Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH ILMIAH

KETERDAPATAN MINERALISASI EMAS YANG BERASOSIASI DENGAN


SINABAR DI KECAMATAN RAROWATU KABUPATEN BOMBANA PROVINSI
SULAWESI TENGGARA

Oleh:
Kisman
Pusat Sumber Daya Geologi
Jalan Soekarno Hatta No. 444 Bandung

SARI
Kegiatan prospeksi ini dilakukan untuk mengetahui tipe endapan emas di daerah Kecamatan
Rarowatu Kabupaten Bombana, dengan metode pemercontoan geokimia dan konsentrat
mineral berat serta analisis mineralogi butir 73 conto konsentrat dulang.Terdapat dua tipe
endapan yaitu cebakan emas primer pada satuan batuan sekis dan endapan emas sekunder
pada satuan aluvial yang bersamaan dengan sinabar.

Kata kunci: prospeksi, sekis, oksidasi, aluvial

ABSTRACT
Prospecting activities was conducted to determine the type of gold deposits in Rarowatu District,
Bombana Regency with geochemical and heavy mineral concentrates sampling methods and
grain mineralogical analysis of 73 samples of pan concentrate. Two types of primary gold deposit
on schist lithologies and deposits put on the alluvium unit with cinnabar.

Keywords: prospection, schist, oxidation, alluvial

PENDAHULUAN METODOLOGI
Merebaknya pendulangan emas oleh
masyarakat terjadi di daerah Sungai Tahi Ite Kegiatan penyelidikan ini dengan metode
Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara pada pemercontoan konsentrat mineral berat,
pertengahan tahun 2008. Pendulangan emas dilakukan dengan mengambil konsentrat dulang
diawali oleh salah seorang penduduk setempat conto endapan sungai aktif di orde 1, orde 2 dan
yang sudah berpengalaman mendulang di atau orde 3. Pengambilan conto konsentrat
daerah Papua. Pada perkembangannya mineral berat pada endapan alluvial yang terbuka
kegiatan pendulangan yang terlibat tidak hanya dengan cara channel sampling juga pada sumur-
masyarakat setempat namun juga dari luar sumur uji dengan volume sekitar 10 liter setiap
Kabupaten Bombana bahkan dari luar Pulau conto. Pengujian laboratorium berupa analisis
Sulawesi (Distamben Kabupaten Bombana, mineralogi butir.
2008).
Endapan emas di Bombana sebelumnya GEOLOGI DAN MINERALISASI
tidak diketahui keterdapatannya pada eksplorasi
geokimia regional bersistem (Bagdja MP.,1998), Morfologi daerah penyelidikan terdiri dari
hal ini dikarenakan unsur Au tidak dianalisis. perbukitan terjal, menempati bagian selatan
Tulisan ini dimaksudkan untuk menganalisis daerah penyelidikan, perbukitan bergelombang
konsentrat sinabar sebagai mineral ikutan emas rendah menempati daerah bagian sisi barat,
yang dapat digunakan sebagai mineral petunjuk baratlaut hingga agak ke tengah pada daerah
tipe mineralisasi emas. Lokasi daerah kajian penyelidikan. Daerah pedataran menempati
difokuskan di Kecamatan Rarowatu dan bagian utara timurlaut daerah penyelidikan
Kecamatan Rarowatu Utara, Kabupaten seperti terlihat pada gambar 2 (Kisman, dkk.,
Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara (Gambar 2009).Pola aliran sungai yang berkembang
1). adalah pola dendritik di bagian utara yang

Buletin Sumber Daya Geologi Volume 6 Nomor 2 - 2011 23


MAKALAH ILMIAH

mencirikan bahwa pola aliran yang tidak teratur. relatif keras.


