Anda di halaman 1dari 8

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir 2016

Batam, 4-5 Agustus 2016 ISSN: 2355-7524

GEOLOGI DAN KETERDAPATAN ZIRKON, MONASIT PADA ENDAPAN


SEDIMEN DAN ALUVIAL DI DAERAH KATINGAN KALIMANTAN
TENGAH
1
Bambang Soetopo
1) Pusat Teknologi Bahan Galian Nuklir – BATAN
Jln. Lebak Bulus Raya No 9 Pasar Jumat Jakarta 12440
Telp (021) 75912956, 7691775 Fax (021) 7691977
Email : bambangsoetopo@.gmail.com

ABSTRAK
GEOLOGI DAN KETERDAPATAN ZIRKON, MONASIT PADA ENDAPAN SEDIMEN DAN
ALUVIAL DI DAERAH KATINGAN KALIMANTAN TENGAH. Secara geologi daerah
Katingan terletak dalam sebaran granit yang telah dikenali berpotensi terdapat mineral
zirkon, monasit. Mineral monasit merupakan salah satu mineral yang mengandung U, Th.
yang keberadaannya bersama - sama dengan mineral zirkon bersumber dari batuan granit
yang bersifat alkali. Hasil analisis kadar konsentrat zirkon oleh BAPETEN di daerah
Katingan Kalimantan Tengah positif mengandung unsur uranium 200 ppm dan thorium 800
ppm. Tujuan kajian ini untuk mendapatkan Informasi geologis dan karakteristik
keterdapatan zirkon, monasit di daerah Katingan Kalimantan Tengah. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa litologi daerah Katingan tersusun oleh Satuan batupasir, Terobosan
granit dan Satuan Aluvium. Hasil pengukuran dengan RS 125 pada Satuan batupasir dan
aluvial menunjukkan radioaktivitas berkisar antara 35 – 150 nSv/h, kadar U 0,2 – 2,8 eppm
dan kadar Th 2,3 – 24,9 eppm, sedang pada batuan granit radioaktivitas 320 – 450 nSv/h
dengan kadar U berkisar antara 4 – 6,5 eppm U dan kadar Th antara 24 – 25 eppm Th. Hal
ini menunjukkan bahwa di daerah Katingan terdapat zirkon, monasit yang mengandung U,
Th pada Formasi Dohor dan Aluvium.

Kata kunci : Geologi, monasit, zirkon, Katingan, Kalimantan Tengah.

ABSTRACT
GEOLOGY AND OCCURRENCES ZIRCON, MONAZITE ON SEDIMENT AND ALLUVIAL
DEPOSITS IN KATINGAN AREA IN CENTRAL KALIMANTAN . The geology in the area
Katingan lies in the distribution of granite that have been identified are potentially mineral
zircon, monazite. Mineral monazite is one mineral that contains U, Th. whose existence
together - together with the mineral zircon derived from granitic rocks that are alkaline. Assay
results by BAPETEN zircon concentrate in the area of Central Kalimantan positive Katingan
contains elements uranium and thorium 200 ppm to 800 ppm. The purpose of this study to
obtain geological information and characteristics of zircon occurrences in the area Katingan
Central Kalimantan. The results showed that lithology area Katingan Unit composed by
sandstone, granite and Unit Alluvium breakthrough. Measurement results with the RS 125 on
Unit sandstones and alluvial showed radioactivity ranged between 35-150 nSv/h, U levels
from 0.2 to 2.8 eppm and Th content of 2.3 to 24.9 eppm, while the radioactivity of 320
granite rocks - 450 nSv/h with U content ranging from 4 to 6.5 ppm U and Th content
between 24-25 ppm Th. This indicates that in the area there Katingan zirkon, monazite
containing U, Th. Occurrences zircon, monazite in Dohor Formation and Alluvium.

Keywords: Geology, monazite, zircon, Katingan, Central Kalimantan.

