PENDAHULUAN
1
berlebihan, sehingga air dapat digunakan secara efektip dan efisien dan
dibagi secara adil dan merata.
1.3. TUJUAN
2
BAB II
RENCANA PEMBAGIAN AIR
Pembagian air irigasi adalah merupakan tugas pokok staf Dinas Pengairan.
Untuk pelaksanaannya perlu dibuat rencana pembagian air, yang meliputi :
Rencana pembagian air tahunan, yang memuat rencana pembagian air
musiman termasuk global dan detail serta aturan golongan
Rencana pembagian air per periode ( 10 hari atau 15 hari)
Rencana ini memerlukan studi mengenai neraca air (water balance study), yaitu
kebutuhan air yang mendekati debit andalan dari sungai atau waduk. Studi ini
meliputi :
Pengumpulan dan pengolahan data hidrometri dan tanaman
Penelitian tentang kebutuhan air untuk tanaman
Penelitian tentang kehilangan air.
Ada beberapa metode penyesuaian yang dapat dipakai dalam membuat rencana
pembagian air yaitu :
Pasten
Faktor Palawija Relatif (FPR)
Faktor K
Selama masa irigasi, air yang tersedia maupun air yang dibutuhkan selalu
berubah, tergantung dari debit yang tersedia di sumbernya, dan umur / masa
pertumbuhan tanaman. Namun demikian dalam pelaksanaan pemberian air tidak
3
perlu diadakan perubahan setiap hari, akan tetapi cukup dalam satu periode,
yang lamanya adalah sepuluh atau lima belas hari.
Untuk merencanakan pengaturan pembagian air, paling tidak dibutuhkan data-
data mengenai:
Kebutuhan air
Air yang tersedia
Kehilangan air
Kebutuhan bersih air irigasi adalah banyaknya air dalam liter/det/ha yang
dibutuhkan disawah, untuk jenis tanaman tertentu, dan pada tahap
pertumbuhan tertentu. Garis kebutuhan air untuk tanaman, sebenarnya
berupa garis lengkung, dari kecil membesar, kemudian mengecil lagi. Untuk
mudahnya. kebutuhan air ini dikelompok-kelompokkan sehingga bentuknya
sederhana ( Lihat gambar 1).
Untuk Tanaman Padi, dikelompokkan menjadi tiga tahap yaitu :
a). Pengolahan Tanah termasuk persernaian : 1,5 bulan
b). Pertumbuhan : 2,5 bulan
c). Pemasakan : 1.5 bulan
4
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air telah mengeluarkan pedoman
sementara angka kebutuhan air untuk tanaman padi, tebu dan palawija untuk
masing-masing tahap pertumbuhan, berikut angka perbandingan kebutuhan
air terhadap palawija (tabel: 2.1 )
Tabel tersebut diatas dapat dipakai apabila daerah irigasi tidak mempunyai
angka kebutuhan air (water requirement) untuk masing masing jenis
tanaman, yang merupakan hasil dan suatu penelitian.
Untuk menentukan kebutuhan air, dapat juga diambil dari daerah irigasi
terdekat, atau daerah irigasi lain yang mempunyai kondisi mendekati sama,
yang telah mempunyai penelitian tentang kebutuhan air.
5
untuk pengolahan tanah dapat dihitung dengan rumus pendekatan yang
diperhitungkannya dapat dilihat pada tabel 2. 2.
2.3. EVAPOTRANSPIRASI
2.4. PERKOLASI
Perkolasi atau peresapan ialah gerak turun air kebawah lapisan akar. Air
ini tidak dapat digunakan untuk pertumbuhan tanaman dan dengan
demikian merupakan kehilangan yang harus diperhitungkan dalam
menghitung kebutuhan air untuk tanaman.
6
Untuk mendapatkan data yang benar mengenai besarnya perkolasi,
hanya dapat diperoleh dan hasil penelitian dilapangan dengan
menggunakan alat-alat percobaan dilapangan, misalnya ring infiltrometer.
7
Tabel 2.1.
KEBUTUHAN AIR UNTUK TANAMAN
Lama Angka perbandingan Angka
Jenis Tanaman (bulan) Kebutuhan air terhadap Kebutuhan Air
palawija (l/det/ha)
Padi :
a). Pengolahan tanah & 1,5 4,5 1,125
persemaian
b). Pertumbuhan 2,6 4,00 1,00
c). Pemasakan 1,5 2,50 0,625
Tebu :
a). Pengolahan tanah & 1,0 3,00 0,750
penanaman
b). Tebu Muda 4,0 2,00 0,50
c). Tebu Tua 10,0 0,50 0,125
Palawija :
a). Yang perlu banyak air 3,0 1,00 *) 0,250
b). Yang perlu sedikit air 3,0 0,50 0,125
Bero :
Tidak ditanami 0,0 0,00 0,00
Sumber : Eksloitasi dan pemeliharaan Irigasi, Pedoman No.1
*) Harga satuan = 0,25 l/dt/ha – water requirmen untuk palawija – Pasten Normal
8
9
Tabel 2.2
KEBUTUHAN AIR UNTUK PENGOLAHAN TANAH
Kebutuhan air untuk pengolahan tanah Kebutuhan air untuk pengolahan tanah
Eo+PM S – 200 mm S – 250 mm Eo+PM S – 200 mm S – 250 mm
Mm/day Mm/day l/det/ha Mm/day l/det/ha Mm/day Mm/day l/det/ha Mm/day l/det/ha
5.00 9.40 1.10 11.08 1.28 8.20 11.59 1.34 13.10 1.52
5.20 9.60 1.11 11.20 1.30 8.40 11.73 1.35 13.23 1.53
5.40 9.73 1.13 11.32 1.31 8.60 11.87 1.37 13.36 1.55
5.60 9.85 1.14 11.44 1.32 8.80 12.01 1.39 13.49 1.56
5.80 9.98 1.16 11.57 1.34 9.00 12.16 1.41 13.63 1.58
6.00 10.11 1.17 11.69 1.35 9.20 12.29 1.42 13.76 1.59
6.20 10.24 1.19 11.81 1.37 9.40 12.44 1.44 13.90 1.61
6.40 10.37 1,20 11.94 1.38 9.60 12.58 1.46 10.04 1.62
6.60 10.50 1.22 12.06 1.40 9.80 12.73 1.47 14.17 1.64
6.80 10.63 1.23 12.19 1.41 10.00 12.87 1.49 14.31 1.66
7.00 10.77 1.25 12.32 1.43 10.20 13.02 1.51 14.45 1.67
7.20 10.90 1.26 12.45 1.44 10.40 13.17 1.52 14.59 1.69
7.40 11.04 1.28 12.57 1.46 10.60 13.32 1.54 14.73 1.70
7.60 11.17 1.29 12.70 1.47 10.80 13.46 1.56 14.87 1.72
7.80 11.31 1.31 12.83 1.49 11.00 13.61 1.58 15.01 1.74
8.00 11.45 1.33 12.96 1.50 - - - - -
Sumber : Van de Goot / Zilstra – Water Requirment for Land Preparation in Malaysia
Keterangan :
1. Eo = Evaporasi ditempat terbuka 1, 2Evapotranspiration)
2. P = Perkolasi
3. Kebutuhan air untuk penjenuhan dan penggenangan (200mm untuk tanah dalam kondisi kering)
10
BAB III
SUMBER AIR (WATER RESOURCES) DAN PERMASALAHANNYA
Air irigasi dapat diperoleh dari waduk, sungai, atau air tanah. Dalam
musim hujan, air yang tersedia untuk irigasi sangat melimpah. Sehingga
hampir-hampir tidak ada masalah dalam pembagian air di jaringan irigasi,
kecuali pada awal datangnya musim hujan, yang bertepatan dengan awal
musim tanam, dimana kebutuhan air untuk pengolahan tanah sangat
tinggi, sementara debit sungai maupun curah hujan belum mencukupi
untuk kebutuhan itu.
