Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 3, No.

5, Januari 2010 MINERALISASI EMAS DAN MINERAL PENGIKUTNYA DI DAERAH NIRMALA, BOGOR, JAWA-BARAT Heru Sigit Purwanto Staf Pengajar Magister Teknik Geologi, UPN Veteran Yogyakarta ABSTRAK Penelitian terletak di Dusun Nirmala, Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Litologi daerah telitian tersusun atas du a satuan batuan yaitu satuan tuf lapili dan satuan breksi tuf dengan dua bentuka n lahan geomorfik yaitu perbukitan vulkanik bergelombang kuat dan perbukitan ber gelombang sedang. Alterasi hidrotermal yang terbentuk di daerah telitian dikelom pokkan menjadi dua tipe alterasi yaitu alterasi argilik dan alterasi kloritisasi . Mineralisasi yang dijumpai di daerah telitian adalah pirit, kalkopirit, bornit dan galena. Di daerah telitian mineralisasi dikontrol oleh struktur geologi ber upa kekar dan sesar mendatar. Mineralisasi secara dominan dan banyak dijumpai pa da uarat kuarsa yang mengisi kekar-kekar terutama shear fracture yang secara umu m berarah timur laut barat daya dan barat laut tenggara, dengan arah tegasan pad a kekar-kekar yang diukur di lapangan relatif berarah utara-selatan. ABSTRACT Research located in Nirmala Orchard, Countryside Malasari, Subdistrict Nanggung, Regency Bogor, West Java Province. Lithology of this area lapp over fo r two set of the rock that is set of tuf lapili and set of breksi tuf with two n otching of farm of geomorfik that is hilly surging and strong surging vulkanik. Hidrotermal alteration formed grouped to accurate area become two type of altera tion that is argilic alteration and clhorite altertion. Mineralisation met accur ate area pursuant are pyrit, chalcopyrite, bornit and galena. In accurate area o f mineralisation controlled by structure of geology in the form of fault and cra ck. Where mineralisation abundance and a lot of met to fill crack especially she ar fracture owning trend of north-east direction - southwest and northwest - sou theast, with direction of strong force measured in field relative instruct north -south. Area to be developed or the new area for exploration of gold and sedimen t of other ore, inferential that analysis model deposit can assist in localizing area of mineralisasi because of basically the determination of model deposit re present method of elementary exploration in determining mineralisation model dep osit of gold ore from epitermal system. 1

Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 3, No. 5, Januari 2010 1. Pendahuluan Deposit emas dan mineral penyertanya terjadi di Nirmala dan sekitarnya banyak di hubungakan dengan mineralisasi emas didaerah Gunung Pongkor. Tipe mineralisasi e mas di daerah Nirmala dan sekitarnya relatif sama dengan Tipe deposit daerah Pon gkor merupakan tipe endapan epitermal (berupa urat-urat kuarsa), termasuk dalam sistem epitermal sulfida rendah (Aditya dan Sinambela, 1991). Mineral yang dijum pai adalah mineral kuarsa, adularia, karbonat, barit, klorit, zeolit, mangan, da n oksida besi. Proses pengendapan larutan hidrotermal akan mengalir melewati per mebilitas (sekunder maupun primer) batuan, sehingga terjadi proses alterasi yang merubah komposisi kimiawi, mineralogi dan tekstur batuan asal yang dilaluinya. Tipe alterasi dan mineralisasi