net/publication/319413925
CITATION READS
1 1,677
2 authors:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Planning of Near Surface Disposal facility for safe demonstration disposal View project
All content following this page was uploaded by I G Sukadana on 11 October 2017.
Naskah diterima: 28 Oktober 2016, direvisi: 21 November 2016, disetujui: 26 November 2016
ABSTRAK
Uranium di alam dapat terbentuk dalam berbagai tipe cebakan, sesuai dengan sumber, proses, dan
lingkungan pengendapannya. Keterdapatan uranium di Sibolga pada batuan sedimen Formasi Sibolga merupakan
suatu potensi yang layak untuk dikembangkan tetapi hingga saat ini belum diketahui pola pengendapan dan proses
mineralisasi uranium tersebut. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pola sebaran batuan dan keterdapatan
anomali kadar uranium berdasarkan data geologi, radiometri permukaan, dan data log bor untuk mengetahui
proses pengendapan batuan dan mineralisasi uranium. Keterdapatan mineralisasi berdasarkan data log bor tersebar
dari satuan konglomerat alas (Kgl 1), satuan batupasir 1 (Bp 1), satuan konglomerat 2 (Kgl 2), dan satuan
batupasir 2 (Bp 2) dengan ketebalan dan sebaran semakin ke atas semakin menipis. Sebaran mineralisasi pada
bagian timur pada satuan batuan konglomerat 1 lebih didominasi oleh mineral detrital hasil pengendapan
epigenetik berupa monasit yang terbentuk pada saat pembentukan granit sebagai batuan sumber. Pada satuan
batuan di atasnya mineralisasi berbentuk pola alur (channel) yang berarah timur laut-barat daya, yang terbentuk
secara syn-genetic dengan mineral berupa uraninite, carnotite, dan coffinite. Pengendapan batuan Formasi Sibolga
berasal dari timur ke arah barat dan pengendapan uranium terjadi akibat perbedaan kondisi lingkungan
pengendapan dari oksidasi di bagian timur menjadi lebih reduktif di bagian barat daya. Peningkatan kandungan
material organik yang cukup tinggi pada lingkungan pengendapan bagian barat daya menyebabkan lingkungan
pengendapan dalam kondisi reduksi.
Kata kunci: sedimen, uranium, mineralisasi, granit, Sibolga.
ABSTRACT
Uranium in nature formed in various deposit type, depends on its sources, process, and depositional
environments. Uranium occurrence in Sibolga, hosted in sedimentary rocks of Sibolga Formation, is properly
potential to develop; nevertheless, the depositional pattern and uranium mineralization process so far had not
been recognized. The research aim is to determine the rock distribution patterns and the existence of uranium
grade anomalies based on surface geology and borehole log data. Mineralization occurrences from borehole log
data distributed from basalt conglomerate unit (Kgl 1), sandstone 1 unit (Bp 1), conglomerate 2 unit (Kgl 2), and
sandstone 2 unit (Bp 2) with their distribution and thickness are thinning to the top. Mineralization distribution in
the eastern area, mainly on Kgl 1 unit, dominated by detritus materials from epi-genetic depositional in the form
of monazite which is formed along with the formation of granite as its source rock. Meanwhile, mineralization on
the upper rocks units formed a channel pattern trending northeast-southwest, which formed in syn-genetic process
consist of uraninite, carnotite, and coffinite. Sibolga Formation deposition originated from east to west and
uranium deposit formed because of the differences of depositional environment from oxidation in the east to the
more reductive in the southwest. The increasing of organic materials in southwest basin caused the reduction
condition of depositional environment.
Keywords: sediment, uranium, mineralization, granite, Sibolga.
125
Evaluasi Sistem Pengendapan Uranium pada Batuan Sedimen Formasi Sibolga, Tapanuli Tengah
Oleh: I Gde Sukadana dan Heri Syaeful
126
Eksplorium p-ISSN 0854-1418
Volume 37 No. 2, November 2016: 125–138 e-ISSN 2503-426X
berdasarkan asal jenis nuklida dan tingkat DATA DAN HASIL PENELITIAN
energinya. Cacahan sinar gamma yang Sibolga merupakan cekungan antar
ditangkap oleh detektor selanjutnya diubah pegunungan yang secara geologi
menjadi spektrum dan dibedakan memungkinkan terbentuknya cebakan
berdasarkan jenis nuklida yang ditangkap. uranium tipe sedimenter. Sumber uranium
berasal dari granit yang berumur Perem.
