Anda di halaman 1dari 50

ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI

DAN ROTASI TANAMAN

MATERI IRIGASI
uploaded by :
www.munsyafandi.com
Kebutuhan air untuk tanaman padi

• Menentukan besar kebutuhaan air tanaman di


sawah, yang merupakan penjumlahan dari
kebutuhan air untuk keperluan :
1. Penyiapan lahan
2. Penggunaan Konsumtif
3. Perkolasi
4. Penggantian lapisan air
5. Evaporasi selama penyiapan lahan
• Besarnya kebutuhan air di sawah bervariasi
menurut jenis dan umur tanaman dan
bergantung kepada cara pengolahan lahan.
• Besarnya kebutuhan air di sawah dinyatakan
dalam mm/ hari.
1. Penyiapan lahan
• Faktor yang menentukan besarnya kebutuhan air untuk
penyiapan lahan adalah :
1. Lama waktu penyiapan lahan
2. Jumlah air untuk penyiapan lahan

• Untuk seluruh petak tersier, jangka waktu yang di


anjurkan untuk penyiapan lahan adalah 1,5 bulan
(45 hari)
• Bila penyiapan lahan terutama dilakukan
dengan peralatan mesin, jangka waktu satu bulan (30
hari) dapat dipertimbangkan
• Kebutuhan air untuk pengolahan lahan (puddling)
bisa diambil 200 mm, ini untuk penjenuhan
(presaturation). Dan untuk keperluan
penggenangan sawah pada awal transplantasi
akan ditambahkan lapisan air 50 mm lagi.
• Angka 200 m di atas mengandaikan bahwa tanah
itu tidak ditanami selama lebih dari 2,5 bulan.
Jika tanah itu dibiarkan bera lebih lama lagi,
ambillah 250 mm sebagai kebutuhan air untuk
penyiapan lahan.
• Kebutuhan air untuk penyiapan lahan dapat
dihitung dengan rumus Van de Goor dan Ziljstra
(1968) dengan rumus :
IR = kebutuhan air di sawah (mm/hr)
M = Kebutuhan air untuk menggantikan air yg
hilang akibat evaporasi dan perkolasi di sawah
yang sudah dijenuhkan (mm/hr)
Eo = evaporasi air terbuka selama penyiapan lahan
(mm/hr)
P = perkolasi (mm/hr)
T = jangka waktu penyiapan lahan (hari)
S = kebutuhan air untuk penjenuhan sebesar
200mm + 50mm untuk lapisan genangan.
Tabel kebutuhan air untuk penyiapan lahan
Tabel (1)
Eo + P T = 30 hari T = 45 hari
mm/hari S 250 mm S 300 mm S 250 mm S 300 mm
5 11.1 12.7 0.4 9.5
5.5 11.4 13 8.8 9
6 11.7 13.3 9.1 10.1
6.5 12 13.6 9.4 10.4
7 12.3 13.9 9.8 10.8
7.5 12.6 14.2 10.1 11.1
8 13 14.5 10.5 11.4
8.5 13.3 14.8 10.8 11.8
9 13.6 15.2 11.2 12.1
9.5 14 15.5 11.6 12.5
10 14.3 15.8 12 12.9
10.5 14.7 16.2 12.4 13.2
11 15 16.5 12.8 13.6

Sumber : Roedy, Soekibat., 2005


2. Penggunaan konsumtif
• Penggunaan konsumtif (consumptive use)
adalah jumlah air yang dipakai untuk proses
evapotranspirasi
• Dihitung dengan rumus :

• Etc = Evapotranspirasi crop (mm/hr)


