Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN TUGAS IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

DOSEN PENGAMPU:

YAUMAL ARBI, S.T, M.T

DISUSUN OLEH:

ANANDA KHAIRUNISA (21062005)

FAUZI RAHMADI (21062022)

FITRIA SALSABILLA (21062024)

SARAH HANIFA (21062061)

YUNELDY DESISKO PUTRA (21062064)

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK SIPIL BANGUNAN GEDUNG

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air adalah sumber daya alam yang sangat penting untuk kelangsungan hidup semua
makhluk hidup. Air juga sangat diperlukan untuk kegiatan industri, perikanan, pertanian dan
usaha-usaha lainnya. Dalam penggunaan air sering terjadi kurang hati-hati dalam pemakaian
dan pemanfaatannya sehingga diperlukan upaya untuk menjaga keseimbangan antara
ketersediaan dan kebutuhan air melalui pengembangan, pelestarian, perbaikan dan
perlindungan. Dalam pemanfaatan air khususnya lagi dalam hal pertanian, dalam rangka
memenuhi kebutuhan pangan serta pengembangan wilayah, Pemerintah Indonesia melakukan
usaha pembangunan di bidang pengairan yang bertujuan agar dapat langsung dirasakan oleh
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan air.

Dalam memenuhi kebutuhan air khususnya untuk kebutuhan air di persawahan maka
perlu didirikan sistem irigasi dan bangunan bendung. Kebutuhan air di persawahan ini
kemudian disebut dengan kebutuhan air irigasi. Untuk irigasi, pengertiannya adalah usaha
penyediaan, pengaturan dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian yang
jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan
irigasi tambak. Tujuan irigasi adalah untuk memanfaatkan air irigasi yang tersedia secara
benar yakni seefisien dan seefektif mungkin agar produktivitas pertanian dapat meningkat
sesuai yang diharapkan.

Air irigasi di Indonesia umumnya bersumber dari sungai, waduk, air tanah dan sistem
pasang surut. Salah satu usaha peningkatan produksi pangan khususnya padi adalah
tersedianya air irigasi di sawahsawah sesuai dengan kebutuhan. Kebutuhan air yang
diperlukan pada areal irigasi besarnya bervariasi sesuai keadaan. Kebutuhan air irigasi adalah
jumlah volume air yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan evaporasi, kehilangan air,
kebutuhan air untuk tanaman dengan memperhatikan jumlah air yang diberikan oleh alam
melalui hujan dan kontribusi air tanah. Besarnya kebutuhan air irigasi juga bergantung
kepada cara pengolahan lahan. Jika besarnya kebutuhan air irigasi diketahui maka dapat
diprediksi pada waktu tertentu, kapan ketersediaan air dapat memenuhi dan tidak dapat
memenuhi kebutuhan air irigasi sebesar yang dibutuhkan. Jika ketersediaan tidak dapat
memenuhi kebutuhan maka dapat dicari solusinya bagaimana kebutuhan tersebut tetap harus
dipenuhi. Kebutuhan air irigasi secara keseluruhan perlu diketahui karena merupakan salah
satu tahap penting yang diperlukan dalam perencanaan dan pengelolaan sistem irigasi.

B. Perumusan Masalah
1. Menganalisis kebutuhan air pada daerah irigasi di Lubuk Alung
2. Menganalisis kebutuhan air tanaman

C. Maksud dan Tujuan

Maksud dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kebutuhan air irigasi dengan tujuan
mendapatkan prediksi nilai kebutuhan air irigasi dan kebutuhan air tanaman pada Daerah
Irigasi Sungai yang ada di Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Irigasi

(Erman Mawardi, 2007) menyatakan bahwa irigasi adalah usaha untuk memperoleh air
yang menggunakan bangunan dan saluran buatan untuk keperluan penunjang produksi
pertanian. Menurut Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2001 (BAB I pasal 1) tentang irigasi
dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air
untuk menunjang pertanian, yang jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi air tanah,
irigasi pompa, dan irigasi tambak. Tujuan utama irigasi adalah mewujudkan Pemanfaatan
air yang menyeluruh, terpadu, dan berwawasan lingkungan, serta meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, khususnya petani (Peraturan Pemerintah tahun 2001; BAB I pasal 2).
Tersedianya air irigasi memberikan manfaat dan kegunaan lain, seperti mempermudah
pengolahan lahan pertanian, memberantas tumbuhan pengganggu, mengatur suhu tanah dan
tanaman, memperbaiki kesuburan tanah, membantu proses penyuburan tanah.