pada suatu daerah mempunyai sifat dan karakterist ik tersendiri yang sering dicirikan dengan adanya himpunan mineral tertentu. Keb eradaan zona alterasi dan mineralisasi ini akan membantu dalam perencanaan penge mbangan eksplorasi mineral bijih yang mengandung emas dan perak. Salah satu indi kator yang berpengaruh terhadap kehadiran urat-urat pembawa mineral bijih berhar ga adalah struktur rekahan (kekar, sesar). Jaringan kekar yang berkembang merupa kan jalan bagi larutan sisa magma ( latemagmatics) untuk mengisi dan mengendapka n mineral-mineral bijih (Heru Sigit, 2002). Endapan bijih tersebut ditemukan pad a pola-pola urat (vein) yang berarah baratlaut-tenggara dan utara-selatan. Daera h Pongkor yang terletak di utara daerah telitian urat-urat pembawa emas di bagia n utara telah hampir habis dieksploitasi, sehingga perlu adanya penelitian untuk eksplorasi awal daerah bagian selatan konsesi yang termasuk dalam wilayah penge mbangan eksplorasi untuk menemukan cadangan baru. 2. Tinjauan Pustaka Alterasi daerah Nirmala dan sekitarnya didapatkan secara umu m adalah silisifikasi, argilisasi dan kloritisasi. Silisifikasi menempati tempat -tempat sekitar jalur-jalur dekat urat kuarsa. Argilisasi dan kloritisasi didapa tkan hampir disemua batuan, dan juga terdapat urat kuarsa. Mineralisasi di daera h Nirmalasari dan sekitarnya biasanya berassosiasi dengan kehadiran urat-urat ku arsa, Mineral yang hadir biasanya pirit, sedikit kalkopirit, galena dibeberapa t empat, hematit dan magnetit. Mineral biasanya hadir pada zona urat kuarsa kompre si, urat kuarsa breksiasi, dan urat kuarsa tension. Mineralisasi emas di daerah Nirmala diinterpretasikan merupakan cebakan epithermal sulphida rendah tipe urat (kuarsa karbonat adularia), O O berdasarkan suhu pembentukan urat yang berkisar antara 150 C 212 C (Basuki, 2000). Mineralisasi pada urat-urat kuarsa diinterpr etasikan sebagai hasil dari peregangan patahan turun yang diawali oleh pergeraka n samping mendatar sepanjang sistem patahan yang saling memotong (Milesi, et.al, 1999). Geologi daerah Pongkor tersusun atas tiga satuan batuan volkanik yang be rumur Miosen-Pliosen (Milsi, et al., 1999). Satuan paling bawah dicirikan oleh ba tuan volkanik andesitik yang berafinitas calc-alkaline yang diendapkan di bawah lingkungan laut, yang bergradasi secara lateral menjadi endapan epiklastik. Terd apat sisipan endapan epiklastik berbutir halus sampai kasar, seperti batupasir y ang bergradasi kearah atas dan batulanau hitam diantara 2

Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 3, No. 5, Januari 2010 andesit dan tubuh breksi. Satuan bagian tengah tersusun oleh batuan volkanik eks plosif dasitik darat yang tersusun oleh tuf lapili. Batuan ini ditumpangi oleh b reksi volkanik dan tuf jatuhan piroklastik berbutir halus dan batulanau epiklast ik. Sebuah kubah riolitik mengintrusi satuan ini. Satuan bagian atas tersusun ol eh aliran lava andesitik dengan struktur kekar tiang (Warmada, 2005). Endapan em as-perak Pongkor merupakan endapan epitermal sulfida rendah tipe urat (kuarsa-ka rbonat-adularia) yang terjadi pada kala plioses (2,05 0.05 Ma) tahun. Hasil anali sis inklusi fluida yang diambil baik dari kuarsa maupun kalsit dapat diinterpret asikan bahwa suhu pembentukan urat ini