Anda di halaman 1dari 31

MODUL PRAKTIKUM

MATA KULIAH PEMULIAAN TANAMAN

Team Teaching
Dr. Zahratul Millah, S.P., M. Si
Dr. Ratna Fitry Yenny, S.P., MP
Kirana Nugrahayu Lizansari, S.P., M.Si

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2023
KATA PENGANTAR

Praktikum Pengantar Pemuliaan Tanaman merupakan media pelengkap untuk lebih


mengenalkan materi pemuliaan tanaman kepada mahasiswa. Dalam kegiatan praktikum ini
mahasiswa dilatih teknik-teknik dasar pemuliaan tanaman secara komprehensif. Mahasiswa
diharapkan memiliki pengetahuan yang memadai tentang kegiatan pemuliaan tanaman dan
bagaimana melaksanakannya.

Serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam praktikum Pengantar Pemuliaan Tanaman,


meliputi a) pengenalan biologi Bunga, b) pengamatan keragaman tanaman, c) persilangan sendiri
tanaman cabai, d) persilangan silang tanaman jagungk dan e) seleksi. Mahasiswa secara kelompok
maupun individu diberi kesempatan untuk mempraktekkan secara langsung teknik pemuliaan
sekaligus mengelola benih hasil kegiatannya serta melakukan pengujian

Pedoman praktikum ini dibuat secara ringkas, namun telah diusahakan sekomprehensif
mungkin sehingga dapat menjadi acuan dan dapat dimanfaatkan mahasiswa dengan baik. Kritik
dan saran membangun sangat kami harapkan demi perbaikan.

Serang, Februari 2023

Tim Penyusun
TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Praktikum dimulai pukul 07.00. Mahasiswa terlambat di atas 15 menit harus melapor dan
memberi alasan yang jelas kepada pangasuh parktikum.
2. Kehadiran 100%. Jika tidak hadir mahasiswa harus memberikan alasan yang jelas sesuai
ketentuan Fakultas Pertanian UNTIRTA.
3. Mahasiswa diharuskan mengisi daftar hadir.
4. Mahasiswa tidak diperkenankan bekerja sambil membawa tas dan disarankan untuk memakai
topi.
5. Setiap kelompok diharuskan membawa tabel pengamatan untuk hari yang bersangkutan
rangkap dua. Setelah diisi, satu copy diserahkan kepada pengasuh praktikum.
6. Kegiatan I merupakan tugas individu dan diserahkan pada hari praktiukm minggu berikutnya.
7. Kegiatan II, III, IV, dan V merupakan kegiatan kelompok, dan dilaporkan oleh setiap
kelompok pada hari dilangsungkan ujian akhir semester.
8. Benih yang dihasilkan pada akhir praktikum merupakan koleksi, sehingga harus dirawat
dengan baik dan dikumpulkan dalam keadan kering dan berlabel bersamaan dengan
pengumpulan laporan akhir.
MODUL PRAKTIKUM PEMULIAAN TANAMAN

Nomor 01

Pokok Bahasan : Hibridisasi

Judul Praktikum : Pengenalan Biologi Bunga

Lokasi/Tempat : Laboratorium/Lapangan Fakultas Pertanian Untirta


Alokasi Waktu : 3 x 40 menit

Pengenalan Biologi Bunga

Teori
Hibridisasi (persilangan) dalam usaha perbaikan tanaman merupakan salah
satu cara untuk meningkatkan keragaman genetik bahan pemuliaan tanaman.
Peningkatan produksi dan kualitas tanaman dapat dilakukan dengan cara
perkawinan silang antara dua tetua yang memiliki sifat unggul tertentu, sehingga
diharapkan akan menghasilkan turunanyang memiliki sifat unggul sesuai dengan
harapan, sebagai gabungan dari sifat tetua jantandan betina.
Sebelum melakukan penyerbukan buatan seorang pemulia (breeder) harus
memiliki pengetahuan tentang mekanisme reproduksi (pembiakan tanaman)
seksual dari komoditas tanaman yang akan diperbaiki.
Berdasarkan tipe mekanisme reproduksi seksualnya, tanaman dibedakan
menjadi dua kelompok yaitu tanaman menyerbuk sendiri (self pollinated crop) dan
tanaman menyerbuk silang (cross pollinated crop). Terdapat mekanisme-
mekanisme yang dapat dipelajari untuk dapat membedakan suatu jenis tanaman
berdasarkan tipe reproduksi seksualnya ini dengan mempelajari morfologi dan
fisiologi dari organ reproduksi seksualnya, yaitu bunga. Bunga pada
perkembangannya akan tumbuh menjadi buah yang berisis biji. Biji tersebut dapat
tumbuh menjadi tumbuhan baru.
Berdasarkan morfologinya, bunga dapat dikelompokkan menjadi:

1. Bunga lengkap (complete) dan bunga tak lengkap (incomplete). Bunga lengkap
memiliki empat bagian sebagai berikut: kelopak (calyx), mahkota (corolla),
benang sari (stamen) dan putik (pistil). Apabila salah satu dari bagian tersebut
tidak dimiliki, maka bunga itu merupakan bunga tak lengkap.
2. Bunga sempurna dan bunga tak sempurna. Bunga sempurna memiliki putik dan
benang sari dalam satu bunga, sedangkan bunga tidak sempurna hanya memiliki
salah satu dari organ kelamin tersebut, benag sari saja atau putik saja, dalam
satu bunga.
Tanaman yang membentuk bunga jantan dan betina pada satu pohon disebut
berumah satu (monoecious), contohnya kelapa, kakao dan karet. Sedangkan apabila
bunga jantan dan betina terpisah pada pohon yang berbeda disebut berumah dua
(dioecious), contohnya adalah salak dan vanili.
Secara umum, bunga memiliki bagian-bagian sebagai berikut:
1. Benang sari (stamen), terdiri dari:
a. Kepala sari ( anther)
b. Tangkai sari (filamen)
2. Putik (pistil),
terdiri dari:
a. Kepala putik (stigma)
b. Tangkai putik (style)
c. Bakal buah (ovary)
3. Mahkota (corolla) : helai mahkota disebut petal
4. Kelopak (calyx) : helai kelopak disebut sepal
5. Dasar bunga (receptacle)
6. Tangkai bunga (pedicel)
Tujuan kegiatan ini adalah agar mahasiswa mengenal dan mengetahui
bunga secara keseluruhan, baik strukturnya maupun fungsi dari struktur tersebut
serta mampu menentukan tipe penyerbukan tanaman (selfing atau crossing) pada
beberapa spesies tanaman bududaya yang berkembangbiak secara seksual.
Gambar1. Penampang melintang bunga pada saat fertilisasi (Sumber: Briggs dan Knowles,
1967)

Bahan dan alat Praktikum

1. Bunga tanaman (self pollinated dan cross pollinated)


2. Tool kit
3. Pensil
4. Mistar

C. Organisasi dan Kegiatan

1. Mahsiswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 5-6 orang


2. Setiap mahasiswa mengerjakan tugas masing-masing atau perorangan sesuai
petunjuk yang diberikan dosen
3. Setiap mahasiswa menggambar bunga tanaman dan bagian-bagiannya disertai
keterangan yang jelas (misal: putik, benangsari, dll).
4. Golongkan dalam bentuk tabel apakah bunga yang anda buat termasuk : bunga
lengkap atau bunga tak lengkap,; bunga sempurna atau bunga tak sempurna; bunga
jantan, bunga betina atau bunga hermaprodit.
5. Estimasikan apakah tanaman tersebut tergolong tanaman menyerbuk sendiri (self
pollinated crop) atau menyerbuk silang (cross pollinated crop).
D. Format Laporan
1. Laporan dibuat per orang dan dikumpulkan pada hari pelaksanaan praktikum
berikutnya.
2. Gambar dibuat pada kertas HVS Ukuran A4, diberi keterangan bagian-bagian
bunga, nama latin dan nama lokal tanaman.
3. Setiap lembar diberi nama dan NIM pada sudut kanan atas.

Daftar Pustaka

Fehr, Walter R. 1979. Principle and Cultivar Development: Theory and Technique .
McMillan Publishing Company
MODUL PRAKTIKUM PEMULIAAN TANAMAN

Nomor 02

Pokok Bahasan : Hibridisasi

Judul Praktikum : Pengamatan Morfologi Tanaman

Lokasi/Tempat : Laboratorium/Lapangan Fakultas Pertanian Untirta

Alokasi Waktu : 3 x 50 menit

MORFOLOGI TANAMAN

Pemahaman morfologi dan fase pertumbuhan tanaman sangat membantu dalam


mengidentifikasi pertumbuhan tanaman serta untuk membedakan jenis atau varietas dari
jenis atau varietas lainnya.
A. Morfologi Tanaman Jagung

1. Biji Jagung
Biji jagung disebut kariopsis, dinding ovari atau perikarp menyatu dengan kulit biji atau
testa, membentuk dinding buah. Biji jagung terdiri atas tiga bagian utama, yaitu (a)
pericarp, berupa lapisan luar yang tipis, berfungsi mencegah embrio dari organisme
pengganggu dan kehilangan air; (b) endosperm, sebagai cadangan makanan, mencapai
75% dari bobot biji mengandung 90% pati dan 10% protein, mineral, minyak, dan
lainnya; dan (c) embrio (lembaga), sebagai miniatur tanaman yang terdiri atas plamule,
akar radikal, scutelum, dan koleoptil (Hardman and Gunsolus 1998).
Pati endosperm tersusun dari senyawa anhidroglukosa yang sebagian besar terdiri atas
dua molekul, yaitu amilosa dan amilopektin, dan sebagian kecil bahan antara (White
1994). Namun pada beberapa jenis jagung terdapat variasi proporsi kandungan amilosa
dan amilopektin. Protein endosperm biji jagung terdiri atas beberapa fraksi, yang
berdasarkan kelarutannya diklasifikasikan menjadi albumin (larut dalam air), globumin
(larut dalam larutan salin), zein atau prolamin (larut dalam alkohol konsentrasi tinggi),
dan glutein (larut dalam alkali). Pada sebagian besar jagung, proporsi masing-masing
fraksi protein adalah albumin 3%, globulin 3%, prolamin60%, dan glutein 34%
(Vasal 1994).
Kulit biji
(perikarp)

Endosperma Kotiledon
(skutelum)

Koleoptil

Daun Plumula
Meristem apikal tajuk

Meristem apikal akar

Koleoriza

Gambar 2. Biji jagung dan bagian-bagiannya. Pati (aleurone)

