Anda di halaman 1dari 52

ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI UNTUK DAERAH IRIGASI CICAPAR KEC.

LELES

TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Sidang Sarjana S -1 Program Studi Teknik Sipil Sekolah Tinggi Teknologi Garut

Oleh : SILFI NUR HANDAYANI 0711019

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI GARUT GARUT 2012

ABSTRAK Air merupakan hal yang sangat penting bagi keberlangsungan makhluk hidup di dunia ini. Oleh sebab itu perlu adanya keseimbangan antara kebutuhan dan ketersediaan air, termasuk kebutuhan air pada daerah pertanian dimana air yang diambil dari sungai melalui saluran irigasi haruslah seimbang dengan jumlah air yang tesedia. Kebutuhan air di daerah pertanian seperti daerah pertanian Cicapar, khususnya persawahan di pengaruhi beberapa faktor yaitu: evapotranspirasi, perkolasi, penggantian lapisan, dan curah hujan efektif. Kebutuhan air pada rencana tanam (padi-padi-palawija) dihitung berdasar formula, GFR= Etc+P+WLR dengan: GFR= Kebutuhan total air disawah (mm/hr), Etc= Evapotranspirasi tetapan (mm/hr), P = Perkolasi (mm/hr), WLR = penggantian lapisan air/tebal penggenang air disawah (mm/hr), NFR = Etc+P+WLR-Re dengan: NFR = Kebutuhan bersih air dilahan (mm/hr), Re = Curah hujan efektif (mm/hr). Sedangkan kebutuhan air untuk pengolahan lahan diformulasikan dengan IR = M.ek/ (ek-1) dengan M = kebutuhan air untuk mengganti/mengkompensasi kehilangan air akibat evapotranspirasi dan perkolasi tanah yang telah dijenuhkan. Setelah melakukan analisis dengan menggunakan data curah hujan, data klimatologi dan menghitung data evaporasi, perkolasi dan penggantian lapisan air serta kebutuhan air untuk penyiapan lahan, diketahui kebutuhan air disawah (NFR) pada bulan januari 1 yaitu sebesar 205.3815 lt/det yang tersedia adalah 208 lt/det sehingga kebutuhan air dilahan tercukupi. Kata Kunci: DI Cicapar, Perkolasi, Kebutuhan Air dan Curah Hujan Efektif.

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah Air merupakan hal yang sangat penting bagi keberlangsungan makhluk

hidup di dunia ini. Tanpa air semua makluk hidup tidak akan bisa hidup, jadi dengan kata lain air merupakan suatu hal yang sangat berharga sekali. Air dapat dimanfaatkan untuk keperluan diberbagai bidang, misalnya untuk keperluan sehari-hari, untuk transportasi air, pembangkit tenaga listrik keperluan irigasi. Dengan kata lain air dapat membawa kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lainnya. Adapun jenis-jenis air diantaranya air laut, air tanah, air sungai, air hujan dan yang lainnya. Air tersebut berasal dari siklus hidrologi yang berasal dari terjadinya hujan yang diserap oleh tanah dan sebagian lagi dialirkan oleh aliran permukaan, selain itu terdapat juga aliran air tanah yang nantinya dari kedua aliran tersebut mengalir ke danau, ke sungai-sungai dan berakhir ke laut. Hasil resapan dari danau, sungai dan laut tersebut. Kemudian terjadi penguapan (evaporasi) yang nantinya dari penguapan tersebut terbentuklah awan (kondensasi) dan terjadilah hujan (prasitipasi) siklus tersebut terjadi berulangulang. Secara umum musim penghujan di Indonesia biasanya terjadi pada bulan September dan berakhir pada bulan April, dimana pada bulan tersebut curah hujan yang terjadi sangat bervariasi yaitu curah hujan yang lebat, sedang dan ringan. Pada musim penghujan tersebut debit air semakin meningkat atau semakin tinggi dan apabila kondisi tersebut, kita tidak bisa mengendalikan dan mengelola secara optimal maka hal tersebut dapat mengakibatkan bencana, seperti bencana banjir yang sangat merugikan bagi keberlangsungan makhluk hidup. Oleh sebab itu, perlu adanya keseimbangan antara kebutuhan dan

ketersediaan air, termasuk kebutuhan air pada daerah pertanian dimana air yang di ambil dari sungai melalui saluran irigasi haruslah seimbang dengan jumlah air yang tersedia. Kebutuhan air di daerah pertanian khususnya persawahan dipengaruhi beberapa faktor yaitu: evapotranspirasi, perkolasi, penggantian lapisan air dan curah hujan efektif. Sumber daya air merupakan salah satu unsur vital bagi keberlangsungan hidup manusia. Hal itu menjadi salah satu perhatian pemerintah dalam pengelolaan sumber daya air. Sifat air yang dinamis, lintas wilayah dan pengembangan sumber daya air memerlukan investasi yang cukup besar. Serta sumber daya sebagai unsur pemersatu juga potensial sebagai sumber konflik, konflik kepentingan dan konflik kewenangan antara masyarakat, sektor swasta, pemerintah pusat dan daerah. Undang-undang No. 7 Tahun 2004, tentang Sumber Daya Air dan Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2006, tentang Irigasi antara lain diarahkan untuk memperkuat Kelembagaan Pengelola Irigasi. Salah satu Kelembagaan Pengelola Irigasi yang perlu ditingkatkan kapasitasnya dengan membuat suatu organisasi Perkumpulan Petani Pemakai Air pada tingkat daerah Irigasi. Saluran irigasi yang ditinjau adalah Saluran Irigasi Cicapar Kec. Leles yang berasal dari mata air pegunungan. Debit rata-rata di Bendung Cicapar adalah 225 l/det (Sumber: SDAP Wil. Leles, Thn 2002). Saluran air Daerah Irigasi Cicapar merupakan sumber utama air Situ Cangkuang. Aliran jaringan air Cicapar Kec. Leles digunakan untuk berbagai kebutuhan. Selain untuk keperluan irigasi pertanian, aliran air juga digunakan untuk kebutuhan rumah tangga, kolam dan Pariwisata Situ Cangkuang. Mengingat begitu mahalnya biaya pembuatan saluran irigasi dan masalah utama dari saluran tersebut adalah mengenai ketersediaan air irigasi Cicapar Kec. Leles yang sangat terbatas. 1.2. Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dan tujuan dari Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui keseimbangan kebutuhan air dan ketersediaan air pada Daerah Irigasi Cicapar Kec. Leles.

1.3.

Pembatasan Masalah Mengingat masalah irigasi yang semakin kompleks, maka dilakukan

pembatasan masalah. Adapun masalah yang akan dibahas adalah: 1. Perhitungan curah hujan rata-rata di Irigasi Cicapar.
2. Perhitungan kebutuhan air irigasi untuk Daerah Irigasi Cicapar. 3. Analisis antara keseimbangan kebutuhan air dan ketersediaan air di Irigasi

Cicapar. 4. Debit yang tersedia untuk Daerah Irigasi Cicapar Kec. Leles. 1.4. Metode Penelitian Dalam upaya penyelesaian Tugas Akhir ini, penulis menggunakan metode penelitian dengan mempelajari dan menganalisa data-data yang telah dikumpulkan dan langsung melakukan peninjauan ke lapangan.

1.5.

Sistematika Penulisan Dalam penulisan laporan Tugas Akhir ini disusun dengan sistematika

sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, maksud dan tujuan penulisan, pembatasan masalah yang akan dikemukakan dan sistematika penulisan yang digunakan. BAB II LANDASAN TEORI

Landasan teori merupakan uraian dari hal-hal yang bersifat teoritis mengenai laporan yang akan digunakan dalam penyusunan yaitu menguraikan tentang: 1. Umum 2. Siklus hidrologi 3. Analisa Curah Hujan, meliputi:
a. Penggunaan konsumtif (Kc) b. Curah hujan efektif (Re) c. Perkolasi (P) d. Penggantian lapisan air (WLR) e. Kebutuhan air untuk penyiapan lahan (IR) f. Evapotranspirasi (Etc) g. Kebutuhan total air di sawah (GFR) h. Kebutuhan air di sawah (NFR) i.

Kebutuhan air pengambilan (DR)

4. Pola tanam dan jadwal tanam 5. Debit BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menguraikan tentang pembahasan mengenai tahapan penelitian, uraian langkah dalam melakukan penelitian dan pengumpulan data. BAB IV METODE PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR Pada bab ini diuraikan tentang analisis data klimatologi, analisis evapotranspirasi dan analisis kebutuhan air irigasi, hasil penelitian beserta pembahasannya yang memuat tentang kajian pengaruh curah hujan efektif. BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Membahas hasil perhitungan yang telah dilakukan untuk kemudian di analisis kesesuaiannya antara data yang didapat dengan hasil perhitungan. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan akhir dari laporan yang disusun tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan saran.

