S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Keterangan :
IG = kebutuhan air irigasi (m3)
Etc = kebutuhan air konsumtif (mm/hari)
IR = kebutuhan air untuk penyiapan lahan (mm/hari)
RW = kebutuhan air untuk mengganti lapisan air (mm/hari)
P = perkolasi (mm/hari)
ER = hujan efektif (mm/hari)
EI = efisiensi irigasi
A = luas areal irigasi (m2)
2.2 Evaporasi
hd)
Pola tata tanam yang berlaku pada setiap daerah akan berbeda dengan
daerah lain, karena karakteristik setiap daerah juga berbeda (Wirosoedarmo, 1985)
Dua hal pokok yang mendasari diperlukannya pola tata tanam :
Persediaan air irigasi di musim kemarau yang terbatas.
Air yang terbatas harus dimanfaatkan sebaik- baiknya, sehingga tiap
petak mendapatkan air sesuai dengan jumlah yang diperlukan.
Tata tanam merupakan upaya pengaturan air yang disesuaikan dengan
kebutuhan tanaman, jenis tanaman dan luas baku sawah pada suatu lahan
pertanian.
Faktor-faktor yang memperngaruhi pola tata tanam yaitu:
Iklim
Keadaan pada musim hujan dan musim kemarau akan berpengaruh
pada persediaan air untuk tanaman dimana pada musim hujan maka
persediaan air untuk tanaman berada pada jumlah besar, dan
sebaliknya pada musim kemarau persediaan air akan menurun.
Topografi
Letak atau ketinggian lahan dari permukaan air laut berpengaruh
terhadapa suhu dan kelembaban udara dimana keduanya
mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Debit Air yang Tersedia
Debit air pada musim hujan akan lebih besar dibandingkan pada
musim kemarau, sehingga haruslah diperhitungkan apakah debit saat
itu mencukupi jika akan ditanam suatu jenis tanaman tertentu
Sosial Ekonomi
Dalam usaha pertanian faktor ini merupakan faktgor yang sulit untuk
dirubah, sebab berhubungan dengan kebiasaan petani dalam menanam
suatu jenis tanaman.
Tujuan pola tata tanam yaitu untuk memanfaatkan persediaan air irigasi
secara efektif sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Tujuan dari penerapan
pola tata tanam yaitu sebagai berikut:
Menghindari ketidakseragaman tanaman
Menetapkan jadwal waktu tanam agar mudah dalam usaha
pengelolahan air irigasi
Peningkatan efiensi irigasi
Meningkatkan hasil produksi pertanian.
S.T.,M.T.,Ph.D.)
Jumlah air yang dibutuhkan untuk penyiapan lahan dapat ditentukan
berdasarkan kedalaman serta porositas tanah di sawah. Rumus berikut dipakai
untuk memperkirakan kebutuhan air untuk lahan:
PWR = + Pd + FI
Keterangan :
PWR = Kebutuhan air untuk penyiapan lahan (mm)
Sa = Derajat Kejenuhan tanah setelah penyiapan lahan
dimulai (%)
Sb = Derajat kejenuhan tanah sebelum penyiapan lahan
dimulai(%)
N = Porositas tanah dalam (%) pada harga rata-rata untuk
kedalaman tanah
d = Asumsi kedalamam tanah setelah pekerjaan
penyiapan lahan (mm)
Pd = Kedalaman tanah genangan setelah pekerjaan
penyiapan lahan
FL = Kehilangan air di sawah 1 hari (mm)
M = Eo+P (mm/hari)
Eo = Evaporasi air terbuka yang diambil 1,1 Eto selama
penyiapan lahan (mm/hari)
P = Perkolasi
K = MT/S
T = Jangka waktu penyiapan lahan (hari)
S = Kebutuhan air, untuk penjenuhgan ditambah dengan
lapisan air 50 mm, yakni 200+50 =250 mm.
S.T.,M.T.,Ph.D.)
