0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
172 tayangan10 halaman
Dokumen tersebut membahas sistem irigasi yang digunakan di Desa Bulurejo, Kecamatan Doko, Kabupaten Blitar. Sistem irigasi yang digunakan saat ini adalah irigasi permukaan dengan metode basin. Rekomendasi untuk meningkatkan sistem irigasi adalah melakukan perataan tanah, mendesain layout petak sawah, dan menggunakan sistem irigasi sprinkler untuk lahan selain sawah.
Dokumen tersebut membahas sistem irigasi yang digunakan di Desa Bulurejo, Kecamatan Doko, Kabupaten Blitar. Sistem irigasi yang digunakan saat ini adalah irigasi permukaan dengan metode basin. Rekomendasi untuk meningkatkan sistem irigasi adalah melakukan perataan tanah, mendesain layout petak sawah, dan menggunakan sistem irigasi sprinkler untuk lahan selain sawah.
Dokumen tersebut membahas sistem irigasi yang digunakan di Desa Bulurejo, Kecamatan Doko, Kabupaten Blitar. Sistem irigasi yang digunakan saat ini adalah irigasi permukaan dengan metode basin. Rekomendasi untuk meningkatkan sistem irigasi adalah melakukan perataan tanah, mendesain layout petak sawah, dan menggunakan sistem irigasi sprinkler untuk lahan selain sawah.
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2021 BAB I PENDAHULUAN
Air merupakan komponen penting yang dibutuhkan oleh makhluk hidup di
muka bumi. Air merupakan kebutuhan pokok komoditas pertanian. Komoditas pertanian mulai dari awal penanaman hingga pemanenan membutuhkan air untuk keberlangsungan hidupnya. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman sangat bergantung pada ketersediaan air. Berbagai jenis tanaman yang dibudidayakan dalam pertanian memiliki tingkat kebutuhan air yang bervariasi dan berbeda-beda sehingga ketersediaan air bagi tanaman harus diatur agar tepat dan memberikan hasil pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang optimum. Ketersediaan air di permukaan bumi cukup banyak, namun hanya sedikit yang dapat dimanfaatkan dengan baik. Dalam pemanfaatan air dan menjaga ketersediaan air perlu dilakukan pelestarian dan pengembangan sumber air. Oleh karena itu, dalam kegiatan pertanian diperlukan irigasi yang tepat untuk mendukung kegiatan pertanian. Irigasi merupakan usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi tetes, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan lain-lain. Irigasi dimaksudkan untuk mendukung produktivitas usaha tani guna meningkatkan produksi pertanian dalam rangka ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan masyarakat, khususnya petani yang diwujudkan melalui keberlanjutan sistem irigasi. Sistem irigasi pada pertanian merupakan suatu kesatuan yang sangat diperlukan dalam kegiatan pertanian. Sistem pertanian terdiri atas beberapa kegiatan dan komponen mengenai penyediaan air, pembagian air, pengelolaan air, dan pengaturan air untuk meningkatkan produksi dalam pertanian. Pengelolaan lahan pertanian harus menggunakan jaringan irigasi yang optimal sesuai dengan kebutuhan air tanaman dan kondisi yang sesuai pada lahan. Air irigasi dapat bersumber dari sungai, mata air, dan sumber air laiinya yang kemudian dialirkan pada lahan pertanian. Namun, air tersebut perlu dikelola terlebih dahulu. Pengelolaan air irigasi sangat berperan penting untuk menjaga air agar tetap tersedia dan dapat meningkatkan produksi pertanian. Oleh karena itu, pada makalah ini akan dibahas mengenai sistem irigasi. BAB II SISTEM IRIGASI
2.1 Sistem Irigasi Permukaan
Pengamatan sistem irigasi dilakukan pada lahan yang bertempat di
Desa Bulurejo, Kecamatan Doko, Kabupaten Blitar. Wilayah ini terbentuk karena batuan hasil letusan gunung berapi, keadaan topografi pada wilayah ini memiliki kemiringan 15%-40% dan >40% dengan bentuk wilayah bergelombang hingga berbukit karena merupakan bagian dari Gunung Kelud dan Gunung Butak. Pada wilayah ini memiliki tekstur tanah lempung liat. Menurut penelitian Arifin (2010), tanah yang memiliki tektur berlempung merupakan tanah yang memiliki proporsi pasi, debu, dan liat sehingga memiliki sifat diantara berpasir dan berliat. Tanah berlempung memiliki tata udara yang baik, serta memiliki kemampuan untuk menyimpan dan menyediakan air bagi taaman dalam taraf yang tinggi. Tanah yang memiliki tekstur liat juga memiliki kemampuan untuk menyerap, mengikat, dan menyimpan air serta unsur hara yang tinggi untuk tanaman. Irigasi permukaan (surface irrigation) merupakan metode irigasi dimana pemberian air pada tanaman dilakukan dengan cara menggenangi permukaan tanah dengan ketebalan tertentu dan membiarkannya selama beberapa waktu agar air mengisi rongga tanah pada root zone melalui proses infiltrasi. Pada lahan yang diamati berupa lahan sawah yang ditanami dengan komoditas padi (Oryza sativa). Pada lahan tersebut digunakan sistem irigasi permukaan dengan sistem basin, dimana terdapat petak lahan yang dibatasi oleh tanggul atau selokan kecil disekelilingnya. Air bergerak dari pintu untuk memasukkan air kemudian air akan menggenangi seluruh petak sawah dalam periode waktu tetentu yang dikehendaki. Kemudian air akan keluar melalui pintu drainase setelah air sudah tidak diperlukan untuk menggenangi. Permasalahan yang terjadi adalah kurang terukurnya debit air yang masuk ke dalam lahan sawah. Petani hanya menggunakan feeling untuk mengairi sawah dengan air irigasi yang mengakibatkan kurang optimalnya penggunaan air untuk irigasi dan banyak yang terbuang.
