Anda di halaman 1dari 18

ANALISA KEBUTUHAN AIR IRIGASI DAN PENJADWALAN

IRIGASI (STUDI KASUS PADA DAERAH IRIGASI KUMISIK,


JAWA TENGAH)

Analysis of Irrigation Water Needs and Irrigation Schedule (Case in


Kumisik Irrigation Area, Central Java)

Gary Aqnar Adinugraha (1), Maharani Bilqist Caroline (2), Zayyaan Nabiila Khairunnisa(3)
1,2,3)
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor, Jln. Raya Dramaga, Kampus
IPB Dramaga, Bogor, 16680
bilqistcaroline@apps.ipb.ac.id

Abstrak :. Kebutuhan air di persawahan ini kemudian disebut dengan kebutuhan air irigasi. Sumber air
yang umum digunakan irigasi berasaldari air permukaan, terutama air sungai. Debit air yang diambil
umumnya dikontrol atau diatur oleh bangunan pengambil air (intake). Besaran air yang diambil biasanya
disesuaikan dengan debit air yang ada di sungai. Penjadwalan dan ketersediaan air untuk memenuhi
kebutuhan tanaman dapat diprediksi dengan megetahui besarnya kebutuhan air irigasi. Oleh karena itu,
analisis ini dilakukan untuk mengetahui besarnya kebutuhan air irigasi dan kombinasi pola tanam yang
efektif digunakan. Nilai SKA berada diatas KP kecuali pada tanaman padi di golongan 2 masa tanam 1
dan tanaman padi di golongan 3 masa tanam 1. Besarnya nilai SKA padi pada golongan 2 masa tanam 1
sebesar 1,05 lt/dt/ha, sedangkan nilai KP sebesar 1,125 lt/dt/ha. Pola tanam golongan 4 sudah terhitung
total kebutuhan air intake-nya terkecil dibandingkan golongan lainnya sehingga dapat dioptimalkan
dengan mengganti jenis palawijanya. Rekomendasi lainnya yang dapat dilakukan adalah menampung
air pada bulan Januari, Februari, Maret, dan Desember. Pemilihan pola tanam dan jadwal tanam akan
sangat berpengaruh pada proses pertanian. Pemilihan jenis tanaman yang baik akan berpengaruh pada
kebutuhan air irigasi. Perubahan jenis tanaman dan jadwal tanam dapat menurunkan/mengurangi
kebutuhan air irigasi.
Kata Kunci : Efisiensi, kebutuhan air, SKA

Abstract : The need for water in the rice fields is then called the need for irrigation water. The water
source commonly used for irrigation comes from surface water, especially river water. The flow of water
taken is generally controlled or regulated by the intake building. The amount of water taken is usually
adjusted to the water discharge in the river. Scheduling and availability of water to meet crop needs can
be predicted by knowing the amount of irrigation water needs. Therefore, this analysis was conducted
to determine the amount of irrigation water needs and the combination of effective cropping patterns
used. The SKA value is above the KP except for rice plants in group 2 of planting period 1 and rice
plants in group 3 of planting period 1. The value of SKA for rice in group 2 of planting period 1 is 1.05
lt/sec/ha, while the KP value is 1.125 lt/sec/ha. The cropping pattern of group 4 has calculated that the
total water intake requirement is the smallest compared to other groups so that it can be optimized by
changing the type of secondary crops. Another recommendation that can be done is to collect water in
January, February, March, and December. The choice of cropping pattern and cropping schedule will
greatly affect the agricultural process. Selection of a good type of plant will affect the need for irrigation
water. Changes in plant species and cropping schedules can reduce/reduce irrigation water
requirements.
Keyword : Eficiation,SKA, water needs
PENDAHULUAN
Air adalah sumber daya alam yang sangat penting untuk kelangsungan hidup semua
makhluk hidup. Kebutuhan air di persawahan ini kemudian disebut dengan kebutuhan
air irigasi. Sumber air yang umum digunakan irigasi berasal dari air permukaan,
terutama air sungai. Pengambilan air sungai dilakukan dengan membuat bendungan
untuk meninggikan elevasi muka air dan menahan laju air, yang kemudian dialirkan ke
lahan pertanian melalui saluran-saluran irigasi. Debit air yang diambil umumnya
dikontrol atau diatur oleh bangunan pengambil air (intake). Besaran air yang diambil
biasanya disesuaikan dengan debit air yang ada di sungai (Tampubolon 2017).
Perencanaan pendahuluan suatu sistem irigasi perlu dikerjakan analisis hidrologi
termasuk mengenai kebutuhan air (consumative use), dimana jumlah kebutuhan air
akan menentukan perencanaan bangunan irigasi. Perkiraan banyaknya air untuk irigasi
didasarkan pada faktor-faktor jenis tanaman, cara pemberian air, banyaknya curah
hujan, jenis tanah, waktu penanaman, keadaan iklim, dan pemeliharaan saluran dan
bangunan irigasi. Penjadwalan dan ketersediaan air untuk memenuhi kebutuhan
tanaman dapat diprediksi dengan megetahui besarnya kebutuhan air irigasi. Oleh
karena itu, analisis ini dilakukan untuk mengetahui besarnya kebutuhan air irigasi dan
kombinasi pola tanam yang efektif digunakan. Selain itu juga untuk meningkatkan
produktivitas air hujan yang ada dengan penjadwalan yang ditentukan.

TINJAUAN PUSTAKA
1. Kebutuhan Air Irigasi
Kebutuhan air irigasi dianalisis berdasarkan kebutuhan air tanaman (di lahan)
dan kebutuhan air pada bangunan pengambilan (di bendung). Analisis kebutuhan
air untuktanaman di lahan dipengaruhi oleh beberapa factor. Yaitu pengolahan
lahan, penggunaan konsumtif, perkolasi, penggantian lapis air, dan sumbangan
hujan efektif. Kebutuhan air tanaman dapat didefinisikan sebagai jumlah air yang
diperlukanuntuk memenuhi kehilangan air melalui evapotranspirasi dari tanaman
yang sehat, tumbuh pada sebidang lahan yang luas dengan kondisi tanah yang tidak
mempunyai kendala (kendala lengas tanah dan kesuburan tanah) dan mencapai
potensi produksi penuh pada kondisi lingkungan tumbuh tertentu. Kebutuhan air
tanaman dapat diukur melalui perkalian antara koefisien evapotranspirasi
tumbuhan dengan nilai evapotranspirasi standar (Yuliawati et al. 2014). Dengan
mengetahui nilai evaporasi atau kenutuhan air yang hilang pada tanaman, maka
pihak yang terkait dengan pertanian dapat mengetahui meode dan saat yang tepat
untuk melakukan pengairan.
2. Efisiensi Irigasi
Efisiensi irigasi didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah air yang
diberikan terhadap jumla air yang diterima di petak sawan (Akmal et al. 2014).
Efisiensi irigasi terdiri atas efisiensi pengaliran dimana secara umum terjadi pada
jaringan primer dan jaringan sekunder. Faktor yang ditinjau dalam efisiensi irigasi
antara lain ketersediaan air, kondisi eksisting jaringan irigasi dimulai dari
bangunan pengambilan hingga ke saluran menuju petak sawah (Suroso et al.
2007). Selain itu, parameter yang diperhatikan adalah kebutuhan air tanaman
berdasarkan pola tanam (Pratama 2016). Kajian-kajian terdahulu yang telah
dipaparkan memberikan hasil, ketersediaan air di sungai utama memadai untuk
dapat memenuhi kebutuhan air irigasi(Suroso et al. 2007). Kehilangan air yang
terjadi karena adanya penguapan (evapotranspirasi) dan perembesan (infiltrasi dan
perkolasi) dapat diabaikan dalam analisis efisiensi pada saluran irigasi karena
nilainya yang sangat kecil (Bunganaen 2011). Pembagian air irigasi umumnya tidak
merata, karena pengambilan air pada area hulu cenderung berlebihan, sehingga
tidak bisa memenuhi kebutuhan petak sawah di area hilir (Akmal et al. 2014). Nilai
efisiensi irigasi sangat dipengaruhi oleh panjang salurannya, semakin panjang
saluran akan semakin besar juga peluang terjadinya kehilangan air (Pratama 2016).
3. Bangunan dan Jaringan Irigasi
Keberadaan bangunan irigasi diperlukan untuk menunjang pengambilan dan
pengaturan air irigasi. Menurut Direktorat Jenderal Pengairan (1986), beberapa
jenis bangunan irigasi yang sering dijumpai dalam irigasi antara lain yaitu:
Bangunan utama,bangunan pembawa, bangunan bagi, bangunan sadap, bangunan
pengatur muka air, bangunan pembuang dan penguras dan bangunan pelengkap.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.32/PRT/M/2007 menjelaskan bahwa
jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkap yang
merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian,
pemberian, penggunaan, dan pembuangan air irigasi. Jaringan irigasi dibagi
menjadi jaringan utama dan jaringan tersier. Jaringan utama meliputi bangunan,
saluran primer dan saluran sekunder. Jaringan tersier terdiri dari bangunan dan
saluran yang berada dalam petak tersier. Satu kesatuan wilayah yang mendapatkan
air dari suatu jaringan irigasi disebut dengan daerah irigasi.
4. Skenario Pola Tanam
Pola tanam adalah rangkaian tanaman yang ditanam pada sebidang lahan
selama kurun waktu tertentu, biasanya satu tahun. Di dalam pola tanam terkandung
unsur- unsur yang kompleks, mulai dari pemilihan jenisjenis tanaman, cara
bertanam, cara panen, serta apakah nantinya hasil yang diperoleh memiliki nilai
pasar atau tidak. Keuntungan pola tanam, dapat diperoleh dengan menggunakan
pola tanam yang tepat, keuntungan tersebut antara lain dapat meningkatkan
efisiensi penggunaan sumberdaya yang ada. Intensitas penggunaan lahan
meningkat, dengan memanfaatkan sumber daya lahan dan waktu lebih efisien,
meningkatkan pula produktivitas lahan (Raharja 2005).
METODOLOGI
Penelitian “Analisis Kebutuhan Air Irigasi dan Penjadwalan Irigasi Daerah Irigasi
Kumisik” dilaksanakan pada hari Senin, 07 M 2022 pukul 13.00-16.00 WIB, secara
daring menggunakan aplikasi Zoom Meeting di rumah masing-masing. Alat dan bahan
yang digunakan antara lain laptop dan aplikasi penunjuang berupa CROPWAT 8.0,
serta data CH andalan, ETc, dan data-data iklim pada pertemuan sebelumnya.
Kebutuhan air irigasi juga dihitung di tiap bagian bangunan penunjang irigasi,
seperti pada pintu intake, box sekunder dan box tersier. Kemudian kebutuhan air irigasi
yang didapatkan dibandingkan dengan debit andalan sumber air dan diberikan
rekomendasi penjadwalan irigasi yang paling efisien. Adapun langkah-langkah
praktikum untuk menganalisis dan mengevaluasi ketersediaan air tanah DI Kumisik
terdapat pada diagram alir berikut.
Mulai

Aplikasi CROPWAT 8.0 dibuka

Data iklim dari daerah irigasi dimasukkan dengan


menyetarakan datuan data iklimnya

Data CH rerata tahunan (minimal 10 tahun) dimasukkan


pada menu rain

Kebutuhan air irigasi dicari dengan berbagai skenario


pola tanam

Nilai satuan kebutuhan air irigasi yang telah didaptkan


dibandingkan dengan SKP irigasi

Kebutuhan irigasi di pintu intake, box sekunder, box


tersier dihitung

Kebutuhan air irigasi dibandingkan dengan debit


andalan sumber air

Hasil perhitungan dianalisis dan disimpulkan


rekomendasi perencanaan jadwal irigasi yang paling
efektif

Selesai

Gambar 1 Diagram alir analisis dan evaluasi daerah irigasi

Perhitungan kebutuhan air irigasi memerlukan hasil kebutuhan air pada lahan
dan masa pengairan pada lahan, sehingga dapat memperhitungkan kebutuhan air
irigasi pada masing-masing intake saluran, rumus perhitungan sebagai berikut:
Peluang = (nm + 1) x 100% ……………………......(1)
NFR = ETc - Re ………………………..(2)
IR (padi) = NFR / e ………………….…….(3)
IR (palawija) = (ETc – Re) / e ………………….…….(4)
e = ep x es x et .………………….……(5)
DR=IR/8,64 ………….……….…....(6)

Nilai NFR dihitung dengan menggunakan nilai ETc, perkolasi (P), penggantian
lapisanair (WLR), dan curah hujan efektif (Re) Dihitung nilai SKA dan
dibandingkandengan standar KP irigasi Kebutuhan air irigasi di pintu intake
dankebutuhan air di box bagi dihitung perbandingan dibuat antara nilai kebutuhan air
irigasi dengan debit andalan serta dibuat rekomendasi mengenai perencanaan jadwal
irigasi selesai.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Curah Hujan Andalan dan Evapotranspirasi Aktual
Berdasarkan data iklim DI Kumisik tahun 2012-2020, curah hujan andalan di DI
Kumisik dapat dilihat pada Tabel 1. Curah hujan andalan tertinggi terjadi pada bulan
Februari dan curah hujan andalan terendah terjadi pada bulan Agustus. Hal tersebut
dikarenakan adalanya pola hujan yang menyebabkan adanya pergantian musim
antara musim hujan dan musim kemarau. Pada bulan Februari terjadi musim hujan
sehingga curah hujan andalan pada bulan tersebut tinggi, sedangkan sebaliknya pada
bulan Agustus terjadi musim kemarau sehingga curah hujan andalannya rendah.
Tabel 1 Nilai ETC dari berbagai pola tanam
Bulan CH Andalan (mm)

JAN 457.2

FEB 531.12

MAR 348.84

APR 187.26

MAY 149.02

JUN 68.64

JUL 116.44

AUG 26.32

SEP 47.98
OCT 80.18

NOV 171.5

DEC 392.68

Evapotranspirasi merupakan komponen penting karena proses hilangnya air


akibat evapotranspirasi dapat mengurangi simpanan air dalam badan-badan air,
tanah, dan tanaman yang memberikan proporsi yang besar untuk terjadinya
debit. Evapotranspirasi aktual menunjukkan nilai evapotranspirasi yang
sesungguhnya dengan kondisi air yang terbatas (Adiningrum 2016).
Perhitungan nilai evapotranspirasi dilakukan dengan aplikasi CROPWAT 8.0
dengan data meteorologi,curah hujan, jenis tanaman dan jenis tanah sebagai
media tanam. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan didapatkan nilai ETc
terbesar sebesar 851 mm pada pola tanam empat dengan komoditas padi dengan
periode tanam di bulan Januari-Mei.
Nilai ETc terkecil sebesar 524,1 mm pada pola tanam empat dengan
komoditas kentang dengan periode tanam di bulan Maret-Juli. Hasil nilai ETc
pada semua pola tanam dapat dilihat pada Tabel 2. Hasil nilai Etc pada tanaman
padi dihitung pada masa pembibitan, persiapan lahan, awal tanam,
pertumbuhan, dan panen. Nilai Etc palawija dihitung pada masa awal tanam,
pertumbuhan, dan panen. Dapat dilihat pada Tabel 2 bahwa tanaman padi lebih
dominan memiliki nilai Etc yang lebih besar. Hal ini karena padi merupakan
tanaman yang membutuhkan lebih banyak air dibandingkan dengan palawija.

Tabel 2 Nilai ETC dari berbagai pola tanam


Pola Tanam Tanaman Masa Tanam ETc (mm)
Padi I (Feb-Mei) 699.2
I Padi II (Jul-Okt) 834.7
Palawija III (Agt-Des) 620.7
Padi I (Nov-Mar) 745
II Padi I (Apr-Agt) 703.8
Palawija II (Jun-Okt) 607.6
Padi I (Jan-Apr) 688.2
III Padi II (Jun-Sep) 797.7
Palawija III (Jul-Nov) 642.3
IV Padi I (Jan-Mei) 851
Palawija II (Mar-Jul) 524.1
Padi III (Agt-Des) 695.1

2. Nilai Kebutuhan Air Irigasi


Penentuan kebutuhan air (water demand) didasarkan pada jenis tanaman
yang ada (sekarang) dan atau rencana tanam untuk masa yang akan dating
(Suprapto et al. 2008). Terdapat 4 skenario pola tanam pada analisis kali ini.
Semua skenario berpola tanam padi-padi-palawija. Nilai kebutuhan irigasi
ditentukan dengan aplikasi CROPWAT. Besarnya nilai serta perbandingan
nilai kebutuhan air irigasi pada pola tanam golongan 1 dapat dilihat pada Tabel
3. Sesuai pada Tabel 3, nilai kebutuhan irigasi terbesar terdapat pada bulan
Oktober dengan nilai sebesar 8,85 m3/det. Sedangkan nilai kebutuhan irigasi
terkecil terdapat pada bulan Desember, Januari, Februari dengan nilai sebesar
0 m3/det.
Besarnya nilai serta perbandingan nilai kebutuhan air irigasi pada pola
tanam golongan 2 dapat dilihat pada Tabel 4. Sesuai pada Tabel 4, nilai
kebutuhan irigasi terbesar terdapat pada bulan Agustus dengan nilai sebesar
7,74 m3/det. Sedangkan nilai kebutuhan irigasi terkecil terdapat pada bulan
Desember, Januari, Februari, Maret dengan nilai sebesar 0 m3/det. Besarnya
nilai serta perbandingan nilai kebutuhan air irigasi pada pola tanam golongan 3
dapat dilihat pada Tabel 5. Sesuai pada Tabel 5, nilai kebutuhan irigasi terbesar
terdapat pada bulan Agustus dengan nilai sebesar 8,41 m3/det. Sedangkan nilai
kebutuhan irigasi terkecil terdapat pada bulan Desember, Januari, Februari
dengan nilai sebesar 0 m3/det.
Besarnya nilai serta perbandingan nilai kebutuhan air irigasi pada pola
tanam golongan 4 dapat dilihat pada Tabel 6. Sesuai pada Tabel 6, nilai
kebutuhan irigasi terbesar terdapat pada bulan Oktober dengan nilai sebesar
4,71 m3/det. Sedangkan nilai kebutuhan irigasi terkecil terdapat pada bulan
Desember, Januari, Februari dengan nilai sebesar 0 m3/det. Besar kecilnya nilai
kebutuhan air irigasi dipengaruhi oleh bulan basah dan bulan kering.
Tabel 3 Data Analisis Kebutuhan Air Irigasi pada Pola Tanam I
NFR IR (mm/hari) DR (l/det/ha) DR (m3/det/ha)
Kebutuhan Air Irigasi
Bulan
MT 1 MT 2 MT 3 MT I MT 2 MT 3 MT 1 MT 2 MT 3 MT 1 MT 2 MT 3 Pintu Intake (m3/det)

Jan 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Feb 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Mar 1.03 1.58 0.18 0.19 0.64

Apr 2.00 3.08 0.36 0.36 1.25


May 4.30 6.61 0.77 0.78 2.67

Jun 3.40 5.23 0.61 0.62 2.11

Jul 5.43 8.35 0.97 0.99 3.38

Aug 7.83 3.40 12.05 5.23 1.39 0.61 1.42 0.62 6.99

Sep 6.67 4.15 10.27 6.39 1.19 0.74 1.21 0.76 6.73

Oct 6.66 7.57 10.24 11.64 1.19 1.35 1.21 1.38 8.85

Nov 4.86 7.48 0.87 0.88 3.02

Dec 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Tabel 4 Data Analisis Kebutuhan Air Irigasi pada Pola Tanam II


NFR IR (mm/hari) DR (l/det/ha) DR (m3/det/ha)
Kebutuhan Air Irigasi
Bulan
Pintu Intake (m3/det)
MT 1 MT 2 MT 3 MT I MT 2 MT 3 MT 1 MT 2 MT 3 MT 1 MT 2 MT 3

Jan 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Feb 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Mar 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Apr 3.80 5.85 0.68 0.69 2.36

May 4.52 6.95 0.80 0.82 2.81

Jun 5.48 2.55 8.43 3.93 0.98 0.45 1.00 0.46 4.99

Jul 5.62 4.66 8.65 7.17 1.00 0.83 1.02 0.85 6.40

Aug 4.81 7.63 7.40 11.74 0.86 1.36 0.87 1.39 7.74

Sep 5.72 8.81 1.02 1.04 3.56

Oct 1.15 2.14 1.77 3.29 0.20 0.38 0.21 0.39 2.05

Nov 4.74 7.30 0.84 0.86 2.95

Dec 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Tabel 5 Data Analisis Kebutuhan Air Irigasi pada Pola Tanam III
NFR IR (mm/hari) DR (l/det/ha) DR (m3/det/ha) Kebutuhan Air Irigasi
Bulan
Pintu Intake (m3/det)
MT 1 MT 2 MT 3 MT I MT 2 MT 3 MT 1 MT 2 MT 3 MT 1 MT 2 MT 3

Jan 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Feb 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Mar 1.05 1.62 0.19 0.19 0.65

Apr 3.71 5.71 0.66 0.68 2.31

May 2.69 4.13 0.48 0.49 1.67

Jun 5.24 8.07 0.93 0.95 3.26

Jul 5.65 1.80 8.70 2.76 1.01 0.32 1.03 0.33 4.64

Aug 7.86 5.67 12.09 8.72 1.40 1.01 1.43 1.03 8.41
Sep 5.74 6.37 8.83 9.81 1.02 1.13 1.04 1.16 7.53

Oct 7.24 11.13 1.29 1.32 4.50

Nov 1.79 2.75 0.32 0.33 1.11

Dec 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Tabel 6 Data Analisis Kebutuhan Air Irigasi pada Pola Tanam IV


NFR IR (mm/hari) DR (l/det/ha) DR (m3/det/ha) Kebutuhan Air Irigasi
Bulan
MT 1 MT 2 MT 3 MT I MT 2 MT 3 MT 1 MT 2 MT 3 MT 1 MT 2 MT 3 Pintu Intake (m3/det)

Jan 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Feb 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Mar 1.06 0.00 1.63 0.00 0.19 0.00 0.19 0.00 0.66

Apr 4.04 3.07 6.22 4.72 0.72 0.55 0.74 0.56 4.42

May 2.46 4.55 3.79 7.01 0.44 0.81 0.45 0.83 4.36

Jun 4.74 7.30 0.84 0.86 2.95

Jul 0.35 1.07 1.64 0.19 0.19 0.66

Aug 7.39 11.36 1.32 1.34 4.60

Sep 6.33 9.74 1.13 1.15 3.94

Oct 7.65 11.77 1.36 1.39 4.76

Nov 5.18 7.97 0.92 0.94 3.22

Dec 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

3. Korelasi Satuan Kebutuhan Air (SKA) dan Kriteria Perencanaan


Perhitungan SKA dipengaruhi oleh nilai curah hujan efektfif dan Etc.
Besarnya nilai SKA didapatkan dari jumlah kebutuhan pengambilan air pada
sumberdaya atau biasa disebut DR. Hasil perhitungan nilai SKA dapat dilihat
pada Tabel 7. Perhitungan nilai SKA bertujuan untuk membandingkannya
dengan nilai Kriteria Perencanaan (KP). Semakin besar perbedaann antara nilai
SKA dan nilai KP, maka dapat diartikan bahwa kebutuh air per luasannya lebih
banyak dari standarnya. Dalam Tabel 7 dapat dilihat bahwa semua nilai SKA
berada diatas KP kecuali pada tanaman padi di golongan 2 masa tanam 1 dan
tanaman padi di golongan 3 masa tanam 1 . Besarnya nilai SKA padi pada
golongan 2 masa tanam 1 sebesar 1,05 lt/dt/ha, sedangkan nilai KP sebesar
1,125 lt/dt/ha. Nilai SKA tersebut bergantung pada faktor jenis tanaman serta
penjadwalan irigasi.
Tabel 7 Data Perbandingan Nilai SKP dan KP
Golongan Jenis Tanaman Musim Tanam SKA (lt/det/ha) KP (lt/det/ha)
1 Padi 1 1.30 1.125
Padi 2 5.34 1.125
Kentang 3 3.56 0.500
Padi 1 1.05 1.125
2 Kentang 2 4.31 0.500
Padi 3 4.04 1.125
Padi 1 0.85 1.125
3 Padi 2 4.84 1.125
Kentang 3 4.07 0.500
Padi 1 4.73 1.125
4 Kentang 2 1.35 0.500
Padi 3 2.39 1.125

4. Kebutuhan Air di Box Bagi


Pada perhitungan diambil salah satu box sekunder di DI Kumisik yang melayani
350 Ha lahan. Aliran dari box sekunder tersebut terbagi ke tiga box tersier, yaitu box
tengah (box 1), box kanan (box 2), dan box kiri (box 3). Box 1 melayani 138 Ha lahan,
box 2 melayani 92 Ha lahan, dan box 3 melayani 120 Ha lahan. Efisiensi yang
digunakan dalam perhitungan untuk box sekunder adalah 90% sedangkan untuk box
tersier sebesar 80%. Efisiensi digunakan karena pada kenyatannya tidak semua air yang
mengalir dari saluran akan masuk 100% ke dalam box atau petak lahan yang diairi,
tetapi ada bagian yang hilang atau tidak bisa dimanfaatkan.