Evaluasi dilakukan terhadap 22 titik bor Secara stratigrafi regional daerah Sibolga
yang terdapat pada daerah Aloban, Sibolga. dibagi menjadi delapan formasi dari tua ke
Analisis data dilakukan dengan rekonstruksi muda, yaitu: Formasi Kluet (metaarenit dan
dan korelasi stratigrafi antar lubang bor, argilit), Formasi Sibolga (granit, diorit, dan
keterdapatan anomali kadar uranium pada granodiorit) berumur Perem Akhir–Trias
setiap lubang bor, dan analisis struktur Awal, Formasi Gunung api Angkola, Formasi
sedimen untuk mengetahui lingkungan Barus (batupasir karbonan dan batubara)
pengendapan. berumur Oligosen–Miosen Awal, Formasi
Analisis proses akumulasi uranium Gunung api Pinapan, Tuff Toba, Aluvium
didasarkan pada model akumulasi uranium Tua, dan Aluvium berumur Kuarter [6]. Peta
pada batuan sedimen yang secara umum geologi regional terdapat pada Gambar 1.
dapat dibagi ke dalam dua model lingkungan, Hasil pengukuran geofisika diketahui
yaitu lingkungan reduksi dan resistat [4]. permukaan granit secara umum sangat
Lingkungan reduksi merupakan suatu dangkal di sebelah timur dan menjadi
lingkungan pengendapan dimana uranium semakin dalam di bagian tengah dan barat
yang larut bersama air tanah dapat daya. Secara umum permukaan granit berada
terakumulasi. Pada umumnya akumulasi pada elevasi -121,01 sampai 170,72 meter
terjadi dalam beberapa tahap perubahan dari permukaan laut [7].
lingkungan reduksi ke oksidasi yang Secara umum lokasi penelitian tersusun
menjadikan proses akumulasi yang terjadi oleh Formasi Sibolga yang dapat dibedakan
menjadi semakin baik. Lingkungan resistat dalam enam satuan batuan, yaitu satuan
merupakan suatu lingkungan dimana uranium granit, satuan konglomerat alas (konglomerat
terikat secara kimia bersama mineral-mineral 1), satuan batupasir 1, satuan konglomerat 2,
yang resisten terhadap pelapukan dan satuan batupasir 2, dan satuan endapan
terendapkan pada batuan sedimen dalam aluvial. Kondisi singkapan batuan di lapangan
bentuk endapan plaser sungai. Analisis proses adalah seperti Gambar 2.
akumulasi uranium juga didukung dengan
pola sebaran setiap mineralisasi pada lapisan
batuan yang sama.
127
Evaluasi Sistem Pengendapan Uranium pada Batuan Sedimen Formasi Sibolga, Tapanuli Tengah
Oleh: I Gde Sukadana dan Heri Syaeful
128
Eksplorium p-ISSN 0854-1418
Volume 37 No. 2, November 2016: 125–138 e-ISSN 2503-426X
129
Evaluasi Sistem Pengendapan Uranium pada Batuan Sedimen Formasi Sibolga, Tapanuli Tengah
Oleh: I Gde Sukadana dan Heri Syaeful
Gambar 4. Peta topografi dan lintasan penampang geologi melintasi beberapa titik bor [7].
