Anda di halaman 1dari 15

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS HALU OLEO


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI

PENELITIAN MUKA AIR TANAH


KECAMATAN POASIA, SULAWESI TENGGARA

OLEH
KELOMPOK II

ASMAR SAFRILLA
ELDIN
EMA YULIANA P
FADILA FITRIANI
HUSEIN SAIDI
IMELSYI PRATIWI
KAFHAYA AINSHAD
MUH. RULIANSYAH

KENDARI
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia dan semua makhluk hidup lainnya membutuhkan air. Air merupakan
material yang membuat kehidupan terjadi di bumi. Menurut ahli kesehatan bahwa
manusia membutuhkan air putih minimal 2 liter (atau 8 gelas) perhari dan
maksimum 7% dari berat badan.
Air adalah zat atau material atau unsur penting bagi semua bentuk kehidupan
yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain dalam system
tata surya dan menutupi hampir 71% permukaan bumi. Wujud air dapat berupa
cairan, es (padatan) dan uap/ gas. Akibat adanya air maka bumi yang merupakan
satu-satunya planet dalam system tata surya memiliki kehidupan.
Air sudah ada sejak 3,5 Milyar Tahun yang lalu sejak fosil binatang
ditemukan di Austria. Namun pada saat itu manusia belum ada. Keberadaan
manusia (homo) mulai dari manusia purba hingga manusia modern saat ini secara
skala waktu geologi adalah masih sangat muda yaitu baru sekitar ± 2 juta tahun
yang lalu.
Sejarah geologi keberadaan air bersamaan dengan keberadaan lahirnya bumi
yang terjadi sejak ± 4,6 Milyar tahun. Diyakini oleh banyak pakar bahwa bumi
lahir berdasarkan dan berkaitan dengan teori besar yang dikenal dengan Big Bang
Theory. Dari catatan data geologi keberadaan cekungan air tanah (CAT)
umumnya terjadi pada zaman Kuarter/ Quartery period.

1.2. Rumusan Masalah


Permsalahn yang kami angkat pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi potensi air tanah
pada sumur gali ?
2. Apa saja aspek yang mempengaruhi kualiatas suatau air tanah ?

1.3 Tujuan
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaiaman
pengarug geomorfologi suatu daerah dan jenis litologi nya terhadap sebaran air
tanah daerah tersebut.

1.4 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian Geohidrologi yaitu :
No Alat dan Bahan Kegunaan
1 Tali Rafia Sebagai alat untuk menentukan tinggi dari
sumur
2 Batu Sebagai bandul untuk pemberat dari tali
rafia
3 GPS Sebagai alat untuk menentukan titik
koordinat di lokasi penelitian
4 Kamera Sebagai alat untuk mempotret lokasi
sumur penelitian
5 Alat Tulis Sebagai alat untuk menulis data dari
ketinggian sumur penelitian
6 Buku Sebagai wadah untuk mencatat data
penelitian

1.5 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana sebaran
air tanah dari tiap sumur yang ada di Kecamatan Poasia kota Kendari Sulawesi
Tenggara.

1.6 Metodelogi Penelitian


Lokasi penelitian berada di kecamatan Poasia, Kota Kendari Sulawesi Tenggara.
Wilayah Kota Kendari dengan ibu kotanya Kendari dan sekaligus juga sebagai ibukota
Provinsi Sulawesi Tenggara secara geografis terletak di bagian Selatan Garis
Khatulistiwa berada di antara 3o 54` 30``- 4o 3` 11`` Lintang Selatan dan membentang
dari Barat ke Timur diantara 122o 23`- 122o 39` Bujur Timur. Metode Pengumpulan
Datapada Penelitian ini yaitu data sekunder yang berhubungan dengan data
kuantitatifdan data lapangan. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data
yang berhubungan dengan kondisi air tanah yang ada di daerah ini, meliputi:
koordinat setiap stasiun dan tinggi muka air tanah.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Dasar-Dasar Hidrogeologi
Hidrogeologi lebih menekankan pada hubungan keterdapatan, distribusi, dan
pergerakan air tanah dengan kegeologian, yakni sifat-sifat keairan formasi batuan
sebagai wadah air tanah di bumi.
Menurut Freeze dan Chery (1979) bahwa kondisi alami dan distribusi formasi
batuan pembawa/ pengandung air seperti akuifer, akuiklud, dan akuifer dalam
sistem geologi dikendalikan oleh litologi, stratigrafi dan struktur dari material
endapan geologi dan formasi.
2.2 Air Tanah
2.2.1 Zona Air Bawah Permukaan
• Zona tak jenuh (zone of aeration), merupakan ruang antara yang sebagian
terisi air dan sebagian terisin udara.
• Zona jenuh (zone of saturation), merupakan ruang antara yang seluruhnya
terisi oleh air dan tidak terdapat udara.