• Eto = Evapotranspirasi potensial (mm/hr)
• kc = koefisien tanaman
ETc
• evapotranspirasi potensial (Eto)
adalah evapotranspirasi tanaman acuan yang
nilainya diperoleh dengan rumus Penman.
• Koefisien tanaman (kc) adalah harga konversi
untuk mendapatkan nilai Etc (evapotranspirasi
tanaman)
• Besarnya kc dipengaruhi dari jenis, varietas
dan umur tanaman
• Berikut ini contoh koefisien tanaman padi
berdasarkan tabel FAO dan Nedeco/Prosida
(Dirjen Pengairan, Bina Program PSA 010, 1985)
Tabel (2)
Bulan Nedeco/Prosida FAO
Varietas Varietas Varieta Varietas
biasa unggul s biasa unggul
0.5 1.2 1.2 1.1 1.1
1 1.2 1.27 1.1 1.1
1.5 1.32 1.33 1.1 1.05
2 1.4 1.3 1.1 1.05
2.5 1.35 1.3 1.1 0.95
3 1.24 0 1.05 0
3.5 1.12 0.95
4 0 0
Tabel (3)
• Harga koefisien tanaman palawija berdasarkan
FAO (Ref. FAO, 1977)
bulan Masa 0.5 1 1.5 2 2.5 33.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5 7
tumbu
h (hari)
Kedelai 85 0.5 0.75 1.0 1 0.82 0.45

Jagung 80 0.5 0.59 0.96 0.96 1.05 1.02 0.95

Kacang 130 0.3 0.51 0.66 0.85 0.95 0.95 0.95 0.55 0.55
tanah
Bawang 70 0.5 0.54 0.69 0.69 0.9 0.95

Buncis 75 0.5 0.64 0.89 0.89 0.95 0.88

kapas 195 0.5 0.5 0.58 0.75 0.91 1.04 1.05 1.05 1.05 0.78 0.65 0.65 0.65

Sumber : FAO Guideline for Crop Water Requirements (Ref. FAO, 1977)
3. Perkolasi dan rembesan
• Perkolasi ini dipengaruhi antara lain oleh:
a. Tekstur tanah, tanah dengan tekstur halus
mempunyai angka perkolasi yang rendah,
sedangkan tanah dengan tekstur yang kasar
mempunyai angka perkolasi yang besar.
b. Permeabilitas tanah
c. Tebal lapisan tanah bagian atas, makin tipis
lapisan tanah bagian atas ini makin
rendah/kecil angka perkolasinya.
• Perkolasi ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
perkolasi vertikal dan horizontal. Menurut hasil
penelitian di lapangan, perkolasi vertikal lebih
kecil dari pada perkolasi horizontal, angkanya
berkisar antara 3 sampai 10 kali, hal ini terutama
untuk sawah-sawah dengan keadaan lapangan
yang mempunyai kemiringan besar yaitu sawah-
sawah dengan teras-teras.
• Akan tetapi perkolasi horizontal ini, masih dapat
dipergunakan lagi oleh petak sawah dibawahnya
sehingga perkolasi horizontal tidak
diperhitungkan sebagai kehilangan.
• Di Jepang menurut hasil penelitian di lapangan,
angka-angka perkolasi untuk berbagai jenis tanah
disawah dengan lapisan tanah bagian atas (top
soil) lebih tebal dari 50 Cm adalah sebagai berikut
(Rice Irrigation in Japan, OTCA 1973)

Tabel (4)

Macam Tanah Perkolasi Perkolasi Vertikal (mm/hari)

Sandy loam 3-6


Loam 2-3
Clay Loam 1-2
• Sedangkan Pemerintah Indonesia telah membuat
standar pemakaian angka perkolasi seperti disajikan
dalam tabel berikut :

Tabel (5)
Tingkat perkolasi pada berbagai tekstur tanah
Angka Perkolasi
Jenis Tanah
Padi (mm/hari) Palawija (mm/hari)
Tekstur Berat 1 2
Tekstur Sedang 2 4
Tekstur Ringan 5 10
Sumber : standar Perencanaan Irigasi KP. 01
• Di Indonesia menurut penelitian di lapangan,
angka perkolasi ini seperti untuk Proyek Irigasi
Sempor adalah 0,70 mm/hari. Didaerah
daratan pantai utara pulau Jawa dari
percobaan-percobaan yang telah dilakukan
berkisar 1 mm/hari. Di NTB digunakan angka
2mm/hari.
• Untuk menentukan besarnya perkolasi secara
tepat, satu satunya cara yang diperlukan
adalah dengan mengadakan pengukuran di
lapangan
Penggantian lapisan air (WLR)
• WLR (water layer replacement) adalah
penggantian air genangan di sawah dengan air
irigasi yang baru dan segar.
• Penggantian lapisan air dilakukan setelah
pemupukan. Penggantian lapisan air dilakukan
menurut kebutuhan.
• Biasanya dilakukan penggantian lapisan air
sebanyak 2 kali masing-masing 50mm atau (3,3
mm/hari) selama 1 bulan dan 2 bulan setelah
transplantasi.
5. Curah hujan efektif