Berdasarkan data log batuan pada titik m, 65 m, dan 62 m). Titik bor WK-20 dengan
bor yang terdapat di daerah Aloban, dibuat elevasi 82 mdpl menembus hingga batuan
penampang yang menghubungkan beberapa dasar granit dan beberapa anomali kadar
titik bor yang dianggap mewakili stratigrafi uranium pada batuan konglomerat (39 m, 35
daerah Aloban. Penampang A-A’ berarah m, 28 m, dan 11 m). Korelasi dari kelima titik
barat daya-timur laut yang melalui lima titik bor tersebut seperti pada Gambar 5.
bor yang memiliki kedalaman berbeda-beda, Penampang yang tegak lurus dengan
yaitu: WK-29 (60, 79 m), WK-15 (78,85 m), penampang A-A’ adalah penampang D-D’
WK-47 (85,70 m), WK-23 (79,47 m), dan berarah barat laut-tenggara yang melalui 6
WK-20 (62,90m). Pada titik bor WK-29 yang (enam) titik bor dengan kedalaman yang
terletak pada topografi paling rendah (-5,4 berbeda-beda, yaitu WK-43 (73,08 m), WK-
mdpl) menembus hingga batuan dasar granit 42 (63 m), WK-16 (66,6 m), WK-15 (78,85
dengan beberapa anomali kadar uranium pada m), WK-17 (66,9 m), dan WK-14 (44,61 m).
konglomerat (52 m) dan pada batupasir (12,5 Titik bor WK-43 dengan elevasi 47,16 mdpl
dan 40 m). Titik bor WK-15 dengan elevasi dengan inklinasi 70º menembus anomali
22,25 mdpl menembus anomali pada kadar uranium pada konglomerat (30 m).
konglomerat (54–61 m dan 71 m) dan pada Titik bor WK-42 terletak pada elevasi 25,3
batupasir (22 m dan 51 m). Titik WK-47 mdpl dengan inklinasi 80º menembus hingga
dengan elevasi 48,9 mdpl menembus hingga batuan dasar granit dengan anomali pada
batuan dasar granit dan beberapa anomali konglomerat (pada kedalaman 40–45 m dan 4
pada batupasir (56 m, 49 m, 18 m, 12 m, 7 m, m) dan pada batupasir (35 m). Titik bor WK-
3 m). Titik bor WK-23 dengan elevasi 71,09 16 pada elevasi 7,62 mdpl menembus
mdpl sebagian besar menembus konglomerat anomali pada konglomerat (50 m) dan
dengan anomali pada batuan konglomerat (76 beberapa anomali dengan ketebalan
130
Eksplorium p-ISSN 0854-1418
Volume 37 No. 2, November 2016: 125–138 e-ISSN 2503-426X
centimetrik pada batupasir. Titik Bor WK-15 anomali pada konglomerat (49 m dan 56 m)
dengan elevasi 22,25 mdpl menembus dan pada batupasir (46 m). Titik Bor WK-14
anomali pada konglomerat (70 m dan 55–60 dengan elevasi 20,94 mdpl menembus hingga
m), dan pada batupasir (50 m dan beberapa batuan dasar granit dan anomali pada
anomali berukuran milimetrik). Titik bor konglomerat (38 m). Korelasi antartitik
WK-17 dengan elevasi 19,33 mdpl tersebut terdapat pada Gambar 6.
menembus hingga batuan dasar granit dan
Gambar 5. Penampang A-A’ yang mewakili beberapa titik bor berarah barat daya-timur laut.
Selain dua penampang tersebut juga hasil korelasi antarpenampang batuan dan
dibuat beberapa penampang lainnya. Dari anomali kadar uranium maka dapat dilakukan
131
Evaluasi Sistem Pengendapan Uranium pada Batuan Sedimen Formasi Sibolga, Tapanuli Tengah
Oleh: I Gde Sukadana dan Heri Syaeful
pembuatan peta sebaran anomali kadar satuan batuan konglomerat 2 (Kgl 2) anomali
uranium berdasarkan batuan favourable. Hal kadar uranium membentuk pola alur
ini dapat digunakan untuk menghitung luasan (channel) yang berarah timur laut-barat daya.
anomali kadar uranium pada lapisan batuan Sebaran anomali kadar uranium tersebut lebih
yang berbeda. Korelasi beberapa titik bor rendah dari lapisan di bawahnya. Pada lapisan
yang memiliki anomali pada satuan batuan batupasir 2 yang merupakan lapisan paling
yang sama. Dari korelasi tersebut didapatkan atas pada daerah penelitian masih terdapat
bentuk sebaran anomali. Sebaran anomali anomali kadar uranium pada dua titik bor.
