Anda di halaman 1dari 17

Hubungan Air, Tanah, Udara dan Tanaman

Tanaman memerlukan tiga unsur penting untuk tumbuh dan berkembang,


yaitu air, tanah, dan udara. Ketiga unsur ini saling terkait dan memiliki hubungan
yang kompleks dengan tanaman. Air merupakan unsur terpenting dalam proses
fotosintesis dan metabolisme tanaman. Tanah menjadi tempat tumbuhnya
tanaman, sumber nutrisi, dan penyangga akar tanaman. Udara menjadi sumber
oksigen untuk tanaman dan mengatur suhu serta kelembaban tanaman. Hubungan
antara air, tanah, udara, dan tanaman sangat erat dan saling mempengaruhi. Bagi
tanaman kebutuhan air menjadi salah satu penopang untuk bisa tumbuh.
1.1 Peran Air dalam Pertanian
Dalam pertanian, air memainkan peran yang sangat penting dalam
memastikan keberhasilan tanaman dan pertumbuhan pangan yang berkelanjutan.
Air berperan dalam berbagai aspek pertanian, seperti irigasi, pengelolaan sumber
daya air, dan menjaga kualitas air untuk pertanian yang berkelanjutan. Siklus air
adalah proses alami yang terjadi di alam, yang melibatkan penguapan, kondensasi,
dan presipitasi. Dalam konteks pertanian, air yang dihasilkan dari siklus ini sangat
penting untuk menjaga keberhasilan tanaman dan memastikan produksi pangan
yang berkelanjutan.
Siklus air atau siklus hidrologi merupakan proses perputaran air dari bumi ke
atmosfer dan kembali lagi ke bumi yang terjadi secara berulang-ulang. Siklus
hidrologi dimulai dengan terjadinya penguapan air ke udara. Air yang menguap
tersebut kemudian mengalami proses kodensasi (penggumpalan) di udara yang
kemudian membentuk gumpalan – gumpalan yang dikenal dengan istilah awan .
Awan yang terbentuk kemudian jatuh kembali ke bumi dalam bentuk hujan atau
salju yang disebabkan oleh adanya perubahan iklim dan cuaca. Butiran-butiran air
tersebut sebagian ada yang langsung masuk ke permukaan tanah (infiltrasi), dan
sebagian mengalir sebagai aliran permukaan. Aliran permukaan yang mengalir
kemudian masuk ke dalam tampungan – tampungan seperti danau, waduk, dan
cekungan tanah lain dan selanjutnya terulang kembali rangkaian siklus hidrologi
(Triadmodjo, 2008).
Presipitasi adalah sebuah proses turunnya air dari atmosfer ke permukaan
bumi. Jumlah presipitasi yang turun ke bumi tidak tetap bentuk dan jumlahnya.
Bentuk preseiptasi yang jatuh ke bumi dapat berupa hujan (air), salju, kabut,
embun, dan hujan es. Bervariasinya bentuk dan jumlah presipitasi yang jatuh ke
bumi ini disebabkan oleh faktor – faktor klimatologi di atmosfer, seperti tekanan
atmosfer, angin, dan temperatur. Infiltrasi adalah proses masuknya air ke dalam
tanah melalui permukaan tanah Proses infiltrasi dapat berlangsung secara vertikal
dan horisontal. Proses infiltrasi secara vertikal disebabkan oleh adanya gaya
gravitasi dan dikenal dengan sebutan perkolasi. Proses infiltrasi yang terjadi
secara horisontal disebabkan oleh adanya gaya kapiler yang dikenal sebagai aliran
antara (interflow).
Sri Harto (1983) mendifinisikan evaporasi (penguapan) sebagai sebuah proses
pertukaran molekul air di permukaan menjadi molekul uap air di
atmosfer.Triadmodjo Dalam hidrologi penguapan dibedakan menjadi evaprasi dan
transpirasi. Evaporasi adalah penguapan yang terjadi pada permukaan air,
sedangkan transpirasi adalah penguapan yang terjadi melalui peranan tanaman.
Transpirasi dapat terjadi mengingat jumlah air hujan yang turun tidak sepenuhnya
dapat mengalir, melainkan ada beberapa jumlah air hujan yang tertahan pada
tanaman. Menurut Sri Harto, proses evaporasi sendiri terbagi atas dua kejadian
yang berkesinambungan, yaitu interface evaporation dan vertical vapor transfer.
Interface evaporation adalah transformasi air menjadi uap air di 8 permukaan,
sedangkan vertical vapor trasfer adalah proses pemindahan lapisan udara yang
kenyang uap air dari proses interface evaporation.
Evapotranspirasi adalah evaporasi dari permukaan lahan yang ditumbuhi
tanaman.Pengertian evapotranspirasi secara sederhana adalah proses evaporasi
dan transpirasi yang terjadi secara bersamaan. Evapotranspirasi menjadi unsur
yang sangat penting dalam sebuah siklus hidrologi, karena evapotranspirasi
bernilai sama dengan kebutuhan air konsumtif yang didefinisikan sebagai
penguapan total dari lahan dan air yang diperlukan tanaman.
Salah satu cara utama untuk mengakses air di pertanian adalah melalui irigasi.
Irigasi adalah proses penyaluran air ke lahan pertanian melalui sistem pipa,
saluran, atau sungai, dan merupakan bagian penting dari produksi pertanian.
Namun, penggunaan irigasi yang berlebihan dapat menyebabkan masalah dalam
pengelolaan sumber daya air dan berdampak negatif pada lingkungan. Misalnya,
kelebihan air dapat menyebabkan akumulasi garam dan meningkatkan tingkat
keasaman tanah, yang dapat merusak produktivitas lahan. Oleh karena itu, penting
untuk mempertimbangkan prinsip-prinsip pengelolaan sumber daya air yang
berkelanjutan dalam menggunakan irigasi di pertanian. Sebelum membangun
sebuah irigasi, perlu diketauhi ketersediaan air yang ada pada suatu daerah.
Ketersediaan air adalah jumlah air (debit) yang diperkirakan terus menerus ada di
suatu badan air (waduk atau bangunan air lain) di sungai dengan jumlah tertentu
dan dalam periode waktu tertentu (Direktorat Irigasi, 1980). Jumlah air yang
tersedia kemudian dimanfaatkan sesuai kebutuhan, atau sesuai dengan tujuan
dibangunnya sebuah badan air (waduk atau bangunan air lain). Dalam perhitungan
ketersediaan air, unsur yang perlu dihitung adalah ketersediaan air andalan (debit
andalan). Debit andalan adalah debit minimum sungai dengan besaran tertentu
yang mempunyai kemungkinan terpenuhi yang dapat digunakan untuk berbagai
keperluan. Nilai debit minimum biasanya diambil sebesar 80% dari nilai total
debit air yang seharusnya tersedia. Dalam perhitungan debit andalan, diperlukan
data – data mengenai besarnya curah hujan dari stasiun hujan pada wilayah
perhitungan debit andalan.
Kebutuhan air irigasi diartikan sebagai besarnya debit yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan irigasi. Kebutuhan air irigasi ini sebagian besar 10 dicukupi
dari air permukaan. Dalam perhitungan kebutuhan air untuk irigasi, perlu
diperhatikan faktor – faktor seperti data klimatologi, rencana tata tanam dan pola
tanam, evaporasi, perkolasi, curah hujan efektif, kebutuhan air untuk penyiapan
lahan, kebutuhan air untuk tanaman, dan efisiensi saluran irigasi.