2.6 Perkolasi
Perkolasi merupakan proses mengalirnya air ke bawah secara gravitasi
sehingga mencapai permukaan air tanah pada lapisan jenuh air.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkolasi :
Tekstur tanah
Tekstur tanah yang halus, daya perkolasi kecil, dan sebaliknya
Permebilitas tanah
Makin besar permeabilitas, makin besar daya perkolasi
Tebal top soil
Makin tipis lapisan tanah bagian atas, makin kecil daya perkolasi
Letak permukaan air tanah
Makin dangkal muka air tanah, makin kecil daya perkolasi
Kedalaman lapisan impermeable
Makin dalam, makin besar daya perkolasi
Tanaman penutup
Lindungan tumbuh-tumbuhan yang padat menyebabkan infiltrasi
semakin besar yang berarti perkolsai makin besar pula.
lengket)
3. Clay loam : 1 + P = 2 s/d 3 mm/hari (apabila pasir dilepas masih
lengket)
Laju perkolasi sangat tergantung kepada sifat-sifat tanah. Pada tanah lempung
berat dengan karakteristik pengolahan yang baik, laju perkolasi dapat mencapai 1-
3 mm/hari. Pada tanah-tanah yang lebih ringan, laju perkolasi bisa lebih tinggi.
Dari hasil penyelidikan tanah pertanian dan penyelidikan kelulusan, besarnya laju
perkolasi serta tingkat kecocokan tanah untuk pengolahan tanah dapat ditetapkan
dan dianjurkan pemakaiannya. Guna menentukan laju perkolasi, tinggi muka air
S.T.,M.T.,Ph.D.)
selama 1/2 bulan) selama sebulan dan dua bulan setelah transplantasi.
Ketentuan Penggantian Lapisan Air (WLR) yaitu sebagai berikut:
WLR diperlukan saat terjadi pemupukan, yaitu 1-2 bulan dari
pembibitan ( transplantasi )
WLR = 50 mm ( diperlukan penggantian lapisan air yang besarnya
S.T.,M.T.,Ph.D.)
pertumbuhan tanaman dan hujan ini berguna untuk memenuhi kebutuhan air
Curah Hujan Efektif merupakan curah hujan yang terjadi selama musim tanam
dan ditahan tanah, sehingga dapat digunakan oleh tanaman. Kegunaan curah hujan
efektif yaitu sebagai perhitungan kebutuhan air untuk irigasi sehingga dapat untuk
dimana :
R80 = curah hujan yang terjadi dengan tingkat kepercayaan 80%
R90 = curah hujan yang terjadi dengan tingkat kepercayaan 90%
tanaman pada tanah, petak, atau proyek yang menggunakan air, yang
sebagai perbandingan antara jumlah air yang diberikan dikurangi kehilangan air
dengan jumlah yang diberikan. Kehilangan air tersebut dapat berupa penguapan di
saluran irigasi, rembesan dari saluran atau untuk keperluan lain (rumah tangga).
2.9.1 Efisiensi Pengaliran
Efisiensi Pengaliran merupakan jumlah air yang dilepaskan dari
ditahan pada zone perakaran dalam periode pemberian air, dengan air yang
air yang dibutuhkan untuk mengisi lengas tanah pada zone perakaran
merupakan Asp (Air tersimpan penuh) dan air yang diberikan adalah Adk.
BAB III
PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR IRIGASI
Eto = c.Eto*
Eto*= p.(0,475t + 8,13)
Dimana :
p = prosentase rata-rata jam siang harian, yang besarnya tergantung
letak lintang (LL)
t = suhu udara (oC)
7) Ra diperoleh dari tabel hubungan letak lintang daerah dengan Ra. Pada
tabel nilai Ra dapat dicari dengan interpolasi apabila nilai letak lintang
berada di antara dua nilai yang tercantum pada tabel.
13) Eto dikalikan dengan faktor koreksi (hasil perhitungan Eto ini yang
digunakan dalam perhitungan kebutuhan air) :
Eto = ( Eto* x angka koreksi )
Eto(januari) = 4,9293 x 1,10 = 5,4223 mm/hari
Contoh Perhitungan :
Eto bulan januari = 5,4223
Perkolasi = 3,4 mm/hari
Eto x 1,1 + P = 5,4223 x 1,1 + 3,4 = 9,3645
PL diperoleh dari interpolasi pada tabel kebutuhan air untuk penyiapan
lahan T ( 30 hari) dan S = 300 mm.
