdasarkan persamaan daya serap siswa, lalu
dikelompokkan kategori daya serap sesuai dengan Tabel 3.4 yaitu
sangat baik, baik, cukup baik, dan kurang baik.
28

2. Analisis Inferensial
Analisis inferensial adalah teknik analisis yang datanya diambil dari
sampel random yang bertujuan untuk menarik kesimpulan (Erwan Agus
Purwanto dan Dyah Ratih Sulistyastuti, 2017:135). Analisis inferensial
dilakukan untuk mengetahui perbedaan pemahaman konsep siswa setelah
diterapkan penggunaan PhET Simulation dengan model pembelajaran
problem solving pada kelas eksperimen dan diterapkan pembelajaran
konvensional pada kelas kontrol melalui uji hipotesis. Sebelum melakukan
uji hipotesis dilakukan uji prasyarat terlebih dahulu yaitu uji normalitas
dan uji homogenitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah uji yang mendasari data terdistribusi secara
normal atau tidak (Wikipedia, 2021). Uji normalitas pada penelitian ini
dilakukan menggunakan teknik uji kolmogrov smirnov dengan bantuan
SPSS. Adapun kriteria pengujian normalitas adalah sebagai berikut:
(1)Jika signifikan, p ≥ 0.05 maka data terdistribusi normal.
(2)Jika signifikan, p < 0.05 maka data tidak terdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas adalah pengujian mengenai homogen atau
tidaknya dua sampel yang terdistribusi. Pada penelitian ini uji
homogenitas dilakukan pada data sekunder berupa data hasil ulangan
harian siswa materi Cahaya dan data primer berupa data posttest
pemahaman konsep siswa materi Cahaya menggunakan teknik one-way
anova dengan bantuan SPSS. Adapun kriterianya adalah sebagai
berikut:
(1) Jika signifikan, p ≥ 0.05 maka data homogen.
(2) Jika signifikan, p < 0.05 maka data tidak homogen.
(Joko Widiyanto, 2010:51)
29

c. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk menguji kebenaran dari data yang
diperoleh dari sampel penelitian. Uji hipotesisis kuantitatif yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik independent sample t-test
yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan nilai rata-rata dari dua
sampel yang berbeda dengan cara menentukan hipotesis dan
menentukan tingkat signifikansi (Erwan Agus Purwanto dan Dyah
Ratih Sulistyastuti, 2017:137). Uji hipotesis (uji t) pada penelitian ini
bertujuan untuk menentukan apakah terdapat perbedaan yang signifikan
pada Pemahaman Konsep siswa antara kelas yang menggunakan PhET
Simulation dengan model pembelajaran problem solving dengan kelas
yang menerapkan pembelajaran konvensional pada materi cahaya. Data
yang digunakan pada uji t di penelitian ini adalah data pemahaman
konsep siswa berupa posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Berikut hipotesis yang diuji pada penelitian ini adalah :
H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada pemahaman
konsep siswa antara kelas yang menggunakan PhET Simulation
dengan model pembelajaran problem solving dengan kelas yang
menerapkan pembelajaran konvensional pada materi cahaya.
Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan pada pemahaman konsep
siswa antara kelas yang menggunakan PhET Simulation dengan
model pembelajaran problem solving dengan kelas yang
menerapkan pembelajaran konvensional pada materi cahaya.
Kriteria pengambilan kesimpulan pada penelitian ini berdasarkan
analisis inferensial adalah :
(1) Jika signifikan, p ≥ 0.05 maka H0 diterima maknanya tidak terdapat
perbedaan yang signifikan pada pemahaman konsep siswa antara
kelas yang menggunakan PhET Simulation dengan model
pembelajaran problem solving dengan kelas yang menerapkan
pembelajaran konvensional pada materi cahaya.
30

(2) Jika signifikan, p < 0.05 maka H0 ditolak maknanya terdapat


perbedaan yang signifikan pada pemahaman konsep siswa antara
kelas yang menggunakan PhET Simulation dengan model
pembelajaran problem solving dengan kelas yang menerapkan
pembelajaran konvensional pada materi cahaya.
31

DAFTAR PUSTAKA

A.Jacobsen, D., Eggen, P., Kauchak, D. 2009. Methods for Teaching : Metode-
metode pengajaran meningkatkan belajar siswa TK-SMA. Yogyakarta:
Penerbit pustaka Belajar.

Ajredini, F., Izairi N., & Zajkob, O. 2013. Real Experiments Versus Phet
Simulations for Better High-School Students’ Understanding Of
Electrostatic Charging. European Journal of Physics Education. 5(1)., 59-
70.

A.M., Sudirman. 2014. Interaksi & Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.

Arief S. Sadiman, R. Rahardjo, Anung Haryono dan Rahardjito. 2011. Media


Pendidikan edisi revisi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Azhar Arsyad. 2015. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

C. Asri Budiningsih. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Asdi


Mahasatya.

Depdiknas. 2006. Panduan Pengembangan Silabus Sekolah Menengah Atas pada


Mata Pelajaran IPA. Direktorat Jenderal Pendidikan Nasional. Jakarta.

Depdiknas. 2006. Panduan Pengembangan Silabus Sekolah Menengah Pertama


pada Mata Pelajaran IPA. Direktorat Jenderal Pendidikan Nasional.
Jakarta.

Erwan Agus Purwanto dan Dyah Ratih Sulistyastuti. 2017. Metode Penelitian
Kuantitatif Untuk Administrasi Publik dan Masalah-masalah
Sosial.Yogyakarta: Gava Media.

Gupta, M., Kavita & Pasrija, P. (2016). Problem solving ability & locality as the
influential factors of academic achievement among high school students.
Issues and Ideas in Education, 4 (1), 37–50.
32

Holme, T. A., Luxford, C. J & Brandriet, A. (2015). Defining conceptual


understanding in general chemistry. Journal of Chemical Education, 92 (9),
1477–1483.

Ikhwan, K., Uripto, T., Arif. S., 2017. Pemahaman Konsep IPA Siswa SMP
Melalui Pembelajaran Problem Solving pada Topik Perubahan Benda-
benda disekitar Kita. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 3(1) 52-56.

Ilham Eka Putra. 2013. Teknologi Media Pembelajaran Sejarah Melalui


Pemanfaatan Multimedia Interaktif. Jurnal Teknoif, Vol.1, No.2

Jumanta Hamdayama. 2016. Metodologi Pengajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Karwono dan Heni Mularsih. 2017. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja
Grafindo persada.

Kriek, J. and Stols, G. 2010. Teachers’ Beliefs and Their Intention To Use
Interactive Simulations In Their Classrooms. South African Journal of
Education 30 pp. 439-456.

Nurdyansyah, and Fitriyani, Toyiba. 2018. Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif


Terhadap Hasil Belajar Pada Madrasah Ibtidaiyah. Universitas
Muhammad Sidoarjo.

Permendikbud (2016). Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan


dasar dan Menengah.

Permendikbud (2016). Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Kompetensi Inti dan


Kompetensi Dasar Kurikulum 2013 Bagi Sekolah Menengah Atas.

Purwanto. 2014. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Purwono, Joni dkk. 2014. Penggunaan Media Audio Visual Pada Mata Pelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam Di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Pacitan.
127-144.

Sinulingga, Pendi., dkk. 2016. Implementasi Pembelajaran Fisika Berbantuan


Media Simulasi Phet Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada
33

Materi Listrik Dinamis. Jurnal Penelitian & Pengembangan Pendidikan


Fisika. Vol. 2[1]. 57-64

Sukiman. 2012. Pengembangan Media Pembelajaran. Yogyakarta: PT. Pustaka


Insan Madani.

Suyanto, dan Asep Djihad. 2013. Menjadi Guru Professional, Stragtegi


Meningkatkan Kualifikasi dan Kualitas Guru di Era Global. Jakarta:
Esensi Erlangga Group.

Toharuddin, Uus. 2011. Membangun Literasi Sains Peserta Didik. Bandung:


Humaniora.

Wartono. 2017. “Kemampuan Pemecahan Masalah Hukum Gerak Newton


Mahasiswa melalui Pembelajran Cooperative Problem Solving”. Jurnal
Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan.

Wieman, C. E., Adams, W. K., Loeblein, P., & Perkins, K. 2008. Physics. PhET:
Simulation that enchance learning. Science, 322(5902), 682-683.

Widiyanto. 2018. Revitalisasi Komunitas Pembelajaran dengan Lesson Study


dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran. Jurnal Ilmiah Kependidikan.

Widiyanto, Joko. 2010. SPSS for Windows Untuk Analisis Data Statistik dan
Penelitian. Surakarta: BP-FKIP UMS.

Wikipedia. 2021. Uji Normalitas. https://en.wikipedia.org/wiki/Normality


(diakses pada 14 Oktober 2021).