1.2 Pengelolaan Sumber Daya Air


Sumber daya air merupakan salah satu sumber daya alam yang vital baik
untuk kehidupan flora, fauna, dan manusia di muka bumi maupun untuk
kebutuhan manusia dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari di berbagai sektor
kehidupan. Sebagai sumber daya alam maka kegiatan pengelolaan sumber daya
air menjadi penting agar yang membutuhkan air dapat mendapatkan akses yang
sama baik dalam memenuhi kebutuhan pokoknya untuk air minum dan sanitasi,
maupun untuk memenuhi kebutuhan penghidupannya sebagai petani untuk
mengairi tanamannya serta untuk memproduksi berbagai produk seperti deterjen,
kain, dan produk lainnya yang proses produksinya memerlukan air. Oleh karena
banyak yang membutuhkan air maka bukan tidak mungkin air di muka bumi ini
akan tidak mencukupi karena keberadaannya terbatas. Sumber daya air
merupakan modal dasar pembangunan nasional yang bertujuan untuk
kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Oleh karena itu, sumber daya air
harus dikelola secara selaras agar pemanfatannya dapat berkelanjutan.
Pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan menjadi sebuah komitmen moral
bagi  semua pihak yang berbasis lingkungan hidup.  Pengelolaan sumber daya 
ditujukan untuk kepentingan generasi sekarang dan juga generasi yang akan
datang. Pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan melibatkan berbagai
aspek seperti pengambilan, penyimpanan, dan distribusi air. Pertanian juga harus
mempertimbangkan dampak lingkungan yang ditimbulkan dari penggunaan air
dan pengelolaannya.
Beberapa strategi yang dapat digunakan dalam pengelolaan sumber daya air
untuk pertanian berkelanjutan yaitu konservasi air, pengolahan air limbah,
menggunakan teknologi ramah lingkungan, menggunakan sumber daya air yang
terbarukan, mengatur kebijakan pengelolaan sumber daya air. Konservasi air
adalah upaya untuk mengurangi konsumsi air dengan meningkatkan efisiensi
penggunaan air dan mengurangi kebocoran atau limbah. Teknologi modern seperti
drip irrigation dan teknologi IoT (Internet of Things) dapat membantu
mengoptimalkan penggunaan air dalam pertanian. Selain itu, petani dapat
melakukan teknik konservasi air seperti pengaturan curah hujan, pemupukan yang
tepat, dan pengelolaan tanah yang baik. Pengolahan air limbah adalah upaya untuk
mengolah air limbah sehingga dapat digunakan kembali dalam pertanian atau
pelepasan yang aman ke lingkungan. Teknik pengolahan air limbah antara lain
pengolahan lumpur aktif, pengolahan air anaerob, dan pengolahan air aerobik.
Teknik pengolahan air limbah juga dapat membantu mengurangi dampak
lingkungan dari penggunaan air. Menerapkan teknologi yang ramah lingkungan
dapat membantu meminimalkan dampak lingkungan dari penggunaan air dalam
pertanian. Contohnya, drip irrigation dapat membantu menghemat air dan
meningkatkan efisiensi penggunaan air. Teknologi modern seperti IoT juga dapat
membantu pengelolaan air dengan lebih efektif. Menggunakan sumber daya air
yang terbarukan seperti hujan dan air tanah yang diperbarui secara alami dapat
membantu mengurangi ketergantungan pada sumber daya air yang tidak
terbarukan seperti sungai dan danau. Selain itu, petani juga dapat
mengembangkan teknologi pengumpulan dan penyimpanan air hujan, yang dapat
digunakan sebagai sumber air alternatif. Pemerintah dapat mengatur kebijakan
pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan, seperti pengaturan tarif air,
pengawasan penggunaan air, dan pengelolaan irigasi. Selain itu, petani juga dapat
membentuk kelompok atau koperasi untuk mengatur penggunaan air secara
bersama-sama. Dalam keseluruhan, pengelolaan sumber daya air yang
berkelanjutan adalah kunci untuk menjaga ketersediaan air yang cukup untuk
pertanian dan menjaga kualitas air yang baik.