Ditinjau dari sudut pengelolaannya, sistem irigasi dibagi menjadi :

1. Sistem irigasi non teknis yaitu irigasi yang dibangun oleh masyarakat dan
pengelolaan seluruh bangunan irigasi dilakukan sepenuhnya oleh masyarakat setempat.

2. Sistem irigasi teknis yaitu suatu sistem yang dibangun oleh pemerintah dan
pengelolaan jaringan utama yang terdiri dari bendung, saluran primer, saluran sekunder dan
seluruh bangunan dilakukan oleh pemerintah, dalam hal ini DPU atau Pemerintah Daerah
setempat. Sedangkan jaringan tersier dikelola oleh masyarakat.

Air merupakan faktor yang penting untuk bercocok tanam. Selain jenis tanaman,kebutuhan
air bagi suatu tanaman juga dipengaruhi oleh sifat dan jenis tanah, keadaan iklim, kesuburan
tanah, cara bercocok tanam, lias area pertanian, topografi, periode tumbuh dan sebagainya.cara
pemberian air irigasi pada tanaman padi, tergantung pada umur dan fariatas padi yang ditanam
Kebutuhan Air Kebutuhan air di sawah untuk tanaman padi dapat ditentukan oleh faktor-faktor
sebagai berikut (Erman Mawardi, 2007) :
1. Kebutuhan Air Penyiapan Lahan (IR)

Kebutuhan air untuk penyiapan lahan umumnya sangat menentukan kebutuhan maksimum air
irigasi. Bertujuan untuk mempermudah pembajakan dan penyiapan kelembaban tanah guna
pertumbuhan tanaman. Metode ini didasarkan pada kebutuhan air untuk mengganti kehilangan
air akibat evaporasi dan perkolasi disawah yang sudah dijenuhkan selama periode penyiapan
lahan. Faktor-faktor penting yang menentukan besarnya kebutuhan air untuk penyiapan
lahan adalah lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan penyiapan lahan dan
jumlah air yang diperlukan untuk penyiapan lahan. Perhitungan kebutuhan air irigasi untuk
penyiapan lahan dapat digunakan metode yang dikembangkan Van de Goor dan Zijlstra (1968)
Persamaan ditulis sebagai berikut.

IR = 〖M.e〗^k/(e^k .1) .... (2.1)

M = Eo + P

K = (M.T)/S

Dimana :

IR = Kebutuhan air untuk penyiapan lahan (mm/hari)

M = Kebutuhan air untuk penggantian/mengkonpensasi air yang hilang akibat evaporasi dan
perkolasi disawah yang telah di jenuhkan (mm/hari)

Eo = Evaporasi air terbuka yang diambil 1,1 x ET. selama penyiapan lahan (mm/hari)

P = Perkolasi (mm/hari)

K = Parameter fungsi dari air yang diperlukan untuk penjenuhan waktu penyiapan lahan dan
kebutuhan air untuk lapisan pengganti ;

T = Jangka waktu penyiapan lahan (hari) ;

S = Kebutuhan untuk penjenuhan ditambahkan dengan lapisan air, dengan lapisan air 50
mm

ek = 2,7182818246k
2. Kebutuhan air untuk kosumtif (Etc)

Kebutuhan air konsumtif diartikan sebagai kebutuhan air untuk tanaman dilahan dengan
memasukkan faktor koofisien tanaman (kc) persamaan umum yang digunakan sebagai
berikut:

Etc = Eto x kc .....(2.2)

Dengan :

Etc = kebutuhan air konsumtif (mm/hari),

Eto = evapotranspirasi (mm/hari)