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Umum Indonesia merupakan salah satu negara agrasis yang mayoritas dari penduduknya bermata pencaharian bercocok tanam, khususnya di areal persawahan dengan menanam padi sebagai bahan pokok. Penyediaan dan pembagian air sangat diperlukan untuk menunjang pertanian, agar pembagian air dalam suatu daerah irigasi dapat terlaksana dengan baik, adil dan merata, maka dibutuhkan pengaturan dan pengukuran terhadap jumlah air yang ada. Hal tersebut dilaksanakan karena jumlah air pada tanam yang tersedia dari waktu ke waktu yang selalu berubah-ubah. Kelebihan atau kekurangan air pada tanaman akan mengakibatkan merosotnya produksi atau mungkin dapat menggagalkan panen. Untuk menanggulangi permasalahan tersebut diperlukan penyusunan rencana tanam yang baik dengan mempertimbangkan ketersediaan air yang ada. Dalam penyusunan rencana tanam diperlukan adanya koordinasi yang baik antara petani pemakai air dengan para petugas yang terkait. 2.2. Siklus Hidrologi Ialah hujan yang jatuh ke bumi baik langsung menjadi aliran maupun tidak langsung melalui vegetasi atau media lainnya akan membentuk siklus aliran air mulai dari tempat yang tinggi (gunung, pegunungan), menuju ketempat yang lebih rendah baik dipermukaan tanah maupun di dalam tanah yang berakhir di laut. Selanjutnya air laut dan air lainnya menguap (evaporasi) atau menguap melalui tanaman (evapotranspirasi), kemudian akibat kondensasi uap air berbentuk hujan yang jatuh ke bumi. Air sebagai sumber kehidupan masyarakat secara alami keberadaannya bersifat dinamis mengalir ketempat yang lebih rendah tanpa mengenal batas wilayah administrasi.

Keberadaan air mengikuti siklus hidrologi yang erat hubungannya dengan kondisi cuaca pada suatu daerah sehingga menyebabkan ketersediaan air merata dalam setiap waktu dan setiap wilayah. Seperti dikemukaan diatas, sirkulasi yang kontinyu antara lain air laut dan

air daratan berlangsung terus. Sirkulasi ini disebut siklus hidrologi (hydrological cicle). Seperti terlihat pada Gambar 2.1.

Sumber: Mata Kuliah Irigasi

Gambar 2.1. Siklus Hidrologi (Rahmat kusnadi, S. Pd, tanpa tahun) 2.3. Analisa Curah Hujan
2.3.1. Penggunaan Konsumtif (Etc = Crop Consuntive Use)

Penggunaan konsumtif atau evapotranspirasi adalah sejumlah air yang dipergunakan oleh tanaman dalam masa berlangsungnya pertumbuhan jaringan tanaman dan yang menguap dari tanah yang berdekatan atau dari embun yang tertahan pada dedaunan tanaman dalam jangka waktu tertentu. Evapotranspirasi tanaman dihitung dengan rumus : Etc (2.1) = Kc x Eto..............................................................................................

Keterangan: Etc Eto Kc = = = Evapotranspirasi tanaman ( mm / hari ) Evapotranspirasi tanaman acuan ( mm / hari ). Koefisien tanaman

2.3.2. Curah Hujan Efektif (Re = Rainfall Efektive)

Curah hujan Efektif untuk kebutuhan air irigasi adalah curah hujan yang jatuh yang dapat digunakan akar-akar tanaman selama tumbuh atau dengan kata lain curah hujan yang dapat dipergunakan tanaman selama tumbuh untuk memenuhi kebutuhan evapotranspirasi. Rumus yang digunakan adalah: Re (padi) = 70% x R80/15... (2.2) R80% = (n/5) + 1. (2.3) Dimana: Re = Curah Hujan Efektif (mm) R80 = Hujan dengan kemungkinan 80% dipenuhi (mm) N = Lamanya periode pengamatan
2.3.3. Perkolasi dan perembesan (P = Perkolasi dan Infiltration)

Perkolasi adalah gerakan air ke bawah dari zona tidak jenuh, yang terletak diantara permukaan tanah sampai kepermukaan air tanah (zona jenuh). Banyaknya air untuk perkolasi tergantung dari sifat-sifat tanah, diantaranya tekstur tanah dan struktur di dalam lapisan tanah, elevasi muka air tanah dan kedalaman lapisan kedap air. Pada tanah lempung dengan pengolahan yang baik mempunyai laju perkolasi antara 1-3 mm/hari, dan pada tanah pasir antara 3-6 mm/hari.

2.3.4. Penggantian Lapisan Air (WLR = Water Layer Replacement)

Penggantian Lapisan Air disawah dilakukan:

1. Setelah pemupukan, usahakan menjadwalkan dan mengganti lapisan air menurut kebutuhan. 2. Jika tidak ada penjadwalan semacam itu, lakukan penggantian sebanyak 2 kali, masing-masing 150 mm selama jangka waktu penyiapan lahan yaitu 15 hari maka penggantian lapisan air (WLR) adalah 150 mm/15 hari = 10 mm/hari.

2.3.5. Kebutuhan Air Untuk Penyiapan Lahan ( IR )

Perhitungan kebutuhan air selama penyiapan lahan digunakan metode yang dikembangkan oleh Van De Goor dan Zylstra (1968), menggunakan rumus sebagai berikut: IR(Lp) = M (2.4) k (2.5) Eo (2.6) Dimana: IR (Lp) = kebutuhan air untuk penyiapan lahan (mm/hari) M = kebutuhan air untuk pengganti kehilangan air akibat evapotranspirasi dan perkolasi Eo = Evapotranspirasi terbuka (mm/hari) Eto = Evapotranspirasi (mm/hari) T = Jangka waktu penyiapan lahan diambil 30 hari S = Kebutuhan air untuk penjenuhan ditambah 50 mm+ 250 mm = 300 e = Bilangan nafier diambil nilai 2.718 2.3.6. Evapotranspirasi (Etc) Evapotranspirasi adalah peristiwa berubahnya air menjadi uap air dan bergerak dari permukaan tanah, permukaan air serta tanaman menguap ke udara. = 1,1 Eto..................................................................................................... = M x T/S................................................................................................... Mxe k ek 1 = Eo + P......................................................................................................

Koefisien tanaman berbeda-beda, dimana besarnya tergantung pada periode pertumbuhannya. Koefisien tanaman merupakan faktor untuk mengetahui besarnya evapotranspirasi. Harga-harga koefisien tanaman untuk padi dan palawija dapat dilihat pada Tabel 2.3. Faktor yang paling penting dalam menentukan kebutuhan air adalah faktor evapotranspirasi karena apabila kebutuhan air untuk yang lebih besar dapat dihitung. Proses evapotranspirasi sangat mempengaruhi terhadap debit sungai, ketersediaan sebuah waduk dan lain-lain. Laju evapotranspirasi dipengaruhi oleh faktor iklim, diantaranya: 1. Suhu 2. Kelembaban udara 3. Kecepatan angin 4. Radiasi sinar matahari Pada perhitungan untuk model temperatur terdapat kesamaan yaitu pada metode: 1. Persamaan Hamon Persamaan Hamon (1961) menaksir persamaaan untuk menaksir evapotranspirasi, persamaan Hamon merupakan metode yang berdasarkan pada kerapatan uap air jenuh sebagai fungsi kelembaban absolute dalam penyinaran matahari terhadap satuan 30 hari dan 12 jam perhari. Metode ini di evaluasi di Amerika menggunakan lisimeter dan kadangkadang digunakan di Indonesia dengan rumus-rumus Hamon sebagai berikut: Eto (2.7) Keterangan: Eto Ch D = Evapotranspirasi rujukan (inchi/hari) = Koefisien = 0,55 = Durasi jam penyinaran matahari terhadap satuan 30 hari selama 12 jam/hari dapat dilihat pada Tabel 2.5. = Ch x D2 x Pt..............................................................................................

Pt

= Kerapatan uap jenuh (gram/mVlOO) dan merupakan fungsi temperatur. Nilai Pt dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.1. Durasi Sinar Matahari D Terhadap Satuan 30 Hari Selama 12 jam/hari. Lintan g 0 Jan 1,0 4 1,0 2 1,0 0 0,9 7 0,9 5 0,8 4 0,4 7 1,0 6 1,0 8 1,1 2 1,1 4 1,2 7 1,3 7 Feb Mar Apr Mei 0,9 1 0,9 3 0,9 1 0,9 1 0,9 0 0,8 3 0,7 8 0,9 5 0,9 7 0,9 8 1,0 0 1,0 6 1,1 2 1,04 1,0 1 1,0 2 1,0 3 1,0 4 1,0 5 1,1 1 1,1 5 1,0 0 0,9 9 0,9 8 0,9 7 0,9 3 0,9 0 1,0 4 Jun 1,0 Jul 1,0 4 1,0 6 1,0 8 1,1 2 1,1 4 1,2 7 1,3 7 1,0 2 1,0 0 0,9 7 0,9 5 0,8 1 0,7 4 Aug Sep 1,04 1,0 1 1,0 1 1,0 2 1,0 2 1,0 2 1,0 4 1,0 6 1,0 0 1,0 0 1,0 0 1,0 0 1,0 0 0,9 9 Okt Nop 1,0 4 1,0 3 1,0 2 1,0 1 1,0 0 0,9 6 0,9 2 1,0 5 1,0 6 1,0 7 1,1 5 1,1 5 1,1 9 Des

5 10 15 20 40 50

1,03 1,03 1,03 1,03 1,03 1,02

1 Utara 1,0 1,0 6 1,0 8 1,1 1 1,1 3 1,2 4 1,3 3 1,0 6 1,0 8 1,1 1 1,2 5 1,3

1,01 1,04

1,05 1,07 1,08 1,11 1,18 1,25

0,99 1,02 0,99 0,99 0,95 0,97 0,93 0,94 0,83 0,81 0,76 0,70

5 10 15 20 40 50

1,04 1,05 1,05 1,05 1,07 1,08

3 6 Selatan 1,0 0,9 2 1,0 1 0,9 8 0,9 6 0,8 6 0,7 7 9 0,9 6 0,9 4 0,9 4 0,7 8 0,6 7

1,03 1,01 1,00 0,99 0,92 0,88

1,03 1,06 1,05 1,10 1,07 1,12 1,20 1,29 1,20 1,29 1,29 1,41

Sumber: Soewarno (2000)

Tabel 2.2. Nilai Pt Untuk Kerapatan Uap Jenuh


Temperatur 10 15 20 25 30 35
Sumber: Soewarno (2000)

