Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM HIDROGEOLOGI

KOEFISIEN RECHARGE

MINGGU 3

Asisten Praktikum

1. Agim Yustian Bakhtiar (118150026)


2. Riski Aditya (15117089)

Disusun Oleh :

Samuel N.O Pakpahan (119150099)

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


JURUSAN TEKNIK MANUFAKTUR DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2021

1
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROGEOLOGI

DAFTAR ISI

COVER........................................................................................................................................................1
DAFTAR ISI................................................................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................................................3
1. Latar Belakang...............................................................................................................................3
2. Rumusan Masalah..........................................................................................................................5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................................6
1. Hidrologi.........................................................................................................................................6
2. Air Tanah......................................................................................................................................10
3. Koefisien Recharge.......................................................................................................................11
3. Cekungan Air Tanah....................................................................................................................12
BAB 3 METODOLOGI.............................................................................................................................16
BAB 4 PEMBAHASAN............................................................................................................................16
BAB 5 KESIMPULAN..............................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................23

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 %RC untuk formasi

Tabel 4.2 Klasfikasi %RC untuk formasi

Tabel 4.3 Curah Hujan pada Pos Curah Hujan

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Peta Potensi Air Tanah dan Resapan Air Tanah
Gambar 4.2 RC(m3/thn) pada setiap formasi batuan di Jawa Barat
Gambar 4.3 Daerah Pos Hujan Ciherang (Endapan Danau)

2
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROGEOLOGI

BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Salah satu sumber daya yang paling dibutuhkan adalah air tanah. Setiap mahluk hidup
melakukan berbagai macam usaha untuk tetap memnuhi kebutuhan air agar tetap dapat bertahan
hidup.. Kondisi daerah mahluk hidup berbeda-beda, tidak semua daerah memiliki sumber
daya air yang cukup, sehingga ada daerah-daerah tertentu yang mengalami kesulitan akan
sumber daya air. Bahkan ada daerah tertentu yang awalnya memiliki sumber daya air
berlimpah menjadi daerah yang kekurangan air. Air tanah adalah air yang terdapat dibawah
permukaan. Air tanah itu sendiri keberadaannya adalah air hujan yang mengalami peresapan ka
bawah permukaan air tanah lewat lubang pori diantara butiran tanah. Air yang berkumpul
dibawah permukaan bumi ini disebut dengan akifer. Daerah yang dikenai peresapan air tanah
disebut dengan daerah Imbuhan Air Tanah (IAT).

Imbuhan air tanah adalah suatu yaitu resapan air tanah yang mampu menambah kadar air
tanah secara alamiah pada Cekungan Air Tanah (CAT). Imbuhan air tanah merupakan parameter
hidrologi penting yang sangat bergantung pada skala spasial dan waktu. Didefinisikan sebagai air
yang mengalir masuk ke dalam tanah dan menambah kuantitas air tanah dalam akuifer.
Mengetahui Imbuhan air dari atmosfer ke dalam tanah berperan dalam perhitungan sumber daya
air dalam cekungan air tanah. Faktor pengontrol utama terdiri dari besaran curah hujan, luas
daerah imbuhan, kondisi geologi, tutupan lahan akan mempengaruhi jumlah pasokan air tanah ke
dalam akuifer. Pengetahuan tentang imbuhan air tanah diperlukan dalam pengelolaan air tanah
dalam cekungan air tanah, sehingga akan membantu menentukan berapa besar pengambilan
airtanah yang bisa ditoleransi agar air tanah selalu dalam keadaan seimbang antara pasokan dan
pengambilan yang pada akhirnya pendayagunaan airtanah berkelanjutan. Disamping itu estimasi
jumlah imbuhan air ini penting untuk transportasi kontaminan bila terjadi pencemaran ke dalam
akuifer yang berasal dari air permukaan di daerah imbuhan.

Keseimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan baik secara kuantitas maupun kualitas
terhadap air tanah yang semakin kritis dan perlu mendapatkan perhatian semua pihak.
Kesemuanya

3
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROGEOLOGI

itu disebabkan karena pertumbuhan pnduduk Indonesia yang sangat tinggi, peningkatan
ekonomi, dan industri yang semakin tinggi menjadikan kebutuhan air semakin meningkat.
Pemanfaatan air tanah menjadi solusi untuk pemenuhan kebutuhan tersebut. Hal ini berdampak
pada keberadaan air tanah yang semakin berkurang. selain itu pembangunan yang menyebabkan
timbulnya polusi serta berkurangnya lahan bebas/ ruang terbuka hijau untuk proses pembentukan
air tanah. Kondisi ini hampir terjadi diseluruh wilayah Indonesia.