Kc = koefisien tanaman

Kebutuhan air konsumtif ini dibutuhkan untuk mengganti air yang hilang akibat
penguapan. Air dapat menguap melalui permukaan air atau tanah maupun melalui
tanaman. Bila kedua proses tersebu terjadi bersama-sama, terjadilah proses
evapotranspirasi, yaitu gabungan antara penguapan air bebas (evaporasi) dan penguapan melalui
tanaman (traspirasi). Dengan demikian besarnya kebutuhan air konsumtif ini adalah sebesar
air yang hilang akibat proses evapotraspirasi dikalikan dengan koefsien tanaman.
 Transpirasi
Transpirasi adalah suatu proses pada peristiwa uap air meninggalkan tubuh tanaman dan
memasuki atmosfer. Fakta iklim yang mempengaruhi laju transpirasi adalah: penyinaran
matahari, tekanan uap air di udara, suhu, kecepatan angin.
 Evapotranspirasi
Evapotranspirasi sering disebut sebagai kebutuhan konsumtif tanaman yang
merupakan jumlah air untuk evaporasi dari permukaan areal tanaman dengan air
transpirasi dari tubuh tanaman. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan air tanaman adalah
sebagai berikut :
a.Topografi
b.Hidrologi
c.Klimatologi
d.Tekstur tanah

1. Perkolasi dan rembesan.

Laju perkolasi sangat tergantung kepada sifat-sifat tanah antara lain permeabilitas dan tekstur
tanah. Pada tanah bertekstur liat laju perkolasi mencapai 13 mm/hari, pada tanah bertekstur pasir
mencapai 26,9 mm/hari, pada tanah bertekstur lempung pasir laju perkolasi mencapai 3-6
mm/hari, pada tanah bertekstur lempung laju perkolasi 2-3 mm/hari pada tanah lempung berliat
mencapai 1-2 mm/hari (Soemarto,1993).
Tabel 2.6 Nilai perkolasi

Sumber : Dirjen pengairan, 1985

2.Pergantian lapisan air.

Penggantian lapisan air dilakukan setelah pemupukan. Penggantian lapisan air dilakukan
menurut kebutuhan. Jika tidak ada penjadwalan semacam itu, lakukan penggantian sebanyak 2
kali, masing-masing 50 mm (atau 3,3 mm/hari selama ½ bulan) selama sebulan dan dua
bulan setelah transplantasi.

3.Curah hujan efektif. Besarnya kebutuhan air di sawah bervariasi menurut tahap pertumbuhan
tanaman dan bergantung pada cara pengelolaan lahan. Besarnya kebutuhan air di sawah
dinyatakan dalam mm/hari. Angka kebutuhan air berdasarkan literatur yang ada yaitu:

1. Pengelolaan tanah dan persemaian, selama 1-1,5 bulan dengan kebutuhan air 10-14 mm/hari.
2. Pertumbuhan pertama (vegetatif), selama 1-2 bulan dengan kebutuhan air 4-6 mm/hari.
3.Pertumbuhan kedua (vegetatif), selama 1-1,5 bulan dengan kebutuhan air 6-8 mm/hari.
4.Pemasakan selama lebih kurang 1-1,5 bulan dengan kebutuhan air 5-7 mm/hari. Kedalaman air
di sawah yang selama ini dilakukan oleh petani yaitu: 1.Kedalaman air di sawah setinggi sekitar
2,5-5 cm dimaksudkan untuk mengurangi pertumbuhan rumput/gulma. 2.Kedalaman air di
sawah setinggi sekitar 5-10 cm dimaksudkan untuk meniadakan pertumbuhan rumput/gulma.
BAB III

METODE PENELITIAN

a. lokasi penelitian

Daerah irigasi terletak di Kecamatan Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman. Luas aeral
irigasi yang di airi ialah 117,49 Ha.
b. metode pengumpulan data

1. Observasi/pengamatan langsung

Metode ini dilakukan dengan cara pengamatan langsung atau peninjauan lokasi perencanaan
dilapangan, tentunya secara langsung dapat diketahui dan diamati kondisi lokasi irigasi tersebut.

2. Konsultasi

Metode ini dilakukan dengan melakukan tanya jawab dengan pihak-pihak terkait dengan daerah
irigasi tersebut, dengan salah seorang mandor proyek tersebut sehingga penulis mendapatkan
beberapa informasi terkait masalah jaringan irigasi tersebut.

3. Literatur

Metode ini dilakukan dengan mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan perencanaan
jaringan irigasi. Adapun beberapa sumber teori buku yang bisa dipedomani antara lain buku serta
jurnal.