Tabel 8 Kebutuhan air di box bagi pada pola tanam golongan 1


GOLONGAN 1

Box Sekunder Box Tersier


Saluran Box 1 (138 Box 2 Kanan (92 Box Kiri (120
Bulan (m^3/det) 350 Ha Ha) Ha) Ha)
Januari 0.00 0.00 0.00 0.00
Februari 0.00 0.00 0.00 0.00
Maret 201.00 63.40 42.27 55.13
April 392.54 123.82 82.54 107.67
Mei 841.92 265.56 177.04 230.93
Juni 666.20 210.14 140.09 182.73
Juli 1063.77 335.54 223.70 291.78
Agustus 2200.87 694.22 462.81 603.67
September 2121.40 669.15 446.10 581.87
Oktober 2787.22 879.17 586.11 764.49
November 952.28 300.38 200.25 261.20
Desember 0.00 0.00 0.00 0.00

Tabel 9 Kebutuhan air di box bagi pada pola tanam golongan 2


GOLONGAN 2

Box Sekunder Box Tersier


Saluran Box 1 (138 Box 2 Kanan (92 Box Kiri (120
Bulan (m^3/det) 350 Ha Ha) Ha) Ha)
Januari 0.00 0.00 0.00 0.00
Februari 0.00 0.00 0.00 0.00
Maret 0.00 0.00 0.00 0.00
April 744.58 234.86 103.07 28.27
Mei 884.90 279.12 122.49 33.60
Juni 1573.41 496.30 217.80 59.74
Juli 2014.79 635.52 278.90 76.50
Agustus 2437.89 768.98 337.47 92.56
September 1121.44 353.73 155.24 42.58
Oktober 644.65 203.34 89.24 24.48
November 929.14 293.08 128.62 35.28
Desember 0.00 0.00 0.00 0.00

Tabel 10 Kebutuhan air di box bagi pada pola tanam golongan 3


GOLONGAN 3
Box Sekunder Box Tersier
Saluran Box 1 (138 Box 2 Kanan (92 Box Kiri (120
Bulan (m^3/det) 350 Ha Ha) Ha) Ha)
Januari 0.00 0.00 0.00 0.00
Februari 0.00 0.00 0.00 0.00
Maret 206.05 65.00 43.33 56.52
April 727.60 229.50 153.00 199.57
Mei 526.51 166.08 110.72 144.42
Juni 1027.39 324.07 216.04 281.80
Juli 1460.08 460.55 307.03 400.48
Agustus 2650.27 835.97 557.31 726.93
September 2373.51 748.67 499.11 651.02
Oktober 1417.73 447.19 298.13 388.86
November 350.74 110.63 73.75 96.20
Desember 0.00 0.00 0.00 0.00

Tabel 11 Kebutuhan air di box bagi pada pola tanam golongan 4


GOLONGAN 4
Box Sekunder Box Tersier
Saluran Box 1 (138 Box 2 Kanan (92 Box Kiri (120
Bulan (m^3/det) 350 Ha Ha) Ha) Ha)
Januari 0.00 0.00 0.00 0.00
Februari 0.00 0.00 0.00 0.00
Maret 207.32 65.39 43.60 56.86
April 1393.15 439.44 292.96 382.12
Mei 1374.46 433.54 289.03 376.99
Juni 929.42 293.16 195.44 254.93
Juli 209.22 65.99 43.99 57.38
Agustus 1447.44 456.56 304.38 397.01
September 1240.96 391.44 260.96 340.38
Oktober 1499.27 472.91 315.28 411.23
November 1015.63 320.36 213.57 278.57
Desember 0.00 0.00 0.00 0.00

Kebutuhan air di box bagi untuk empat golongan pola tanam dapat dilihat pada
Tabel 8 sampai Tabel 11 di atas. Berdasarkan perhitungan, dapat diketahui bahwa pada
bulan Januari, Februari, dan Desember tidak diperlukan irigasi. Namun, pada golongan
kedua, bulan Maret juga tidak diperlukan adanya irigasi. Kebutuhan air terbanyak
untuk golongan 2 dan golongan 3 terjadi pada bulan Agustus sedangkan untuk
golongan 1 dan golongan 4 terjadi pada bulan Oktober. Hal tersebut terjadi karena
curah hujan efektif yang sangat rendah pada kedua bulan tersebut.

5. Perbandingan Kebutuhan Air di Intake dengan Debit Andalan

Kebutuhan air intake diambil dari sumber air seperti sungai, bendung, dan aliran
permukaan lainnya. Sumber air DI Kumisik adalah Bendung Cawitali. Sehingga pada
perbandingan kebutuhan air intake digunakan debit andalan Bendung Cawitali. Grafik
debit andalan Bendung Cawitali dapat dilihat pada Gambar 2. Tabel perbandingan
dapat dilihat pada Tabel 12.