Tabel 3.2 Kebutuhan Air untuk Penyiapan Lahan
Interpolasi PL
( 14 - 13,6 ) = ( x 9,3645 )
( 9,5- 9 ) ( 9,5-9,3645)
X = 5,4223
Rumus :
R80 = (n/5) +1
Keterangan :
n = jumlah tahun data pengamatan
Diketahui n = 12 maka R80 = n/5+1
R80 = 12/5 +1 = 3,4
Maka data curah hujan yang dipakai adalah tahun pada ranking 3 dari total
curah hujan per tahun yang telah diurutkan dari terkecil ke terbesar dapat dilihat
pada table berikut:
4. Evaporasi pada bulan April periode III yaitu 5,194 mm/ hari dari hasil
perhitungan evaporasi yang telah dilakukan.
5. Penggunaan Air Konsumtif (PAK) yaitu
PAK = Rerata Koefisien tanaman (3) x Evaporasi (4)
= 1,10 x 5,194 mm/hari
= 5,713 mm/hari
6. Rasio Luas PAK diketahui dari PTT, untuk April periode III yaitu 0,617
7. Perhitungan PAK dengan Rasio Luas PAK
Penggunaan Air Konsumtif (PAK) x Rasio Luas PAK
= 5,713 mm/hari x 0,617
= 3,52 mm/hari
9. Rasio Luas Penyiapan Lahan (dari gambar PTT) yaitu 0,833 (untuk April
periode III )
10. Perhitungan Kebutuhan PL dengan Rasio Luas PL
= 13,691 x 0,833
= 11,409 mm/hari
11. Perhituangan Perkolasi dengan Rasio Luas PAK
= Perkolasi x Rasio Luas PAK
= 3,4 x 0,167
= 0,5678 mm/hari
12. Perhitungan WLR pada bulan April periode III = 0
13. Rasio Luas Total = 1,00
Total = Rasio Luas PAK + Rasio Luas PL
= 0,167 + 0,833
= 1,000
14. Perhitungan WLR dengan Rasio Luas PAK
4.1 Kesimpulan
Pada bagian terakhir ini kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa dalam
meningkatkan hasil pertanian, diperlukan usaha untuk meningkatkan kekuatan berbagai
faktor pendukungnya. Salah satunya adalah peningkatan dibidang pembagian tata guna
air atau lebih dikenal dengan nama sistem irigasi. Suatu sistem irigasi yang baik akan
berhasil jika ditunjang dengan perencanaan yang matang dan kelengkapan dari
bangunan pendukungnya. Bangunan-bangunan tersebut akan berfungsi dalam
pengaturan air irigasi yang dimulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian,
pemberian, air dan penggunaanya. Jika hal diatas sudah terpenuhi, bukan tidak mungkin
hasil pertanian akan meningkat dan kinerja pengolahannyapun akan menjadi lebih
efisien.
Dalam mengoptimalkan kebutuhan air pada daerah pertanian, hal yang perlu
dilakukan untuk mengptimalkan kebutuhan air pada daerah tersebut adalah menghitung
penggunaan air tanaman (consumtive use of water), perkolasi, kebituhan air untuk
pengolahan tanah dan pembibitan, serta curah hujan netto (hujan efektif). Dalam
menghitung penggunaan air tanaman, diperlukan data koefisien tanaman yang didapat
dari hasil penelitian evaporasi yang diperoleh dari perhitungan data klimatologi pada
suatu daerah dalam jangka waktu tertentu.
Untuk cara perhitungan dalam mendapatkan nilai evaporasi ada dua metode
yang sering digunakan, yaitu metode Penman dan Blaney-Criddle. Pada kedua metode
ini terdapat perbedaan baik dalam jumlah data yang harus diketahui, maupun dalam
perhitungannya. Namun perbedaan tersebut tidak terlalu mencolok karena perbedaan
yang terjadi disebabkan karena parameter-parameter yang digunakan dalam kedua
metode tersebut berbeda-beda, sehingga data yang digunakan juga berbeda.
Penggunaan parameter yang digunakan pada metode penman modifikasi yang
lebih akurat. Harga perkolasi didapatkan dari hasil penelitian terhadap jenis tanaman
sedangkan kebutuhan air untuk pengolahan tanah ditetapkan 50 mm perdekate. Dari
perhitungan kebutuhan air tanaman dengan pola tata tanam yang telah ditentukan, akan