Zainal Arifin dan Adhi Setiyawan. 2012. Pengembangan Pembelajaran Aktif


Dengan ICT. Yogyakarta: Skripta Media Creative.
LAMPIRAN
34

LAMPIRAN
Lampiran 1

SILABUS PEMBELAJARAN

Sekolah : SMP Negeri 1 Kateman

Kelas /Semester : VIII / Genap

Mata Pelajaran : IPA

Materi : Cahaya

Alokasi Waktu : 9 x 40 menit

Kompetensi Inti:

KI 1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

KI 2: Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun,
responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
35

KI 3: Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkrit dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

Alokasi
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Penilaian Sumber Belajar
Waktu
3.12 Menganalisis Cahaya ▪ Melakukan percobaan Tes Tertulis 9 JP  Buku Paket
▪ Sifat-sifat Cahaya dengan teliti, dan hati- hati
sifat-sifat cahaya, dan  Lembar Kerja
▪ Pembentukan bayangan dengan keingintahuan
pembentukan pada mata manusia yang tinggi untuk Praktikum
bayangan pada mata menemukan sifat-sifat  Buku atau sumber
cahaya.
manusia. belajar yang relevan
▪ Melakukan percobaan
dengan teliti, hati-hati,
dengan keingintahuan yang
tinggi prinsip pada cermin
36

dan lensa.
▪ Diskusi dan Presentasi
kelompok mengenai
konsep pemantulan dan
pembiasan cahaya serta
proses pembentukan
bayangan pada mata
manusia.
4.12 Melakukan ▪ Menyelidiki hubungan
antara sudut datang dan
percobaan berikut
sudut pantul pada bidang
presentasi hasilnya datar dan bagaimana sinar
tentang pemantulan sinar hasil pantulan dari
cermin lengkung dengan
cahaya, pembiasan
teliti, cermat, dan jujur
cahaya, dan pada peristiwa pemantulan
pembentukan cahaya.
bayangan pada mata ▪ Menyelidiki bagaimana
proses pembiasan dari
medium kurang rapat ke
medium yang lebih rapat
dan sebaliknya serta
menyelidiki jalannya
berkas sinar pembiasan
37

pada lensa dan prisma.

▪ Menyelidiki bagaimana
proses pembentukan
bayangan pada mata
dengan
menganalogikannya
dengan alat dan bahan
yang ada yakni layar,
lensa cembung, dan
sumber sinar.

Mengetahui Pekanbaru, …………………..

Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran


38

Lampiran 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

KELAS EKSPERIMEN

Nama Sekolah : SMP NEGERI 1 KATEMAN


Mata Pelajaran : IPA
Kelas/Semester : VIII / Genap
Materi Pelajaran : Cahaya
Alokasi Waktu : 9 x 40 menit
A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,
peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam
jangkauan pergaulan dan keberadaannya
KI 3 : Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan
prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
KI 4 : Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang)
sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama
dalam sudut pandang/teori.
B. Kompetensi Dasar Dan Indikator
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
3.12 Menganalisis sifat-sifat 3.12.1 Menjelaskan sumber cahaya.
cahaya dan pembentukan 3.12.2 Memberikan contoh sumber cahaya.
bayangan pada mata manusia
3.12.3 Menginterpretasikan cahaya merambat
lurus.

3.12. 4 Mengklasifikasikan benda yang dapat


39

ditembus cahaya

3.12. 5 Menyimpulkan cahaya menembus


benda bening.

3.12.6 Mengklasifikasikan cahaya dapat


dipantulkan.

3.12.7 Membedakan pemantulan teratur dan


pemantulan baur.

3.12. 8 Menjelaskan cahaya dapat dibiaskan.


3.12.9 Mengidentifikasi jalannya sinar pada
cermin datar dan cermin lengkung
3.12.10 Memberikan contoh cahaya dapat
dibiaskan.
3.12.11 Mengidentifikasi jalannya sinar pada
lensa dan prisma
3.12.12 Mengidentifikasi proses pembentukan
bayangan pada mata manusia.
4.12 Membuat laporan hasil 4.12.1 Melampirkan data hasil penyelidikan
penyelidikan tentang proses pemantulan cahaya, pembiasan cahaya,
pemantulan cahaya, dan pembentukan bayangan pada mata manusia.
pembiasan cahaya, dan 4.12.2 Membandingkan hasil penyelidikan
pembentukan bayangan proses pemantulan cahaya, pembiasan cahaya,
pada mata dan pembentukan bayangan pada mata manusia.
4.12.3 Menyusun laporan hasil penyelidikan
proses proses pemantulan cahaya, pembiasan
cahaya, dan pembentukan bayangan pada mata
manusia.

C. Tujuan Pembelajaran
Melalui kegiatan eksperimen, diskusi dan tanya jawab diharapkan :
1. Peserta didik secara teliti mampu mengidentifikasi sifat-sifat cahaya.
40

2. Peserta didik secara teliti mampu mengidentifikasi proses pemantulan


cahaya pada bidang datar dan lengkung.
3. Peserta didik secara teliti mampu mengidentifikasi proses pembiasan cahaya
pada bidang datar, lensa dan prisma.
4. Peserta didik secara teliti mampu mengidentifikasi proses pembentukan
bayangan pada mata manusia.
5. Perserta didik secara jujur dan bertanggung jawab mampu menyajikan hasil
percobaan didepan kelas.

D. Model Dan Metode Pembelajaran


Model pembelajaran : Problem Solving
Metode : Diskusi, eksperimen, penugasan

E. Media, Alat Dan Sumber Pembelajaran


1. Media Pembelajaran : Simulasi PhET, Power Point, Laptop dan proyektor,
Lembar kerja siswa.
2. Sumber Belajar : Buku IPA kelas VIII dan buku yang relevan ,dan
Internet.

F. Langkah Kegiatan
Pertemuan I (3JP)
ALOKASI
KEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN
WAKTU
 Guru memberi salam dan membuka pelajaran dengan 15 menit
PENDAHULUAN
berdoa bersama dipimpin salah seorang peserta didik.
 Guru memeriksa kehadiran peserta didik dan mengenal
karakteristik peserta didik.
 Guru memotivasi siswa dengan melakukan apersepsi.
“Pada siang hari kita dapat melihat benda-benda di
sekitar kita dengan jelas karena adanya cahaya
matahari. Pada malam haripun kita masih dapat melihat
41

benda padahal tidak ada cahaya matahari. Mengapa


demikian? Apa syarat agar benda dapat dilihat oleh
mata?” kemudian, “Ketika kamu berangkat ke sekolah,
setelah mandi pasti kamu akan mencari benda apa untuk
melihat penampilanmu? Apa yang kalian lihat di
cermin? “ Guru menampilkan gambar tentang
pembentukan bayangan pada cermin(datar, cekung, dan
cembung).
Setelah siswa memperhatikan fenomena tersebut,
kemudian guru mengajukan pertanyaan: Mengapa
bayangan pada cermin dapat terbentuk? Mengapa
bayangan pada cermin datar sisinya terbalik? Guru
mengarahkan jawaban peserta didik.
 Guru menyampaiakan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai pada peserta didik.
 Guru menyampaikan manfaat pembelajaran.
 Guru membagi siswa dalam kelompok (5-6 peserta
didik/kelompok)
 Guru menyampaikan informasi tentang kegiatan yang
akan dilakukan peserta didik dalam kelompok yaitu
mengamati mengamati pemantulan pada cermin datar,
cekung, dan cembung dan menghasilkan laporan
pengamatan dengan percobaan menggunakan simulasi
PhET.
 Guru membimbing kelompok dalam melakukan
pengamatan tersebut.
KEGIATAN INTI Guru menyajikan konflik konseptual kepada peserta didik 90 menit

 Menampikan gambar-gambar sumber cahaya dan


bukan sumber cahaya. Peserta didik diminta
memilih gambar yang merupakan sumber cahaya.
42

Guru memberikan pertanyaan “Batu itu bukan sumber


cahaya tetapi batu bisa kita lihat, mengapa demikian?”,
lalu peserta didik berdiskusi untuk memecahkan
masalah tersebut dan diminta menuliskan gagasan-
gagasannya di papan tulis.
 Menyajikan dua pernyataan : a) sinar lampu akan
menyinari ruangan kamar saja tanpa memberikan cahaya
ke luar, b) sinar lampu penerang jalan akan menyinari
jalan selama tidak ada yang menghalangi sinar lampu
tersebut. Guru memberikan pertanyaan, “pernyataan
mana yang benar? Coba jelaskan!”, lalu peserta didik
berdiskusi untuk memecahkan masalah tersebut dan
diminta menuliskan gagasan-gagasannya di papan tulis.
 Apabila kaca dikenai cahaya akan terjadi pemantulan,
begitu pula apabila tanah dikenai sinar maka akan terjadi
pemantulan. Pemantulan yang terjadi antara kaca dan
tanah apakah sama atau berbeda?, lalu peserta didik
berdiskusi untuk memecahkan masalah tersebut dan
diminta menuliskan gagasan-gagasannya di papan tulis.
 Apabila cermin datar dikenai cahaya akan terjadi
pemantulan, begitu pula apabila cermin lengkung
dikenai cahaya maka akan terjadi pemantulan.
Pemantulan yang terjadi antara cermin datar dan cermin
lengkung apakah sama atau berbeda?
Mencari data untuk memecahkan masalah
 Membimbing kelompok merumuskan pertanyaan
(questioning) tentang bagaimana pemantulan cahaya
pada cermin (datar,cembung, dan cekung)
 Meminta peserta didik mengamati sinar pantul pada
cermin cekung dan cermin cembung, melalui kerja
43

kelompok dengan kesungguhan dan penuh tanggung


jawab untuk memperoleh informasi tentang pemantulan
cahaya pada cermin.
Menetapkan jawaban sementara dari masalah yang diberikan
 Guru meminta salah satu peserta didik membacakan
gagasannya yang telah di diskusikan dengan kelompok.
Guru belum membahas jawaban yang benar atas
gagasan-gagasan tersebut.
Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut
 Guru membagikan LKPD 1 kepada tiap kelompok
 Guru membimbing kelompok melakukan percobaan
menggunakan simulasi PhET mengenai pemantulan
cahaya pada cermin dengan LKPD yang telah di
sediakan.
 Peserta didik mengajukan pertanyaan terkait dengan
percobaan dengan simulasi PhET yang telah dilakukan
dan hasil diskusi dengan kelompok untuk menentukan
pemantulan pada cermin datar dan cermin lengkung.
 Peserta didik menganalisis hasil pengamatannya
mengenai perbedaan pemantulan cahaya pada cermin
datar dan lengkung.
 Peserta didik membandingkan hasil diskusi
kelompoknya dengan kelompok lain, dan dipersilahkan
memberikan saran dan pendapatnya.
Menarik kesimpulan
 Peserta didik melakukan diskusi kelas untuk
menyimpulkan hasil diskusi kelompok tentang
pembentukan bayangan pada cermin.
PENUTUP  Guru membimbing peserta didik untuk menyimpulkan 15 menit

materi pembentukan bayangan pada cermin yang telah


44

dipelajari.
 Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang
telah aktif dalam pembelajaran hari ini.
 Guru menutup pembelajaran dan menugaskan peserta
didik mempelajari materi yang akan dipelajari
berikutnya, yaitu tentang pembiasan cahaya