berkisar antara 180-220 C, yang menurut Lin dgren (1933) dapat diklasifikasikan sebagai endapan epitermal. Pengisi rekahan b erupa urat dengan sekuen paragenetik (Milsi et al., 1999), yaitu sekuen karbonatkuarsa yang terbentuk pada awal pengisian, mangan karbonat-kuarsa, kuarsa berlap is, kuarsa-sulfida abu-abu, dan kuarsa berongga (vuggy quartz), Mineral-mineral bijih potensial terkonsentrasi pada sekuen kuarsa-sulfida abu-abu, dan Mega, F ( 2005) mengelompokan menjadi empat stage mineralisasi : Stockwork ~ Brecciated (S B), Banded Kuarsa Kalsit (BKK), Banded ~ Colloform (BC), Massive ~ Geode (MG). E ndapan emas-perak Pongkor terdiri atas 9 urat kuarsa utama kuarsaadularia-karbon at subparalel yang kaya akan oksida mangan dan limonit dan sangat miskin akan su lfida (Warmada, et al., 2003). Urat-urat ini mempunyai panjang antara 700 sampai 2500 m, tebal beberapa meter dan dalam lebih dari 200 m yang memotong satuan ba tuan volkanik. 3. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan beberapa tahapan pendekatan, yaitu tahap pendahuluan, tahap pengumpulan data, analisis dan interpretasi, dan tahap penyelesaian serta penyajian data. Metode penlitian dengan pemetaan permukaan d engan pengamatan dan diskripsi batuan, pengukuran lintasan-lintasan struktur geo logi rinci dan pengambilan contoh batuan dan urat kuarsa. Selanjutnya dengan men golah dan menganalisis data-data geologi diantaranya analisis petrografi sayatan batuan, analisis AAS (Atomic Absorbtion Spectophotometric) batuan termineralisa si dan urat kuarsa, analisis XRD (X-Ray Defraction), analisis stereografis data struktur geologi, analisis kemenerusan urat-urat kuarsa dan tipe deposit emas. D ata yang diperoleh akan dianalisis, diinterpretasikan dan disajikan dalam bentuk peta ataupun interpretasi pembahasan masalah. Peta yang akan dihasilkan yaitu P eta Lokasi Pengamatan, Peta Geologi, Peta Geomorfologi, Peta Alterasi, Peta Stru ktur Geologi dan Lintasan Terukur Semi-Detil. Interpretasi pembahasan mengenai a lterasi, mineralisasi dan karakteristik model deposit daerah telitian. Hasil ana lisis laboratorium akan disajikan dalam bentuk tabel, diagram dan grafik. Hasil analisis tersebut diantaranya, hasil analisis sayatan tipis batuan, data penguku ran kekar di lapangan dan gambar stereografis hasil analisa struktur geologi dan uratan kuarsa (veinlets), tabel hasil analisis AAS (Atomic Absorbtion Spectopho tometric), dan hasil analisi X-RD (X-Ray Defraction). 3

Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 3, No. 5, Januari 2010 4. Hasil Dan Pembahasan 4.1. Lintasan Rinci Berdasarkan lintasan-lintasan terpil ih secara umum di daerah Nirmala dan sekitarnya di jumpai tuf, lapili tuf, breks i tuf, batupasir, napal lempungan dan basal andesitik. Hasil pengukuran dan anal isis unsur struktur kekar dan urat kuarsa daerah Nirmala didapatkan arah umum NW SE (baratlaut tenggara) dan NE SW (timurlaut baratdaya). Lintasan detail Sungai Cileles dominan satuan batuan tuf, warna abuabu keputihan, gelas, klorit dan mi neral lempung, kadang terdapat pirit, dibeberapa tempat dijumpai urat-urat kuars a ukuran kecil (quartz veinlet) antara 0.2 1 cm. Alterasi pada lintasan Sungai C ileles secara umum adalah argilisasi dan kloritisasi. Argilisasi hadir mineral l