Contraido Dentado Plano

Redondo Puntiagudo Muy Puntiagudo

Gambar 3. Bentuk-bentuk Butiran Biji Jagung


Berdasarkan bentuk dan strukturnya biji jagung dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Jagung Mutiara (Flint Corn), Zea mays indurate
Biji jagung tipe mutiara berbentuk bulat licin, mengkilap, dan keras. Bagian pati
yang keras terdapat di bagian atas biji. Pada saat masak, bagian atas biji mengkerut
bersama-sama, sehingga permukaan biji bagian atas licin dan bulat. Varietas lokal
jagung di Indonesia umumnya tergolong ke dalam tipe biji mutiara. Tipe ini disukai
petani karena tahan hama gudang.
2. Jagung Gigi Kuda (Dent Corn), Zea mays indentata
Bagian pati yang keras pada tipe biji dent berada di bagian sisi biji, sedangkan bagian
pati yang lunak di bagian tengah sampai ujung biji. Pada waktu biji mengering, pati
lunak kehilangan air lebih cepat dan lebih mengkerut daripada pati keras, sehingga
terjadi lekukan (dent) pada bagian atas biji. Biji tipe dent ini bentuknya besar, pipih,
dan berlekuk.
3. Jagung Manis (Sweet Corn), Zea mays saccharata
Biji jagung manis pada saat masak keriput dan transparan. Biji yang belum masak
mengandung kadar gula (water-soluble polysccharride, WSP) lebih tinggi daripada
pati. Kandungan gula jagung manis 4-8 kali lebih tinggi dibanding jagung normal
pada umur 18-22 hari setelah penyerbukan. Sifat ini ditentukan oleh gen sugary (su)
yang resesif (Tracy 1994).
4. Jagung Pod, Z. tunicata Sturt
Jagung pod adalah jagung yang paling primitif. Jagung ini terbungkus oleh glume
atau kelobot yang berukuran kecil. Jagung pod tidak dibudidayakan secara komersial
sehingga tidak banyak dikenal. Kultivar Amerika Selatan dimanfaatkan oleh suku
Indian dalam upacara adat karena dipercaya memiliki kekuatan magis.
5. Jagung Berondong (Pop Corn), Zea mays everta
Tipe jagung ini memiliki biji berukuran kecil. Endosperm biji mengandung pati
keras dengan proporsi lebih banyak dan pati lunak dalam jumlah sedikit terletak di
tengah endosperm. Apabila dipanaskan, uap akan masuk ke dalam biji yang
kemudian membesar dan pecah (pop).
6. Jagung Pulut (Waxy Corn), Z. ceritina Kulesh
Jagung pulut memiliki kandungan pati hampir 100% amilopektin. Adanya gen
tunggal waxy (wx) bersifat resesif epistasis yang terletak pada kromosom sembilan
mempengaruhi komposisi kimiawi pati, sehingga akumulasi amilosa sangat sedikit
(Fergason 1994). Jagung QPM (Quality Protein Maize)
Jagung QPM memiliki kandungan protein lisin dan triptofan yang tinggi dalam
endospermnya. Jagung QPM mengandung gen opaque-2 (o2) bersifat resesif yang
mengendalikan produksi lisin dan triptofan. Prolamin menyusun sebagian besar
protein endosperm dengan kandungan lisin dan triptofan yang jauh lebih rendah
dibanding fraksi protein lain. Fraksi albumin, globulin, dan glutein memiliki
kandungan lisin dan triptofan tinggi. Gen o2 dalam ekspresinya mengubah proporsi
kandungan fraksi-fraksi protein. Fraksi prolamin berkurang hingga 50%, sedangkan
sintesis albumin, globulin, dan glutein meningkat. Kandungan lisin dan triptofan
jagung QPM meningkat, sementara sintesis prolamin memiliki kandungan lisin
rendah (Vasal 1994).
2. Batang jagung .
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak
seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga
tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang
muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung
lignin .

3. Daun Jagung
Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai
daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibutulang daun. Permukaan daun ada
yang licin dan ada yang berambut. Stomata pada daun jagung berbentuk halter, yang
khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stomata dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk
kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada
selsel daun.

Gambar 4. Sudut daun jagung


Gambar 5. Bentuk Ujung Daun

4. Bunga Jagung

Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu
tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku
Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae
(tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan
bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina
tersusun dalam tongkol.

5. Tongkol Jagung

Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu
tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki
sejumlah bunga betina. Buah Jagung siap panen Beberapa varietas unggul dapat
menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik.
Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada
bunga betinanya (protandri).

Gambar 6 : jenis barisan biji pada tongkol jagung


6. Akar Jagung

Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun
sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa
muncul akar adventifdari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga
tegaknya tanaman.
Tabel 1. Pengamatan Morfologi Tanaman Jagung

No Variabel Pengamatan Jagung

Lokal Biasa Lokal Manis

1. Bentuk Biji

2. Bentuk Batang

3. Diameter Batang

4. Bentuk Daun

5. Sudut Daun

6. Warna Daun Tua

7. Warna Daun Muda

8. Pertumbuhan Tongkol

9. Bentuk Barisan Biji Pada Tongkol

10. Tinggi Tanaman


B. Morfologi Tanam Cabai
1. Daun Cabai
Daun tanaman cabai bervariasi menurut spesies dan varietasnya. Ada daun yang
berbentuk oval, lonjong, bahkan ada yang Ianset. Warna permukaan daun bagian
atas biasanya hijau muda, hijau, hijau tua, bahkan hijau kebiruan. Sedangkan
permukaan daun pada bagian bawah umumnya berwarna hijau muda, hijau pucat
atau hijau. Permukaan dauncabai ada yang halus adapula yang berkerut-kerut.
Ukuran panjang daun cabai antara 3 — 11 cm, dengan lebar antara 1 — 5 cm.

