PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Derajat Sarjana (S1) pada
Jurusan Teknik Geologi Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Universitas
Halu Oleo
OLEH
HUSNI RAHIM
R1C116069
KENDARI
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Scandium adalah salah satu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang Sc dengan nomor atom 21. Skandium berupa logam transisi yang lembut
dan warnanya putih keperakan merupakan mineral yang langka pertama kali
sistem periodik yang ditemukannya. Unsur ini diperkirakan memiliki berat atom
antara 40 (kalsium) dan 48 (tittanium). Elemen skandium ditemukan oleh Nilson
pada tahun 1878 di dalam mineral-mineral euxenite dan gadolinite, yang belum
mineral euxenite dan hasil sampingan mineral langka lainnya Nilson berhasil
kurang dari 0,2 persen di banyak bijih lantania berat dan dalam banyak bijih timah,
mieral ini cukup langkah dan bukan merupakan sumber penting dari skandium.
menunjukkan kegunaanya sebagai agen paduan logam ringan untuk aplikasi militer.
aluminium untuk barang olahraga dan lampu halida logam intensitas tinggi. Ketika
mineral (sekitar 800an spesies mineral). Warna biru pada beryl (satu jenis makhluk
Unsur ini juga ditemukan dalam hasil sampingan setelah ekstrasi tungsten dari
Zinwald wolframite dan di dalam wiikite dan bazzite. Di alam, skandium ada dalam
bentuk satu isotop stabil yaitu scandium -45. Di antara 25 (tidak termasuk isomer
nuklir) isotop radioaktif dengan massa antara 36 sampai 61, yang paling stabil
adalah skandium-46 (paruh 83,79 hari), dan yang paling stabil adalah skandium-39
membentuk laterit nikel oleh pelapukan di wilayah lintang tinggi (mis., Indonesia),
dimasukkan ke dalam mineral mafik di magma dan bahwa batuan tersebut mudah
diubah oleh tanah atau air tanah. Studi sebelumnya menunjukkan bahwa Sc 3+ juga
terkandung dalam mineral mafik seperti piroksen, amfibol dan magnetit, tetapi
saprolit dengan tingkat ekonomi Ni dicirikan oleh garnierit dan smektit, sedangkan
bijih limonit yang kaya Fe oksihidroksida mengandung lebih sedikit Ni. Skandium
kurang lebih kaya akan bijih saprolit dan limonit, namun mineral yang mengandung
Sc dalam laterit ini tidak dipahami dengan baik. Data geokimia Whole-rock dari
mineral dan bahan amorf di laterit. Skandium lebih terdistribusi dalam piroksen dan
amfibol daripada olivin dalam magma mafik karena nilai koefisien skandium
unsur skandium pada zona laterit, dengan judul “STUDI HUBUNGAN BATUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah unutk mengetahui pengaruh unsur skandium
terhadap batuan dasar dan unsur-unsur jarang lainnya berdasarkan data bor yang
ada pada PT. Vale Indonesia Tbk, Soroako.
TINJAUAN PUSTAKA
dan sekitarnya dapat dibagi dalam daerah pegunungan, daerah perbukitan, daerah
Verbeek dengan ketinggian 800-1.346 meter di atas permukaan laut disusun oleh
ketinggian 200- 700 meter dan merupakan perbukitan agak landai yang terletak
oleh batuan vulkanik, ultramafik dan batupasir. Dengan puncak tertinggi adalah
dan dibentuk oleh batugamping. Daerah ini dicirikan oleh adanya dolina dan sungai
aluvium seperti Pantai Utara Palopo dan Pantai Malili sebelah timur. Pola aliran
sungai sebagian besar berupa pola rektangular dan pola dendritik. Sungai-sungai
besar yang mengalir di daerah ini antara lain Sungai Larona dan Sungai Malili yang
mengalir dari timur ke barat serta Sungai Kalaena yang mengalir dari utara ke
selatan. Secara umum sungai-sungai yang mengalir di daerah ini bermuara ke Teluk
Bone.