Kerapatan uap air jenuh (gram/m3/100) 9.3 12.3 17.1 22.8 30.4 39.4

2. Persamaan Bleney-Criddle Bleney-Criddle mengembangkan rumusan yang disederhanakan dengan menggunakan temperatur dan jam siang hari. Konsep tanaman referensi tidak sesuai pada persamaan ini. Bentuk persamaan yang disajikan disini adalah kebutuhan air tanaman (Etc, estimate crop requirement) yang digambarkan secara matematik sebagai berikut: Etc = kc.Eto.............................................................................................................. (2.8) Eto = p(0.46t + 8.13)................................................................................................ (2.9) Keterangan: Etc = Kebutuhan air tanaman (consumtive water requirement) dalam mm/hari kc = Koefisien tanaman ( Tabel 2.4) Eto = Evapotranspirasi t p j J tetapan, dalam persamaan bleney criddle-criddle umumnya ditulis sebagai f = faktor kebutuhan air dalam mm/hari = Temperatur rata- rata dalam C = j/J xl00 = Rata-rata harian lamanya waktu siang hari untuk bulan tertentu = Jumlah waktu lamanya siang dalam setahun, misalnya 12 jam x 360 hari. Tabel 2.3. Nilai-Nilai Koefisien Tanaman Padi dan Palawija
Bulan Ke 0.5 Nedeco / Porsida Lokal Unggul 1.20 1.20 FAO Lokal 1.10 Unggul 1.10 Palawija 0.50

1.0 1.20 1.5 1.32 2.0 1.40 2.5 1.35 3.0 1.24 3.5 1.12 4.0 0 Sumber: Soewarno (2000)

1.27 1.33 1.30 .130 0

1.10 1.10 1.10 1.10 1.05 0.95 0

1.10 1.05 1.05 0

0.65 0.97 1.03 0.98 0.85

2.3.7

Kebutuhan Total Air Di Sawah (GFR) Kebutuhan total air disawah adalah air yang diperlukan dari mulai

penyiapan lahan, pengolahan lahan, sehingga siap untuk ditanami, sampai pada masa panen. Dengan kata lain, air yang di perlukan dari awal sampai selesainya penanaman. Kebutuhan total air disawah dapat di hitung dengan rumus: GFR = Etc + P + WLR.. (2.10) Keterangan: GFR Etc WLR P = Kebutuhan total air di sawah (mm/ hari atau lt/ hari.ha) = Evapotranspirasi tetapan (mm/hari) = Penggantian lapisan air (mm/hari) = Perkolasi koefisien tanaman berbeda-beda, dimana besarnya tergantung pada periode pertumbuhannya. 2.3.8. Kebutuhan Air Bersih Dilahan (NFR= Water Requirement) Kebutuhan air pada saat penanaman padi disawah berdasarkan perhitungan kebutuhan air irigasi.

Transpalantasi Irigasi

R80

Ref = 70% R80

Persemaian

WLR=100-200mm

Lapisan kedap Sumber: Mata Kuliah Irigasi

Gambar 2.2. Kebutuhan Air Bersih Dilahan Kebutuhan air pada saat penanaman menggunakan persamaan: NFR = Etc + P + WLR Re.. (2.11) Dimana: NFR Etc P WLR Re = Kebutuhan air disawah untuk tanaman padi (mm/hari) = Kebutuhan air untuk tanaman (mm/hari) = Perkolasi ( 3 mm/hari) = Tebal penggenangan air (100200 mm)setelah ditranspalansikan = Curah hujan efektif (mm/hari)

2.3.9. Analisis Perhitungan DR Setelah kebutuhan air bersih disawah diketahui, maka kebutuhan air pengambilan dapat diperoleh dengan mempergunakan persamaan dibawah ini:

......................................................................................................... (2.13) 2.4. Pola Tanam dan Jadwal Tanam Pemberian air irigasi pada waktu berhenti musim tanam, diberbagai tempat adalah salah satu cara yang ekonomis dalam menampung air dalam tanah untuk keperluan masa depan. Namun air yang digunakan untuk keperluan irigasi pada waktu tidak begitu dibutuhkan oleh tanaman digunakan, tidak begitu efisien apabila dibandingkan dengan kemungkinan untuk mengutamakan air untuk tanah apabila sangat dibutuhkan oleh tanaman. Oleh karena itu pola dan jadwal tanam haruslah memperhitungkan jumlah ketersediaan air dan memilih periode yang tepat agar dapat memenuhi jumlah kebutuhan air, minimalnya tanaman dapat hidup dengan jumlah produksi yang sesuai dengan biaya investasi. Pola tanam adalah suatu susunan urutan penanaman tanaman pada sebidang lahan dalam periode satu tahun, dimana pemerintah telah menetapkan suatu aturan pola dan jadwal tanam pada suatu wilayah kerja irigasi yang dinamakan dengan rencana tanam, sedang pelaksanaan penanaman oleh penggarap dinamakan dengan realisasi tanam, yang mana jumlah musim tanam tergantung dari jenis dan variasi tanaman yang ditanam. 2.5. Debit (Q) Debit andalan (dependable flow) secara umum didefinisikan sebagai debit minimum sungai untuk kemungkinan terpenuhi yang dapat dipakai untuk keperluan bendung. Debit andalan (Q 80%) adalah debit minimum rata-rata tengah bulanan untuk kemungkinan tidak terpenuhi 20%. Persamaan yang dipakai yaitu: Q80 = Dimana: n = Banyaknya periode yang dipakai
n 5 +1

2.6.

Faktor K Faktor K adalah perbandingan antara debit ketersediaan air dengan debit

kebutuhan air, secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: K

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Gambaran Umum Daerah irigasi Cicapar terletak di Kecamatan Leles Kabupaten Garut. Luas daerah Irigasi Cicapar adalah 150 Ha, yang meliputi 5 Desa yang teraliri air jaringan irigasi Cicapar yaitu: Desa Cangkuang Kec. Leles Desa Neglasari Kec. Kadungora Desa Karang Anyar Kec. Leuwigoong Desa Karangsari Kec. Leuwigoong Desa Tambaksari Kec. Leuwigoong : : : : : 115 Ha 10 Ha 5 Ha 12 Ha 8 Ha

Sumber utama aliran air daerah irigasi Cicapar adalah berasal dari mata air pegunungan. Debit air rata-rata di Bendung Cicapar adalah 225 lt/det (Sumber: Dinas SDAP Wil. Leles, Thn. 2002). Saluran air Daerah Irigasi Cicapar merupakan sumber utama air Situ Cangkuang. 3.2. Letak Geografis Secara geografis Kecamatan Leles terletak antara koordinat, 7 10' dan 7 20' Lintang Selatan 107 45' dan 108 0' Bujur Timur.

Sebelah barat, berbatasan dengan Kabupaten Bandung Sebelah selatan, berbatasan dengan Kecamatan Tarogong Sebelah timur, berbatasan dengan Kecamatan Cibatu Sebelah utara, berbatasan dengan Kecamatan Limbangan.

Berikut ini adalah Peta lokasi wilayah kerja Daerah Irigasi Cicapar bisa dilihat pada Gambar 3.1

Lokasi

Gambar 3.1. Peta Lokasi Penelitian 3.2.1. Kondisi Teknik Bangunan bendung Daerah Irigasi Cicapar keadaannya kurang baik, terdapat beberapa bagian bendung dalam kondisi kurang baik. Banyak sampah mengganggu aliran air di sekitar aliran bendung, selain itu terdapat kerusakan pada lantai penguras. Kondisi lain pada bangunan irigasi Cicapar adalah rusaknya pintu-pintu pada sebagian besar pintu penyadapan air. Selain itu juga tidak terdapatnya tata nama (Nomenclature) bangunan pada sebagian bangunan irigasi, sehingga untuk penginventarisasian bangunan hanya berdasarkan perkiraan atau kesepakatan yang mungkin telah dilaksanakan sejak dulu. 3.2.2. Kondisi Sosial Ekonomi Sebagian mata pencaharian masyarakat yang berada di daerah Irigasi Cicapar adalah petani dan sebagian lagi adalah peternak, pedagang, pengrajin dan Pegawai Negeri dan Swasta.

Sebagian petani di daerah irigasi Cicapar adalah petani penggarap, pemilik dan pemilik yang menggarap sendiri areal pertanian mereka. Tingkat pendidikan petani adalah lulusan Sekolah Dasar, hanya sedikit yang merupakan lulusan SMP/SMA maupun Sarjana. Sehingga tingkat wawasannya dan pengetahuan mengenai berbagai aspek dalam pertanian maupun kelembagaan masih sangat minim. 3.2.3. Kondisi Usaha Tani Kondisi usaha tani di daerah Irigasi Cicapar sebagian besar bergantung pada tanaman padi. Di musim hujan hampir seluruh areal ditanami padi, tetapi pada musim kemarau sebagian besar areal di hilir jaringan tidak menanam padi, tapi digunakan untuk tanam palawija karena tidak membutuhkan banyak pasokan air seperti padi yang membutuhkan pasokan air banyak. 3.3. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dan dilakukan dalam Analisis Kebutuhan Air Irigasi Untuk Daerah Irigasi Cicapar Kec. Leles. Dalam melakukan penelitian ada 2 kegiatan yang akan dilakukan diantaranya: 1) Studi Kepustakaan Mempelajari dan melakukan penelaahan berbagai referensi buku /dokumen diklat yang pernah diberikan. 2) Observasi Lapangan Melaksanakan peninjauan lapangan serta berkoordinasi dengan instansi terkait seperti Dinas SDAP Kab. Garut, Kantor Cabang Dinas SDAP yang berlokasi di Kec. Leles dan petugas di lapangan. Mengumpulkan data curah hujan, data debit, gambar-gambar yang berhubungan dengan saluran irigasi yang akan di analisis dan data luas area. 3.4. yaitu: Alur Penelitian Tahapan kegiatan yang dilaksanakan pada penelitian ini dibagi 2 tahapan

a. Tahapan Pengumpulan Data

Tahapan ini meliputi kegiatan pengumpulan data yang diperlukan, yaitu: Data debit yang meliputi data debit tahunan dengan periode 10 tahun dan debit andalan. Data luas daerah Irigasi Cicapar. Data nilai perkolasi

b. Tahapan analisis

Tahapan ini merupakan kegiatan pusat didalam bagan alur penelitian, pada tahapan ini dilakukan analisis perhitungan: Mengolah data klimatologi Analisis curah hujan R80 Analisis curah hujan efektif Analisis kebutuhan air irigasi

