Anda di halaman 1dari 21

IRIGASI DAN

BANGUNAN AIR I

BAB I
GUGUS IHSAN GAMA
HARTONO
191910301066
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Air merupakan salah satu jenis sumber daya alam yang tidak dapat
diperbarui, dimana keberadaannya sangat dibutuhkan dalam keberlangsungan
hidup manusia. Air menjadi salah satu aspek pemenuhan kebutuhan langsung
seperti bahan baku air minum, air industri, dan semacamnya. Selain itu, air
juga dimanfaatkan sebagai pemenuhan kebutuhan secara tidak langsung,
seperti pemanfaatannya dalam dunia peternakan, penggunaan pembangkit
listrik tenaga air, serta irigasi.
Irigasi merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh manusia untuk
mendatangkan / menyalurkan air dengan cara membuat bangunan ataupun
saluran-saluran yang menuju ke sawah maupun ladang yang dilakukan secara
teratur dan membuang air yang sudah tidak diperlukan lagi, sehingga air
dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan pertanian dengan sebaik-
baiknya.
Kebutuhan akan sumber daya air cenderung meningkat seiring dengan
bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia. Sehingga untuk potensi air
yang melimpah harus dilakukan pemberdayaan semaksimal mungkin.
Berbagai industri khususnya pada sektor pertanian di Indonesia terus
mengembangkan pembangunan dan perencanaan irigasi guna mencukupi
kebutuhan air pada lahan pertanian. Pembangunan sarana dan prasarana
pengairan termasuk saluran irigasi dan bendungan atau dam, hampir tidak
pernah berhenti sepanjang waktu.
Berdasarkan hal tersebut, pembangunan dan perencanaan irigasi
hendaknya dilakukan secara tepat dengan memperhatikan kebutuhan air yang
diperlukan. Untuk mengetahui jumlah kebutuhan air yang harus disediakan di
lahan pertanian beririgasi, terlebih dahulu dibuatlah pola tata tanam. Cara
perencanaan pola tata tanam adalah dengan mengatur awal masa tanam, jenis
tanaman, dan varietas tanaman dalam suatu tabel perhitungan dengan
berbagai metode. Dalam hal ini, awal masa tanam yaitu pada minggu ke-3

AGISTA HEPPYNENG TYAS (1)


181910301066
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

Oktober, jenis tanamannya palawija dengan varietas kedelai, dan metode


yang yang digunakan adalah Brantas Multipurpose Project. Dengan
penetapan pola tata tanam dan metode yang diterapkan, maka diharapkan
pemanfaatan persediaan air irigasi dapat berlangsung secara efektif sehingga
tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Pembelajaran terkait bagaimana pola tata tanam yang tepat serta
perencanaan irigasi dan bangunan air sangat diperlukan sebagai dasar
keilmuan mahasiswa teknik sipil. Maka dari itu, pengerjaan tugas besar
irigasi dan bangunan air 1 ini perlu dilakukan dengan sebaik-baiknya guna
mengetahui bagaimana perencanaan sistem irigasi dan pola tata tanam yang
tepat serta efektif sehingga sebagai mahasiswa teknik sipil nantinya dapat
merencanakan sistem irigasi dan bangunan air.

Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam tugas besar irigasi
dan bangunan air ini yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimana perhitungan kebutuhan air pada perencanaan pola tata tanam
padi dan palawija ?
2. Berapa jumlah kebutuhan air irigasi pada pola tata tanam dengan
analisa curah hujan metode Brantas Multipurpose Project ?
3. Bagaimana perencanaan saluran pembawapada suatu saluran irigasi ?

Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan tugas besar irigasi dan bangunan air 1
iniyaitu:
1. Mengetahui perhitungan kebutuhan air di intake pada perencanaan
pola tata tanam padi dan palawija.
2. Mengetahui kebutuhan air irigasi pada pola tata tanam kedelai
dengan analisa curah hujan metode Brantas Multipurpose Project.
3. Untuk mengetahui perenecanaan saluran pembawa pada suatu
saluran irigasi.