2.2.2 Air Tanah Berdasarkan Genesanya


• Air tersekap (connate water) merupakan air tanah yang terbentuk pada dua
periode geologi yang telah lama sehingga saat ini air tersebut tidak
berhubungan lagi dengan udara.
• Air magma merupakan air yang diperoleh dari magma.
• Air plutonik atau air volkanik merupakan bagian dari air magma yang
dibedakan berdasarkan kedalamannya.
• Air asli (juvenile water) merupakan air yang berasal dari dalam bumi yang
sebelumnya tidak terdapat sebagai air atmosfer atau air permukaan dan
bukan merupakan bagian dari hidrosfer.
• Air malihan merupakan salah satu bagian dari air fosil, terjadi akibat
proses rekristalisasi mineral yang mengandung air selama proses
pembentukan batuan metamorf.
Menurut Driscoll (1987), secara umum keterdapatan air bawah permukaan dibagi
dalam dua tipe, yaitu
• Air pada lajur gantung (vadose zone)
1. Lajur air tanih (soil water), sebagian besar digunakan untuk keperluan
pertanian, . Kedalaman lajur air tanih antara 3 – 30 ft (0,9 – 9,1 m)
2. Lajur air gantung tengah (intermediete vadose water)
3. Lajur air merambut (capillary water), berada pada bagian bawah lajur
tengah, di mana air tanah naik ke atas karena gaya kapiler
• Air pada lajur freatik (phreatic zone).

Perubahan fungsi lahan akan berdampak pada resapan air tanah.