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan alur penelitian pada Gambar 3.2
Mulai

Pengumpulan Data

Data Debit

Pola tanam dan Re,Jadwal tanam dan Eto, P, WLR Etc

Mengolah data klimatologi

Analisis curah hujan R80 Debit andalan Q 80 %

Analisis curah hujan efektif

Ketersediaan air

Faktor K

Kebutuhan air bersih disawah

Selesai Gambar 3.2. Bagan Alur Penelitian

BAB IV METODE PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR 4.1. 4.1.1. Analisa Data Curah Hujan Dalam analisa data curah hujan digunakan data curah hujan berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas SDAP Kab. Garut. Data curah hujan yang digunakan yaitu Stasiun Leles dengan pengamatan 10 Tahun dari Tahun 1993 s.d 2002. Pada Tabel 4.1. dan Tabel 4.2. tersedia data curah hujan Stasiun Leles. Tabel 4.1. Data Curah Hujan Setengah Bulanan Stasiun Leles Periode 1993-2002 Bulan Curah Hujan 199 199 199 199 200 200 200 Ke 1993 1994 5 1996 7 8 9 0 1 2 294. Januari 1 110 5 101 122 181 46 193 207 155 48 Januari 2 65 113 99 174 33 174 225 168 124 222 182. Februari 1 100 5 156 129 173 494 26 60 144 175 Februari 2 105 89.5 150 138 4 231 320 65 95 137 Maret 1 140 194 129 142 149 299 226 51 160 180 160. Maret 2 103 5 147 130 25 379 171 220 171 133 April 1 84 142 152 81.5 115 144 320 191 83 16.5 April 2 73.7 107 30.5 50 138 73 20 168 63 79 Mei 1 71 78 63.5 0 56 23 65 158 73 124 Mei 2 0 0 2 41.5 10 44 2 50 119 7 Juni 1 89 0 75 10.5 0 123 25 15 65 0 Juni 2 14 0 93.5 12 0 126 17 25 0 0 Juli 1 0 0 108 25 0 36 5 35 0 0 Juli 2 0 0 11 16 0 71 5 10 0 0 Agustus 1 2 0 0 68.5 0 37 15 0 0 0 Agustus 2 31 0 0 18 0 46 3 90 0 0 September 1 0 0.5 54.5 0 0 3 0 0 0 1.5 September 2 0 0 156 11 0 45 3 0 0 8.5 Oktober 1 0 16.5 21.5 59.5 0 59 50 60 0 37.5 Oktober 2 0 52 76.5 52 7 141 155 210 0 56.5 Nopember 1 25.5 22.5 29 191 4 270 226 246 0 82 Analisis Data

Nopember 2 Desember 1 Desember 2

86.5 161. 5 232

163. 5 92 97.5

252 157 133

132. 5 74 10

30 254 81

443 111 227

111 93 162

140 102 120

0 0 0

153 104 137

Sumber: Dinas Sumber Daya Air dan Pertambangan Kab. Garut

Tabel 4.2. Data Curah Hujan Setengah Bulanan Stasiun Leles Periode 1993-2002 yang sudah diurutkan dari yang terkecil Bulan Curah Hujan 199 199 199 Ke 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 3 4 5 Januari 1 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 Januari 2 0 0 0 0 0 23 2 0 0 0 Februari 1 0 0 2 0 0 36 3 0 0 0 Februari 2 0 0 11 10 0 37 3 0 0 0 Maret 1 0 0 21.5 10.5 0 44 5 10 0 0 Maret 2 0 0 29 11 0 45 5 15 0 0 April 1 0 0 30.5 12 0 46 15 25 0 1.5 April 2 2 0 54.5 16 0 46 17 35 0 7 Mei 1 14 0.5 63.5 18 0 59 20 50 0 8.5 Mei 2 25.5 16.5 75 25 4 71 25 51 0 16.5 Juni 1 31 22.5 76.5 41.5 4 73 26 60 0 37.5 Juni 2 65 52 93.5 50 7 111 50 60 0 48 Juli 1 71 78 99 59.5 10 123 65 65 0 56.5 Juli 2 73.7 89.5 101 68.5 25 126 93 90 0 79 Agustus 1 84 92 108 74 30 141 111 102 63 82 Agustus 2 86.5 97.5 129 81.5 33 144 155 120 65 104 September 89 107 133 122 56 174 162 158 73 124 1 September 100 113 147 129 81 227 171 168 95 133 2 Oktober 1 103 142 150 130 115 229 193 168 119 137 Oktober 2 105 161 152 132.5 138 231 225 191 124 137 Nopember 110 164 156 138 149 270 226 207 144 153 1 Nopember 140 183 156 142 173 279 226 210 155 175 2 Desember 162 194 157 174 181 443 320 220 160 180 1 Desember 232 295 252 191 254 494 320 246 171 222 2
Sumber: Dinas Sumber Daya Air dan Pertambangan Kab. Garut

4.1.2. Curah Hujan Efektif

Curah hujan efektif adalah curah hujan yang meresap kedalam tanah untuk memenuhi kebutuhan air pada tanaman. Maka untuk menghitung curah hujan efektif pada Stasiun Leles dapat digunakan perhitungan: Re = 0.7 x R 80% Dimana: Re = Curah Hujan Efektif R 80% = Curah Hujan R 80% Untuk menghitung R 80% dipakai persamaan R 80% = n/(5+1) Dimana: N = Lama periode pengamatan Maka: R 80% = 10 /(5+1) = 3.1 ~ 3 Jadi besarnya curah hujan 80% yaitu urutan ke-3 dari data yang terkecil, diambil dari data hujan rata-rata periode 2 mingguan. Jadi untuk menentukan curah hujan rata-rata untuk R80% Bulan Februari 1 Curah hujan R80 Stasiun Leles = 2 mm Curah hujan R 80 rata-rata : R80 = 2/2 = 1 mm Curah hujan efektif = 0.7 x CH R80 rata-rata Dengan cara yang sama untuk Perhitungan Curah Hujan Rata-Rata pada Daerah Irigasi Cicapar dan Curah Hujan Efektif dapat dilihat pada Tabel 4.3. dan pada Tabel 4.4.

Tabel 4.3. Perhitungan Curah Hujan Rata-Rata Daerah Irigasi Cicapar No BULAN R 80 CICAPAR
R80

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

Januari 1 Januari 2 Februari 1 Februari 2 Maret 1 Maret 2 April 1 April 2 Mei 1 Mei 2 Juni 1 Juni 2 Juli 1 Juli 2 Agustus 1 Agustus 2 September 1 September 2 Oktober 1 Oktober 2 Nopember 1 Nopember 2 Desember 1 Desember 2

0 0 2 11 21.5 29 30.5 54.5 63.5 75 76.5 93.5 99 101 108 128.5 133 146.5 150 152 155.5 156 157 251.5

0 0 1 5.5 10.75 14.5 15.25 27.25 31.75 37.5 38.25 46.75 49.5 50.5 54 64.25 66.5 73.25 75 76 77.75 78 78.5 125.75

Sumber: Data Hitungan 2012

Menentukan curah hujan efektif Curah hujan R80 Stasiun Leles =2 Curah hujan R80 rata-rata: Curah hujan efektif = 0,7 x R80 rata-rata Dengan cara yang sama untuk bulan berikutnya dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Perhitungan Curah Hujan Efektif untuk Daerah Irigasi Cicapar No 1 2 3 4 5 BULAN Januari 1 Januari 2 Februari 1 Februari 2 Maret 1 R 80 CICAPAR 0 0 2 11 21.5
R80

0 0 1 5.5 10.75

Re ( R80 x 0.7) 0 0 0.07 0.38 0.75

6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

Maret 2 April 1 April 2 Mei 1 Mei 2 Juni 1 Juni 2 Juli 1 Juli 2 Agustus 1 Agustus 2 September 1 September 2 Oktober 1 Oktober 2 Nopember 1 Nopember 2 Desember 1 Desember 2

29 30.5 54.5 63.5 75 76.5 93.5 99 101 108 128.5 133 146.5 150 152 155.5 156 157 251.5

14.5 15.25 27.25 31.75 37.5 38.25 46.75 49.5 50.5 54 64.25 66.5 73.25 75 76 77.75 78 78.5 125.75

1.01 1.06 1.90 2.22 2.62 2.67 3.27 3.46 3.53 3.78 4.49 4.65 5.12 5.25 5.32 5.44 5.46 5.49 8.80

Sumber: Data Hitungan 2012

4.2. Analisis Data Klimatologi 4.2.1. Kerapatan Uap Air Jenuh ( Pt ) Harga kerapatan uap air jenuh ini akan digunakan dalam perhitungan evapotranspirasi potensial dengan menggunakan metode Hamon. Dalam analisis ini nilai uap air jenuh di dapat dari hasil interpolasi pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Harga untuk kerapatan uap air jenuh.