Pertemuan II (3JP)
ALOKASI
KEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN
WAKTU
 Guru memberi salam dan membuka pelajaran dengan 15 menit
PENDAHULUAN
berdoa bersama dipimpin salah seorang peserta didik.
 Guru memeriksa kehadiran peserta didik dan mengenal
karakteristik peserta didik.
 Guru melakukan apersepsi mengajak peserta didik
untuk berfikir mengenai fenomena yang timbul karena
proses pembiasan untuk melihat kemampuan awal
peserta didik. Guru menampilkan fenomena :
a) Terbentuknya pelangi.
b) Jalan beraspal apabila dilihat pada jarak ± 200 meter
pada saat siang hari terlihat seperti ada genangan air.
d) Kolam yang terlihat lebih dangkal daripada kondisi
normal.
Setelah siswa memperhatikan fenomena tersebut,
kemudian guru mengajukan pertanyaan: Mengapa
fenomena tersebut dapat terjadi? Guru mengarahkan
jawaban peserta didik terhadap sifat-sifat cahaya.
 Guru menyampaiakan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai dan memperkenalkan simulasi PhET pada
peserta didik.
45

 Guru menyampaikan manfaat mempelajari materi


pembiasan cahaya.
 Guru membagi siswa dalam kelompok (5-6 peserta
didik/kelompok)
 Guru menyampaikan informasi tentang kegiatan yang
akan dilakukan peserta didik dalam kelompok yaitu
mengamati arah rambatan cahaya, mengamati
bagaimana cahaya dapat dibiaskan, dan menghasilkan
laporan pengamatan dengan menggunakan simulasi
PhET.
 Guru membimbing kelompok dalam melakukan
pengamatan tersebut.
KEGIATAN INTI Guru menyajikan konflik konseptual kepada peserta didik 90 menit

 Apabila lensa dikenai cahaya akan terjadi pembiasan,


begitu pula apabila prisma dikenai cahaya maka akan
terjadi pembiasan. Pembiasan yang terjadi antara bidang
datar, lensa lengkung, dan prisma apakah sama atau
berbeda?
Mencari data untuk memecahkan masalah
 Membimbing kelompok merumuskan pertanyaan
(questioning) tentang bagaimana proses terjadinya
pembiasan cahaya.
 Guru meminta peserta didik mengamati sendok yang
bengkok saat dimasukkan dalam air, kemudian
melakukan percobaan tentang proses terjadinya
pembiasan pada sendok, melalui kerja kelompok dengan
kesungguhan dan penuh tanggung jawab untuk
memperoleh informasi tentang sifat pembiasan cahaya.
Menetapkan jawaban sementara dari masalah yang diberikan
 Guru meminta salah satu peserta didik membacakan
46

gagasannya yang telah di diskusikan dengan kelompok.


Guru belum membahas jawaban yang benar atas
gagasan-gagasan tersebut.
Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut
 Guru membagikan LKPD 2 kepada tiap kelompok
 Guru membimbing kelompok melakukan percobaan
menggunakan simulasi PhET mengenai pembiasan
cahaya dengan LKPD yang telah di sediakan.
 Peserta didik mengajukan pertanyaan terkait dengan
percobaan dengan simulasi PhET yang telah dilakukan
dan hasil diskusi dengan kelompok untuk menentukan
pembiasan cahaya pada bidang datar, lensa, dan prisma.
 Peserta didik menganalisis hasil pengamatannya
mengenai perbedaan pembiasan cahaya pada bidang
datar, lensa, dan prisma .
 Peserta didik membandingkan hasil diskusi
kelompoknya dengan kelompok lain, dan dipersilakan
memberikan saran dan pendapatnya.
Menarik kesimpulan
 Peserta didik melakukan diskusi kelas untuk
menyimpulkan hasil diskusi kelompok tentang
pembiasan cahaya pada bidang datar, lensa, dan prisma.
PENUTUP  Guru membimbing peserta didik untuk menyimpulkan 15 menit

materi pembiasan cahaya yang telah dipelajari.


 Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang
aktif pada pertemuan hari ini.
 Guru menutup pembelajaran dan menugaskan peserta
didik mempelajari materi yang akan dipelajari
berikutnya, yaitu tentang pembentukan bayangan pada
mata manusia.
47

Pertemuan III (3JP)


ALOKASI
KEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN
WAKTU
 Guru memberi salam dan membuka pelajaran dengan 15 menit
PENDAHULUAN
berdoa bersama dipimpin salah seorang peserta didik.
 Guru memeriksa kehadiran peserta didik dan mengenal
karakteristik peserta didik.
 Guru memotivasi siswa dengan melakukan apersepsi.
“Coba perhatikan lingkungan di sekitar kalian saat
siang hari!. Kalian dapat melihat hijaunya daun, birunya
langit, putihnya awan, melihat meja, buku, indahnya
lukisan dan lain sebagainya. Apakah sempat terpikirkan
oleh kalian bagaimana kita dapat melihat semua itu?”
Guru mengarahkan jawaban peserta didik.
 Guru menyampaiakan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai pada peserta didik.
 Guru menyampaikan manfaat mempelajari
pembentukan bayangan pada manusia.
 Guru membagi siswa dalam kelompok (5-6 peserta
didik/kelompok)
 Guru menyampaikan informasi tentang kegiatan yang
akan dilakukan peserta didik dalam kelompok yaitu
mengamati pembentukan bayangan pada mata manusia
dengan menggunakan lensa cembung dan menghasilkan
laporan pengamatan dengan percobaan menggunakan
simulasi PhET.
 Guru membimbing kelompok dalam melakukan
pengamatan tersebut.
KEGIATAN INTI Guru menyajikan konflik konseptual kepada peserta didik 90 menit

 Pada saat siang hari kita dapat melihat benda disekitar


48

kita dengan jelas, sedangkan saat kita mulai menutup


mata maka tidak ada yang akan bias kita lihat kecuali
hanyalah sebuah kegelapan. Bagaimana hal itu bisa
terjadi? Mengapa mata bisa dikatakan sebagai alat optic?
Mencari data untuk memecahkan masalah
 Membimbing kelompok merumuskan pertanyaan
(questioning) tentang mengapa lensa cembung bisa di
analogikan sebagai mata dalam percobaan yang akan
dilakukan ini?
 Meminta peserta didik mengamati lensa cembung dan
memahami proses jalannya sinar pada lensa cembung,
melalui kerja kelompok dengan kesungguhan dan penuh
tanggung jawab untuk memperoleh informasi tentang
proses jalannya sinar pada lensa cembung.
Menetapkan jawaban sementara dari masalah yang diberikan
 Peserta didik berdiskusi dengan teman kelompoknya
 Guru meminta salah satu peserta didik membacakan
gagasannya yang telah di diskusikan dengan kelompok.
Guru belum membahas jawaban yang benar atas
gagasan-gagasan tersebut.
Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut
 Guru membagikan LKPD 3 kepada tiap kelompok
 Guru membimbing kelompok melakukan percobaan
menggunakan simulasi PhET mengenai pembentukan
cahaya pada cermin dengan LKPD yang telah di
sediakan.
 Peserta didik mengajukan pertanyaan terkait dengan
percobaan dengan simulasi PhET yang telah dilakukan
dan hasil diskusi dengan kelompok untuk menentukan
proses pembentukan bayangan pada mata.
49

 Peserta didik menganalisis hasil pengamatannya


mengenai proses pembentukan bayangan pada mata.
 Peserta didik membandingkan hasil diskusi
kelompoknya dengan kelompok lain, dan dipersilakan
memberikan saran dan pendapatnya.
Menarik kesimpulan
 Peserta didik melakukan diskusi kelas untuk
menyimpulkan hasil diskusi kelompok tentang
pembentukan bayangan pada mata.
PENUTUP  Guru membimbing peserta didik untuk menyimpulkan 15 menit

materi pembentukan bayangan pada mata yang telah


dipelajari.
 Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang
paling aktif pada hari ini.
 Guru menugaskan peserta didik mempelajari materi yang
telah dipelajari sebelumnya dan hari ini karena
dipertemuan selanjutnya akan diadakan posttest.
 Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

G. Penilaian
a. Teknik Penilaian:
Aspek Teknik Penilaian Bentuk Instrumen
Kognitif Tes Tertulis Tes Objektif

b. Instrumen Penilaian(terlampir)
Sungai Guntung, Januari 2022
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran IPA

………………… …………..……………………….
50

Lampiran 3

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

KELAS KONTROL

Nama Sekolah : SMP NEGERI 1 KATEMAN


Mata Pelajaran : IPA
Kelas/Semester : VIII / Genap
Materi Pelajaran : Cahaya
Alokasi Waktu : 9 x 40 menit
H. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,
peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam
jangkauan pergaulan dan keberadaannya
KI 3 : Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan
prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
KI 4 : Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang)
sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama
dalam sudut pandang/teori.
A. Kompetensi Dasar Dan Indikator
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
3.12 Menganalisis sifat-sifat 3.12.1 Menjelaskan sumber cahaya.
cahaya, pembentukan 3.12.2 Memberikan contoh sumber cahaya.
bayangan, serta aplikasinya
3.12.3 Menginterpretasikan cahaya merambat
untuk menjelaskan lurus.
penglihatan manusia.
3.12. 4 Mengklasifikasikan benda yang dapat
51

ditembus cahaya

3.12. 5 Menyimpulkan cahaya menembus


benda bening.