AGISTA HEPPYNENG TYAS (2)


181910301066
IRIGASI DAN
BANGUNAN AIR
I

BABII
AGISTA HEPPYNENG
TYAS
181910301066
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

BAB II
LANDASAN TEORI

Kebutuhan Air Irigasi


Kebutuhan air irigasi merupakan jumlah volume air yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan evapotranspirasi, kehilangan air, kebutuhan air untuk
tanaman dengan memperhatikan jumlah air yang diberikan oleh alam melalui
hujan dan kontribusi air tanah.
Berdasarkan SNI tahun 2002 mengenai air irigasi dijelaskan kebutuhan air
irigasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut:
 Kebutuhan untuk penyiapan lahan (IR)
 Kebutuhan air konsumtif untuk tanaman (Etc)
 Perkolasi (P)
 Kebutuhan air untuk penggantian lapisan air (RW)
 Curah hujan efektif (ER)
 efisiensi air irigasi (EI)
 Luas lahan irigasi (A)
Adapun rumus untuk menghitung kebutuhan air irigasi:
𝐼𝑅 + 𝑒𝑡𝑐 + 𝑅𝑊 + 𝑃 – 𝐸𝑅
𝐼𝐺 = 𝑥𝐴
𝐸𝐼
Keterangan :
IG = kebutuhan air irigasi (m3)
Etc = kebutuhan air konsumtif (mm/hari)
IR = kebutuhan air untuk penyiapan lahan (mm/hari)
RW = kebutuhan air untuk mengganti lapisan air
(mm/hari) P = perkolasi (mm/hari)
ER = hujan efektif
(mm/hari) EI = efisiensi irigasi
A = luas areal irigasi (m2)

GUGUS IHSAN GAMA HARTONO (3)


191910301066
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

Evaporasi
Evaporasi merupakan suatu peristiwa perubahan air menjadi uap. Dalam
proses penguapan, air berubah menjadi uap karena adanya energi panas matahari.
Laju evaporasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut:
 Lamanya Penyinaran Matahari
 Kecepatan Angin
 Kelembaban udara
 Temperatur udara dan lain-lain.
Terdapat beberapa metode untuk menghitung besarnya evaporasi
diantaranya yang sering digunakan yaitu metode Penman.
Rumus perhitungan evaporasi metode Penman yaitu:
Eo = 0.035(1+0.24  ) ea  ed 

Atau

Eo = 0,35 (Pa - Pu) (1 + U2/100)


Keterangan:
Eo = Penguapan dalam mm/hari
Pa = Tekanan uap jenuh pada suhu rata harian dalam
mmHg Pu = Tekanan uap sebenarnya dalam mmHg
U2 = Kecepatan Angin pada ketinggian 2 m dalam mile/hari, sehingga
bentuk U2 dalam m/dt masih harus dikalikan 24 x 60 x 60 x 1600
 = Kecepatan Angin (m/det)
(Sumber : Materi Kuliah Irigasi dan Bangunan Air. Dr. Gusfan Halik,
S.T., M.T.)

Pola Tata Tanam


Pola tata tanam adalah jadwal tanam dan jenis tanaman yang diberikan
pada suatu jaringan irigasi. Selain itu pola tata tanam juga merupakan rencana
tanam berbagai jenis tanaman yang akan dibudidayakan dalam suatu lahan
beririgasi periode satu tahun. Untuk memenuhi kebutuhan air bagi tanaman,
penentuan pola tata tanam merupakan hal yang perlu dipertimbangkan.

GUGUS IHSAN GAMA HARTONO (4)


191910301066
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

Tabel dibawah ini merupakan contoh pola tata tanam yang tepat dipakai.

Tabel Pola Tata Tanam


Ketersediaan air untuk irigasi Pola Tanam Dalam Satu Tahun
1. Tersedia Air Cukup Banyak Padi-Padi-Palawija
2. Tersedia Air Dalam Jumlah Padi-Padi-Bera-Padi-Palawija-
Cukup Palawija
3. Daerah Yang Cenderung Padi-Palawija-Bera-Palawija-Padi-
Kekurangan Air Bera
(Sumber : Materi Kuliah Irigasi dan Bangunan Air. Dr. Gusfan Halik,
S.T., M.T.)
Pola tata tanam yang berlaku pada setiap daerah akan berbeda dengan
daerah lain, karena karakteristik setiap daerah juga berbeda (Wirosoedarmo,
1985)
Dua hal pokok yang mendasari diperlukannya pola tata tanam :
 Persediaan air irigasi di musim kemarau yang terbatas.
 Air yang terbatas harus dimanfaatkan sebaik- baiknya, sehingga
tiap petak mendapatkan air sesuai dengan jumlah yang diperlukan.

Tata tanam merupakan upaya pengaturan air yang disesuaikan dengan


kebutuhan tanaman, jenis tanaman dan luas baku sawah pada suatu lahan
pertanian.
Faktor-faktor yang memperngaruhi pola tata tanam yaitu:
 Iklim
Keadaan pada musim hujan dan musim kemarau akan berpengaruh
pada persediaan air. Untuk tanaman yang terdapat pada musim hujan
maka persediaan air untuk tanaman tesebut berada pada jumlah besar,
dan sebaliknya pada musim kemarau persediaan air akan menurun.
 Topografi
Letak atau ketinggian lahan dari permukaan air laut berpengaruh
terhadap suhu dan kelembaban udara dimana keduanya
mempengaruhi pertumbuhan tanaman.

GUGUS IHSAN GAMA HARTONO (5)


191910301066
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

 Debit Air yang Tersedia


Debit air pada musim hujan akan lebih besar dibandingkan pada
musim kemarau, sehingga harus diperhitungkan apakah debit saat itu
mencukupi jika akan ditanam suatu jenis tanaman tertentu.

Tujuan pola tata tanam yaitu sebagai berikut:


 Menghindari ketidakseragaman tanaman
 Menetapkan jadwal waktu tanam agar mudah dalam usaha
pengelolahan air irigasi
 Peningkatan efiensi irigasi
 Meningkatkan hasil produksi pertanian

Koefisien Tanaman
Koefisien Tanaman didefinisikan sebagai perbandingan antara besarnya
evaporasi potensial dan evaporasi acuan (eto). Koefisien tanaman ini digunakan
dalam perhitungan kebutuhan air dalam pola tata tanam. Koefisien tanaman pada
setiap jenis tanaman berbeda-beda. Pada perencanaan pola tata tanam kali ini
tanaman yang digunakan yaitu padi dan kedelai sebagai palawija.

Kebutuhan Air
Kebutuhan Air untuk Penyiapan Lahan
Kebutuhan air untuk penyiapan lahan umumnya menentukan
kebutuhan air irigasi pada suatu proyek irigasi. Faktor-faktor penting
yang menentukan besarnya kebutuhan air untuk penyiapan lahan yaitu
sebagai berikut:
 Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan
penyiapan lahan.
 Jumlah air yang diperlukan untuk penyiapan lahan

GUGUS IHSAN GAMA HARTONO (6)


191910301066
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

Faktor-faktor penting yang menentukan lamanya jangka waktu


penyiapan lahan yaitu sebagai berikut:
 Tersedianya tenaga kerja dan ternak penghela atau traktor untuk
menggarap tanah.
 Perlu memperpendek jangka waktu tersebut agar tersedia cukup
waktu untuk menanam padi sawah atau padi ladang dua.
Faktor-faktor tersebut saling berkaitan, kondisi sosial, budaya yang
ada didaerah penanaman padi akan mempengaruhi lamanya waktu yang
diperlukan untuk penyiapan lahan. Untuk daerah irigasi baru, jangka
waktu penyiapan lahan akan ditetapkan berdasarkan kebiasaan yang
berlaku di daerah-daerah di dekatnya. Sebagai pedoman diambil jangka
waktu 1,5 bulan untuk menyelesaikan penyiapan lahan di seluruh petak
tersier.
(Sumber : Materi Kuliah Irigasi dan Bangunan Air. Dr. Gusfan
Halik, S.T., M.T.)

