Anda di halaman 1dari 29

MODEL DESAIN PEMBELAJARAN DICK AND CARREY

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran

Mata Kuliah: Belajar dan Pembelajaran

Dosen Pengampu:

1. Dr. Herpratiwi, M.Pd.


2. Dian Utami, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:

Nova Arum Palupi


NPM.2113034045

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya saya dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Model Desain Pembelajaran Dick and Carrey”
dengan tepat waktu. Makalah ini disusun dengan harapan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan mengenai Model Desain Pembelajaran Dick and Carrey dalam proses belajar dan
pembelajaran. Pada kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Herpratiwi, M.Pd. dan Ibu Dian Utami, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pengampu
mata kuliah Belajar dan Pembelajaran.
2. Kedua orangtua saya, yang telah memberikan semangat dan kasih sayang.
3. Rekan-rekan mahasiswa-mahasiswi semester 2 (dua) yang telah membantu dalam
berjalannya perkuliahan.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kritik
dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang. Harapan saya,
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun pribadi dan pembaca.

Bandar Lampung, 05 Mei 2022

Nova Arum Palupi

NPM. 2113034045

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................ i

DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................ 3

1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................. 4

1.4 Manfaat Penulisan................................................................................................ 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA................................................................................................. 5

2.1 Model.................................................................................................................... 5

2.2 Pembelajaran......................................................................................................... 5

2.3 Karakteristik Pembelajaran Dick and Carey......................................................... 6

BAB III PEMBAHASAN....................................................................................................... 7

3.1 Pengertian Model Desain Pembelajaran Dick and Carrey …............................... 7

3.2 Tujuan dan Karakteristik Model Desain Pembelajaran Dick and Carrey............. 8

3.3 Komponen dan Langkah-langkah Model Desain Pembelajaran Dick and

Carrey.................................................................................................................... 9

3.4 Kelebihan dan Kekurangan Model Desain Pembelajaran Dick and

Carrey.................................................................................................................. 14

3.5 Pengaplikasian Model Desain Pembelajaran Dick and Carrey Dalam Proses

Belajar dan Pembelajaran................................................................................... 15

ii
BAB IV PENUTUP.............................................................................................................. 22

4.1 Kesimpulan........................................................................................................ 22

4.2 Saran.................................................................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang, misalnya


sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai proses. Sebagai disiplin,
desain pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori tentang strategi serta
proses pengembangan pembelajaran dan pelaksanaannya. Sebagai ilmu, desain
pembelajaran merupakan ilmu untuk menciptakan spesifikasi pengembangan,
pelaksanaan, penilaian, serta pengelolaan situasi yang memberikan fasilitas pelayanan
pembelajaran dalam skala makro dan mikro untuk berbagai mata pelajaran pada
berbagai tingkatan kompleksitas. Sebagai sistem, desain pembelajaran merupakan
pengembangan sistem pembelajaran dan system pelaksanaannya termasuk sarana
serta prosedur untuk meningkatkan mutu belajar Muliartha, 2011. Menurut Sujarwo
2012, desain pembelajaran juga dapat didefinisikan sebagai berikut: instructional
design is the practice of maximizing the effectiveness, efficiency and appeal of
instruction and other learning experiences. The process consists broadly of
determining the current state and needs of the learner, defining the end goal of
instruction, and creating some intervention to assist in the transition. Desain
pembelajaran merupakan kegiatan memaksimalkan keefektifan, efisiensi dan hasil
pembelajaran dan pengalaman pembelajaran lainnya. Kegiatan tersebut meliputi
penentuan keadaan awal, kebutuhan siswa, menentukan tujuan akhir dan menciptakan
beberapa perlakuan untuk membantu dalam masa transisi tersebut. Sebagai sistem,
desain pembelajaran merupakan pengembangan sistem pembelajaran dan sistem
pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur untuk meningkatkan mutu belajar.

Sementara itu desain pembelajaran sebagai proses menurut Syaiful Sagala


2005 dalam Sujarwo 2012, merupakan pengembangan pengajaran secara sistematik
yang digunakan secara khusus teori-teori pembelajaran unuk menjamin kualitas
pembelajaran. Pernyataan tersebut mengandung arti bahwa penyusunan perencanaan
pembelajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pembelajaran yang dianut

1
dalam kurikulum yang digunakan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa desain
pembelajaran adalah pengembangan pembelajaran secara sistematis untuk
memaksimalkan keefektifan dan efisiensi pembelajaran. Kegiatan mendesain
pembelajaran diawali dengan menganalisis kebutuhan siswa, menentukan tujuan
pembelajaran, mengembangkan bahan dan aktivitas pembelajaran, yang di dalamnya
mencakup penentuan sumber belajar, strategi pembelajaran, langkah-langkah
pembelajaran, media pembelajaran dan penilaian evaluasi untuk mengukur tingkat
keberhasilan pembelajaran. Hasil evaluasi tersebut digunakan sebagai acuan untuk
mengetahui tingkat efektivitas, efisiensi dan produktivitas proses pembelajaran
Muliartha, 2011.

Sistem pembelajaran merupakan satu kesatuan dari beberapa komponen


pembelajaran yang saling berinteraksi, interelasi dan interdependensi dalam mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Komponen pembelajaran meliputi; siswa,
pendidik, kurikulum, bahan ajar, media pembelajaran, sumber belajar, proses
pembelajaran, fasilitas, lingkungan dan tujuan. Komponen-komponen yang terdapat
di dalam desain sistem pembelajaran biasanya digambarkan dalam bentuk yang
direpresentasikan dalam bentuk grafis atau flow chart. Model desain sistem
pembelajaran menggambarkan langkah-langkah atau prosedur yang perlu ditempuh
untuk menciptakan aktivitas pembelajaran yang efektif, efisien dan menarik Sujarwo,
2012. Menurut Morisson, Ross, dan Kemp 2001 desain sistem pembelajaran ini akan
membantu pendidik sebagai perancang program atau pelaksana kegiatan pembelajaran
dalam memahami kerangka teori lebih baik dan menerapkan teori tersebut untuk
menciptakan aktivitas pembelajaran yang lebih efektif, efisien, produktif dan menarik.

