Home /
Jum'at, 30 Agu 2019
BAB. I. KEBUTUHAN AIR TANAMAN
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2006 Tentang Irigasi, Penggunaan air irigasi
adalah kegiatan memanfaatkan air dari petak tersier untuk mengairi lahan pertanian pada saat
diperlukan. Pemanfaatan memiliki arti memberi atau mengairi dimana didalamnya terkait jumlah
dan cara pemberian.
Jumlah air yang digunakan pada lahan sawah merupakan kebutuhan air aktual, yaitu air yang
digunakan untuk evaporasi, transpirasi, penggenangan dan perkolasi.
Evapotranspirasi(ET) adalah adalah Jumlah air yang di transpirasikan dalam suatu waktu oleh
tanaman hijau pendek, tanah terlindung sempurna, tanaman seragam tingginya dan tidak
kekurangan air.
Perkolasi adalah Perkolasi merupakan peristiwa meresapnya air kedalam tanah secara vertikal
yang diakibatkan gaya gravitasi bumi.
Besarnya perkolasi dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah, kedalaman muka air, tebal lapisan
tanah atas periode pertumbuhan serta bercocok tanamnya.
Kebutuhan air aktual padi sawah secara sederhana dapat diukur dengan menggunakan skala
miring pada petakan lisimeter 1. Skala miring dapat dibuat dari bahan kayu (reng) dan mistar
plastik dengan skala 1 : 10 , artinya bahwa 10 cm pada mistar skala miring sama dengan
ketinggian genangan air 1 cm.
Pada petakan lisimeter selalu ada genangan air (sekitar 5 cm) agar pengamatan tiap hari dapat
dilakukan yaitu dengan membaca perubahan air pada mistar pada setiap pagi hari. Untuk
mencegah keretakan tanah pada pematang, maka pematang dilapis dengan plastik.
Pada kondisi tanah yang datar, diperlukan sebuah petakan lisimeter untuk luasan 500 m2 dan
pada tanah dengan kemiringan sekitar 5 % dibutuhkan 5 petakan lisimeter. ET aktual dapat
diperoleh dari rumus: ET (potensial) x Koefisien Tanaman (kc).
Nilai kc bervariasi dari 0,5 – 0,8. ET potensial dapat diduga dari : E x fp dimana
E: evaporasi panci dan fp adalah faktor panci besarnya : 0,4 - 0,6. Data curah hujan diperoleh
dari hasil pengukuran penakar hujan dari stasiun klimatologi.
Manfaat dari hasil pengukuran kebutuhan air aktual yaitu dapat ditentukannya jumlah kebutuhan
air irigasi pada berbagai fase pertumbuhan tanaman ataupun berbasis periode waktu tertentu
setelah dikurangi curah hujan efektif.
Kebutuhan air irigasi (I) : ET + S & P – Che. Curah hujan efektif (Che) diasumsikan sama
seperti curah hujan total pada musim kemarau sedangkan pada musim hujan besarnya curah
hujan efektif yaitu 80 % dari curah hujan total.
Kebutuhan air irigasi berbasis kedalaman air dengan satuan mm/hari dapat dinyatakan dengan
basis aliran air dalam satu saluran (debet air) yaitu : bahwa 10 mm/hari = 0,116 lt/dt/ha atau 1
mm/hari = 0,0116 lt/dt/ha.
Rata-rata kebutuhan air bervariasi menurut lokasi, jenis dan sifat fisik tanah dan klas drainase
lahan atau kondisi hidrologi setempat.
Ditinjau dari tahapan pertumbuhan tanaman atau satu siklus tumbuh budidaya padi, kebutuhan
airnya adalah meliputi kebutuhan untuk pengolahan tanah, pembibitan, tanam sampai primordia,
primordia sampai pembungaan, bunga 10 % s.d penuh, bunga penuh s.d pemasakan dan
pemasakan s.d panen.
Menurut Agus Andoko, 2002, memberikan pegangan atau acuan tentang kebutuhan air untuk
tanaman padi sawah berdasarkan fase pertumbuhan yaitu sebagai berikut:
Sasaran utama dalam konsep hemat air adalah produktivitas air ( perbandingan antara hasil
gabah dengan konsumsi air total) yang lebih tinggi dari produktivitas air dengan pemberian
secara kontinyu. Atas hal tersebut, ada 2 strategi yang ditempuh dalam perbaikan produktivitas
air :
Peningkatan produksi gabah selain ditempuh melalui perbaikan teknologi dapat pula ditempuh
melalui input air dan penurunan konsumsi air total dan reduksi evaporasi, perkolasi dan
rembesan dipetakan usahatani.
Hal yang menjadi dasar pertimbangan dalam konsep hemat air adalah :
Aplikasi hemat air dalam budidaya padi sawah dapat ditempuh mulai tahapan persiapan lahan
dan selama pertumbuhan tanaman bahkan pada fase menjelang panen. Teknik hemat air dapat
dilakukan dengan cara perbaikan atau penyesuaian teknik budidaya dengan potensi sumber daya
air setempat dan melalui inovasi cara pemberian air.
Di dalam prakteknya teknik hemat air yang mudah dilaksanakan mencakup adalah:
Penyesuain waktu dan cara pengolahan tanah dengan jadwal pemberian air,
1. Pengaturan penggenangan air menurut fase pertumbuhan tanaman baik tinggi dan
durasinya (kondisi pasokan air normal),
Drainase permukaan adalah membuang kelebihan air akibat curah hujan atau irigasi yang
berlebihan dengan tujuan agar tanaman lebih kuat (tidak mudah roboh), kondisi aerobik tanah
terjaga dan mengatur pembentukan anakan.
Drainase permukaan diperlukan pada daerah-daerah dengan topografi datar, bercurah hujan
tinggi, dan dalam rangka pembentukan akar intensif, mengurangi kerebahan batang serta
memperbaiki mineralisasi nitrogen dalam tanah.
Bentuk kegiatan Drainase permukaan yang efefktif adalah dengan pembuatan parit tengah
(ukuran lebar 30 cm dan dalam : 30 cm) dengan jarak 1,5 meter sampai 2,0 meter tergantung
tekstur tanah.
Fase pematangan, yaitu dua minggu menjelang panen (batas waktu kritis), jika Drainase
permukaan dilakukan pada waktu seminggu menjelang panen, akan mengakibatkan
kerusakan tanaman dan menggangu proses panen. Selain itu tanaman padi sawah
mempunyai masa kritis terhadap ”full submergence” ( pertumbuhan penuh ) dari
primordia bunga sampai pembuangan dan dengan tinggi genangan air (25 % dari tinggi
tanaman) selama fase tersebut akan mengurangi hasil sekitar 20 - 30 %
Tanaman berumur 30 - 40 hari HST.
Drainase permukaan dilakukan saat tanaman umur 30-40 setelah tanam (sebelum tercapai anakan
maksimal) selama 5 - 7 hari untuk menekan munculnya anakan yang tidak produktif, sehingga
tingkat produksi gabah per malai, bobot individu gabah dan hasil meningkat.
Teknik ini sesuai dilakukan terutama pada lahan sawah dengan kondisi drainase buruk. Teknik
ini dapat dilakukan pada musim hujan maupun kemarau.
Drainase permukaan juga penting dilakukan untuk menekan emisi gas metan (rumah kaca) dan
juga mengurangi keracunan di daerah perakaran.
Cara pemberian air secara terputus-putus ini biasa dikenal dengan Intermitten atau berselang.
Dalam kontek upaya hemat air pertanian, beberapa cara pemberian secara terputus-putus ini
adalah sebagai berikut:
Pemberian air macak-macak ditujukan untuk mengurangi laju serapan air kedalam tanah,
rembesan dan tekanan akibat perbedaan tinggi air sehingga kebutuhan air irigasi dapat dikurangi.
Hasil penelitian Iwan Juliardi dan Ade Ruskandar, 2006 menunjukan bahwa kebutuhan air
untuk padi sawah cukup 0,74 - 1,2 liter/det/ha atau 6,39 - 10,37 mm/hari/ha.
Cara pemberian pada metode gilir-giring ini, interval waktu pemberian air menjadi dasar dalam
merancang sistem pergiliran air pada suatu wilayah tersier bila kondisi debit air di saluran
sekunder berada di bawah normal.
Batas kritis selang hari pengairan untuk tanaman padi Sawah adalah 4 hari dan di atas batas ini
varietas unggul baru (VUB) padi sawah akan mengalami penurunan hasil. Dengan cara ini, areal
sawah yang diairi pada musim kemarau menjadi 2 kali lebih luas.
