Fahrudin Sahid (2) Jeha Kunramadi dan (3) Wateman Sulistya Bargawa
(1)
Abstrak
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki sumber daya nikel laterit
terbesar, hal ini membuat Indonesia berpeluang menjadi pemain sentral dalam
mata rantai produksi kendaraan listrik dunia di masa yang akan datang. Oleh
karena itu, kegiatan eksplorasi, penambangan serta pengolahan dan pemurnian
sangat intensif dilakukan dengan adanya permintaan ekspor dan harga nikel yang
tinggi. Penelitian ini dilakukan langsung di lapangan daerah penelitian, dengan
menggunakan sampel hasil pemboran eksplorasi, dan identifikasi mineral pada
setiap sampel dengan dilakukan secara megaskopis dan mikroskopis
menggunakan mikroskop binokuler serta didukung data hasil analisis XRF
terhadap sampel yang mewakili daerah penelitian. Batuan ultramafik pembawa Ni
pada daerah penelitian ada 3 jenis, yaitu satuan dunit, satuan peridotit dan satuan
serpentinite. Zona limonit dibagi menjadi dua subpopulasi yaitu tipe-1 dan tipe-2.
Limonit tipe-1 (red limonit), memiliki kandungan Fe2O3 berkisar 28,56% -
63,65%, Co berkisar 0,03% - 0,20%, dan SiO2 berkisar 8.82% - 44.21%. Limonit
tipe-2 (yellow limonit), memiliki kandungan Fe2O3 berkisar 17,80% - 69,69%, Co
berkisar 0,03% - 0,53%, dan SiO2 berkisar 6.51% - 57.44%. Zona Saprolit dibagi
menjadi 2, yaitu; zona (saprolite non-ore) bagian utara memliliki kandungan Ni
berkisar 0.09% - 0.36%, Fe2O3 berkisar 6,26% - 14,53%, MgO berkisar 9,78 -
39,82, dan SiO2 berkisar 35,63% - 49,49%. Kedua zona (saprolite ore) memliliki
kandungan Ni berkisar 0,20% - 3,38%, Fe2O3 berkisar 6,12% - 26,11%, MgO
berkisar 14,98% - 39,29%, dan SiO2 berkisar 34,85% - 47,41%.
1. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki sumber daya nikel
laterit terbesar, hal ini membuat Indonesia berpeluang menjadi pemain sentral
dalam mata rantai produksi kendaraan listrik dunia di masa yang akan datang.
Oleh karena itu, kegiatan eksplorasi, penambangan serta pengolahan dan
pemurnian sangat intensif dilakukan dengan adanya permintaan ekspor dan harga
nikel yang tinggi.
Nikel laterit adalah produk residual pelapukan kimia pada batuan ultramafik
(dunit, peridotit) dan ubahannya (serpentinit). Proses laterisasi ini berlangsung
selama jutaan tahun dimulai ketika batuan ultramafik tersingkap di permukaan
1
bumi. Salah satu faktor yang mempengaruhi pembentukan endapan nikel laterit
adalah batuan asal/induk. Proses laterisasi juga ikut didukung oleh laju pelapukan;
struktur geologi, iklim, topografi, reagen-reagen kimia, vegetasi dan waktu. Kadar
endapan nikel laterit dikendalikan oleh interaksi litologi, dan pola
mineraslisasinya.
Proses pelapukan sangat berperan penting, untuk mengubah komposisi mineral di
setiap zonasi laterit (topsoil, limonit dan saprolit).
Penelitian ini dilakukan langsung di lapangan daerah penelitian, dengan
menggunakan sampel hasil pemboran eksplorasi, dan identifikasi mineral pada
setiap sampel dengan dilakukan secara megaskopis dan mikroskopis
menggunakan mikroskop binokuler serta didukung data hasil analisis XRF
terhadap sampel yang mewakili daerah penelitian.
2. METODOLOGI PENELITIAN
2
Gambar 1. Peta Geologi Regional Penelitian (Modifikasi Apandi dkk, 1980)
3
Proses pelapukan kimia pada akhirnya akan menghasilkan pembentukan
profil laterit dengan urutan laterit termuda pada bagian bawah dan laterit tertua
pada bagian atas menurut (Ahmad, 2006). Profil laterit dapat di lihat pada
(Gambar 2). Profil laterit antara lain :
Tanah Pucuk (Top Soil)
Zona ini berada paling atas pada profil laterit dengan warna merah, coklat
kehitaman, tersusun oleh humus dan material organik.
Zona Limonit (Red Limonite)
Zona ini berada di bawa top soil dengan warna merah-coklat, Mineral-
mineral penyusunya adalah limonit, hematit, goethit, tremolit dan
manganoksida. Material penyusun zona ini berukuran halus clay-sand
(lempung-lanau) dan sering di jumpai mineral stabil seperti spinel, magnetit
dan kromit.
4
3.1 Analisis Petrografi pada Batuan Dasar (Bed Rock)
Pengamatan dan analisis petrografi pada bongkahan batuan dasar ini,
dilakukan dengan pengelompokan tiga parameter untuk membedakan tiap sayatan
sebagaimana terlihat pada (Tabel 1).