Desain sistem pembelajaran berperan sebagai alat konseptual, pengelolaan,


komunikasi untuk menganalisis, merancang, menciptakan, mengevaluasi program
pembelajaran, dan program pelatihan. Setiap desain sistem pembelajaran memiliki
keunikan dan perbedaan dalam langkah-langkah dan prosedur yang diterapkan.
Perbedaan pemahaman terletak pada istilah-istilah yang digunakan. Namun demikian,
model-model desain tersebut memiliki dasar prinsip yang sama dalam upaya
merancang program pembelajaran yang berkualitas. Sujarwo 2012, berpandangan

2
bahwa seorang perancang program pembelajaran tidak dapat menciptakan program
pembelajaran yang efektif, jika hanya mengenal satu model desain pembelajaran.
Perancang program pembelajaran hendaknya mampu memilih desain yang tepat
sesuai dengan situasi atau setting pembelajaran yang spesifik. Untuk itu diperlukan
adanya pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang model-model desain sistem
pembelajaran dan cara mengimplementasikannya.

Dari berbagai kajian tentang desain pembelajaran, para ahli telah menawarkan
beberapa model desain pembelajaran, diantaranya model desain pembelajaran Dick
dan Carey. Secara teoritis desain pembelajaran ini menawarkan sistematika berpikir
prosedural, yang akan menjadi dasar pengembangan desain lainnya, sehingga
pemahaman yang lengkap mengenai desain pembelajaran Dick dan Carey, akan
menjadi dasar pemahaman bagi model desain pembelajaran yang lain, pemikiran
inilah yang kemudian menjadikan model desain pembelajaran Dick dan Carey
menarik untuk dikaji. Salah satu indikator keberhasilan proses pembelajaran adalah
aktivitas siswa di dalam pembelajaran, Agar dapat mencapai keberhasilan ini, maka
diperlukan desain pembelajaran yang matang dari mulai tujuan, memahami karakter
siswa yang akan menjalankan pembelajaran, menentukan model atau strategi yang
tepat, dan evaluasi. Model desain pembelajaran Dick dan Carey, menawarkan
rancangan yang lengkap untuk semua proses yang telah disebutkan. Dalam hal inilah
model Dick dan Carey menarik untuk dikaji. Berdasarkan latar belakang yang telah
dipaparkan, maka penulis membuat makalah dengan judul “Model Desain
Pembelajaran Dick and Carrey”.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa pengertian model desain pembelajaran Dick and Carrey?


1.2.2 Apa tujuan dan karakteristik model desain pembelajaran Dick and Carrey?
1.2.3 Apa komponen dan langkah-langkah model desain pembelajaran Dick and
Carrey?

1.2.4 Apa kelebihan dan kekurangan model desain pembelajaran Dick and Carrey?

3
1.2.5 Bagaimana pengaplikasian model desain pembelajaran Dick and Carrey dalam
proses belajar dan pembelajaran?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Menjelaskan pengertian model desain pembelajaran Dick and Carrey.


1.3.2 Menjelaskan tujuan dan karakteristik model desain pembelajaran Dick and
Carrey.

1.3.3 Menjelaskan komponen dan langkah-langkah model desain pembelajaran Dick


and Carrey.

1.3.4 Menjelaskan kelebihan dan kekurangan model desain pembelajaran Dick and
Carrey.

1.3.5 Menjelaskan pengaplikasian model desain pembelajaran Dick and Carrey


dalam proses belajar dan pembelajaran.

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Mengetahui pengertian model desain pembelajaran Dick and Carrey.


1.4.2 Mengetahui tujuan dan karakteristik model desain pembelajaran Dick and
Carrey.

1.4.3 Mengetahui komponen dan langkah-langkah model desain pembelajaran Dick


and Carrey.

1.4.4 Mengetahui kelebihan dan kekurangan model desain pembelajaran Dick and
Carrey.

1.4.5 Mengetahui pengaplikasian model desain pembelajaran Dick and Carrey


dalam proses belajar dan pembelajaran.

4
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Model

2.1.1 Pengertian Model Menurut Dorin, Demmin, dan Gabel 1990

Model adalah sebuah gambaran mental yang membantu kita untuk


menjelaskan sesuatu dengan lebih jelas terhadap sesuatu yang tidak dapat
dilihat atau tidak dialami secara langsung (Dorin, Demmin, dan Gabel, 1990).

2.1.2 Pengertian Model Menurut Briggs 1978

Model adalah konsep perangkat yang berurutan untuk mewujudkan


suatu proses, seperti penilaian suatu kebutuhan, pemilihan media dan evaluasi
(Briggs, 1978).

2.1.3 Pengertian Model Menurut Nunan 1995

Model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yng


memungkinkan seserang atau sekelompok orang mencoba bertindak
berdasarkan model itu (Nunan, 1995).

2.2 Pembelajaran

Dick, Carey, dan Carey (2001) memandang desain pembelajaran sebagai


sebuah sistem dan menganggap pembelajaran adalah proses yang sitematis. Pada
kenyataannya cara kerja yang sistematis inilah yang dinyatakan sebagai model
pendekatan sistem. Dipertegas oleh Dick dan Carey (2001) bahwa pendekatan sistem
selalu mengacu kepada tahapan umum sistem pengembangan pembelajaran
(Instructional Systems Development /ISD).

5
2.3 Karakteristik Pembelajaran Dick and Carey

Disain pembelajaran Dick and Carey memiliki karakteristik sebagai berikut


(Wardani, Muhammad. 2013):

1. Dalam penerapan model ini, setiap komponen bersifat penting dan tidak boleh ada
yang dilewati.
2. Penggunaan model ini mungkin akan menghalangi kreatifitas instructional
designer profesional.
3. Dick and Carey menyediakan pendekatan sistematis terhadap kurikulum dan
program design. Ketegasan model ini susah untuk diadaptasikan ke tim dengan
banyak anggota dan beberapa sumber yang berbeda.
4. Cocok diterapkan untuk e-learning skala kecil, misalnya dalam bentuk unit,
modul, atau lesson.

6
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Model Desain Pembelajaran Dick and Carrey

Model adalah sebuah gambaran mental yang membantu kita untuk


menjelaskan sesuatu dengan lebih jelas terhadap sesuatu yang tidak dapat dilihat atau
tidak dialami secara langsung (Dorin, Demmin, dan Gabel, 1990). Model adalah
konsep perangkat yang berurutan untuk mewujudkan suatu proses, seperti penilaian
suatu kebutuhan, pemilihan media dan evaluasi (Briggs, 1978). Model adalah bentuk
representasi akurat sebagai proses aktual yng memungkinkan seserang atau
sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu (Nunan, 1995).