Temperatur (oC) 10 15 20 25 30 35
Sumber: Soewarno (2000)

Kerapatan uap air jenuh (gram/m3/100) 9.3 12.3 17.1 22.8 30.4 39.4

Berikut ini cara interpolasi dari data temperatur yang ada, misalkan untuk periode januari 1 suhu udara rata-rata adalah 26.1 0C, dan suhu tersebut berada diantara 25 0C dan 30 0C, maka melalui perhitungan interpolasi ini didapat nilai kerapatan uap air jenuh dalam (gram /m/100)

30 25 30 26.1 = 30.4 22.8 30.4 x 3 .3 * 7 .6 5

= 30.4 x =

= x = 5.93 30.4
= x = 24.47
Sehingga dengan cara yang sama akan didapat kerapatan uap air jenuh periode setengah bulanan seperti pada Tabel 4.6. berikut ini:

Tabel 4.6. Perhitungan Nilai Kerapatan Uap Air Jenuh Dengan Menggunakan Metode Hamon Temperatur Kerapatan air jenuh No Bulan 0 C (gram/m3/100) 1 Januari 1 26.1 24.47 2 Januari 2 28.4 27.97 3 Februari 1 26.1 24.47 4 Februari 2 26.4 24.93 5 Maret 1 27.1 25.99 6 Maret 2 28.6 28.27 7 April 1 27.7 26.90 8 April 2 25.3 23.26 9 Mei 1 27.1 25.99 10 Mei 2 26.3 24.78 11 Juni 1 26.5 25.08 12 Juni 2 25.6 23.71 13 Juli 1 25.4 23.41 14 Juli 2 25.4 23.41 15 Agustus 1 24.8 22.50 16 Agustus 2 26.2 24.62 17 September 1 26.2 24.62 18 September 2 26.3 24.78 19 Oktober 1 26.4 24.93 20 Oktober 2 26.6 25.23 21 Nopember 1 26.3 24.78 22 Nopember 2 24.8 22.50 23 Desember 1 26.1 24.47 24 Desember 2 25.9 24.17
Sumber : Data Hitungan 2012

4.2.2. Analisis Evapotranspirasi Dalam analisis evapotranspirasi potensial digunakan metode Hamon, mengingat data yang tersedia pada Dinas Sumber Daya Air dan Pertambangan (SDAP) Kabupaten Garut tidak begitu lengkap dan metode ini sudah dievaluasi dan banyak digunakan di Indonesia. Persamaan yang digunakan yaitu: Eto Ch D = Ch x D2 x Pt Dengan evapotranspirasi tetapan (inchi/ hari) = Koefisien = 0,55 = Durasi jam penyinaran matahari terhadap satuan 30 hari selama 12 jam/ hari Pt = Kerapatan uap air jenuh (gram/ m3/ 100), (lihat Tabel 4.5) Setelah dilakukan perhitungan dari persamaan diatas, maka hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.7. Nilai-nilai Evapotranspirasi tetapan Stasiun Leles
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Bulan Januari 1 Januari 2 Februari 1 Februari 2 Maret 1 Maret 2 April 1 April 2 Mei 1 Mei 2 Juni 1 Juni 2 Juli 1 Juli 2 Agustus 1 Agustus 2 September 1 September 2 Oktober 1 Oktober 2 Nopember 1 Nopember 2 Desember 1 Desember 2 Ch 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 D2 1.068 1.068 0.958 0.958 1.044 1.044 0.996 0.996 1.016 1.016 0.978 0.978 1.012 1.012 1.022 1.022 1 1 1.054 1.054 1.038 1.038 1.076 1.076 Pt (gram/m/100 ) 24.47 27.97 24.47 24.93 25.99 28.27 26.90 23.26 25.99 24.78 25.08 23.71 23.41 23.41 22.50 24.62 24.62 24.78 24.93 25.23 24.78 22.50 24.47 24.17 Eto (inchi/hari) 0.154 0.175 0.124 0.126 0.156 0.169 0.147 0.127 0.148 0.141 0.132 0.125 0.132 0.132 0.129 0.141 0.135 0.136 0.152 0.154 0.147 0.133 0.156 0.154 Eto (mm/hari) 3.899 4.457 3.138 3.196 3.958 4.305 3.728 3.223 3.748 3.573 3.351 3.168 3.349 3.349 3.282 3.593 3.440 3.461 3.869 3.916 3.729 3.386 3.958 3.909

Sumber: Data Hitungan 2012

4.2.3. Perhitungan Kebutuhan Air Untuk Irigasi

Untuk menghitung kebutuhan air untuk irigasi ada beberapa data yang perlu dipersiapkan antara lain: evapotranspirasi, perlokasi dan hujan efektif. Sedangkan untuk kebutuhan air selama penyiapan lahan dan kebutuhan air selama persiapan lahan ditentukan berdasarkan kedalaman serta porositas tanah di sawah. Untuk tanah berstruktur berat tanpa retak-retak kebutuhan air untuk penyiapan lahan diambil 200 mm, ini termasuk air untuk penjenuhan dan pengolahan tanah. Setelah transplantasi selesai, lapisan air yang dibutuhkan menjadi 250 mm. Secara keseluruhan, ini berarti bahwa lapisan air yang dibutuhkan menjadi 250 mm untuk persiapan lahan dan untuk lapisan air awal setelah transplantasi selesai. Bila lahan telah dibiarkan selama jangka waktu yang lama (2,5 bulan atau lebih), maka lapisan air yang diperlukan untuk penyiapan lahan diambil 300 mm, termasuk yang 50 mm untuk penggenangan setelah transplantasi. Kebutuhan air irigasi untuk penyiapan lahan dihitung pada rencana tanam dan realisasi tanam pada 3 musim tanam sebagai berikut: 1. Rencana Tanam Masa tanam 1, Padi, dengan periode tanam pada bulan November. Masa tanam 2, Padi, dengan periode tanam pada bulan Maret. Masa tanam 3, Palawija, dengan periode tanam pada bulan Juli. 2. Realisasi Tanam Masa tanam 1, Padi, dengan periode tanam pada bulan November. Masa tanam 2, Padi, dengan periode tanam pada bulan Maret. Masa tanam 3, Padi, dengan periode tanam pada bulan Juli.

Dalam menentukan kebutuhan air irigasi pada waktu penyiapan lahan dipakai metode perhitungan yang digunakan ialah metode yang dikembangkan oleh Van De Goor dan Zylstra (1968) yaitu: IR = Mek/(ek-1) Dengan: IR = Kebutuhan air di tingkat pesawahan (lt/ det/ ha) M = Eo + p, yaitu ; kebutuhan air untuk mengganti atau mengkompensasi kehilangan akibat evaporasi dan perkolasi yang telah dijenuhkan, dimana: P = 3 mm/hari Eo = Evaporasi air terbuka nilainya di pakai 1.1 x Eto (mm/hari) e = Bilangan nafier (2,718) K = M x T/S Dengan : T = Jangka waktu penyiapan lahan S = Kebutuhan air untuk penjenuhan di tambah lapisan air yaitu: 250 + 50 = 300 mm dan 200 + 50 = 250 mm

Dengan menggunakan persamaan diatas dapat diketahui nilai-nilai kebutuhan air irigasi yang diperlukan dalam penyiapan lahan untuk rencana tanam, maka melalui perhitungan berikut ini didapat nilai-nilainya sebagai berikut dalam (mm/ hari). Masa Tanam I November 1 IR = Mxek/(ek-1) M = Eo + P Eo = 1,1 x Eto = 1,1 x 3.729 = 4.102 M = 4.102 + 3 = 7.101 mm/ hari K = (M x T)/ S Dengan: T = 30 hari, S = 300 mm K = (7.102 x 30)/ 300 K = 0,710 IR = M x ek/ (ek-1) = 7.102 x 2,71828180.710/ (2,718281810.710 - 1) = 1.616 lt/ det/ ha November 2 IR = Mxek/(ek-1) M = Eo + P Eo = 1,1 x Eto = 1,1 x 3.386= 3.725 M = 3.725 + 3 = 6.725 mm/ hari K = (M x T)/ S Dengan: T K K IR = 30 hari, S = 300 mm = (6.725 x 30)/ 300 = 0,6725 = M x ek/ (ek-1) = 6.725 x 2,71828180.6725/ (2,718281810.6725-1) = 1.589 lt/ det/ ha

Dengan cara yang sama untuk perhitungan pada rencana tanam musim tanam 1, musim tanam 2 dan musim tanam 3. Hasil perhitungan masa tanam untuk penyiapan lahan pada rencana tanam dapat dilihat pada Tabel 4.8. dan untuk penyiapan lahan pada realisasi tanam hasil perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.8. Nilai-nilai Hasil Perhitungan Kebutuhan Air Untuk Penyiapan Lahan Pada Rencana Tanam (lt/det/ha)
Bulan Nopember 1 Nopember 2 Desember 1 Desember 2 Januari 1 Januari 2 Februari 1 Februari 2 Maret 1 Maret 2 April 1 April 2 Mei 1 Mei 2 Juni 1 Juni 2 Juli 1 Juli 2 Agustus 1 Agustus 2 September 1 September 2 Oktober 1 Oktober 2 Eto mm/hari 3.729 3.386 3.958 3.909 3.899 4.457 3.138 3.196 3.958 4.305 3.728 3.223 3.748 3.573 3.351 3.168 3.349 3.349 3.282 3.593 3.44 3.461 3.869 3.916 Eo mm/hari 4.102 3.725 4.354 4.3 4.289 4.902 3.451 3.516 4.353 4.735 4.101 3.545 4.123 3.93 3.686 3.485 3.684 3.684 3.611 3.952 3.784 3.807 4.256 4.307 P 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 T hari 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 S mm 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 0 0 0 0 0 0 0 0 M mm/hari 7.102 6.725 7.354 7.3 7.289 7.902 6.451 6.516 7.353 7.735 7.101 6.545 7.123 6.93 6.686 6.485 6.684 6.684 6.611 6.952 6.784 6.807 7.256 7.307 k 0.71 0.672 0.735 0.73 0.729 0.79 0.645 0.652 0.735 0.774 0.71 0.655 0.712 0.693 0.669 0.649 0.668 0.668 0.661 0.695 0.678 0.681 0.726 0.731 e 2.718 2.718 2.718 2.718 2.718 2.718 2.718 2.718 2.718 2.718 2.718 2.718 2.718 2.718 2.718 2.718 2.718 2.718 2.718 2.718 2.718 2.718 2.718 2.718 e 2.03444 1.95907 2.08631 2.07505 2.07289 2.20389 1.90625 1.91854 2.08619 2.1674 2.03426 1.92422 2.03868 1.99973 1.95157 1.91272 1 1 1 1 1 1 1 1
k