PENDAHULUAN

Secara geologi daerah Katingan terletak dalam sebaran granit Semenanjung Malaya,
Sumatra, Kalimantan[1]. Mineral monasit merupakan salah satu mineral yang mengandung
unsur uranium, thorium dan RE yang keberadaannya bersama-sama dengan mineral zirkon
dalam batuan granit. Mineral monasit dan zirkon mempunyai sistem pengendapan yang
sama baik dalam pengendapan sedimen maupun dalam aluvial sungai, karena mempunyai
berat jenis yang relatif sama 4,5- 5,7. Sistem pengendapan tersebut mempunyai
kemudahan dalam proses eksplorasi. Menurut Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten)

233
Geologi dan Keterdapatan Zirkon...
Bambang Soetopo ISSN: 2355-7524

mineral zirkon positif mengandung unsur uranium dan thorium. Hasil analisis 22 contoh
konsentrat zirkon di daerah Katingan Kalimantan Tengah mengandung uranium dan thorium
200 – 800 ppm dan hasil pengukuran radioaktivitas konsentrat mineral berat dengan nilai
[2]
100 – 400 c/s . Dari indikasi data tersebut maka diduga di daerah Katingan terdapat
mineral radioaktif (U, Th) yang berasal dari mineral monasit dan zirkon, sehingga perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan Informasi
geologis dan karakteristik keterdapatan zirkon, monasit di daerah Katingan Kalimantan
Tengah.
Hipotesis mineral zirkon, monasit yang terdapat di daerah Katingan berasal dari batuan
granit berumur Pra Tersier yang telah mengalami desintregrasi dan lapuk lanjut. Keberadan
mineral zirkon mengalami transportasi bersama mineral berat (monasit) lain yang kemudian
[7]
tersedimentasi di lingkungan baru sebagai endapan sedimen dan aluvial, .
Lokasi Penelitian Kabupaten Katingan, dengan ibukota Kasongan, Provinsi Kalimantan
Tengah. Secara geografis terletak diantara daerah yang dibatasi oleh koordinat : 113° 4' 15"
Bujur Timur - 113° 18' 31" Bujur Timur dan 1° 44' 59" Lintang Selatan - 2° 1' 15" Lintang
Selatan

TEORI DASAR

Sifat mineral Monasit dan zirkon


Mineral radioaktif yang terdapat dalam batuan granit adalah monasit, zirkon
Monasit ((Ce,La,Y,Th)PO3) secara kimiawi adalah salah satu mineral radioaktif dalam
senyawa thorium phospat dan cerium. Cerium adalah Rare earth element dengan senyawa
oksida dari logam lanthanium, samarium, praseodymium, neodymium, promethgium dan
europium. Monasit memiliki kandungan thorium yang cukup tinggi.
Sifat fisik monasit adalah kekerasan variabel 5-5,5, Berat Jenis adalah sekitar 4,6-5,7, streak
putih. Umumnya sangat radioaktif yang dapat menghasilkan metamiktisasi.
Zirkon (Zr Si O4) adalah mineral yang mengandung unsur zirkonium dan oksigen yang
merupakan hasil kristalisasi magma dalam pembentukan batuan beku seperti granit,
granodiorit, sienit dan lainnya. Zirkon nama kimianya adalah zirkonium silikat yang terdiri 67
% Zr O2, 32 % Sio2 dengan unsur tambahan hafnium, kalsium, thorium, uranium, yttrium,
magnesium, besi, aluminium, pospat, oksigen dan unsur tanah jarang (RE) dengan titik lebut
O
2.500 C. Secara fisik berwarna variasi, putih bening hingga kuning, kehijauan, coklat
kemerahan, kuning kecoklatan, dan gelap, sistim kristal monoklin, prismatik, dipiramida dan
ditetragonal, kilap lilin sampai logam, belahan sempurna – tidak beraturan, kekerasan 6,5 –
7,5, berat jenis 4,6 – 5,8, indeks refraksi 1,92 – 2,19, hilang pijar 0,1%, dan titik lebur 2.500
[3]
C .
Siklus monazit dan zirkon dalam batuan sedimen
Siklus geologi pembentukan monazit, zirkon pada batuan sedimen diawali oleh
penguraian butiran mineral dari batuan yang tersingkap di permukaan bumi baik batuan
metamorf maupun beku yang mengandung mineral monasit, zirkon, karena mineral tersebut
mempunyai berat jenis yang sama 4,5 – 5,7dan bersifat resisten. Pada tahap selanjutnya
proses yang terjadi didominasi oleh aktivitas mekanik, sebagai hasil dari proses mekanik
tersebut adalah keberadaan detrital monazit, zirkon terdistribusi sebagai mineral ikutan atau
terkonsentrasi secara lokal dalam batuan sedimen.
Kandungan thorium dalam monasit placer di satu tempat dan tempat lain di dunia sangat
bervariasi, perbedaan tersebut tergantung pada jenis batuan kristalin yang menjadi sumber
butiran monazit. Secara umum semakin banyak batuan sumber yang berupa batuan
plutonik, semakin banyak thorium yang terkandung di dalamnya [4].
Peran siklus sedimen terhadap kandungan thorium dari detrital monazite, salah satunya
adalah akibat adanya pencampuran material secara mekanik (Martie, 1958, h. 5).
Pencampuran selama proses transportasi material dari berbagai sumber mengarah pada
campuran mekanis yang secara khas dipengaruhi oleh keseragaman detrital monazite.
Akibatnya, jumlah thorium dalam sampel monasit dari placer mempunyai kadar bervariasi,
lebih kecil daripada jumlah thorium yang terdapat dalam sampel monasit pada batuan
[5]
kristalin .