Model pembelajaran Dick dan Carey merupakan model pembelajaran yang


dikembangkan melalui pendekatan sistem (System Approach). Terhadap komponen-
komponen dasar dari desain sistem pembelajaran yang meliputi analisis, desain,
pengembangan, implementasi dan evaluasi. Model Dick and Carey merupakan model
desain instruksional, dikembangkan oleh Walter Dick, Lou Carey dan James O Carey.
Model penelitian dan pengembangan Dick & Carey merupakan salah satu dari model
prosedural yakni model yang menyarankan agar penerapan prinsip desain/rancangan
instruksional disesuaikan dengan langkah-langkah yang harus dijalani secara
berurutan. Model sistem pembelajaran yang dikembangkan oleh Dick dkk terdiri atas
beberapa komponen yang perlu dilakukan untuk membuat rancangan aktifitas
pembelajaran yang lebih besar. Dick dan Carey memasukkan unsur kognitif dan
behavioristik yang menekankan pada respon siswa terhadap stimulus yang dihadirkan.

Menurut model ini, sebelum desainer merumuskan tujuan khusus yakni


performance goals, perlu menganalisis pembelajaran serta menentukan kemampuan
awal siswa terlebih dahulu. Oleh sebab rumusan kemampuan khusus harus berpijak
dari kemampuan dasar atau kemampuan awal. Manakala telah dirumuskan tujuan
khusus yang harus dicapai selanjutnya dirumuskan tes dalam bentuk Criterion

7
Reference Test, artinya tes yang mengukur kemampuan penguasaan tujuan khusus.
Untuk mencapai tujuan khusus selanjutnya dikembangkan strategi pembelajaran,
yakni skenario pelaksanaan pembelajaran yang diharapkan dapat mencapai tujuan
secara optimal, setelah itu dikembangkan bahan-bahan pembelajaran yang sesuai
dengan tujuan. Langkah akhir dari desain adalah melakukan evaluasi, yakni evaluasi
formatif dan evaluasi sumative. Evaluasi formatif berfungsi untuk menilai efektivitas
program dan evaluasi sumative berfungsi untuk menentukan kedudukan setiap siswa
dalam penguasaan materi pelajaran. Berdasarkan hasil eveluasi inilah selanjutnya
dilakukan umpan balik dalam merevisi program pembelajaran.

Dick, Carey, dan Carey (2001) memandang desain pembelajaran sebagai


sebuah sistem dan menganggap pembelajaran adalah proses yang sitematis. Pada
kenyataannya cara kerja yang sistematis inilah yang dinyatakan sebagai model
pendekatan sistem. Dipertegas oleh Dick dan Carey (2001) bahwa pendekatan sistem
selalu mengacu kepada tahapan umum sistem pengembangan pembelajaran
(Instructional Systems Development /ISD). Jika berbicara masalah desain maka
masuk ke dalam proses, dan jika menggunakan istilah instructional design (ID)
mengacu kepada instructional system development (ISD) yaitu tahapan analisis,
desain, pengembangan, implementasi, dan evaluasi. Instructional desain inilah payung
bidang (Dick, Carey, dan Carey, 2001).

3.2 Tujuan dan Karakteristik Model Desain Pembelajaran Dick and Carrey

3.2.1 Tujuan Model Desain Pembelajaran Dick and Carrey

Penggunaan model Dick and Carrey dalam pengembangan suatu mata


pelajaran dimaksudkan agar:

1. Pada awal proses pembelajaran, anak didik atau siswa dapat mengetahui
dan mampu melakukan hal-hal yang berkaitan dengan materi pada akhir
pembelajaran.
2. Adanya pertautan antara tiap komponen, khususnya strategi pembelajaran
dan hasil pembelajaran yang dikehendaki.

8
3. Menerapkan langkah-langah yang perlu dilakukan dalam melakukan
perencanaan desain pembelajaran.

3.2.2 Karakteristik Model Desain Pembelajaran Dick and Carrey

Disain pembelajaran Dick and Carey memiliki karakteristik sebagai


berikut (Wardani, Muhammad. 2013):

1. Dalam penerapan model ini, setiap komponen bersifat penting dan tidak
boleh ada yang dilewati.
2. Penggunaan model ini mungkin akan menghalangi kreatifitas instructional
designer profesional.
3. Dick and Carey menyediakan pendekatan sistematis terhadap kurikulum
dan program design. Ketegasan model ini susah untuk diadaptasikan ke
tim dengan banyak anggota dan beberapa sumber yang berbeda.
4. Cocok diterapkan untuk e-learning skala kecil, misalnya dalam bentuk
unit, modul, atau lesson.

3.3 Komponen dan Langkah-langkah Model Desain Pembelajaran Dick and

Carrey

3.3.1 Komponen Model Desain Pembelajaran Dick and Carrey

Komponen model Dick, Carey, dan Carey meliputi: pembelajar,


pebelajar, materi, dan lingkungan. Demikian pula di lingkungan pendidikan
non formal meliputi: warga belajar (pebelajar), tutor (pembelajar), materi, dan
lingkungan pembelajaran (Ditjen PMPTK PNF, 2006). Semua berinteraksi
dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Bila
melihat komponen bekerja dengan memuaskan atau tidak maka perlu
mengembangkan format evaluasi (Dick, Carey, dan Carey, 2001). Jika dari
hasil evaluasi menunjukkan unjuk kerja pebelajar tidak memuaskan maka
komponen tersebut direvisi untuk mencapai kriteria efektif dalam mencapai
tujuan pembelajaran. Komponen model Dick, Carey, dan Carey dipengaruhi
oleh Condition of Learning hasil penelitian Robert Gagne yang dipublikasikan

9
pertama kali pada tahun1965. Condition of learning ini berdasarkan asumsi
psikologi behavioral, psikologi cognitive, dan konstruktivisme yang
diterapkan secara eklektic (Dick, Carey, dan Carey, 2001).

Tiga proyek utama yang dihasilkan oleh Gagne (Bostock, 1996) yaitu:
1) instructional events, 2) types of learning outcomes, 3) internal conditions
and external conditions. Ketiganya merupakan masukan yang penting dalam
memulai kegiatan desain pembelajaran. Komponen dan tahapan model Dick
dan Carey lebih kompleks jika dibandingkan dengan model pembelajaran
yang lain seperti Morrison, Ross, & Kemp (2001). Walaupun model Morrison,
Ross, & Kemp juga memandang desain pembelajaran sebagai sebuah sistem,
tetapi sedikit berbeda. Mereka menyebutkan desain pembelajaran sebagai
metode yang sistematis tetapi bukan pendekatan sistematis. Tahapan yang
diguanakan yaitu perencanaan, pengembangan, evaluasi, dan management
proses. Sedangkan komponen dasar sistem meliputi learners, objectives,
methods, dan evaluation yang selanjutnya dikembangkan menjadi 9
(sembilan) rencana desain pembelajaran.