Pola alirannya seperti percabangan pohon, di Stratigrafi daerah penyelidikan tersusun
mana sungai induk memperoleh aliran dari anak oleh satuan batuan berupa sekis, batupasir
sungainya. Hal ini mengindikasikan jenis konglomeratan, batugamping, dan aluvium
batuannya yang homogen. Di bagian selatan (Gambar 3). Sekis terdiri dari sekis mika, sekis
berkembang pola aliran sungai paralel dan sub klorit dan sekis amfibolit dengan struktur foliasi.
trelis yang menunjukkan kontrol struktur berupa Di dalam satuan batuan metamorf ini terdapat
sesar dan kekar cukup kuat dengan batuan yang bongkahan-bongkahan batuan tersilisifikasi

Gambar 1. Peta Lokasi Penyelidikan di Kabupaten Bombana, Provinsi Sulawesi Tenggara

Gambar 2. Morfologi pedataran dan perbukitan bergelombang rendah - terjal di daerah


Wumbubangka (Kisman dkk., 2009)

24 Buletin Sumber Daya Geologi Volume 6 Nomor 2 - 2011


MAKALAH ILMIAH

dengan kuarsa bertekstur vuggy mengisi foliasi memiliki arah umum barat-timur dengan bagian
dan rekahan-rekahannya. Adapun umur batuan utara merupakan hanging wall yang memisahkan
dari tua ke muda yaitu satuan batugamping satuan morfologi perbukitan di bukit Tangkeno
berumur Kapur Akhir, satuan batuan sekis Wumbubangka dengan perbukitan rendah dan
berumur Kapur-Paleosen, satuan sekis pedataran disebelah utara.
termineralisasi dan satuan konglomerat berumur Satuan batuan sekis yang teroksidasi di
Miosen, sedangkan satuan alluvium berumur b a g i a n s a y a p u t a r a B u k i t Ta n g k e n o
Plistosen-Holosen (Simanjuntak, dkk., 1980). Wumbubangka diduga merupakan tempat
Struktur geologi utama yang berkembang di kedudukan mineralisasi emas primer. Endapan
daerah penyelidikan berupa sesar normal yang

Gambar 3. Peta geologi dan lokasi pengambilan conto daerah penyelidikan


(Kisman dkk., 2009)

Gambar 4. Penampang endapan aluvial di Sungai Pundanga

Buletin Sumber Daya Geologi Volume 6 Nomor 2 - 2011 25


MAKALAH ILMIAH

Aluvial berumur Kuarter terdiri dari lumpur, membulat tanggung.


lempung, pasir, kerikil dan kerakal dengan Analisis mineralogi butir dilakukan terhadap
fragmen kuarsa, sekis, rijang dan batupasir conto batuan sekis teroksidasi pada conto nomor
merupakan endapan pada alur-alur aliran sungai. B42/P di lokasi yang sama dengan conto batuan
Pada endapan aluvial ini terdapat dua lapisan B13/R (Gambar 5) untuk mengetahui adanya
pasir kerikilan sebagai tempat kedudukan emas emas pada satuan batuan metamorf. Hasil
sekunder yang ditutupi oleh lapisan lempung analisis mineralogi butir conto B42/P terdapat
(Gambar 4). butir emas 3 VFC, 5 MC dan trace sinabar.
Sedangkan analisis kimia conto B13/R memiliki
HASIL ANALISIS kadar Cu 12 ppm, Pb 23 ppm, Zn 59 ppm, Au 19
ppb dan Ag 0,5 ppm. Conto batuan lain yang
Sebanyak 73 conto konsentrat dulang yang memiliki kadar emas lebih besar adalah B3/R dan
diambil dari sumur uji pada endapan aluvial dan B9/R masing-masing 159 ppb dan 172 ppb.
batuan sekis teroksidasi, dilakukan analisis Conto konsentrat dulang yang mengandung
mineralogi butir. Secara megaskopis pada butiran emas seluruhnya berasal dari daerah
beberapa conto konsentrat dulang teramati lereng utara Bukit Tangkeno Wumbubangka dan
adanya butiran emas yang berukuran sangat lembahnya, hasil analisis mineralogi butir
halus sampai kasar dengan bentuk pipih sampai (Gambar 6, 7, 8) beserta padanan (equivalen)