2.1 Peran Tanah Dalam Pertanian


Tanah adalah faktor penting dalam pertanian karena tanah adalah tempat
tumbuhnya tanaman dan sumber nutrisi bagi tanaman. Tanah yang baik dan sehat
akan memberikan hasil panen yang baik dan sehat juga. Oleh karena itu, penting
untuk memahami peran tanah dalam pertanian. Tanah yang baik memiliki struktur
yang baik, tingkat keasaman yang tepat, dan kandungan nutrisi yang seimbang.
Tanah yang sehat dapat menopang pertumbuhan tanaman dengan baik dan juga
dapat mengurangi risiko terjadinya penyakit tanaman dan serangan hama.
Tanah memiliki beberapa peran dalam pertanian. Sebagai tempat tumbuh,
Tanah adalah tempat tumbuh tanaman yang paling penting. Tanaman memperoleh
nutrisi dan air dari tanah, dan akar tanaman menopang dan mempertahankan
tanaman agar tidak jatuh. Tanah yang subur dengan kandungan nutrisi yang cukup
dapat memberikan hasil panen yang baik dan berkualitas. Sebagai penyedia nutrisi
bagi tanaman, Tanah menyediakan nutrisi bagi tanaman dalam bentuk mineral,
seperti nitrogen, fosfor, dan kalium, yang sangat penting bagi pertumbuhan
tanaman. Tanaman memperoleh nutrisi dari tanah melalui proses penyerapan
melalui akar. Kandungan nutrisi yang cukup dalam tanah dapat mempercepat
pertumbuhan tanaman dan menghasilkan panen yang baik. Menjaga tanaman tetap
sehat, Tanah yang sehat dapat membantu menjaga kesehatan tanaman dan
mengurangi risiko terjadinya penyakit dan serangan hama. Kualitas tanah yang
buruk dapat menyebabkan tanaman menjadi lebih rentan terhadap serangan hama
dan penyakit, yang dapat mempengaruhi hasil panen. Tanah yang sehat juga dapat
membantu menjaga kualitas produk pertanian. Menjaga keseimbangan ekosistem,
tanah juga memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem.
Tanah yang sehat dapat menyimpan karbon dan mempercepat siklus nutrisi, yang
dapat mempengaruhi keseimbangan lingkungan dan keanekaragaman hayati.

2.2 Fungsi tanah sebagai media tumbuh dan penyimpan air


Tanah memiliki fungsi yang sangat penting sebagai media tumbuh dan
penyimpan air. Dalam konteks pertanian, tanah yang baik dan sehat dapat
memberikan hasil panen yang baik dan berkualitas karena tanah yang subur dapat
menopang pertumbuhan tanaman dengan baik. Salah satu faktor yang
mempengaruhi kualitas tanah adalah kemampuannya sebagai media tumbuh dan
penyimpan air. Tanah merupakan media tumbuh yang paling penting bagi
tanaman. Tanah menyediakan nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan
tanaman, seperti nitrogen, fosfor, dan kalium. Tanah juga menyediakan air yang
dibutuhkan oleh tanaman untuk proses fotosintesis dan pertumbuhan. Oleh karena
itu, kualitas tanah yang baik dan sehat sangat penting untuk mendukung
pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang optimal.Tanah juga berfungsi
sebagai penyimpan air yang penting bagi tanaman. Air yang disimpan dalam tanah
akan tersedia bagi tanaman ketika tanaman membutuhkannya, terutama pada saat
musim kemarau atau kekeringan. Ketika tanah kekurangan air, tanaman dapat
mengalami kekeringan, yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Tanah yang baik dan sehat dapat menyimpan air dengan
baik dan mempertahankan kadar kelembaban tanah yang optimal.
Selain itu, tanah juga berfungsi sebagai filter dan penyaring air. Tanah dapat
menyaring kotoran dan bahan kimia dari air sehingga air yang terkontaminasi
dapat disaring dan dibersihkan sebelum mengalir ke sumber air. Hal ini sangat
penting dalam menjaga kualitas air dan lingkungan. Namun, peran tanah sebagai
penyimpan air dapat dipengaruhi oleh kondisi tanah, seperti jenis tanah, struktur
tanah, dan kemampuan drainase tanah. Tanah yang berlebihan dapat menyebabkan
terjadinya banjir dan erosi tanah, sedangkan tanah yang tidak dapat menyimpan
air dengan baik dapat menyebabkan kekeringan.