Meningkatnya penggunaaan air tanah dan di lain pihak jumlah air hujan yang meresap ke dalam
tanah berkurang akibat meningkatnya koefisien limpasan (runoff). Meningkatnya koefisien
limpasan (runoff) tersebut disebabkan karena perubahan tata guna lahan serta pertumbuhan
perkotaan sehingga banyak area resapan tertutup oleh bangunan. Hal ini telah menyebabkan
ketidak-seimbangan antara jumlah pemakaian air tanah dan jumlah air hujan yang meresap
(recharge). Dalam rangka menjaga kelestarian air tanah, salah satu cara yang dapat dilakukan
adalah mengembangkan dan memasyarakatkan teknologi peresapan atau pengisian air tanah
buatan (artificial recharge of ground water), yaitu teknik meresapkan air hujan atau air
permukaan kedalam tanah agar jumlah air tanah menjadi bertambah. Secara sederhana, artificial
recharge adalah sebuah proses dimana air hujan atau kelebihan air permukaan diresapkan atau
dimasukkan ke dalam tanah, baik dengan menyebarkannya di permukaan, dengan menggunakan
sumur resapan, atau dengan mengubah kondisi alami untuk meningkatkan infiltrasi yang
bertujuan untuk mengisi kembali aquifer. Hal ini mengacu pada pergerakan air melalui sistem
buatan manusia dari permukaan bumi ke lapisan akuifer di bawah tanah dimana air hujan pada
saat musim hujan dapat disimpan di dalam tanah (akuifer) agar dapat digunakan pada saat musim
kemarau atau untuk penggunaan di waktu yang akan datang. Resapan buatan atau pengiasian air
tanah buatan sering juga disebut planned recharge adalah suatu cara untuk menyimpan air di
bawah tanah pada saat surplus, untuk memenuhi kebutuhan pada saat kekurangan air (NRC,
1994).

Pengelolaan Air Tanah di Jawa Tengah didasarkan pada Cekungan Air Tanah (CAT) yaitu
suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis
seperti proses pengimbuhan, pengaliran dan pelepasan air tanah berlangsung . Jumlah CAT di

4
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROGEOLOGI
Jawa Tengah sebanyak 31 CAT (Keppres No.26 Tahun 2011), terdiri dari 6 CAT dlm wilayah
satu kab/kota, 6 CAT lintas Provinsi, 19 CAT lintas Kab/kota. Potensi air tanah bebas CAT lintas

Provinsi sebesar 411,15 Juta m3/thn, CAT lintas kab/kota sebesar 7.368,64 Juta m3/thn dan CAT
dalam kabupaten sebesar 3619 Juta m3/thn.Beberapa metode penyelidikan permukaan tanah yang
dapat dilakukan, diantaranya adalah metode geologi, metode gravitasi, metode magnit,metode
seismik, dan metode geolistrik. Dari metode-metode tersebut, metode geolistrik merupakan
metode yang banyak sekali digunakan dan hasilnya cukup baik. Contoh penggunaan geolistrik
dalam mencari atau mengidentifikasi pencemaran air tanah seperti yang dilakukan telah
menggunakan geolistrik untuk mengidentifikasi pencemaran air tanah di wilayah Jaten
KaranganyarBerdasarkan hasil penelitian tentang penentuan letak dan kedalaman akuifer air
tanah dengan menggunakan metode geolistrik yang telah dilakukan terlihat lapisan batuan dengan
nilai resistivitas 1,5 – 1,9 Ωm diperkirakan merupakan lapisan batu pasir yang diharapkan
berfungsi sebagai lapisan akuifer

2.Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan diatas, maka perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian
ini adalah :
1. Bagaimana mengetahui nilai tentatif koefisien imbuhan atau  Recharge Coefficien (RC). ?
2. Bagaimana tingkat resapan air disetiap lokasi melalui warna pada peta.
3. Bagaimana hubungan Kr terhadap IAT
4.Badgiamna pengaruh litologi terhadap Kr

5
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROGEOLOGI

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

1. Hidrologi

Hidrologi merupakan ilmu yang menjelaskan tentang kehadiran dan gerakan air di alam,
antara lain meliputi bentuk air, yang terkai dengan perubahjannya serta kondisi cair,pdat,dan gas
di alam atmosfir bumi yang berada di atas dan di bawah permukaan tanah (Soemarto.,
1995).Secara umum, Sri Harto (1990) meyatakan bahwa hidrologi adalah imu yang menyangkut
masalah air.

Dalam pertemuan International Association of Scientific Hidrology di Zurich (1938) ,


Hidrologi dibagi menjadi 3 bagian, antara lain (1). Potamology (ada kaitannya dengan sungai);
(2). Cryology (ada kaitannya ddengan salju); dan (3). Limmology (ada kaitannya dengan danau).