TATA KERJA
Tata kerja yang dilakukan dalam penelitian meliputi:
 Pengamatan geologi

234
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir 2016
Batam, 4-5 Agustus 2016 ISSN: 2355-7524

 Pengukuran radioaktivitas dan kadar U, Th.


 Pengambilan sampel MB (mineral berat) dan batuan
 Analisis laboratorium mineralogi dan geokimia pada batuan dan mineral berat (MB)
 Pembuatan laporan

HASIL
GEOLOGI REGIONAL
Berdasarkan peta geologi regional berskala 1 : 250.000 yang dipublikasikan oleh
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G), terdiri dari batuan Malihan Pinoh
berumur Permo Karbon. Tonalit Sepauk berumur Kapur Atas. Komplek Matan (Batuan
Gunungapi Kerabai) berumur Kapur Atas. Terobosan granit berumur Jura – Kapur Akhir.
Terobosan Sintang berumur Miosen Awal. Formasi warukin berumur Miosen Awal – tengah.
Formasi Dahor berumur Miosen Tengah sampai Plistosen dan endapan yang paling muda
berupa Aluvium berumur Holosen [7] (Gambar 3).

[6]
Gambar 3. Peta Geologi Regional Kalimantan Tengah

1. Batuan metamorf/malihan, batuan metamorf/malihan merupakan batuan dasar yang


dikenal sebagai batuan metamorfik Pinoh. Batuan metamorfik Pinoh (PZM) adalah
batuan metamorf di Peg Schwaner yang tersebar di daerah Nanga Taman Kalimantan
Barat dan di daerah Tumbang Hiram Kalimantan Tengah. Batuan metamorf tersebut
terdiri dari sekis serisit, sekis mika biotit, kuarsit, metasilt tersebar di Laur Ella Illir,
metapelit, metapelit tufaan dan metaargilit tersebar di Daerah Kalan dengan
radioaktivitas 75 – 120 c/s dengan kadar uranium 0,5 – 1,5 ppm [8]. Batuan metamorfik
yang terdapat di daerah Kahayan Hulu terdiri dari sekis, filit, genes, kuarsit, batusabak,
batutanduk, hasil analisis petrografi batuan metamorf tersebut mengandung monasit
dan zirkon [9,10] , Menurut P.E. Pieter (BRM) & Supriyatna (GRDC) batuan metamorf ini
berumur Permo – Karbon [7, 11] (Gambar 5).
2. Tonalit, Kapur Awal batuan metamorf/malihan diterobos oleh batuan tonalit/ granitoid
yang terdiri dari granit, diorit, granodiorit, dan tonalit sampai monzonit, batuan tersebut
dikenal sebagai tonalit Sepauk [12] . Batuan tersebut tersebar di Kalan, Sayan, Seruyan
dan Kahayan Hulu terdapat sebagai roof pendent, Secara kimiawi tonalit bersifat
kalkalkali, berwarna abu-abu cerah, bervariasi dari granodiorit, tonalit dan diorite. Hasil
analisis petrografi batuan beku (granit, granodiorit) tersebut mengandung monasit,
[9,10]
zircon dan alanit , Menurut P.E. Pieter (BRM) & Supriyatna (GRDC) satuan batuan
metamorf ini berumur Permo – Karbon [11]
3. Komplek Matan, merupakan kelompok semua batuan gunungapi yang meliputi Gunung
api Kerabai umumnya teridiri dari andesit dan basal; dolerit, trakhiandesit, keratofir,
dasit, riodasit, kebanyakan batuan piroklastik (lapili, kristal, tuf kristal, litik dan