MT 1

MT 2

MT 3

IR lt/det/ha 1.616656 1.589805 1.634712 1.630777 1.630082 1.674295 1.570592 1.575106 1.634596 1.662142 1.616541 1.577189 1.618161 1.604388 1.587143 1.573022 0 0 0 0 0 0 0 0

Sumber: Data Hitungan 2012

Masa Tanam I November 1 IR = M x ek / (ek-1) M = Eo + P Eo = 1,1 x Eto = 1,1 x 3.729 = 4.102 M = 4.102 + 3 = 7.102 mm/ hari K = (M x T)/ S T = 30 hari, S = 250 mm K = (7.102 x 30)/ 250 = 0.852 IR = M x ek / (ek-1) = 7.102 x 2,71828180.852/ (2,718281810.852 - 1) = 1.433 lt/det/ha November 2 T = 30 hari, S = 250 mm K = (6.725 x 30)/ 250 = 0.807

IR = M x ek/ (ek-1) = 6.725 x 2,71828180.807/ (2,718281810.807-1) = 1.405 lt/ det/ ha Tabel 4.9. Nilai-nilai hasil Perhitungan Kebutuhan Air Untuk Penyiapan lahan Pada Realisasi Tanam (lt/det/ha)
Bulan Nopember 1 Nopember 2 Desember 1 Desember 2 Januari 1 Januari 2 Februari 1 Februari 2 Maret 1 Maret 2 April 1 April 2 Mei 1 Mei 2 Juni 1 Juni 2 Juli 1 Juli 2 Agustus 1 Agustus 2 September 1 September 2 Oktober 1 Oktober 2 Eto mm/hari 3.729 3.386 3.958 3.909 3.899 4.457 3.138 3.196 3.958 4.305 3.728 3.223 3.748 3.573 3.351 3.168 3.349 3.349 3.282 3.593 3.44 3.461 3.869 3.916 Eo mm/hari 4.102 3.725 4.354 4.3 4.289 4.902 3.451 3.516 4.353 4.735 4.101 3.545 4.123 3.93 3.686 3.485 3.684 3.684 3.611 3.952 3.784 3.807 4.256 4.307 P 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 T hari 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 S mm 250 250 250 250 250 250 250 250 250 250 250 250 250 250 250 250 250 250 250 250 250 250 250 250 M mm/hari 7.102 6.725 7.354 7.3 7.289 7.902 6.451 6.516 7.353 7.735 7.101 6.545 7.123 6.93 6.686 6.485 6.684 6.684 6.611 6.952 6.784 6.807 7.256 7.307 k 0.852 0.807 0.882 0.876 0.875 0.948 0.774 0.782 0.882 0.928 0.852 0.785 0.855 0.832 0.802 0.778 0.802 0.802 0.793 0.834 0.814 0.817 0.871 0.877 e 2.718 2.718 2.718 2.718 2.718 2.718 2.718 2.718 2.718 2.718 2.718 2.718 2.718 2.718 2.718 2.718 2.718 2.718 2.718 2.718 2.718 2.718 2.718 2.718 ek 2.34494 2.24109 2.41687 2.40124 2.39824 2.58123 2.16878 2.18558 2.41672 2.53004 2.3447 2.19334 2.35082 2.29703 2.2308 2.17762 2.23016 2.23016 2.21065 2.30314 2.25709 2.26343 2.38851 2.40343 IR lt/det/ha 1.433208 1.405431 1.451843 1.447792 1.447097 1.493046 1.385524 1.390153 1.451843 1.48043 1.433093 1.392352 1.434713 1.420477 1.402653 1.387954 1.402422 1.402422 1.397098 1.422097 1.409829 1.411449 1.444551 1.44837

MT1

MT2

MT3

Sumber: Data Hitungan 2012

Berdasarkan dari realisasi dan jadwal tanam, maka evapotranspirasi tanaman dapat kita ketahui dengan rumus: Etc = Kc x Eto Dimana: Etc = Evapotranspirasi tanaman Eto = Evapotranspirasi tetapan Kc = koefisien tanaman Nilai kc dapat diperoleh pada tabel 4.10. Tabel 4.10. Nilai-nilai Koefisien Tanaman Padi dan Palawija
Bulan ke 0,5 1,0 Nedeco/ Porsida Lokal 1,20 1,20 Unggu l 1,20 1,27 FAO Lokal 1,10 1,10 Unggul 1,10 1,10 Palawija 0,50 0,65

1,5 1,32 1,33 2,0 1,40 1,30 2,5 1,35 1,30 3,0 1,24 0 3,5 1,12 4,0 0 Sumber: Soewarno (2000)

1,10 1,10 1,10 1,05 0,95 0

1,05 1,05 0

0,97 1,03 0,98 0,85

Karena jadwal tanam dan realisasi tanam dijadikan tiga masa tanam, maka kemungkinan memakai padi lokal, maka untuk bulan Desember digunakan kc 1.20, karena mulai masa tanam dan dapat di hitung dengan: Desember 1: Etc = kc x Eto Etc = 1.20 x 3.958 Etc = 4.749 Desember 2: Etc = kc x Eto Etc = 1.27 x 3.909 Etc = 4.964 Tabel 4.11. Evapotranspirasi Tanaman Untuk Rencana Tanam
Masa Tanam Bulan Nopember 1 Nopember 2 Desember 1 Desember 2 Januari 1 Januari 2 Februari 1 Februari 2 Maret 1 Maret 2 April 1 April 2 Mei 1 Mei 2 Juni 1 Juni 2 Juli 1 Juli 2 Agustus 1 Agustus 2 September 1 September 2 Oktober 1 Oktober 2 Eto mm/hari 3.729 3.386 3.958 3.909 3.889 4.457 3.138 3.196 3.958 4.305 3.728 3.223 3.748 3.573 3.351 3.168 3.349 3.349 3.282 3.593 3.44 3.461 3.869 3.916 Kc 0 0 1.2 1.27 1.33 1.3 1.3 0 0 0 1.2 1.27 1.33 1.3 1.3 0 0 0.5 0.65 0.97 1.03 0.98 0.85 0 Etc mm/hari 0 0 4.74 4.96 5.17 5.79 4.07 0 0 0 4.47 4.09 4.98 4.64 4.35 0 0 1.67 2.13 3.48 3.54 3.39 3.28 0

MT1

MT2

MT3

Sumber: Data Hitungan 2012

Adapun perhitungan evapotranspirasi tanaman untuk realisasi tanam yaitu: Desember 1: Etc = kc x Eto Etc = 1.20 x 3.958 Etc = 4.749 Desember 2: Etc = kc x Eto Etc = 1.27 x 3.909 Etc = 4.964 Tabel 4.12. Evapotranspirasi Tanaman Untuk Realisasi Tanam
Masa Tanam Bulan Nopember 1 Nopember 2 Desember 1 Desember 2 Januari 1 Januari 2 Februari 1 Februari 2 Maret 1 Maret 2 April 1 April 2 Mei 1 Mei 2 Juni 1 Juni 2 Juli 1 Juli 2 Agustus 1 Agustus 2 September 1 September 2 Oktober 1 Oktober 2 Eto mm/hari 3.729 3.386 3.958 3.909 3.889 4.457 3.138 3.196 3.958 4.305 3.728 3.223 3.748 3.573 3.351 3.168 3.349 3.349 3.282 3.593 3.44 3.461 3.869 3.916 Kc 0 0 1.2 1.27 1.33 1.3 1.3 0 0 0 1.2 1.27 1.33 1.3 1.3 0 0 0 1.2 1.27 1.33 1.3 1.3 0 Etc mm/hari 0 0 4.74 4.96 5.17 5.79 4.07 0 0 0 4.47 4.09 4.98 4.64 4.35 0 0 0 3.93 4.56 4.57 4.49 5.02 0

MT1

MT2

MT3

Sumber: Data Hitungan 2012

Setelah evapotranspirasi tanaman didapat, maka kebutuhan total air disawah dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: GFR = Etc + P + WLR Dengan: GFR = Kebutuhan total air di sawah (mm/ hari atau lt/ hari. ha) Etc = Evapotranspirasi tanaman (mm/ hari) WLR = Penggantian lapisan (mm/ hari) P = Perkolasi

PL

= M x ek/ (ek-1) = penyiapan lahan.