kadar uranium berdasarkan satuan batuan Pola sebaran anomali kadar uranium pada
favourable seperti pada Gambar 7. Pada setiap lapisan memiliki penyebaran menerus
gambar tersebut dapat diketahui bahwa dari arah timur dan pada bagian barat
sebaran anomali kadar uranium yang paling memiliki pola yang tidak menerus. Pada
luas terdapat pada satuan batuan konglomerat satuan konglomerat 1 (Kgl 1) yang
1 (Kgl 1), kemudian sebaran pada satuan merupakan batuan sedimen yang memiliki
batupasir 1 (Bp 1) yang memperlihatkan kontak dengan batuan granit memiliki
sebaran anomali kadar uranium membentuk sebaran anomali kadar uranium yang lebih
alur-alur berarah timur laut-barat daya. Pada luas dibandingkan dengan batuan di atasnya.
Gambar 7. Sebaran anomali mineral radioaktif pada lubang bor, (a) pada batuan konglomerat 1, (b) pada batuan
batupasir 1, (c) pada lapisan konglomerat 2, (d) pada lapisan batupasir 2.
132
Eksplorium p-ISSN 0854-1418
Volume 37 No. 2, November 2016: 125–138 e-ISSN 2503-426X
penampang litologi timur-barat, diketahui karbon sampai batubara dan mineral pirit.
bahwa penyebaran konglomerat yang Suasana oksidasi dapat terlihat dari warna
merupakan produk aliran debris mendominasi batuan yang putih sampai kemerah-merahan
litologi di daerah penelitian. Analisis sistem dan dicirikan dengan keberadaan mineral
pengendapan aliran debris dapat diamati dari hematit.
keberadaan matriks berukuran pasir dengan
dominan kemas terbuka (matrix supported) PEMBAHASAN
dan bentuk butir menyudut. Fragmen dari Tipe mineralisasi endapan uranium yang
konglomerat alas merupakan batuan granit berhubungan dengan batuan granitik lebih
sampai dengan granodiorit dan berukuran banyak berhubungan dengan batuan
centimetrik sampai dengan desimetrik. leucogranit peraluminous. Batuan ini
Struktur sedimen yang dapat diamati adalah memiliki variasi komposisi yang sangat
reverse graded sampai normal graded. terbatas (biotit <10%) dan sangat berkorelasi
Ketebalan satuan konglomerat alas bervariasi dengan peningkatan indeks
dari 10 meter sampai mencapai hampir 50 peraluminusitasnya dimana peningkatan
meter. Di atas konglomerat alas, diendapkan kadar uranium berkaitan dengan tingkat
batupasir kasar sampai batulanau dan fraksinasi [8]. Granit Sibolga dapat menjadi
merupakan endapan abandoned channel. batuan sumber uranium karena telah
Struktur sedimen yang berkembang pada mengalami proses pelapukan. Batuan yang
lapisan ini adalah parallel lamination dan mengandung uranium apabila mengalami
graded bedding. Secara umum dapat proses pelapukan dan dialiri oleh air tanah
disimpulkan di lokasi penelitian berdasarkan maka akan menyebabkan pembebasan
pengamatan lapangan dan korelasi antara uranium dan unsur kimia lainnya dan terbawa
lubang bor bahwa siklus pengendapan aliran oleh larutan air tanah [9]. Keterdapatan
debris sampai endapan abandoned channel uranium pada air tanah hanya akan bertahan
terjadi selama tiga kali. pada kondisi oksidasi dalam bentuk uranil
Berdasarkan penampang A-A’ yang (U(VI)) dan kondisi redoks akan mengontrol
merupakan penampang sejajar arah perubahan kondisi uranium dalam air tanah
pengendapan dapat terlihat bahwa ketebalan menjadi mineral akibat tingkat kelarutan yang
satuan konglomerat menipis dari posisi sangat berbeda sehingga dalam kondisi
proksimal ke posisi distal. Pada posisi tegak reduksi akan segera terbentuk mineral dengan
lurus arah pengendapan (penampang C-C’), jenis uranium U(IV) pada batuan sedimen
lapisan konglomerat mempunyai pelamparan [10].
