Anda di halaman 1dari 5

TUGAS : REVIEW JURNAL

JUDUL : POTENSI ENDAPAN EMAS PLACER DI SUNGAI MUSAIRO


KABUPATEN NABIRE

NAMA : AULYA TIARA PUTRI

NIM : 471421026

GEOLOGI REGIONAL DAERAH PENELITIAN

Secara umum, geologi daerah penelitian terdiri dari beberapa formasi dan struktur
geologi yang kompleks. Struktur geologi tersebut merupakan hasil interaksi Lempeng Benua
Australia dan Lempeng Samudera Pasifik pada Plio-Plistosen yang dikenal sebagai
Orogenesa Plio-Plistosen. Aktifitas tektonik tersebut menghasilkan suatu depresi struktural
membentuk Cekungan Wapoga. Pada Cekungan Wapoga terakumulasi endapan-endapan
sedimen hasil pelapukan batuan induk penghasil endapan emas dari bagian selatan cekungan.
Secara stratigrafi formasi di daerah penelitian dan sekitarnya yang memiliki potensial mineral
logam emas diantaranya adalah sebagai berikut:

Batuan Ultramafik (Um) Batuan Ultramafik (Um) tersusun dari litologi serpentinit hitam
dan hijau tua dan piroksenit terserentinitkan, peridotit dan sedikit dunit, sangat terabaikan dan
umumnya menyatu dengan pita amfibolit, sekis klorit dan talkum. Setempat kromit menyebar
luas, pirit dan pirhotit terpusatkan di sepanjang beberapa lajur rabakan dan jarang menyebar.
Litologi ini berkaitan dengan amfibolit tak-bernama yang berbukit rendah membulat pejal
menempati jalur sesar melengkung antara hulu Sungai Waumi di barat dan pertengahan aliran
Sungai Tobo di tengah utara, di Siriwo pada ujung utara Pegunungan Weyland [3].

 Batuan Amfibolit (Ktpa) Batuan Amfibolit berumur Kapur Akhir– Paleosen tersebar di
bagian tenggara daerah Penelitian yang tersusun atas amfibolit, sedikit sekis serisit kuarsa
karbonan, sekis klorit dan sekis biotit. Di atas formasi ini diendapkan Formasi Batulumpur
Bumi secara tidak selaras. Formasi ini diduga sebagai salah satu formasi sunber mineralisasi
mineral logam termasuk emas.

 Batuan Gunungapi Nabire (Tmpn) Terdiri atas aglomerat dan berselingan dengan tufa
basal alkali hingga andesit, konglomerat gunungapi dan sedikit tufa, batupasir tufaan,
batupasir gampingan berforaminifera, basal spilit terubahkan (lava) dan andesit hornblende
porfir atau batuan terobosan diorite mikro di bagian selatan. Formasi ini diendapkan selaras
dan menjemari di bawah Formasi Konglomerat Korado serta selaras di bawah Formasi
Batulumpur Bumi dan Anggota Batugamping Legare pada Miosen Akhir– Pliosen Awal.

 K onglomerat Karado (Tpka) Konglomerat Karado berupa konglomerat aneka bahan,


sedikit batupasir kerikilan, batulumpur dan lapisan dan lensa tufa yang berumur Pliosen.
 Batulumpur Bumi (TQbm) Formasi batuan ini terdiri atas batulumpur pasiran, lanauan,
dengan perselingan batunapal, batupasir dan batulanau, biasanya karbonan, pada bagian
bawah terdapat lapisan konglomerat. Batulumpur pasiran berwarna abu-abu sampai abu-abu
tua, lunak-keras, mikaan, setempat gampingan, terdapat kayu terkarbonkan, sisipan tipis
batubara, lensa koquina dan bongkah batugamping. Formasi batulumpur Bumi merupakan
formasi pembawa batubara dan tersebar di bagian barat dan timur. Satuan ini berumur Pliosen
Akhir – Plistosen Awal.  Endapan Aluvium (alluvium) (Qa) Endapan aluvium tersebar di
bagian utaratimur laut daerah penelitian, terutama di daerah dataran pantai dan dataran
rendah lainnya. Endapan alluvial ini terdiri dari bongkah, kerakal dan lensa dari batupasir
kasar bersilang siur.