• Curah hujan efektif adalah curah hujan yang


jatuh selama masa tumbuh tanaman, yang dapat
digunakan untuk memenuhi air konsumtif
tanaman.
• Besarnya curah hujan ditentukan dengan 70%
dari curah hujan rata – rata tengah bulanan
dengan kemungkinan kegagalan 20% (Curah
hujan R80 ). Dengan menggunakan Basic Year
dengan rumus : R80 = n/5 + 1
dengan n adalah periode lama pengamatan
• Curah hujan efektif diperoleh dari 70% x R80
per periode waktu pengamatan. Apabila data
hujan yang digunakan 10 harian maka
persamaannya menjadi :
− Repadi =(R80x 70%)/10 mm/hari.
− Retebu =(R80x60%)/ 10 mm/hari.
− Repalawija = (R80 x 50%) / 10 mm/hari
• Curah hujan efektif juga dapat dihitung dengan
menggunakan metode Log Pearson III
berdasarkan data hujan yang tersedia.
Contoh perhitungan hujan efektif
Hujan Setengah Bulan Rata-Rata Daerah (Sta.Sengkol, Mangkung, Rambitan)

Tabel (6)

A. Perhitungan CH Efektif (andalan) dengan cara BASIC YEAR

Tahu
No Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agts Sept Okt Nov Des nan
I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II (mm)
1 1992 123 146 140 189 157 97 105 29 0 9 1 0 1 2 0 2 11 54 28 39 5 145 117 96 1497
2 1993 120 211 228 23 16 55 83 13 24 0 14 3 0 0 0 0 0 3 12 23 20 68 114 323 1353
3 1994 38 144 179 135 224 126 58 0 2 0 0 0 0 6 0 0 4 0 2 0 1 59 153 36 1170
4 1995 140 148 126 120 111 85 60 7 14 6 3 1 3 2 0 0 10 0 20 11 167 116 150 44 1345
5 1996 84 55 125 169 130 31 36 24 46 0 0 0 13 2 5 0 0 3 1 45 41 42 72 29 950
6 1997 137 59 188 264 81 0 36 3 45 1 11 2 2 0 0 0 0 35 11 78 3 27 143 109 1237
7 1998 204 51 38 60 76 211 124 145 0 3 45 4 66 29 1 0 3 137 14 363 137 85 74 189 2058
8 1999 154 176 107 85 131 165 64 10 19 0 0 1 2 0 2 2 0 0 18 73 102 65 196 58 1431
9 2000 184 174 53 83 53 90 208 74 111 8 2 0 0 0 0 0 0 0 134 51 312 64 93 3 1698
10 2001 61 71 156 20 67 138 157 42 0 0 74 0 0 0 0 0 0 0 12 46 36 69 141 71 1161

1. Hujan setengah bulanan rata-rata daerah, dijumlahkan (menjadi hujan tahunan)


Tabel (7)

P (%) tahunan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agts Sept Okt Nov Des
No Tahun
= m/(n+1) ranking I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II

1 1998 9.09 2,058 204 51 38 60 76 211 124 145 - 3 45 4 66 29 1 - 3 137 14 363 137 85 74 189

2 2000 18.18 1,698 184 174 53 83 53 90 208 74 111 8 2 0 - - - - - - 134 51 312 64 93 3

3 1992 27.27 1,497 123 146 140 189 157 97 105 29 - 9 1 0 1 2 0 2 11 54 28 39 5 145 117 96