3.3.2 Langkah-langkah Model Desain Pembelajaran Dick and Carrey

Ketika melakukan analisis terhadap keterampilan-keterampilan yang


perlu dilatihkan dan tahapan prosedur yang perlu dilewati, juga
dipertimbangkan keterampilan awal yang telah dimiliki mahasiswa. Analisis
paralel terhadap siswa dan konteks dimana mereka belajar, dan konteks
apatempat mereka menggunakan hasil pembelajaran. Keterampilan-
keterampilan siswa yang ada saat ini, yang lebih disukai, dan sikap-sikap
ditentukan berdasarkan karakteristik atau setting pembelajaran dan setting
lingkungan tempat keterampilan diterapkan. Langkah ini adalah langkah awal
yang penting dalam strategi pembelajaran.

10
1. Merumuskan Tujuan Pembelajaran Khusus (Write Performance
Objectives)
Berdasarkan analisis pembelajaran dan pernyataan tentang tingkah
laku awal siswa kemudian dirumuskan pernyataan khusus tentang apa
yang harus dilakukan siswa setelah menyelesaikan pembelajaran.
Menuliskan tujuan unjuk kerja (tujuan pembelajaran). Berdasarkan analisis
tujuan pembelajaran dan pernyataan tentang perilaku awal, catatlah
pernyataan khusus tentang apa yang dapat dilakukan oleh siswa setelah
mereka menerima pembelajaran. Pernyataan-pernyataan tersebut diperoleh
dari analisis pembelajaran. Analisis pembelajaran dimaksudkan untuk
mengidentifikasi keterampilan-keterampilan yang dipelajari, kondisi
pencapaian unjuk kerja, dan kriteria pencapaian unjuk kerja. Komponen
ini bertujuan untuk menguraikan tujuan umum menjadi tujuan yang lebih
spesifik pada tiap tahapan pembelajaran. Ditiap tahapan akan ada panduan
pembelajaran dan pengukuran performansi pembelajar.

2. Mengembangan Instrumen Penilaian (Develop Assessment


Instruments)
Pengembangan instrument penilaian didasarkan pada tujuan yang telah
dirumuskan. Berdasarkan tujuan pembelajaran yang tertulis,
mengembangkan produk evaluasi untuk mengukur kemampuan siswa
melakukan tujuan pembelajaran. Penekanan utama berada pada hubungan
perilaku yang tergambar dalam tujuan pembelajaran dan penilaian yang
diminta.

3. Mengembangan Strategi Pembelajaran (Develop Instructional


Strategy)
Strategi pembelajaran meliputi; kegiatan prapembelajaran (pre-
activity), penyajian informasi, praktek dan umpan balik (practice and
feedback, pengetesan (testing), dan mengikuti kegiatan selanjutnya.
Strategi pembelajaran berdasarkan teori dan hasil penelitian, karakteristik
media pembelajaran yang digunakan, bahan pembelajaran, dan
karakteristik siswa yang menerima pembelajaran. Prinsip-prinsip inilah

11
yang digunakan untuk memilih materi strategi pembelajaran yang
interaktif.

4. Mengembangan atau Memilih Bahan Ajar (Develop and Select


Instructional Materials)
Mengembangkan dan memilih bahan ajar, produk pengembangan ini
meliputi petunjuk untuk siswa, materi pembelajaran, dan soal-soal. Materi
pembelajaran meliputi: petunjuk untuk tutor, modul untuk siswa,
transparansi OHP, videotapes, format multimedia, dan web untuk
pembelajaran jarak jauh. Pengembangan materi pembelajaran tergantung
kepada tipe pembelajaran, materi yang relevan, dan sumber belajar yang
ada disekitar perancang.

5. Merancang dan Melaksanakan Evaluasi Formatif (Design and


Conduct Formative Evaluation of Instruction)
Evaluasi dilakukan untuk mengumpulkan data dan mengidentifikasi
data tersebut. Dalam merancang dan mengembangkan evaluasi formative
yang dihasilkan adalah instrumen atau angket penilaian yang digunakan
untuk mengumpulkan data. Data-data yang diperoleh tersebut sebagai
pertimbangan dalam merevisi pengembangan pembelajaran ataupun
produk bahan ajar. Ada tiga tipe evaluasi formatif: uji perorangan (one-to-
one), uji kelompok kecil (small group) dan uji lapangan (field evaluation).
Setiap jenis penilaian memberikan informasi yang berbeda bagi perancang
untuk digunakan dalam meningkatkan pembelajaran. Teknik serupa dapat
diterapkan pada penilaian formatif terhadap bahan atau pembelajaran di
kelas.

6. Melakukan Revisi Terhadap Program Pembelajaran (Revise


Instruction)
Tahap ini mengulangi siklus pengembangan perangkat pengajaran.
Data dari evaluasi formatif yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya
dianalisis serta diinterpretasikan. Data yang diperoleh dari evaluasi
formatif dikumpulkan dan diinterpretasikan untuk memecahkan kesulitan
yang dihadapi siswa dalam mencapai tujuan. Bukan hanya untuk ini,
12
singkatnya hasil evaluasi ini digunakan untuk merevisi pembelajaran agar
lebih efektif. Revisi harus menjadi bagian konstan dalam proses design.
Revisi dilakukan berdasarkan hasil dari tiap komponen model ini. Pada
tahap ini,data dari evaluasi dugaan yang telah dilakukan pada tahap
sebelumnya diringkas dan dianalisis serta diinterpretasikan untuk
diidentifikasi kesulitan yang dialami oleh siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Begitu pula masukan dari hasil implementasi dari
pakar/validator. Mungkin saja tahapan-tahapan pembelajaran kurang
efektif dalam pencapaian tujuan akhir, atau aktifitas, media, dan penugasan
yang telah ditentukan tidak membantu dalam memperoleh tujuan.

7. Merancang dan Melaksanakan Evaluasi Sumatif (Design And


Conduct Summative Evaluation)
Evaluasi sumatif merupakan evaluasi puncak terhadap program
pembelajaran yang telah dirancang, setelah program tersebut dilakukan
evaluasi formatuf dan dilakukan revisi-revisi terhadap produk, maka
evaluasi sumatif dilakukan. Hasil-hasil pada tahap di atas dijadikan dasar
untuk menulis perangkat yang dibutuhkan. Hasil perangkat selanjutnya
divalidasi dan diujicobakan di kelas/diimplementasikan di kelas dengan
evaluasi sumatif.