2. Air Tanah
Pembangunan pesat di beberapa kota di Indonesia mempengaruhi pemanfaatan lahan
yang ada, karena banyak lahan dengan fungsi resapan air dialih fungsikan menjadi lahan
terbangun. Seiring bertambahnya jumlah penduduk akibat proses urbanisasi, bertambah pula
jumlah permintaan terhadap kebutuhan lahan yang digunakan untuk kebutuhan sosial dan
ekonomi serta terutama permukiman dalam suatu perkotaan. Jumlah lahan yang tersedia di
perkotaan tidak lagi dapat memenuhi tingginya permintaan terhadap lahan; menimbulkan
persaingan dalam pemanfaatannya. Keterbatasan lahan, harga lahan yang mahal serta sulit
didapat di perkotaan merupakan akibatdari luas lahan yang bersifat tetap dan permintaan akan
lahan yang terus meningkat setiap saat untuk kegiatan industri, perdagangan dan jasa serta dalam
penyediaan fasilitas perkotaan; menyebabkan semakin tingginya tinggkat kegiatan alih fungsi
lahan di perkotaan dari kawasan yang tidak bisa dibangun dengan fungsi lindung sebagai
kawasan resapan air.

6
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROGEOLOGI
Air tanah adalah salah satu aset dalam daur hidrologi , yakni suatu peristiwa yang selalu
berulang dari urutan tahap yang dilalui air dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer;
penguapan dari darat atau laut atau air pedalaman, pengembunan membentuk awan, pencurahan,
pelonggokan dalam tanih atau badan air dan penguapan kembali Dari daur hidrologi tersebut
dapat dipahami bahwa air tanah berinteraksi dengan air permukaan serta komponen-komponen
lain yang terlibat dalam daur hidrologi termasuk bentuk topografi, jenis batuan penutup,
penggunaan lahan,

tetumbuhan penutup, serta manusia yang berada di permiukaan. Air tanah dan air permukaan
saling berkaitan dan berinteraksi. Setiap aksi pemompaan, pencemaran terhadap air tanah akan
memberikan reaksi terhadap air permukaan, demikian sebaliknya.
Air laut karena panas matahari berubah menjadi uap air. Oleh angin uap air tersebut ditiup
ke atas daratan, pada tempat yang berelevasi tinggi uap tersebut akan mengalami pemampatan,
dan
setelah titik jenuhnya terlampaui akan jatuh kembali ke bumi sebagai air hujan. Air hujan
sebagian besar akan mengalir di permukaan sebagai air permukaan seperti sungai, danau, atau
rawa. Sebagian kecil akan meresap ke dalam tanah, yang bila meresap terus hingga zona jenuh
akan menjadi air tanah. Bagian yang meresap dekat permukaan akan diuapkan kembali lewat
tanaman yang kita kenal dengan evapotranspiration. Penguapan evaporation terjadi langsung
pada tubuh air

yang terbuka. Sedangkan aliran permukaan akan bermuara kembali ke laut, dan proses
hidrogeologi di atas akan berlangsung lagi, demikian seterusnya. Selain air sungai dan air hujan,
air tanah juga mempunyai peranan yang sangat penting terutama dalam menjaga keseimbangan
dan ketersediaan bahan baku air untuk kepentingan rumah tangga maupun untuk kepentingan
industri. Dibeberapa daerah, ketergantungan pasokan air bersih dan air tanah telah mencapai ±
70%. Sebenarnya di bawah permukaan tanah terdapat kumpulan air yang mempersatukan
kumpulan air yang ada di permukaan. Kumpulan air inilah yang disebut air tanah. Air bawah
tanah atau sering disangka dengan air tanah, adalah air yang terdapat pada ruang antar butir
batuan atau celah-celah batuan. Letak air tanah dapat mencapai beberapa puluh bahkan beberapa
ratus meter di bawah permukaan bumi. Lapisan batuan ada yang lolos air atau biasa disebut
permeable dan ada pula yang tidak lolos atau kedap air yang biasa disebut impermeable.

7
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROGEOLOGI
Lapisan lolos air misalnya terdiri dari kerikil, pasir, batuapung, dan batuan yang retak-
retak, sedangkan lapisan kedap air antara lain terdiri dari napal dan tanah liat atau tanah lempung.
Sebetulnya tanah lempung dapat menyerap air, namun setelah jenuh air, tanah jenis ini tidak
dapat lagi menyerap air. Air tanah terbentuk berasal dari air hujan dan air permukan , yang
meresap (infiltrate) mula-mula ke zona tak jenuh (zone of aeration) dan kemudian meresap
makin dalam (percolate) hingga mencapai zona jenuh air dan menjadi air tanah.

Kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk
meresapkan air hujan, sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (aquifer) yang berguna

sebagai sumber air (Peraturan Daerah Kota Manado no 1 Tahun 2014). Menurut (Wibowo,
2006), Kawasan resapan air adalah daerah tempat meresapnya air hujan ke dalam tanah yang
selanjutnya menjadi air tanah. Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 02 Tahun 2013,
tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air; Kawasan Resapan Air
adalah kawasan yang memiliki variabel /parameter penciri kawasan resapan air seperti curah
hujan, tekstur tanah, kemiringan lahan dan penggunaan lahan dengan karakteristik tertentu.akan
menjadi air tanah. Bagian yang meresap dekat permukaan akan diuapkan kembali lewat tanaman
yang kita kenal dengan evapotranspiration. Penguapan evaporation terjadi langsung pada tubuh
air yang terbuka. Sedangkan aliran permukaan akan bermuara kembali ke laut, dan proses
hidrogeologi diatas akan berlangsung lagi, demikian seterusnya. Selain air sungai dan air hujan,
air tanah juga mempunyai peranan yang sangat penting terutama dalam menjaga keseimbangan
dan ketersediaan bahan baku air untuk kepentingan rumah tangga maupun untuk kepentingan
industri. Dibeberapa daerah, ketergantungan pasokan air bersih dan air tanah telah mencapai ±
70%. Sebenarnya di bawah permukaan tanah terdapat kumpulan air yang mempersatukan
kumpulan air yang ada di permukaan. Kumpulan air inilah yang disebut air tanah. Air bawah
tanah atau sering disangka dengan air tanah, adalah air yang terdapat pada ruang antar butir
batuan atau celah-celah batuan. Letak air tanah dapat mencapai beberapa puluh bahkan beberapa
ratus meter di bawah permukaan bumi. Lapisan batuan ada yang lolos air atau biasa disebut
permeable dan ada pula yang tidak lolos atau kedap air yang biasa disebut impermeable. Lapisan
lolos air misalnya terdiri dari kerikil, pasir, batuapung, dan batuan yang retak-retak, sedangkan
lapisan kedap air antara lain terdiri dari napal dan tanah liat atau tanah lempung. Sebetulnya

8
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROGEOLOGI
tanah lempung dapat menyerap air, namun setelah jenuh air, tanah jenis ini tidak dapat lagi
menyerap air. Air tanah terbentuk berasal dari air hujan dan air permukan , yang meresap
(infiltrate) mula-mula ke zona tak jenuh (zone of aeration) dan kemudian meresap makin dalam
(percolate) hingga mencapai zona jenuh air dan menjadi air tanah.

Pengimbuhan terjadi di daerah imbuhan (recharge area) dan pelepasan air tanah terjadi di
daerah lepasasn (discharge area). Sedangkan proses pengaliran terjadi di kedua daerah tersebut
namun lebih khusus terjadi di daerah transisi antara daerah imbuhan dan lepasan. Daerah
imbuhan air tanah atau yang lebih populer disebut sebagai daerah resapan, adalah daerah resapan
air yang mampu menambah air tanah secara alamiah pada Cekungan Air Tanah. Pengertian
tersebut menunjukkan bahwa tidak semua daerah yang mampu meresapkan air hujan ke dalam
tanah

otomatis merupakan daerah imbuhan. Sebagi contoh permukaan tanah pada daerah lepasan air
tanah yang terletak di daerah dataran juga mampu meresapkan air hujan kedalam zona tidak
jenuh air sehingga mengubah zona tidak jenuh menjadi kolom yang jenuh air . Akibatnya muka
air tanah menjadi semakin dangkal bahkan dekat ke permukaan tanah. Namun karena muka air
tanah di daerah lepasan pada awalnya cukup dangkal maka kolom air tambahan tersebut tidak
cukup menimbulkan tekanan hidrolika kebawah . Pada kondisi air hujan yang jatuh ke
permukaan tanah tidak mampu lagi meresap. Sehingga selama hujan masih berlangsung maka
daerah tersebutmenajdi tergenang atau dikenal sebagai kebanjiran.

Air hujan yang jatuh di daerah imbuhan pada awalnya mengisi zona tidak jenuh dan
mengubah zona tidak jenuh menjadi jenuh sehingga muka air tanah semaki naik atau dangkal.
Karena kedudukan muka air tanah di daerah imbuhan awalnya relatif dalam maka kenaikan muka
air tanah tersebut membentuk kolom air yang cukup tebal dan menimbuilkan tekanan hidrolika
yang cukup kuat untuk menekan kebwah sehingga air hujan yang meresap akan terus mengalir ke
bawah menambah air tanah yang terdapat di zona jenuh. Proses infiltrasi berperan penting dalam
pengisian kembali lengas tanah dan air tanah. Pengisian kembali lengas tanah sama dengan
selisih antara infiltrasi dan perkolasi (jika ada). Pengisian kembali air tanah sama dengan
perkolasi dikurangi kenaikan kapiler (jika ada). Resapan air tanah akan menentukan besarnya
aliran dasar yang merupakan debit minimum sungai di musim kemarau.