Deltoid Ovate Lanceolate

Gambar 7. Bentuk Daun

Sparse Intermediate Dense

Gambar 8. Posisi Daun


2. Batang Cabai

Tanaman cabai merupakan tanaman perdu dengan batang tidak berkayu.


Biasanya, batang akan tumbuh sampai ketinggian tertentu, kemudian membentuk
banyak percabangan. Untuk jenis-jenis cabai rawit, panjang batang biasanya tidak
melebihi 100 cm. Namun untuk jenis cabai besar, panjang batang (ketinggian)
dapat mencapai 2 meter bahkan lebih. Batang tanaman cabai berwarnahijau, hijau
tua, atau hijau muda. Pada batang-batang yang telah tua (biasanya batang paling
bawah), akan muncul wama coklat seperti kayu. Ini merupakan kayu semu, yang
diperoleh dari pengerasan jaringan parenkim.

Sparse Intermediate dense

Gambar 9. Bentuk percabangan pada batang

3. Akar Cabai

Tanaman cabai memiliki perakaran yang cukuprumit dan hanya terdiri dari akar
serabut saja. Biasanya di akar terdapat bintil-bintil yang merupakan hasil
simbiosis dengan beberapa mikroorganisme. Meskipun tidak memiliki akar
tunggang, namun ada beberapa akar tumbuh ke arah bawah yang berfungsi
sebagai akar tunggang semu.

4. Bunga Cabai

Bunga tanaman cabai juga bervariasi, namun memiliki bentuk yang sama, yaitu
berbentuk bintang. Ini menunjukkan tanaman cabai termasuk dalam sub kelas
Ateridae (berbunga bintang). Bunga biasanya tumbuh pada ketiak daun, dalam
keadaan tunggal atau bergerombol dalam tandan. Dalam satu tandan biasanya
terdapat 2 — 3 bunga saja. Mahkota bunga tanaman cabai warnanya
bermacam-macam, ada yang putih, putih kehijauan, dan ungu. Diameter bunga
antara 5 — 20 mm. Bunga tanaman cabai merupakan bunga sempuma, artinya
dalam satu tanaman terdapat bunga jantan dan bunga betina. Pemasakan bunga
jantan dan bunga betina dalam waktu yang sama (atau hampir sama), sehingga
tanaman dapat melakukan penyerbukan sendiri. Namun untuk mendapatkan
hasil buah yang lebih baik, penyerbukan silang lebih diutamakan. Karena itu,
tanaman cabai yang ditanam di lahan dalam jumlah yang banyak, hasilnya lebih
baik dibandingkan tanaman cabai yang ditanam sendirian. Pernyerbukan
tanaman cabai biasanya dibantu angin atau lebah. Kecepatan angin yang
dibutuhkan untuk penyerbukan antara 10 — 20 km/jam (angin sepoi-sepoi).
Angin yang terlalu kencang justru akan merusak tanaman. Sedangkan
penyerbukan yang dibantu oleh lebah dilakukan saat lebah tertarik mendekati
bunga tanaman cabai yang menarik penampilannya dan terdapat madu di
dalamnya.

Pendant (menggantung) intermediate erect (tegak)

Gambar 10. Posisi Bunga

5. Buah dan Biji

Buah cabai merupakan bagian tanaman cabai yang paling banyak dikenal dan
memiliki banyak variasi. Buah cabai terbagi dalam 11 tipe bentuk, yaitu serrano,
cubanelle, cayenne,pimento, anaheim chile, cherry, jalapeno, elongate bell,
ancho, banana, dan blocky bell. Hanya ada 10 tipe bentuk buah cabai, di mana
tipe elongate bell dan blocky bell dianggap sama.
Entire (rata) Intermediate Dentate (berlekuk)

Gambar 11. Bentuk Kelopak Pada Buah

Elongate/ memanjang

Almost Round/ membulat

Triangular/ segitiga

Campanulate /lonceng Blocky /kubus

Gambar 12. Bentuk Buah


Gambar 13. Atas: bentuk buah pada pedicle, Tengah: Leher di Dasar
Buah, Bawah: Bentuk Buah di Akhir Mekar

Tabel 2. Pengamatan Morfologi Tanaman Jagung

No Variabel Pengamatan Cabai


Cabai Rawit Cabai Merah
1. Bentuk Biji
2. Bentuk Daun
3. Posisi Daun
4. Warna Daun Tua
5. Warna Daun Muda
6. Bentuk Percabangan Batang
7. Posisi Bunga
8. Bentuk Buah
9. Bentuk Kelopak pada Buah
10. Bentuk Buah pada Pedicle
11. Leher Didasar Buah
12. Di Akhir Mekar
MODUL PRAKTIKUM PEMULIAAN TANAMAN