2.3 Prinsip-Prinsip Pengelolaan Tanah Berkelanjutan


Pengelolaan tanah yang berkelanjutan adalah praktik pengelolaan tanah yang
mempertahankan produktivitas tanah, meminimalkan kerusakan lingkungan dan
menjaga keberlanjutan sumber daya alam. Ada beberapa prinsip pengelolaan
tanah berkelanjutan yang dapat diikuti untuk mencapai tujuan ini. Berikut adalah
penjelasan lebih rinci tentang prinsip-prinsip ini :
a. Koversasi Tanah
Prinsip pertama dari pengelolaan tanah berkelanjutan adalah konservasi
tanah. Konservasi tanah melibatkan tindakan untuk menjaga dan
mempertahankan kualitas tanah yang baik dan sehat. Hal ini dapat dicapai
dengan cara menjaga kelembaban tanah yang optimal, menambahkan bahan
organik ke tanah, dan meminimalkan erosi tanah
b. Rotasi Tanaman
Rotasi tanaman adalah prinsip pengelolaan tanah berkelanjutan yang
penting. Rotasi tanaman melibatkan penanaman tanaman secara bergantian di
lahan yang sama. Hal ini membantu mempertahankan kesuburan tanah dan
mengurangi risiko serangan hama dan penyakit tanaman.
c. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit tanaman adalah prinsip pengelolaan
tanah berkelanjutan yang penting. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
menanam tanaman yang tahan terhadap hama dan penyakit, menggunakan
metode pengendalian hama dan penyakit yang ramah lingkungan, dan
mempraktikkan rotasi tanaman.
d. Penggunaan Pupuk Organik
Penggunaan pupuk organik adalah prinsip pengelolaan tanah berkelanjutan
yang penting. Pupuk organik dapat meningkatkan kesuburan tanah dan
memperbaiki struktur tanah. Pupuk organik juga membantu mempertahankan
kadar air tanah yang optimal dan meminimalkan erosi tanah.
e. Penerapan Teknologi Pertanian yang Tepat
Penerapan teknologi pertanian yang tepat adalah prinsip pengelolaan tanah
berkelanjutan yang penting. Hal ini melibatkan penggunaan teknologi dan
metode pertanian yang tepat dan efektif, seperti sistem irigasi yang efisien,
teknologi pemupukan yang efektif, dan praktik pengendalian gulma yang
tepat.
f. Pengelolaan Air yang Baik
Pengelolaan air yang baik adalah prinsip pengelolaan tanah berkelanjutan
yang penting. Hal ini melibatkan penggunaan air yang efisien dan
meminimalkan kehilangan air akibat penguapan dan aliran permukaan. Teknik
seperti irigasi tetes dan penggunaan tutup tanah untuk mengurangi penguapan
air dapat membantu mengelola air dengan baik.
g. Pengelolaan Limbah yang Baik
Pengelolaan limbah yang baik adalah prinsip pengelolaan tanah
berkelanjutan yang penting. Hal ini melibatkan penanganan limbah secara
efektif dan efisien untuk menghindari polusi dan kerusakan lingkungan.