3.12.6 Mengklasifikasikan cahaya dapat


dipantulkan.

3.12.7 Membedakan pemantulan teratur dan


pemantulan baur.

3.12. 8 Menjelaskan cahaya dapat dibiaskan.


3.12.9 Mengidentifikasi jalannya sinar pada
cermin datar dan cermin lengkung
3.12.10 Memberikan contoh cahaya dapat
dibiaskan.
3.12.11 Mengidentifikasi jalannya sinar pada
lensa dan prisma
3.12.12 Mengidentifikasi proses pembentukan
bayangan pada mata manusia.
4.12 Membuat laporan hasil 4.12.1 Melampirkan data hasil penyelidikan
penyelidikan tentang proses pemantulan cahaya, pembiasan
pemantulan cahaya, cahaya, dan pembentukan bayangan
pembiasan cahaya, dan pada mata manusia.
pembentukan bayangan 4.12.2 Membandingkan hasil penyelidikan
pada mata manusia. proses pemantulan cahaya, pembiasan
cahaya, dan pembentukan bayangan
pada mata manusia.
4.12.3 Menyusun laporan hasil penyelidikan
proses proses pemantulan cahaya,
pembiasan cahaya, dan pembentukan
bayangan pada mata manusia.
52

B. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik secara teliti mampu mengidentifikasi sifat-sifat cahaya.
2. Peserta didik secara teliti mampu mengidentifikasi proses pemantulan cahaya
pada bidang datar dan lengkung.
3. Peserta didik secara teliti mampu mengidentifikasi proses pembiasan cahaya
pada bidang datar, lensa dan prisma.
4. Peserta didik secara teliti mampu mengidentifikasi proses pembentukan
bayangan pada mata manusia.
5. Perserta didik secara jujur dan bertanggung jawab mampu menyajikan hasil
percobaan didepan kelas.

C. Model Dan Metode Pembelajaran


Metode : Ceramah dan diskusi

D. Media, Alat Dan Sumber Pembelajaran


1. Media : Power Point, Laptop dan proyektor
2. Sumber Belajar : Buku IPA kelas VIII dan buku yang relevan, dan Internet.

E. Langkah Kegiatan
Pertemuan I (3JP)
ALOKASI
KEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN
WAKTU
 Guru memberi salam dan membuka pelajaran dengan 15 menit
PENDAHULUAN
berdoa bersama dipimpin salah seorang peserta didik.
 Guru memeriksa kehadiran peserta didik dan mengenal
karakteristik peserta didik.
 Guru memotivasi siswa dengan melakukan apersepsi.
“Pada siang hari kita dapat melihat benda-benda di
sekitar kita dengan jelas karena adanya cahaya
matahari. Pada malam haripun kita masih dapat melihat
benda padahal tidak ada cahaya matahari. Mengapa
53

demikian? Apa syarat agar benda dapat dilihat oleh


mata?” kemudian, “Ketika kamu berangkat ke sekolah,
setelah mandi pasti kamu akan mencari benda apa untuk
melihat penampilanmu? Apa yang kalian lihat di
cermin? “Guru menampilkan gambar tentang
pembentukan bayangan pada cermin (datar, cekung, dan
cembung).
Setelah siswa memperhatikan fenomena tersebut,
kemudian guru mengajukan pertanyaan: Mengapa
bayangan pada cermin dapat terbentuk? Mengapa
bayangan pada cermin datar sisinya terbalik? Guru
mengarahkan jawaban peserta didik.
 Guru menyampaiakan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai pada peserta didik.
 Guru menyampaikan manfaat pembelajaran.
 Guru membagi siswa dalam kelompok (5-6 peserta
didik/kelompok)
 Guru membimbing kelompok dalam melakukan
diskusi.
KEGIATAN INTI Mengamati 90 menit

 Meminta peserta didik mengamati gambar cahaya dapat


menembus benda bening, gambar pemantulan teratur dan
baur, sehingga melalui kerja kelompok dengan
kesungguhan dan penuh tanggung jawab untuk
memperoleh informasi mengapa peristiwa itu bisa
terjadi.
 Meminta peserta didik mengamati sinar pantul pada
cermin cekung dan cermin cembung melalui diskusi
dengan kesungguhan dan penuh tanggung jawab untuk
memperoleh informasi tentang pemantulan cahaya pada
54

cermin.
Menanya
 Membimbing kelompok merumuskan pertanyaan
(questioning) tentang bagaimana pemantulan cahaya pada
cermin (datar,cembung, dan cekung)
Eksplore
 Guru memberi penjelasan mengenai materi cahaya dapat
menembus benda bening, pemantulan teratur dan baur,
pemantulan cahaya pada cermin.
Elaborasi
 Guru meminta perwakilan kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusinya ke depan kelas satu
per satu.
Konfirmasi
 Guru memberi umpan balik terhadap materi yang
diajarkan.
 Guru meminta siswa bertanya mengenai hal-hal yang
belum dipahami siswa.
 Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan
keasalahan pemahaman, memberikan penguatan.
PENUTUP  Guru membimbing peserta didik untuk menyimpulkan 15 menit

materi yang telah dipelajari.


 Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang
aktif pada pertemuan hari ini.
 Guru menutup pembelajaran dan menugaskan peserta
didik mempelajari materi yang akan dipelajari
berikutnya, yaitu tentang pembiasan cahaya
55

Pertemuan II (3JP)
ALOKASI
KEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN
WAKTU
 Guru memberi salam dan membuka pelajaran dengan 15 menit
PENDAHULUAN
berdoa bersama dipimpin salah seorang peserta didik.
 Guru memeriksa kehadiran peserta didik dan mengenal
karakteristik peserta didik.
 Guru melakukan apersepsi mengajak peserta didik
untuk berfikir mengenai fenomena yang timbul karena
proses pembiasan untuk melihat kemampuan awal
peserta didik. Guru menampilkan fenomena :
a) Terbentuknya pelangi.
b) Jalan beraspal apabila dilihat pada jarak ± 200 meter
pada saat siang hari terlihat seperti ada genangan air.
d) Kolam yang terlihat lebih dangkal daripada kondisi
normal.
Setelah siswa memperhatikan fenomena tersebut,
kemudian guru mengajukan pertanyaan: Mengapa
fenomena tersebut dapat terjadi? Guru mengarahkan
jawaban peserta didik terhadap sifat-sifat cahaya.
 Guru menyampaiakan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai
 Guru menyampaikan manfaat mempelajari materi sifat
pembiasan cahaya.
 Guru membagi siswa dalam kelompok (5-6 peserta
didik/kelompok)
 Guru membimbing kelompok dalam melakukan diskusi
KEGIATAN INTI Mengamati 90 menit

 Guru meminta peserta didik mengamati sendok yang


bengkok saat dimasukkan dalam air, kemudian
56

melakukan percobaan tentang proses terjadinya


pembiasan pada sendok, melalui kerja kelompok dengan
kesungguhan dan penuh tanggung jawab untuk
memperoleh informasi tentang sifat pembiasan cahaya
Menanya
 Membimbing kelompok merumuskan pertanyaan
(questioning) tentang bagaimana arah rambatan cahaya
dan bagaimana cahaya dapat dibiaskan atau seolah-olah
dibiaskan
Eksplore
 Guru memberi penjelasan mengenai materi pembiasan
cahaya pada bidang datar, lensa, dan prisma.
Elaborasi
 Guru meminta perwakilan kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusinya ke depan kelas satu
per satu.
Konfirmasi
 Guru memberi umpan balik terhadap materi pembiasan
cahaya.
 Guru meminta siswa bertanya mengenai hal-hal yang
belum dipahami siswa.
 Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan
keasalahan pemahaman, memberikan penguatan.
PENUTUP  Guru membimbing peserta didik untuk menyimpulkan 15 menit

materi pembiasan cahaya yang telah dipelajari.


 Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang
aktif pada pembelajaran hari ini.
 Guru menutup pembelajaran dan menugaskan peserta
didik mempelajari materi yang akan dipelajari
berikutnya, yaitu tentang pembentukan bayangan pada
57

mata manusia.