Langkah desain yang dikemukakan diatas merupakan sebuah prosedur


yang menggunakan pendekatan system dalam mendesain sebuah program
pembelajaran. Setiap langkah dalam desain system pembelajaran ini memiliki
keterkaitan satu sama lain. Output yang dihasilkan dari suatu langkah akan
digunakan sebagai input bagi langkah yang lain. Model desain system
pembelajaran yang dikemukan oleh Dick dkk. (2005) dalam Pribadi (2009),
mencerminkan proses desain yang fundamental. Model ini dapat digunakan
dalam dunia bisnis, industry, pemerintahan, dan pelatihan. Model desain ini
juga telah banyak digunakan untuk menghasilkan program pembelajaran
berbasis computer seperti pada program Computer Assisted Learning dan
program multimedia. Oleh karena itu model diesain pembelajaran ini bersifat

13
sangat rinci dan komperhensif pada langkah analisis dan juga langkah
evaluasi.

3.4 Kelebihan dan Kekurangan Model Desain Pembelajaran Dick and Carrey

3.4.1 Kelebihan Model Desain Pembelajaran Dick and Carrey

1. Setiap langkah jelas, sehingga dapat diikuti.


2. Teratur, efektif dan efisien dalam pelaksanaan.
3. Merupakan model atau perencanaan pembelajaran yang terperinci,
sehingga mudah diikuti.
4. Adanya revisi pada analisis instruksional, dimana hal tersebut merupakan
hal yang sangat baik, karena apabila terjadi kesalahan maka segera dapat
dilakukan perubahan pada analisis instruksional tersebut, sebelum
kesalahan di dalamnya ikut mempengaruhi kesalahan pada komponen
setelahnya.
5. Model Dick & Carey sangat lengkap komponennya, hampir mencakup
semua yang dibutuhkan dalam suatu perencanaan pembelajaran.

3.4.2 Kekurangan Model Desain Pembelajaran Dick and Carrey

1. Kaku, karena setiap langkah telah di tentukan.


2. Tidak semua prosedur pelaksanaan KBM dapat di kembangkan sesuai
dengan langkah-langkah tersebut.
3. Tidak cocok diterapkan dalam pembelajaran skala besar.
4. Uji coba tidak diuraikan secara jelas kapan harus dilakukan dan kegiatan
revisi baru dilaksanakan setelah diadakan tes formatif.
5. Pada tahap-tahap pengembangan tes hasil belajar, strategi pembelajaran
maupun pada pengembangan dan penilaian bahan pembelajaran tidak
nampak secara jelas ada tidaknya penilaian pakar (validasi).
6. Terlalu banyak prosedur yang harus dilakukan oleh guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran.

14
3.5 Pengaplikasian Model Desain Pembelajaran Dick and Carrey Dalam Proses
Belajar dan Pembelajaran

Dengan daya saing yang semakin lama semakin ketat. Peserta didik dituntut
untuk menguasai berbagai macam keterampilan. Hanya dengan pengalaman belajar
yang baik dan suasana belajar yang kondusiflah peserta didik dapat lebih mudah
untuk mendapatkan kemampuan yang dibutuhkan dalam persaingan dimasa yang
akan datang. Untuk itu guru juga dituntut untuk dapat menghadirkan semua
kebutuhan peserta didik tersebut. Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan
baik. Dick dan Carey memasukkan unsur kognitif dan behavioristik yang menekankan
pada respon peserta didik terhadap stimulus yang dihadirkan. Implementasi model
desain sistem pembelajaran ini memerlukan proses yang sistematis yang menyeluruh.
Hal ini diperlukan untuk dapat menciptakan desain sistem pembelajaran yang mampu
digunakan secara optimal dalam mengatasi masalah-masalah pembelajaran.
Penggunaan model pembelajaran dick and carey dalam pengembangan suatu mata
pelajaran dimaksudkan yakni agar:

1. Pada awal proses pembelajaran anak didik atau siswa dapat mengetahui dan
mampu melakukan hal-hal yang berkaitan dengan materi pada akhir pembelajaran.
2. Adanya pertautan antara tiap komponen khususnya strategi pembelajaran dan
hasil pembelajaran yang dikehendaki.
3. Menerangkan langkah–langkah yang perlu dilakukan dalam melakukan
perencanaan desain pembelajaran.

Mengidentifikasi tujuan umum pembelajaran skema model pembelajaran Dick and


Carrey menggambarkan bahwa langkah mengidentifikasi tujuan umum pembelajaran
merupakan dasar untuk menentukan langkah ke 2 dan ke 3. Dick and Carrey
menjelaskan bahwa tujuan pengajaran adalah untuk menentukan apa yang dapat
dilakukan oleh anak didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Berdasarkan pada
buku akta mengajar V (Depdikbud, 1982), tujuan pembelajaran pembelajaran bahasa
Indonesia penting dalam proses instruksional atau dalam setiap kegiatan belajar
mengajarnya. Hal ini dikarenakan tujuan pembelajaran yang dirumuskan secara
spesifik dan jelas akan memberikan keuntungan. Berikut adalah keuntungan-
keuntungan yang dapat diperoleh. (a) Siswa dapat mengatur waktu dan pemusatan

15
perhatian pada tujuan yang ingin dicapai. (b) Guru dapat mengatur kegiatan
instruksionalnya, metodenya, dan strategi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai. Pengajaran 4 keterampilan berbahasa memiliki metode dan startegi
yang berbeda dalam pengajarannya. Kompetensi dasarnya sudah membedakan
pemilihan metode dan strategi pengajarannya. Sebagai contoh, pada pembelajaran
menulis berita, digunakan strategi simak dan catat, sedangkan dalam menulis
deskripsi digunakan strategi observasi. Bagi evaluator, hal ini dapat bermanfaat untuk
mennyusun tes sesuai dengan yang harus dicapai oleh anak didik. Dalam
pembelajaran bahasa Indonesia dengan pendekatan saintifik, pengidentifikasian
tujuan pembelajaran menjadi pondasi untuk menentukan skema 5 M dalam
pembelajaran. Dengan mengetahui tujuan pembelajaran menyimak dan membaca,
seorang guru dapat menentukan evaluator yang tepat.