2.4 Infiltrasi Air dan Retensi Air Dalam Tanah


Infiltrasi air dan retensi air dalam tanah adalah dua aspek penting yang terkait
erat dengan siklus hidrologi dan pengelolaan sumber daya air dalam pertanian.
Infiltrasi air adalah proses masuknya air dari permukaan tanah ke dalam tanah,
sedangkan retensi air adalah kemampuan tanah untuk menahan dan menyimpan
air di dalam pori-porinya. Kedua aspek ini sangat penting untuk memastikan tanah
memiliki sifat yang optimal untuk mendukung pertumbuhan tanaman dan
menjaga ketersediaan air di lingkungan pertanian.
Infiltrasi air tergantung pada kondisi permukaan tanah, termasuk jenis tanah,
kemiringan lahan, vegetasi, dan banyak faktor lainnya. Tanah yang memiliki
permeabilitas yang tinggi akan memungkinkan air meresap ke dalam tanah
dengan cepat dan efisien, sementara tanah yang memiliki permeabilitas yang
rendah akan mengalami masalah erosi dan banjir. Infiltrasi air juga dapat
dipengaruhi oleh kemampuan tanah untuk menahan air di dalam pori-porinya.
Tanah yang kering dan keras akan memperlambat proses infiltrasi air, sedangkan
tanah yang basah dan lumpur akan memungkinkan air mengalir dengan mudah di
atas permukaan tanah.
Sementara itu, retensi air dalam tanah sangat tergantung pada pori-pori di
dalam tanah. Tanah yang memiliki pori-pori yang kecil akan memiliki retensi air
yang tinggi, sementara tanah yang memiliki pori-pori yang besar akan memiliki
retensi air yang rendah. Retensi air juga dipengaruhi oleh bahan organik di dalam
tanah, karena bahan organik dapat meningkatkan kemampuan tanah untuk
menahan dan menyimpan air di dalam pori-porinya. Kondisi lingkungan yang
berubah-ubah, seperti curah hujan yang tinggi atau panas yang terus-menerus,
juga dapat mempengaruhi retensi air dalam tanah.
Infiltrasi air dan retensi air dalam tanah sangat penting dalam pertanian.
Infiltrasi air yang efisien memungkinkan tanaman untuk menyerap air yang
dibutuhkan dengan cepat, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik dan
meningkatkan produktivitas. Di sisi lain, retensi air yang baik dapat membantu
menjaga ketersediaan air di dalam tanah, sehingga tanaman memiliki pasokan air
yang cukup selama periode kering atau saat curah hujan yang rendah. Selain itu,
infiltrasi air dan retensi air dalam tanah juga dapat mempengaruhi kualitas air di
lingkungan pertanian. Infiltrasi air yang lambat dapat menyebabkan terjadinya
erosi dan pergeseran tanah, sehingga air dapat terkontaminasi oleh bahan kimia
dan polutan dari tanah. Sementara itu, retensi air yang buruk dapat menyebabkan
tanah menjadi kering dan terdegradasi, sehingga produktivitas pertanian dapat
menurun.

2.5 Dampak Erosi Tanah Terhadap Kualitas Air


Erosi tanah adalah proses pelepasan tanah dan material organik dari
permukaan tanah oleh air, angin, atau aktivitas manusia. Dalam konteks pertanian,
erosi tanah dapat terjadi sebagai akibat dari praktik pengolahan tanah yang buruk,
seperti penggundulan hutan, penggunaan pupuk dan pestisida yang berlebihan,
dan pengalihan sungai dan sungai kecil. Dampak erosi tanah terhadap kualitas air
sangat signifikan, karena tanah yang tererosi dapat mengandung banyak polutan
dan bahan kimia berbahaya yang dapat mencemari sumber air.
Erosi tanah dapat berdampak pada kualitas air dalam beberapa cara. Pertama,
erosi tanah dapat meningkatkan kadar sedimen dalam air. Sedimen dapat
menyebabkan kerusakan pada ekosistem air, seperti menyumbat saluran air dan
menyebabkan banjir. Selain itu, sedimen juga dapat mengikat bahan kimia dan
polutan lainnya, sehingga meningkatkan kepekatan mereka dalam air.
Kedua, erosi tanah dapat menyebabkan kontaminasi air dengan bahan kimia
dan polutan. Tanah yang tererosi dapat mengandung banyak bahan kimia dan
polutan, seperti pestisida, herbisida, logam berat, dan nitrogen. Ketika air
mengalir di atas tanah yang tererosi, bahan kimia dan polutan ini dapat terbawa ke
dalam sumber air, seperti sungai, danau, dan waduk, sehingga mencemari air dan
mengancam kesehatan manusia dan satwa liar.
Ketiga, erosi tanah juga dapat mempengaruhi kualitas air secara tidak
langsung dengan mengurangi kemampuan tanah untuk menyimpan air. Tanah
yang tererosi menjadi kering dan tidak subur, sehingga dapat mengurangi
kemampuan tanah untuk menyerap air dan menyimpannya di dalam tanah.
Akibatnya, air dapat dengan cepat mengalir di atas tanah yang tererosi, sehingga
meningkatkan risiko banjir dan memperburuk kualitas air.
Untuk mengatasi dampak erosi tanah terhadap kualitas air, ada beberapa
praktik pengelolaan sumber daya air dan tanah yang dapat dilakukan. Pertama,
praktik pengelolaan tanah yang baik dapat mengurangi tingkat erosi dan
meningkatkan kualitas tanah. Beberapa praktik yang dapat dilakukan termasuk
penggunaan teknik pengolahan tanah yang berkelanjutan, seperti penanaman
tanaman penutup tanah dan pengolahan tanah minimum, serta mempertahankan
vegetasi di sekitar sungai dan sungai kecil untuk mencegah erosi. Kedua,
penggunaan pupuk dan pestisida harus dilakukan dengan hati-hati dan sesuai
dengan dosis yang disarankan. Penggunaan pupuk dan pestisida yang berlebihan
dapat meningkatkan risiko erosi dan mencemari sumber air dengan bahan kimia
dan polutan. Ketiga, pengelolaan air yang baik juga dapat membantu mengatasi
dampak erosi tanah terhadap kualitas air. Pengelolaan air yang baik dapat
memastikan bahwa air dialirkan dengan baik dan tidak menimbulkan erosi.