Dari persamaan diatas dapat diketahui kebutuhan total air disawah, baik untuk rencana tanam dan realisasi tanam yaitu sebagai berikut, untuk bulan November I, GFR = Etc + P + WLR GFR = 0 + 3 + 10 = 13 mm/ hari = 1.5041 lt/ det/ ha Sehingga dengan cara yang sama dapat diketahui kebutuhan total air di sawah untuk rencana tanam pada Tabel 4.13. dan untuk nilai kebutuhan total air pada realisasi tanam pada Tabel 4.14. Tabel 4.13. Nilai Kebutuhan Total Air Pada Rencana Tanam (lt/det/ha)
Bulan Nopember 1 Nopember 2 Desember 1 Desember 2 Januari 1 Januari 2 Februari 1 Februari 2 Maret 1 Maret 2 April 1 April 2 Mei 1 Mei 2 Juni 1 Juni 2 Juli 1 Juli 2 Bulan Agustus 1 Agustus 2 September 1 September 2 Oktober 1 Oktober 2 Etc mm/hari 0 0 4.74 4.96 5.17 5.79 4.07 0 0 0 4.47 4.09 4.98 4.64 4.35 0 0 1.67 Etc mm/hari 2.13 3.48 3.54 3.39 3.28 0 P 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 P 3 3 3 3 3 3 WLR mm/hari 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 WLR mm/hari 10 10 10 10 10 10 GFR mm/hari 13 13 17.74 17.96 18.17 18.79 17.07 13 13 13 17.47 17.09 17.98 17.64 17.35 13 13 14.67 GFR mm/hari 15.13 16.48 16.54 16.39 16.28 13 GFR lt/det/ha 1.50 1.50 2.05 2.07 2.10 2.17 1.97 1.50 1.50 1.50 2.02 1.97 2.08 2.04 2.00 1.50 1.50 1.69 GFR lt/det/ha 1.75 1.90 1.91 1.89 1.88 1.50

Sumber: Data Hitungan 2012

Tabel 4.14. Nilai Kebutuhan Total Air Pada Realisasi Tanam (lt/det/ha)
Bulan Nopember 1 Etc mm/hari 0 P 3 WLR mm/hari 10 GFR mm/hari 13 GFR lt/det/ha 1.50

Nopember 2 Desember 1 Desember 2 Januari 1 Januari 2 Februari 1 Februari 2 Maret 1 Maret 2 April 1 April2 Mei 1 Mei 2 Juni 1 Juni 2 Juli 1 Juli 2 Agustus 1 Agustus 2 September 1 September 2 Oktober 1 Oktober 2

0 4.74 4.96 5.17 5.79 4.07 0 0 0 4.47 4.09 4.98 4.64 4.35 0 0 0 3.93 4.56 4.57 4.49 5.02 0

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

13 17.74 17.96 18.17 18.79 17.07 13 13 13 17.47 17.09 17.98 17.64 17.35 13 13 13 16.93 17.56 17.57 17.49 18.02 13

1.50 2.05 2.07 2.10 2.17 1.97 1.50 1.50 1.50 2.02 1.97 2.08 2.04 2.00 1.50 1.50 1.50 1.95 2.03 2.03 2.02 2.08 1.50

Sumber: Data Hitungan 2012

Kebutuhan air bersih di sawah untuk Bendung Cicapar, maka perbandingan antara air yang dibutuhkan dan debit sungai dipelajari dengan cara menganalisis data yang tersedia. Sesuai dengan pola tanam yang akan diterapkan di wilayah pekerjaan maka kebutuhan air di Bendung Cicapar dinyatakan dalam rumus yaitu: NFR = Etc + P + WLR Re andalan Kebutuhan bersih air disawah dalam satuan mm/ hari Perkolasi Evapotranspirasi (mm/ hari) Curah Hujan efektif (mm/ hari) Penggantian lapisan (mm/ hari) Dengan: NFR = P = Etc = Re = WLR =

Maka dengan persamaan diatas kebutuhan bersih air disawah untuk Re 80%, dengan rencana tanam dan realisasi tanam untuk bulan November 1, dapat diperoleh sebagai berikut: NFR = Etc + P + WLR Re andalan NFR = 0 + 3 + 10 5.44 = 7.56 mm/ hari = 0.874 lt/ dt/ ha Hasil perhitungan untuk penyiapan lahan dari NFR mm/ hari dibuat menjadi lt/ dt/ ha, yaitu:

lt/dt/ ha, jadi 1 ha = 0,11574 lt/dt Sehingga dengan cara yang sama kebutuhan air bersih di sawah untuk rencana tanam terdapat pada Tabel 4.15. dan pada Tabel 4.16. yaitu kebutuhan air bersih untuk realisasi tanam. Tabel 4.15. Kebutuhan Air Bersih di Sawah Untuk Rencana Tanam (lt/det/ha)
BULAN Nopember 1 Nopember 2 Desember 1 Desember 2 Januari 1 Januari 2 Februari 1 Februari 2 Maret 1 Maret 2 April 1 April 2 Mei 1 Mei 2 Juni 1 Juni 2 Juli 1 Juli 2 Agustus 1 Agustus 2 September 1 September 2 Oktober 1 Oktober 2 Etc mm/hari 0 0 4.74 4.96 5.17 5.79 4.07 0 0 0 4.47 4.09 4.98 4.64 4.35 0 0 1.67 2.13 3.48 3.54 3.39 3.28 0 P 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 WLR mm/hari 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 Re mm/hari 5.44 5.46 5.49 8.8 0 0 0.07 0.38 0.75 1.01 1.06 1.9 2.22 2.62 2.67 3.27 3.46 3.53 3.78 4.49 4.65 5.12 5.25 5.32 NFR mm/hari 7.56 7.54 12.25 9.16 18.17 18.79 17.00 12.62 12.25 11.99 16.41 15.19 15.76 15.02 14.68 9.73 9.54 11.14 11.35 11.99 11.89 11.27 11.03 7.68 NFR lt/det/ha 0.87 0.87 1.41 1.06 2.10 2.17 1.96 1.46 1.41 1.38 1.89 1.75 1.82 1.73 1.69 1.12 1.10 1.28 1.31 1.38 1.37 1.30 1.27 0.88

Sumber: Data Hitungan 2012

Tabel 4.16. Kebutuhan Air Bersih di Sawah Untuk Realisasi Tanam (lt/det/ha)
BULAN Nopember 1 Nopember 2 Desember 1 Desember 2 Januari 1 Januari 2 Februari 1 Februari 2 Maret 1 Maret 2 April 1 April 2 Mei 1 Mei 2 Juni 1 Juni 2 Juli 1 Juli 2 Agustus 1 Agustus 2 September 1 September 2 Oktober 1 Oktober 2 Etc mm/hari 0 0 4.74 4.96 5.17 5.79 4.07 0 0 0 4.47 4.09 4.98 4.64 4.35 0 0 0 3.93 4.56 4.57 4.49 5.02 0 P 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 WLR mm/hari 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 Re mm/hari 5.44 5.46 5.49 8.8 0 0 0.07 0.38 0.75 1.01 1.06 1.9 2.22 2.62 2.67 3.27 3.46 3.53 3.78 4.49 4.65 5.12 5.25 5.32 NFR mm/hari 7.56 7.54 12.25 9.16 18.17 18.79 17.00 12.62 12.25 11.99 16.41 15.19 15.76 15.02 14.68 9.73 9.54 9.47 13.15 13.07 12.92 12.37 12.77 7.68 NFR lt/det/ha 0.87 0.87 1.41 1.06 2.10 2.17 1.96 1.46 1.41 1.38 1.89 1.75 1.82 1.73 1.69 1.12 1.10 1.09 1.52 1.51 1.49 1.43 1.47 0.88

Sumber: Data Hitungan 2012

4.2.4. Analisis Perhitungan DR Setelah kebutuhan air bersih di sawah diketahui, maka kebutuhan air pengambilan dapat diperoleh dengan mempergunakan persamaan dibawah ini:

Sehingga dengan cara yang sama dapat diketahui kebutuhan air pengambilan baik untuk rencana tanam maupun untuk realisasi tanam. Dapat dilihat pada Tabel 4.17. Tabel 4.17. Perhitungan DR
Bulan Nopember 1 Nopember 2 Desember 1 NFR lt/ det/ ha 8,64 8,64 8,64 8,64 Ef 0,65 0,65 0,65 DR 0.15 0.15 0.25

0.87 0.87 1.41

Desember 2 Januari 1 Januari 2 Februari 1 Februari 2 Maret 1 Maret 2 April 1 April 2 Mei 1 Mei 2 Juni 1 Juni 2 Juli 1 Juli 2 Agustus 1 Agustus 2 September 1 September 2 Oktober 1 Oktober 2

1.06 2.10 2.17 1.96 1.46 1.41 1.38 1.89 1.75 1.82 1.73 1.69 1.12 1.10 1.28 1.31 1.38 1.37 1.30 1.27 0.88

8,64 8,64 8,64 8,64 8,64 8,64 8,64 8,64 8,64 8,64 8,64 8,64 8,64 8,64 8,64 8,64 8,64 8,64 8,64 8,64 8,64

0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65

0.18 0.37 0.38 0.35 0.26 0.25 0.24 0.33 0.31 0.32 0.30 0.30 0.20 0.19 0.22 0.23 0.24 0.24 0.23 0.22 0.15

Sumber: Data Hitungan 2012

4.2. Analisis Ketersediaan Air (Debit Andalan Q 80%) Untuk menghitung ketersediaan air di tempat pengambilan didapat dari menghitung debit andalan sungai Cicapar. Data yang didapat dari SDAP dapat dilihat pada tabel 4.18.