Jumlah air yang dibutuhkan untuk penyiapan lahan dapat


ditentukan berdasarkan kedalaman serta porositas tanah di sawah.
Rumus berikut dipakai untuk memperkirakan kebutuhan air untuk
lahan:
𝑆𝑎−𝑆𝑏
PWR = + Pd + FI
1000

Keterangan :
PWR= Kebutuhan air untuk penyiapan lahan (mm)
Sa = Derajat Kejenuhan tanah setelah penyiapan lahan dimulai
(%) Sb = Derajat kejenuhan tanah sebelum penyiapan lahan
dimulai(%)
N = Porositas tanah dalam (%) pada harga rata-rata untuk kedalaman
tanah
d = Asumsi kedalaman tanah setelah pekerjaan penyiapan
lahan (mm)
Pd = Kedalaman tanah genangan setelah pekerjaan penyiapan lahan

GUGUS IHSAN GAMA HARTONO (7)


191910301066
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

FL = Kehilangan air di sawah 1 hari (mm)


Untuk tanah bertekstur berat tanpa retak-retak, kebutuhan air untuk
penyiapan lahan diambil 200 mm ini termasuk air untuk penjenuhan
dan pengolahan tanah.

Kebutuhan Air selama Penyiapan Lahan

Pada perhitungan irigasi selama penyiapan lahan, digunakan


metode yang dikembangkan oleh Van de Goor dan Ziljlstar (1968).
Metode tersebut didasarkan pada laju air konstan dalam lt/dt selama
periode penyiapan lahan dan menghasilkan rumus sebagai berikut:
IR = Mek/ (ek - 1)
Keterangan :
IR = Kebutuhan air irigasi ditingkat persawahan (mm/hari)
M = Kebutuan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi
dan perkolasi di sawah yang sudah dijenuhkan M = Eo+P (mm/hari)
Eo = Evaporasi air terbuka yang diambil 1,1 Eto selama penyiapan
lahan (mm/hari)
P = Perkolasi
K = MT/S
T = Jangka waktu penyiapan lahan (hari)
S = Kebutuhan air, untuk penjenuhgan ditambah dengan lapisan
air 50 mm, yakni 200+50 =250 mm.
(Sumber : Materi Kuliah Irigasi dan Bangunan Air. Dr. Gusfan
Halik, S.T., M.T.)

Perkolasi
Perkolasi merupakan proses mengalirnya air ke bawah secara gravitasi
sehingga mencapai permukaan air tanah pada lapisan jenuh air.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkolasi :
 Tekstur tanah
Tekstur tanah yang halus, daya perkolasi kecil, dan sebaliknya.

GUGUS IHSAN GAMA HARTONO (8)


191910301066
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

 Permeabilitas tanah
Makin besar permeabilitas, makin besar daya perkolasi.
 Tebal top soil
Makin tipis lapisan tanah bagian atas, makin kecil daya perkolasi.
 Letak permukaan air tanah
Makin dangkal muka air tanah, makin kecil daya perkolasi.
 Kedalaman lapisan impermeabel
Makin dalam, makin besar daya perkolasi.
 Tanaman penutup
Lindungan tumbuh-tumbuhan yang padat menyebabkan infiltrasi
semakin besar yang berarti perkolsi makin besar pula.

Perkiraan besarnya infiltrasi dan perkolasi berdasarkan jenis tanah :


 Sandy loam : 1 + P = 3 s/d 6 mm/hari
(apabila pasir dilepas tidak ada yg nempel)
 Loam : 1 + P = 2 s/d 3 mm/hari
(apabila pasir dilepas masih lengket)
 Clay loam : 1 + P = 1 s/d 2 mm/hari
(apabila pasir dilepas semua lengket)

Laju perkolasi sangat tergantung kepada sifat-sifat tanah. Pada tanah


lempung berat dengan karakteristik pengolahan yang baik, laju perkolasi dapat
mencapai 1-3 mm/hari. Pada tanah-tanah yang lebih ringan, laju perkolasi bisa
lebih tinggi. Dari hasil penyelidikan tanah pertanian dan penyelidikan kelulusan,
besarnya laju perkolasi serta tingkat kecocokan tanah untuk pengolahan tanah
dapat ditetapkan dan dianjurkan pemakaiannya. Guna menentukan laju perkolasi,
tinggi muka air tanah juga harus diperhitungkan.
(Sumber : Materi Kuliah Irigasi dan Bangunan Air. Dr. Gusfan Halik, S.T.,
M.T.)

GUGUS IHSAN GAMA HARTONO (9)


191910301066
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

Penggantian Air (WLR)


Penggantian lapisan air dilakukan setelah pemupukan. Penggantian lapisan
air dilakukan menurut kebutuhan. Jika tidak ada penjadwalan semacam,
penggantian lapisan air dilakukan sebanyak 2 kali masing-masing 50 mm (atau
3,3 mm/hariselama 1/2 bulan) selama sebulan dan dua bulan setelah transplantasi.
Ketentuan Penggantian Lapisan Air (WLR) yaitu sebagai berikut:
 WLR diperlukan saat terjadi pemupukan, yaitu 1-2 bulan
dari pembibitan (transplantasi)
 WLR = 50 mm (diperlukan penggantian lapisan air yang besarnya
diasumsikan= 50 mm) → KP bagian Penunjang
 Jangka Waktu WLR = 1,5 bulan (selama 1,5 bulan air digunakan
untuk WLR sebesar 50 mm)
(Sumber : Materi Kuliah Irigasi dan Bangunan Air. Dr. Gusfan Halik,
S.T., M.T.)

Curah Hujan Efektif


Curah hujan efektif merupakan jumlah hujan yang jatuh selama periode
pertumbuhan tanaman dan hujan ini berguna untuk memenuhi kebutuhan air
tanaman. Curah hujan efektif dalam pengertian umum hidrologi merupakan curah
hujan yang mengakibatkan limpasan. Sedangkan dalam pengertian irigasi, curah
hujan efektif merupakan curah hujan yang terjadi selama musim tanam dan
ditahan tanah, sehingga dapat digunakan oleh tanaman. Kegunaan curah hujan
efektif yaitu sebagai perhitungan kebutuhan air untuk irigasi sehingga dapat untuk
merencanakan sistem saluran irigasi dan pembuang di lahan irigasi.
Untuk irigasi padi, curah hujan efektif bulanan diambil 70% dari curah hujan
minimum tengah bulanan dengan periode ulang 5 tahun.
Rc = 0,7 x 1/2 Rs (setengah bulanan dengan T = 5
tahun) Keterangan :
Rc = curah hujan efektif (mm/hari)
Rs = curah hujan minimum dengan periode ulang 5 tahun
Adapun beberapa metode untuk mendapatkan curah hujan efektif yaitu:

GUGUS IHSAN GAMA HARTONO (10)


191910301066
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

 Metode Gumbel
 Metode Iwai
 Metode Hazen Plotting
 Metode Analisa frekuensi
Dengan menggunakan rumus
:
R80 = n/5 +1
R90 = n/10 +1
dimana :
R80 = curah hujan yang terjadi dengan tingkat kepercayaan 80%
R90 = curah hujan yang terjadi dengan tingkat kepercayaan 90%

Metode yang digunakan untuk menghitung curah hujan efektif kali ini
adalah metode Brantas Multipurpose Project. Sebelum menggunakan metode
Brantas Multipurpose Project, tahun dasar perencanaan hendaknya ditetapkan
terlebih dahulu yaitu dengan cara:
 Menjumlahkan data curah hujan pada tiap tahunnya
 Mengurutkan hasil penjumlahan data curah hujan dari yang terkecil hingga
terbesar
 Menghitung curah hujan menggunakan metode R80. Hasil perhitungan
metode R80 ini selanjutnya digunakan untuk menentukan tahun dasar
perencanaan. Misal: hasil yang di dapat metode R 80 = 3,4. Maka dipilih
tahun dasar perencanaanya yaitu pada tahun urutan yang ketiga.
Sedangkan untuk mendapatkan data curah hujan metode ini dihitung
dengan ketentuan:
 Jika curah hujan harian <5mm, maka tidak dianggap efektif
 Jika curah hujan harian >50 mm, dianggap kelebihan air sehingga tidak
efektif atau curah hujan efektif = 50 mm
 Curah hujan yang di dapat dari a dan b diasumsikan hanya 90% sehingga
curah hujan efektif=
Curah Hujan a + Curah Hujan b x 0,9

GUGUS IHSAN GAMA HARTONO (11)


191910301066
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
Efisiensi Irigasi