3.1 Pengaruh Udara dan Iklim terhadap Tanaman


Udara dan iklim adalah faktor penting dalam pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Udara yang baik dan kondisi iklim yang sesuai dapat memfasilitasi
pertumbuhan dan kesehatan tanaman, sementara kondisi udara dan iklim yang
buruk dapat menyebabkan gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Berikut adalah pengaruh udara dan iklim terhadap tanaman.
a. Ketersediaan Oksigen dan Karbondioksida
Tanaman memerlukan oksigen untuk melakukan respirasi dan
menghasilkan energi untuk pertumbuhan. Selama fotosintesis, tanaman
menghasilkan oksigen dan memerlukan karbondioksida. Oleh karena itu,
ketersediaan oksigen dan karbondioksida dalam udara sangat penting bagi
tanaman. Jika kadar oksigen terlalu rendah atau kadar karbondioksida terlalu
tinggi, maka tanaman akan mengalami masalah dalam pertumbuhan dan
perkembangan.
b. Suhu
Suhu udara mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Tanaman memiliki rentang suhu yang optimal untuk pertumbuhan dan
perkembangan yang sehat. Jika suhu terlalu rendah atau terlalu tinggi, maka
tanaman dapat mengalami stres termal dan pertumbuhan terhambat.
c. Kelembapan
Kelembapan juga penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Tanaman membutuhkan air untuk melakukan fotosintesis dan
mempertahankan turgor sel. Jika tanaman kekurangan air, maka pertumbuhan
akan terhambat dan tanaman akan mengalami stres kekeringan.
d. Radiasi Matahari
Radiasi matahari adalah sumber energi utama untuk fotosintesis tanaman.
Tanaman memerlukan cahaya matahari dalam rentang tertentu untuk
melakukan fotosintesis. Jika radiasi matahari terlalu rendah atau terlalu tinggi,
maka tanaman akan mengalami masalah dalam pertumbuhan dan
perkembangan.
e. Kecepatan Angin
Kecepatan angin juga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Angin yang terlalu kencang dapat merusak tanaman
dan membuat mereka kehilangan kelembapan. Di sisi lain, angin yang terlalu
lemah dapat menghambat pertukaran gas di daun dan membuat tanaman
kekurangan oksigen.
f. Polusi Udara
Polusi udara dapat merusak tanaman dan mempengaruhi kesehatan
tanaman. Beberapa bahan kimia dalam polusi udara dapat merusak daun dan
batang, mengganggu fotosintesis, dan memicu kerusakan jaringan tanaman.
Pada dasarnya, udara dan iklim yang baik dapat meningkatkan kualitas
tanaman dan hasil panen. Namun, udara dan iklim yang buruk dapat menyebabkan
gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman, dan mempengaruhi
hasil panen. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan kondisi udara dan
iklim dalam pengelolaan pertanian, serta memperhatikan pengaruhnya pada
kesehatan tanaman dan kualitas hasil panen.

3.2 Suhu, Kelembaban udara, Radiasi Matahari dan Fotosintesis


Tanaman
Suhu dan kelembaban udara serta radiasi matahari adalah faktor utama dalam
pengaruh iklim pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Suhu dan
kelembaban udara mempengaruhi ketersediaan air untuk tanaman, sedangkan
radiasi matahari adalah sumber energi untuk fotosintesis.
Suhu udara sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman,
karena mempengaruhi laju respirasi dan fotosintesis tanaman. Setiap spesies
tanaman memiliki rentang suhu yang optimal untuk pertumbuhan dan
perkembangan yang sehat. Suhu rendah cenderung memperlambat laju
metabolisme dan pertumbuhan tanaman, sedangkan suhu tinggi dapat
menyebabkan tanaman mengalami stres termal. Selain itu, suhu udara juga
mempengaruhi penguapan air dari permukaan tanah dan daun, yang dapat
mempengaruhi ketersediaan air bagi tanaman.
Kelembaban udara juga sangat penting bagi tanaman. Tanaman membutuhkan
air untuk fotosintesis dan mempertahankan turgor sel. Kelembaban udara yang
rendah dapat menyebabkan tanaman mengalami stres kekeringan dan
pertumbuhan terhambat. Di sisi lain, kelembaban udara yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan tanaman mengalami stres lembab dan rentan terhadap serangan
penyakit.
Radiasi matahari adalah sumber energi utama untuk fotosintesis tanaman.
Tanaman memerlukan cahaya matahari dalam rentang tertentu untuk melakukan
fotosintesis dan menghasilkan gula. Jumlah dan kualitas cahaya yang diterima
oleh tanaman dapat mempengaruhi laju fotosintesis dan produktivitas tanaman.
Radiasi matahari yang cukup memicu pertumbuhan dan perkembangan yang baik,
sedangkan radiasi matahari yang terlalu kuat dapat menyebabkan kerusakan pada
tanaman.
Fotosintesis adalah proses biologis di mana tanaman mengubah energi
matahari menjadi gula dan oksigen. Selama fotosintesis, tanaman menangkap
energi matahari dan menggunakan karbondioksida dan air untuk menghasilkan
gula dan oksigen. Proses ini sangat penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, karena gula digunakan sebagai sumber energi untuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Oleh karena itu, ketersediaan air dan
radiasi matahari yang cukup sangat penting untuk mendukung fotosintesis dan
produktivitas tanaman.
Dalam pengelolaan pertanian, penting untuk memperhatikan suhu,
kelembaban, dan radiasi matahari, serta memastikan bahwa tanaman menerima
kondisi iklim yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan yang sehat.
Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan pemantauan kondisi iklim dan
pengaturan pengairan, pencahayaan, dan ventilasi yang sesuai. Dengan
memperhatikan kondisi iklim, dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas
hasil panen tanaman.