empung, sedikit kuarsa, warna putih kekuningan, dijumpai pada zona rekahan dan b anyak dijumpai urat-urat kuarsa kecil. Kloritisasi hadir mineral klorit, kalsit, beberapa tempat hadir epidot (Tabel 1&2). Mineralisasi dijumpai pirit, beberapa kalkopirit. Urat kuarsa yang berukuran 1-4 cm, biasanya mengisi atau bersamaan dengan kekar tension dan kekar kompresi (quartz breccia). Berdasarkan hasil anal isis struktur didapatkan arah umum kekar dan urat kuarsa di lintasan Sungai Cile les adalah NW SE (baratlaut tenggara) dan beberapa ada yang berarah NE SW dan E W. O O O O Kedudukan urat kuarsa kompresi N 235 E/75 dan N 170 E/80 , tebal 2 5 cm, warna putih kekuningan, dijumpai pirit, kalkopirit. Kedudukan urat kuarsa O O O O tensional mempunyai kedudukan N 220 E/80 dan N 280 E/80 , terdapat juga O O sesar mendatar kiri naik N 210 E/65 dan beberapa stockwork dengan quartz veinl ets di bagian hilir sungai Cileles. Lintasan detail cabang Sungai Cisahibah diju mpai batuan tuf breksi, litik tuf, dan tuf. Litologi breksi tuf dominan, warna a bu-abu keputihan, fragmen batuan andesit dan basalt, dijumpai klorit dan mineral lempung, kadang terdapat pirit pada matriknya, dibeberapa tempat dijumpai uraturat kuarsa ukuran kecil (quartz veinlet) antara 0.2 1 cm. Alterasi pada lintasa n Sungai Cisahibah adalah kloritisasi dan argilisasi. Kloritisasi umumnya hadir mineral klorit, sedikit kalsit dan beberapa dijumpai epidot, biasanya pada batua n litik tuf dan breksi tuf, sedikit mineral lempung, warna abu-abu kehuijauan da n hijau keputihan, dibeberapa tempat hadir mineral pirit dan kalkopirit. Argilis asi umumnya hadir mineral lempung (kaolinit), sedikit kuarsa, warna putih kekuni ngan, dijumpai pada zona rekahan dekat zone sesar dan urat kuarsa dan banyak dij umpai uraturat kuarsa kecil (quartz veinlets). Mineralisasi pada lintasan ini di jumpai secara umum hadirnya pirit, beberapa kalkopirit. Urat kuarsa yang berukur an 15 30 cm mengisi atau bersamaan dengan sheared fractures (quartz breccia), wa rna putih kekuningan-kecoklatan, manganis, umumnya hancur dijumpai pirit, limoni tik, O kedudukan N 240- 250 E/80 . Berdasarkan hasil analisis struktur didapatkan arah umum kekar dan urat kuarsa di lintasan cabang Sungai Cisahibah adalah domin an EW dan berarah NESW dan beberapa berarah NW SE dan NS. Lintasan detail cabang Sun gai Cibedok batuan breksi tuf dominan, warna abu-abu keputihan, fragmen batuan a ndesit dan basalt, lapuk dan mengalami alterasi, dijumpai klorit dan mineral lem pung, kadang terdapat pirit pada matriknya, dibeberapa tempat dijumpai urat-urat kuarsa ukuran kecil (Quartz veinlet) antara 1-2 cm. Berdasarkan hasil analisis struktur didapatkan arah umum kekar dan urat kuarsa di lintasan Sungai Cibedok a dalah dominan E W dan berarah NE SW yang merupakan kekar-kekar kompresi, sedangk an beberapa berarah NW SE dan NS secara umum merupakan 4

Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 3, No. 5, Januari 2010 kekar-kekar tension. Dijumpai bidang sesar dengan kedudukan N 010 -015 E/ O O O 75 , pitch 10 -15 , merupakan sesar mendatar kiri naik. Alterasi pada lintasan S ungai Cibedok adalah kloritisasi dan argilisasi. Kloritisasi hadir mineral klori t, sedikit kalsit dan beberapa dijumpai epidot, pada batuan litik tuf dan breksi tuf, sedikit mineral lempung, warna abu-abu kehuijauan dan hijau keputihan, dib eberapa tempat hadir mineral pirit dan kalkopirit. Argilisasi hadir mineral lemp ung (kaolinit), sedikit kuarsa, warna putih kekuningan, dijumpai pada zona rekah an dekat zone sesar dan urat kuarsa dan banyak dijumpai urat-urat kuarsa kecil ( quartz veinlets). Mineralisasi pada lintasan ini dijumpai secara umum hadirnya p irit, beberapa kalkopirit. Urat kuarsa yang berukuran 05 20 cm mengisi atau bers amaan dengan sheared fractures (quartz breccia), warna putih kekuningan-kecoklat an, manganese, umumnya hancur dijumpai pirit, limonitik, O kedudukan N 240- 250 E/ 80 . Lintasan detail Sungai Cirabok batuan lapili tuf dominan, warna abu-abu keh ijauan, rounded subrounded, mineral glas dan sedikit kuarsa, limonitik, kadang t erdapat pirit, sebagian dijumpai urat-urat kuarsa kecil (1 20 cm). Beberapa tuf d ijumpai diantara litik tuf dan breksi tuf, ditemukan setempatsetempat. Alterasi pada lintasan Sungai Cirabok secara umum adalah argilisasi dan kloritisasi. Argi lisasi umumnya hadir mineral lempung (kaolinit), sedikit kuarsa, warna putih kek uningan, dijumpai pada zona rekahan dekat zone sesar dan urat kuarsa dan banyak dijumpai urat-urat kuarsa kecil (quartz veinlets). Kloritisasi umumnya hadir min eral klorit, beberapa dijumpai epidot, biasanya pada batuan litik tuf dan breksi tuf, sedikit mineral lempung, warna abu-abu kehuijauan dan hijau keputihan, dib eberapa tempat hadir mineral pirit. Mineralisasi hadirnya pirit, beberapa kalkop irit. Urat kuarsa kompresi yang berukuran 20 60 cm mengisi atau bersamaan dengan sheared fractures (quartz breccia), warna putih kekuningan-kecoklatan, manganis , dijumpai pirit, O limonitik, kedudukan N 210- 230 E/70-80 . Berdasarkan hasil ana lisis struktur didapatkan arah umum kekar dan urat kuarsa di lintasan Sungai Cir abok adalah dominan berarah NE SW yang merupakan kekar-kekar kompresi, sedangkan beberapa berarah NW SE dan N S secara umum merupakan kekar-kekar O O O tension. Dijumpai bidang sesar dengan kedudukan N 025 -030 E/ 75 , pitch O O 10 -15 , mer upakan sesar mendatar kiri naik. 4.2. Alterasi Analisis X-Ray Diffraction (XRD) untuk mengetahui kehadiran mineralmineral pada batuan alterasi, yaitu silisifika si, argilisasi dan kloritisasi. Berdasarkan hasil analisis XRD menunjukkan kehad iran mineral monmorilonit, illite, kaolinit, muskovit dan kuarsa pada batuan alt erasi argilisasi (Tabel 3), sedangkan dari contoh batuan kloritisasi, menunjukka n hadirnya mineral klorit, plogopit dan kuarsa (Tabel 1) O O 5

Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 3, No. 5, Januari 2010 Tabel 1. Hasil analisis XRD dari batuan zona kloritisasi. No.corak belauan 5-049 0 10-0492 16-351 Jenis D Formula Mineral SiO2 KMg3(Si3AlO10)(OH)2 (Mg3.13Fe2)Si3 (OH)8 Nama Mineral Kuarza Plogopit Klorit Tabel 2. Hasil analisis XRD dari batuan zona silisifikasi. No.corak belauan 5-04 90 Jenis D Formula Mineral SiO2 Nama Mineral Kuarza Tabel 3. Hasil analisis XRD dari batuan zona argilisasi. No.corak belauan 5-0490 6-0221 2-0462 7-0032 3-0016 Jenis D D D D D Formula Mineral SiO2 Al2Si2O5(OH)4 KAl2(Si3AlO10)(OH)2 KAl2Si3AlO10(OH)2 Al2O3.4SiO2.H2O.xH2O Nama Mineral Kuarza K aolinit Illit Muskovit Montmorillonit Gambar 1. Grafik hasil analisa XRD pada batuan teralterasi. 6

Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 3, No. 5, Januari 2010 Hasil analisa XRD 1 (contoh batuan zona argilisasi) menunjukan hadirnya mineral kuarsa, kaolinit, illit, muskovit, montmorilonit. Hasil analisa XRD 2 dan XRD 5 (contoh batuan zona kloritisasi dan YDH II) mununjukan hadirnya mineral kuarsa, klorit, dan plogofit. Hasil analisa XRD 4 (contoh YDH II) pada batuan yang teral terasi argilik menunjukan hadirnya illit dan phyrophillite. Hasil analisa XRD 3 (contoh batuan zona silisifikasi) mununjukan hadirnya mineral kuarsa. Hasil anal isa XRD dari mineral yang hadir merupakan mineral yang terbentuk pada temperatur tinggi seperti plogofit, didukung dengan kenampakan asosiasi mineral di lapanga n yaitu pirit, kalkopirit, dan kehadiran galena, bahwa alterasi daerah telitian terbentuk pada temperatur yang tinggi (berdasarkan o o quarzt fluid inclution pa da temperatur 150 290 C). Mineral montmorilonit pada hasil analisa XRD menunjukk an bahwa terjadi alterasi pada proses epitermal yang ditandai adanya kontak deng an batuan vulkanik dan tuf. 4.3. Mineralisasi Berdasarkan analisis AAS (Atomic Absorbtion Spectrometry) dari bebe rapa contoh urat kuarsa menunjukkan bahwa urat-urat kuarsa kompresi lebih tinggi mengandung unsur bijih, terutama emas dibandingkan dengan urat kuarsa tarikan ( tentional) lebih rendah mengandung unsur bijih. Unsur emas (Au) pada contoh urat HS 19-04 menunjukkan kecenderungan hasil yang sama tinggi yaitu antara 5.48 ppm (Tabel 4). Tabel 4. Hasil analisis urat kuarsa dengan AAS dalam ppm di daerah telitian No 0 1 02 03 04 05 06 07 08 09 No.SAMPEL HS 19-01 HS 19-02a HS 19-02b HS 19-03 HS 1904 HS 20-05 HS 20-06 HS 20-07 HS 20-08 Au (Pongkor) 0.27 0.19 0.06 5.48 0.15 0.1 4 0.15 0.14 Ag 15.52 12.97 13.82 50.65 13.25 26.28 2.21 Cu 17.23 19.57 19.57 14. 88 08.9 15.40 32.06 Pb 46.57 12.05 08.21 50.41 50.41 08.21 27.39 Zn 55.53 10.16 11.66 26.21 14.01 11.87 27.28 Tipe mineralisasi di daerah Nirmalasari, menunjukan banyak kesamaan dengan endap an bijih epitermal khususnya tipe mineral temperatur tinggi dan sulfidasi rendah yang terdapat pada beberapa tempat seperti yang telah dirangkum oleh White dan Hedenquist (1990, 1995) serta Evans 1993. Asosiasi mineral ubahan dan mineral bi jih seperti klorit,kalkopirit, galena dan spalerit, serta ketidakhadiran enargit -luzonit pada hasil analisa geokimia, mendukung bahwa lingkungan mineralisasi di daerah penelitian adalah tipe epitermal sulfidasi rendah dengan suhu tinggi. Ha l ini didukung oleh pola dan tekstur mineralisasi yang didominasi oleh breksiasi , stockwork, urat kuarsa, tekstur vuggy dan comb structure. 7

Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 3, No. 5, Januari 2010 Mineralisasi pada daerah telitian pada umumnya terjadi pada urat kuarsa, batuan dinding, sekitar batuan intrusi, dan pada batuan intrusi itu sendiri. Mineral em as dan asosiasinya, biasanya terdapat pada urat kuarsa dengan asosiasi mineral a dalah pirit, kalkopirit, galena dan spalerit. Mineralisasi di daerah telitian di dominasi oleh mineral asosiasi dari emas, untuk mengetahui karakteristik deposit serta hubungannya dengan kontrol struktur geologi di kawasan penelitian. Urat k uarsa di lokasi