235
Geologi dan Keterdapatan Zirkon...
Bambang Soetopo ISSN: 2355-7524

aglomerat). Menurut Pieter & Sanyoto (1989,1993), Baharudin (1990), Harahap (1987)
Kapur Akhir.
4. Terobosan Granit, kelompok granit Sukadana terdiri dari monzogranit, granit alkali
felspar, granodiorit dan diorit kuarsa. Batuan granit tersebut menerobos batuan
metamorf. Batuan plutonik tersebut berwarna coklat pucat sampai pink, holokristalin,
porpiritik, komposisi mineral terdiri dari kuarsa, k feldspar, feldspar, biotit,
hornblende,spene, epidot, alanit, monasit, zirkon. Komposisi kimia granit SiO2 46,78 % -
76,86 % dan Na2O 2,2 % - 3,2 %, kadar soda dalam batuan granit tersebut relatif tinggi
dibandingkan granit normal. Batuan granit tersebut termasuk granit tipe I yang berasal
[8].
dari sumber magma dalam Granit Sukadana tersebut mengandung unsur U, Th, Cu,
Zn, Nb, Mn, dan W relatif tinggi menunjukkan bahwa batuan granit tersebut sebagai
pembawa elemen radioaktif atau disebut sebagai hot granite [13], dengan indikasi nilai
radioaktivitas relatif tinggi berkisar antara 120 – 500 c/s [8]. Batuan granit tersebut
merupakan granit alkali yang terbentuk pada fasa pegmatitik ( pegmatitic stage) pada
suhu 550 – 600 C [14]. Hasil diterminasi K Argon terhadap biotit dan hornblende
diketahui bahwa kelompok batuan granit alkali berumur 77 – 157 juta ( Yura – Kapur
Akhir) [12] .
5. Formasi Warukin, terendapakan secara selaras diatas Formasi Berai yang tersusun
oleh batupasir kuarsa, batulempung, batulanau, dan konglomerat serta sisipan batubara
dan lensa batugamping. Formasi Warukin berumur berkisar antara Miosen Awal -
Tengah[6] .
6. Formasi Dohor, Formasi Dahor terendapkan tidak selaras diatas Formasi Warukin yang
terdiri batupasir kuarsa dan konglomerat yang mengandung kepingan kuarsit dan basal,
berselingan dengan batupasir berbutir sedang - sangat kasar, berstruktur laminasi
kadang-kadang terdapat karbonan (sisa tumbuhan) dan batulempung. Batulempung
berwarna kelabu, agak lunak mengandung karbonan atau lignit [6] . Formasi Dohor
diendapakan dalam lingkungan fluviatil berumur Pliosen – Plistosen [18,19] .
7. Terobosan Sintang, terobosan berupa korok dan retas andesit dan basal berumur
[17]
Miosen Awal .
8. Aluvium, satuan aluvium terdiri dari batupasir lempungan dan batupasir, ketebalan
satuan aluvium berkisar 1,5 – 3 m. Satuan aluvium tersebut merupakan hasil rombakan
dari batuan yang berumur lebih tua baik batuan granit maupun batupasir yang
mengandung monasit dan zirkon. Satuan aluvium terdapat pada bagian pinggir sungai.
Menurut hasil penelitian terdahulu batuan tersebut berumur berumur Kuarter[6] .

Struktur Geologi
Struktur geologi yang berkembang berupa sinklin yang tejadi pada Formasi batuan sedimen
dengan sumbu lipatan timur laut barat daya. Struktur sesar pada umumnya sesar normal
dan sebagian sesar geser , sesar normal sebagian berarah barat laut – tenggara hingga
[6]
hampir utara selatan .

Geologi Daerah Penelitian


Geologi Daerah penelitian terdiri dari Satuan batupasir, terobosan granit dan Satuan
aluvium (Gambar 4,5).