TIPE ENDAPAN

Secara umum, model potensi mineral logam emas di daerah penelitian dan sekitarnya
merupakan model endapan emas placer atau secondary deposit hasil perombakan batuan
induk (primary rock) dan diendapkan sebagai endapan fluvial(Aluvial) yang terdiri dari
fragmenfragmen kuarsa putih susu, batuan ultramafik, batuan malihan dan batuan sedimen.
Model endapan primer (primary deposit) diprediksi terdapat pada Formasi Ampibolit yang
memiliki ciri mineral-mineral hasil mineralisasi seperti: amfibolit, sedikit sekis serisit kuarsa
karbonan, sekis klorit dan sekis biotit karbonan di timur (kemungkinan malihan retrograd
dampak dari penerobosan Diorit).

METODE

Penelitian ini menggunakan metode pemetaan geologi yang terdiri dari pengambilan
data lapangan dan analisis laboratorium. Pengambilan data lapangan terdiri dari pengamatan,
pengukuran dan pengambilan sampel batuan dan endapan sungai. Analisis laboratorium
terdiri dari pengamatan mikroskopis dan analsisi geokimia dengan menggunakan metode
Inductively Coupled Plasma-Atomic Emission Spectrometry (ICP-AES) yang merupakan
suatu teknis analisis elemen atau unsur dalam batuan. Analisis ini memiliki high specifity
multi-elemen.

SAMPEL

ANALISIS LAB

Hasil analisis mikroskopis pada sampel alluvium (recent alluvium) menunjukan


adanya mineral logam emas dan mineral lainnya seperti zirkon, hematit, pirit, kuarsa dan
magnetit.

Selain pengamatan mikroskopis dan megaskopis dilakukan pula analisis geokimia


guna membuktikan dan membandingkan kandungan unsur mineral logam emas (Au) secara
lebih pasti. Analisis geokimia tersebut dilakukan dengan menggunakan metode Inductively
Coupled Plasma-Atomic Emission Spectrometry (ICP-AES) yang merupakan suatu teknis
analisis elemen atau unsur dalam batuan. Analisis ini memiliki high specifity multi-elemen.
Hasil analisis tersebut menunjukan kadar emas (au) dari sampel batuan (outcrop) adalah 17
ppm (point per million atau gram per tonnase).

Dengan demikian pembuktian geokimia dengan menggunakan metode Inductively


Coupled Plasma-Atomic Emission Spectrometry (ICP-AES) sangat menguatkan analisis
megaskopis dan mikroskopis dimana recent alluvium dan paleo-alluvium memiliki kuantitas
kadar emas yang signifkan yaitu berkisar antara 1-17 ppm atau lebih besar.
HASIL