Melaksanaan analisis pembelajaran dick and carrey (1985) mengatakan bahwa


tujuan pembelajaran yang telah diidentifikasi perlu dianalisis untuk mengenali
keterampilan-keterampilan bawahan (subordinate skills) yang mengharuskan anak
didik belajar menguasainya dan langkah-langkah prosedural bawahan yang ada harus
diikuti anak didik untuk dapat belajar mata pelajaran tertentu. Menganalisis
subordinate skills sangatlah diperlukan karena apabila keterampilan bawahan yang
seharusnya dikuasai tidak diajarkan, akan ada banyak anak didik yang tidak memiliki
latar belakang yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Dengan demikian,
pembelajaran menjadi tidak efektif. Sebaliknya, apabila keterampilan bawahan
berlebihan, pembelajaran akan memakan waktu lebih lama dari semestinya dan
keterampilan yang tidak perlu diajarkan malah mengganggu anak didik dalam belajar
menguasai keterapilan yang diperlukan.Cara untuk mengidentifikasi subordinate
skills pembelajaran bahasa dengan cara memilih keterampilan bawahan yang
berhubungan langsung dengan ranah tujuan pembelajaran. Teknik analisis
keterampilan bawahannya dengan menggunakan pendekatan hierarki, yaitu dengan
memilih apa yang harus diketahui dan dilakukan oleh anak didik sehingga dengan
usaha pembelajaran, sedikit mungkin untuk dipelajari atau dikuasai melalui belajar
berbahasa.

16
Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa sangat perlu
dilakukan untuk mengetahui kualitas perseorangan untuk dijadikan sebagai petunjuk
dalam mempreskripsikan strategi dan pemilihan bahan ajar. Dalam pengajaran
berbahasa, mengidentifaksi tingkah laku dan karakteristik siswa merupakan pondasi
untuk merencanakan metode dan media pembelajaran. Pembelajaran sastra yang erat
kaitannya dengan teks sastra melalui berbagai genrenya. Pemilihan genre sastra yang
sesuai dengan media pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik siswa.
Pemilihan media yang sesuai dengan karakteristik siswa akan berpengaruh pada
kualitas hasil pembelajaran.

Merumuskan Tujuan Performansi Dick and Carrey (1985) menyatakan bahwa


tujuan performansi terdiri atas (a) tujuan harus menguraikan hal yang akan dikerjakan
atau diperbuat oleh anak didik; (b) menyebutkan tujuan, memberikan kondisi atau
keadaan yang menjadi syarat yang hadir pada waktu anak didik berbuat; (c)
menyebutkan kriteria yang digunakan untuk menilai unjuk perbuatan anak didik yang
dimaksudkan pada tujuan. Model Pembelajaran Dick and Carrey ... (Wisnu Nugroho
Aji)Mager (1997) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah perilaku yang
hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat
kompetensi tertentu. Ellington (1984) mengungkapkan bahwa tujuan pembelajaran
adalah pernyataan yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar. Dalam
pengajaran bahasa, tujuan pembelajaran suatu pernyataan yang spesifik yang
dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan
untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan.

Mengembangkan butir-butir tes acuan pokok untuk mengetahui tingkat


pencapaian kompetensi berbahasa, guru dapat melakukan penilaian melalui tes dan
non tes. Tes meliputi tes lisan (keterampilan bericara), tertulis (bentuk uraian, pilihan
ganda, jawaban singkat, isian, menjodohkan, benar-salah) digunakan untuk
keterampilan menyimak dan membaca, dan tes perbuatan yang meliputi: kinerja
(performance), penugasan (project) dan hasil karya (product) untuk keterampilan
menulis. Penilaian nontes contohnya seperti penilaian sikap, minat, motivasi,
penilaian diri, portfolio, dan life skills. Tes perbuatan dan penilaian non tes dilakukan

17
melalui pengamatan (observasi). Langkah-langkah pengembangan tes dalam
pengajaran bahasa meliputi (a) menentukan tujuan penilaian, (b) menentukan
kompetensi (menulis, menyimak, berbicara, dan membaca) yang diujikan, (c)
menentukan materi penting pendukung kompetensi (urgensi, kontinuitas, relevansi,
keterpakaian), (d) menentukan jenis tes yang tepat (tertulis, lisan, perbuatan), (e)
menyusun kisi-kisi, butir soal, dan pedoman penskoran, serta (f) melakukan telaah
butir soal. Penilaian nontes dilakukan melalui pengamatan dengan langkah-langkah
(a) menentukan tujuan penilaian, (b) menentukan kompetensi yang diujikan, (c)
menentukan aspek yang diukur, (d) menyusun tabel pengamatan dan pedoman
penskorannya, (e) melakukan penelaahan.

Mengembangkan strategi pembelajaran dalam strategi pembelajaran bahasa,


terdapat variabel metode pembelajaran yang dapat diklasifikasikan menjadi tiga
jenis, yaitu (a) strategi pengorganisasian isi pembelajaran, (b) strategi penyampaian
pembelajaran, dan (c) startegi pengelolaan pembelajaran (Degeng, 1997). Hal ini
dapat dijelaskan sebagai berikut. Strategi pengorganisasian isi pembelajaran adalah
metode untuk mengorganisasikan isi bidang studi yang telah dipilih untuk
pembelajaran. Istilah mengorganisasi mengacu pada tindakan seperti pemilihan isi,
penataan isi, pembuatan diagram, format, dan lain-lain yang setingkat dengan itu.
Sementara itu, strategi penyampaian pembelajaran adalah metode untuk
menyampaikan pembelajaran kepada pebelajar untuk menerima serta merespon
masukan yang berasal dari pebelajar. Adapun startegi pengelolaan pembelajaran
adalah metode untuk menata interaksi antara pebelajar dengan variabel
pengorganisasian dan penyampaian isi pembelajaran. Di samping itu, strategi
pengorganisasian isi pembelajaran dibedakan menjadi dua jenis, yaitu strategi
pengorganisasian pada tingkat mikro dan makro. Strategi mikro mengacu pada
metode untuk mengorganisasian isi pembelajaran yang berkisar pada satu konsep atau
prosedur atau prinsip. Sedangkan strategi makro mengacu pada metode untuk
mengorganisasi isi pembelajaran yang melibatkan lebih dari satu konsep atau
prosedur atau prinsip. Strategi makro lebih banyak berurusan dengan bagaimana
memilih, menata ururtan, membuat sintesis, dan rangkuman isi pembelajaran yang
paling berkaitan. Penataan ururtan isi mengacku pada keputusan tentang bagaimana

18
cara menata atau menentukan ururtan konsep, prosedur atau prinsip-prinsip hingga
tampak keterkaitannya dan menjadi mudah dipahami.