Gambar 1. Kondisi Lahan
Gambar 2. Sketsa Lahan
2.2 Sistem Irigasi Sprinkler
Penggunaan teknologi sistem irigasi sprinkler atau teknologi irigasi curah dapat meningkatkan efisiensi penggunaan air irigasi. Sistem irigasi sprinkler yang digunakan dapat mengefisiensikan penggunaan air irigasi dan dapat memberikan keseragaman irigasi lebih dari 80% (Kurniati et al., 2014). Sistem irigasi sprinkler atau curah dapat diterapkan pada tanaman sayuran maupun palawija karena memiliki efisiensi yang tinggi untuk dapat memenuhi kebutuhan air bagi tanaman.
Gambar 3. Penggunaan sistem irigasi sprinkler (Oktaworo, 2015)
Penggunaan irigasi curah atau sprinkler dapat mengurangi kehiangan akibat adanya pemasangan irigasi. Sistem irigasi sprinkler mampu meningkatkan efisiensi penggunaan air irigasi hingga 85% (Tusi dan Lanya, 2016). Selain itu, sistem irigasi sprinkler dapat digunakan pada lahan kering dan berbagai bentuk kondisi permukaan lahan baik bergelombang maupun datar. Namun, penggunaan irigasi sprinkler diperlukan modal yang cukup tinggi untuk keperluan alat yaitu pompa, penggerak, sistem perpipaan, nozel, dan biaya untuk sumber air, sehingga cocok digunakan untuk pertanian skala besar. Irigasi sprinkler masih belum ditemukan di Desa Bulurejo, Kecamatan Doko, Kabupaten Blitar, karena rata-rata petani kelas kecil hingga menengah sehingga masih belum mempunyai cukup modal untuk menggunakan irigasi sprinkler seperti pada pertanian dengan skala yang besar. BAB III REKOMENDASI SISTEM IRIGASI
3.1 Sistem Irigasi Permukaan
Sistem irigasi yang digunakan di Desa Bulurejo, Kecamatan Doko,
Kabupaten Blitar, sudah sesuai dengan kondisi dan penggunaan lahan pada daerah tersebut. Lahan sawah yang digunakan untuk menanam komoditas padi (Oryza sativa) menggunakan sistem irigasi permukaan. Sistem irigasi permukaan yang digunakan yaitu dengan menggunakan sistem basin. Sistem irigasi basin digunakan dengan pemberian air ke lahan membentuk cekungan dan memenuhi cekungan dengan air atau dilakukan penggenangan.
Topografi lahan di Desa Bulurejo, Kecamatan Doko, Kabupaten
Blitar, memiliki kemiringan 15%-40% dan >40% dengan bentuk wilayah bergelombang hingga berbukit membuat harus dilakukan perataan tanah atau land levelling agar saat lahan tergenang, tanaman mendapatkan jumlah air yang sama untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman sehingga hasil panen nantinya akan seragam dan dapat meningkatkan produktivitas pertanian.