Lembar Malili termasuk Mandala Geologi Sulawesi Timur dan Mandala Geologi
Sulawesi Barat dengan batas Sesar Palu-Koro yang membujur hampir utara-selatan.
Mandala Geologi Sulawesi Timur dapat dibagi ke dalam lajur batuan malihan dan
lajur ofiolit Sulawesi Timur yang terdiri dari batuan ultramafik dan batuan sedimen
dan Neogen, intrusi Neogen dan sedimen flysch Mezosoikum yang diendapkan di
websterit, wehrlit dan serpentinit, setempat batuan mafik termasuk gabro dan
basal. Umurnya belum dapat dipastikan, tetapi dapat diperkirakan sama dengan
ofiolit di Lengan Timur Sulawesi yang berumur Kapur Awal-Tersier
(Simandjuntak, 1991).
tertanam dalam massa dasar lempung merah bersisik. Batuan tektonika ini
Daerah Sorowako dan sekitarnya merupakan bagian Mandala Sulawesi Timur yang
tersusun oleh kompleks ofiolit, batuan metamorf, kompleks melange dan batuan
sedimen pelagis.
serpentinit, werlit, gabro dan diabas, basal dan diorit (Simandjuntak, 1991). Sekuen
ini tersingkap dengan baik di bagianutara, sedangkan dibagian tengah dan selatan,
komplek ofiolit ini umumnya tidak lengkap lagi dan telah terombakkan /
terdeformasi.
Batuan yang merupakan anggota lajur ofiolit Sulawesi Timur berupa batuan
ultrabasa (MTosu) yang terdapat disekitar danau Matano terdiri dari dunit,
harzburgit, lherzolit, wehrlit, websterit, serpentinit dan . Dunit berwarna hijau pekat
kehitaman, padu dan pejal, bertekstur faneritik, mineral penyusunnya adalah olivin,
piroksen, plagioklas, sedikit serpentin dan magnetit, berbutir halus sampai sedang.
Mineral utama olivine berjumlah sekitar 90%. Tampak adanya penyimpangan dan
pelengkungan kembaran yang dijumpai pada piroksen, mencirikan adanya gejala
deformasi yang dialami oleh batuan ini. Di beberapa tempat dunit terserpentinkan
kuat yang ditunjukkan oleh struktur seperti jarring dan barik-barik mineral olivine
padu dan pejal. Mineralnya halus sampai kasar terdiri atas olivin, (60%), dan
penghabluran ulang pada mineral piroksin dan olivin mencirikan batas masing-
penyusunnya ialah olivin (45%), piroksin (25%) dan sisanya epidot, yakut, dan bijih
bentuk mineral hypidioblastik. Mineral utama yang menyusun batuan ini adalah
persekisan yang setempat terlipat, dan dapat dilihat dengan mata telanjang.