11
Dalam metoda pasten, besarnya kehilangan air, baik dipetak tersier
maupun di jaringan utama, dikonversi menjadi areal tambahan palawija.
Angka tersebut dipakai bila tidak ada data dan penelitian tentang
kehilangan air di tersier.
12
2) Kehilangan air dijaringan utama
Tabel 3.1
Kehilangan Air di Jaringan Utama.
SALURAN EFISIENSI
SEKUNDER 80 % - 90 %
PRIMER 90 % - 95 %
13
BAB IV
METODA PASTEN
LPR = A x FT (2)
Dimana : LPR = Luas Areal palawija relatif
A = Luas Areal realisasi tanam
FT = Faktor tanaman, yang merupakan perbandingan
kebutuhan air terhadap palawija.
14
Kehilangan air dalam jaringan irigasi dinyatakan dalam tambahan hektar
palawija. Dengan demikian untuk mengetahui total areal palawija relatif
gabungan di Tersier (LPRG.T), di Sekunder (LPRG.S) dan di pintu
bendung dapat dihitung dengan rumus
Dimana :
FK.T = faktor kehilangan air dijaringan tersier
FK.S = faktor kehilangan di jaringan sekunder
FK.I = faktor kehilangan dijaringan induk
15
4.2. PROSEDUR
1. Langkah - Langkah
Pengurus P3A mempersiapkan rencana tanam dalam petak tersier
Ulu-ulu P3A / Ulu-ulu vak memberikan data tanaman kepada Juru
Pengairan, yang selanjutnya akan meneruskannya kepada
pengamat. Jika wewenang juru pengairan meliputi satu sekunder,
Juru harus menghimpun/merekap data itu dan menghitung areal
palawija reiatif untuk petak sekunder.
Pengamat pengairan melengkapi formulir dan saluran sekunder
dalam wilayahnya dan diteruskan kepada Seksi Pengairan/Cabang
Dinas Pengairan. Bila satu Daerah irigasi seluruhnya termasuk
dalam wilayah Pengamat, Pengamat harus menghitung Pasten
untuk Daerah irigasi tersebut, setelah menerima laporan data debit
yang tersedia dibendung, dari Penjaga Bendung.
Seksi melengkapi formulir- formulir tersebut dari seluruh Daerah
Iriqasi dan menghitung Pastennya.
Ketetapan Pasten diteruskan kepada Pengamat-Pengamat dalam
wilayah Seksi.
Pengamat memberi tahu Juru-juru di wilayahnya, yang selanjutnya
akan menghitung jatah air untuk tiap pintu Sekunder maupun
Tersier, dan mencatat ketetapan pasten dan jatah debit pada
Papan operasi.
16
Gambar 3
FLOW CHART PERHITUNGAN PASTEN
17
2. Blanko - Blanko
3. Waktu Pelaksanaan
Agar pembagian air dapat dilaksanakan secara tepat waktu, perlu diatur
penyampaian data dan laporan menqenai tanaman, dan debit, untuk
keperluan perencanaannya yaitu :
Ulu-ulu harus menyampaikan ke juru, data areal untuk masing -
masing jenis tanaman dan tingkat pertumbuhan, pada Tanggal (T) - 7,
dengan menggunakan blanko 1.
18
Pada tanggal ( T ) - 6 Pengamat / Ranting harus sudah menerima
blanko 01 dari juru, dan selanjutnya akan rnerekap per sekunder, dan
menghitung total areal palawija relatifnya.
Data debit yang tersedia di bendung harus sudah diterima oleh
pengamat pada tanggal (T ) -2
Pada tanggal ( T ) - 1 Seksi mengadakan pertemuan dengan para
pengamat untuk mengadakan perhitungan pasten, dan
menetapkannya. Selanjutnya para pengamat akan memberitahukan
kepada juru-juru diwilayahnya, yang akan mencatat ketetapan pasten
di Papan Operasi, dan menghitung besarnya debit yang harus
dialirkan.