GUGUS IHSAN GAMA HARTONO (12)


191910301066
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

Efisiensi Irigasi merupakan persentase air irigasi yang digunakan untuk


tanaman pada tanah, petak, atau proyek yang menggunakan air, yang
melimpahkan dari sumber persediaan. Efisiensi Irigasi juga dapat diartikan
sebagai perbandingan antara jumlah air yang diberikan dikurangi kehilangan air
dengan jumlah yang diberikan. Kehilangan air tersebut dapat berupa penguapan di
saluran irigasi, rembesan dari saluran atau untuk keperluan lain (rumah tangga).
Efisiensi Pengaliran
Efisiensi Pengaliran merupakan jumlah air yang dilepaskan dari
bangunan sadap ke areal irigasi mengalami kehilangan air selama
pengalirannya. Kehilangan air ini menentukan besarnya efisiensi
pengaliran.
Rumus untuk Efisiensi Pengaliran:
EPNG = (Asa/ Adb) x 100
Keterangan:
EPNG = Efisiensi pengaliran
Asa = Air yang samapai di irigasi
Adb = Air yang diambil dari bangunan sadap

Efisiensi Pemakaian
Efisiensi pemakaian merupakan perbandingan antara air yang dapat
ditahan pada zona perakaran dalam periode pemberian air, dengan air
yang diberikan pada areal irigasi.
Rumus Efisiensi Pemakaian:
EPMK = (Adzp/Asa) x 100%
Keterangan :
EPMK = Efisiensi Pemakai
Adzp = Air yang dapat ditahan oleh zone perakaran
Asa = Air yang diberikan (sampai) di areal irigasi

Efisiensi Penyimpanan

GUGUS IHSAN GAMA HARTONO (13)


191910301066
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

Pada Efisiensi Penyimpanan apabila keadaan sangat kekurangan


jumlah air yang dibutuhkan untuk mengisi lengas tanah pada zona
perakaran merupakan Asp (Air tersimpan penuh) dan air yang diberikan
adalah Adk. Rumus Efisiensi Penyimpanan yaitu sebagai berikut:
EPNY = (Adk/Asp) x 100 %
Keterangan :
EPNY = Efisiensi
Penyimpanan Asp = Air yang
tersimpan
Adk = Air yang diberikan

Perencanaan Saluran Pembawa

Rumus Aliran

Untuk perencanaan ruas, aliran saluran dianggap sebagi aliran


tetap, dan untuk itu diterapkan rumus Strickler
2 1
𝑣 = 𝑘 . 𝑅3 . 𝐼 2
𝐴
𝑅 =
𝑃
𝐴 = (𝑏 + 𝑚ℎ)ℎ

𝑃 = (𝑏 + 2ℎ√1 + 𝑚2)
𝑄=𝑣.𝐴
𝑏=𝑛.ℎ
Dimana :
Q = debit saluran, m3 /dt
v = kecepatan aliran m/dt
A = potongan melintang aliran, m2
R = jari-jari hidrolis, m
P = keliling basah, m
b = lebar dasar, m
h = tinggi air, m
I = kemiringan energi (kemiringan saluran)
GUGUS IHSAN GAMA HARTONO (14)
191910301066
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

k = koefisien kekasaran Stickler, m1/3 /dt


m = kemiringan talut (1 vertikal : m horizontal)

Gambar 2.1 Parameter Potongan Melintang

Rumus aliran diatas juga dikenal sebagai rumus Manning. Koefisien


kekasaran Manning(n) mempunyai harga bilangan 1 dibagi dengan k.

Koefisien Kekasaran Strickler

Koefisien kekasran bergantung kepada faktor-faktor berikut :

 Kekasaran permukaan saluran


 Ketidakteraturan permukaan saluran
 Trase
 Vegetasi (tumbuhan)
 Sedimen

Pengaruh faktor-faktor diatas terhadap koefisien kekasaran saluran


akan bervariasi menurut ukuran saluran. Koefisien-koefisien kekasaran
untuk perencanaan saluran irigasi disajikan pada tabel berikut.