Pengambilan air tanah melalui sumur-sumur akan mengakibatkan lengkung
penurunan muka air tanah (depression cone). Keseimbangan baru dapat terjadi
jika laju pengambilan air tanah lebih kecil dari pengisian oleh air hujan pada
daerah resapan (Hutasoit, 2009).
Meningkatnya kebutuhan air dikarenakan pertumbuhan penduduk yang
tinggi seperti penggunaan untuk kebutuhan, pertanian, peternakan maupun
domestik serta industri. Hal ini yang menyebabkan berkurangnya lahan ruang
hijau yang berfungsi sebagai pembentukan air tanah serta kurangnya daerah
resapan air bawah tanah.
Resapan air bawah tanah merupakan faktor yang sangat penting pada
proses terbentuknya air bawah tanah yang berfungsi sebagai penyeimbang atau
penentu terpeliharanya kelestarian air bawah tanah. Air bawah tanah merupakan
salah satu sumber daya air yang paling baik untuk air bersih, yang dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat, seperti kebutuhan
rumah tangga, irigasi dan industri. Pengambilan air tanah yang banyak dan
melampaui jumlah rata-rata dapat menyebabkan penurunan permukaan air tanah
secara kontinu dan pengurangan potensi air tanah di dalam akuifer. Hal ini akan
memicu terjadinya dampak negatif seperti penurunan kualitas air tanah dan
penurunan permukaan tanah (Rejekiningrum, 2005; Winter et al., 2005)
Aktivitas pemanfaatan air bawah tanah sangat perlu diperhatikan,
pengambilan air bawah tanah yang berlebihan tanpa memperhatikan kemampuan
akuifer akan mempengaruhi keseimbangan lingkungan, mengingat ketersediaan
air bawah tanah tidak merata pada semua daerah dan sangat tergantung pada
kondisi hidrologi masing-masing daerah tersebut. Keseimbangan lingkungan
menjadi perlu diperhatikan karena keterbatasan sumber daya air bawah tanah.
Kegiatan pengambilan air bawah tanah yang berlebihan dapat mengakibatkan
penurunan muka air bawah tanah, yang menyebabkan perubahan kedalaman air
bawah tanah. Hal ini membuat pemneliti tertarik untuk meneliti bagaimana
kondisi kedalaman air bawah tanah di Kota Pekanbaru berdasarkan faktor-faktor
lingkungan yang terintegrasi.
Berdasarkan teori Air merupakan suatu kebutuhan pokok bagi makhluk
hidup baik manusia, hewan serta tumbuh-tumbuhan, yang terus menerus
digunakan baik penggunaan sebagai konsumsi, kebutuhan rumah tangga, industri
dan lain-lainnya. Setiap makhluk hidup memerlukan air, tanpa air semua
ekosistem tidak akan tercipta sesuai dengan kebutuhannya. Air yang berada di
bumi berasal dari lautan, daratan, serta di bawah permukaan tanah atau disebut
dengan air tanah.
Air tanah berasal dari suatu formasi geologi yang dapat menyimpan dan
meloloskan air dalam jumlah besar yang dikenal sebagai akuifer (Purnama, 2000).
Air merupakan suatu manfaat dan salah satu keuntungan yang merupakan sumber
kebutuhan, karena air bawah tanah merupakan suatu variasi kualitas air tanah
yang relatif stabil jika digunakan dengan sebaik-baiknya.
Berdasarkan definisi air tanah menurut UU No 7 Th 2004 Sumber Daya Air
adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukan
tanah. Air tanah juga dapat diartikan sejumlah air di bawah permukaan bumi yang
dapat dikumpulkan dengan sumur-sumur, terowongan atau sistem drainase atau
dengan pemompaan, dapat juga disebut aliran yang secara alami mengalir ke
permukaan tanah melalui pancaran atau rembesan (Kodoatie dan Sjarief, 2005).
Akuifer adalah lapisan tanah atau batuan yang dapat menangkap dan meloloskan
air(Chay, 2002).
Akuifer tertekan/terkekang (confined aquifer) adalah lapisan rembesan air
yang mengandung kandungan ABT yang bertekanan lebih besar dari tekanan
udara bebas/tekanan atmosfir.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 HASIL
3.2 PEMBAHASAN
Penelitian dilakukan pada Daerah Kecamatan Poasia, Kota Kendai
Sulawesi Tenggara. Daerah ini merupkan daerah yang paling luas dari semua
kecamatan yang berada di Kota Kendari, kemudian disusul dengan kecamatan
Abeli. Penetilian yang kami lakukan adalah penelitian dengan mengambil data
pengukuran tingginya muka air permukaan, dengan berbekal alat seperti GPS, roll
meter, tali, dan alat tulis. Data yang diperoleh berupa data kuantitatif, yaitu nilai
pengukuran dari tiaptiap stasiun sumur di daerah ini.

Air tanah merupakan bagian air di alam yang terdapat di bawah


permukaan tanah. Pembentukan air tanah mengikuti siklus peredaran air di bumi
yang disebut daur hidrologi, yaitu proses alamiah yang berlangsung pada air di
alam yang mengalami perpindahan tempat secara berurutan dan terus menerus.
Peta Daerah Penelitian
Kecamatan Poasia, Kota Kendari Sulawesi Tenggara

Dari peta diatas dapat diketahui bagaimana kedalaman sumur yang


bervariasi di setiap stasiun. Kenampakan warna yang berbeda menandakan
perbedaan kedalaman air tanah setiap titik nya.
Kedalaman engan rentang 12 meter sampai 16 meter ditandai dengan
warna hijau tua. Daerah ini erupakan tempat dijumpainya stasiun 13 dan stasiun
14. Kemudian untuk rentang 16 meter sampai 20 meter ditandai dengan warna
hijau muda yaitu daerah dijumpainya stasiun stasiu 15. Kedalaman 20 meter
sampai 22 meter ditandai dengan warna kuning. Pada daerah itu ditemukan
stasiun 23, stasiun 24, stasiun 25 stasiun 30 dan lain-lainnya (seperti pada peta).
Kealaman 22 meter sampai 24 meter ditandai dengan warna jingga, untuk
kedalaman 2 meter sampai 28 meter berwarna pink dan yang terakhir kedlaman
28 meter sampai 32 meter ditandai dengan warna biru. Kedalaman yang berbeda-
beda ini dikarenakan elevasi dari tiap titik-titik stasiun yang berbeda.
Air tanah merupakan aset yang terpendam. Air tanah harus dikelola
dengan baik karena tidak dipungkiri bahwa makhluk hidup baik manusia,
binatang dan juga tumbuhan sangat memerlukan air tanah untuk dimanfaatkan
dikemudian hari. Ada faktor- faktor tertentu ysng mempengaruhi potensi ait tanah
yang ada di dalam bumi. Beberapa faktor yang mempengaruhi potensi air tanah
tersebut antara lain sebagai berikut:

Curah hujan
Faktor pertama yang mempengaruhi potensi air tanah adalah curah hujan.
Curah hujan merupakan faktor utama yang mempengaruhi potensi tanah karena
sumber air tanah berasal hdari air hujan yang turun. Curah hujan yang banyak
akan menimbulkan cadangan air tanah yang banyak pula. Kita bisa lihat hal ini
ketika musim penghujan dan juga musim kemarau tiba. Ketika musim hujan,
sumur- sumur warga akan banyak airnya, selain itu sumber- sumber yang lain
seperti sungai, danau dan lain sebagainya juga akan banyak airnya. Berbeda
dengan musim kemarau, ketika musim kemarau tiba maka sumur- sumur warga
akan ada sedikit air, sementara sumber air lainnya seperti sungai, danau dan
lainnya hanya akan ada air yang jumlahnya terbatas.

Material batuan

Faktor yang mempengaruhi potensoi air tanah yang selanjutnya adalah


batuan. Batuan selalu ada di permukaan bumi. Batuan memiliki kualitas yang
berbeda- beda dan sifatnya tidak menyerap air. Namun meski tidak menyerap air,
biasanya air hujan dapat merember melalui celah- celah batuan. Lapisan tanah
yang mengandung banyak batuan akan dapat mengunci keberadaan air tanah
sehingga akan awet di dalam tanah.

Geomorfologi atau Lereng

Faktor selanjutnya yang mempengaruhi potensi air tanah adalah masalah


kemiringan lahan. Seperti yang kita ketahui bahwa air hujan yang turun
membasahi bumi akan diserap di dalam tanah sehingga menjadi cadangan air di
dalam tanah tersebut dan dinamakan sebagai air tanah. Air tanah ini akan meudah
dikunci dan tersimpan apabila permukaan tanah yang ada adalah datar atau
memiliki tingkat kemiringan yang rendah. Apabila tanah tempat air terserap
tersebut miring maka akan memungkinkan air mengalir ke bawah meski dibawah
permukaan tanah. Maka dari itulah air tanah di tanah yang miring jumlahnya lebih
sedikit daripada di tanah yang datar.

Vegetasi

Faktor terakhir yang mempengaruhi potensi air tanah adalah vegetasi.


Vegetasi ini bisa merupa pepohonan atau rumput- rumputan yang berada di atas
permukaan Bumi, khususnya di tanah tersebut. Seperti yang kita ketahui bersama
bahwa pepohonan memiliki fungsi menyerap air hujan yang turun untuk
kemudian disimpan di dalam tanah dan menguncinya. Ketika banyak pepohonan
maka air tanah yang akan tersimpan dan terkunci di dalam tanah jumlahnya
banyak, sementara jika tidak banyak pepohonan air tanah yang akan disimpan
jumlahnya jauh lebih sedikit. Air tanah yang disimpan di daerah banyak
pepohonan akan bertahan lebih lama sehingga bisa menjadi cadangan ketika
musim kemarau datang. Selain itu kualitas air tanah juga akan lebih baik daripada
tempat yang tidak banyak vegetasinya.