Tabel 4.18. Data Debit Andalan (Q80%) Pada Saluran Irigasi (lt/det)
Bulan Nopember 1 Nopember 2 Desember 1 Desember 2 Januari 1 Januari 2 Debit tahun ke
1 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 3 20 8 21 0 21 5 21 8 22 1 22 4 196 201 202 202 203 209 5 166 169 170 171 172 172 6 0 0 0 0 0 0 7 0 0 0 0 0 0 8 0 0 0 0 0 0 9 0 0 0 0 0 0 10 0 0 0 0 0 0

Februari 1 Februari 2 Maret 1 Maret 2 April 1 April 2 Mei 1 Mei 2 Juni 1 Juni 2 Juli 1 Juli 2 Agustus 1 Agustus 2 September 1 September 2 Oktober 1 Oktober 2

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 Sumber : SDAP Kab. Garut

2 22 5 22 6 22 8 22 9 23 1 23 1 23 1 23 2 23 2 23 7 24 1 24 4 25 0 43 5 49 0 78 0 98 1 98 1

209 211 212 214 218 219 220 223 223 224 226 228 228 230 231 231 234 235

174 184 184 192 192 193 197 201 202 202 208 209 210 213 216 217 221 220

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 186 193 201 202 202 202 203 208

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Nilai dengan hasil yang diperoleh berdasarkan pengurutan pada Tabel 4.18 diatas maka nilai debit maksimum adalah sebesar 981 lt/det pada bulan Desember periode II dan debit minimum sebesar 208 lt/det. Ketersediaan debit bergantung pada luas DAS seputar daerah aliran sungai karena apabila masih banyak lahan terbuka maka dapat dipastikan debit yang ada akan besar dan pada musim kemarau tidak akan terjadi kekeringan.

4.3.

Analisis Perbandingan Keseimbangan Air (Faktor K) Faktor K adalah perbandingan antara jumlah ketersediaan air dan kebutuhan

air tiap periode setengah bulanan dengan menggunakan persamaan: Faktor K = Adapun hasil yang didapat untuk rencana tanam dan realisasi tanam dapat dilihat pada Tabel 4.19. dan Tabel 4.20. Tabel 4.19. Faktor K Untuk Rencana Tanam
Bulan Nopember 1 Nopember 2 Desember 1 Desember 2 Januari 1 Januari 2 Februari 1 Februari 2 Maret 1 Maret 2 April 1 April 2 Mei 1 Mei 2 Juni 1 Juni 2 Juli 1 Juli 2 Agustus 1 Agustus 2 September 1 September 2 Oktober 1 Oktober 2 Debit lt/det 490 780 981 981 208 210 215 218 221 222 225 226 228 229 231 231 231 232 232 237 241 244 250 435 NFR lt/det 131.20 130.85 212.76 159.04 205.38 208.17 215.19 219.02 212.59 208.08 224.85 223.67 213.59 211.75 224.88 168.86 165.56 193.41 197.03 208.17 206.40 195.62 191.57 133.28 Faktor K 3.73 5.96 4.61 6.16 1.01 1.00 0.99 0.99 1.03 1.06 1.00 1.01 1.06 1.08 1.02 1.36 1.39 1.19 1.17 1.13 1.16 1.24 1.30 3.26

Sumber: Data Hitungan 2012

Tabel 4.20. Faktor K Untuk Realisasi Tanam


Bulan Nopember 1 Nopember 2 Desember 1 Desember 2 Debit lt/det 490 780 981 981 NFR lt/det 131.20 130.85 212.76 159.04 Faktor K 3.73 5.96 4.61 6.16

Januari 1 Januari 2 Februari 1 Februari 2 Maret 1 Maret 2 April 1 April 2 Mei 1 Mei 2 Juni 1 Juni 2 Juli 1 Juli 2 Agustus 1 Agustus 2 September 1 September 2 Oktober 1 Oktober 2

208 210 215 218 221 222 225 226 228 229 231 231 231 232 232 237 241 244 250 435

205.38 208.17 215.19 219.02 212.59 208.08 224.85 223.67 213.59 211.75 224.88 168.86 165.56 164.35 228.36 226.88 224.31 214.84 221.79 133.28

1.01 1.00 0.99 0.99 1.03 1.06 1.00 1.01 1.06 1.08 1.02 1.36 1.39 1.41 1.01 1.04 1.07 1.13 1.12 3.26

Sumber: Data Hitungan 2012

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini secara umum merupakan suatu tahap analisa dan pembahasan bab yang telah diuraikan sebelumnya. Dalam Analisis Kebutuhan Air Irigasi Untuk Daerah Irigasi Cicapar ini dibagi menjadi 3 (tiga) bagian pokok yaitu: 1. Bab II, merupakan Landasan Teori yang menguraikan tentang materi, definisi, mengenai persamaan-persamaan rumus dan pengolahan data klimatologi 2. Bab III, menguraikan tentang data-data yang diperoleh dari SDAP Kab. Garut 3. Bab IV, menguraikan tentang perhitungan curah hujan, kebutuhan air dan ketersediaan air. Dari isi uraian tersebut diatas terdapat dua analisa yaitu: 1. Analisa Kebutuhan Air 2. Analisa Faktor K 5.1. Hasil 5.1.1. Analisis Kebutuhan Air Pada Rencana Tanam Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan air pada pasal ini berdasarkan suatu rencana tanam yang dilakukan oleh Dinas SDAP pada tahun 2008, dengan pola tanam yang telah diterangkan terdapat tiga musim tanam yaitu masa tanam I, masa tanam II dan masa tanam III. Untuk menghitung kebutuhan air perlu dihitung dulu evapotranspirasi tetapan, nilai perhitungan evapotranspirasi dapat dilihat pada Tabel 4.5. Kebutuhan air disini adalah jumlah kebutahan air di Daerah Irigasi Cicapar. Kebutuhan air pada pola rencana tanam yaitu kebutuhan untuk padipadi-palawija, dapat dilihat pada Tabel 5.1. beserta grafiknya.

5.1.2 Analisis Kebutuhan Air Pada Realisasi Tanam Kebutuhan air pada realisasi tanam terdapat perbedaan dengan kebutuhan air pada rencana tanam karena terdapat masa tanam, yakni padi-padi-padi tidak ada palawija secara otomatis kebutuhan air pada realisasi tanam lebih banyak membutuhkan pasokan air. Kebutuhan air pada pola realisasi tanam dapat dilihat pada Tabel. 5.2. beserta grafiknya.

5.2.

Pembahasan

5.2.1. Kebutuhan Air Kebutuhan air untuk tingkat persawahan memerlukan pasokan air yang sangat banyak, guna memenuhi perkembangan dan pertumbuhan padi. Kebutuhan ini tentu sangat berpengaruh sekali mulai dari penyiapan lahan, pengolahan tanah, menjadi lahan yang siap dipakai untuk ditanami sampai dengan padi siap panen. Kebutuhan air dibedakan menjadi dua bagian yaitu: kebutuhan air pada rencana tanam dan kebutuhan air pada realisasi tanam. Kebutuhan air pada rencana tanam dihitung berdasarkan rencana tanam yang dibuat pemerintah setempat, sedangkan untuk realisasi tanam dihitung berdasarkan yang terjadi dilapangan. Debit air yang banyak akan memenuhi kebutuhan air untuk persawahan sehingga tidak perlu dilakukan sistim gilir pada setiap pengairannya. 5.2.2. Faktor perbandingan keseimbangan air (Faktor K)

Dari hasil analisis rencana tanam dan realisasi tanam maka didapat perbandingan antara jumlah ketersediaan air dengan kebutuhan air tiap periode setengah bulanan yang berbeda. Dapat dilihat hasil perbandingannya pada Tabel 4.19. hasil untuk rencana tanan dan untuk realisasi tanam dapat dilihat pada Tabel 4.20. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan Dari uraian yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya dibuat kesimpulan dari seluruh pembahasan. Adapun kesimpulan dari Analisis Kebutuhan Air Irigasi Untuk Daerah Irigasi Cicapar Kec. Leles adalah sebagai berikut:
1. Perhitungan Data curah hujan diambil dari Stasiun Leles dengan periode hujan selama 10 tahun dari 1993 s.d 2002. 2. Kebutuhan air untuk persiapan lahan (IR) dengan menggunakan metode yang dikembangkan oleh Van De Goor dan Zyjlstra (1968) adalah kebutuhan air nilai terbesarnya yaitu 1.67 lt/det/ha 3. Kebutuhan air di sawah (NFR) pada rencana tanam nilai terbesarnya sebelum dikalikan luas areal adalah 2.174 lt/det/ha 4. Kebutuhan air untuk persiapan tanam (NFR = Etc + P + WLR Re) dikalikan luas areal 150 Ha dengan menggunakan dua cara rencana dan realisasi tanam. a) Kebutuhan air pada rencana tanam nilai terbesarnya adalah 224.8 lt/det b) Kebutuhan air pada realisasi tanam nilai terbesarnya adalah 228.3 lt/det 5. Dari kedua rencana tersebut kebutuhan air terdapat perbedaan akibat pola tanam yang berbeda yaitu padi-padi-palawija dengan padi-padi-padi.

6. Setelah dianlisis, perbandingan antara ketersediaan air dan kebutuhan air yang dibutuhkan terpenuhi baik kebutuhan air untuk rencana tanam maupun untuk realisasi tanam.

6.2. Saran 1. Para petani diharapkan untuk mengikuti rencana dari pemerintah setempat dengan cara mengacu kepada rencana tanam yang terdiri dari tiga musim dan tidak memaksakan untuk menanam tanaman yang bukan pada masanya.
2. Dalam kegiatan pertanian dimusim kemarau yang ketersediaan airnya kurang dapat melaksanakan sistem gilir yang supaya selalu pembagian airnya merata. 3. Pentingnya akan kesadaran masyarakat menganggap tanaman padi itu adalah tanaman air yang harus selalu digenangi akan tetapi tanaman padi adalah tanaman yang butuh air sehingga perlu dilakukan cara pemberian air yang benar.

4. Perhitungan keseimbangan air ini agar dicoba lagi dengan data yang terbaru untuk mengetahui keseimbangan air di masa yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai