Anda di halaman 1dari 16






Home /
Jum'at, 30 Agu 2019

PENGELOLAAN AIR TANAMAN PADI

DINAS PERTANIAN KABUPATEN CILACAP

BALAI PENYULUHAN KEAMATAN MAOS

 
BAB. I. KEBUTUHAN AIR TANAMAN

 A. Kebutuhan Air Aktual

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2006 Tentang Irigasi, Penggunaan air irigasi
adalah kegiatan memanfaatkan air dari petak tersier untuk mengairi lahan pertanian pada saat
diperlukan. Pemanfaatan memiliki arti memberi atau mengairi dimana didalamnya terkait jumlah
dan cara pemberian.

1. Pengertian Kebutuhan Air Aktual

Jumlah air yang digunakan  pada  lahan sawah merupakan kebutuhan air aktual, yaitu  air yang
digunakan untuk evaporasi, transpirasi, penggenangan dan perkolasi.

Evapotranspirasi(ET) adalah  adalah Jumlah air yang di transpirasikan dalam suatu waktu oleh
tanaman hijau pendek, tanah terlindung sempurna, tanaman seragam tingginya dan tidak
kekurangan air.

Bagaimanana mengukur evapotranspirasi? Mengukur evapotranspirasi dapat dilakukan dengan


menggunakan Lisimeter, Evaporimeter dan penggunaan rumus empiris contoh :  Thornthwaite,
Blaney-Cridle dan Penman

Perkolasi adalah Perkolasi merupakan peristiwa meresapnya air kedalam tanah secara vertikal
yang diakibatkan gaya gravitasi bumi.

Besarnya perkolasi dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah, kedalaman muka air, tebal lapisan
tanah atas periode pertumbuhan serta bercocok tanamnya. 

2. Pengukuran Kebutuhan Air Aktual

Kebutuhan air aktual padi sawah secara sederhana dapat diukur dengan menggunakan skala
miring pada petakan lisimeter 1.   Skala miring dapat dibuat  dari bahan kayu (reng) dan mistar
plastik dengan skala 1 : 10 , artinya  bahwa 10 cm pada mistar skala miring sama dengan
ketinggian genangan air 1 cm.

Pada petakan lisimeter selalu ada genangan   air (sekitar 5 cm) agar pengamatan tiap hari dapat
dilakukan yaitu dengan membaca perubahan air pada mistar pada setiap pagi hari. Untuk
mencegah keretakan tanah pada pematang, maka pematang dilapis dengan plastik.

Pada kondisi tanah yang datar, diperlukan sebuah petakan lisimeter untuk luasan 500 m2 dan
pada tanah dengan kemiringan sekitar 5 % dibutuhkan 5 petakan lisimeter. ET aktual dapat
diperoleh dari rumus: ET (potensial) x Koefisien Tanaman (kc).

Nilai kc bervariasi dari 0,5 – 0,8. ET potensial dapat diduga dari : E x fp dimana
E: evaporasi panci dan fp adalah faktor panci besarnya : 0,4 - 0,6. Data curah hujan diperoleh
dari hasil pengukuran penakar hujan dari stasiun klimatologi. 

3. Manfaat Pengukuran Kebutuhan Air Aktual

Manfaat dari hasil pengukuran kebutuhan air aktual yaitu dapat ditentukannya jumlah kebutuhan
air irigasi pada berbagai fase pertumbuhan tanaman ataupun berbasis periode waktu tertentu
setelah dikurangi curah hujan efektif.

Kebutuhan air irigasi (I) : ET + S & P – Che.  Curah hujan efektif (Che) diasumsikan sama
seperti curah hujan total pada musim kemarau sedangkan pada musim hujan besarnya curah
hujan efektif yaitu 80 % dari curah hujan total.

Kebutuhan air irigasi berbasis kedalaman air dengan satuan mm/hari dapat dinyatakan dengan
basis aliran air dalam satu saluran (debet air) yaitu : bahwa 10 mm/hari = 0,116 lt/dt/ha atau 1
mm/hari = 0,0116 lt/dt/ha.

Rata-rata kebutuhan air bervariasi menurut lokasi, jenis dan sifat fisik tanah dan klas drainase
lahan atau kondisi hidrologi setempat.

 B. Kebutuhan Air Dalam Satu Siklus Pertumbuhan Tanaman Padi

Ditinjau dari tahapan pertumbuhan tanaman atau satu siklus tumbuh budidaya padi, kebutuhan
airnya adalah meliputi kebutuhan untuk pengolahan tanah, pembibitan, tanam sampai primordia,
primordia sampai pembungaan, bunga 10 % s.d penuh, bunga penuh s.d pemasakan dan
pemasakan s.d panen.

Menurut Agus Andoko, 2002, memberikan pegangan atau acuan tentang kebutuhan air untuk
tanaman padi sawah berdasarkan fase pertumbuhan yaitu sebagai berikut:

 Penggenangan 2- 5 cm setelah bibit ditanam


 Pada Fase pembentukan anakan,ketinggian air diper-tahankan antara 3 - 5 cm
 Pada Masa Bunting, ketinggian air 10 cm
 Pada masa pembungaan, ketinggian air 5 - 10 cm
 Ketika tampak keluar bunga, sawah perlu dikeringkan selama 4 -7 hari
 Saat bunga muncul serempak air segera dimasukan kembali
 Menjelang bunting sawah dikeringkan selama 4-5 hari

BAB. II. TEKNIK PENGGUNAAN AIR SISTEM BASAH KERING

 A. Konsep Hemat Air dalam Budidaya Padi Sawah


Teknologi  hemat air dapat diartikan sebagai upaya pemanfaatan air dari berbagai sumber
terutama air gravitasi pada petak usahatani padi sawah agar terjamin produktivitas, efisien dan
produksi yang meningkat secara berkelanjutan.

Sasaran utama dalam konsep hemat air adalah produktivitas air ( perbandingan antara hasil
gabah dengan konsumsi air total) yang lebih tinggi dari produktivitas air dengan pemberian
secara kontinyu. Atas hal tersebut, ada 2 strategi yang ditempuh dalam perbaikan produktivitas
air :

 Hasil gabah meningkat dengan konsumsi air total tetap atau


 Hasil gabah meningkat dengan konsumsi air total berkurang.

Peningkatan produksi gabah selain ditempuh melalui perbaikan teknologi dapat pula ditempuh
melalui input air dan penurunan konsumsi air total dan reduksi evaporasi, perkolasi dan
rembesan dipetakan usahatani.

1. Dasar Pertimbangan Konsep Hemat Air

Hal yang menjadi dasar pertimbangan dalam konsep hemat air adalah :

1. Ketersediaan air semakin terbatas,


2. Kemarau panjang akibat El-Nino (anomali iklim),
3. Intensifikasi tanam masih rendah,
4. Efisiensi pemanfaatan air masih rendah,
5. Pendistribusian air antara wilayah hulu dan hilir bahkan antar golongan air masih terdapat
kesenjangan yang tinggi dan
6. Efisiensi masukan (input) produksi sangat ditentukan oleh cara pengelolaan air yang
tepat.

2. Praktek Konsep Hemat Air di tingkat Lapangan

Aplikasi hemat air dalam budidaya padi sawah dapat ditempuh mulai tahapan persiapan lahan
dan selama pertumbuhan tanaman bahkan pada fase menjelang panen.  Teknik hemat air dapat
dilakukan dengan cara perbaikan atau penyesuaian teknik budidaya dengan potensi sumber daya
air setempat dan melalui inovasi cara pemberian air.

Di dalam prakteknya teknik hemat air yang mudah dilaksanakan mencakup adalah:

 Pemilihan varitas yang berumur genjah,

1. Kalender tanam dalam suatu hamparan tersier seragam,

 Penyesuain waktu dan cara pengolahan tanah dengan jadwal pemberian air,
1. Pengaturan penggenangan air menurut fase pertumbuhan tanaman baik tinggi dan
durasinya (kondisi pasokan air normal),

 Penerapan pergiliran air (kondisi pasokan air di bawah normal),

1. Pemeliharaan pematang termasuk kerapatan pematang dalam luasan tertentu


2. Drainase permukaan terutama pada musim hujan.

Drainase permukaan adalah membuang kelebihan air akibat curah hujan atau irigasi yang
berlebihan dengan tujuan agar tanaman lebih kuat (tidak mudah roboh), kondisi aerobik tanah
terjaga dan mengatur pembentukan anakan.

Drainase permukaan diperlukan pada daerah-daerah dengan topografi datar, bercurah hujan
tinggi, dan dalam rangka pembentukan akar intensif, mengurangi kerebahan batang serta
memperbaiki mineralisasi nitrogen dalam tanah.

Kegiatan Drainase Permukaan

Bentuk kegiatan Drainase permukaan yang efefktif adalah dengan pembuatan parit tengah
(ukuran lebar 30 cm dan dalam : 30 cm) dengan jarak 1,5 meter sampai 2,0 meter tergantung
tekstur tanah.

Waktu pelaksanaan yaitu pada :

 Fase pematangan, yaitu dua minggu menjelang panen (batas waktu kritis), jika Drainase
permukaan dilakukan pada waktu seminggu menjelang panen, akan  mengakibatkan
kerusakan tanaman dan menggangu proses panen. Selain itu tanaman padi sawah
mempunyai masa kritis terhadap ”full submergence” ( pertumbuhan penuh ) dari
primordia bunga sampai pembuangan dan dengan tinggi genangan air (25 % dari tinggi
tanaman) selama fase tersebut akan mengurangi hasil sekitar 20 - 30 %
 Tanaman berumur 30 - 40 hari HST.

Drainase permukaan dilakukan saat tanaman umur 30-40 setelah tanam (sebelum tercapai anakan
maksimal) selama  5 - 7 hari untuk menekan munculnya anakan yang tidak produktif, sehingga
tingkat produksi gabah per malai, bobot individu gabah dan hasil meningkat.

Teknik ini sesuai dilakukan terutama pada lahan sawah dengan kondisi drainase buruk. Teknik
ini dapat dilakukan pada musim hujan maupun kemarau.

 Drainase permukaan juga penting dilakukan untuk menekan emisi gas metan (rumah kaca) dan
juga mengurangi keracunan di daerah perakaran.

 B. Teknik Penggunaan Air Dengan Sistem Basah Kering


Penggunaan air dengan system basah kering (AWD / Alternate Wetting and Drying) untuk
tanaman padi sawah terbagi 2 (dua), yaitu Irigasi berselang (intermittent) dan irigasi tergenang
(kontinyu).

1. Irigasi Berselang (Intermittent)

Cara pemberian air secara terputus-putus ini biasa dikenal dengan Intermitten atau berselang.
Dalam kontek upaya hemat air pertanian, beberapa cara pemberian secara terputus-putus ini
adalah sebagai berikut:

             a. Pemberian Air secara Macak-Macak

Pemberian air macak-macak ditujukan untuk mengurangi laju serapan air kedalam tanah,
rembesan dan tekanan akibat perbedaan tinggi air sehingga kebutuhan air irigasi dapat dikurangi.

Hasil penelitian Iwan Juliardi dan Ade Ruskandar, 2006 menunjukan bahwa kebutuhan air
untuk padi sawah cukup 0,74 - 1,2 liter/det/ha atau 6,39 - 10,37 mm/hari/ha.

             b. Metode Gilir-Giring

Cara pemberian pada metode gilir-giring ini, interval waktu pemberian air menjadi dasar dalam
merancang sistem pergiliran air pada suatu wilayah tersier bila kondisi debit air di saluran
sekunder berada di bawah normal.

Batas kritis selang hari pengairan untuk tanaman padi  Sawah adalah 4 hari dan di atas batas ini
varietas unggul baru (VUB) padi sawah akan mengalami penurunan hasil. Dengan cara ini, areal
sawah yang diairi pada musim kemarau menjadi 2 kali lebih luas.

              c. Cara Pengairan Berselang

Pengairan berselang adalah cara pemberian air pada sawah digenangi dan dikeringkan secara
berselang. Pengairan berselang tergantung jenis tanah dan pola pengairan.

Pemberian airnya adalah sebagai berikut :

 Tanam Bibit air macak-macak


 Secara berangsur tanah diairi 2-5 cm s.d 10 hari
 Biarkan sawah mengering 5 - 6 hari
 Setelah terlihat permukaan tanah retak, airi kembali 5 cm
 Keringkan tanpa diari 5 - 6 hari , lalu airi kembali 5 cm
 Ulangi hal di atas hingga Fase Stadia Pembungaan
 Fase keluar bunga s.d 10 hari sebelum panen airi setinggi 5 cm, kemudian keringkan

Tujuan dilaksanakannya cara pengairan berselang adalah :

 Untuk menghemat air irigasi sehingga areal yang dapat diairi menjadi lebih luas
 memberi kesempatan pada akar tanaman untuk mendapatkan udara sehingga dapat
berkembang lebih dalam
 mencegah timbulnya keracunan besi
 mengurangi kerebahan
 menyeragamkan pemasakan gabah dan mempercepat waktu panen
 memudahkan pengendalian hama keong mas, mengurangi penyebaran hama wereng
coklat dan penggerek batang, dan mengurangi kerusakan tanaman padi oleh serangan
hama tikus.

Keunggulan pemberian Air secara berselang pada budidaya tanaman padi :

 menghemat konsumsi air


 tanaman lebih tahan rebah
 memberi kesempatan akar untuk mendapatkan udara sehingga dapat berkembang lebih
dalam
 mencegah penimbunan H2S dan asam organik yang dapat menghambat perkembangan
akar
 mengaktifkan jasad renik mikroba karena temperatur tanah meningkat
 pengairan berselang atau intermitten dapat secara efektif mengurangi emisi gas metan
berkisar 17 - 66% daripada pengairan terus menerus karena metoda ini dapat memutus
daur hidup bakteri methanogen (Baskoro, 2011)
 menghambat perkembangan hama (penggerek batang, wereng coklat, keong mas), dan
penyakit (busuk batang dan busuk pelepah daun)
 dapat menekan keracunan tanaman akibat akumulasi besi (Fe) dalam tanah.

            d. Pengairan Dengan Sistem Basah Kering (PBK)

Pengairan Sistem Basah Kering pada dasarnya merupakan pengembangan dari cara Intermitten
(terputus-putus), dengan melengkapi alat bantu sederhana berupa paralon atau bambu yang
dibenamkan kedalam tanah.

Metode basah kering ini, dikembangkan oleh IRRI bekerjasama dengan Balai Besar Padi yangi
pada dasarnya mengatur pemberian air sesuai kebutuhan tanaman padi. 

Ditinjau dari penerapan konsep hemat air, cara PBK ini  merupakan salah satu teknik
penghematan dalam budidaya padi sawah yang mudah diterapkan melalui alternasi genangan air
(flooded) dan non genangan air berdasarkan fase pertumbuhan tanaman.

Bagaimana mengaplikasikan cara PBK untuk padi sawah ini, beberapa hal perlu disiapkan 

1).  Pembuatan Alat Ukur Ketinggian genangan Air.

Bahan yang perlu disiapkan dapat berupa paralon berdiameter 4 “ (diameter 10 - 15 cm) dengan
tebal 2 mm atau bahan metal yang anti karat, tetapi lebih praktis mudah dan banyak tersedia,
gunakan  paralon karena mudah dalam pembuatan lubangnya.
Cara membuat

 Potong paralon ( 4 “) sepanjang 30 cm atau 40 cm dengan gergaji besi.


 Separuh dari tabung ( 20 cm) dibuat lubang-lubang ukuran 5 mm dengan jarak antar
lubang 2 cm sepanjang 20 cm, sisa sepanjang 20 cm, tidak perlu dilubangi

    1) Aplikasi di lapangan

 Jumlah tabung per satuan luas

Jumlah tabung silinder yang dianggap mewakili untuk  luasan 0,25 ha pada daerah datar adalah 1
buah ( 4 buah per ha) dan jika lahannya memiliki kemiringan 5 %, gunakan 2 alat  untuk luas
lahan yang sama berarti 8 buah per ha nya.

 Cara Peletakan/Pemasangan

Tabung silinder dipasang pada jarak 50 - 75 cm dari pematang,dengan tahapan pemasangan


adalah sebagai berikut :

a). Tekan Paralon secara vertical ke bawah

b). Gunakan Balok/papan serta Palu untuk memudahkan

c). Cek jarak dari permukaan tanah 15 cm ( Tabung 35 cm) atau 20 cm (tabung 40 cm)

d). Posisi Paralon setelah tertanam

e). Keluarkan tanah dari dalam Paralon samapai kedalaman 20 cm

f). Cek kembali kerataan dengan waterpas

 Cara Pengamatan
1. Pengamatan kondisi air dilakukan mulai tanam hingga 1 (satu) minggu sebelum
tanaman berbunga.

Untuk mengetahui keadaan air di petak sawah maka dilakukan pengamatan terhadap alat dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

 waktu pengamatan yaitu pada pagi hari cukup 1 kali;


 untuk mengamati perubahan tinggi air dalam selinder dibutuhkan mistar (30 cm) dan ajir
bambu;
 tempat pengukuran tidak boleh berubah posisi;
 ajir bambu dimasukkan ke dalam silinder selanjutnya diangkat dan bagian yang basah
diukur dengan mistar;
 dengan standar titik nol pada bagian atas silinder maka dapat dihitung besarnya
perubahan air tiap hari dalam satuan sentimeter;
 apabila posisi air di atas permukaan tanah maka pengukuran bernilai positif dan bernilai
negatif apabila air berada di bawah permukaan tanah;
 waktu pemberian air dilakukan setelah air dalam selinder turun sampai 15 cm dari
permukaan tanah ;
 Apabila terjadi hujan dan mengakibatkan tinggi air dalam selinder lebih dari 5 cm maka
dilakukan pembuangan air.

  2) Manfaat Pengairan Dengan Sistem Basah Kering

            Manfaat Pengairan Berselang dengan Sistem Basah Kering

 Menghemat penggunaan air 15% sampai 30% di banding cara konvensional yaitu dengan
penggenangan air secara kontinyu.
 Meningkatkan produktivitas air,
 Mengurangi populasi wereng coklat, nematoda di daerah perakaran,
 Mengurangi emisi gas metan
 Dapat memperbaiki kualitas hasil gabah.
 Bersinergi dengan pemupukan. Serapan hara tinggi pada kondisi tanah basah-kering.
 Dapat menekan keracunan tanaman akibat akumulasi besi (Fe) dalam tanah
 Apabila dikombinasikan dengan pengendalian gulma menggunakan cara manual (tangan
gasrok/landak) dan pemupukan, maka pupuk dapat bercampur dengan tanah sehingga
pemakaiannya lebih efisien
 Menghambat perkembangan hama (penggerek batang, wereng coklat, keong mas) dan
penyakit (busuk batang, busuk pelepah daun) tanaman padi
 Tanaman padi lebih tahan rebah, kriteria sistem perakaran yang lebih dalam.

  2. Pengairan Tergenang (Kontinyu)

Penggenangan terus menerus adalah memberikan air langsung dari saluran tersier ke petakan
melalui pintu-pintu air yang ada.

 Pengaruh penggenangan terus menerus.

Pemberiaan air irigasi pada lahan sawah secara digenang terus menerus memberi pengaruh
terhadap hal-hal sebagai berikut :

1. Penggenangan dalam 15 cm dalam waktu lama mengakibatkan kemasaman tanah


meningkat
2. Ketersediaan unsur hara Mikro berkurang
3. Infeksi penyakit hama dan penyakit dapat meningkat
4. Rusaknya sistem perakaran tanaman sehingga kapasitas penyerapan unsur hara berkurang
5. Batang lemas tanaman mudah roboh
6. Terjadi peningkatan rembesan air

Kondisi tanpa genangan

Sebaliknya jika pada kondisi tanpa genangan memberi pengaruh baik :

1. Memperbaiki aerasi di daerah perakaran


2. Merangsang pembentukan anakan
3. Aktivitas perakaran meningkat
4. Mengurangi populasi hama wereng
5. Menekan laju (perkolasi) yaitu hilangnya air dari daerah perakaran ke bawah (merembes)
atau ke samping aliran permukaan dan pencucian unsur hara.

 Dalam budidaya tanaman padi, terdapat pengaturan pemberian air secara tergenang. Hal ini
dilakukan dengan pertimbangan:

 Efisiensi penyaluran 80 % namun memerlukan air sebesar 12.000 m3/ha/musim


(Setiobudi dan Kartaatmadja, 2002)
 Penggenangan dan pengolahan tanah dalam keadaan tergenang untuk menanam padi
sawah dapat menyebabkan berbagai perubahan sifat tanah. Perubahan tersebut meliputi
sifat morfologi, fisika, kimia, mikrobiologi, maupun sifat-sifat lain sehingga sifat tanah
sawah dapat sangat berbeda dari sifat asalnya.
 Penggenangan tanah dapat meningkatkan pasokan N.

Pasokan N terjadi karena meningkatnya fiksasi N biologi yang dapat terjadi dalam air permukaan
dan dalam tanah tereduksi, serta terjadinya akumulasi yang lebih cepat dari N anorganik karena
adanya mineralisasi sumber N organik (Hardjowigeno dan Luthfi, 2005).

Namun demikian penggenangan lahan dapat menyebabkan ketersediaan N yang rendah dalam
tanah sawah yang tergenang air permanen atau semi permanen. Hal ini terjadi karena di bawah
kondisi tersebut mineralisasi N tanah terhambat  sehingga defisiensi N dapat terjadi sekalipun
kandungan N tanah cukup tinggi. Penggenangan menyebabkan kerusakan jaringan perakaran
akibat terbatasnya pasokan oksigen. Semakin tinggi air, semakin kecil oksigen terlarut.
Dampaknya adalah bahwa akar padi tak mampu mengikat oksigen sehingga jaringan perakaran
rusak.

 Pengaliran (antar petak) Terus Menerus

Memberikan air dari saluran tersier ke petakan satu  biasanya terletak paling atas, kemudian
setelah penuh air dialirkan ke petakan berikutnya yang terletak di bawahnya.

   

BAB. IV. PENUTUP

 Kesimpulan
Berdasarkan uraian tentang kebutuhan air tanaman dan teknik pengairan padi sawah secara
efisien, simpulan yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut :

1. Pengairan berselang adalah salah satu metode pengairan yang dapat diukur secara praktis
yang disebut juga pengairan basah-kering/Alternate Wetting and Drying (AWD) atau
pengairan basah kering (PBK) yaitu pengaturan air di lahan  pada kondisi tergenang dan
kering secara bergantian
2. AWD bertujuan untuk menghemat air irigasi, memberi kesempatan akar tanaman
berkembang lebih dalam, mencegah timbulnya keracunan besi, mengurangi kerebahan,
menyeragamkan pemasakan gabah dan mempercepat waktu panen serta memudahkan
pengendalian hama.
1. AWD Teknik penghematan pemanfaatan air untuk budidaya padi sawah yang
mudah diterapkan yaitu alternasi genangan air (flooded) dan non genangan air 
berdasarkan fase pertumbuhan tanaman padi sawah.
2. Kebutuhan air terbanyak pada saat penyiapan lahan sampai tanam dan memasuki
fase bunting sampai pengisian bulir padi. Kebutuhan air untuk pengolahan tanah
sampai siap tanam (30 hari) mengkonsumsi air 20 % dari kebutuhan air untuk
padi sawah dan fase bunting sampai pengisian bulir (15 hari) mengkonsumsi air
sebanyak 35 %.
3. Berdasarkan data tersebut sebetulnya sejak tanam sampai memasuki fase bunting
tidak membutuhkan air banyak, demikian pula setelah pengisian bulir. Oleh
karenanya 15 hari sebelum panen, padi tidak roboh dan ditinjau dari aspek
pemberian air memang tidak perlu lagi.
4. Pengefisienan penggunaan air petakan dapat dilakukan dengan mengairi sawah
dalam keadaan macak-macak. Setelah tanaman padi berumur 14 hari sampai
periode bunting tidak memerlukan air banyak. Kebiasaan petani menggenangi
sawahnya sampai 5 cm bahkan lebih karena petani tidak membayar air yang
digunakan tersebut, sehingga cenderung bermewah-mewah dengan air.

 Tindak Lanjut

Setelah mempelajari materi bab demi bab tentunya Saudara sudah memahami  tentang
Penggunaan Air Dengan Sistem Basah Kering (AWD), bahkan telah melakukan praktek
sehingga memahami kebutuhan air tanaman padi secara actual dan mengetahui kebutuhan air
dalam siklus pertumbuhan tanaman padi dan dapat menggunakan konsep hemat air dalam
budidaya padi sawah melalui tehnik pengairan dengan system basah kering.

Apabila Saudara  belum sepenuhnya memahami, cobalah pelajari kembali materi-materi di atas
secara cermat bab demi bab.

Guna lebih memantapkan pemahaman Saudara  cobalah mencari materi pendukung baik melalui
buku, referensi, artikel maupun internet.

Selanjutnya saudara diharapkan mampu menyusun bahan ajar dan atau peta singkap dalam
Diklat Teknis Agribisnis Padi Bagi Gapoktan dan Pemuda Tani
  

DAFTAR PUSTAKA

 Badan Penelitian dan Pengembangan Pelatihan, BB Padi, 2008, Pelatihan TOT SL PTT Padi
Nasional, Jakarta

Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2009, Revolusi Hijau, Peran dan Dinamika Lembaga Riset

Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2010, PTT Padi Lahan Sawah Pasang Surut.

TERBARU
selamatkan bumi melalui program genta organik
indonesia raja penghasil kelapa sawit dunia
optimalkan sumber nutrisi tanaman alternatif mendukung
program genta organik

optimalkan benih dan varietas unggul untuk menghasilkan


komoditas pertanian berkualitas
hadapi panen raya melalui kolaborasi petani dan penyuluh
pertanian

Lihat Versi Desktop


Kementrian Pertanian · Simluhtan · KATAM Terpadu Modern

Tentang Kami · Kontak

Copyright © 2019 cyberextension


All right reserved

Anda mungkin juga menyukai