Nomor 03

Pokok Bahasan : Hibridisasi

Judul Praktikum : Persilangan Tanaman

Lokasi/Tempat : Laboratorium/Lapangan Fakultas Pertanian Untirta

Alokasi Waktu : 3 x 50 menit

Persilangan dan penyerbukan sendiri secara buatan merupakan kegiatan utama


dalam memperbaiki sifat-sifat tanaman yang dilakukan secara konvensional. Tujuan akhir
dari kegiatan tersebut adalah untuk mendapatkan varietas unggul baru sesuai dengan yang
diinginkan. Persilangan (hibridisasi) buatan dalam kegiatan pemuliaan tanaman bertujuan
untuk menggabungkan sifat-sifat baik yang dimiliki oleh dua atau lebih tanaman dari spesies
yang sama. Dengan persilangan tersebut akan terbentuk keragaman genetik yang besar
dalam populasi sehingga seleksi dapat dilakukan lebih mudah dan efektif.
Untuk dapat melakukan penyerbukan silang secara buatan, hal yang paling mendasar
dan yang paling penting diketahui adalah cara tanaman itu menyerbuk, apakah menyerbuk
silang atau menyerbuk sendiri.
Pada tanaman menyerbuk silang, anther dan pistil mungkin berbeda waktu
matangnya, letaknya yang terpisah, mempunyai penghalang fisiologi atau senyawa kimia
yang menghalangi terjadinya fertilisasi. Anther dan pistil mungkin berada pada tanaman
yang berbeda. Pada tanaman yang menyerbuk sendiri, struktur atau perkembangan
bunganya yang menyebabkan polinasi terjadi sendiri. Selain letaknya yang berdekatan,
waktu matang anther dan stigma juga bersamaan, dan kadang-kadang juga disertai dengan
struktur bunga yang menghalangi stigma dari polen (serbuk sari) bunga lain sampai,
sehingga polinasi terjadi sendiri. Hal ini perlu diketahui supaya dapat menentukan metode
dan cara melakukan persilangan.
Dalam melakukan penyerbukan silang, hal-hal penting yang diperhatikan adalah :
1. Morfologi bunga
2. Waktu matang bunga (waktu bunga mekar/tanaman berbunga)
3. Identitas tetua
4. Keadaan cuaca saat penyerbukan.
Pada garis besarnya persilangan terdiri atas pekerjaan: 1) Persiapan, 2) Kastrasi, 3)
Emaskulasi atau pengebirian, 4) Isolasi, 5) Pengumpulan serbuk sari, 6) Polenisasi
(pernyerbukan), 7) Labelisasi (Pelabelan).

Persiapan

Sebagai persiapan untuk melakukan kastrasi dan penyerbukan silang perlu


disediakan alat-alat sebagai berikut : pisau kecil yang tajam, gunting kecil, pinset dengan
ujung yang tajam dan melengkung sedikit, jarum yang panjang dan lurus, alkohol (75- 85%)
atau spiritus dalam botol kecil untuk mensterilkan alat-alat tersebut, gelas atau cangkir untuk
tempat benang sari, sisir untuk mengeluarkan serbuk sari dari benang sari, bulu ayan atau
kuas untuk meletakkan serbuk sari di atas kepala putik dan lensa (luope) untuk memeriksa
kebersihan kepala putik.

Untuk membungkus bunga sebelum dan sesudah dilakukan penyerbukan dapat


dipakai kantong dari kain kafan, kelambu, kantong plastik yang telah diberi lubang kecil-
kecil untuk pernafasan (peredaran udara) atau isolatif, sesuai dengan ukuran bunga.

Selain daripada itu perlu disediakan label dari kertas yang tebal dan diberi nomor
urut. Untuk keperluan penyerbukan silang antara jenis-jenis tertentu sebaiknya kertas label
itu mempunyai warna tertentu, misalnya untuk persilangan A X B warna labelnya merah,
untuk A X C warna labelnya putih, untuk D X B warnanya hijau dan seterusnya dengan
warna lain.

Kastrasi

Kastrasi adalah membersihkan bagian tanaman yang ada di sekitar bunga yang akan
diemaskulasi, dari kotoran, serangga, kuncup-kuncup bunga yang tidak dipakai. Membuang
mahkota dan kelopak juga termasuk kegiatan kastrasi.

Emaskulasi

Emaskulasi adalah pembuangan alat kelamin jantan (stamen) pada tetua betina,
sebelum bunga mekar atau sebelum terjadi penyerbukan sendiri. Emaskulasi terutama
dilakukan pada tanaman berumah satu yang hermaprodit dan fertil. Cara emaskulasi
tergantung pada morfologi bunganya.
Pada umumnya kuncup dibuka dengan pinset atau dipotong dengan gunting,
kemudian antera atau stamen dibuang dengan pinset. Cara ini mudah dilakukan pada
tanaman yang bunganya relatif besar, misalnya: kedelai, tomat, tembakau. Cara emaskulasi
ini praktis, murah dan mudah dilakukan di mana saja, hanya kemungkinan rusaknya putik
dan pecahnya antera sangat besar, sehingga terjadinya persarian sendiri sangat besar.

Adapun cara melakukan emaskulasi menggunakan metode pinset adalah sebagai


berikut :

a. Terlebih dahulu kantong yang membungkus kuncup bunga dibuka perlahan-lahan


b. Bagian ujung dari kuncup bunga dipotong dengan pisau silet atau gunting, sehingga
kepala putiknya kelihatan jelas dari atas. Pekerjaan ini harus dilakukan dengan hati-
hati jangan sampai putiknya turut terpotong atau rusak.
c. Kemudian mahkota dari kuncup bunga dibuka perlahan-lahan satu per satu dengan
menggunakan sebuah pinset sampai semua benang sari terlihat jelas dari luar.
d. Dengan sebuah pinset benang sarinya dapat dicabuti satu per satu sampai habis. Bila
perlu semua mahkota dibuang.
e. Bila pekerjaan ini dilakukan dengan baik, dan tidak menyentuh putik, maka kepala
putiknya akan kelihatan putih bersih, segar, sehat dan tidak rusak. Keadaan kepala
putik dapat diperiksa dengan menggunakan sebuah loupe (alat pembesar).
f. Kemudian bunganya dibungkus lagi agar tidak mendapat gangguan dari luar.
g. Baik pinset, maupun gunting kecil dan alat lain yang dipakai untuk mengebiri bunga
harus steril. Setiap kali hendak di pakai, alat tersebut perlu dicelupkan ke dalam
spiritus atau alkohol 75-85% dan kemudian dilap sampai kering dan bersih.
h. Setelah melakukan emaskulasi hendaknya pada tangkai bunga segera digantungkan
sebuah label yang telah diberi bernomor dan dicatat dalam daftar seperti contoh yang
tertera di bawah ini.