GUGUS IHSAN GAMA HARTONO (15)


191910301066
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

Tabel 2.1 Harga-Harga Kekasaran Koefisien Strickler (k) untuk Saluran-Saluran


Irigasi Tanah

Geometri

Untuk mengalirkan air dengan penampang basah sekecil mungkin,


potongan melintang yang berbentuk setengah lingkaran adalah yang
terbaik. Usaha untuk mendapatkan bentuk yang ideal dari segi hidrolis
dengan saluran tanah berbentuk trapesium, akan cenderung
menghasilkan potongan melintang yang terlalu dalam atau sempit.
Kerugian utama dari saluran yang lebar dan dangkal adalah persyaratan
pembebasan tanah dan pengalirannya lebih tinggi, dan dengan demikian
biaya pelaksanaannya secara umum lebih mahal.

GUGUS IHSAN GAMA HARTONO (16)


191910301066
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

Kemiringan Saluran

Untuk menekan biaya pembebasan tanah dan penggalian, talut


saluran direncanakan securam mungkin. Bahan tanah, kedalaman
saluran dan terjadinya rembesan akan menentukan kemiringan
maksimum untuk talut yang stabil. Kemiringan galian minimum untuk
berbagai bahan tanah disajikan dibawah ini.

Tabel 2.2 Kemiringan Minimum Talut untuk Berbagai Bahan Tanah

Tabel 2.3 Kemiringan Talut Minimum untuk Saluran Timbunan


yang Dipadatkan dengan Baik

Untuk tanggul yang tingginya lebih dari 3 m lebar bahu (berm)


tanggul harus dibuat sekurang-kurangnya 1 m (setiap 3 m). Bahu
tanggul harus dibuat setinggi muka air rencana di saluran. Untuk
kemiringan luar, bahu tanggul (jika perlu) harus terletak di tengah-
tengah antara bagian atas dan pangkal tanggul.

GUGUS IHSAN GAMA HARTONO (17)


191910301066
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

Lengkung Saluran
Lengkung yang diizinkan untuk saluran tanah bergantung kepada:

 Ukuran dan kapasitas saluran


 Jenis tanah
 Kecepatan aliran
Jari-jari minimum lengkung seperti yang diukur pada as harus
diambil sekurang-kurangnya 8 kali lebar atas pada lebar permukaan air
rencana. Jari-jari minimum untuk lengkung saluran yang diberi
pasangan harus seperti berikut :
 3 kali lebar permukaan air untuk saluran-saluran kecil (<0,6 m3
/dt); dan sampai dengan
 7 kali permukaan air untuk saluran-saluran yang besar (>10 m3 /dt)

Tinggi Jagaan

Tinggi jagaan berguna untuk:

 Menaikkan muka air diatas tinggi muka air maksimum


 Mencegah kerusakan tanggul saluran
Tinggi jagaan minimum yang diberikan pada saluran primer dan
sekunder dikaitkan dengan debit rencana saluran seperti yang
diperlihatkan dalam tabel berikut.

Tabel 2.4 Tinggi Jagaan Minimum untuk Saluran Tanah

GUGUS IHSAN GAMA HARTONO (18)


191910301066
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

Lebar Tanggul

Untuk tujuan-tujuan eksploitasi, pemeliharaan dan inspeksi akan


diperlukan tanggul di sepanjang saluran dengan lebar minimum.

Tabel 2.5 Lebar Minimum Tanggul

Jalan inspeksi terletak di tepi saluran di sisi yang diairi agar


bangunan sadap dapat dicapai secara langsung dan usaha penyadapan
liar makin sulit dilakukan. Lebar jalan inspeksi dengan perkerasan
adalah 5,0 m atau lebih, dengan lebar perkerasan sekurang-kurangnya
3,0 m.

Kecepatan Ijin Saluran

Keceptan-kecepatan maksimum untuk aliran subkritis berikut ini


dianjurkan pemakaiannya :

 Pasangan batu : kecepatan maksimum 2 m/dt


 Pasangan beton : kecepatan maksimum 3 m/dt
 Pasangan tanah : kecepatan maksimum yang diizinkan
 Ferrocement : kecepatan 3 m/dt

GUGUS IHSAN GAMA HARTONO (19)


191910301066

Anda mungkin juga menyukai