Diatas ofiolit diendapkan tidak selaras Formasi Matano yang terbagi bagian
sedangkan bagian bawah dicirikan oleh rijang radiolaria dengan sisipan kalsilutit
yang semakin banyak ke bagian atas. Berdasarkan kandungan fosil formasi ini
menunjukan umur Kapur. Endapan termuda di daerah Lengan Timur Sulawesi
adalah endapan danau yang terdiri atas lempung, pasir, kerikil dan sebagian
biostratigrafi dan umur, daerah ini dapat dibagi menjadi dua kelompok yang sangat
berbeda, yaitu Alohton yang terdiri dari ofiolit dan malihan, sedangkan Autohton
terdiri dari batuan gunungapi dan pluton Tersier dari pinggiran Sunda land, serta
Struktur – struktur geologi yang penting di daerah ini adalah sesar, lipatan
dan kekar. Secara umum sesar yang terdapat di daerah ini berupa sesar naik, sesar
sungkup, sesar geser, dan sesar turun, yang diperkirakan sudah mulai terbentuk
sejak Mesozoikum. Beberapa sesar utama tampaknya aktif kembali. Sesar Matano
dan Sesar Palu Koro merupakan sesar utama berarah baratlaut - tenggara dan
menunjukkan gerak mengiri. Diduga kedua sesar itu masih aktif sampai sekarang,
keduanya bersatu di bagian baratlaut. Diduga pula kedua sesar tersebut terbentuk
sejak Oligosen dan bersambungan dengan Sesar Sorong sehingga merupakan suatu
system sesar transform. Sesar lain yang lebih kecil berupa tingkat pertama dan atau
Koro mulai aktif dalam bentuk sesar transcurrent. Akibatnya mikro kontinen
Banggai Sula bergerak ke arah barat dan terpisah dari benua Australia. Lipatan
yang terdapat di daerah ini dapat digolongkan ke dalam lipatan lemah, lipatan
tertutup dan lipatan tumpang-tindih, sedangkan kekar terdapat dalam hampir semua
Sulawesi Timur yakni Lempeng Banggai Sula yang bergerak ke arah barat
tersorong naik (terobduksi). Di bagian barat lajur penunjaman dan busur luar
yang dilaluinya yakni danau Matano. Analog dengan sesar Palu Koro sesar Matano
ini merupakan sesar mendatar sinistral, membentang membelah timur Sulawesi dan
sistem Riedel berkembang dan membentuk sistem rekahan umum. Sepanjang sesar
mendatar ini terdapat juga cekungan tipe pull apart. Yang paling nyata adalah
Danau Matano dengan batimetri sekitar 600 m dan dikontrol oleh sesar -
sesar normal yang menyudut terhadap kelurusan Matano. Medan gaya yang
Matano bermuara di Laut Banda pada cekungan dan teluk Losoni sebagai pull apart
basin dan menerus ke laut sampai ke utara anjakan bawah laut Tolo
2.2 Geologi Daerah Soroako
Bijih nikel yang terdapat di bagian Tengah dan Timur Sulawesi tepatnya di
daerah Soroako termasuk ke dalam jenis laterit nikel dan bijih nikel silikat
(garnerit). Bijih nikel tersebut akibat pelapukan dan pelindihan (leaching) batuan
geologi daerah Sorowako, antara lain adalah Sukamto (1975) yang membagi pulau
1. Mandala Geologi Sulawesi Barat, dicirikan oleh adanya jalur gunung api
Paleogen ,
3. Mandala Geologi Banggai Sula, dicirikan oleh batuan dasar berupa batuan
Simandjuntak, 1986) adalah termasuk dalam Mandala Indonesia bagian Timur yang
dicirikan dengan batuan ofiolit dan Malihan yang di beberapa tempat tertindih oleh
sedimen Mesozoikum.
Gambar 2.1 Geologi umum dan Tektonik Sulawesi
(Hamilton 1972 dalam Golightly 1979).
mikro kontinen yang merupakan pecahan dari lempeng New Guinea yang bergerak
lengan North-East sulawesi. Uplift terjadi sangat intensif di daerah ini, diduga
karena desakan kerak samudera Banggai Craton. Kerak benua dengan density yang
dan mantel. Pada bagian Selatan dari zona melange ini terdapat kompleks batuan
ultramafik Soroako-Bahodopi yang pengangkatannya tidak terlalu intensif.
Kompleks ini menempati luas sekitar 11,000 km persegi dengan stadia geomorfik
menengah, diselingi oleh blok-blok sesar dari cretaceous abyssal limestone dan
yaitu :
1. Satuan batuan sedimen yang berumur kapur, terdiri dari batu gamping laut
dalam dan rijang. Terdapat dibagian barat Soroako dan dibatasi oleh sesar naik
2. Satuan batuan ultrabasa yang berumur awal tersier, umumnya terdiri dari jenis
umumnya terdapat dibagian timur. Pada satuan ini juga terdapat intrusi-intrusi
2 zona melange subduksi yang terangkat pada pre – dan post-Miocene (107 tahun
lalu). Melange yang paling tua tersusun dari sekis yang berorientasi kearah
sempit dengan stadia geomorfik tua. Sementara yang berumur post Miocene telah
mengalami pelapukan yang cukup luas sehingga cukup untuk membentuk endapan
Sesar besar disekitar daerah ini menyebabkan relief topografi sampai 600 m
dpl dan sampai sekarang aktif tererosi. Sejarah tektonik dan geomorfik di kompleks
ini sangat penting untuk pembentukan nikel Laterite yang bernilai ekonomis.