Isolasi

Isolasi dilakukan agar bunga yang telah diemaskulasi atau diserbuki tidak terserbuki
oleh serbuk sari asing. Dengan demikian baik bunga jantan maupun betina harus dikerudung
pakai kantung. Kantung bisa terbuat dari kertas tahan air, kain, plastik,
selophane dan lain-lain. Ukuran kantung disesuaikan dengan ukuran bunga tanaman yang
bersangkutan.

Kantong tersebut harus memenuhi syarat-syarat berikut :


a. Kuat dan tahan hujan lebat dan panas terik matahari.
b. Tidak mengganggu pernafasan bunga yang dibungkus
c. Bila kena air hujan dapat lekas kering, airnya dapat lekas menguap
d. Bahan yang dipakai untuk kantong tidak enak rasanya, agar tidak dimakan oleh
serangga atau binatang-binatang lainnya.
e. Kantongnya cukup besar, sehingga bila ada hujan turun, bunganya tidak akan
menempel pada kantong. Kantong tersebut dapat berbentuk silinder, yang diperkuat
dengan kerangka dari kawat atau bambu. Bila bunga yang dibungkus itu kecil,
cukuplah bunga itu ditutup dengan sebuah tudung plastik berukuran kecil.

Pengumpulan Serbuk Sari

Pengumpulan serbuk sari dari pohon tetua jantan dapat dimulai beberapa jam
sebelum kuncup-kuncup bunga itu mekar. Bila letak pohon tetua betina jauh dari pohon
tetua jantan, maka pengangkutan kuncup-kuncup bunga dari tetua jantan ke tetua betina
akan memakan waktu yang lama. Agar kuncup bunga itu tidak lekas layu dan tahan lama
dalam keadaan segar, hendaknya kuncup bunga itu dipetik dan diangkut pada pagi hari
sebelum matahari terbit atau pada sore hari setelah matahari terbenam.

Serbuk sari adalah mahluk hidup, yang mempunyai umur terbatas dan kemudian
mati. Mutu serbuk sari dapat dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain sebagai berikut :

a. Pada kelembaban udaa relatif yang tinggi serbuk sari tidak tahan disimpan lama.
Penyimpanan serbuk sari di tempat lembab akan berakibat buruk, karena pada tempat
berjangkit cendawan dan bakteri yang dapat menyebabkan serbuk sari lekas mati.

b. Makin tua umur serbuk sari, makin lamban akan perkecambahannya dan tabung sari
yang terbentuk akan lebih pendek. Lain daripada itu persentase (%) butir-butir serbuk
sari yang hidup akan terus menurun sampai pada suatu saat tidak ada serbuk sari lagi
yang dapat berkecambah.
c. Di tempat yang udaranya kering dan pada suhu rendah, serbuk sari dapat disimpan
sampai beberapa minggu dalam keadaan.

Di laboratorium, serbuk sari biasanya disipan pada suhu antara 2-80C dan pada
kelembaban udara antara 10% sampai 50%. Penyimpanannya dapat dilakukan sebagai
berikut : terlebih dahulu serbuk sarinya dimasukkan ke dalam tabung gelas. Kemudian
tabungnya diletakkan dalam exsicator (desiccator) yang telah diisi dengan CaCl2 atau
dengan larutan H2SO4 dari konsentrasi tertentu, misalnya antara 10-70%. Maksudnya agar
dapat menyerap lembab dari udara cukup banyak.

Penyerbukan

Penyerbukan silang buatan dilakukan antara tanaman yang berbeda genetiknya.


Pelaksanaannya terdiri dari pengumpulan polen (serbuk sari) yang viabel atau anter dari
tanaman tetua jantan yang sehat, kemudian menyerbukannya ke stigma tetua betina yang
telah dilakukan emaskulasi, dengan cara:

a. Menggunakan kuas, pinset, tusuk gigi yang steril, yaitu dengan mencelupkan alat-
alat tersebut ke alkohol pekat, biarkan kering kemudian celupkan ke polen ke
polen dan oleskan ke stigma.

b. Mengguncangkan bunga jantan di atas bunga betina, sehingga polen jantan jatuh
ke stigma dari bunga tetua betina yang telah diemaskulasi.

Pelabelan

Ukuran dan bentuk label berbeda, pada dasarnya label terbuat dari kertas keras tahan
air, atau plastik. Pada label antara lain tertulis informasi tentang: 1) Nomor yang
berhubungan dengan lapangan, 2) Waktu emaskulasi, 3) waktu persilangan, 4) Nama tetua
jantan dan betina, 5) Kode pemulia/penyilang

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melatih mahasiswa melakukan persilangan
dan penyerbukan sendiri secara buatan.