Pada tanggal ( T ) penjaga pintu air akan mengatur pintu pintu, sesuai
dengan jatah debit yang harus dialirkan.
Daerah irigasi "Sabuk inten" seperti dalam skema, yang dapat dilihat pada
gambar 4, terdiri dari dua Sekunder, "Lumbung kerep" dan "Argo Makmur"
dengan kondisi sebagai berikut:
Sekunder Lumbung Kerep mempunyai 2 petak tersier dengan area!
rnasing-masing 100 ha dan 150 ha.
Sekunder Argo Makmur mempunyai 3 petak tersier, dengan areal
masing masing 110 ha, 160 ha dan 120 ha.
Periode pemberian air tiap 15 hari
19
Efisiensi : Tersier 70 %, Sekunder 90 %, dan Primer 95 %
Kebutuhan untuk Air Minum 200 l/det. diambil dari bendung.
Keadaan tanaman per petak tersier dapat dilihat pada blanko
laporan terlampir.
Debit tersedia dibendung menurut laporan, adalah : 450 l/det.
Penyelesaian :
20
Berapa besarnya debit diberikan pada setiap pintu
100
T5 diberikan = ----- x 144 ha x 0,21 l/d/ha = 43, 35 l/dt
70 -- ---------------------------------
Jumlah = 211,20 l/dt
Pintu Sekunder
21
Lumbung Kerep, Q diberikan sebesar =
100 100
QLK = —----- x ——-- x (63 + 150) x 0,21
90 70
100 100
= ----—- x—— x 213 x 0,21 = 71 l/dt
90 70
Pintu bendunq
22
Gambar : 4
Skema : DAERAH IRIGASI SABUK INTEN
T–1 T–3
100 ha 110 ha
T–2
T–4
150 ha
160 ha
T–5
120 ha
Tebu :
a). Pengolahan tanah + persemaian = 45 ha
b). Pertumbuhan = 100 ha
c). Pemasakan = 0 ha
Palawija:
a). Perlu banyak air = 350 ha
b). Perlu sedikit air = 0 ha jumlah = 704 ha Palawija relatif
23
BAB V
METODE FPR
5.1. PENGERTIAN
24
A = Luas tanaman
C = koefisien lapangan ( pengaruh perkolasi )
Kebutuhan air tanaman
Ft = Faktor tanaman = ------------------------------------------------
Kebutuhan air palawija
FK.T = Faktor Kehilangan Air di Tersier
FK.S = Faktor Kehilangan Air di Sekunder
FK.I = Faktor Kehilangan Air di Induk
Contoh :
Pengalaman di daerah Jombang (Jawa Timur),
Tentang faktor x ( pengurangan dan penambahan debit) adalah
sebagai berikut :
Bulan Debit Rencana Bulan Debit Rencana
Dibanding pada Dibanding pada
Bulan lalu Bulan lalu
Januari +5% Juli -5%
Pebruari +5% Agustus -5%
Maret - 5% September -5%
April - 5% Oktober -0%
Mei - 5% Nopember + 15 %
Juni - 5% Desember + 10 %
25
Misal :
26
5.3. CONTOH PERHITUNGAN METODA FPR
M1
M2
TERSIER
M3
TERSIER
27
Luas Palawija Relatif = 50 x 1 + 20 x 1,5 +30 x 4
= 50 + 30 + 120 = 200 ha Plw
Koef lapangan ------- c = 1,5
100
FK.T = -------------- = 1,25
80
100
FK.S = ------------ = 1,25
80
Luas Palawija Relatif di Bendung = 1,25 x 1,25 x 1,50 x 200 = 468 ha Plw
Petak Tersier M 3
28
Water Duty ( Pasten ) = ———————————————
Total Luas Relatif Plw di Bendung
250 I /dt
= ————— = 0,27 I / dt / ha 912 ha
912 ha
Debit di M2 = 1,25 x 1,50 x 200 x 0,27 = 101 I / dt
Debit di M3 = 1,11 x 1.00 x 320 x 0,27 = 96 I / dt
29
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1 Blanko : 01
FORMULIR
LAPORAN LUAS TANAMAN
1. Padi :
a). Pengolahan tanah + persemaian 1,5
b). Pertumbuhan 2,5
c). Pemasakan 1,5
2. Tebu :
a). Pengolahan tanah + persemaian 1
b). Tebu Muda 4
c). Tebu Tua 10
3. Palawija
a). Perlu banyak air 3
b). Perlu sedikit air 3
JUmlah :
(………………………) (………………………)
30
31
Lampiran : 3 Blanko : 03
LAPORAN PENGUKURAN DEBIT SUNGAI
Seksi :……………………………..
Pengamat :……………………………
Sungai :……………………………. Bulan :……………..
Bendung :…………………………… Tahun :…………….
Debit yang melimpas di bendung Debit yang masuk saluran
Pagi Sore Rata- Pagi Sore Rata-
Tanggal rata rata Debit
H Q H Q Q H Q H Q Q Total
cm l/det cm l/det l/det cm l/det cm l/det l/det
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Debit (1) (2) (3)
rata- …… ……. (1)
rata +(2)
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Debit (1) (2) (3)
rata- ……. …… (1)
rata +(2)
Juru :
(…………………………)
32
Lampiran : A - 1 Blanko : 01
FORMULIR
LAPORAN LUAS TANAMAN
1. Padi :
a). Pengolahan tanah + persemaian 1,5 2 x 4.50 = 9.00
b). Pertumbuhan 2,5 1 x 4.00 = 4.00
c). Pemasakan 1,5 0 x 2.50 = 0.00
2. Tebu :
a). Pengolahan tanah + persemaian 1 0 x 3.00 = 0.00
b). Tebu Muda 4 0 x 2.00 = 0.00
c). Tebu Tua 10 0 x 0.50 = 0.00
3. Palawija
a). Perlu banyak air 3 50 x 1.00 = 50.00
b). Perlu sedikit air 3 0 x 0.50 = 0.00
JUmlah : 53 63 ha Plw
(………………………) (………………………)
33
Lampiran : A - 2 Blanko : 01
FORMULIR
LAPORAN LUAS TANAMAN
1. Padi :
a). Pengolahan tanah + persemaian 1,5 2 x 4.50 = 0.00
b). Pertumbuhan 2,5 1 x 4.00 = 0.00
c). Pemasakan 1,5 0 x 2.50 = 0.00
2. Tebu :
a). Pengolahan tanah + persemaian 1 0 x 3.00 = 0.00
b). Tebu Muda 4 0 x 2.00 = 0.00
c). Tebu Tua 10 0 x 0.50 = 0.00
3. Palawija
a). Perlu banyak air 3 150 x 1.00 = 150.00
b). Perlu sedikit air 3 0 x 0.50 = 0.00
(………………………) (………………………)
34
Lampiran : A - 3 Blanko : 01
FORMULIR
LAPORAN LUAS TANAMAN
1. Padi :
a). Pengolahan tanah + persemaian 1,5 3 x 4.50 = 13.50
b). Pertumbuhan 2,5 10 x 4.00 = 40.00
c). Pemasakan 1,5 0 x 2.50 = 0.00
2. Tebu :
a). Pengolahan tanah + persemaian 1 10 x 3.00 = 30.00
b). Tebu Muda 4 10 x 2.00 = 20.00
c). Tebu Tua 10 0 x 0.50 = 0.00
3. Palawija
a). Perlu banyak air 3 40 x 1.00 = 40.00
b). Perlu sedikit air 3 0 x 0.50 = 0.00
(………………………) (………………………)
35
Lampiran : A - 4 Blanko : 01
FORMULIR
LAPORAN LUAS TANAMAN
1. Padi :
a). Pengolahan tanah + persemaian 1,5 4 x 4.50 = 18.00
b). Pertumbuhan 2,5 20 x 4.00 = 80.00
c). Pemasakan 1,5 0 x 2.50 = 0.00
2. Tebu :
a). Pengolahan tanah + persemaian 1 5 x 3.00 = 15.00
b). Tebu Muda 4 20 x 2.00 = 40.00
c). Tebu Tua 10 0 x 0.50 = 0.00
3. Palawija
a). Perlu banyak air 3 50 x 1.00 = 50.00
b). Perlu sedikit air 3 0 x 0.50 = 0.00
(………………………) (………………………)
36
Lampiran : A - 5 Blanko : 01
FORMULIR
LAPORAN LUAS TANAMAN
1. Padi :
a). Pengolahan tanah + persemaian 1,5 1 x 4.50 = 4.50