4 1999 36.36 1,431 154 176 107 85 131 165 64 10 19 - - 1 2 - 2 2 0 - 18 73 102 65 196 58

5 1993 45.45 1,353 120 211 228 23 16 55 83 13 24 - 14 3 0 - - - - 3 12 23 20 68 114 323

6 1995 54.55 1,345 140 148 126 120 111 85 60 7 14 6 3 1 3 2 - - 10 - 20 11 167 116 150 44

7 1997 63.64 1,237 137 59 188 264 81 0 36 3 45 1 11 2 2 - - - - 35 11 78 3 27 143 109

8 1994 72.73 1,170 38 144 179 135 224 126 58 0 2 - - - 0 6 - - 4 - 2 0 1 59 153 36

9 2001 81.82 1,161 61 71 156 20 67 138 157 42 - 0 74 0 0 0 - - - - 12 46 36 69 141 71

10 1996 90.91 950 84 55 125 169 130 31 36 24 46 - - - 13 2 5 - - 3 1 45 41 42 72 29

2. Hujan tahunan dirangking dan diberi peluang


Tabel (8)

Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agts Sept Okt Nov Des

Periode I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II

Padi (R80) 61 71 156 20 67 138 157 42 - 0 74 0 0 0 - - - - 12 46 36 69 141 71

Palawija (R50) 140 148 126 120 111 85 60 7 14 6 3 1 3 2 - - 10 - 20 11 167 116 150 44

R efektif padi 43 49 109 14 47 96 110 30 - 0 52 0 0 0 - - - - 8 32 25 48 98 49


R efektif
Palawija 98 104 88 84 78 60 42 5 10 4 2 1 2 2 - - 7 - 14 8 117 81 105 31

3. R efektif adalah hujan pada tahun tertentu dengan probabilitas tertentu. Dapat langsung diambil (th 1994 dan 2001)
atau diinterpolasi (2001 - 1994 dan 1995 - 1993). Lihat tabel (7)