9
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROGEOLOGI
Menurut Freeze & Cherry. 1979 (dalam (Salama, 1993)) untuk menentukan zona resapan
dan pelepasan air perlu diperhatikan :
o Aliran air permukaan dan air tanah.
o Iklim, terutama curah hujan.
o Karakteristik hidrogeologi.
o Topografi, daerah resapan air
umumnya bertopografi tinggi dengankemiringan lahan relatif besar karenatinggi muka air tanah
relatif dalamakibat drainase ke bawah,sedangkan daerah rendah muka air tanah menjadi dangkal
danpelepasan air tanah menjadi dominan.

3. Koefisien Recharge
Dalam hubungannya dengan sistem hidrologi, DAS mempunyai karakteristik yang
spesifik serta berkaitan erat dengan unsur utamanya seperti jaringan sungai, hidrologi, jenis
tanah, penutupan dan tataguna lahan, topografi, kemiringan dan panjang lereng, serta kondisi
geologi setempat. Karakteristik biofisik suatu DAS dalam merespon curah hujan yang jatuh di
dalam wilayah DAS dapat memberikan pengaruh terhadap besar kecilnya evapotranspirasi,
infiltrasi, perkolasi, air larian, air permukaan, kandungan air tanah dan aliran sungai
(Asdak, 2004)

Sumber utama pengimbuhan adalah air hujan, tubuh air permukaan (sungai, danau,
rawa) dan irigasi. imbuhan air tanah pada zona tidak jenuh disebut sebagai infiltrasi.
Mekanisme infiltrasi dan pengangkutan kelembaban dapat terjadi secara translatory flow yaitu
air hujan yang tersimpan di dalam zona tidak jenuh, akan dipindahkan ke arah bawah oleh proses
infiltrasi selanjutnya tanpa mengganggu distribusi kelembaban. Sesuai dengan definisi dari
Lerner, dkk (1990), imbuhan air tanah merupakan air yang terinfiltrasi dan mampu menambah
cadangan air tanah. Menurut Rushton (1988), imbuhan air tanah terdiri dari beberapa
komponen, antara lain terdiri dari :

1. Imbuhan dari kawasan pemukiman (limbah domestik dan kebocoran saluran air) dan
areal irigasi (pesawahan)

2. Imbuhan dari air permukaan

10
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROGEOLOGI
3. Imbuhan yang terjadi karena transfer antar akifer dalam cekungan air tanah.

4. Sistem Informasi Geografis

Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah suatu sistem atau teknologi berbasis komputer
yang dibangun dengan tujuan untuk mengumpulkan, menyimpan, mengolah dan menganalisa,
serta menyajikan data dan informasi dari suatu obyek atau fenomena yang berkaitan dengan letak
atau keberadaannya di permukaan bumi. Pada dasarnya SIG dapat dirinci menjadi beberapa
subsistem yang saling berkaitan yang mencakup input data, manajemen data, pemrosesan atau
analisis data,

pelaporan (output) dan hasil analisa (Ekadinata, 2008)Sistem informasi geografis berkembang
sejak akhir tahun1970-an. Pada awal perkembangannya, teknologi sistem informasi geografis
ditekankan pada pengumpulan data dari sistem peta cetak (hardcopy) dan data tabular atau
numerik yang terkait ke suatu sistem basis data spasial digital (softcopy). Dimasa yang akan
datang,

penggunaan teknologi sistem informasi geografis lebih ditekankan pada analisis data. Hal ini
dianggap wajar, karena data yang dibutuhkan sebagai basis data telah tersedia dengan baik dan
memadai (diperoleh antara lain melalui teknologi penginderaan jauh), sehingga pemanfaatan
teknologi sistem informasi geografis lebih ditekankan pada analisis data untuk mendapatkan
informasi yang variatif..

