Anda di halaman 1dari 8

TUGAS TM 10.

IRIGASI DAN DRAENASE


SELEKSI SISTEM IRIGASI

Disusun Oleh :

Nama : Teuku Muhammad Farhan Alghifary


NIM : 195040200111201
Kelas :O
Dosen : Prof. Dr. Ir. Sugeng Prijono, SU

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
I. PENDAHULUAN
Sistem irigasi merupakan sistem yang dapat memberikan kecukupan
terhadap air bagi tanaman dengan mengambil air tersebut melalui sumber air dan
disalurkan ke wilayah pertanaman tanaman. Sistem irigasi mempunyai fungsi
utama yaitu untuk memenuhi kebutuhan air terhadap tanaman dan mempunyai
fungsi spesifiknya yaitu sebagai pengambil air dari sumber air irigasi tersebut, lalu
sebagai pengalir air dari sumber ke lahan pertanaman tanaman, selanjutnya
sebagai pendistribusi air tersebut ke daerah tanaman atau daerah perakaran
tanaman dan juga berfungsi sebagai pengukur dan pengatur aliran air yang masuk
ke dalam lahan pertanaman suatu komoditas. Sehingga sistem irigasi tersebut
secara umum terdiri dari jaringan irigasi, bangunan pengendali irigasi dan alat
pengukuran terhadap debit irigasi di lahan tersebut. Oleh karena itu dengan
komponen dari sistem irigasi tersebut akan mendukung peran dari irigasi yaitu
sebagai penyedia air atau kecukupan air terhadap tanaman. Pemilihan terhadap
sistem irigasi perlu dilakukan agar sesuai dengan kondisi lahan dan kondisi
tanaman yang ditanam pada suatu lokasi. Seperti yang kita ketahui bahwa secara
umum jenis sistem irigasi terbagi menjadi tiga yaitu irigasi permukaan, irigasi
sprinkle dan irigasi mikro. Dari ketiga jenis irigasi tersebut dapat dilakukan seleksi
atau pemilihan sistem irigasi yang sesuai dengan kondisi lahan yang ada dan jenis
tanaman yang ditanam di lahan tersebut. Sehingga dengan melakukan kegiatan
seleksi terhadap sistem irigasi tersebut dapat memberikan kecocokan sistem
irigasi tersebut kepada komoditas yang ditanam di suatu lahan pertanian.
Lokasi pengamatan terhadap sistem irigasi yaitu dilakukan di dekat rumah
penulis yaitu terletak di Desa Laladon, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor.
Lokasi pengamatan tersebut merupakan lahan pertanian sawah yang
diaplikasikan irigasi permukaan sebagai sistem irigasinya. Petani tersebut
mengambil sumber air untuk irigasi permukaan tersebut adalah dengan
memanfaatkan tadah hujan atau sumber air hujan yang dialirkan ke lahan sawah
tersebut karena mempunyai curah hujan yang tinggi di wilayan tersebut. Selain itu
juga sumber air irigasi berasal dari aliran kecil yang terhubung dengan sungai
utama yang disalurkan ke lahan pertanian tersebut. Menurut Zulkarnain (2018)
menyatakan bahwa, irigasi permukaan merupakan irigasi yang mengambil air dari
sumber yang ada serta dialirkan ke saluran primer dan sekunder ke lahan
persawahan tersebut. Sumber air irigasi di wilayah tersebut dialirkan dengan gaya
gravitasi yang bersumber dari sungai. Sungai yang menjadi sumber irigasi
merupakan sungai cisindang barang dengan menyalurkan air dari sungai tersebut
menggunakan aliran-aliran kecil seperti selokan menuju ke lahan sawah tersebut.
Air tersebut dialirkan ke lahan tersebut melalui kanal yang terdapat dipinggir lahan
sawah tersebut serta dialirkan ke pintu masuk irigasi tersebut. Jenis irigasi
permukaan yang digunakan merupakan sistem irigasi permukaan basin dengan
membuat air menjadi tergenang di lahan sawah tersebut. Petani melakukan
pemilihan terhadap sistem irigasi tersebut karena komoditas yang ditanam berupa
tanaman padi yang secara umum menyukai genangan air. Menurut Rachmawati
dan Retnaningrum (2013) menyatakan bahwa, tanaman padi secara umum
sangay menyukai kondisi genangan air, sehingga irigasi permukaan yang cocok
untuk tanaman padi tersebut merupakan sistem irigasi permukaan basin yang
memanfaatkan genangan air pada lahan sawah. Selain itu, petani menerapkan
sistem irigasi permukaan basin karena kemiringan di lahan tersebut relatif datar
sehingga memudahkan sistem irigasi permukaan basin tersebut diaplikasikan di
lahan sawah padi tersebut. Sehingga dengan informasi tersebut maka pemilihan
terhadap sistem irigasi yang berupa sistem irigasi permukaan yang diaplikasikan
terhadap tanaman padi secara umum sudah tepat dan ideal kepada komoditas
yang ditanam di lahan tersebut yaitu berupa padi.

Overview Lahan Sawah Padi Sungai Cisindang Barang


Dokumentasi Pribadi (2021)
II. ISI DAN PEMBAHASAN
2.1 Pemilihan Sistem Irigasi
Secara umum tujuan dari irigasi adalah memberikan kecukupan air
terhadap tanaman, sehingga pertumbuhan dan perkembangan tanaman dapat
optimal. Menurut Priyonugroho (2014) menyatakan bahwa, pemberian sistem
irigasi terhadap tanaman bertujuan untuk memenuhi kebutuhan air kepada
tanaman tersebut sehingga dapat mengoptimalkan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman tersebut sehingga berpengaruh terhadap hasil panen
atau produksi tanaman itu sendiri. Sehingga tujuan pemberian irigasi permukaan
basin terhadap lahan sawah padi tersebut adalah untuk memenuhi kebutuhan air
terhadap tanaman padi itu sendiri agar pertumbuhan tanaman padi dapat optimal.
Selain itu menurut Sulistyono dan Hayati (2013) menyatakan bahwa, petani
menerapkan sistem irigasi permukaan basin pada lahan sawah untuk tanaman
padi dengan mengganangi air setinggi 2,5 cm sehingga dengan aplikasi tersebut
dapat lebih menghemat air dan dapat menurunkan tinggi genangan pada lahan
sawah tersebut. Oleh karena itu, petani menerapkan sistem permukaan basin
terhadap lahan sawah padi di lokasi tersebut bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan air terhadap tanaman padi yang secara umum membutuhkan kondisi
air yang tergenang.
Kondisi lahan secara umum yaitu ditanami oleh tanaman padi, mempunyai
kondisi tanah secara umum yang lembab serta berwarna kecoklatan mendekati
gelap. Kondisi umum wilayah pada lahan monokultur padi tersebut terletak di Desa
Laladon, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor dengan koordinat Latitude pada -
6.583441919647157o dan Longitude 106.75376297906041 o serta pada ketinggian
219 meter. Secara umum kondisi iklim seperti curah hujan di wilayah tersebut
cukup tinggi yang ditandai dengan intensitas curah hujan yang hampir setiap hari
turun di wilayah tersebut. Secara Klimatologi menurut data Portal Resmi
Kabupaten Bogor (2019), Kabupaten Bogor termasuk ke dalam iklim tropis sangat
basah di bagian Selatan, dan iklim tropis basah di bagian utara, dengan rata-rata
curah hujan tahunan 2.500 hingga 5.000 mm/tahun. Kabupaten Bogor memiliki
suhu rata-rata 20 hingga 30 derajat celcius, dengan rata-rata tahunan 25 derajat
celcius, memiliki kelembaban udara sebesar 70% dan kecepatan angin cukup
rendah dengan rata-rata 1,2m/detik, dan besar dari evaporasi di daerah terbuka
sebesar 146,2 mm/bulan. Permasalahan irigasi di lahan tersebut adalah tidak
tersedianya tempat penyimpanan air irigasi atau water storage facilities yang
berfungsi untuk tempat menyimpan cadangan air ketika musim kemarau tiba.
Secara umum musim kemarau menyebabkan curah hujan menjadi rendah dan
debit sungai berkurang sehingga dengan adanya tempat penyimpnan tersebut
dapat menjadi suatu penyelesaian masalah dari sistem irigasi tersebut. Dengan
luas pertanian yang tidak terlalu luas maka tempat penyimpanan air yang dibuat
dapat dibuat dengan toren atau waduk kecil sebagai tempat penyimpanan air di
lokasi tersebut.
Dalam menerapkan sistem irigasi di suatu lahan, hal yang harus
dipertimbangkan adalah kondisi lahan di wilayah tersebut, kondisi iklim dan jenis
tanaman yang akan ditanam di lokasi tersebut. Berdasarkan observasi terhadap
lahan tersebut secara umum mempunyai kemiringan lahan yang relative datar dan
tanaman yang ditanam pada lahan tersebut adalah tanaman padi. Sehingga
dengan kondisi lahan yang datar tersebut sangat optimal jika diterapkan sistem
irigasi permukaan basin tersebut. Menurut Haryati (2014) menyatakan bahwa,
irigasi permukaan basin sangat cocok diterapkan di lahan dengan kondisi yang
datar sehingga dalam pemberian airnya tersebut dapat merata ke seluruh
permukaan lahan di lahan sawah tersebut. Sehingga berdasarkan pernyataan
tersebut, irigasi permukaan basin yang diterpkan di lahan tersebut sudah sesuai
dengan kondisi lahan yang serta juga sudah sesuai dengan tanaman padi yang
ditanam di lahan padi tersebut. Selain itu, dalam merancang dan mengelola sistem
irigasi tersebut diperlukan skema yang benar agar sistem yang terdapat di irigasi
dapat tersusun dengan benar dan rapi agar proses pengambilan air dari sumber
irigasi menuju ke lahan tersebut dapat terjadi dengan optimal tanpa hambatan.
Selain itu diperlukan rancangan biaya untuk merancangan sistem irigasi
permukaan basin tersebut. Secara umum irigasi permukaan dapat dimulai dengan
nilai investasi yang relatif rendah dan apabila kondisi topografinya datar maka
biaya yang diperlukan tidak terlalu besar karena tidak diperluhan pengolahan
lahan agar seluruh permukaan lahan dapat rata terkena oleh air dalam
pengaplikasian sistem irigasi permukaan basin tersebut.
Berdasarkan keterangan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa irigasi
yang diterapkan di lahan tersebut sudah sesuai dengan tujuan dari irigasi yaitu
memenuhi kebutuhan air pada tanaman. Irigasi permukaan basin yang
diaplikasikan di lahan tersebut sesuai dengan kondisi lahan dan tanaman yang
ditanam pada lahan tersebut karena mempunyai kemiringan lahan yang datar
sehingga memudahkan aplikasi irigasi permukaan basin tersebut dan
meringankan biaya operasional. Selain itu juga jenis tanaman yang ditanam
berupa tanaman padi yang menghendaki kondisi air yang cukup banyak, oleh
karena itu dengan penerapan sistem irigasi basin di lahan tersebut maka dapat
mencukupi kebutuhan air pada tanaman padi itu sendiri.
2.2 Rancangan Sistem Irigasi
Rancangan sistem irigasi yang dapat diaplikasikan di lahan sawah padi
tersebut adalah dengan menggunakan sungai sebagai sumber utama dari sistem
irigasi tersebut yang disalurkan dengan menggunakan aliran air yang berasal dari
selokan dengan gaya gravitasi karena letak dari sumber air irigasi lebih tinggi dari
lahan persawahan padi tersebut. Sehingga berdasarkan pernyataan tersebut
maka sistem conveying pada sistem irigasi tersebut dapat menggunakan sistem
kanal yang terdapat di pinggir dari lahan sawah padi tersebut yang dialirkan
kepada pintu masuk irigasi permukaan basing tersebut. Sistem distribusi air dari
kanal yang menghantarkan air dari sumber irigasi tersebut adalah melalui pintu
masuk bagi air tersebut ke lahan sawah yang akan dilakukan irigasi. Karena
menggunakan sistem irigasi permukaan maka distribusi airnya yaitu dengan
meratakan air pada seluruh permukaan yang ada di lahan sawah tersebut serta
pengaturan terhadap air yang masuk di lahan tersebut dengan berdasarkan
ketinggian genangan air yang sudah masuk di lahan tersebut. Apabila genangan
air sudah melebihi tinggi genangan yang diinginkan maka pintu keluar yang
dijadikan sebagai drainase menuju selokan akan dibuka agar air tidak
menggenangi lahan terlalu lama. Selain itu, rekomendasi tambahan pada sistem
tersebut adalah dengan menambahkan tempat penyimpanan air yang berupa
toren atau waduk kecil yang dapat digunakan apabila musim kemarau tiba. Berikut
merupakan sketsa dari rancangan irigasi permukaan basin yang dilakukan pada
sawah tersebut.
Sketsa Irigasi Permukaan di Lahan Sawah