Gambar 5. Batuan sekis teroksidasi conto B42/P dan B13/R

Gambar 6. Fotomikrograf Conto B 37-1/P emas, 20VFC, 22FC, 12MC, 4CC, 1VCC

26 Buletin Sumber Daya Geologi Volume 6 Nomor 2 - 2011


MAKALAH ILMIAH

Gambar 7. Fotomikrograf Conto B44/P, sinabar dan emas 6VFC, 1VCC


(Kisman dkk., 2009)

Gambar 8. Fotomikrograf B28-3/P, emas 6VFC, 3FC, anatase dan sinabar

Buletin Sumber Daya Geologi Volume 6 Nomor 2 - 2011 27


MAKALAH ILMIAH

Tabel 1. Hasil analisis mineralogi butir emas dan sinabar

berat butiran emas tercantum pada Tabel keterdapatan emas di lokasi penyelidikan yaitu
1.Mineral sinabar yang terdapat bersamaan berupa cebakan emas primer dan endapan
dengan emas dalam konsentrat dulang secara emas sekunder.
fisik menunjukkan warna merah daging, agak Kemungkinan terbentuknya cebakan emas
kusam, lunak, bentuk butir lonjong. Pada primer karena adanya mineralisasi terjadi pada
beberapa conto konsentrat keterdapatan sinabar batuan sekis yang dikontrol oleh struktur sesar
hanya sebagai trace diantara mineral-mineral normal sebagai jalur keluarnya larutan
lainnya. Hadirnya sinabar tidak hanya dari conto hidrothermal. Sekis dipotong urat-urat kuarsa
aluvium saja tetapi juga terdapat dalam dan mengalami silisifikasi. Hasil dari analisis
konsentrat batuan sekis yang teroksidasi. mineralogi butir menunjukkan keterdapatan
butiran-butiran emas dengan berbagai ukuran
PEMBAHASAN yang dinyatakan dengan color (VCC, MC, FC,
VFC) seperti pada conto B 37-1/P (Gambar 6) di
Hasil pengamatan, pengukuran dan atas menunjukkan butiran dari sangat kasar
pencatatan data di lapangan serta analisis sampai sangat halus. Masing-masing butiran
laboratorium dapat diinterpretasikan model memiliki berat equivalen sebagai hasil perkalian

28 Buletin Sumber Daya Geologi Volume 6 Nomor 2 - 2011


MAKALAH ILMIAH

banyaknya butiran emas dari conto yang pada urat-urat kuarsa secara bersama-sama
bersangkutan menjadi satuan mg/m3 (Tabel 1). sebagai satu kesatuan mineralisasi. Sinabar
Menurut Simon & Schuster's, (1993), merupakan mineral petunjuk mineralisasi emas
sinabar memiliki kriteria fisik kekerasan 2 - 2,5, yang terbentuk pada lingkungan temperatur
berat jenis 8,1 dan mengandung air raksa rendah ( < 2000 C), sehingga dapat diasumsikan
(mercury) 86,2%, biasanya sinabar ditemukan bahwa keterjadian emas primer di daerah
dalam urat kuarsa yang memotong batu penyelidikan terjadi pada temperatur rendah.
serpentin, gamping, serpih dan macam-macam Selain itu terdapat mineral-mineral kuarsa yang
sekis. Asosiasinya dengan emas, bermacam- mengisi rekahan atau rongga-rongga yang
macam sulfida terutama pirit dan markasit, kalsit, bertekstur vuggy dan dogteeth. Tekstur kuarsa
barit, gipsum, opal dan kuarsa. tersebut umumnya terdapat pada mineralisasi
Bentuk butir mineral sinabar dan emas endapan epitermal (Gambar 9).
sama-sama menyudut hingga membulat Di daerah ini juga ditemukan endapan emas
tanggung, hal ini mengindikasikan bahwa kedua sekunder sebagai hasil rombakan material dari
mineral tersebut masih relatif dekat dengan satuan batuan sekis yang teroksidasi dan
sumber primernya. Emas dan sinabar terdapat satuan batu pasir konglomeratan. Endapan