5. Cekungan Air Tanah


Cekungan air tanah (CAT) adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat
semua kejadian hidrogeologis seperti proses pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air tanah
berlangsung (Perda Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2018). Dapat didefinisikan bahwa
cekungan air tanah adalah batas teknis pengelolaan sumber daya air untuk air tanah (Aryanto,
2018). Cekungan air tanah di Indonesia terdiri atas akuifer bebas (unconfined aquifer) dan akuifer
tertekan (confined aquifer). Akuifer bebsa merupakan akuifer jenuh air (saturated). Lapisan
pembatasnya, yang merupakan aquitard, hanya pada bagian bawahnya dan tidak ada pembatas
aquitard di lapisan atasannya, batas di lapisa aas berupa muka air tanah, dengan kata lain
merupakan akuifer yang mempunyai muka air tanah (Kodoatie, 1996), sedangkan akuifer
tertekan merupakan akuifer jenuh air yang dibatasai oleh lapisan atas dan lapisan bawah yang
11
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROGEOLOGI
kedap air (aquiclude) dan tekanan airnya lebih besar dari tekanan atmosfir. Pada lapisan
pembatasnya tdak ada air yang mengalir (no flux (Kodoatie, 1996). Menurut (Bear, 1979)akuifer
tertekan adalah akuifer yang batas lapisan bawah adalah formasi tidak tembus air, muka air akan
muncul di atas formasi tertekan bawah. Akuifer ini bisa ada atau tidak pada bawah permukaan
tanah

BAB 3
METODOLOGI

Untuk menjalankan praktikum kali ini kita melakukan langkah-langkah sebagai berikut dalam
pengerjaanya, yaitu:

Pertama, kita akan mengimport kesuruhan data yang akan dipakai untuk melakukan pengelolaan
data

12
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROGEOLOGI

Selanjutnya, kita pilih data formasi batuan dan melakukan pengurutan daftar formasi batuan . Hal
ini dilakukan dengan cara melakukan sort Ascending pada atribut tabel

13
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROGEOLOGI

Langkah selanjutnya yaitu, buka union maka silahkan open file pada window union, yaitu file
CAT Thiessen dan formasi batuan menjadi peta baru yaitu overlay, dengan environment “same as
layer CAT.

Selanjutnya, Kita akan melakukan pengahpusan pada tabel kosong di atribut tabel overlay
dengan menggunakan tool editor

14
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROGEOLOGI

Selanjutnya menentukan nilai” yang diperlukan .Gunakan MS.Excel untuk tahap selanjutnya
Rumus yang akan digunakan di excel yaitu :
luas formasi overlay
 Nilai hujan / polygon = × Stasiun Hujan
luas total
 Jumlah nilai hujan = sum ( pilih formasi yang akan dijumlahkan)
jumlah nilai
 CH (m/thn) = ÷ 1000
polygon
 CH*formasi total = CH(m/thn) × formasi total
 RC (m3/thn) =CH ×formasi total ×%RC

Selanjutnya, kita akan mentransfer data RC(m3/thn) ke dalam atribut tabel formation dengan
menambahkan add field dan memaskkan keseluruhan data RC(m3/thn) ke dalam field yang ada
di atribut table

15
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROGEOLOGI

Terdapat data excel yang akan dihitung berdasarkan rumus yang ada. Di mana hasil akhir excel
berupa nilai RC yang akan diplotkan pada lembar kerja formasi batuan. Plot ini dilakukan dengan
menambah nilai RC sebagai kolom tabel, menggunakan start editing yang ada. Saat telah selesai,
ganti warna dan klasifikasi peta pada symbology

Setelah dilakukan langkah- langkah sebelumnya, maka kita kan mendapatkan hasil peta KR
akhir. Lalu kita akan melakukan layout pada peta.

16
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROGEOLOGI

BAB 4
PEMBAHASAN

Gambar 4.1 Peta Potensi Air Tanah dan Resapan Air Tanah

Porositas adalah perbandingan antara isi ruang antar butir dengan total isi suatu material,
Permeabilitas adalah kemampuan lapisan batuan dapat meluluskan fluida/cairan yang dinyatakan
dalam m/hari. Konduktivitas hidrolik(K) merupakan suatu indikator dalam aliran air melalui
media berongga yang menyatakan laju kelulusan air per satuan luas penampang media yang
dilalui. Nilai K ini dinyatakan sebagai suatu nilai konduktivitas hidrolik atau koefisien
permeabilitas suatu media yang dipengaruhi oleh sifat fisik yang dimiliki oleh media
tersebut,antara lain besar butir, banyaknya rekahan yang dimiliki, porositas, sortasi butir, dan
sebaran butiran.

Pada media yang tidak mengalami kompaksi, media tersebut cenderung memiliki nilai
konduktivitas hidrolik yang dipengaruhi oleh besar butirnya, sedangkan pada media yang
mengalami kompaksi cenderung memiliki nilai konduktivitas hidrolik yang dikontrol oleh idak
hidroliknya dikontrol oleh rekahan yang ada, yang digunakan sebagai media masuknya air.
17
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROGEOLOGI

18
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROGEOLOGI
Gambar 4.2 RC(m3/thn) pada setiap formasi batuan di Jawa Barat

Pada praktikum kali ini kita telah menemukan berbagai data Koefisien Recharge Dari data-
data ini kita dmelihat adanya perbedaaan KR pada setiap daerah dan formasi batuan. Pada setiap
pos curah hujan diremukan 105 formasi batuan yang tersebar diprovinsi Jawa Barat (Bandung).