Mengembangkan dan memilih material pembelajaran bahan atau materi pelajaran


(Learning Materials) adalah segala sesuatu yang menjadi isi kurikulum yang harus
dikuasai oleh siswa sesuai dengan kompetensi dasar dalam rangka pencapaian standar
kompetensi setiap mata pelajaran dalam satuan pendidikan tertentu. Materi
pembelajaran juga dapat diartikan sebagai bahan yang diperlukan untuk pembentukan
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dikuasai peserta didik dalam rangka
memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan. Pengembangan bahan ajar merupakan
sebuah sistem. Sebagai sebuah sistem, pengembangan bahan ajar tentu merupakan
gabungan dari berbagai komponen pembelajaran. Pengembangan bahan ajar
pengajaran bahasa adalah suatu sistem, yaitu suatu gabuangan dari elemen-elemen
(bagian komponen) yang saling dihubungkan oleh suatu proses atau struktur dan
berfungsi sebagai kesatuan organisatoris dalam usaha mencapai tujuan akhir atau
menghasilkan sesuatu (Djunaidi, 1987). Di sini dapat diamati bahwa pengembangan
bahan ajar sebagai sebuah sistem yang dihubungkan oleh proses yang berfungsi
sebagai kesatuan organisatoris dengan tujuan akhir pembelajaran tepat sasaran.Dick
and Carrey (1985) menyarankan ada tiga pola yang dapat diikuti oleh pengajar untuk
merancang atau menyampaikan bahan pembelajaran, yaitu sebagai berikut; (a)
pengajar merancang bahan pembelajaran individual, semua tahap pembelajaran
dimasukkan ke dalam bahan, keculi pratest dan pascatest; (b) Pengajar memilih dan
mengubah bahan yang ada agar sesuai dengan strategi pembelajaran; (c) pengajar
tidak memakai bahan, tetapi menyampaikan semua pembelajaran menurut strategi
pembelajarannya yang telah disusunnya. Pengembangan bahan ajar erat kaitannya
dengan sumber acuan yang digunakan. Banyak sumber bahan ajar yang dapat
digunakan, tetapi hendaknya dipilih yang sesuai dengan kondisi pembelajaran. Di
samping itu, dalam menyampaian bahan ajar hendaknya dipilih pula metode apa yang
dapat dijadikan sarana untuk menyampaian bahan ajar secara efektif. Keefektifan
penyampaian bahan ajar juga didukung oleh media yang digunakan. Selain itu,
evaluasi mempunyai peran penting dalam rangka masukan untuk mengadakan
perbaikan-perbaikan bahan ajar yang akan dikembangkan. Untuk keperluan program
pengembangan mata pelajaran berbahasa, misalnya standar kompetensi membaca

19
pemahaman, khususnya untuk material pembelajarannya dipilih dari beberapa buku
yang sesuai dengan keperluan pembelajaran. Hal ini dilakukan karena kurangnya
literatur pendukung yang baik. Sebagai contoh, salah satu buku yang diambil adalah
buku yang disusun oleh Prof. Gorys Keraf tentang keterampilan membaca.

Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif evaluasi dalam pembelajaran


merupakan bagian penting yang harus dilakukan. Tanpa ada evaluasi pembelajaran
akan terasa hampa. Dengan adanya evaluasi guru dapat melihat seberapa jauh anak
didiknya menguasai bahan ajar yang sudah diajarkan. Selain evaluasi terhadap
kemampuan siswa dalam menguasai bahan ajar yang sudah disampaikan, guru juga
harus dapat mengevaluasi bahan ajar-bahan ajar yang ada dalam buku teks sebagai
bahan ajar pelajaran. Buku pelajaran dapat dievaluasi pertama kali untuk menentukan
kesesuaian bahan ajar dengan program tertentu. Proses ini dapat disebut evaluasi
bahan ajar (Brown, 1995). Evaluasi terhadap bahan ajar yang terdapat dalam buku
teks dan akan dijarkan adalah kesesuaian bahan ajar dengan tujuan pembelajaran.
Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana kesesuaian Model
Pembelajaran Dick and Carrey ... (Wisnu Nugroho Aji) antara bahan ajar yang tersaji
dengan tujuan yang telah digariskan. Selain itu, pelaksanaan evaluasi terhadap bahan
ajar dapat juga dilakukan ketika pembelajaran berlangsung. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan cara memperhatikan respon siswa terhadap bahan ajar tersebut.
Guru dapat mencatat respon siswa terhadap bahan ajar yang diberikan. Bila perlu,
guru dapat mengubah urutan bahan ajar yang disesuaikan dengan kebutuhan atau daya
serap siswa (Brown, 1995). Dengan demikian, evaluasi bahan ajar dapat dilakukan
saat pemilihan, proses pembelajaran, setelah diadakan evaluasi bagi siswa. Dengan
adanya evaluasi terhadap bahan ajar, pengembangan bahan ajar bahasa Indonesia
dapat dilakukan dengan mudah. Setelah ada evaluasi, pembelajaran dapat dilakukan
berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan. Dengan demikian akan terjadi
pengembangan bahan ajar dengan sendirinya.

Merevisi bahan pembelajaran dick and carrey (1985) mengemukakan ada dua
revisi yang perlu dipertimbangkan, yaitu (1) revisi terhadap isi atau substansi bahan
pembelajaran agar lebih cermat sebagai alat belajar; (2) revisi terhadap cara-cara yang

20
dipakai dalam menggunakan bahan pembelajaran. Dalam pengajaran bahasa, merevisi
bahan pembelajaran perlu untuk dilakukan. Hal ini ditujukan untuk menyempurnakan
bahan pembelajaran sehingga lebih menarik, efektif bila digunakan dalam keperluan
pembelajaran, sehingga memudahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan.

Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif melalui evalusai sumatif, suatu


desain pembelajaran yang memiliki dasar keputusan penilaian yang didasarkan pada
keefektifan dan efisiensi dalam kegiatan belajar mengajar dapat ditetapkan dan
diberikan nilai. Evaluasi sumatif diarahkan pada keberhasilan pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan di awal yang diperlihatkan oleh unjuk kerja siswa. Apabila semua
tuuan sudah dapat dicapai, efektivitas pelaksanaan kegiatan pembelajaran mata
pelajaran tertentu diangggap berhasil dengan baik. Demikian pula jika keberhasilan
siswa dicapai dalam rentangan waktu yang relatif pendek, aka dari segi efisiensi
pembelajaran dapat dicapai. Dan terakhir, jika dengan rancangan pembelajaran ini
mungkin dengan memberlakukan strategi yang baik, aktivitas belajar siswa
meningkat, maka dari segi keberhasilan pada daya tarik pengajaran dapat dicapai.