Hasil pengamatan megaskopis dan pendulangan sampel sedimen di lapangan


menunjukan bahwa potensi emas di daerah penelitian terdapat dua model pengendapan.
Model pengendapan emas tersebut antara lain sebagai berikut: a). Model endapan alluvial
(recent alluvium) yang terakumulasi pada gosong-gosong dan pinggiran Sungai Musairo
sebagai hasil rombakan dari Formasi Gunungapi Nabire (Tmpn), Formasi Batulumpur
Bumi (Qbm) dan formasi lainya sebagai pembawa endapan emas, b). Model endapan pada
singkapan batuan di tebing-tebing sungai. Singkapan batuan tersebut adalah bagian dari
Formasi Gunungapi Nabire (Tmpn) dan Formasi Batulumpur Bumi (Qbm) yang
diendapkan sebagai endapan sub-aerial volcanic dan laut dangkal serta endapan sungai
purba (paleoalluvium). Endapan sub aerial volcanic dengan basal spilit terubahkan (lava)
dan andesit hornblend porfiri atau batuan terobosan diorit mikro menghasilkan model
mineralisasi yang diprediksi sebagai batuan sumber endapan logam emas pada Formasi
Gunungapi Nabire. Selain itu, endapan purba (paleo alluvium) sebagai penyusun Formasi
Batulumpur Bumi merupakan endapan hasil rombakan batuan sebagai akibat aktivitas
tektonik atau orogenesa Plio-Pleistosin yang menghasilkan endapan sedimen yang tebal.
Hasil Analisis megaskopis dari sampel tersebut menunjukan bahwa sampel
tersebutsebagai batuan konglomerat, berwarna hijau gelap, ukuran butir lempung-krakal,
pemilahan sedang-buruk, struktur sedimen silang siur, komposisi mineral kuarsa, zircon,
hematit dan mineral logam emas. Hasil analisis mikroskopis juga mendukung keberadaan
mineral logam emas dengan menggunakan miksroskop perbesaran 100 yang menunjukan
adanya mineral logamemas yang cukup melimpah selain mineral zirkon, hematit, dan kuarsa.
Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa batuan induk penghasil mineral logam
emas di recent alluvium berasal dari batuan Formasi Batulumpur Bumi.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil survei lapangan, wawancara dan penelitian terdahulu maka daerah
penelitian merupakan daerah yang memiliki potensi terakumulasinya endapan emas placer.
Potensi endapan emas tersebut ditunjukan dengan masih berlangsungnya aktifitas
pendulangan (pertambangan rakyat) di sepanjang Sungai Musairo dan sekitarnya. Aktifitas
pendulangan tersebut dilakukan secara konvensional dengan peralatan sederhana seperti
skop, linggis, kas (sluice box) namun ada pula yang menggunakan sistem pompa dan
semprot walau hanya sedikit jumlahnya.
Target material pendulangan atau pertambangan rakyat di daerah penelitian adalah
material yang berasal dari endapan alluvial (recent alluvium) pada gosong-gosong pasir
(point bar) sebagai hasil rombakan Formasi Gunungapi Nabire dan Formasi Batulumpur
Bumi. Dimana Produktivitas rata-rata dari material pendulangan tersebut adalah sekitar 1-2 gr
per hari dengan durasi kerja sekitar 6 jam.
KESIMPULAN

-Bahwa daerah penelitian merupakan daerah yang memiliki potensi terakumulasinya endapan
emas placer. Potensi endapan emas tersebut ditunjukan dengan masih berlangsungnya
aktifitas pendulangan (pertambangan rakyat) di sepanjang Sungai Musairo dan sekitarnya.

-Tipe endapan pada daerah penelitian merupakan endapan emas placer atau secondary
deposit hasil perombakan batuan induk (primary rock) dan diendapkan sebagai endapan
fluvial yang terdiri dari fragmen- fragmen kuarsa putih susu, batuan ultramafik, batuan
malihan dan batuan sedimen.

-Berdasarkan pengamatan mikroskopis dan megaskopis tersebut di atas, maka disimpulkan


bahwa recent alluvium dan paleo- alluvium (singkapan dari Formasi Batulumpur Bumi)
memiliki potensi mineral logam emas (Au) lebih besar 1-2 gr per meterik kubik atau sangat
potensial

- Hasil Analisis megaskopis dari sampel tersebut menunjukan bahwa sampel tersebutsebagai
batuan konglomerat, berwarna hijau gelap, ukuran butir lempung-krakal, pemilahan sedang-
buruk, struktur sedimen silang siur, komposisi mineral kuarsa, zircon, hematit dan mineral
logam emas. Hasil analisis mikroskopis juga mendukung keberadaan mineral logam emas
dengan menggunakan miksroskop perbesaran 100 yang menunjukan adanya mineral
logamemas yang cukup melimpah selain mineral zirkon, hematit, dan kuarsa. Dengan
demikian maka dapat disimpulkan bahwa batuan induk penghasil mineral logam emas di
recent alluvium berasal dari batuan Formasi Batulumpur Bumi.

RUJUKAN

[1] Harahap B.H, A. Sufni Hakim, D. B. Dow, Geologi Lembar Enarotali, Irian Jaya, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung, 1990.
[2] Subarnas A dan Tobing R. L, Inventarisasi Endapan Batubara di Kabupaten Nabire
Provinsi Papua, 2006.
[3] Widhiyatna D, Sabtanto J Suprapto, Asep Ahdiat, Inventarisasi Potensi Bahan Galian
Pada Wilayah PETI Daerah Nabire Provinsi Papua, 2006.

Anda mungkin juga menyukai