Pemberian irigasi pada lahan sawah harus dengan perencanaan
yang matang untuk membuat layout petak. Lokasi sumber air sebisa mungkin berada lebih tinggi dari lahan agar bisa memanfaatkan gaya gravitasi untuk mengalirkan air ke lahan. Ukuran lahan yang akan digunakan dan diirigasi harus sesuai dengan kapasitas infiltrasi dan debit. Menentukan kebutuhan air irigasi dan jadwal pengirigasian dapat menggunakan rekomendasi dari aplikasi cropwat 8.0 sehingga memudahkan para petani agar kebutuhan tanaman tercukupi dan tidak banyak air yang terbuang. Selain itu, perancangan untuk sistem drainase juga diperlukan agar ketersediaan air untuk tanaman tetap optimal. Selain itu, perlu diberi pintu air pada saluran irigasi menuju lahan agar debit air dan jumlah air yang diberikan tetap terjaga dan terkontrol. Gambar 4. Desain Irigasi Permukaan
3.2 Sistem Irigasi Sprinkler
Pada Desa Bulurejo, Kecamatan Doko, Kabupaten Blitar, belum
ditemukan petani yang menggunakan sitem irigasi sprinkler. Sistem irigasi sprinkler dlakukan dengan menyemprotkan air ke udara kemudian jatuh ke permukaan tanah seperti hujan. Irigasi sprinkler yang digunakan dapat dibagi menjadi dua yaitu alat pencurah yang tetap atau tidak dapat dipindahkan dan alat pencurah yang dapat dipindahkan posisinya sesuai dengan kebutuhan irigasi pada tanaman sehingga memudahkan untuk dilakukannya irigasi.
Sistem irigasi sprinkler dapat digunakan untuk pengirigasian pada
komoditas sayur-sayuran maupun buah-buahan. Sistem irigasi sprinkler ini dapat digunakan pada daerah yang memiliki topografi tidak teratur karena pemberiannya tetap seragam dan efisien. Penggunaan sistem irigasi sprinkler juga dapat memaksimalkan penggunaan lahan karena alatnya yang ringkas dan tidak memakan banyak tempat. Apabila terdapat keterbatasan sumber air, dapat digunakan sistem irigasi sprinkler untuk mengefisienkan air yang digunakan untuk irigasi dan kebutuhan air pada irigasi sprinkler relatif sedikit.
Penempatan pipa diantara tanaman dengan berjarak dinilai efektif
untuk melakukan irigasi sprinkler. Arah penyemprotan ke atas agar tidak mengenai tanaman secara langsung kemudian akan jatuh untuk memberikan air pada tanaman. Apabila penyemprotan diarahkan langsung pada tanaman, tentunya karena tekanan yang tinggi dapat merusak tanaman. Perlu dilakukan sosialisasi kepada petani mengenai keuntungan menggunakan irigasi sprinkler, meskipun memerlukan biaya investasi yang cukup tinggi, namun prospek kedepan untuk mengatasi kebutuhan air tanaman bagus dan direkomendasikan untuk tanaman sayuran atau buah- buahan (Tusi dan Lanya, 2016). Petani di Desa Bulurejo, Kecamatan Doko, Kabupaten Blitar masih menggunakan cara manual dengan menyiram per tanaman atau hanya mengandalkan air hujan. Selain itu, perlu dilakukan perhitungan dengan benar mengenai kebutuhan air pada sistem irigasi sprinkler dan sumber air harus tersedia untuk sistem irigasi.
Gambar 5. Desain Irigasi Sprinkler
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa penggunaan irigasi
permukaan dengan sistem basin sudah tepat dilakukan pada lahan persawahan. Namun, perlu dilakukan pemerataan tanah atau land levelling agar jumlah air yang diterima oleh masing-masing tanaman sama. Selain itu, diperlukannya penggunaan pintu air agar jumlah air irigasi terkontrol dan perhitungan serta jadwal irigasi dapat menggunakan aplikasi cropwat 8.0. Penggunaan irigasi sprinkler belum ditemukan di Desa Bulurejo, Kecamatan Doko, Kabupaten Blitar, maka dari itu diperlukan sosialisasi lebih lanjut agar dapat digunakan irigasi sprinkler untuk memberikan irigasi pada komoditas sayur maupun buah agar efisiensi penggunaan air irigasi tetap terjaga. DAFTAR PUSTAKA Arifin, M. 2010. Kajian Sifat Fisik Tanah dan Berbagai Penggunaan Lahan Dalam Hubungannya dengan Pendugaan Erosi Tanah. Jurnal Mapeta, 12(2): 1- 10. Kurniati, Evi., Bambang Suharto., dan T. Afrilia. 2014. Desain Jaringan Irigasi (Springkler Irrigation) pada Tanaman Anggrek. Jurnal Teknologi Pertanian, 8(1): 35-45. Oktaworo, 2015. Perencanaan Irigasi Sprikler. Sumber Gambar (2) Irigasi Sprinkler. Diakses dari http://oktaworo.blogspot.com/2015/03/irigasi- sprinkle.html Tusi, A., dan B. Lanya. 2016. Rancangan Irigasi Sprinkler Portable Tanaman Pakchoy. Jurnal Irigasi. 11(1): 43-54