236
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir 2016
Batam, 4-5 Agustus 2016 ISSN: 2355-7524

Gambar 4. Peta Geologi Daerah Penelitian


Batupasir
Batupasir yang terdapat di daerah penelitian terdiri konglomerat, batupasir, batupasir
lempungan, batulempung
Konglomerat warna putih kecoklatan, ukuran pasir halus – gravel, bentuk membulat –
membulat tanggung, fragmen/matrik terdiri dari kuarsa, kuarsit, metasilt, batu pasir,
batugamping, granit dan sisa tumbuhan, kemas terbuka, sortasi jelek, memperlihatkan
struktur “graded bedding”.
Batupasir warna putih kecoklatan – hitam, ukuran pasir halus – granul, bentuk
membulat – membulat tanggung, fragmen/matrik terdiri kuarsa, kuarsit, metasilt, granit,
batupasir hitam, batulempung, batugamping dan sisa tumbuhan, karbon, kemas terbuka,
sortasi jelek, memperlihatkan struktur laminasi. Batupasir tersebut terpotong urat kuarsa
(Foto 2,3)
Batupasir lempungan, warna putih kecoklatan, ukuran lempung – pasir kasar, bentuk
membulat, matrik kuarsa, kuarsit, struktur laminasi.
Batulempung, warna putih kecoklatan – kelabu, ukuran lempung, matrik kuarsa,
batuan tersebut terdapat sebagai sisipan pada batupasir.
Satuan batupasir tersebut tersebar berarah baratlaut – tenggara kemiringan 10
keutara, terukur N 290 E/10. Hasil analisis butir satuan tersebut mengandung mineral galian
monasit, zirkon, ilmenit, rutil, magnetit. Pengukuran dengan RS 125 menunjukkan
radioaktivitas berkisar antara 35 – 150 nSv/h, kadar U 0,3 – 2,8 eppm dan kadar Th 2,00 –
24,9 eppm. Menurut penelitian terdahulu Satuan tersebut sebanding dengan Formasi Dohor
yang berumur Pliosen – Pleistosen [7].

batupasir urat
Sisa tumbuhan

Konglomerat

Foto 2. Sisa tumbuhan dalam batupasir Foto 3. Frakturasi yang terisi kuarsa
pada batupasir
Granit
Batuan granit terdapat pada daerah Katingan ( bukit batu) dan Tangkiling, batuan plutonik
tersebut berwarna coklat pucat sampai pink, holokristalin, porpiritik, komposisi mineral terdiri
dari kuarsa, k feldspar, feldspar, biotit, hornblende, spene, epidot, alanit, monasit, zirkon.
Batuan granit tersebut menerobos satuan batuan pasir yang berumur Pliosen dan pada
batupasir terdapat frakturasi yang terisi urat kuarsa. Hasil pengukuran dengan RS 125
menunjukkan radioaktivitas 320 – 450 nSv/h dengan kadar U berkisar antara 4 – 6,5 eppm
U dan kadar Th antara 24 – 25 eppm Th. Dari indikasi nilai radioaktivitas yang cukup tinggi
320 – 450 nSv/h dengan kadar Th 24 – 25 eppm Th menunjukkan bahwa granit tersebut
sebagai batuan sumber terdapatnya mineral monasit dan zirkon (Foto 4). Menurut penelitian
terdahulu batuan granit tersebut merupakan granit Sukadana yang berumur Jura - Kapur
[7]
Akhir

Aluvium
Aluvium tersebut merupakan hasil rombakan dari batuan yang berumur lebih tua terdiri dari
batupasir, batulempung pasiran.
Batupasir, warna coklat – putih, ukuran pasir halus krakal, bentuk membulat – membulat

237
Geologi dan Keterdapatan Zirkon...
Bambang Soetopo ISSN: 2355-7524

tanggung, fragmen/matrik kuarsa, kuarsit, granit maupun batupasir hitam dan mineral
ilmenit, rutil, magnetit, monasit dan zirkon, mudah diremas (Foto 5).
Batulempung pasiran, warna coklat muda – putih, ukuran lempung, bentuk membulat –
membulat tanggung, matrik kuarsa, kuarsit. Batuan tersebut terdapat sebagai sisipan dalam
batupasir. Satuan aluvium menumpang tidak selaras diatas Satuan batupasir, menurut hasil
[7]
penelitian terdahulu Satuan tersebut berumur berumur Kwarter .