Pengairan berselang adalah cara pemberian air pada sawah digenangi dan dikeringkan secara
berselang. Pengairan berselang tergantung jenis tanah dan pola pengairan.
Untuk menghemat air irigasi sehingga areal yang dapat diairi menjadi lebih luas
memberi kesempatan pada akar tanaman untuk mendapatkan udara sehingga dapat
berkembang lebih dalam
mencegah timbulnya keracunan besi
mengurangi kerebahan
menyeragamkan pemasakan gabah dan mempercepat waktu panen
memudahkan pengendalian hama keong mas, mengurangi penyebaran hama wereng
coklat dan penggerek batang, dan mengurangi kerusakan tanaman padi oleh serangan
hama tikus.
Pengairan Sistem Basah Kering pada dasarnya merupakan pengembangan dari cara Intermitten
(terputus-putus), dengan melengkapi alat bantu sederhana berupa paralon atau bambu yang
dibenamkan kedalam tanah.
Metode basah kering ini, dikembangkan oleh IRRI bekerjasama dengan Balai Besar Padi yangi
pada dasarnya mengatur pemberian air sesuai kebutuhan tanaman padi.
Ditinjau dari penerapan konsep hemat air, cara PBK ini merupakan salah satu teknik
penghematan dalam budidaya padi sawah yang mudah diterapkan melalui alternasi genangan air
(flooded) dan non genangan air berdasarkan fase pertumbuhan tanaman.
Bagaimana mengaplikasikan cara PBK untuk padi sawah ini, beberapa hal perlu disiapkan
Bahan yang perlu disiapkan dapat berupa paralon berdiameter 4 “ (diameter 10 - 15 cm) dengan
tebal 2 mm atau bahan metal yang anti karat, tetapi lebih praktis mudah dan banyak tersedia,
gunakan paralon karena mudah dalam pembuatan lubangnya.
Cara membuat
1) Aplikasi di lapangan
Jumlah tabung silinder yang dianggap mewakili untuk luasan 0,25 ha pada daerah datar adalah 1
buah ( 4 buah per ha) dan jika lahannya memiliki kemiringan 5 %, gunakan 2 alat untuk luas
lahan yang sama berarti 8 buah per ha nya.
Cara Peletakan/Pemasangan
c). Cek jarak dari permukaan tanah 15 cm ( Tabung 35 cm) atau 20 cm (tabung 40 cm)
Cara Pengamatan
1. Pengamatan kondisi air dilakukan mulai tanam hingga 1 (satu) minggu sebelum
tanaman berbunga.
Untuk mengetahui keadaan air di petak sawah maka dilakukan pengamatan terhadap alat dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Menghemat penggunaan air 15% sampai 30% di banding cara konvensional yaitu dengan
penggenangan air secara kontinyu.
Meningkatkan produktivitas air,
Mengurangi populasi wereng coklat, nematoda di daerah perakaran,
Mengurangi emisi gas metan
Dapat memperbaiki kualitas hasil gabah.
Bersinergi dengan pemupukan. Serapan hara tinggi pada kondisi tanah basah-kering.
Dapat menekan keracunan tanaman akibat akumulasi besi (Fe) dalam tanah
Apabila dikombinasikan dengan pengendalian gulma menggunakan cara manual (tangan
gasrok/landak) dan pemupukan, maka pupuk dapat bercampur dengan tanah sehingga
pemakaiannya lebih efisien
Menghambat perkembangan hama (penggerek batang, wereng coklat, keong mas) dan
penyakit (busuk batang, busuk pelepah daun) tanaman padi
Tanaman padi lebih tahan rebah, kriteria sistem perakaran yang lebih dalam.
Penggenangan terus menerus adalah memberikan air langsung dari saluran tersier ke petakan
melalui pintu-pintu air yang ada.
Pemberiaan air irigasi pada lahan sawah secara digenang terus menerus memberi pengaruh
terhadap hal-hal sebagai berikut :
Dalam budidaya tanaman padi, terdapat pengaturan pemberian air secara tergenang. Hal ini
dilakukan dengan pertimbangan:
Pasokan N terjadi karena meningkatnya fiksasi N biologi yang dapat terjadi dalam air permukaan
dan dalam tanah tereduksi, serta terjadinya akumulasi yang lebih cepat dari N anorganik karena
adanya mineralisasi sumber N organik (Hardjowigeno dan Luthfi, 2005).