Gambar 2 Grafik debit andalan di Bendung Cawitali (Wijoyo 2020)

Tabel 12 Perbandungan kebutuhan air di pintu intake dengan debit andalan


Kebutuhan Air Irigasi di Pintu Intake (m3/det) Debit Andalan
Bulan
Golongan 1 Golongan 2 Golongan 3 Golongan 4 (m3/det)
Januari 0.00 0.00 0.00 0.00 2.38
Februari 0.00 0.00 0.00 0.00 3.88
Maret 0.64 0.00 0.65 0.66 2.67
April 1.25 2.36 2.31 4.42 2.35
Mei 2.67 2.81 1.67 4.36 1.72
Juni 2.11 4.99 3.26 2.95 0.63
Juli 3.38 6.40 4.64 0.66 0.32
Agustus 6.99 7.74 8.41 4.60 0.21
September 6.73 3.56 7.53 3.94 0.11
Oktober 8.85 2.05 4.50 4.76 0.14
November 3.02 2.95 1.11 3.22 0.33
Desember 0.00 0.00 0.00 0.00 1.02

Berdasarkan Tabel 12, dapat diketahui bahwa debit andalan dapat memenuhi
kebutuhan di bulan Januari, Februari, Maret, dan Desember, sedangkan bulan-bulan
lainnya tidak memenuhi kebutuhan. Pada kasus seperti ini dapat direkomendasikan
untuk mengatur ulang pola tanam atau mengganti palawija selain kentang pada pola
tanam 4 karena menurut FAO, untuk hasil tinggi, kebutuhan air tanaman
(Evapotranspirasi) untuk tanaman berusia 120 hingga 150 hari adalah 500 hingga 700
mm, tergantung pada iklim, selain itu juga karena pola tanam golongan 4 sudah
terhitung total kebutuhan air intake-nya terkecil dibandingkan golongan lainnya
sehingga dapat dioptimalkan dengan mengganti jenis palawijanya. Rekomendasi
lainnya yang dapat dilakukan adalah menampung air pada bulan Januari, Februari,
Maret, dan Desember karena pada bulan-bulan tersebut, debit andalan hanya sedikit
digunakan untuk irigasi sehingga bisa disimpan untuk dialirkan pada bulan kemarau.

SIMPULAN
Nilai SKA berada diatas KP kecuali pada tanaman padi di golongan 2 masa tanam
1 dan tanaman padi di golongan 3 masa tanam 1. Besarnya nilai SKA padi pada
golongan 2 masa tanam 1 sebesar 1,05 lt/dt/ha, sedangkan nilai KP sebesar 1,125
lt/dt/ha. Pola tanam golongan 4 sudah terhitung total kebutuhan air intake-nya terkecil
dibandingkan golongan lainnya sehingga dapat dioptimalkan dengan mengganti jenis
palawijanya. Rekomendasi lainnya yang dapat dilakukan adalah menampung air pada
bulan Januari, Februari, Maret, dan Desember.

SARAN
Pemilihan pola tanam dan jadwal tanam akan sangat berpengaruh pada proses
pertanian. Pemilihan jenis tanaman yang baik akan berpengaruh pada kebutuhan air
irigasi. Perubahan jenis tanaman dan jadwal tanam dapat menurunkan/mengurangi
kebutuhan air irigasi.

Daftar Notasi
8,64 = Angka konversi satuan dari mm/hari ke lt/dt/ha
ep = efisiensi saluran primer = 0,9
es = efisiensi di saluran sekunder = 0,9
et = efisiensi di saluran tersier = 0,8
e = efisiensi keseluruhan didapat = 0,65
Etc = Evaporasi tanaman (mm/hari) Re = Curah hujan efektif (mm/hari)
DR = Kebutuhan pengambilan air pada sumberdaya (lt/dt/ha)
n = data ke-n (urutan data)
NFR = Netto Field Water Requirement, kebutuhan bersih air di sawah (mm/hari)
m = jumlah tahun
IR = Kebutuhan air irigasi (mm/hari)