4. Jadi hujan dengan peluang 80% (R80) adalah seluruh data pada tahun 2001, sedangkan R50 adalah seluruh data
tahun 1995

5. Hujan efektif padi = 0.7*R80, dan hujan efektif palawija = 0.7*R50


Efisiensi Irigasi
• Efisiensi merupakan persentase perbandingan
antara jumlah air yang dapat digunakan untuk
pertumbuhan tanaman dengan jumlah air yang
dikeluarkan dari pintu pengambilan. Agar air yang
sampai pada tanaman tepat jumlahnya seperti yang
direncanakan, maka air yang dikeluarkan dari pintu
pengambilan harus lebih besar dari kebutuhan.
• Biasanya Efisiensi Irigasi dipengaruhi oleh besarnya
jumlah air yang hilang di perjalanannya dari saluran
primer, sekunder hingga tersier.
− saluran tersier : 80 %
− saluran sekunder : 90 %
− saluran primer : 90 %
Efisiensi irigasi total (C)= 80% x 90% x 90% = 65 %
Ringkasan Langkah-langkah
perhitungan kebutuhan air
1. Menentukan besarnya nilai evapotranspirasi
daerah setempat, dengan menggunakan metode
Penman, radiasi, thornwhite, atau yang lain.
2. Menentukan koefisien tanaman (kc) berdasarkan
berdasarkan tabel FAO atau NEDECO.
3. Menentukan penggunaan konsumtif tanaman
(Cu atau ETc), didapatkan dengan cara
mengalikan koefisien tanaman (kc) dengan
angka evapotranspirasi potensial (ETo).
3. Menentukan kebutuhan air untuk persiapan
lahan, biasanya ditentukan berdasarkan kondisi
kekeringan lahan serta kebiasaan petani.
Besarnya 200 + 50 mm untuk genangan, atau
250 mm utk tanah kering berat/pecah2 + 50mm
untuk genangan.
4. Selanjutnya dihitung kebutuhan air selama
penyiapan lahan dengan persamaan Van Goor
dan Ziljstra atau baca tabel dari KP 01 di atas.
5. Menentukan nilai perkolasi. Nilai perkolasi untuk
daerah NTB (biasanya diambil) sebesar 2,0
mm/hari.
6. Menentukan evaporasi selama penyiapan lahan
yang didapatkan dari mengalikan nilai
evapotranspirasi potensial dengan koefisien 1,1.
7. Penggantian lapisan air dilakukan sebanyak 2
kali masing-masing 50 mm pada saat sebulan
dan dua bulan setelah transplantasi (atau
3,33mm/hari selama setengah bulan).
8. Menentukan hujan efektif R eff dengan rumus : (0,7
x R80)/Jumlah hari setengah bulanan.
− R80 adalah hujan dengan probabilitas 80%,
untuk tanaman padi.
− R50 adalah hujan dengan probabilitas 50% untuk
tanaman palawija.
9. Menentukan kebutuhan air irigasi di sawah yaitu
dengan cara mengurangi total kebutuhan air
dengan hujan efektif untuk tanaman padi/palawija.
10. Mengkonversi satuan kebutuhan air di sawah dari
mm/hari menjadi l/dt/ha dengan cara membagi
kebutuhan air irigasi dengan 8,64. (lihat contoh
hitungan).
11. Menentukan kebutuhan air di intake (DR) yaitu
dengan cara membagikan kebutuhan air di sawah
dengan efisiensi irigasi. Nilai efisiensi irigasi
keseluruhan adalah 0,65.
Contoh
Contoh Perhitungan kebutuhan air tanaman Padi Musim tanam ke-2
Masa Tanam : 90 Hari
Bulan / 2 mingguan ke-
Mar Apr Mei Jun
No. Kegiatan tanam Satuan Keterangan
I II I II I II I II
16 15 15 15 16 15 15 15
1 ETo mm/hari 3.713 4.640 3.500 4.350 3.281 3.659 3.020 3.050 Penman
2 Kc 1.100 1.100 1.05 1.05 0.95 0.00 FAO
3 ETc mm/hari 3.850 4.785 3.609 4.025 3.171 2.898 Kc * Eto

4 Evap selama PL (Eo) 4.084 5.104 1.1*Eto


5 Perkolasi (P) mm/hari 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000
6 Persiapan lahan mm/hari 11.700 12.300 Lihat tabel (1)

7 Penggantian Lap. Air (WLR) mm/hari 3.333 3.333 50 mm /15

8 Total Keb. Air mm/hari 11.700 12.300 5.850 6.785 5.609 6.025 5.171 4.898 [ 3+4+5+6+7 ]
9 Hujan Efektif mm/hari 3.148 6.425 7.320 1.974 0.000 0.003 3.470 0.008 0.7*R80/15

10 Keb. Air di sawah (NFR) mm/hari 8.552 5.875 -1.470 4.811 5.609 6.022 1.701 4.890 [8-9]
11 Keb. Air di sawah(NFR) l/dt/Ha 0.990 0.680 -0.170 0.557 0.649 0.697 0.197 0.566 [ 10 ] / 8.64

12 Keb. Di Intake (DR) l/dt/Ha 1.52 1.05 0.00 0.86 1.00 1.07 0.30 0.87 [ 11 ] / 0.65

max kebtuhan air (l/dt/ha) : 1.52 (Nilai max untuk menentukan dimensi saluran. Angka negatif dianggap nol)
Kebutuhan air untuk tanaman palawija
1. Perhitungan kebutuhan air untuk tanaman
palawija sama dengan perhitungan kebutuhan
air untuk padi, hanya saja R efektif untuk
palawija adalah R50.
2. Selain itu tanaman palawija tidak membutuhkan
air untuk pengolahan lahan serta pergantian
lapisan air.
3. Contoh perhitungan kebutuhan air untuk
tanaman Padi dan palawija dapat dilihat pada
tabel terlampir.
TUGASSS……!!!!!!

Ubahlah satuan dari mm/ha menjadi l/det/ha.