Pertemuan III (3JP)


ALOKASI
KEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN
WAKTU
 Guru memberi salam dan membuka pelajaran dengan 15 menit
PENDAHULUAN
berdoa bersama dipimpin salah seorang peserta didik.
 Guru memeriksa kehadiran peserta didik dan mengenal
karakteristik peserta didik.
 Guru memotivasi siswa dengan melakukan apersepsi.
“Coba perhatikan lingkungan di sekitar kalian saat
siang hari!. Kalian dapat melihat hijaunya daun, birunya
langit, putihnya awan, melihat meja, buku, indahnya
lukisan dan lain sebagainya. Apakah sempat terpikirkan
oleh kalian bagaimana kita dapat melihat semua itu?”
Guru mengarahkan jawaban peserta didik.
 Guru menyampaiakan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai pada peserta didik.
 Guru menyampaikan manfaat mempelajari
pembentukan bayangan pada manusia.
 Guru membagi siswa dalam kelompok (5-6 peserta
didik/kelompok)
 Guru membimbing kelompok dalam melakukan
diskusi.
KEGIATAN INTI Mengamati 90 menit

 Meminta peserta didik mengamati lensa cembung dan


memahami proses jalannya sinar pada lensa cembung,
melalui kerja kelompok dengan kesungguhan dan penuh
tanggung jawab untuk memperoleh informasi tentang
proses jalannya sinar pada lensa cembung.
58

Menanya
 Membimbing kelompok merumuskan pertanyaan
(questioning) tentang mengapa kita bias melihat?
Bagaimana proses pembentukan bayangan pada mata?
Eksplore
 Guru memberi penjelasan mengenai materi pembentukan
bayangan pada mata.
Elaborasi
 Guru meminta perwakilan kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusinya ke depan kelas satu
per satu.
Konfirmasi
 Guru memberi umpan balik terhadap materi
pembentukan bayangan pada mata.
 Guru meminta siswa bertanya mengenai hal-hal yang
belum dipahami siswa.
 Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan
keasalahan pemahaman, memberikan penguatan.
PENUTUP  Guru membimbing peserta didik untuk menyimpulkan 15 menit

materi pembentukan bayangan pada mata yang telah


dipelajari.
 Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang
paling aktif pada hari ini.
 Guru menugaskan peserta didik mempelajari materi yang
telah dipelajari sebelumnya dan hari ini karena
dipertemuan selanjutnya akan diadakan posttest.
 Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
59

F. Penilaian
a. Teknik Penilaian:
Aspek Teknik Penilaian Bentuk Instrumen
Kognitif Tes Tertulis Tes Objektif

b. Instrumen Penilaian(terlampir)

Pekanbaru, Januari 2022


Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran IPA

………………… …………..……………………….
60

Lampiran 4 : LKPD

Nama :
Kelas : PEMANTULAN
Kelompok : CAHAYA/01
Tanggal :

Pengantar

Ketika kamu berangkat ke sekolah, setelah mandi pasti kamu akan mencari cermin untuk melihat
penampilanmu? Mengapa untuk melihat diri kita, kita bisa menggunakan cermin datar? Kemudian
jenis cermin apa yang digunakan pada kaca spion dan senter? Untuk mengetahuinya mari kita
lakukan percobaan berikut!

Tujuan Kegiatan

1. Mengetahui hubungan antara besarnya sudut datang dengansudut pantul


2. Mengetahui sifat pemantulan cahaya pada cermin lengkung (cekung dan cembumg)

Alat dan Bahan

1. Aplikasi Phet Interactive Simulation


2. Alat tulis
61

Aktivitas 1 : Menyelidiki sifat pemantulan cahaya pada cermin datar

Prosedur

1. Aktifkan perangkat lunak PhET dikomputer mu.

2. Pilih Play with Simulation

3. Klik Physics

4. Lalu, pilih Light & Radiation

5. Klik Bending Light

6. Pilih “Intro” seperti pada gambar dibawah:

7. Klik More Tools, sehingga nampak tampilan seperti gambar berikut:

8. Pada bagian kanan atas jika bagian Ray belum aktif maka diaktifkan dengan cara
klik pada bulatan di sebelah Ray, dan pada bagian kanan bawah jika bagian Normal
dan Angles belum ada tanda (v) maka diklik pada bagian Normal dan Angles,
sehingga nampak tampilan seperti berikut:
62

9. Pada bagian Material atas dipilih Air (udara) dan pada bagian Material bawah
dipilih Glass (kaca) sehingga nampak tampilan seperti gambar berikut:

10. Jalankan animasinya dengan cara klik pada bagian sumber cahaya
yang berwarna merah , sehingga nampak tampilan seperti gambar
berikut. Catat besarnya sudut datang dan sudut pantul pada tabel

Klik di sini

11. Ulangi 4 kali langkah di atas dengan cara menggeser sumber


cahaya sehingga sudut datangnya berbeda-beda yaitu 10o, 30o,
45o, 60o, 90o. (lihat gambar berikut!)
63

Tabel Hasil Pengamatan

No Sudut datang Sudut pantul


o
1 10
2 30o
3 45o
4 60o
5 90o

1. Jika sudut datang berubah, apakah sudut pantulnya juga berubah?

2. Bagaimanakah besar sudut pantul dibandingkan dengan sudut datang?

3. Bagaimanakah bunyi hukum pemantulan?

Kesimpulan

Berdasarkan eksperimen yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa


64

Aktivitas 2 : Menyelidiki sifat pemantulan cahaya pada cermin lengkung

Prosedur Percobaan

1.Ulangi langkah no 1 s.d 5 pada aktivitas 1. Maka akan muncul tampilan


berikut:

2.Pilih “Prisma/lensa”, sehingga muncul tampilan berikut :

3.Pilih objek yang berbentuk cekung letakkan lurus di depan laser,


tekan tombol berwarna merah pada laser untuk mengaktifkan laser.
4.Klik menu “Reflections” dan amati sinar yang terpantul dari cermin
cekung dan tandai sebagai sinar pantul.

5.Ulangi langkah diatas dengan mengganti objek menjadi cermin


cembung.
65

Diskusi

1) Berdasarkan eksperimen yang telah dilakukan, apakah yang terjadi pada berkas
sinar setelah mengenai cermin cembung? Jelaskan!

2) Bagaimana berkas sinar setelah mengenai cermin cembung? Jelaskan!

Kesimpulan

Berdasarkan eksperimen yang telah dilakukan, maka dapat ditarik


kesimpulan bahwa
66

Nama : PEMBIASAN
Kelas Lampiran
: 5
CAHAYA/02
Kelompok :
Tanggal :

Pengantar

Pernahkah kamu mencelupkan sebagian pensil kedalam gelas yang berisi air?
Bukankah pensil tersebut akan terlihat seperti bengkok atau patah?

Pensil yang tampak bengkok atau patah itu merupakan efek dari pembiasan cahaya.
Sebenarnya pensil tersebut tidak benar-benar bengkok/patah. Untuk mengetahui
mengapa hal itu bisa terjadi, mari kita lakukan percobaan berikut!

Tujuan Kegiatan

1. Menyelidiki sifat pembiasan cahaya pada bidang datar


2. Menyelidiki pembiasan cahaya pada lensa
3. Menyelidiki pembiasan cahaya pada prisma

Alat dan Bahan

1. Aplikasi Phet Interactive Simulation


2. Alat tulis
67

Prosedur

Aktivitas I : Menyelidiki sifat pembiasan cahaya pada bidang datar.

1. Bukalah aplikasi Phet Interactive Simulation pada komputer.


2. Klik menu “Play With Simulations”, kemudian pilih sub menu “Physics” >
“Light and Radiation”.
3. Lalu pilihlah simulasi “BendingLight”.
4. Klik tombol “Play” pada tampilan simulasi bending light, untuk memulai
menjalankan program.
5. Pilih “Intro”, sehingga muncul tampilan berikut :

6. Ubah “Material 1” menjadi “Air” (udara) dan “Material 2” menjadi “Water”


(air), kemudian nyalakan laser.
7. Gunakan busur untuk mengukur sudut sinar datang dan sudut sinar bias yang
terbentuk
8. Ubah “Material 1” menjadi “Water” (air) dan “Material 2” menjadi “Air”
(udara), kemudian nyalakanlaser.
9. Gunakan busur untuk mengukur sudut sinar datang dan sudut sinar bias yang
terbentuk
10. Catat hasilnya pada tabel 1
69

Tabel Hasil Pengamatan


Tabel 1

NO Renggang ke Rapat Rapat ke Renggang


Sudut datang Sudut bias Sudut datang Sudut bias
1
2
3
4

Diskusi
1. Dari eksperimen yang telah dilakukan, bagaimana jalannya sinar yang datang
dari medium kurang rapat ke medium yang rapat?

2. Bagaimana jalannya sinar yang datang dari medium rapat ke medium yang
kurang rapat?

Aktivitas II : Menyelidiki pembiasan cahaya pada lensa

1. Ulangi langkah no 1 s.d 4 pada aktivitas 1.

2. Pilih “Prisma/lensa”, sehingga muncul tampilan berikut :

3. Pilih objek yang berbentuk cekung letakkan lurus di depan laser,


tekan tombol berwarna merah pada laser untuk mengaktifkan laser
4. Amati sinar yang keluar dari lensa cekung dan tandai sebagai sinar
bias
5. Ulangi langkah diatas dengan mengganti objek menjadi lensa cembung
70

Aktivitas III : Menyelidiki pembiasan cahaya pada prisma

1. Ulangi langkah no 1 s.d 2 pada aktivitas II.


2. Pilih objek yang berbentuk segitiga/prisma, letakkan tegak lurus didepan
laser, tekan tombol merah pada laser untuk mengaktifkan laser
3. Gunakan busur dan aktifkan garis normal untuk mengukur sudut sinar datang
dan sudut sinar bias yang terbentuk dengan cara mengklik pilihan yang
dilingkari merah seperti tampilan berikut:

4. Ukur sudut i1, r1, i2, r2 dan D, masukkan dalam table pengamatan

Tabulasi Data dan Hasil Pengamatan

β = i2+r1 (sudut pembias)

D = (i1+r2)- β (sudut deviasi)

No i1 r1 i2 r2 β D
1
2
3
4
5
71

Diskusi

1. Dari eksperimen yang telah dilakukan, bagaimana pembiasan cahaya pada prisma?

Kesimpulan

Dari eksperimen yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa


72

Nama :
Kelas :
Kelompok :
Tanggal : PEMBENTUKAN
BAYANGAN PADA MATA
MANUSIA/03

Fenomena

Mata merupakan sarana utama untuk mengumpulkan informasi dari sekitar kita karena
sekitar 75% informasi yang kita terima merupakan informasi visual. Coba perhatikan
lingkungan di sekitar kalian saat siang hari!. Kalian dapat melihat hijaunya daun, birunya
langit, putihnya awan, melihat meja, buku, indahnya lukisan dan lain sebagainya. Apakah
sempat terpikirkan oleh kalian bagaimana kita dapat melihat semua itu? Mari kita selidiki!

Tujuan

1. Peserta didik mampu menentukan bagian-bagian mata dan fungsinya melalui


praktikum dengan tepat.