Gambar 9. Conto batuan tersilisifikasi dengan kuarsa vuggy dalam satuan batuan
sekis di Desa Wumbubangka, Kecamatan Rarowatu Utara Kabupaten
Bombana (Kisman dkk., 2009)

Gambar 10. Lembah alur sungai sebagai tempat diendapkannya aluvial yang mengandung
emas di Wumbubangka Kecamatan Rarowatu Utara(Kisman dkk., 2009)

Buletin Sumber Daya Geologi Volume 6 Nomor 2 - 2011 29


MAKALAH ILMIAH

Gambar 11. Sketsa penampang beberapa sumur uji (Kisman dkk., 2009)

sekunder ini terdapat pada cekungan-cekungan terdapat dua tipe yaitu cebakan emas primer tipe
berupa lembah sepanjang alur-alur sungai yang epitermal pada batuan sekis yang berasosiasi
berhulu di lereng utara Bukit Tangkeno dengan sinabar, dan endapan emas sekunder
Wumbubangka (Gambar 10). Berdasarkan data pada alluvial sepanjang alur-alur sungai sebagai
sumur uji disepanjang alur-alur sungai, hasil rombakan batuan yang terdapat di lereng
menunjukkan paling sedikit ada dua kali utara Bukit Tangkeno Wumbubangka.
pengendapan aluvial yang mengandung emas
ditutupi oleh lapisan lempung. Lapisan atas UCAPAN TERIMAKASIH
secara umum mengandung emas lebih sedikit
daripada lapisan di bawahnya dengan ketebalan Ucapan terima kasih penulis sampaikan
masing-masing lapisan sangat bervariasi kepada Bapak Ir. Bambang Pardiarto, yang
(Gambar 11). telah memberi koreksi dan masukannya. Terima
kasih juga kepada tim editor yang telah berkenan
KESIMPULAN memberikan masukan dan koreksinya sehingga
makalah ini diterbitkan.
Endapan emas di daerah penyelidikan
Kecamatan Rarowatu Kabupaten Bombana

DAFTAR PUSTAKA
Bagdja, M.P., 1998. Eksplorasi Geokimia Regional, Bersistem Daerah Kabupaten Kendari, dan
Kolaka, Sulawesi Tenggara, Direktorat Sumberdaya Mineral, Bandung.
Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Bombana, 2008, Penyelidikan Geologi Terpadu di
Kecamatan Rumbia, Kecamatan Rarowatu Utara, dan Kecamatan Poleang Utara,
Dispertamben Bombana.
Kisman, dkk.,2009, Prospeksi Endapan Emas di Daerah Bombana Sulawesi Tenggara, Pusat
Sumber Daya Geologi.
Simanjuntak, T.O., Surono dan Sukido, 1993, Peta Geologi Lembar Kolaka, Sulawesi, sekala 1 :
250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Simon & Schuster's, 1993, Guid to Rock and Minerals, The American Museum of Natural History.
Moe'tamar, dkk., 2005, Inventarisasi dan Evaluasi Sumberdaya Mineral Logam di daerah
Kabupaten Bombana dan Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara, Direktorat
Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.

28 Buletin Sumber Daya Geologi Volume 6 Nomor 2 - 2011


MAKALAH ILMIAH

http://webmineral.com/data/Cinnabar.shtml , diunduh tanggal 2 Desember 2011


http://nevada-outback-gems.com/mineral_information/cinnabar_mineral_info.htm diunduh
tanggal 5 Desember 2011
http://en.wikipedia.org/wiki/Drainage_system_%28geomorphology%29, diunduh tanggal 15
Desember 2011

Diterima tanggal 11 April 2011


Revisi tanggal 16 Agustus 2011

28 Buletin Sumber Daya Geologi Volume 6 Nomor 2 - 2011

Anda mungkin juga menyukai