Aluvial

Foto 4. Terobosan granit di Tengkiling Foto 5. Aluvial

S
U S
K U
A K
D A
A D
N A
A N
A
Gambar 5. Kolom Stratigrafi Kesamaan batuan
Geologi Regional Kalimantan Tengah – Daerah Penelitian

KETERDAPATAN ZIRKON, MONASIT


Batuan Sumber
Secara geologi batuan sumber mineral monasit, zirkon berasal dari rombakan
[19]
batuan sumber yaitu kelompok granitik, yang membentuk pegunungan Schwaner ,
batuan metamorf (sekis, kuarsit, genes) yang terdapat di bagian utara daerah kajian yang
[9]
pelamparannya hulu S. Kahayan dan hulu S. Katingan . Hasil pengukuran radioaktivitas di
daerah Kahayan Hulu pada batuan metamorf (sekis, filit, kuarsit) nilai radioaktivitas berkisar
antara 50 – 125 c/s, sedang pada batuan beku (granodiorit, diorit, dasit, granit) berkisar
[9,10] [17]
antara 20 – 35 c/s , sedang pada granit Sukadana 150 – 1.500 c/s . Nilai radioaktivitas
batuan sedimen konglomerat, pasir, lempung dan aluvial berkisar antara 50 – 112 nSv/h.
Batuan granit tersebut merupakan hasil dari plutonik granit kelompok granit alkali
O O
yang terbentuk pada fasa pegmatitik (pegmatitic stage) pada suhu 550 – 600 C. Hasil
determinasi K argon terhadap biotit, hornblende diketahui batuan granit tersebut merupakan
[14]
granit alkali yang mempunyai umur Yura – Kapur Akhir . Dari komposisi kimia
menunjukkan bahwa batuan granit tersebut termasuk granit tipe I yang berasal dari sumber
[8].
magma dalam Batuan granit tersebut mengandung unsur U, Th, Cu, Zn, Nb, Mn, dan W
[13].
relatif tinggi menunjukkan bahwa batuan granit sebagai pembawa elemen radioaktif Hasil
analisa petrografi pada contoh batuan beku seperti granit, granodiorit dan batuan metamorf
[9,10]
seperti sekis, genes dan kuarsit mengandung mineral monasit dan zirkon .

Keterdapatan monasit pada sedimen dan aluvial

238
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir 2016
Batam, 4-5 Agustus 2016 ISSN: 2355-7524