B. Bahan dan Alat


1. Bunga tetua jantan dan betina
2. Pinset dan gunting
3. Label dan alat tulis
4. Plastik atau kertas
5. Benang
6. Alkohol 70%

C. Kegiatan
1. Penanaman bahan tanaman
Bahan tanaman yang digunakan adalah cabe, kacang panjang dan jagung.

a. Cabe
Benih disemai dalam bak semai menggunakan media campuran tanah, pasir dan
pupuk kandang dengan perbandingan 2:1:2 yang telah disterilkan. Pada umur 2
minggu dilakukan pembumbungan dan setelah umur 4 minggu dipindahkan ke
dalam polibag ukuran 30 cm x 40 cm.

b. Jagung
Jagung ditanam pada bedengan berukuran 4 m x 5 m. jarak tanam yang digunakan
adalah 75 cm x 25 cm.

2. Pemupukan dan pemeliharaan


a. Cabe
Pada saat tanam dan setiap minggu (sampai 4 MST) dilakukan pemupukan kocor yaitu
100 g NPK Mutiara + 10 g Antracol + 20 g Gandasil D yang dilarutkan dalam 10 L
air. Setiap polibag diberi 250 ml larutan tersebut. Pada 5 MST sampai akhir praktikum
diberi pupuk kocor dengan komposisi 200 g NPK mutiara + 10 g Antracol
+ 20 g Gandasil B yang dilarutkan dalam 10 L air. Setiap polibag diberi 250 ml larutan
tersebut. Pengendalian HPT dilakukan setiap minggu dengan konsentrasi 1.5 g/L
Curacron + 1.5 g/L Antracol.

c.Jagung
Pada saat tanam, dilakukan pemupukan awal dengan 150 kg urea, 200 kg SP-36, dan
150 kg KCl per hektar serta Furadan 3G, 5 butir per lubang. Pada tiga minggu setelah
tanam dilakukan pemupukan kedua dengan dosis 150 kg urea, dengan cara larikan,
dengan jarak 10 cm dari batang tanaman. Pengendalian hama dan penyakit, serta
pemeliharaan lain dilakukan sebagaimana diperlukan.
3. Persilangan
a. Melakukan persilangan buatan pada Cabe
- Pilih bunga yang digunakan sebagai tetua betina dan tetua jantan
- Kastrasi bunga betina ketika serbuk sari belum tersebar, tanpa merusak putiknya
dengan menggunakan pinset. Saat kastrasi terbaik adalah ketika bunga
menjelang mekar.
- Ambil tepung sari dari bunga jantan dengan menggunakan pinset yang telah
disterilkan dengan alkohol.
- Serbuki kepala putik bunga betina dengan cara mengoleskan serbuk sari secara
merata ke seluruh permukaan kepala putik.
- Tutup bunga yang telah diserbuki dengan kertas kedap air (atau isolatif)
- Beri label yang berisi tanggal, identitas tetua dan nama penyerbuk.

Gambar 14. Teknik persilangan buatan pada cabai. A. Bunga betina yang siap diserbuki; B.

Kastrasi; C. Emaskulasi; D. Hasil kastrasi dan emaskulasi; E. Bunga jantan siap diambil
serbuksarinya; F. Pengambilan serbuksari; G. Hasil pengumpulan serbuksari; H. Pernyerbukan
dengan pinset; I. Penyerbukan menggunakan tabung; J. Pemasangan label; K. Isolasi
menggunakan isolatif; L. Setelah diisolasi dan dilabel (Sumber: Yunianti 2007)
b. Melakukan persilangan buatan pada jagung
- Pilih individu tanaman yang akan digunakan sebagai tetua.
- Tutup bunga jantan dengan kertas kedap air sebelum tepung sari masak.
- Tutup tongkol jagung pada tetua betina dengan kertas kedap air sebelum bunga
betina (rambut) keluar.
- Apabila bunga betina sudah reseptif dan tepung sari sudah masak, potong bunga
jantan dibawah penutupnya lalu goyangkan agar tepung sari keluar. Buka tutup
tongkol tetua betina dan lakukan penyerbukan sendiri.
- Beri label yang berisi tanggal penyerbukan, identitas tetua dan nama penyerbuk.

Gambar 15. Persilangan tanaman jagung. a. Bunga ♂ yang mulai memasuki fase anthesis; b.

Penutupan bunga ♂ untuk mengumpulkan tepung sari; c. Pemotongan ujung tongkol bunga ♀
sebelum di isolasi; d. Isolasi/Penutupan tongkol bunga ♀; e. Bunga ♀ yang siap di serbuki
(reseptif); f. Bunga ♀ yang sudah diserbuki dan diberi label
4. Pemeliharaan dan pengamatan hasil silang
Tabel Pengamatan Hasil Persilangan

Tetua Tanggal Jumlah bunga Jumlah Keberhasilan


(AXB) yang (%)
disilangkan Berhasil Gagal

C. Pertanyaan dan Tugas


1. Sebutkan tanaman-tanaman perkebunan yang termasuk menyerbuk sendiri!
2. Sebutkan tanaman-tanaman perkebunan yang termasuk menyerbuk silang!
Jadwal Kegiatan Praktikum
JUKNIS KEGIATAN PRAKTIKUM PEMULIAAN TANANAMAN
Februari Maret April Mei Juni
No Kegiatan Keterangan
3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
0 Rekruitmen Asisten 20
Pembekalan Aslab Pembagian Kelompok 20
Pengolahan Lahan Karangkitri Karangkitri 20
1 Penjelasan + Pembagian Kelompok 20
UTS
Instruksi membawa bunga untuk pertemuan selanjutnya 11
2 Praktikum Biologi Bunga 13
3 Semai Cabai Cabai 0 MSS 13
4 Penyiapan Polybag Cabai 20
L
5 Tanam Jagung Ungu Jagung ungu 0 MST 20 eb
6 Tanam Jagung Manis Jagung manis 0 MST 27 ar
7 Pindah Tanam Cabai ke polybag Cabai 4 MSS 3 an
Pengamatan Bunga Jagung Ungu dan Jangung Manis dan Jagung Ungu 7 MST,
8 Hibridisasi Jagung Manis 6 MST 8
Pengamatan Bunga Cabai dan Hibridisasi 8
Pengamatan Bunga Cabai dan Hibridisasi 8
9 Terakhir Praktikum 22
Ujian Praktikum 29
Pengumpulan Laporan Praktikum 26
Pengumpulan Nilai Praktikum ke Dosen
Layout Praktikum
LAHAN JAGUNG