Disamping itu, ada juga beberapa aspek yang dapat dipertibangkan untuk
menentukan kualitas suatu air tanah, yaitu sebagai berikut :

1. Kedalaman Permukaan Air tanah: Kedalaman permukaan air tanah


merupakan permukaan tertinggi dari air yang naik ke atas suatu sumuran atau
tempat yang rendah. Ketiggian air tanah antara lain dipengaruhi oleh jenis
tanah, curah hujan, penguapan, dan kedalaman aliran perkukaan terbuka
(sungai). Kedalaman permukaan air tanah akan berpengaruh pada penyebaran
bakteri coliform secara vertikal.
2. Curah Hujan: Air hujan yang mengalir di permukaan tanah dapat
menyebabkan bakteri coliform yang ada di permukaan tanah terlarut dalam air
tersebut. Meresapnya air hujan ke dalam lapisan tanah mempengaruhi
bergeraknya bakteri coliform di dalam lapisan tanah. Semakin banyak air
hujan yang meresap ke dalam lapisan tanah semakin besar kemungkinan
terjadinya pencemaran.
3. Jenis Tanah: Jenis tanah berbeda mempunyai daya kandung air dan daya
melewatkan air yang berbeda pula. Daya kandung atau kemampuan tanah
untuk menyimpan air disebut porositas, yaitu rasio antara pori-pori tanah
dengan volume total tanah dan biasannya dinyatakan dalam satuan persen,
sedangkan kemampuan tanah untuk melewatkan air disebut permeabilitas,
yaitu jumlah air yang dapat dilewatkan oleh tanah dalam satuan waktu per
satuan luas penampang. Porositas dan permeabilitas tanah akan berpengaruh
pada penyebaran bakteri coliform, mengingat air merupakan alat tranportasi
bakteri dalam tanah. Makin besar permeabilitas tanah, makin besar
kemampuan melewatkan air yang berarti jumlah bakteri yang dapat bergerak
mengikuti aliran juga makin besar.
Kualitas air yang memenuhi syarat kesehatan pada umumnya berkaitan dengan
hal-hal sebagai berikut:
 Secara alamiah memang air tersebut tidak memenuhi syarat, misalnya keruh,
berwarna, berbau dan mengandung besi atau mangan dalam kadar yang
berlebihan/tinggi.
 Lingkungan sekitar sarana air bersih yang dapat mencemari air, misalnya
terdapat jamban, pembuangan sampah, kandang ternak dan genangan air kotor
pada jarak kurang 11 meter.
 Konstruksi sarana air bersih yang tidak memenuhi persyaratan teknis seperti
sumur gali tanpa dilengkapi bibir, dinding, lantai dan saluran pembuangan air
bekas yang kedap air.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang kami lakukan di Kecamatan Poasia yang
bertempat di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, maka diproleh beberapa hasil
yang dapat kami simpilkan, bahwa Air tanah adalah air yang terdapat dalam
lapisan tanah atau bebatuan di bawah permukaan tanah. Air tanah merupakan
salah satu sumber daya air Selain air sungai dan air hujan, air tanah juga
mempunyai peranan yang sangat penting terutama dalam menjaga keseimbangan
dan ketersediaan bahan baku air untuk kepentingan rumah tangga (domestik)
maupun untuk kepentingan industri. Dibeberapa daerah, ketergantungan pasokan
air bersih dan air tanah telah mencapai ± 70%.
Akuifer menurut Freeze dan Chery (1979) adalah lapisan geologi yang
lulus air dan dapat membawa air dalam jumlah besar di bawah kelandaian
hidraulik. Akuifer akan ditutupi oleh lapisan penutup/ pembatas dengan jenis :
• Akuiklud (aquiclude)  kedap air  lempung  lapisan jenuh air yang
mengandung air tetapi tidak mampu melepaskannya dalam jumlah yang
berarti misalnya lempung.
• Akuitar (aquitard)  lulus air  pasir
• Akuifug (aquifug)  kebal air  batuan beku (granit)  tidak
mengandung, dapat melakukan atau meneruskan.
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Chay, A. 2002.Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.Penerbit Gadjah
Mada Yogyakarta. University Press.

Hutasoit, L.M, 2009. Kondisi Permukaan Ar Tanah dengan dan Tanpa Peresapan
Buatan di Daerah Bandung: Hasil Simulasi Numerik, Jurnal Geology
Indonesia. 0l.4, No.3, P.177-188.

Kodoatie,R.J & Sjarief, R. 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu. Andi:
Yogyakarta.

Purnama. 2000. Bahan Ajar Geohidrologi. Yogyakarta : Fakultas Geografi


Universitas Gadjah Mada.

Anda mungkin juga menyukai