2. Peserta didik mampu mengaitkan fungsi bagian-bagian mata dengan proses


pembentukan bayangan pada mata manusia melalui praktikum dengan tepat.

3. Peserta didik mampu menggambarkan pembentukan bayangan pada mata manusia


melalui praktikum dengan benar.

Alat dan Bahan

1. Aplikasi Phet Interactive Simulation


2. Alat tulis
73

Prosedur

1. Kunjungi https://phet.colorado.edu/in/simulations/geometric-optics Maka akan


timbul gambar seperti berikut:

2. Klik pada bagian yang ditunjuk anak panah, sehingga nampak tampilan seperti
gambar berikut:

3. Klik pada bagian yang ditunjuk anak panah, sehingga nampak tampilan seperti
gambar berikut:
74

4. Klik/ceklis pilihan menu “Layar” seperti berikut, untuk mengukur jarak kalian bisa
klik/ceklis menu “Garisan”:

5. Geser-geserlah layar yang berwarna hitam hingga menangkap bayangan secara tajam
dan jelas

6. Ukurlah jarak layar yang berwarna hitam dari lensa cembung sebagai jarak bayangan
(Si)!

7. Catat hasil yang diperoleh pada tabel yang telah disediakan!

8. Letakkan lensa cembung diantara lilin dan kertas HVS. Jarak sumber cahaya dengan
lensa cembung adalah 60 cm (So = 60 cm)!

9. Ulangi langkah-langkah kegiatan tersebut dengan mengubah jarak benda (So)

Tabel Hasil Pengamatan

Tulislah data hasil pengamatan kalian pada tabel yang telah disediakan di bawah ini!

No S0(cm) Si(cm) 1 1
𝑆𝑂 𝑆𝑖
1 60

2 80

3 100

4 120

5 140
75

Diskusi

1. Berdasarkan praktikum yang telah kalian lakukan analogikanlah benda-benda yang


1. Berdasarkan data yang
digunakan dalam diperoleh
praktikum di proses
dengan atas bagaimanakah pengaruh pada
pembentukan bayangan besarnya
mata! nilai
So (jarak benda) terhadap besarnya nilai Si (jarak bayangan) pada lensa cembung?

2. Gambarkanlah jalannya cahaya pada mata manusia sehingga manusia dapat melihat
suatu objek!

Kesimpulan
76

Lampiran 5
Kisi-kisi Soal Post-Test

Aspek Indikator
No. Indikator Soal Jawaban Kognitif Pemahaman
Konsep
Kita dapat melihat benda-benda di sekitar kita apabila terdapat …. C2 Menjelaskan
A. Sinar matahari (explaining)
Menjelaskan B. Bulan
1 C
sumber cahaya C. Sumber cahaya
D. Lampu
Alasan :
Suatu benda dikatakan sebagai sumber cahaya apabila C2 Menjelaskan
benda dapat …. (explaining)
A. Meneruskan cahaya ke mata
Menjelaskan
2 B. Memantulkan cahaya
sumber cahaya D
C. Dilihat oleh mata
D. Menghasilkan cahaya
Alasan :
Perhatikan gambar di bawah ini. C2 Meringkas
Menyimpulkan (summarizing)
gambar
pembentukan
3 bayangan benda
B
melalui cermin
datar
Gambar yang menunjukkan arah yang tepat untuk pemantulan
77

cahaya yaitu ....

Alasan :
Rudi dan Retno masing-masing membuat sebuah C2 Meringkas
(summarizing)
senter dengan menggunakan baterai dan lampu yang identik.
Mereka menambahkan karton pemantul di bagian depan seperti
ditunjukan oleh gambar.
Menyimpulkan
karakteristik
4 warna terhadap A
penyerapan
cahaya
Rudi menggunakan karton berwarna putih sedangkan Retno
menggunakan karton hitam. Ketika senter dinyalakan, maka
senter yang lebih terang untuk melihat benda sejauh 2 m adalah....
A. Senter Rudi
78

B. Senter Retno
C. Senter keduanya
D. Tidak keduanya
Alasan :
Sifat cahaya yang ditunjukkan pada gambar di bawah C2 Menafsirkan
adalah cahaya dapat…. (interpreting)

Menginterpretasik
5 an cahaya B
merambat lurus. A. Dipantulkan
B. Merambat Lurus
C. Menembus Benda Bening
D. Dibiaskan
Alasan :
Gambar di bawah ini yang menunjukkan sifat cahaya merambat C2 Menafsirkan
lurus adalah… (interpreting)

Menginterpretasik
6 an cahaya C
merambat lurus.

Alasan :
79

Perhatikan pernyataan di bawah ini! C2 Mengklasifikasik


I. Benda dapat meneruskan cahaya yang mengenainya. an (classifying)
II. Benda-benda di belakangnya terlihat jelas.
III. Jernih.
Mengklasifikasik
Pernyataan di atas menunjukkan ciri-ciri benda ….
7 an benda yang A
A. Bening
menembus cahaya
B. Gelap
C. Terang
D. Keruh
Alasan :
Perhatikan benda di bawah ini! C2 Mengklasifikasik
I. Air mineral III. Kertas putih an (classifying)
II. Air sirup putih IV. Kaca
Mengklasifikasik Yang termasuk benda yang dapat ditembus cahaya adalah ….
8 an benda yang A I dan II B
menembus cahaya B. I dan IV
C. II dan III
D. II dan IV
Alasan :
Andi menguras kolam ikan yang ada di samping rumah karena C2 Menarik inferensi
dia merasa air kolamnya sudah keruh. Setelah airnya dikuras dan (inferring)
diganti yang baru, Andi dapat melihat dasar kolam ikannya
Menyimpulkan
secara jelas. Peristiwa tersebut menunjukkan sifat cahaya yaitu
9 cahaya menembus D
dapat ….
benda bening
A. Dipantulkan
B. Dibiaskan
C. Merambat Lurus
80

D. Menembus Benda Bening


Alasan :
Ketika seseorang menyinari triplek menggunakan senter maka C2 Menarik inferensi
sinar senter tidak dapat meneruskan cahaya ke belakang triplek. (inferring)
Demikian juga ketika kardus coklat dikenai sinar senter maka
cahaya tidak mampu menembus cahaya ke belakang kardus.
Tetapi apabila plastik putih yang bening dikenai sinar senter
Menyimpulkan
maka cahaya dapat diteruskan sampai belakang plastik. Hal ini
10 cahaya menembus D
dapat disimpulkan bahwa….
benda bening.
A. Semua Benda Dapat Menembus Cahaya
B. Semua Benda Tidak Dapat Menembus Cahaya
C. Hanya Benda Gelap Yang Dapat Menembus Cahaya
D. Hanya Benda Bening Yang Dapat Menembus Cahaya
Alasan :
Perhatikan pernyataan di bawah ini! C2 Mengklasifikasik
I. Anak melihat bayangan wajahnya menggunakan sendok. an (classifying)
II. Anak sedang bercermin di depan kaca.
III. Pengendara motor dapat melihat motor yang berada di
Mengklasifikasik belakangnya menggunakan kaca spion.
11 an cahaya dapat Pernyataan di atas menunjukkan bahwa cahaya ….. B
dipantulkan A. Dapat Dibiaskan
B. Dapat Dipantulkan
C. Menembus Benda Bening
D. Merambat Lurus
Alasan :
Mengklasifikasik C2 Mengklasifikasik
12 an cahaya dapat Perhatikan gambar dibawah ini! A an (classifying)
dipantulkan
81

Yang menunjukkan sifat cahaya dapat dipantulkan terlihat


pada gambar …
A. A dan B
B. A dan C
C. B dan C
D. B dan D
Alasan :
Pemantulan baur terjadi pada kayu yang berlubang sedangkan C2 Membandingkan
pemantulan teratur adalah… (comparing)
Membedakan
A. Gundukan Pasir
pemantulan
13 B. Batubata C
teratur dan
C. Kaca
pemantulan baur
D. Tembok
Alasan :
Pernyataan di bawah ini yang paling benar adalah …. C2 Membandingkan
A. Pemantulan teratur terjadi jika cahaya mengenai benda kasar (comparing)
Membedakan B. Berkas cahaya dari pemantulan teratur adalah teratur dan ke
pemantulan segala arah
14 D
teratur dan C. Pemantulan baur terjadi jika cahaya mengenai benda datar
pemantulan baur D. Berkas cahaya dari pemantulan baur adalah tidak teratur dan
ke segala arah
Alasan :
Menjelaskan Pembiasan cahaya dapat terjadi apabila cahaya …. C2 Menjelaskan
15 B
cahaya dapat A. Merambat pada medium yang sama (explaining)
82

dibiaskan B. Merambat pada medium yang berbeda


C. Memantul pada medium yang sama
D. Memantul pada medium yang berbeda
Alasan :
Apabila cahaya datang dari udara ke air, maka cahaya akan .... C2 Menjelaskan
A. dibiaskan mendekati garis normal (explaining)
Menjelaskan
B. dibiaskan menjauhi garis normal
16 cahaya dapat A
C. dipantulkan kembali
dibiaskan
D. merambat lurus
Alasan :
Di bawah ini merupakan data hasil percobaan pemantulan cahaya C2 Meringkas
(summarizing)
pada cermin datar.

Menyimpulkan
sudut pantul
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa sudut pantul akan sama
dengan
17 mengetahui sudut
D
besar dengan sudut datang. Yang akan terjadi apabila sudut
datang pada
cermin datangnya 90o, cahaya akan ....

A. Dipantulkan 90o

B. Dipantulkan lebih kecil dari 90o

C. Dipantulkan lebih besar dari 90o


83

D. Dipantulkan 0o
Alasan:
Gambar berikut yang bukan termasuk contoh pembiasan cahaya C2 Mencontohkan
adalah …. (exemplifying)

A.