Secara geologi zirkon, monasit terdapat dalam batuan beku berkomposisi asam
hingga menengah, batuan malihan derajad sedang hingga tinggi dan batuan sedimen
terutama batupasir dan endapan aluvial yang materialnya berasal dari ketiga batuan
[20]
tersebut . Batuan tersebut akan mengalami proses disintergrasi, transportasi,
sedimentasi secara intensif selama proses glasiasi dan post glasiasi pada kuarter yang
menyebabkan fluktuasi permukaan air laut di Asia Tenggara mengalami beberapa
perubahan. Perubahan tersebut menyebabkan terjadi pleser deposit mineral berharga yang
[21]
berasosiasi dengan monasit zirkon .
Batuan sumber yang mengandung mineral monasit, zirkon baik pada batuan beku maupun
metamorf pada pengunungan Schwaner mengalami desintegrasi, transportasi dan
sedimentasi pada lingkungan pengendapan fluviatil yang terjadi secara intensif selama
kurun waktu Miosen - Kwarter yang menyebabkan terbentuk endapan sedimen dan aluvial
yang kaya akan monasit, zirkon dan mineral asosiasinya. Keterdapatan mineral monasit,
zirkon, ilmenit, rutil, magnetit dalam batuan sedimen di daerah Katingan pada Formasi
Dohor yang terdiri batupasir kuarsa dan konglomerat yang berumur Pliosen – Pleistosen dan
endapan aluvial yang berumur kwarter.
Pada Miosen akhir – Pliosen Awal terjadi proses orogenesa (pengangkatan) dan terobosan
granit Sintang yaitu terbentuknya pegunungan Meratus. Pada Pliosen – Pliestosen terjadi
proses pelapukan, transportasi yang mengakibatkan batuan sumber baik kelompok batuan
granit maupun batuan metamorf yang berumur Perm – Jura terendapkan dalam cekungan
pada lingkungan fluviatil. Mineral monasit, zirkon tersebut terendapkan bersama-sama
dengan batupasir yang berukuran kerikil – pasir halus sebagai batupasir kuarsa, batupasir
arkose dan konglomerat yang disebut sebagai Formasi Dahor.
Pada Kwarter terjadi proses pelapukan, transportasi dan pengendapan mineral monasit,
zirkon, ilmenit, rutil, magnetit yang berasal dari batuan beku, metamorf dan sedimen
terendapkan sebagai endapan alluvial pada aliran sungai Katingan bersama-sama pasir
lepas berukuran pasir halus – kasar.
Dari hasil pengukuran dengan alat Spektrometer Sinar Gamma RS 125 menunjukkan bahwa
nilai radioaktivitas berkisar antara 50 – 329 nSv/h. Sedang kadar U berkisar antara 0,1 –
6,4 eppm U dan kadar Th berkisar antara 0,2 – 25,1 eppm Th. Sedangkan dengan detektor
SPP 2 NF yang dilakukan pada pasir aluvial di daerah Katingan dan sekitarnya
menunjukkan nilai berkisar antara 25 – 100 c/s dan uji kadar uranium di daerah Katingan
pada contoh lumpur sebanyak 250 buah menunjukkan nilai berkisar antara 0,63 – 3,53
eppm U, untuk contoh mineral berat berkisar antara 4,70 – 23,40 eppm U.
Endapan alluvial biasanya diendapkan pada aliran sungai pada teras sungai maupun pada
limpah banjir. Prosentase keberadaan mineral radioaktif (monasit, zirkon) pada alluvial lebih
potensial dibandingkan pada lapisan batuan. Pada endapan alluvial akan terjadi
pengkayaan mineral berat (mineral radioaktif) karena material yang diendapkan dari
beberapa sumber baik dari batuan Formasi Dohor yang mengandung mineral radioaktif dan
dari batuan sumber (granit) yang terjadi dalam kurun waktu yang panjang. Dilihat dari peta
geologi penyebaran batuan granit, granodiorit yang terdapat dibagian hulu tidak terlau jauh
dari terdapatnya monasit, zirkon (F. Dohor) makin kearah hulu penyebaran konsentrat
mineral berat makin banyak dengan ditunjukkannya adanya batupasir yang mengandung
ilmenit, rutil, magnetit sebagai lapisan hitam.

KESIMPULAN
1. Litologi daerah telitian tersusun oleh Satuan batupasir (Formasi Dohor), terobosan
granit dan aluvium
2. Batuan sumber cebakan monasit dan zirkon dalam batuan beku granit yang mengalami
proses pelapukan, transportasi dan pengendapan sebagai endapan alluvial
3. Daerah penelitian terdapat monasit dan zirkon yang mengandung U, Th dengan nilai
radioaktivitas berkisar antara 50 – 329 nSv/h. Sedang kadar U berkisar antara 0,1 –
6,4 eppm U, kadar Th berkisar antara 0,2 – 25,1 eppm Th.
4. Secara geologi kedapatan uranium dan thorium di daerah Katingan dianggap potensial
yang terdapat pada Formasi Dohor dan endapan alluvial.

DAFTAR PUSTAKA
1. KATILI J.A., Tektonik Freme Work, Resources and related Problem in Southeast
Asia” Departemenst of Mine and Energy. Jakarta Indonesia, 1977