Terdapat lima pembagian warna berdasarkan tingkat resapan air yaitu:

1. Warna Kuning muda menandakan tingkat resapan air tanah yang sangat rendah daerah ini di
dominasi oleh batuan beku.
2. Warna Kuning tua menandakan tingkat resapan air tanah rendah daerahnya lebih banyak
batuan  beku dan sedikit batuan sedimen dengan porositas permeabilitas yang baik.
3. Warna Merah menandakan tingkat resapan air tanah sedang dengan daerah didominasi oleh
batuan sandstone.
4. Warna Ungu menandakan tingkat resapan air tanah tinggi daerah didominasi oleh porositas
permeabilitas yang baik namun terdapat sedikit porositas permeabilitas yang buruk.
5. Warna Biru menandakan resapan air tanah yang sangat tinggi karena daerah ini memiliki
porositas  permeabilitas yang baik. Pada daerah resapan air tanah CAT Bandung sampai
Soreang tahun 2014 didominasi oleh warna ungu dan biru, dimana hal ini menandakan
daerah tersebut merupakan kawasan dengan resapan air tanah yang baik.

Gambar 4.3 Daerah Pos Hujan Ciherang (Endapan Danau)

19
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROGEOLOGI

Pada gambar ini terlihat pada formasi endapan danau yang terdekat dengan pos curah
hujan Ciherang. Pada formasi ini terlihat bahwa koefisen recharge pada formasi ini sangat tingI.

Masih berhubungan dengan formasi, biasanya semakin tua batuan akan semakin kecil
daya simpannya dan semakin kecil kecepatan aliran air tanah di dalamnya. Kecuali, jika dalam
batuan tersebut terdapat jaringan kekar yang cukup intensif. Ditambah lagi batuan berumur tua
sudah mengalami kompaksi yang besar sehingga tidak memnugkinkan adanya porositas yang
terbentuk, sehingga mungkin saja daerah yang memiliki RC rendah memiliki formasi batuan
yang sudah berumur tua.
Faktor lainnya juga mungkin bisa saja disebabkan topografi daerah-daerah tersebut.
Topografi yang dimaksud adalah berkaitan dengan ketinggian atau kemiringan lereng. Air selalu
menuju tempat yang paling rendah. Mungkin saja daerah yang memiliki nilai RC rendah adalah
daerah yang memiliki lereng yang curam, sehingga air yang dapat disimpan tidak sebanyak di
daerah RC yang tinggi. Sedangkan pada daerah yang memiliki nilai RC tinggi mungkin tergolong
daerah yang landai sehingga air yang disimpan banyak..
Pada pos curah hujan ini terdapat formasi endapan danau. Dimana litologi ini merupakan
bagian dari litologi sedimen. Masih berhubungan dengan formasi, biasanya semakin tua batuan
akan semakin kecil daya simpannya dan semakin kecil kecepatan aliran air tanah di dalamnya.
Kecuali, jika dalam batuan tersebut terdapat jaringan kekar yang cukup intensif. Ditambah lagi
batuan berumur tua sudah mengalami kompaksi yang besar sehingga tidak memnugkinkan
adanya porositas yang terbentuk, sehingga mungkin saja daerah yang memiliki RC rendah
memiliki formasi batuan yang sudah berumur tua.
Faktor lainnya juga mungkin bisa saja disebabkan topografi daerah-daerah tersebut.
Topografi yang dimaksud adalah berkaitan dengan ketinggian atau kemiringan lereng. Air selalu
menuju tempat yang paling rendah. Mungkin saja daerah yang memiliki nilai RC rendah adalah
daerah yang memiliki lereng yang curam, sehingga air yang dapat disimpan tidak sebanyak di
daerah RC yang tinggi. Sedangkan pada daerah yang memiliki nilai RC tinggi mungkin tergolong
daerah yang landai sehingga air yang disimpan banyak.

20
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROGEOLOGI

Tabel 4.1 %RC untuk formasi

Terlihat pada daerah ini memilik %RC sebesar 0,3 % daerah Pos Hujan Ciherang, Pos Hujan
Ciherang

Tabel 4.2 Klasfikasi %RC untuk formasi

Berdasarkan tabel klasifikasi % RC dimana nilai persen %RC pada daerah pos Hujan Ciherang
sebesar 0,3%. Maka litologynya yang terdapat pada daerah tersebut adalah sedimen.