1. Batuan Dunit
Batuan dunit (Gambar 3) memiliki ciri ciri warna segar hijau keabuan,
warna lapuk coklat, struktur masif, holokristalin, fanerik halus-kasar,
euhedral-subhedral, equigranular, high serpentinize¸tersusun atas mineral
utama olivin yang sebagian telah terubah menjadi serpentin (90%), mineral
piroksen (2-4%), dan mineral sekunder yang mengisi rekahan berupa silika.
5
Gambar 3. Handspeciment dan perbesaran binokuler sampel dunit.
Gambar 4 hasil analisis petrografi sampel dunit menunjukkan batuan
penyusun Daerah penelitian (blok wailukum) adalah dunit terserpentinisasi
kuat yang termineralisasi oleh kromit, pentlandit, hematit, dan goethit.
6
Gambar 5. Handspeciment dan perbesaran binokuler sampel peridotit
3. Batuan Serpentinit
Batuan serpentinite (Gambar 7) memiliki ciri-ciri berwarna segar abu-abu
sampai hitam kehijauan, warna lapuk kecoklatan, tekstur idioblastik, bentuk
mineral cenderung lepidoblastik-nematoblastik, dan struktur berupa foliasi.
Komposisi mineral meliputi serpentin 60%, piroksen 20%, dan silika 15%,
dan talk 5%. Arah foliasi serpentinit cenderung NE-SW. Litologi serpentinit
diperkirakan berasal dari protolit ultramafik yang mengalami ubahan akibat
proses metamorfik.
7
serpentin. Serpentin ini berasosiasi dengan mineral opak berupa magnetit dan
kromit.
8
Tanah penutup di lokasi penelitian memiliki variasi ketebalan 0-2 meter,
namun dibeberapa tempat sangat tipis atau bahkan tidak dijumpai sama
sekali. Memiliki warna bervariasi mulai dari coklat-kehitaman, merah-
kecoklatan hingga merah. Tanah penutup kaya akan unsur unsur Fe yang
merupakan unsur yang tidak larut dalam air selama terjadinya pelapukan
dengan kandungan Fe mencapai lebih dari 50%.
Ukuran butir penyusun zona berkisar antara ukuran butir lempung hingga
pasir kasar, dengan komposisi penyusun berupa akar-akar vegetasi dengan
oksida besi yang melimpah. Sampel bor zona top soil dapat dilihat pada
gambar 10.
Red limonit
Yellow limonit
Gambar 11. Zona limonit
9
Zona yellow limonit berada diatas saprolite ore, zonasi ini memiliki
kandungan Fe2O3 berkisar 17,80% hingga 69,69%, Co berkisar 0,03%
hingga 0,53%, dan SiO2 berkisar 6.51% hingga 57.44%.
Zona saprolit
Karakteristik saprolit di daerah Wailukum dibagi menjadi dua, yaitu
saprolite non-ore bagian utara dan saprolite ore bagian selatan
berdasarkan batuan asalnya, ditemukan mulai dari 0 meter sampai 53
meter dengan rata-rata ketebalan saprolit mencapai 13,81 meter.
Saprolite non-ore
Karakteristik saprolite non-ore memiliki warna abu-abu ditemukan
mulai dari 0 meter sampai kedalaman 39 meter. Saprolit ini merupakan
saprolit non-ore karena lokasi pengeboran terletak pada litologi gabro
dan serpentinit. Mineral yang ditemukan di zona ini diantaranya
montmorilonit, talk, dan serpentin (Gambar 12).
Batas lateral antara saprolit non-ore dan saprolit ore sendiri masih
belum dapat dipastikan, karna data bor yang masih sedikit. Namun
diperkirakan litologi serpentinit dan batuan campuran yang matriksnya
lempung hingga pasiran yang lapukannya menghasilkan jenis saprolit
non-ore ini.
Saprolite ore
Karakteristik saprolit ore mempunyai warna coklat hingga cokelat
kehijauan ditemukan mulai dari 0 meter sampai kedalaman 53 meter.
Saprolit ini merupakan saprolit hasil dari perlapukan dunit
terserpentinisasi. Saprolit ore ini terdiri jenis earthy saprolite dan
rocky saprolite. Mineral yang ditemukan di zona ini diantaranya
goetit, silika, serpentin dan garnierit (Gambar 13).
10
a
b
Gambar 13. Zona saprolit ore (a) earty saprolit (b) rocky saprolit
11
Gambar 14. Profil laterit daerah blok Wailukum
4. KESIMPULAN
12
Kepada teman-teman diskusi S2 Program Magister Pertambangan UPN
“Veteran” Yogyakarta.
6. DAFTAR PUSTAKA
Laporan Eksplorasi 2018, PT. Aneka Tambang unit Geomin. LTMP Nikel Antam
2018. Unpublished.
Kadarusman, 2009. Karakteristik batuan asal endapan nikel laterit Pomala.
Ahmad, W. 2006. Fundamental of Nickel Laterite. INCO. Unpublished.
Kurniadi A. Dkk, 2017. Karakteristik batuan asal pembentukan endapan nikel
laterit di daerah Madang dan Serakaman Tengah, Paper Universitas
Padjadjaran.
Boldt., 1967. Genesa Bahan Galian Bijih Nikel Laterit. Indonesian Association of
Geologist. Bandung.
Hamilton, W., 1979. Tectonics of The Indonesian Region. Geological Survey
Proffesional Paper 1078. Washington.
Apandi, T. dan Sudana, D. 1980. Peta Geologi Lembar Ternate, Maluku Utara.
Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.
13