239
Geologi dan Keterdapatan Zirkon...
Bambang Soetopo ISSN: 2355-7524

2. KOIRUL HUDA, Peran Bapeten dalam Pengawasan Zirkon, Lokakarya Nasioanal


Pengawasan Zirkon, Badan Pengawas Tenaga Nuklir, 22 November 2014
3. SABTANTO JOKO SUPRAPTO, TIRJANA., Tentang Unsur Tanah Jarang, Bidang
Program Dan Kerja Sama, Pusat Sumber Daya Geologi, 2008.
4. WILLIAMS C., The Geologic Occurrence of Monazite, Geological Survey Profesional
Paper, US Government Printing Office, Wasington, 1967.
5. MARTIE, J.B, Jr., Monazite deposite of the Southeastern Atlantic State U.S. Geol,
Survey Circ, 1953
6. KUSNAMA., Batubara Formasi Warukin di daerah Sampit dan sekitarnya,
Kalimantan Tengah, Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 3 No. 1, Pusat Survei Geologi,
Jln. Diponegoro No. 57, Bandung, Maret 2008
7. NILA, ES., RUSTANDI, E., DAN HERYANTO,R., Peta Geologi Lembar Palangka
Raya, Kalimantan, skala 1 : 250.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi,
Bandung, 1995.
8. SOEPRAPTO TJOKROKARDONO, DJOKO SOETARNO, SAPARDI MS, LILIK
SUBIANTORO, RETNO WITJAHYATI, Geologi Regional Dan Mineralisasi Uranium
di Pegunungan Schwaner Kalimantan Barat Dan Tengah, Pusat Pengembangan
Bahan galian Dan Geologi Nuklir – BATAN, 2003.
9. TUGIYO, BAMBANG SOETOPO, BOMAN, PAIMIN., ” Propeksi Geologi Terinci
Daerah Kahayan Kalimantan Tengah, Laporan Hasil Penelitian, Proyek Penelitian
Teknik Eksplorasi dan Penembangan Bahan Nuklir “ PPBGN-BATAN, Jakarta,
1992/1993.
10. RAMADHANUS, NASRUL SYAMSUL, SURIPTO, SUPARJO., Propeksi Geologi
Terinci Daerah Kahayan Kalimantan Tengah, Laporan Hasil Penelitian, Proyek
Penelitian Teknik Eksplorasi dan Penembangan Bahan Nuklir “ PPBGN-BATAN,
Jakarta, 1992/1993
11. P.E. PIETERS (BRM) & SUPRIYATNA (GRDC), Preliminary Geological Map of the
West, Central and East Kalimantan Area, 1989.
12. AMIRUDDIN,. The preliminary study of the granitic rocks of West Kalimantan,
Indonesia (Project B-Geol.951). Department of Geology, University of Wollonggong,
1989.
13. PIETER PE, and SANYOTO.P., Geological Data Record Nangataman and
Pontianak 1: 250. 000 Quadrangles, West Kalimantan. Geological Research and
Development Centre, Indonesia in Cooperation with The Bureau of Mineral
Resources, Australia 1989.
14. WILLIAMS PR.,”Late Cretaceous to Early Tertary Structure Elementof West
Kalimantan” Tectononophisics, Elsevier Sciences Publhisher B.V. Amsterdam,
Printed in the Netherlands, 1988.
15. HERYANTO, R. DAN SANYOTO,P.,. Peta Geologi Lembar Amuntai, Kalimantan,
skala 1 : 250.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung, 1994.
16. MARGONO, U., SUTRISNO, DAN SUSANTO, E., Peta Geologi Lembar Kandangan,
Kalimantan, skala 1 : 250.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi,
Bandung, 1997..
17. BAMBANG SOETOPO, HARY SYAEFUL, ANANG MARZUKI, SLAMET SUDARTO,
Tinjauan Umum Potensi Sumberdaya Monasit di Daerah Ketapang Kalimantan Barat,
Eksplorium Buletin Pusat Pengembangan Geologi Nuklir, Volume 32, N0 2 Jakarta
2011.
18. HERYANTO, R., SUTRISNO, SUKARDI DAN AGUSTIYANTO, DA., Peta Geologi
Lembar Belimbing, skala 1 : 100.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi,
Bandung, 1998.
19. DANNY ZULKIFLI HERMAN, Kemungkinan Sebaran Zirkon pada Endapan Placer di
P. Kalimantan, Pusat Sumberdaya Geologi, Jurnal Geologi Indonesia Vol 2 , No 2
Juni 2007
20. MICLE, D.E AND GEOFFREY W. MATHEWS ., “ Geologic Characteristic of
Environment Favorable for Uranium Deposit, US Department of Energy, 1978.
21. TJIA.H.D., Workshop on Quarternery Sea Level changes and Related Geological
Proceses in relation to secondary Tin deposite, Unit Penambangan Bangka, Bangka,
1989.

240

Anda mungkin juga menyukai