Anda di halaman 1dari 10

TUGAS M7

SISTEM IRIGASI

Nama : Bernadetha Avelina Eka Widiyanti


NIM : 195040200111177
Kelas : C

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN

Air merupakan komponen penting yang dibutuhkan oleh makhluk hidup di


muka bumi. Air merupakan kebutuhan pokok komoditas pertanian. Komoditas
pertanian mulai dari awal penanaman hingga pemanenan membutuhkan air untuk
keberlangsungan hidupnya. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman sangat
bergantung pada ketersediaan air. Berbagai jenis tanaman yang dibudidayakan
dalam pertanian memiliki tingkat kebutuhan air yang bervariasi dan berbeda-beda
sehingga ketersediaan air bagi tanaman harus diatur agar tepat dan memberikan
hasil pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang optimum.
Ketersediaan air di permukaan bumi cukup banyak, namun hanya sedikit
yang dapat dimanfaatkan dengan baik. Dalam pemanfaatan air dan menjaga
ketersediaan air perlu dilakukan pelestarian dan pengembangan sumber air. Oleh
karena itu, dalam kegiatan pertanian diperlukan irigasi yang tepat untuk
mendukung kegiatan pertanian. Irigasi merupakan usaha penyediaan dan
pengaturan air untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi
permukaan, irigasi tetes, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan lain-lain.
Irigasi dimaksudkan untuk mendukung produktivitas usaha tani guna
meningkatkan produksi pertanian dalam rangka ketahanan pangan nasional dan
kesejahteraan masyarakat, khususnya petani yang diwujudkan melalui
keberlanjutan sistem irigasi.
Sistem irigasi pada pertanian merupakan suatu kesatuan yang sangat
diperlukan dalam kegiatan pertanian. Sistem pertanian terdiri atas beberapa
kegiatan dan komponen mengenai penyediaan air, pembagian air, pengelolaan
air, dan pengaturan air untuk meningkatkan produksi dalam pertanian.
Pengelolaan lahan pertanian harus menggunakan jaringan irigasi yang optimal
sesuai dengan kebutuhan air tanaman dan kondisi yang sesuai pada lahan. Air
irigasi dapat bersumber dari sungai, mata air, dan sumber air laiinya yang
kemudian dialirkan pada lahan pertanian. Namun, air tersebut perlu dikelola
terlebih dahulu. Pengelolaan air irigasi sangat berperan penting untuk menjaga air
agar tetap tersedia dan dapat meningkatkan produksi pertanian. Oleh karena itu,
pada makalah ini akan dibahas mengenai sistem irigasi.
BAB II
SISTEM IRIGASI

2.1 Sistem Irigasi Permukaan

Pengamatan sistem irigasi dilakukan pada lahan yang bertempat di


Desa Bulurejo, Kecamatan Doko, Kabupaten Blitar. Wilayah ini terbentuk
karena batuan hasil letusan gunung berapi, keadaan topografi pada
wilayah ini memiliki kemiringan 15%-40% dan >40% dengan bentuk
wilayah bergelombang hingga berbukit karena merupakan bagian dari
Gunung Kelud dan Gunung Butak. Pada wilayah ini memiliki tekstur tanah
lempung liat. Menurut penelitian Arifin (2010), tanah yang memiliki tektur
berlempung merupakan tanah yang memiliki proporsi pasi, debu, dan liat
sehingga memiliki sifat diantara berpasir dan berliat. Tanah berlempung
memiliki tata udara yang baik, serta memiliki kemampuan untuk
menyimpan dan menyediakan air bagi taaman dalam taraf yang tinggi.
Tanah yang memiliki tekstur liat juga memiliki kemampuan untuk
menyerap, mengikat, dan menyimpan air serta unsur hara yang tinggi
untuk tanaman.
Irigasi permukaan (surface irrigation) merupakan metode irigasi
dimana pemberian air pada tanaman dilakukan dengan cara menggenangi
permukaan tanah dengan ketebalan tertentu dan membiarkannya selama
beberapa waktu agar air mengisi rongga tanah pada root zone melalui
proses infiltrasi. Pada lahan yang diamati berupa lahan sawah yang
ditanami dengan komoditas padi (Oryza sativa). Pada lahan tersebut
digunakan sistem irigasi permukaan dengan sistem basin, dimana terdapat
petak lahan yang dibatasi oleh tanggul atau selokan kecil disekelilingnya.
Air bergerak dari pintu untuk memasukkan air kemudian air akan
menggenangi seluruh petak sawah dalam periode waktu tetentu yang
dikehendaki. Kemudian air akan keluar melalui pintu drainase setelah air
sudah tidak diperlukan untuk menggenangi.
Permasalahan yang terjadi adalah kurang terukurnya debit air yang
masuk ke dalam lahan sawah. Petani hanya menggunakan feeling untuk
mengairi sawah dengan air irigasi yang mengakibatkan kurang optimalnya
penggunaan air untuk irigasi dan banyak yang terbuang.

Gambar 1. Kondisi Lahan


Gambar 2. Sketsa Lahan

2.2 Sistem Irigasi Sprinkler


Penggunaan teknologi sistem irigasi sprinkler atau teknologi irigasi
curah dapat meningkatkan efisiensi penggunaan air irigasi. Sistem irigasi
sprinkler yang digunakan dapat mengefisiensikan penggunaan air irigasi
dan dapat memberikan keseragaman irigasi lebih dari 80% (Kurniati et al.,
2014). Sistem irigasi sprinkler atau curah dapat diterapkan pada tanaman
sayuran maupun palawija karena memiliki efisiensi yang tinggi untuk dapat
memenuhi kebutuhan air bagi tanaman.

Gambar 3. Penggunaan sistem irigasi sprinkler (Oktaworo, 2015)


Penggunaan irigasi curah atau sprinkler dapat mengurangi
kehiangan akibat adanya pemasangan irigasi. Sistem irigasi sprinkler
mampu meningkatkan efisiensi penggunaan air irigasi hingga 85% (Tusi
dan Lanya, 2016). Selain itu, sistem irigasi sprinkler dapat digunakan pada
lahan kering dan berbagai bentuk kondisi permukaan lahan baik
bergelombang maupun datar. Namun, penggunaan irigasi sprinkler
diperlukan modal yang cukup tinggi untuk keperluan alat yaitu pompa,
penggerak, sistem perpipaan, nozel, dan biaya untuk sumber air, sehingga
cocok digunakan untuk pertanian skala besar.
Irigasi sprinkler masih belum ditemukan di Desa Bulurejo,
Kecamatan Doko, Kabupaten Blitar, karena rata-rata petani kelas kecil
hingga menengah sehingga masih belum mempunyai cukup modal untuk
menggunakan irigasi sprinkler seperti pada pertanian dengan skala yang
besar.
BAB III
REKOMENDASI SISTEM IRIGASI

3.1 Sistem Irigasi Permukaan

Sistem irigasi yang digunakan di Desa Bulurejo, Kecamatan Doko,


Kabupaten Blitar, sudah sesuai dengan kondisi dan penggunaan lahan
pada daerah tersebut. Lahan sawah yang digunakan untuk menanam
komoditas padi (Oryza sativa) menggunakan sistem irigasi permukaan.
Sistem irigasi permukaan yang digunakan yaitu dengan menggunakan
sistem basin. Sistem irigasi basin digunakan dengan pemberian air ke
lahan membentuk cekungan dan memenuhi cekungan dengan air atau
dilakukan penggenangan.

Topografi lahan di Desa Bulurejo, Kecamatan Doko, Kabupaten


Blitar, memiliki kemiringan 15%-40% dan >40% dengan bentuk wilayah
bergelombang hingga berbukit membuat harus dilakukan perataan tanah
atau land levelling agar saat lahan tergenang, tanaman mendapatkan
jumlah air yang sama untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman
sehingga hasil panen nantinya akan seragam dan dapat meningkatkan
produktivitas pertanian.

Pemberian irigasi pada lahan sawah harus dengan perencanaan


yang matang untuk membuat layout petak. Lokasi sumber air sebisa
mungkin berada lebih tinggi dari lahan agar bisa memanfaatkan gaya
gravitasi untuk mengalirkan air ke lahan. Ukuran lahan yang akan
digunakan dan diirigasi harus sesuai dengan kapasitas infiltrasi dan debit.
Menentukan kebutuhan air irigasi dan jadwal pengirigasian dapat
menggunakan rekomendasi dari aplikasi cropwat 8.0 sehingga
memudahkan para petani agar kebutuhan tanaman tercukupi dan tidak
banyak air yang terbuang. Selain itu, perancangan untuk sistem drainase
juga diperlukan agar ketersediaan air untuk tanaman tetap optimal. Selain
itu, perlu diberi pintu air pada saluran irigasi menuju lahan agar debit air
dan jumlah air yang diberikan tetap terjaga dan terkontrol.
Gambar 4. Desain Irigasi Permukaan

3.2 Sistem Irigasi Sprinkler

Pada Desa Bulurejo, Kecamatan Doko, Kabupaten Blitar, belum


ditemukan petani yang menggunakan sitem irigasi sprinkler. Sistem irigasi
sprinkler dlakukan dengan menyemprotkan air ke udara kemudian jatuh ke
permukaan tanah seperti hujan. Irigasi sprinkler yang digunakan dapat
dibagi menjadi dua yaitu alat pencurah yang tetap atau tidak dapat
dipindahkan dan alat pencurah yang dapat dipindahkan posisinya sesuai
dengan kebutuhan irigasi pada tanaman sehingga memudahkan untuk
dilakukannya irigasi.

Sistem irigasi sprinkler dapat digunakan untuk pengirigasian pada


komoditas sayur-sayuran maupun buah-buahan. Sistem irigasi sprinkler ini
dapat digunakan pada daerah yang memiliki topografi tidak teratur karena
pemberiannya tetap seragam dan efisien. Penggunaan sistem irigasi
sprinkler juga dapat memaksimalkan penggunaan lahan karena alatnya
yang ringkas dan tidak memakan banyak tempat. Apabila terdapat
keterbatasan sumber air, dapat digunakan sistem irigasi sprinkler untuk
mengefisienkan air yang digunakan untuk irigasi dan kebutuhan air pada
irigasi sprinkler relatif sedikit.

Penempatan pipa diantara tanaman dengan berjarak dinilai efektif


untuk melakukan irigasi sprinkler. Arah penyemprotan ke atas agar tidak
mengenai tanaman secara langsung kemudian akan jatuh untuk
memberikan air pada tanaman. Apabila penyemprotan diarahkan langsung
pada tanaman, tentunya karena tekanan yang tinggi dapat merusak
tanaman. Perlu dilakukan sosialisasi kepada petani mengenai keuntungan
menggunakan irigasi sprinkler, meskipun memerlukan biaya investasi yang
cukup tinggi, namun prospek kedepan untuk mengatasi kebutuhan air
tanaman bagus dan direkomendasikan untuk tanaman sayuran atau buah-
buahan (Tusi dan Lanya, 2016). Petani di Desa Bulurejo, Kecamatan Doko,
Kabupaten Blitar masih menggunakan cara manual dengan menyiram per
tanaman atau hanya mengandalkan air hujan. Selain itu, perlu dilakukan
perhitungan dengan benar mengenai kebutuhan air pada sistem irigasi
sprinkler dan sumber air harus tersedia untuk sistem irigasi.

Gambar 5. Desain Irigasi Sprinkler


KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa penggunaan irigasi


permukaan dengan sistem basin sudah tepat dilakukan pada lahan persawahan.
Namun, perlu dilakukan pemerataan tanah atau land levelling agar jumlah air yang
diterima oleh masing-masing tanaman sama. Selain itu, diperlukannya
penggunaan pintu air agar jumlah air irigasi terkontrol dan perhitungan serta jadwal
irigasi dapat menggunakan aplikasi cropwat 8.0. Penggunaan irigasi sprinkler
belum ditemukan di Desa Bulurejo, Kecamatan Doko, Kabupaten Blitar, maka dari
itu diperlukan sosialisasi lebih lanjut agar dapat digunakan irigasi sprinkler untuk
memberikan irigasi pada komoditas sayur maupun buah agar efisiensi
penggunaan air irigasi tetap terjaga.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M. 2010. Kajian Sifat Fisik Tanah dan Berbagai Penggunaan Lahan Dalam
Hubungannya dengan Pendugaan Erosi Tanah. Jurnal Mapeta, 12(2): 1-
10.
Kurniati, Evi., Bambang Suharto., dan T. Afrilia. 2014. Desain Jaringan Irigasi
(Springkler Irrigation) pada Tanaman Anggrek. Jurnal Teknologi Pertanian,
8(1): 35-45.
Oktaworo, 2015. Perencanaan Irigasi Sprikler. Sumber Gambar (2) Irigasi
Sprinkler. Diakses dari http://oktaworo.blogspot.com/2015/03/irigasi-
sprinkle.html
Tusi, A., dan B. Lanya. 2016. Rancangan Irigasi Sprinkler Portable Tanaman
Pakchoy. Jurnal Irigasi. 11(1): 43-54

Anda mungkin juga menyukai