3meter 0,5m 3meter 3meter 3meter 3meter 3meter 3meter 3meter

K1 K6 K11 K16 K21 K26 K31 K36

K2 K7 K12 K17 K22 K27 K32 K37

13 m K3 K8 K13 K18 K23 K28 K33 K38

K4 K9 K14 K19 K24 K29 K34 K39

K5 K10 K15 K20 K25 K30 K35 K40

0,5 m
28 meter
Jagung ditanam pada bedengan berukuran 4 m x 5 m. jarak tanam yang digunakan adalah 75 cm x 25 cm.
Jagung Ungu Jagung Manis
Penyusunan Laporan
Setiap kelompok menyusun satu laporan. Adapun laporan setiap kelompok berdasarkan
data kelas (rekapitulasi data kelas tidak hanya data kelompoknya). Laporan disusun mulai dari
cover sampai dengan daftar pustaka dan lampiran-lampiran, dengan urutan sebagai berikut:
1. Cover Luar
2. Cover Dalam
3. Kata Pengantar
4. Daftar Isi
5. Daftar Tabel
6. Daftar Gambar
7. Daftar Lampiran
8. Bab I. Pendahuluan (Latar Belakang, Tujuan)
9. Bab II. Tinjauan Pustaka
10. Bab III. Metode (Alat dan Bahan, Tempat, Cara Kerja)
11. Bab IV. Hasil dan Pembahasan
12. Bab V. Simpulan dan Saran
13. Bab VI. Daftar Pustaka
14. Lampiran-lampiran
Penjelasan
Tata cara penulisan laporan mengikuti pedoman penulisan yang berlaku di Fakultas
Pertanian. Khusus untuk pembahasan berisi uraian alasan-alasan/hal-hal yang menyebabkan
terjadinya perbedaan respons tanaman (data hasil pengamatan) di antara tanaman dengan
pemberian perlakuan yang berbeda. Pada simpulan ditulis uraian singkat yang merupakan
intisari dari hasil dan pembahasan bagaimana pertumbuhan dan hasil tanaman yang diberi
perlakuan yang berbeda, dan pada saran
berisi uraian yang logis, singkat, dan praktis berdasarkan simpulan yang diperoleh.

Cara Menyusun Daftar Pustaka


Berisi sumber-sumber pustaka (teori) yang dikutif (dari buku atau jurnal) dalam
memberikan alasan-alasan/hal-hal yang menyebabkan terjadinya perbedaan pertumbuhan
dan hasil di antara tanaman yang diberi perlakuan yang berbeda.
Setiap sumber Pustaka ditulis secara berurut, sebagai berikut:

(1) Sumber Pustaka Buku:


Nama penulis, tahun terbit, judul, nama penerbit, dan nama kota di mana penerbit buku
tersebut berada.
Contoh:
Mulyani, S.M. 2008. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Salisbury, F.B., and C.W. Ross. 1992. Plant Physiology. 4th ed. Wadsworth Publishing.
Company, Inc. Belmont, CA.
(2) Sumber Pustaka Jurnal:
Nama penulis, tahun terbit, judul, nama jurnal, volume/nomor, halaman yang dikutif
yang melingkupi seluruh isi dari judul tersebut.
Contoh:
Hafsi, C, A Debez, and A Chedly. 2014. Potassium deficiency in plants: effects and
signaling cascades. Acta Physiologiae Plantarum. 36(5): 1055-1070.
Harsono, A., Tohari, D. Indradewa, dan T. Adisarwanto. 2003. Ketahanan dan aktivitas
fisiologi beberapa genotipe kacang tanah pada cekaman kekeringan. Ilmu
Pertanian 10(2):51-62.
(3) Sumber Pustaka Hasil Penelusuran dari Internet:
Nama penulis, tahun terbit, judul, nama website, dan tanggal pengaksesan dilakukan.
Contoh:
BPS. 2008. Badan Pusat Statistika. Produksi Padi dan Tanaman Palawija Tahun 2005 s/d
2007. http://www.bps.go.id. Diakses 1 Pebruari 2009.
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 48 tahun 2006. 2006. Pedoman
Budidaya Tanaman Pangan yang Baik dan Benar (Good Agriculture Practicesy).
http://perundangan.pertanian.go.id. Diakses 23 Pebruari 2021.
Undang-undang (UU) Nomor 22 Tahun 2019. 2019. Undang-undang (UU) tentang Sistem
Budi Daya Pertanian Berkelanjutan. https://peraturan.bpk.go.id/. Diakses 23
Pebruari 2021.

Pustaka-pustaka tersebut disusun secara alfabetis (berdasarkan huruf abjad nama


penulis/pengarangnya secara berurut).

Anda mungkin juga menyukai