b). Pertumbuhan 2,5 10 x 4.00 = 40.00
c). Pemasakan 1,5 0 x 2.50 = 0.00
2. Tebu :
a). Pengolahan tanah + persemaian 1 0 x 3.00 = 0.00
b). Tebu Muda 4 20 x 2.00 = 40.00
c). Tebu Tua 10 0 x 0.50 = 0.00
3. Palawija
a). Perlu banyak air 3 60 x 1.00 = 60.00
b). Perlu sedikit air 3 0 x 0.50 = 0.00
37
38
BABA VI
METODE FAKTOR K
6.1. PRINSIP/TEORI
Metoda faktor-K adalah suatu cara pembagian air berdasarkan air yang
tersedia di bendung dikurangi kehilangan air disaluran Induk/Sekunder di
bagi jumlah kebutuhan air seluruh tanaman.
Untuk menghitung faktor-K diperlukan data sebagai berikut:
Debit air yang tersedia
Kebutuhan air
Kehilanqan air
39
pertumbuhan. Kebutuhan air normal yang dipakai adalah seperti terlihat
pada tabel dibawah ini.
2. Tebu
a). Pengolahan tanah + persemaian 0,650
b). Tebu MUda 0,360
c). Tebu Tua 0,125
3. Palawija
a). Yang perlu banyak air 0,30
b). Yang perlu sedikit air 0,15
Apabila Daerah Irigasi tidak mempunyai angka satuan kebutuhan air (Water
Requirement) untuk masing-masing jenis tanaman yang merupakan hasil dari
suatu penelitian maka tabel diatas dapat digunakan.
40
Dibawah ini akan dicoba menghitung kebutuhan bersih air irigasi untuk masing-
masing jenis tanaman dan tahapan pertumbuhan dalam petak tersier T2 dengan
luas baku 76 ha.
2. Tebu
a). Pengolahan tanah + 0,650 0 0
persemaian
b). Tebu MUda 0,360 0 0
c). Tebu Tua 0,125 0 0
3. Palawija
a). Yang perlu banyak air 0,30 38 11,40
b). Yang perlu sedikit air 0,15 0 0
Air irigasi dapat diperoleh dari waduk, sungai, atau air tanah. Dalam
musim hujan, air yang tersedia untuk irigasi sangat melimpah, sehingga
41
hampir-hampir tidak ada masalah dalam pengoperasian jaringan irigasi,
kecuali pada awal datangnya musim hujan, yang bertepatan dengan
musim tanam, dimana kebutuhan air untuk pengolahan tanah sangat
tinggi, sementara debit sungai maupun curah hujan belum mencukupi
untuk kebutuhan itu.
Untuk daerah irigasi yang disuplay dari waduk, prediksi dan tersedianya
air untuk irigasi lebih mudah, karena rencana tanamnya telah disesuaikan
dengan kapasitas waduk itu sendiri.
42
100
Efisiensi 70% ------ FT = --—— = 1,43
70
Jadi untuk menghitung kebutuhan kotor air dalam petak tersier adalah
dengan cara mengkalikan kebutuhan bersih air dipetak tersier kali faktor
tersier.
Contoh perhitungan kebutuhan kotor air pada petak tersier T2 adalah:
Kebutuhan bersih air dalam petak tersier T2 = 42,33 1/det.
