Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MATA KULIAH

MANAJEMEN REKAYASA IRIGASI

MAKALAH IRIGASI BERKEMBANG


(Sistem Pengairan Berselang)

Oleh:
WARDATUL AINI PUTRI
1925011019

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air irigasi bersumber dari waduk, sungai, dan air tanah. Cara untuk

meningkatkan produksi pangan khususnya padi dengan tersedianya air irigasi di

sawah sesuai kebutuhan. Besarnya kebutuhan air irigasi sesuai pada keadaan dan

cara pengolahan lahan. Apabila besarnya kebutuhan air irigasi diketahui maka dapat

diprediksi pada waktu tertentu, kapan ketersediaan air dapat memenuhi dan tidak

dapat memenuhi kebutuhan air irigasi sebesar yang dibutuhkan. Apabila

besarnya ketersediaan air tidak dapat memenuhi besarnya kebutuhan air irigasi

maka harus dicari solusinya untuk dapat memenuhi kebutuhan air tersebut.

Cara untuk mengatasi masalah ketersediaan air tidak dapat memenuhi kebutuhan

air irigasi dapat dilakukan dengan perbaikan jaringan irigasi. Perbaikan jaringan

irigasi ini membutuhkan dana yang besar dan waktu pekerjaan yang lama. Salah

satu cara lain yang dapat dilakukan di lapangan yaitu dengan membuat pola tanam

sesuai dengan kondisi dan keadaan daerah irigasi tersebut, sehingga besarnya

ketersediaan air di daerah irigasi dapat memenuhi kebutuhan air irigasi pada daerah

tersebut. Jadwal pembagian air irigasi harus berdasarkan pola tanam yang cocok

dengan lingkungan alam di wilayah tersebut agar menghasilkan penggunaan air

dan lahan yang efektif serta menguntungkan bagi petani.

Salah satu cara untuk meningkatkan hasil pertanian adalah dengan cara

menggunakan pengaturan cara pemberian air irigasi yang baik dan juga pengaturan pola

tanam rencana yang lebih optimal sesuai kondisi lapangan.


1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang diberikan pada makalah ini adalah:

1. Apakah pengertian dari pengairan berselang?

2. Apakah manfaat dari pengairan berselang?

3. Bagaimana cara pengelolaan pengairan berselang?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang diberikan pada makalah ini adalah:

1. Mengetahui pengertian dari pengairan berselang

2. Mengetahui bagaimana manfaat dari pengairan berselang

3. Mengetahui bagaimana cara pengelolaan pengairan berselang


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Pengairan berselang (intermittent irrigation) adalah pengaturan kondisi lahan

dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian.

2.2 Manfaat

Kondisi seperti ini ditujukan untuk:

a. menghemat air irigasi sehingga areal yang dapat diairi menjadi elbih luas,

b. memberi kesempatan kepada akar untuk mendapatkan udara sehingga dapat

berkembang lebih dalam,

c. mengaktifkan jasad renik mikroba yang menghambat,

d. mengurangi kerebahan,

e. mengurangi jumlah anakan yang tidak produktif (tidak menghasilkan malai dan

gabah)

f. menyeragamkan pemasakan gabah dan mempercepat waktu panen,

g. memudahkan pembenaman pupuk ke dalam tanah (lapisan olah),

h. memudahkan pengendalian hama keong mas, mengurangi penyebaran hama wereng

coklat dan penggerek batang, dan mengurangi kerusakan tanaman padi karena hama

tikus.

2.3 Cara Pengelolaan Pengairan Berselang

Cara pengelolaan air pada sistem pengairan berselang, sebagai berikut:

1. Melakukan teknik pergiliran pengairan dalam satu musim

2. Bibit ditanam pada kondisi tanah jenuh air dan petakan sawah dialiri setelah 3-4 hari

Pengelolaan air selanjutnya, sebagai berikut:


a. Melakukan pergiliran air selang tiga hari,

b. Tinggi genangan pada hari pertama lahan diairi sekitar 3 cm dan selama 2 hari

berikutnya tidak ada penambahan air,

c. Lahan sawah diairi lagi pada hari ke empat. Cara pengairan ini berlangsung sampai

fase anakan maksimal,

d. Mulai dari fase pembentukkan malai sampai pengisian biji petakan sawah digenangi

terus,

e. Sekitar 10-15 hari sebelum tanaman dipanen, petakan sawah dikeringkan. Lakukan

pengairan berdasarkan ketersediaan air. Perhatikan ketersediaan air selama musim

tanam. Apabila sumber air tidak cukup menjamin selama satu musim, maka lakukan

pengaliran bergilir dengan periode lebih lama sampai selang 5 hari. Lakukan

pengairan dengan mempertimbangkan sifat fisik tanah. Pada tanah berpasir dan cepat

menyerap air, waktu pergiliran pengairan harus diperpendek.

Prinsip Pengairan Basah Kering dari penerapan PBK adalah memonitor kedalaman air

dengan menggunakan alat bantu berupa pipa. Setelah lahan sawah diairi, kedalaman air akan

menurun secara gradual. Ketika kedalaman air mencapai 15 cm di bawah permukaan tanah,

lahan sawah kembali diairi sampai ketinggian sekitar 5 cm. Pada waktu tanaman padi

berbunga, tinggi genangan air dipertahankan 5 cm untuk menghindari stress air yang

berpotensi menurunkan hasil. Batas kedalaman air 15 cm ini dikenal dengan PBK aman (safe

AWD) yang bermakna bahwa kedalaman air sampai batas tersebut tidak akan menyebabkan

penurunan hasil yang signifikan karena akar tanaman padi masih mampu menyerap air dari

zona perakaran. Setelah itu, pada fase pengisian dan pemasakan, PBK dapat dilakukan

kembali. Apabila terdapat banyak gulma pada saat awal pertumbuhan, PBK dapat ditunda 2

sampai 3 minggu sampai gulma dapat ditekan.


Pipa berlubang sebagai alat bantu Pipa paralon (PVC) bisa digunakan sebagai alat

teknologi PBK untuk mengamati air di bawah permukaan. Pipa bisa diganti dengan bahan

lain seperti bambu atau bahan lainnya. Banyaknya alat yang diperlukan tergantung pada

tofografi lahan, satu alat bisa mewakili luasan 500 m2, sedangkan pada kemiringan 3 – 5%

satu unit alat mewakili 100 m2. Pipa berukuran 35 cm dibenamkan sedalam 20 cm, sehingga

tinggi pipa dari permukaan tanah adalah 15 cm, kemudian tanah di dalam pipa dikeluarkan.

Untuk tahapan pengkajian atau uji coba, petani memonitor/mengukur kedalaman air di dalam

pipa setiap interval waktu 2 hari dan melakukan teknik basah kering (pengairan lahan sawah)

sesuai dengan prinsif PBK. Setelah petani percaya PBK tidak menurunkan hasil secara nyata,

pipa yang dibenamkan cukup 15 cm sesuai dengan PBK aman dan tidak perlu lagi mengukur

dengan mistar. Petani pun bisa mencoba mengubah batas PBK aman yakni dengan

menambah batas kedalaman muka air untuk diairi misalnya 20 cm, 25 cm, dan 30 cm.
DAFTAR PUSTAKA

Acmadi, M. 2013. Irigasi di Indonesia. Media Press. Yogyakarta.

Ardi. 2013. Hasil Besar Dari Irgasi Kecil. Koran Harian Media Indonesia. Jakarta.

Direktorat Pengelolaan air irigasi.2010. Pedoman Teknis Pemberdayaa


Perkumpulan Petani Pengguna Air.DPAI Direktorat Jenderal
Prasarana Dan Sarana Pertanian Kementrian Pertanian. Jakarta.
Eko, Rusdianto. 2013.Perlu Sistem Irigasi yang Layak. Majalah GATRA.
Bandung.
Sudjarwadi. 1990. Teori dan Praktek Irigasi. Jurusan Ilmu Teknik UGM.
Yogyakarta.
Website Resmi Pemerintah Kabupaten Buleleng. 2017. Pengairan. Artikel Resmi.
Sulawesi.

Anda mungkin juga menyukai