3.3 Penyesuaian Pertanian Terhadap Perubahan Iklim


Perubahan iklim telah mempengaruhi dan akan terus mempengaruhi sektor
pertanian di seluruh dunia. Perubahan suhu dan pola curah hujan yang tidak
teratur dapat mengganggu produksi tanaman dan mengancam ketahanan pangan.
Oleh karena itu, penting bagi sektor pertanian untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan iklim dan mengembangkan strategi untuk mengurangi dampak
perubahan iklim pada produksi tanaman.
Salah satu strategi penyesuaian adalah pengembangan varietas tanaman yang
tahan terhadap kondisi iklim yang berubah. Penanaman varietas yang tahan
terhadap kekeringan, suhu ekstrem, atau serangan hama dan penyakit yang dipicu
oleh perubahan iklim dapat membantu petani menghasilkan tanaman yang lebih
produktif dan tahan terhadap lingkungan yang tidak stabil. Selain itu,
pengembangan sistem pengairan yang efisien dan tepat waktu juga sangat penting
dalam mengurangi dampak kekeringan pada tanaman.
Selain pengembangan varietas tanaman dan sistem pengairan yang efisien,
penggunaan teknologi pertanian modern juga dapat membantu petani
menyesuaikan diri dengan perubahan iklim. Teknologi seperti sistem pengaturan
iklim pada rumah kaca, penggunaan pupuk yang tepat dan sistem manajemen
tanaman yang baik dapat meningkatkan produktivitas tanaman, mengurangi
penggunaan air, dan mengurangi emisi gas rumah kaca dari sektor pertanian.
Pendidikan dan kesadaran petani juga sangat penting dalam penyesuaian
terhadap perubahan iklim. Petani perlu dilatih dan diberikan pengetahuan tentang
perubahan iklim dan teknologi pertanian yang tepat untuk mengurangi
dampaknya. Mereka juga perlu memahami dan menerapkan praktik-praktik
pertanian berkelanjutan yang dapat mengurangi dampak perubahan iklim pada
lingkungan.
Selain strategi penyesuaian, tindakan mitigasi juga sangat penting dalam
mengurangi dampak perubahan iklim pada sektor pertanian. Pengurangan emisi
gas rumah kaca dari sektor pertanian dapat membantu mengurangi dampak
perubahan iklim pada lingkungan dan memperbaiki ketahanan pangan. Tindakan
mitigasi seperti penggunaan energi terbarukan, pengurangan limbah pertanian,
dan peningkatan pengelolaan limbah dapat membantu mengurangi emisi gas
rumah kaca dari sektor pertanian.
Dalam skala global, kerja sama internasional antara negara-negara di seluruh
dunia sangat penting dalam mengurangi dampak perubahan iklim pada sektor
pertanian. Negara-negara dapat bekerja sama untuk mengembangkan teknologi
dan strategi yang tepat untuk mengurangi dampak perubahan iklim pada pertanian
dan memperbaiki ketahanan pangan di seluruh dunia.
4.1 Dampak Hubungan Air, Tanah, Udara, dan Tanaman terhadap
Produktivitas dan Kualitas Tanaman
Hubungan antara air, tanah, udara, dan tanaman sangat penting dalam
menentukan produktivitas dan kualitas tanaman. Setiap faktor memiliki dampak
yang berbeda pada pertumbuhan dan kesehatan tanaman. Berikut ini adalah
beberapa dampak dari hubungan air, tanah, udara, dan tanaman terhadap
produktivitas dan kualitas tanaman :
a. Air: Ketersediaan air yang cukup sangat penting untuk pertumbuhan
tanaman. Tanaman memerlukan air untuk fotosintesis dan transportasi
nutrisi. Tanaman yang kekurangan air akan mengalami stres dan tidak
dapat tumbuh secara optimal. Sebaliknya, tanaman yang terlalu banyak air
juga dapat mengalami kelebihan air yang dapat mengakibatkan akar busuk
dan kehilangan nutrisi penting.
b. Tanah: Tanah adalah media tumbuh utama untuk tanaman. Tanah yang
subur dan kaya akan memberikan nutrisi yang cukup untuk tanaman.
Tanah yang kaya akan nutrisi akan memastikan tanaman tumbuh secara
optimal dan menghasilkan buah yang sehat. Selain itu, sifat fisik tanah
seperti porositas, tekstur, dan struktur juga mempengaruhi pertumbuhan
tanaman. Tanah yang poros dapat menyediakan oksigen yang cukup untuk
akar tanaman, sementara tanah yang padat dan keras dapat menghambat
pertumbuhan akar.
c. Udara: Udara mempengaruhi pertumbuhan dan kesehatan tanaman dengan
menyediakan karbon dioksida yang diperlukan untuk fotosintesis. Udara
yang bersih dan segar dapat meningkatkan produktivitas tanaman.
Sebaliknya, udara yang tercemar dapat menghambat pertumbuhan
tanaman dan bahkan menghasilkan buah yang tidak sehat.
d. Tanaman: Tanaman yang sehat dan kuat akan memiliki produktivitas yang
tinggi. Tanaman yang tumbuh dalam lingkungan yang seimbang dan
mendapatkan nutrisi yang cukup dari tanah, air, dan udara akan
menghasilkan buah yang lebih besar dan lebih sehat. Tanaman yang
kekurangan nutrisi atau terkena serangan hama dan penyakit akan
menghasilkan buah yang kurang sehat dan berukuran lebih kecil.
DAFTAR PUSTAKA