Sekarang dikumpulkan
Awal tanam
• Satu kali masa tanam disebut 1 musim tanam.
tanaman Pengolahan lahan Umur tanaman
Padi 1 bulan 2,5 – 3 bulan
palawija - 3 bulan

• Musim tanam pertama biasanya dimulai ketika awal


musim hujan
• Musim tanam pertama disebut MT1 dilanjutkan musim
tanam kedua MT2 dan Musim tanam ketiga MT3
Intensitas tanam
Intensitas tanam didefinisikan sebagai prosentase luas
lahan yang dapat ditanami terhadap luas seluruh
Daerah Irigasi
Contoh :
Jika diketahui luas DI 1000ha. Maka perhitungan
intensitas tanamnya diilustrasikan seperti dlm tabel
berikut

Musim tanam Luas tanam (ha) Intensitas tanam (%)


MT1 1000 100
MT2 750 75
MT3 500 50
IT Total (setahun) 225
Pola tanam

• Untuk memenuhi kebutuhan air bagi


tanaman, penentuan pola tanam merupakan
hal yang perlu dipertimbangkan.
• Berikut ini contoh pola tanam yang biasa
dipakai :
Ketersediaan air irigasi pola tanam dalam satu tahun
1. Berlimpah/ banyak Padi – padi - palawija
2. cukup/sedang Padi – padi – Kosong
Padi – Palawija - Palawija
3. Kurang Padi – Palawija - Kosong
Palawija _ Padi - Kosong
Neraca air

• Neraca air adalah perimbangan antara


kebutuhan dan ketersediaan air di daerah
studi
• Debit kebutuhan didapat dari perhitungan
kebutuhan air irigasi berdasarkan pola tanam
yang terpilih
• Debit ketersediaan didapat dari perhitungan
debit andalan di sungai atau tempat
pengambilan air
• Bila debit melimpah maka kebutuhan
dipenuhi sesuai luas sawah maksimum.
• Bila debit kurang, maka ada tiga alternatif
solusi yaitu :
1. luas daerah irigasi dikurangi
2. melakukan modifikasi dalam pola tanam
3. rotasi teknis golongan
Padi sistem hemat air
• Mengantisipasi ketersediaan air yang semakin
terbatas maka perlu dicari terus cara budidaya
tanaman padi yang hemat air. Salah satunya
adalah Cara pemberian air terputus/berkala
(intermittent irrigation).
• Cara ini terbukti efektif dilapangan dalam usaha
hemat air, namun mengandung kelemahan dalam
membatasi pertumbuhan rumput.
• Sistem pemberian air terputus/ berkala sesuai
untuk daerah dengan debit tersedia aktual lebih
rendah dari debit andalan 80 %.
Sistem golongan
• Sumber air tidak selalu dapat menyediakan air
irigasi yang dibutuhkan, sehingga harus dibuat
rencana pembagian air yang baik.
• Kebutuhan air tertinggi dalam petak tersier
disebut Qmax
• Pada saat air tidak memenuhi kebutuhan air
tanaman dengan pengaliran menerus, maka
pemberian air tanaman diberikan secara
bergilir.
• Dalam sistem pemberian air secara bergilir,
permulaan tanam tidaklah serempak. Sawah
dibagi menurut golongan-golongan dan
permulaan pekerjaan sawah dijalankan secara
bergiliran menurut golongan masing-masing
Keuntungan sistem rotasi kekurangan
1. Q puncak berkurang 1. Bisa menimbulkan komplikasi sosial
2. Kebutuhan pengambilan bertambah 2. Kehilangan air akibat eksploitasi lebih
secara berangsur2 pd periode tinggi
penyiapan lahan
3. Eksploitasi lebih rumit
4. Jangka waktu penanaman lebih lama
(khususnya utk tanaman padi karena
membutuhkan pengolahan lahan), dan
mengakibatkan waktu utk tanaman
kedua menjadi berkurang
5. Daur hama sulit diberantas. Jadi akan
ada pemakaian pestisida.
• Contoh perhitungan rotasi