Memberikan
18 contoh cahaya B
dapat dibiaskan B.

C.

D.
Alasan :
19 Menyimpulkan Sinta membutuhkan alat untuk melihat benda-benda kecil B
84

benda yang agar tampak besar dan jelas. Alat itu biasanya digunakan oleh C2 Menarik inferensi
menggunakan tukang reparasi jam tangan. Alat yang dibutuhkan Sinta (inferring)
prinsip sifat adalah ….
cahaya A. Cermin
B. Lup
C. Prisma kaca
D. Kaca jendela
Alasan :
Periskop digunakan untuk melihat permukaan laut pada C2 Menarik inferensi
kapal selam. Cahaya dari atas permukaan laut ditangkap oleh (inferring)
suatu cermin, kemudian dipantulkan menuju mata pengamat
Menyimpulkan di dalam kapal selam. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
benda yang periskop memanfaatkan prinsip sifat cahaya yaitu cahaya
20 menggunakan dapat …. D
prinsip sifat A. Diuraikan
cahaya B. Dibiaskan
C. Menembus benda bening
D. Dipantulkan
Alasan :
Membedakan C2 Membandingkan
Dibawah ini merupakan gambar-gambar yang menunjukan
sifat cahaya pada (Comparing)
21 perambatan cahaya pada lensa. Gambar yang tepat ditunjukan A
lensa cembung
oleh nomor ....
dan cekung
85

A. (i) dan (iii)


B. (ii) dan (iv)
C. (i), (ii), dan (iii)
D. (iv)
Alasan :
Anom menghidupkan sebuah senter dengan lensa cembung Mencontohkan
maka sinar yang dihasilkan oleh senter adalah… C2 (exemplifying)
Memberikan
A. Cahaya senter menyebar
contoh sinar yang
22 B. Cahaya senter berpusat pada suatu titik
dihasilkan lensa B
C. Cahaya senter menjadi redup
cembung
D. Cahaya senter menjadi tidak terlihat
Alasan :
Semua lampu kendaraan menggunakan lensa cekung agar cahaya C2 Mencontohkan
Memberikan
yang dihasilkan… (exemplifying)
contoh sinar yang
23 A. Terarah
dihasilkan lensa B
B. Menyebar
cekung
C. Dapat diatur
86

D. Terang
Alasan:
Semua spion kendaraan menggunakan cermin cembung agar C2 Menarik Inferensi
bayangan yang dihasilkan… (inferring)
Menyimpulkan
A. Diperkecil, sehingga objek yang terpantul lebih banyak
bayangan yang
24 B. Diperbesar, sehingga objek yang terpantul lebih sedikit
dihasilkan cermin A
C. Diperkecil, sehingga objek yang terpantul lebih sedikit
cembung
D. Diperbesar, sehingga objek yang terpantul lebih banyak
Alasan :
Perhatikan pernyataan berikut: C2 Mengklasifikasik
1. Dasar kolam renang terlihat dangkal an (classifying)
2. Kita dapat melihat bayangan diri kita di cermin
3. Jalan beraspal terlihat basah pada siang hari terik
4. Bagian sedotan yang tercelup tampak bengkok
Mengklasifikasik 5. Saat berdiri didepan cermin cembung, tampak bayangan kita
25 an cahaya dapat lebih besar dari yang sebenarnya
dibiaskan Pembiasan cahaya ditunjukkan oleh …. C
A. 1, 2, 3
B. 1, 2, 4
C. 1, 3, 4
D. 2, 3, 5
Alasan :
Mengabstraksijan Mata merupakan indera pengelihatan manusia yang sangat peka C2 Meringkas
pentingnya terhadap rangsangan cahaya. Mata manusia dapat melihat benda (summarizing)
cahaya pada – benda yang ada disekitarnya. Bagian – bagian mata manusia
26
proses terdiri dari kornea, aqueous humor, lensa mata, iris, pupil, retina, B
penglihatan bintik kuning, dan saraf optik. Selain itu mata manusia termasuk
manusia ke dalam alat optik. Mata manusia termasuk alat optik karena
87

mata dapat…
A. Melihat
B. Menerima cahaya
C. Memantulkan cahaya
D. Membiaskan cahaya
Alasan:
Pada gambar dibawah ini, manakah yang menunjukkan sudut C2 Menafsirkan
(interpreting)
datang dan sudut pantul…

Menginterpretasik
an sudut datang
dan sudut pantul
27 B
pada peristiwa
pemantulan
cahaya
A. A dan B
B. B dan C
C. C dan D
D. A dan D
Alasan :
Menentukan sifat Perhatikan gambar di bawah ini. C2 Menafsirkan
cahaya yang tepat (interpreting)
terhadap peristiwa
28 B
yang terjadi
dalam kehidupan
seharihari Salah satu sifat cahaya yang ditunjukkan oleh gambar yaitu ....
88

A. Cahaya mengalami pembiasan


B. Cahaya merambat lurus
C. Cahaya mengalami pemantulan
D. Cahaya merupakan gelombang transversal
Alasan :
Ari mempunyai gelas prisma, tanpa sengaja ia meletakkannya di C1
bawah sinar matahari lalu ia melihat warna-warna terbentuk
setelah melewati prisma. Urutan warna yang terbentuk oleh
prisma yaitu ....

Menggambarkan
pembentukan
29 C
warna oleh
prisma

Alasan :
Memprediksi Tanpa sengaja, Sani meneteskan air di atas kertas yang berisi C3
bayangan yang tulisan. Sani melihat tulisan yang tertetesi air menjadi terlihat
30 terjadi lebih besar ukurannya, seperti ditunjukkan oleh gambar. C
menggunakan
lensa buatan
89

Apabila tetesan air tersebut dibuat lebih besar, maka ukuran


tulisan tersebut akan terlihat ....
A. Sama besar dengan tetesan pertama
B. Lebih besar dari tetesan pertama
C. Lebih kecil dari tetesan pertama
D. Sama besar dengan tulisan yang ada di kertas
Alasan :
Perhatikan gambar! C3

A
Memprediksi
peristiwa dari
salah satu sifat
31 B A
cahaya dapat
menembus benda
bening
Kedua ilustrasi gambar diatas menggunakan senter yang sama.
Gambar A senter diarahkan ke hadapan gelas kaca sedangkan
gambar B senter diarahkan ke depan batu. Mengapa pada gambar
90

A cahaya senter dapat melewati benda sedangkan Gambar B


tidak…
A. Karena gelas kaca adalah benda bening sedangkan batu tidak,
dimana salah satu sifat cahaya adalah dapat menembus benda
bening
B. Karena gelas kaca adalah benda bening sedangkan batu tidak,
dimana salah satu sifat cahaya adalah tidak dapat menembus
benda bening
C. Karena batu adalah benda bening sedangkan gelas kaca tidak,
dimana salah satu sifat cahaya adalah dapat menembus benda
bening
D. Karena batu adalah benda bening sedangkan gelas kaca tidak,
dimana salah satu sifat cahaya adalah tidak dapat menembus
benda bening
Alasan :
Mengabstraksikan Perhatikan gambar peristiwa pembiasan berikut! C4
33 gambar peristiwa B
pembiasan cahaya
91

Berdasarkan gambar diatas, zat yang memiliki indeks bias paling


kecil adalah…
A. Kaca kuarsa
B. Air
C. Alcohol
D. Semua sama kecil
Alasan :
Seorang arsitek akan membuat sketsa rumah bawah tanah. Ia C6
Mendesain rumah
bawah tanah lantas bingung bagaimana caranya agar cahaya dapat masuk ke
33 dengan D
dalam rumah. Sketsa yang tepat untuk mengatasi permasalahan
menggunakan
sifat pemantulan tersebut adalah ....
92

Alasan :
92
Lampiran 6. Soal posttest
POST-TEST
Sekolah : SMPN 1 Kateman
Mata Pelajaran : IPA
Materi : Cahaya
Kelas : VIII
Nama : ………………………………………………………………

Petunjuk : pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat lalu sertakan alasanmu!
1. Kita dapat melihat benda-benda di sekitar kita apabila terdapat ….
A. Sinar matahari
B. Bulan
C. Sumber cahaya
D. Lampu
Alasan :

2. Suatu benda dikatakan sebagai sumber cahaya apabila benda dapat ….


A. Meneruskan cahaya ke mata
B. Memantulkan cahaya
C. Dilihat oleh mata
D. Menghasilkan cahaya
Alasan :

3. Perhatikan gambar di bawah ini.

Gambar yang menunjukkan arah yang tepat untuk pemantulan cahaya yaitu ....