Faktor tersier 1,25
Kebutuhan kotor dipintu tersier = 42,33 x 1,25 = 53 1/det.
Untuk kebutuhan kotor air dipetak tersier yang lain bisa dihitung dengan
cara yang sama.
43
100
Efisiensi 95% ——> Fl = ——— = 1,055
95
100
Efisiensi 90% ——> Fl = ——-- = 1,11
90
Faktor Sekunder dan Faktor Induk digunakan kalau tidak mempunyai data
berapa kehilangan air disaluran induk dan sekunder. Biasanya
berdasarkan pengalaman atau penelitian bisa diketahui angka kehilangan
air per-bentang saluran (lihat Lampiran 1) Angka kehilangan ditetapkan
sebesar 25 + 20 + 30 = 75 l/dt.
6.5. PROSEDUR
1. Langkah-langkah
Pengurus atau Ketua P3A mempersiapkan rencana tata tanam
dalam petak tersier sesuai dengan tahap pertumbuhan tanaman
maupun jenis tanamannya.
Ketua P3A menyampaikan data—data rencana tanam kepada Juru
Pengairan. Apabila Juru Pengairan mengelola satu sekunder yang
terdiri dan beberapa petak tersier, maka juru pengairan tersebut
harus membuat rekapitulasi data—data tersebut disampaikan ke
Pengamat / Ranting Dinas Pengairan.
44
Untuk Daerah Irigasi Kecil, Pengamat/Ranting
Pengairan/Koordinator Pelaksana (Korlak) membuat rekapitulasi
rencana tanaman maupun rencana kebutuhan air dan melengkapi
blanko-blanko yang diperlukan. Setelah penjaga bendung
melaporkan keadaan debit yang tersedia di bendung, kemudian
Pengamat / Ranting Dinas Pengairan/Korlak menghitung faktor-K.
2. Blanko-blanko
Bianko-blanko yang digunakan dalam perencanaan pembagian air
adalah:
Blanko 04-0 —> Lap. keadaan air tanaman pada wilayah
mantri/juru
Blanko 05-0 —> Rencana kebutuhan air di pintu pengambilan
Blanko 06 - 0 —> Pencatatan Debit Saluran
Blanko 07-0 —> Rencana kebutuhan air di Jaringan utama
Blanko 08-0 —> Pencatatan debit bangunan pengambilan/debit
sungai
45
Blanko 09 - 0 —> Perhitungan faktor-K.
3. Waktu Pelaksanaan
46
O&P BPSDA tersebut. Sehingga kesepakatan yang diperoleh
sudah memperoleh persetujuan semua pihak yang terkait.
Untuk Daerah Irigasi yang besar, Pengamat/Ranting Dinas
Pengairan /Korlak membuat perhitungan rencana kebutuhan air
untuk tanaman pada bianko 05 - 0 setiap 3 (tiga) hari sebelum
pelaksanaan pembagian air, setelah perhitungan selesai
disampaikan kepada Seksi/Cabang Dinas Pengairan.
Setiap tanggal 15 atau akhir bulan ada rapat di kantor
Seksi/Cabang Dinas untuk menentukan faktor-K dengan data
penunjang blanko 04 - 0 s/d 09 - 0. Rapat ini cukup dihadiri oleh
Seksi dan Staf di Cabang Dinas Pengairan dan Pengamat/Ranting
Dinas Pengairan/Korlak. Setelah faktor-K ditetapkan, Kepala
Ranting Dinas Pengairan/Korlak menginformasikan kepada
masing-masing Juru/ Mantri Pengairan untuk mencatat pada papan
operasi.