• Petak tersier seluas 135,65 ha terdiri dari 3


petak sub tersier dengan masing-masing luas
− Sub tersier a luas 53,10 ha dengan
kebutuhan air 2,84 l/dt/ha
− Sub tersier b luas 47,55 ha dengan
kebutuhan air 2,95 l/dt/ha
− Sub tersier c luas 35,00 ha dengan
kebutuhan air 3,26 l/dt/ha
A. Perhitungan debit rencana
• Kondisi batas : Jika debit tersedia >65% Qmaks,
maka pemberian air dilakukan secara terus menerus

• Pemberian air (Q) Jika Q = 100% Qmaks

− Petak a dapat air = 53,10 ha x 2,84 l/det /ha = 150,80 l/det


− Petak b dapat air = 47,55 ha x 2,95 l/det/ha = 140,27 l/det
− Petak c dapat air = 35,00 ha x 3,26 l/det/ha = 114,10 l/det
jumlah Q max = 405,17 l/det
• Pemberian air jika Q = 65% Qmaks.
Sebesar 65/100 x 405,17 l/det = 263,36 l/det.
Maka pemberian air nya menggunakan
cara rotasi sub tersier I
• Periode I. Sub tersier a+b diairi, c ditutup
Luas a+b = 53,10 + 47,55 = 100,65 ha
− Qa = (53,10/100,65) x 263,36 = 138,94 l/det
− Qb = (47,55/100,65) x 263,36 = 124,42 l/det
• Periode II. Sub tersier a+c diairi, b ditutup
Luas a+c = 53,10 + 35,00 = 88,10 ha
− Qa = (53,10/88,10) x 263,36 = 158,73 l/det
− Qc = (35,00/88,10) x 263,36 = 104,63 l/det

• Periode III. Sub tersier b+c diairi, a ditutup


Luas b+c = 47,55 + 35,00 = 82,55 ha
− Qa = (47,55 / 82,55) x 263,36 = 151,73 l/det
− Qc = (35,00/ 82,55) x 263,36 = 111,55l/det
• Pemberian air jika Q = 35% Qmaks,
maka pemberian airnya menggunakan
cara rotasi sub tersier II
• Pemberian air nya = 0,35 x 405,17 = 121,55 l/dt
• Air sebanyak 121,55 l/det tidak dapat dibagikan
secara proporsional dalam waktu yang bersamaan,
sehingga diberikan secara bergilir di masing-masing
sub tersier a, b dan c, dengan penjadwalan dan lama
waktu pemberiannya diperhitungkan sesuai proporsi
luas masing-masing.
• Hasil hitungan pemberian air di atas, dapat dirangkum
dalam tabel berikut :
petak sub Luas (ha) Q (l/det) Q rencana
tersier 100% 65% 35% (l/det)
a 53.10 150.80 158.73 121.55 158.73
b 47.55 140.27 151.70 121.55 151.70
c 35.00 114.10 104.63 121.55 121.55

• Dari tabel di atas dapat diambil kesimpulan bahwa


debit yang terbesar tidak selalu terdapat pada Q =
Qmax. Sehingga debit rencana tidak selalu dapat
ditentukan dari 100%Qmax, melainkan harus dihitung
juga pemberian airnya secara rotasi.
B. Perhitungan jam rotasi

• Q> 65%, Semua petak mendapatkan giliran


pemberian air secara terus menerus
• 65% > Qmax > 35%
• 2 golongan dibuka dan 1 golongan ditutup
• Qmax < 35%
• 1 golongan dibuka, 2 golongan ditutup
Hari Pemberian air terus Rotasi I (Q = 35% - 100%) Rotasi II (Q < 35%)
menerus (Q = 65% –
100%)
jam Petak yang jam Petak yang jam Petak yang
diairi diairi diairi
Senin 6:00 6:00 6:00 b
Selasa
Rabo a+b 17:00 c
Kamis
Jumat 12:00 a
Sabtu a+b+c 11:00
Minggu
Senin 6:00 b
Selasa b+c
Rabo 17:00 17:00 c
Kamis
Jumat a+c 12:00
Sabtu a
Minggu
senin 6:00 6:00 6:00

Anda mungkin juga menyukai