Gambar 2.2 Geology daerah Soroako (Golightly 1979)
Matano fault yang membuat topographic liniament yang cukup kuat adalah sesar
aktif left-lateral strike slip fault dan menggeser Matano limestone dan batuan
lainnya sejauh 18 km kearah barat pada sisi Utara. Danau Matano yang mempunyai
kedalaman sekitar 600 m diperkirakan adalah graben yang terbentuk akibat efek
zona dilatasi dari sesar tersebut. Danau Towuti pada sisi Selatan dari sesar
sesar Matano. Pergerakan sesar ini memblok aliran air ke arah Utara sepanjang
lembah dan membentuk danau Towuti dan aliran airnya beralih ke barat menuju
sungai Larona. Danau-danau yang terbentuk akibat dari “damming effect” dari
sesar ini merupakan bendungan alami yang menahan laju erosi dan membantu
mempertahankan deposit nikel laterit yang terbentuk di daerah Soroako dan sekitar
GULF
OF
BONE
DISPLACED TERTIARY
EXT ENTION OF
TAM BALA KO VALLEY
pertama kali diperkenalkan oleh Buchanon Hamilton, 1907 terhadap tanah besi
keras sebagai material dalam membuat bata untuk bahan bangunan yang digunakan
oleh orang-orang India bagian tengah (Ahmad, 2001). Saat ini, istilah terebut
diterapkan pada tanah yang kaya akan besi dan aluminium, terbentuk akibat
batuan induk ultrabasa yang mengandung Ni dengan kadar tinggi, agen pelapukan
tersebut beruap air hujan, suhu, kelembaban, topografi, dan lain-lain. Hasil
insitu. Umumnya pembentukan endapan nikel laterit terjadi di daerah tropis atau
sub-tropis.
pada tempat tertentu. Proses ini berjalan dinamis dan perlahan, dan dari perlapisan
yang terlihat seperti pada gambar 3.1, maka tampak bahwa profil laterit
Lapisan paling bawah merefleksikan tahap awal dari pelapukan batuan dasar
dari apa yang ada di bagian bawahnya, menampilkan perkembangan tahapan proses
laterisasi secara progresif. Pada bagian bawah profil (saprock), pelapukan terjadi
pada kontak antara mineral-mineral dan pada batas-batas fraktur batuan dan
terdapat batuan fresh yang melimpah serta hanya sedikit produk alterasi.
bertahan akan semakin sedikit, dan lebih banyak lagi terbentuknya fraktur-fraktur
(saprolit). Pada lapisan yang lebih tinggi lagi, sudah berupa mineral-mineral
ubahan, dan ditandai oleh hilangnya fabrik primer batuan induknya. Zona ini berupa
batuan ultramafik begitu banyak dan beragam, akibatnya kondisi alamiah dari tiap
profil berbeda secara detail dari satu tempat ke tempat lainnya dalam hal ketebalan,
kimiawi, komposisi mineralogi dan perkembangan relatif dari zona profil secara
individu (Ellias, 2002). Faktor – faktor utama yang mempengaruhi efisiensi dan
kinerja dari pelapukan kimia, berdampak pada model alamiah profil, antara lain
iklim, topografi, drainase, tektonik, tipe batuan induk, struktur, stabilitas mineral
(struktur kristal, titik lebur), reaksi potensial (Reduksi / Oksidasi), ukuran butir dan
bukaan batuan (Porositas), kondisi pH, tingkat pemindahan suatu unsur ke arah
vertical, klimaks (temperatur, curah hujan, naik-turunnya muka air tanah), peran
sehingga tidak terangkut semua oleh proses erosi ataupun ketidakstabilan lereng
(gambar 3.2).