4. data primer

Data primer adalah data yang diperoleh dengan cara mengadakan pengamatan secara visual
atau survey langsung kelapangan yang mencakup hal-hal berikut :

•Letak dan kondisi wilayah korong kampung lintang tersebut

•Merencanakan saluran irigasi terutama saluran sekunder

•Foto keadaan tempat penelitian

5. data sekunder
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

a. analisa hidrologi

1.) analisis curah hujan maksimum

Data curah hujan tahunan dari kedua stasiun diatas dapat dilihat pada tabel berikut:
2.) analisis curah hujan

Metode parameter statistik

Banyaknya air yang dibutuhkan tanaman untuk membuat jaring tanaman (batang dan daun) dan
untuk diuapkan (evapotranspirasi), perlokasi, curah hujan, pengolahan lahan, dan pertumbuhan
tanaman. Dalam dihitung mealalui persamaan sebagai berikut :
b. analisis kebutuhan air

1.) kebutuhan air untuk irigasi

Besarnya evapotranspirasi dihitung dengan menggunakan Metoda Penman yang dimodifikasi


oleh Nedeco/Prosida seperti diurai dalam PSA – 010.

2.) jenis tanah

berdasarkan pengamatan yang ada, areal lokasi proyek berupa tanah lempung berpasir, dengan
demikian perlokasi dipakai 2 mm/hari.

3.) koefisien tanaman (Kc)

4.) curah hujan efektif (Re)

5.) kebutuhan air untuk pengolahan ahan

6.) kebutuhan air untuk pertumbuhan

Kebutuhan air untuk pertumbuhan padi dipengaruhi oleh besarnya evapotranspirasi tanaman
(Etc). Perlokasi tanah (p), penggantian air genangan (W) dan hujan efektif (Re).
7.) Analisis Data Debit Sungai

Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan langsung di saluran irigasi Lubuk Alung makan
diperoleh data sebagai berikut:

Saluran Lebar (m) Tinggi (m) Jarak (m) Waktu (s)


S1 10 1,7 17,60 53,82
S2 3,34 0,57 4,20 138
S3 2,27 0,24 4,07 61,8
Rata-rata 5,20 0,83 8,62 84,54

8.) Perhitungan Dimensi Saluran

Berdasarkan debit tertinggi yang telah diperoleh yakni 0,172 m3/dtk dan dilihat dari Tabel, maka
diperoleh perbandingan B/h nya 1 (satu) sehingga didapat persamaan : B/h = 1 B = h

Perhitungan dimensi h dilakukan dengan cara Trial and Error, sehingga diperoleh nilai
mendekati debit aliran dengan debit yang masuk saluran sekunder.

9.) Luas Penampang saluran


A (primer) = (b + m.h) h = ( 6 + 1,5 x 1,7) x 1,7 = 14,53 m²
A (sekunder) = 2,39 m²
A (tersier) = 0,66 m²

10.) Keliling Basah saluran


P (primer) = b + 2h√1 + 𝑚² = 6 + 2 * 1,7 √1 + 1,0 ² = 12,12
P (sekunder) = 5,39
P (tersier) = 3,32

11.) Radius Hidrologi saluran


R (primer) = 𝐴/P = 14,53 / 13,62 = 1,2 m
R (sekunder) = 0,44 m
R (tersier) = 0,2 m
12.) Kecepatan Aliran
V (primer) = s / t = 54,6 / 53,82 = 0,33 m/s
V (sekunder) = 0,03 m/s
V (tersier) = 0,06 m/s
13.) Debit Aliran
Q (primer) = V x A = 0,33 x 14,53 = 4,79 m3 /s
Q (sekunder) = 0,07 m3/s
Q (tersier) = 0,04 m3/s
KESIMPULAN

Dari hasil perencanaan saluran irigasi daerah Irigasi Lubuk Alung, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Jaringan Irigasi terdiri dari 1 saluran primer, 1 saluran sekunder, dan 1 saluran tertier.

2. Dimensi saluran terbesar adalah saluran primer dengan lebar 10 m dan tinggi 1,7 m

3. Dimensi saluran terkecil adalah saluran tertier dengan lebar 2,27 m dan tinggi 0,24 m.

DAFTAR PUSTAKA
View of PERENCANAAN SALURAN IRIGASI SEKUNDER DI KORONG KAMPUNG
LINTANG KABUPATEN PADANG PARIAMAN (ekasakti.org)

Anda mungkin juga menyukai