47
Lampiran 15 : Sirkulasi blanko operasi, pada kondisi air kurang
(K<1)
- Saluran AB = ± 25 l/dt
- Saluran BE = ± 20 l/dt lihat Lampiran 1
- Saluran CD = + 30 l/dt
48
Kebutuhan air untuk tanaman :
2. Tebu
d). Pengolahan tanah + persemaian 0,650
e). Tebu MUda 0,360
f). Tebu Tua 0,125
3. Palawija
c). Yang perlu banyak air 0,30
d). Yang perlu sedikit air 0,15
2) Blanko. 04
49
T2 = 83 ha, dengan tanaman :
- Padi (a) = 5 ha
(b) = 28 ha
- Palawija (a) = 38 ha
- Gadu tak ijin = 5 ha
T3 = 64 ha, dengan tanaman :
- Padi (a) = 5 ha
(b) = 21 ha
- Palawija (a) = 28 ha
50
T8 = 96 ha, dengan tanaman :
- Padi (a)= 10 ha
(b) = 28 ha
- Palawija (a) = 43 ha
3) Blanko 05
51
4) Blanko 06
Selama periode sebelumnya (tangga! 1 s/d 15 April 2005), selalu dicatat data
debit disetiap pintu tersier digunakan blanko 06 (lihat lampiran 11)
Disamping data debit, juga dicatat keadaan pintu ukur (rusak atau baik). Data
debit ini penting untuk menghitung evaluasi pembagian air dikemudian hari,
sehingga nantinya akan diketahui berapa angka kehilangan air (Operation
and Conveyance Losses) di saluran induk/sekunder.
5) Blanko 07
6) Blanko 08
Debit air yang tersedia di sungai, bisa ditulis pada blanko 08 (lihat
Lampiran13). Terdapat :
Perhitungan faktor-K, bisa dicari dengan blanko 09 (lihat Lampiran 14) terlihat
sbb :
Total kebutuhan di pintu tersier = 403 l/dt
52
Total kehilangan air di saluran induk/sekunder = 75 l/dt
Debit tersedia di bendung = 374 l/dt
Penjelasan
Faktor-K = Faktor Koreksi = Faktor Pemerataan
Q tersedia di bendung = 374 l/dt
Q hilang di saluran = 75 l/dt
Q tersedia di pintu tersier = 374-75 = 299 l/dt
Q diperlukan di pintu tersier = 403 l/dt
Koreksi (faktor-K) = 299 = 0,75
403
8) Debit Diberikan
Debit yang akan diberikan ke tiap pintu tersier (periode tgl. 16 s/d 30 April
2005) adalah sebagai berikut :
Q diberikan = Q diperlukan x Faktor-K
(Qi = Q dip x K) :
53
Total Qi (T) = 302 l/dt
Kontrol:
Total Q1 (T1 s/d T8) = 302 l/dt
Kehilangan di induk/sekunder = 25 + 20 + 30 = 75 l/dt
Q diperlukan di bendung = 302 + 75 = 377 l/dt
Q tersedia di bendung = 374 l/dt berbeda = 3 l/dt
Ada perbedaan sedikit (3 l/dt), ini disebabkan karena adanya pembulatan
angka.
Faktor-K sebenarnya 0,7419 lalu dibulatkan menjadi 0,75
Kalau dipakai faktor- K = 0,74 sebagai berikut:
9) Sirkulasi Bianko
Pada Lampiran 15 dapat dilihat mengenai sirkulasi blanko operasi. Seluruh
blanko operasi ada 12 buah terbagi menjadi:
Blanko 01 s/d 03 = untuk persiapan operasi (dibuat 1x setiap tahun)
Blanko 04 s/d 09 = untuk pelaksanaan operasi (dibuat 1 x setiap 15 hari)
Blanko 10 s/d 12 = untuk evaluasi (dibuat 1 x setiap tahun)
10) Lain-lain
Untuk lebih lengkap supaya dibaca buku : Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 32/PRT/M/2007 tentang Pedoman Operasi dan Pemeliharaan
Jaringan Irigasi.
54
Lampiran – lampiran (Contoh Pengisian Blanko)
1. Lampiran : Blanko 04
2. Lampiran : Blanko 05
3. Lampiran : Blanko 06
4. Lampiran : Blanko 07
5. Lampiran : Blanko 08
6. Lampiran : Blanko 09
55