Alasan :

4. Rudi dan Retno masing-masing membuat sebuah senter dengan


menggunakan baterai dan lampu yang identik.Mereka menambahkan karton
pemantul di bagian depan seperti
ditunjukan oleh gambar.
93

Rudi menggunakan karton berwarna putih sedangkan Retno menggunakan karton


hitam. Ketika senter dinyalakan, maka senter yang lebih terang untuk melihat benda
sejauh 2 m adalah....
A. Senter Rudi
B. Senter Retno
C. Senter keduanya
D. Tidak keduanya
Alasan :

5. Sifat cahaya yang ditunjukkan pada gambar di bawah adalah cahaya dapat….

A. Dipantulkan
B. Merambat Lurus
C. Menembus Benda Bening
D. Dibiaskan
Alasan :

6. Gambar di bawah ini yang menunjukkan sifat cahaya merambat lurus adalah…

Alasan :

7. Perhatikan pernyataan di bawah ini!


I. Benda dapat meneruskan cahaya yang mengenainya.
II. Benda-benda di belakangnya terlihat jelas.
III. Jernih.
Pernyataan di atas menunjukkan ciri-ciri benda ….
A. Bening
B. Gelap
C. Terang
D. Keruh
Alasan :
94

8. Perhatikan benda di bawah ini!


I. Air mineral III. Kertas putih
II. Air sirup putih IV. Kaca
Yang termasuk benda yang dapat ditembus cahaya adalah ….
A. I dan II
B. I dan IV
C. II dan III
D. II dan IV
Alasan :

9. Andi menguras kolam ikan yang ada di samping rumah karena dia merasa air
kolamnya sudah keruh. Setelah airnya dikuras dan diganti yang baru, Andi dapat
melihat dasar kolam ikannya secara jelas. Peristiwa tersebut menunjukkan sifat
cahaya yaitu dapat ….
A. Dipantulkan
B. Dibiaskan
C. Merambat Lurus
D. Menembus Benda Bening
Alasan :

10. Ketika seseorang menyinari triplek menggunakan senter maka sinar senter tidak
dapat meneruskan cahaya ke belakang triplek. Demikian juga ketika kardus coklat
dikenai sinar senter maka cahaya tidak mampu menembus cahaya ke belakang
kardus. Tetapi apabila plastik putih yang bening dikenai sinar senter maka cahaya
dapat diteruskansampai belakang plastik. Hal ini dapat disimpulkan bahwa….
A. Semua benda dapat menembus cahaya
B. Semua benda tidak dapat menembus cahaya
C. Hanya benda gelap yang dapat menembus cahaya
D. Hanya benda bening yang dapat menembus cahaya
Alasan :

11. Perhatikan pernyataan di bawah ini!


I. Anak melihat bayangan wajahnya menggunakan sendok.
II. Anak sedang bercermin di depan kaca.
III. Pengendara motor dapat melihat motor yang berada di belakangnya
menggunakan kaca spion.
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa cahaya …..
A. Dapat Dibiaskan
B. Dapat Dipantulkan
C. Menembus Benda Bening
D. Merambat Lurus
Alasan :
95

12. Perhatikan gambar dibawah ini!

Yang menunjukkan sifat cahaya dapat dipantulkan terlihat pada gambar …


A. A dan B
B. A dan C
C. B dan C
D. B dan D
Alasan :

13. Pemantulan baur terjadi pada kayu yang berlubang sedangkan pemantulan teratur
adalah…
A. Gundukan Pasir
B. Batubata
C. Kaca
D. Tembok
Alasan :

14. Pernyataan di bawah ini yang paling benar adalah ….


A. Pemantulan teratur terjadi jika cahaya mengenai benda kasar
B. Berkas cahaya dari pemantulan teratur adalah teratur dan ke segala arah
C. Pemantulan baur terjadi jika cahaya mengenai benda datar
D. Berkas cahaya dari pemantulan baur adalah tidak teratur dan ke segala arah
Alasan :

15. Pembiasan cahaya dapat terjadi apabila cahaya ….


A. Merambat pada medium yang sama
B. Merambat pada medium yang berbeda
C. Memantul pada medium yang sama
D. Memantul pada medium yang berbeda
Alasan :

16. Apabila cahaya datang dari udara ke air, maka cahaya akan ....
A. dibiaskan mendekati garis normal
B. dibiaskan menjauhi garis normal
C. dipantulkan kembali
D. merambat lurus
Alasan :
96

17. Di bawah ini merupakan data hasil percobaan pemantulan cahaya pada cermin datar.

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa sudut pantul akan sama besar dengan sudut
datang. Yang akan terjadi apabila sudut datangnya 90o, cahaya akan ....
A. Dipantulkan 90o
B. Dipantulkan lebih kecil dari 90o
C. Dipantulkan lebih besar dari 90o
D. Dipantulkan 0o
Alasan:

18. Gambar berikut yang bukan termasuk contoh pembiasan cahaya adalah ….

A.

B.

C.

D.
Alasan :
97

19. Sinta membutuhkan alat untuk melihat benda-benda kecil agar tampak besar
dan jelas. Alat itu biasanya digunakan oleh tukang reparasi jam tangan. Alat
yang dibutuhkan Sinta adalah ….
A. Cermin
B. Lup
C. Prisma kaca
D. Kaca jendela
Alasan :

20. Periskop digunakan untuk melihat permukaan laut pada kapal selam. Cahaya
dari atas permukaan laut ditangkap oleh suatu cermin, kemudian dipantulkan
menuju mata pengamat di dalam kapal selam. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa periskop memanfaatkan prinsip sifat cahaya yaitu cahaya dapat ….
A. Diuraikan
B. Dibiaskan
C. Menembus benda bening
D. Dipantulkan
Alasan :

21. Dibawah ini merupakan gambar-gambar yang menunjukan perambatan cahaya


pada lensa. Gambar yang tepat ditunjukan oleh nomor ....

A. (i) dan (iii)


B. (ii) dan (iv)
C. (i), (ii), dan (iii)
D. (iv)
Alasan :

22. Anom menghidupkan sebuah senter dengan lensa cembung maka sinar yang
dihasilkan oleh senter adalah…
A. Cahaya senter menyebar
B. Cahaya senter berpusat pada suatu titik
C. Cahaya senter menjadi redup
D. Cahaya senter menjadi tidak terlihat
Alasan :
98

23. Semua lampu kendaraan menggunakan lensa cekung agar cahaya yang dihasilkan…
A. Terarah
B. Menyebar
C. Dapat diatur
D. Terang
Alasan:

24. Semua spion kendaraan menggunakan cermin cembung agar bayangan yang
dihasilkan…
A. Diperkecil, sehingga objek yang terpantul lebih banyak
B. Diperbesar, sehingga objek yang terpantul lebih sedikit
C. Diperkecil, sehingga objek yang terpantul lebih sedikit
D. Diperbesar, sehingga objek yang terpantul lebih banyak
Alasan :
25. Perhatikan pernyataan berikut:
1. Dasar kolam renang terlihat dangkal
2. Kita dapat melihat bayangan diri kita di cermin
3. Jalan beraspal terlihat basah pada siang hari terik
4. Bagian sedotan yang tercelup tampak bengkok
5. Saat berdiri didepan cermin cembung, tampak bayangan kita lebih besar dari
yang sebenarnya
Pembiasan cahaya ditunjukkan oleh ….
A. 1, 2, 3
B. 1, 2, 4
C. 1, 3, 4
D. 2, 3, 5
Alasan :

26. Mata merupakan indera pengelihatan manusia yang sangat peka terhadap
rangsangan cahaya. Mata manusia dapat melihat benda – benda yang ada
disekitarnya. Bagian – bagian mata manusia terdiri dari kornea, aqueous humor,
lensa mata, iris, pupil, retina, bintik kuning, dan saraf optik. Selain itu mata manusia
termasuk ke dalam alat optik. Mata manusia termasuk alat optik karena mata
dapat…
A. Melihat
B. Menerima cahaya
C. Memantulkan cahaya
D. Membiaskan cahaya
Alasan:
99

27. Pada gambar dibawah ini, manakah yang menunjukkan sudut datang dan sudut
pantul…

A. A dan B
B. B dan C
C. C dan D
D. A dan D
Alasan :

28. Perhatikan gambar di bawah ini.

Salah satu sifat cahaya yang ditunjukkan oleh gambar yaitu ....
A. Cahaya mengalami pembiasan
B. Cahaya merambat lurus
C. Cahaya mengalami pemantulan
D. Cahaya merupakan gelombang transversal
Alasan :

29. Ari mempunyai gelas prisma, tanpa sengaja ia meletakkannya di bawah sinar
matahari lalu ia melihat warna-warna terbentuk setelah melewati prisma.
Urutan warna yang terbentuk oleh prisma yaitu ....

Alasan :

30. Tanpa sengaja, Sani meneteskan air di atas kertas yang berisi tulisan. Sani melihat
tulisan yang tertetesi air menjadi terlihat lebih besar ukurannya, seperti ditunjukkan
oleh gambar.
100

Apabila tetesan air tersebut dibuat lebih besar, maka ukuran tulisan tersebut akan
terlihat ....
A. Sama besar dengan tetesan pertama
B. Lebih besar dari tetesan pertama
C. Lebih kecil dari tetesan pertama
D. Sama besar dengan tulisan yang ada di kertas
Alasan :

31. Perhatikan gambar!

Kedua ilustrasi gambar diatas menggunakan senter yang sama. Gambar A senter
diarahkan ke hadapan gelas kaca sedangkan gambar B senter diarahkan ke depan
batu. Mengapa pada gambar A cahaya senter dapat melewati benda sedangkan
Gambar B tidak…
A. Karena gelas kaca adalah benda bening sedangkan batu tidak, dimana salah satu
sifat cahaya adalah dapat menembus benda bening
B. Karena gelas kaca adalah benda bening sedangkan batu tidak, dimana salah satu
sifat cahaya adalah tidak dapat menembus benda bening
C. Karena batu adalah benda bening sedangkan gelas kaca tidak, dimana salah satu
sifat cahaya adalah dapat menembus benda bening
D. Karena batu adalah benda bening sedangkan gelas kaca tidak, dimana salah satu
sifat cahaya adalah tidak dapat menembus benda bening
Alasan :
101

32. Perhatikan gambar peristiwa pembiasan berikut!

Berdasarkan gambar diatas, zat yang memiliki indeks bias paling kecil adalah…
A. Kaca kuarsa
B. Air
C. Alcohol
D. Semua sama kecil
Alasan :

33. Seorang arsitek akan membuat sketsa rumah bawah tanah. Ia lantas bingung
bagaimana caranya agar cahaya dapat masuk ke dalam rumah. Sketsa yang tepat
untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah ....

Alasan :
102

Lampiran 7. Analisis Kebutuhan

Anda mungkin juga menyukai