Daftar Pustaka
Akmal, Masimin dan Melianda A. 2014. Efisiensi Irigasi Pada Petak Tersier Di Daerah
Irigasi Lawe Bulan Kabupaten Aceh Tenggara. Banda Aceh (ID) : Universitas
Syiah Kuala. Adiningrum C. 2016.
Analisis Perhitungan Evapotranspirasi Aktual Terhadap Perkiraan Debit Kontinyu
dengan Metode Mock. J Tek Sipil. 13(2):135. doi:10.24002/jts.v13i2.649.
Bunganaen W. 2011. Analisis Efisiensi dan Kehilangan Air Pada Jaringan Utama
Daerah Irigasi Air Sagu. Jurnal Teknik Sipil. 1(7): 80-93.
Departemen Pekerjaan Umum. Ditjen Pengairan. 1986. Standar Perencanaan Irigasi,
KP-01. Jakarta (ID): Departemen Pekerjaan Umum.
Madina A, Utama KA, Alitu A. 2013. Unjuk Kerja Saluran Pembawa Irigasi pada
Daerah Irigasi Lomaya. Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Teknik. 3(1).
Peraturan menteri Pekerjaan Umum No.32/PRT/M/2007. Tentang Irigasi.
Pratama WA. 2016. Evaluasi Jaringan Irigasi Saluran Sedayu Selatan di Daerah
Irigasi Mataram. Tugas Akhir. Yogyakarta (ID): Universitas Islam Indonesia.
Priyono, S. (2009). Aplikasi Cropwat for Windows untuk dasar manajemen sumber
daya air di petak tersier. Jurnal Teknik WAKTU. 7(1) : 88–92.
Raharja dan Wiryanto, W. 2005. Diktat Dasar-dasar Agronomi. Malang (ID) : Fakultas
Pertanian Universitas Brawijaya.
Suprapto A, Putu S, Sigit SA. 2008. Deteksi dini kekeringan pertanian berbasis sistem
informasi geografis. Jurnal Enjiniring Pertanian . 7 (2) : 61 - 68.
Suroso et al. 2007. Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Banjaran Untuk Meningkatkan
Efektivitas dan Effisiensi Pengelolaan Air Irigasi. Dinamika Teknik Sipil. 7(1): 55-
62.
Tampubolon SB. 2017. Analisis kebutuhan air untuk pertanian di Daerah Irigasi
Karangploso Kabupaten Bantul. Jurnal Bumi Indonesia. 6(4) : 1-10.
Wijoyo PH. 2020. Optimalisasi ketersediaan air irigasi berdasarkan pola tata tanam di
daerah irigasi kumisik [tesis]. Semarang (ID): Universitas Islam Sultan Agung.
Yuliawati, Manik T.K, Rosadi B. 2014. Pendugaan kebutuhan air tanaman dan nilai
koefisien tanaman (Kc) kedelai varietas tanggamus dengan metode lysimeter.
Jurnal Teknik Pertanian Lampung. 3(3) : 233-238.
NOTULENSI
KELOMPOK 3 – PERTEMUAN 4

Nama/NIM : Farhan/F44190084
Kelompok :6
Pertanyaan : Tadi saya liat kalian pakai 65% efisiensi pintu air, kira kira kenapa
kalian menggunakan efisiensi pintu air 65%?
Penjawab : Gary Aqnar Adinugraha/F44190099
Jawaban : kami menggunakan efisiensi pintu sebesar 65% karena dalam literarur
yang kami temukan menyatakan bahwa Efisiensi saluran tersier sebesar
80%, saluran sekunder 90%, dan saluran primer 90%. sehingga untuk
mencari kebutuhan irigasi di pintu intake menggunakan DR dibagi 65%

Nama/NIM : Fathan Putra/F44190087


Kelompok :5
Pertanyaan : Bagaimana cara menampung air yg direkomendasikan kalian?
Penjawab : Zayyaan Nabiila/F44190081
Jawaban : Cara menampungnya adalah dengan membuat semacam empang di
dekat bendung.

Nama/NIM : Chintia Dwiyundani/F44190083 dan Aliyah Wiwiyanti / F441900108


Kelompok : 4 dan 2
Pertanyaan : Apa pertimbangan kelompok kalian merekomendasikan penerapan
skenario dengan golongan 4?
Pertanyaan : Hal apa yang menyebabkan perlu perubahan tanaman palawija pada
penggunaan skenario pola tanam golongan 4?
Penjawab : Maharani Bilqist/F44190079
Jawaban : Karena untuk golongan 4 kami rasa kebutuhan airnya bisa di
press/diturunkan lagi, karena berdasarkan data kebutuhan irigasi
terkecil juga di golongan 4 dan kebutuhan intakenya juga yang terkecil.

Nama/NIM : Ahmad Rijani/F44190092


Kelompok :1
Pertanyaan : Suplesi bisa didapatkan dari mana saja ?
Penjawab : Zayyaan Nabiila/F44190081
Jawaban : Suplesi atau penambahan air dapat diambil dari sungai, bendung
terdekat lainnya, saluran sekunder terdekat lainnya atau air tanah. Di DI
Kumisik, yang paling memungkinkan adalah BKs.7b, BKs.17b,
BKs.18, bendung Rekot, Bendung Krupak, dan B.Dr.2
Tanggapan Pak Asep :
Dari kelompok 1-akhir ada menggunakan istilah DR sekunder Dr tersier. Coba
dipahami lagi DR itu apa, kan hitungannya kebutuhan irigasi liter/det/ha, kalau sudah
di pintu ssatuannya lt/det. Kebutuhan air netto, terus di pintu sekunder pintu tersier.
beberapa jelasin dengan nilai eff ektif dan ada yg tidak. Nilai effektif nya pada ambil
dari literasi lokasi atau secara umum. Data seperti itu yang perlu diketahui. Kemudian
dari satuan waktunya, di contoh slide kuliah itu waktunya per 15 hari. Sehingga di
kebutuhan air sudah dalam 15 harian. Misal di 2 minggu per bulan November dia
sebesar sekian. Kalau di cropwat juga kan bisa keluar perhari, bisa juga dipakai. kalau
dengan padi, bisa gunakan manual saja. Karena ada padi pada lahan kering dan lahan
basah. Tadi ada disinggung debit andalan, memang dimusim hujan airnya bertambah,
tapi dia masuk kesaluran, jadi air irigasi, kalau hujan jadi CH effektif. Jadi harus
dibedakan. jangan sampai keliru dalam menghitung CH anddalan dan CH effektif. cara
hitung debit andalan dengan CH andalan itu sama.

Anda mungkin juga menyukai