intensitas erosi endapan lateritik, sehingga endapan laterit tersebut relatif tidak
terganggu.
kimia dan mekanik yang disebabkan oleh udara, air, panas dan dingin akan
Proses kimia dimulai pada batuan peridotit. Pada umumnya pelapukan ini
1. Pelarutan.
2. Transportasi
yang berpengaruh adalah iklim, topografi dan morfologi. Hasil pelapukan akan
pada permukaan tanah yang landai, keadaan morfologi dan topografi yang tidak
terlalu curam. Hasil pelapukan akan ditransportasikan oleh air tanah atau air hujan.
Mobilitas unsur dipengaruhi oleh berat jenis unsur, media transportasi, topografi
(leaching) dan migrasi, akhirnya terakumulasi pada zona oksidasi dan reduksi.
- Larut tinggi (Highly soluble) dan mobilitas tinggi (Highly mobile). Mudah
tercuci pada profil pelapukan dan larut tinggi pada air tanah pada kondisi tropis
tanah, dan menjadi unsur penting pada tanah residu meliputi unsur Al, Fe+++,
Sebagian larut pada air tanah yang bersifat asam meliputi unsur Ni, dan Fe++.
Data penentuan zona saprolit dibatasi oleh material yang memiliki kadar
10 < Fe <35 %dan 5 < MgO < 30% dan 10 < SiO2 < 40% serta dikompilasikan
dengan komposisi mineral utama adalah olivin (~0,3 % Ni) dan piroksin
(~0,15% Ni). Pada daerah yang beriklim tropis, intensitas pelapukan cukup tinggi
terutama secara kimia. Proses pelapukan kimia ini dapat terjadi melalui empat cara
komponen yang lebih stabil akibat pengaruh air sebagai agen pelapukan.
- Menurut aturan Pauling, jumlah muatan negatif dan positif harus seimbang
dalam kristal.
- Atom-atom atau ion pada permukaan kristal mempunyai valensi yang tidak
- Gaya tarik yang kuat menyebabkan polarisasi air sehingga mengalami disosiasi
- Ion hidroksil kemudian mengikat kation yang tersedia, sedangkan ion hydrogen
menghasilkan hidroksida. Oleh sebab itu larutan menjadi lebih bersifat basa.
mengakibatkan hilangnya satu elektron atau lebih dari dalam zat (atom, ion atau
molekul). Bila suatu unsur dioksidasi, maka keadaan oksidasinya berubah ke harga
yang lebih positif. Pada saat oksidasi berlangsung, maka di lain pihak juga akan
terjadi reduksi, sehingga proses ini biasanya disebut reaksi redoks (reduksi
– oksidasi).
air. Dengan adanya gugus hidroksil (OH-), maka oksida-oksida yang baru saja
Pada tanah lateritik, sebagian besar mineral penyusunnya terdiri dari senyawa-
mafik baru yang bisa terbentuk akibat proses hidrasi, seperti serpentin
Hidrasi juga dapat menghasilkan mineral lempung yang mempunyai kandungan ion
hidroksil yang tinggi seperti kaolinit (Al2Si2O5(OH)4), illit (KAl3Si3O10(OH)2), dan
nontronit (Fe2Si4O10(OH)2).
primer akan terurai dan keluar dari sistem dalam bentuk larutan. Unsur-unsur yang
larut akan terbawa melalui perkolasi air tanah yang umumnya bergerak dari atas ke
bawah pada suatu profil. Air tanah tersebut, bersama unsur yang larut tadi akan
adanya air hujan yang kaya akan CO2 dari udara meresap ke bawah sambil melindi
(leaching) mineral-mineral primer seperti olivin, piroksin dan serpentin. Air tanah
meresap secara perlahan-lahan dari atas ke bawah sampai pada batas antara zona
limonit dan zona saprolit, kemudian mengalir secara lateral dan selanjutnya lebih
dalam Darijanto, 2000), (Gambar 3.3). Unsur Mg, Si dan Ni terlindih lalu terbawa
membentuk mineral seperti saponit, goethit dan kuarsa (Golightly, 1979). Reaksi -
(forsterite) (saponite)
4 Fe2SiO4 + 8 H+ + 4 O2 Fe2Si4O10(OH)2 + 6 FeO(OH)
(fosterite) (quartz)
kimiawi dan dipengaruhi oleh air tanah yang kaya akan CO2 dari udara luar atau
dan Ca yang terlarut oleh air hujan. Pelarutan itu menyebabkan kadar Fe, Ni, Cr,
Silikat (Garnierit)
6(Ni, Mg) O + 4 SiO2 + 4 H2O (Ni,Mg)2SiO10 (OH)8 (Garnierit)
Secara horisontal penyebaran Ni tergantung dari arah aliran air tanah yang
sangat dipengaruhi oleh bentuk kemiringan lereng (topografi). Air tanah bergerak
dari daerah – daerah yang mempunyai tingkat ketinggian ke arah lereng, yang mana
sebagian besar dari air tanah pembawa Ni, Mg dan Si yang mengalir ke zona
pelindian atau zona tempat fluktuasi air tanah berlangsung. Pada tempat-tempat
pada lereng dengan kemiringan landai sampai sedang adalah merupakan tempat
pengkayaan nikel.
proses pelindian. Pada dasarnya proses pelindian ini dapat dikelompokkan menjadi
proses pelindian utama yang berlangsung secara vertikal yang meliputi proses
pelindian celah di zona saprolit serta proses pelindian yang terjadi di waktu musim
Profil (penampang) laterit dapat dibagi menjadi beberapa zona. Profil nikel
laterit tersebut dideskripsikan dan diterangkan oleh daya larut mineral dan kondisi
Zona ini berada paling atas pada profil dan masih dipengaruhi aktivitas
permukaan dengan kuat. Zona ini tersusun oleh humus dan limonit. Mineral-
yang terbentuk pada kondisi asam dekat permukaan dengan relief relatif datar.
lanau), sering dijumpai mineral stabil seperti spinel, magnetit dan kromit.
Sifat fisik zona Medium Grade Limonite (MGL) tidak jauh berbeda dengan zona
overburden. Tekstur sisa batuan induk mulai dapat dikenali dengan hadirnya
fragmen batuan induk, yaitu peridotit atau serpentinit. Rata-rata berukuran antara
1-2 cm dalam jumlah sedikit. Ukuran material penyusun berkisar antara lempung-
pasir halus. Ketebalan zona ini berkisar antara 0-6 meter. Umumnya singkapan zona
ini terdapat pada lereng bukit yang relatif datar. Mineralisasi sama dengan zona
limonite dan zona saprolit, yang membedakan adalah hadirnya kuarsa, lihopirit, dan
opal.
3. Zona Saprolit
induk yang teralterasi, sehingga mineral penyusun, tekstur dan struktur batuan
mmeberikan zona saprolit dengan init batuan sisa yang keras, pengisian celah oleh
garnierit.
Zona batuan induk berada pada bagian paling bawah dari profil laterit. Batuan
induk ini merupakan batuan yang masih segar dengan pengaruh proses-proses
pelapukan sangat kecil. Batuan induk umumnya berupa peridotit, serpentinit, atau
peridotit terserpentinisasi.