yang luas atau hampir selebar daerah Berdasarkan tipe pengendapannya,
penelitian (kurang lebih 1 km). keterdapatan mineralisasi uranium pada
Berdasarkan kenampakan litologi dan lingkungan batuan sedimen dibagi ke dalam
keberadaan mineral dapat diketahui suasana tiga kelompok utama, yaitu cebakan zona
pengendapan bervariasi dari lingkungan redoks pada lingkungan pengendapan laut
reduksi sampai oksidasi. Suasana lingkungan (SRtm), cebakan zona redoks pada
pengendapan reduksi terjadi pada endapan lingkungan darat/benua (SRtc), dan
fraksi halus dan dicirikan dengan warna kristalisasi kimia yang berhubungan dengan
batuan keabuan serta mengandung material endapan cebakan pada zona redoks (SCcr).
133
Evaluasi Sistem Pengendapan Uranium pada Batuan Sedimen Formasi Sibolga, Tapanuli Tengah
Oleh: I Gde Sukadana dan Heri Syaeful
Berdasarkan kondisi geologi daerah Sibolga sangat penting akibat pengaruh dari material
terbentuk pada lingkungan pengendapan darat organik dalam proses pembentukan tipe
[2]. Hubungan yang kuat antara material endapan uranium [4]. Uranium dapat
organik dengan endapan uranium dalam terendapkan dan membentuk mineral uraninit
batuan sedimen serta pada perubahan oleh penyerapan pada material organik
karakteristik pengendapan, baik secara fisik dan/atau oleh reduksi UO22+ akibat aktivitas
maupun komposisi kimia yang terbentuk bakteri anaerobik [1]. Tipe endapan uranium
secara bersamaan dengan perubahan pada yang mungkin terbentuk pada daerah Sibolga
daerah oksidasi yang dipengaruhi oleh seperti ilustrasi pada Gambar 8.
oksidasi akibat pengaruh atmosfer dan
kondisi reduksi merupakan proses kimia yang
Gambar 8. Ilustrasi proses pembentukan dan jenis endapan mineral radioaktif pada batuan sedimen dengan batuan
sumber granit.
Evaluasi Pembentukan Mineralisasi Perem Akhir sampai Trias Awal, atau sekitar
Uranium 250 juta tahun yang lalu dan merupakan
Berdasarkan keseluruhan data yang granit tipe S [6, 2]. Hal ini memungkinkan
dikumpulkan baik berupa data sekunder terkandungnya unsur uranium yang cukup
maupun data primer yang berupa data geologi tinggi pada tubuh batuan granit dan dapat
regional, pemboran, log geofisika, pemetaan terbebaskan pada saat proses pelapukan [9].
geologi, radiometri, mineralogi, dan lain-lain Pengendapan batuan sedimen yang
maka dapat dilakukan suatu evaluasi sistem merupakan hasil rombakan dari granit terjadi
pengendapan uranium pada sektor Aloban. pada Oligosen–Miosen Awal [6, 11].
Analisis ditekankan lebih kepada genesa Pengendapan batuan sedimen tersebut diawali
akumulasi uranium pada batuan sedimen dan dengan adanya gejala pensesaran normal yang
tidak kepada proses diferensiasi magma yang menyebabkan terjadinya perbedaan elevasi
menyebabkan terbentuknya mineralisasi dan memungkinkan terbentuknya endapan
uranium. Mineral yang terbentuk di daerah ini batuan sedimen pada sistem kipas aluvium
adalah uraninite, carnotite, dan coffinite [5]. yang mengandung material organik dan
Hasil analisis dapat dijabarkan bahwa membentuk lapisan serpih hitam pada satuan
proses pembentukan Formasi Sibolga dan batuan konglomerat dan batupasir.