21
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Model adalah sebuah gambaran mental yang membantu kita untuk


menjelaskan sesuatu dengan lebih jelas terhadap sesuatu yang tidak dapat dilihat atau
tidak dialami secara langsung (Dorin, Demmin, dan Gabel, 1990). Model
pembelajaran Dick dan Carey merupakan model pembelajaran yang dikembangkan
melalui pendekatan sistem (System Approach). Terhadap komponen-komponen dasar
dari desain sistem pembelajaran yang meliputi analisis, desain, pengembangan,
implementasi dan evaluasi. Model Dick and Carey merupakan model desain
instruksional, dikembangkan oleh Walter Dick, Lou Carey dan James O Carey. Model
penelitian dan pengembangan Dick & Carey merupakan salah satu dari model
prosedural yakni model yang menyarankan agar penerapan prinsip desain/rancangan
instruksional disesuaikan dengan langkah-langkah yang harus dijalani secara
berurutan.

Komponen model Dick, Carey, dan Carey meliputi: pembelajar, pebelajar,


materi, dan lingkungan. Demikian pula di lingkungan pendidikan non formal
meliputi: warga belajar (pebelajar), tutor (pembelajar), materi, dan lingkungan
pembelajaran (Ditjen PMPTK PNF, 2006). Semua berinteraksi dalam proses
pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Bila melihat komponen
bekerja dengan memuaskan atau tidak maka perlu mengembangkan format evaluasi
(Dick, Carey, dan Carey, 2001). Jika dari hasil evaluasi menunjukkan unjuk kerja
pebelajar tidak memuaskan maka komponen tersebut direvisi untuk mencapai kriteria
efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran. Komponen model Dick, Carey, dan
Carey dipengaruhi oleh Condition of Learning hasil penelitian Robert Gagne yang
dipublikasikan pertama kali pada tahun1965. Condition of learning ini berdasarkan
asumsi psikologi behavioral, psikologi cognitive, dan konstruktivisme yang
diterapkan secara eklektic (Dick, Carey, dan Carey, 2001).

22
Dengan daya saing yang semakin lama semakin ketat. Peserta didik dituntut untuk
menguasai berbagai macam keterampilan. Hanya dengan pengalaman belajar yang
baik dan suasana belajar yang kondusiflah peserta didik dapat lebih mudah untuk
mendapatkan kemampuan yang dibutuhkan dalam persaingan dimasa yang akan
datang. Untuk itu guru juga dituntut untuk dapat menghadirkan semua kebutuhan
peserta didik tersebut. Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Dick dan
Carey memasukkan unsur kognitif dan behavioristik yang menekankan pada respon
peserta didik terhadap stimulus yang dihadirkan. Implementasi model desain sistem
pembelajaran ini memerlukan proses yang sistematis yang menyeluruh. Hal ini
diperlukan untuk dapat menciptakan desain sistem pembelajaran yang mampu
digunakan secara optimal dalam mengatasi masalah-masalah pembelajaran.
Penggunaan model pembelajaran dick and carey dalam pengembangan suatu mata
pelajaran dimaksudkan yakni agar:

1. Pada awal proses pembelajaran anak didik atau siswa dapat mengetahui dan
mampu melakukan hal-hal yang berkaitan dengan materi pada akhir pembelajaran.
2. Adanya pertautan antara tiap komponen khususnya strategi pembelajaran dan
hasil pembelajaran yang dikehendaki.
3. Menerangkan langkah–langkah yang perlu dilakukan dalam melakukan
perencanaan desain pembelajaran.

4.2 Saran

Penyusun berharap agar model belajar yang digunakan dalam proses


pembelajaran di Indonesia sesuai dengan karakter, watak, dan kemampuan para
peserta didik. Agar proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik dan ilmu yang
disampaikan kepada peserta didik dapat tersampaikan. Selain itu, peserta didik dapat
mengembangkan potensi atau kemampuan di dalam diri mereka dengan maksimal dan
akhirnya dapat memajukan pendidikan di negara Indonesia.

Penyusun menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan. Maka dari itu, kritik dan saran dibutuhkan untuk perbaikan makalah
selanjutnya.

23
DAFTAR PUSTAKA

 Wisnu Nugroho Aji. 2016. “MODEL PEMBELAJARAN DICK AND CARREY


DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA”
https://journals.ums.ac.id/index.php/KLS/article/viewFile/3631/2307
Diakses pada tanggal 05 Mei 2022 pada pukul 10.13 WIB
 Zainul Musthofa. 2014. “Desain Pembelajaran Model Dick dan Carey”
https://www.academia.edu/29113513/
Desain_Pembelajaran_Model_Dick_dan_Carey_docx
Diakses pada tanggal 05 Mei 2022 pada pukul 10.27 WIB
 Cheerlle Najjah. 2018. “Sejarah Singkat Model Desain Pembelajaran Dick and
Carey”
https://www.scribd.com/document/374008949/Sejarah-Singkat-Model-
Desain-Pembelajaran-Dick-and-Carey
Diakses pada tanggal 05 Mei 2022 pada pukul 10.39 WIB
 Bahrur Rosyidi. 2022. “MODEL PENGEMBANGAN SISTEM PEMBELAJARAN
DICK & CAREY”
https://www.academia.edu/13181477/
MODEL_PENGEMBANGAN_SISTEM_PEMBELAJARAN_DICK_and_C
AREY
Diakses pada tanggal 05 Mei 2022 pada pukul 11.02 WIB
 Masni Hidayati. 2022. “desain pembelajaran_model dick and carey”
https://www.academia.edu/11684706/
desain_pembelajaran_model_dick_and_carey
Diakses pada tanggal 05 Mei 2022 pada pukul 11.22 WIB
 Wisnu Nugroho Aji. 2016. “MODEL PEMBELAJARAN DICK AND CARREY
DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA”
https://www.researchgate.net/publication/
317023234_MODEL_PEMBELAJARAN_DICK_AND_CARREY_DALAM
_PEMBELAJARAN_BAHASA_DAN_SASTRA_INDONESIA
Diakses pada tanggal 05 Mei 2022 pada pukul 13.19 WIB

24
 Ghufron Kamil. 2021. “PENERAPAN MODEL DESAIN INSTRAKSIONAL DICK
AND CAREY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS VIII SEMESTER
GENAP SMP PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR.”
https://jurnal.jkp-bali.com/perspektif/article/view/24
Diakses pada tanggal 05 Mei 2022 pada pukul 13.43 WIB

25

Anda mungkin juga menyukai