Kegunaan utama untuk skandium berada pada sel bahan bakar oksida padat
(SOFCs), kekuatan tinggi paduan aluminium, intensitas tinggi lampu halida logam,
sebagai bahan stabilisasi untuk elektrolit padat (biasanya zirconia) dalam sel bahan
bakar. substitusi memungkinkan reaksi terjadi pada suhu yang lebih rendah,
diolah dengan baik Cr dan Nd ion dikatakan 3 1/2 kali seefisien banyak digunakan
tinggi untuk menciptakan cahaya alami. Skandium memiliki spektrum emisi luas
yang menghasilkan efek 'daylight' diinginkan untuk penerangan kamera, film dan
untuk fosfor atau sebagai ion aktivator di TV atau monitor komputer. Sc2O3 dan
ScVO4 adalah bahan host khas, sementara ZnCdS2, diaktifkan dengan campuran
perak dan skandium, fosfor luminescent cocok untuk digunakan dalam display
televisi.
BAB III
Pada penelitian yang dilakukan adalah pemetaan korelasi endapan nikel laterit
danggkal. Metode penelitian mencakup dua hal, yaitu metode pada pengambilan
mencakup pengambilan data – data geomorfologi seperti foto bentang alam daerah
penelitian, serta hal – hal yang dianggap perlu. Selain data geomorfologi dilakukan
untuk jenis batuannya. Untuk mendukung hal tersebut diatas maka dilakukan pula
deskripsi hasil pengeboran berupa coring dalam hal ini yaitu bottom core, serta
dalam satu lubang bor menghasilkan data geokimia yang kemudian diolah dan
divalidasi, menghasilkan data final yang berisi kadar dan berat jenis dari unsur-
unsur tersebut. Serta memuat koordinat titik bor,elevasi, top bottom, dan nomor
titik bor.
Setelah didapatkan data final tiap lubang bor daerah penelitian, kemudian
dilakukan lagi anaisis data bor untuk menentukan lapisan antar bijih, waste dan
software Micromine versi 2020 sehingga dapat diketahui model sebaran bijihnya.
Dan unntuk pendistribusian bijih, data bor yang telah dibedakan antara lapisa
saprolit dan lapisan limonit sesuai standar perusahaan dengan asumsi sebagai
berikut Ni > 1.5%, Fe > 30%, unsur SiO2< 10%, unsur MgO < 5 % dan saprolit Ni
Indonesia Tbk, Kolaka, meliputi tahap persiapan, tahap pengambilan data, tahap
Tahapan Persiapan
Pada penelitian kali ini, tahapan persiapan yang dilakukan meliputi :
penelitian.
daerah penelitian.
Pengambilan data lapangan dilakukan pada lokasi titik bor yang meliputi
pendiskripsian cutting dan inti bor pada log bor skala yang telah ditentukan.
Setiap data yang telah diambil dari lokasi penelitian dikumpulkan dan
Setelah semua data yang telah dianalisis baik analisis lapangan maupun
Persiapan
Studi Pendahuluan :
Pemahaman tentang Administasi dan
endapan nikel laterit,
perlengkapan
unsur skandium, dan
geologi regional
Pengumpulan Data
Pendeskripsian
lapangan pada setiap Sample Sampling
contoh batuan
Analisis Data
Penyusunan Laporan
Selesai
Gambar 3.1 Bagan alir tahapan penelitian tugas akhir pada PT. Vale
Indonesia Tbk.Soroako
BAB IV
PENUTUP
terlaksananya penelitin pada daerah yang ditentukan oleh perusahaan dan semoga
Maulana, A., 2014, Studi Keberadaan Logam Logam Penting (Critical Metal)
Dan Logam Tanah Jarang (Rare Earth Element) Di Sulawesi: Suatu
Peluang Dan Tantangan Dalam Dunia Eksplorasi, Univeritas
Hassanudin, Makassar.
Ahmad, W., 2001, Laterite Nickel, a Manual Training, PT. International Nickel
Indonesia, Sorowako.
Wang, T., Wang, J., Ebner, A.D., Ritter, J.A., 2008. Reversible hydrogen
storageproperties of NaAlH4 catalyzed with scandium. J. Alloys
Compd. 450, 293– 300.