mineralisasi radioaktif terbentuk dalam Bersamaan dengan pengendapan batuan
beberapa tahap. Pembekuan atau sedimen terjadi pelarutan unsur radioaktif
pembentukan batuan granit terjadi pada dari batuan dan lapukan batuan granitik dan
134
Eksplorium p-ISSN 0854-1418
Volume 37 No. 2, November 2016: 125–138 e-ISSN 2503-426X
terlarut di dalam air tanah berbentuk uranil Pengendapan mineral radioaktif berupa
(U(VI)). Unsur uranium yang berupa uranil uraninite, carnotite, dan coffinite terbentuk
akan segera terendapkan pada lapisan yang pada proses redoks dengan kondisi reduksi
kaya akan material organik dan berubah yang dipengaruhi oleh kandungan material
menjadi (U(IV)) yang berbentuk mineral organik yang cukup tinggi [15] sehingga
uraninite, carnotite, dan coffinite. keterdapatannya hanya terbentuk pada serpih
Berdasarkan korelasi data litologi dari hitam yang kaya akan material organik [3].
sumur pemboran dan data anomali radiometri Pengendapan uranium pada batuan sedimen
dari log gamma ray maka dapat diketahui berasal dari arah timur dan mengikuti arah
keberadaan akumulasi mineral/unsur aliran air tanah membentuk beberapa pola
radioaktif uranium dan thorium. Berdasarkan alur yang berarah timur laut- barat daya. Pada
data tersebut diketahui bahwa penyebaran bagian timur di sekitar kontak antara batuan
anomali unsur radioaktif tersebar merata pada sedimen dengan granit, mineralisasi uranium
litologi konglomerat, batupasir, dan didominasi oleh mineral hasil rombakan
batulanau. Berdasarkan data tersebut granit (monasit) dengan penyebaran yang
diketahui bahwa lingkungan pengendapan cukup luas, terutama pada satuan batuan
pada saat kondisi reduksi tidak hanya konglomerat 1. Semakin ke atas keterdapatan
pengaruh dari kandungan materal organik mineral radioaktif membentuk pola alur
pada batuan tetapi pengaruh kondisi (channel) yang berarah timur laut-barat daya
lingkungan pengendapan secara umum. yang menunjukkan bahwa batuan induknya
Dengan memperhatikan data penyebaran terbentuk dalam suatu pola pengendapan
akumulasi uranium maka diketahui bahwa sungai teranyam [16, 17].
proses mineralisasi tidak hanya terjadi selama Pada daerah timur mineralisasi berupa
satu kali bersamaan dengan proses hasil rombakan sehingga kaya akan uranium,
sedimentasi (syn-sedimentation/syn-genetic) thorium, dan unsur tanah jarang (REE)
tetapi mineral yang mengandung uranium sedangkan pada bagian barat daya
seperti monasit juga telah terbentuk pada mineralisasi uranium berbentuk tabular dan
batuan granit sebelumnya karena mineral lebih kaya akan kandungan uranium. Hal ini
monasit mempunyai ikatan kimia kuat menunjukkan bahwa kondisi lingkungan
sehingga mengikat unsur uranium [12]. pengendapan di bagian timur masih berupa
Mineral radioaktif pada awalnya lingkungan oksidasi yang menyebabkan
terbentuk pada saat pembentukan batuan terlarutnya unsur uranium dan terendapkan di
granit berupa monasit yang mengandung bagian baratdaya yang merupakan lingkungan
uranium, thorium, dan unsur tanah jarang pengendapan reduksi [14, 18]. Korelasi
(REE). Pada proses selanjutnya akan pengendapan batuan di Sibolga adalah seperti
terbentuk sebagai mineral robakan granit Gambar 9.
penyusun batuan sedimen [13, 14].
135
Evaluasi Sistem Pengendapan Uranium pada Batuan Sedimen Formasi Sibolga, Tapanuli Tengah
Oleh: I Gde Sukadana dan Heri Syaeful
Gambar 9. Bentuk dan sebaran mineralisasi uranium pada Formasi Sibolga berdasarkan korelasi data pemboran.
136
Eksplorium p-ISSN 0854-1418
Volume 37 No. 2, November 2016: 125–138 e-ISSN 2503-426X
137
Evaluasi Sistem Pengendapan Uranium pada Batuan Sedimen Formasi Sibolga, Tapanuli Tengah
Oleh: I Gde Sukadana dan Heri Syaeful
138