Aulia, R. 2020. Analisis Pengaruh Iklim terhadap Produksi Tanaman Padi Sawah
di Wilayah Kerja Balai Penelitian Tanah. Jurnal Agroteknologi. 4(1): 20-28.
Azizah, R. 2021. Pengaruh Kualitas Tanah terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Cabai Merah di Lahan Kering. Jurnal Ilmiah Pertanian. 23(1): 15
22.
Andayani, S., Sutrisno, C. I., & Syarif, M. F. (2020). Dampak Perubahan Iklim
Terhadap Pertanian di Indonesia. Jurnal Agroekoteknologi, 8(2), 53-63.
Bintang, M., Sisworo, E. J., & Fatimah, E. (2017). Pengaruh Pemberian Bahan
Organik terhadap Sifat Kimia Tanah dan Pertumbuhan Tanaman Sawi
(Brassica juncea L.). Jurnal Agroteknologi, 11(2), 97-105.
Darwis, D. 2015. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Padi
Sawah di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan. Jurnal
Agroekoteknologi. 3(2): 70-76.
Fatima, S., Suriadikarta, D. A., & Rachman, A. (2018). Pengaruh Pemberian
Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit dan Pupuk Hayati pada
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharate
Sturt). Jurnal Agroteknologi Tropika, 6(2), 72-79.
Kurniawan, D. 2019. Pengaruh Faktor Lingkungan terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Padi Sawah di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Jurnal
Sumberdaya Lahan. 13(1): 24-31.
Mardiana, M. 2017. Pengaruh Kondisi Tanah dan Air terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Cabai Merah di Lahan Kering. Jurnal Pertanian dan
Pangan. 2(2): 87-94.
Nurcholis, MS. 2016. Kualitas Tanah pada Lahan Kering Berdasarkan Kondisi
Topografi dan Kedalaman Tanah di Desa Balandori Kecamatan
Batumarmar Kabupaten Sumenep. Jurnal Sumberdaya Lahan. 10(2): 55-64.
Puspitasari, A. R., & Rahmanulloh, A. (2019). Pengaruh Konsentrasi Air Limbah
Pabrik Kelapa Sawit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai
Merah (Capsicum annuum L.). Jurnal Agroteknologi Tropika, 7(1), 1-6.
Setiawan, A. 2018. Analisis Kualitas Air Irigasi dan Dampaknya terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi di Lahan Sawah Irigasi. Jurnal
Ilmiah Pertanian. 20(2): 92-100.
Syarifuddin, A. 2022. Evaluasi Kualitas Air Irigasi dan Pengaruhnya terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi di Lahan Sawah Irigasi. Jurnal
Agrokreatif. 10(2): 130-138.
Utomo, WH. 2014. Analisis Pengaruh Iklim dan Hidrologi terhadap Pertanian di
Daerah Aliran Sungai Cisadane, Jawa Barat. Jurnal Sumberdaya Air.
10(1): 34-42.
Wati, R., & Nisyawati. (2018). Pengaruh Pemberian Kalsium pada Kedelai yang
Tumbuh di Tanah Masam terhadap Hasil dan Mutu Tanaman. Agrotek
Tropika, 6(1), 15-20.
Wulandari, R., Sudradjat, A., & Budiarti, R. (2020). Karakteristik Tanah pada
Lahan Pertanian dengan Aplikasi Pupuk Hayati dan Non Hayati di
Kabupaten Bandung. Agrosains, 22(2), 169-176.
Yusnaini, S. 2013. Pemanfaatan Bahan Organik pada Tanah Sulfat Masam untuk
Pertanian Lahan Kering. Jurnal Agrokreatif. 1(2): 168-174

Anda mungkin juga menyukai