21
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROGEOLOGI

Tabel 4.3 Curah Hujan pada Pos Curah Hujan

Normal curah hujan ini terbagi menjadi 3 kategori, yaitu rendah (0 – 100 mm),
menengah ( 100 – 300 mm), tinggi (300 – 500 mm), dan sangat tinggi (>500 mm). Pada derah
ini memiliki curah hujan 135 mm. Hal ini menandakan pada daerah ini memiliki curah hujan
dengan tingkat menengah. Ketika hujan dengan curah sedang turun pada permukaan tidak kedap
serta jatuh pada lapisan litologi batuan pasir maka tingkat koefisien rechage pada daerah
tersebut memungkinkan berada di tingkat tinggi.
Sehingga data yang di dapat bisa mendukung kemungkinan litologi sedimen sebagai
litologi daerah Pos Hujan Ciherang. Pada litologi ini tingkat resapan air ini sangat tinggi. Karena
formasi yang ada pada daerah ini adalah formasi endapan danau. porositas  permeabilitas litology
sedimen sangat baik jika dibandingkan dengan formasi batuan vulkanik dan batuan beku.

22
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROGEOLOGI
BAB 5
KESIMPULAN

Dari data yang diambil dan diolah maka dapat diambil kesdimpulan sebagai berikut:
1. Dalam hubungannya dengan sistem hidrologi, DAS mempunyai karakteristik yang spesifik
serta berkaitan erat dengan unsur utamanya seperti jaringan sungai, hidrologi, jenis tanah,
penutupan dan tataguna lahan, topografi, kemiringan dan panjang lereng, serta kondisi geologi
setempat

2.Lapisan lolos air misalnya terdiri dari kerikil, pasir, batuapung, dan batuan yang retak-retak,
sedangkan lapisan kedap air antara lain terdiri dari napal dan tanah liat atau tanah lempung.
Sebetulnya tanah lempung dapat menyerap air, namun setelah jenuh air, tanah jenis ini tidak
dapat lagi menyerap air. Air tanah terbentuk berasal dari air hujan dan air permukan , yang
meresap (infiltrate) mula-mula ke zona tak jenuh (zone of aeration) dan kemudian meresap
makin dalam (percolate) hingga mencapai zona jenuh air dan menjadi air tanah.

3. Vegetasi yang ada pada suatu daerah ter, seperti yang kita ketahui daerah atau lahan yang
sudah dibangun seperti perkotaan, aspal, dan lain-lain menyebabkan daearh atau lahan tersebut
menjadi kedap air, sehingga memungkinkan daerah tersebut memiliki nilai RC yang rendah.
Sedangkan daerah atau lahan yang masih hijau dan terbuka seperti sawah dan hutan,
memungkinkan daerah tersebut tergolong daerah yang tidak kedap air, sehingga nilai RC yang
dihasilkan juga tinggi. Vegetasi yang banyak juga meminimalisir proses penguapan saat musim
panas tidak terlalu banyak

4. Masih berhubungan dengan formasi, biasanya semakin tua batuan akan semakin kecil daya
simpannya dan semakin kecil kecepatan aliran air tanah di dalamnya. Kecuali, jika dalam batuan
tersebut terdapat jaringan kekar yang cukup intensif. Ditambah lagi batuan berumur tua sudah
mengalami kompaksi yang besar sehingga tidak memungkinkan adanya porositas yang
terbentuk, sehingga mungkin saja daerah yang memiliki RC rendah memiliki formasi batuan
yang sudah berumur tua.Faktor lainnya juga mungkin bisa saja disebabkan topografi daerah-
daerah tersebut.. Mungkin saja daerah yang memiliki nilai RC rendah adalah daerah yang
memiliki lereng yang curam, sehingga air yang dapat disimpan tidak sebanyak di daerah RC
yang tinggi.

23
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROGEOLOGI

DAFTAR PUSTAKA

Asdak, C. (2004). Hidrologi dan Pengolahan Daerah Aliran Sungai. Jogjakarta: Gadjah Mada University
Press.
Bear, J. (1979). Hydraulics of groundwater, McGraw-Hill series in water resources and
environmental engineering. New York: McGraw-Hill.
Ekadinata, A. d. (2008). Sistem Informasi Geografis untuk Pengolalaan Bentang Lahan Berbasis
Sumber Daya Alam. Buku 1 : Sistem Informasi Geografis dan Penginderaan Jauh
menggunakan ILWIS Open Source : World Agroforestry Centre. Bogor.
Kodoatie, R. J. (1996). Pengantar Hidrogeologi. Yogyakarta: Andi Offset.
Salama, R. (1993). Distribution of Recharge and. Journal of Hydrology V, 143.
Soemarto., C. (1995). Hidrologi Teknik Edisi Ke - 2. Jakarta: Erlangga.

24

Anda mungkin juga menyukai