Namun demikian penggenangan lahan dapat menyebabkan ketersediaan N yang rendah dalam
tanah sawah yang tergenang air permanen atau semi permanen. Hal ini terjadi karena di bawah
kondisi tersebut mineralisasi N tanah terhambat sehingga defisiensi N dapat terjadi sekalipun
kandungan N tanah cukup tinggi. Penggenangan menyebabkan kerusakan jaringan perakaran
akibat terbatasnya pasokan oksigen. Semakin tinggi air, semakin kecil oksigen terlarut.
Dampaknya adalah bahwa akar padi tak mampu mengikat oksigen sehingga jaringan perakaran
rusak.
Memberikan air dari saluran tersier ke petakan satu biasanya terletak paling atas, kemudian
setelah penuh air dialirkan ke petakan berikutnya yang terletak di bawahnya.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian tentang kebutuhan air tanaman dan teknik pengairan padi sawah secara
efisien, simpulan yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut :
1. Pengairan berselang adalah salah satu metode pengairan yang dapat diukur secara praktis
yang disebut juga pengairan basah-kering/Alternate Wetting and Drying (AWD) atau
pengairan basah kering (PBK) yaitu pengaturan air di lahan pada kondisi tergenang dan
kering secara bergantian
2. AWD bertujuan untuk menghemat air irigasi, memberi kesempatan akar tanaman
berkembang lebih dalam, mencegah timbulnya keracunan besi, mengurangi kerebahan,
menyeragamkan pemasakan gabah dan mempercepat waktu panen serta memudahkan
pengendalian hama.
1. AWD Teknik penghematan pemanfaatan air untuk budidaya padi sawah yang
mudah diterapkan yaitu alternasi genangan air (flooded) dan non genangan air
berdasarkan fase pertumbuhan tanaman padi sawah.
2. Kebutuhan air terbanyak pada saat penyiapan lahan sampai tanam dan memasuki
fase bunting sampai pengisian bulir padi. Kebutuhan air untuk pengolahan tanah
sampai siap tanam (30 hari) mengkonsumsi air 20 % dari kebutuhan air untuk
padi sawah dan fase bunting sampai pengisian bulir (15 hari) mengkonsumsi air
sebanyak 35 %.
3. Berdasarkan data tersebut sebetulnya sejak tanam sampai memasuki fase bunting
tidak membutuhkan air banyak, demikian pula setelah pengisian bulir. Oleh
karenanya 15 hari sebelum panen, padi tidak roboh dan ditinjau dari aspek
pemberian air memang tidak perlu lagi.
4. Pengefisienan penggunaan air petakan dapat dilakukan dengan mengairi sawah
dalam keadaan macak-macak. Setelah tanaman padi berumur 14 hari sampai
periode bunting tidak memerlukan air banyak. Kebiasaan petani menggenangi
sawahnya sampai 5 cm bahkan lebih karena petani tidak membayar air yang
digunakan tersebut, sehingga cenderung bermewah-mewah dengan air.
Tindak Lanjut
Setelah mempelajari materi bab demi bab tentunya Saudara sudah memahami tentang
Penggunaan Air Dengan Sistem Basah Kering (AWD), bahkan telah melakukan praktek
sehingga memahami kebutuhan air tanaman padi secara actual dan mengetahui kebutuhan air
dalam siklus pertumbuhan tanaman padi dan dapat menggunakan konsep hemat air dalam
budidaya padi sawah melalui tehnik pengairan dengan system basah kering.
Apabila Saudara belum sepenuhnya memahami, cobalah pelajari kembali materi-materi di atas
secara cermat bab demi bab.
Guna lebih memantapkan pemahaman Saudara cobalah mencari materi pendukung baik melalui
buku, referensi, artikel maupun internet.
Selanjutnya saudara diharapkan mampu menyusun bahan ajar dan atau peta singkap dalam
Diklat Teknis Agribisnis Padi Bagi Gapoktan dan Pemuda Tani
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Pelatihan, BB Padi, 2008, Pelatihan TOT SL PTT Padi
Nasional, Jakarta
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2009, Revolusi Hijau, Peran dan Dinamika Lembaga Riset
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2010, PTT Padi Lahan Sawah Pasang Surut.
TERBARU
selamatkan bumi melalui program genta organik
indonesia raja penghasil kelapa sawit dunia
optimalkan sumber nutrisi tanaman alternatif mendukung
program genta organik