pengamatan, dijumpai mineral perak, galena dan spalerit dan berd asarkan analisa AAS, emas berasosiasi dengan perak dan galena. Kenampakan endapa n bijih di daerah Nirmala dan sekitarnya dapat digambarkan tabel 5 sebagai berik ut : Tabel 5. Kenampakan endapan bijih di daerah Nirmala Batuan samping Macam mineral isasi Mineral ubahan Pola mineralisasi Tekstur Kontrol mineralisasi Perkiraan te mperatur Tuf, breksi vulkanik Pirit, kalkopirit, galena, spalerit, emas, perak K uarsa, lempung, klorit, epidot, adularia, illit, montmorilonit, kaolinit, plogof it Mengisi ruang kosong (open space filling), sebaran (disseminated) Comb struct ure, vuggy, stockwork, breksiasi, urat (veint) Struktur (kekar, sesar), porosita s batuan o o Sekitar 160 250 C Foto 1. Tension Quartz Vein lokasi Sungai Cisahibah, N 130 E/85 . O O 8

Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 3, No. 5, Januari 2010 5. Kesimpulan a. Batuan yang menyusun secara umum daerah Nirmala adalah tuf, lap ili tuf, breksi tuf, batupasir, napal lempungan dan basal andesitik. Hasil pengu kuran dan analisis unsur struktur kekar dan urat kuarsa daerah Nirmala dengan ar ah umum NW SE (baratlaut tenggara), NE SW (timurlaut baratdaya) dan N S (Utara S elatan). b. Secara umum memperlihatkan bagian utara dominan teralterasi argilik kuat, dan ke bagian selatan dominan alterasi silisifikasi kuat. Penyebaran zona argilik setempat, mengumpul dan relatif dipermukaan, sedangkan zona kloritisasi menyebar di bawah permukaan sampai permukaan dengan mengisi rekahan. Penyebaran zona silisifikasi mengisi di dekat zona sesar, semakin kebawah permukaan semakin mengecil. Zona sesar merupakan koredor utama alterasi, yang diinterpretasikan b erarah NE-SW dan ENE WSW c. Mineralisasi yang hadir adalah pirit, kalkopirit, be berapa tempat galena , bornit biasanya pada urat-urat kuarsa. d. Model tepe depo sit emas daerah Nirmala merupakan tipe urat kuarsa pada zona epitermal temperatu tinggi, dengan mineralisasi mengikuti arah struktur o o o o kekar dengan arah N 353 E/70 dan N258 E/75 , dan struktur sesar dengan o o arah N210 E/75 . 6. Daftar Pustaka Corbett,G.J & Leach,T.M.1995. S.W.Pacific Rim Au/Cu Systems : Structure,, Alteration and Mineralization. Short Course, Vancouver, Canada. Heru Sigit Purwanto, 2002. Kontrol Struktur pada Mineralisasi Emas di daerah Penjom dan Lubuk Mandi Semenanjung Malaysia. (Desertasi S3, tidak dipublikasikan). Heru Sigit Purwanto, Herry Riswandi & Arfan Parmuhunan, 2007, Prospeksi Cebakan Emas Berdasarkan Kontrol Struktur Untuk Penentuan Titik Bor Nirmala Dan Sekitarnya K abupaten Bogor Propinsi Jawa Barat. Laporan Penelitian P.T. Aneka Tambang. Jakar ta (Tidak Dipublikasikan). Leach, T.M., Umali, D.U., Del Rosario, R.C., 1985: Ep ithermal mineral zonation in an Active Island arc: The Bacon-Manito geothermal s ystem th Philippines, Proceedings of the 7 Annual Geothermal Workshop, Auckland University: 109 114. Nahrowi,T., Suratman,Y & Hidayat, S. 1978. Geologi Pegunung an Selatan Jawa Timur. Laporan Eksplorasi PPTMGB,Lemigas Cepu. Nekrasov,I.Y. 199 6. Geochemistry, mineralogy and genesis of gold deposits . Brookfield.USA : A.A. Balkema Publishers. Pirajno, F. 1992. Hydrothermal Mineral Deposit. Berlin Heide rberg : SpringerVerlag. 9

Anda mungkin juga menyukai