2.3 Pembahasan Umum


Pemilihan terhadap jenis sistem irigasi yang dilakukan pada suatu lahan
pertanian adalah dengan mengetahui kondisi lahan dan iklim pada lahan yang
akan diterapkan sistem irigasi tersebut dan juga jenis tanaman apa yang akan
ditanam pada lahan tersebut. Kondisi lahan pada lahan pertanian sawah padi
tersebut secara umum mempunyai topografi yang datar dengan intensitas curah
hujan yang cukup tinggi serta jenis tanaman yang ditanam pada lahan tersebut
berupa tanaman padi sawah. Sehingga berdasarkan pernyataan tersebut, sistem
irigasi yang cocok terhadap lahan tersebut yang disesuaikan dengan kondisi lahan
dan tanaman adalah dengan menerapkan sistem irigasi permukaan basin pada
lahan pertanian tersebut. Selain itu juga dengan menerapkan sistem pertanian
irigasi basin tersebut maka biaya yang dikeluarkan relative lebih murah
dibandingkan dengan penerapan sistem irigasi yang lain dan disesuaikan dengan
kebutuhan air pada tanaman padi yang cukup banyak dimana pada sistem irigasi
yaitu sprinkle dan mikro lebih menekankan efisiensi air sehingga air yang
dikeluarkan lebih sedikit dibandingkan dengan sistem irigasi permukaan tersebut.
Menurut Doloksaribu & Lolo (2012) menyatakan bahwa, irigasi permukaan
merupakan sistem irigasi yang biasanya diterapkan pada lahan pertanian secara
umum. Irigasi permukaan tersebut merupakan sistem irigasi yang mengambil air
langsung dari sungai yang kemudian dialirkan secara gravitasi k elahan pertanian
dengan saluran primer, saluran sekunder dan saluran primer. Selain itu alasan
pemilihan irigasi permukaan pada lahan sawah adalah kebutuhan air pada lahan
sawah yang cukup banyak terutama jika ditanam dengan tanaman padi. Sehingga
berdasarkan pernyataan tersebut, irigasi permukaan basin optimal diterapkan
pada kondisi lahan datar dan komoditas yang ditanam berupa padi yang
membutuhkan genangan air yang cukup.
III. KESIMPULAN
Berdasarkan pemilihan sistem irigasi yang dilakukan pada lahan sawah
padi tersebut yang berupa sistem irigasi permukaan basin yang diterapkan pada
lahan sawah padi serta rancangan terhadap sistem irigasi permukaan tesebut
dapat disimpulkan bahwa, irigasi permukaan yang diterapkan pada lahan tersebut
secara umum sudah sesuai dengan kondisi lahan dan jenis tanaman yang ditanam
pada lahan tersebut. Selain itu terdapat rekomendase berupa tempat
penyimpanan air sebagai komponen tambahan dalam sistem irigasi tersebut yang
berfungsi untuk menyimpan cadangan air untuk menjaga ketersediaan air di lahan
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Bogor, P. R. (2019, 12 14). Gambaran Umum Kabupaten Bogor. Letak Geografis,
Https://Bogorkab.Go.Id/Pages/Letak-Geografis : Diakses Pada 14
Desember 2020. Retrieved From Portal Resmi Kabupaen Bogor:
Https://Bogorkab.Go.Id/Pages/Letak-Geografis
Doloksaribu, A., & Lolo, D. P. (2012). Pemenuhan Kebutuhan Air Irigasi Melalui
Pembangunan Long Storage. Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha , Vol.1 No. 3 :
184-194.
Haryati, U. (2014). Teknologi Irigasi Suplemen Untuk Adaptasi Perubahan Iklim
Pada Pertanian Lahan Kering. Jurnal Sumberdaya Lahan, Vol. 8 No. 1: 43-
57.
Priyonugroho, A. (2014). Analisis Kebutuhan Air Irigasi (Studi Kasus Pada Daerah
Irigasi Sungai Air Keban Daerah Kabupaten Empat Lawang. Jurnal Teknik
Sipil Dan Lingkungan, Vol. 2 No. 3.
Rachmawati, D., & Retnaningrum, E. (2013). Pengaruh Tinggi Dan Lama
Penggenangan Terhadap Pertumbuhan Padi Kultivar Sintanur Dan
Dinamika Populasi Rhizobakteri Pemfiksasi Nitrogen Non Simbiosis.
Bionatura-Jurnal Ilmu-Ilmu Hayati Dan Fisik, Vol. 15, No. 2, : 117 - 125.
Sulistyono, E., & Hayati, T. (2013). Penentuan Tinggi Irigasi Genangan Yang Tidak
Menurunkan Produksi Padi Sawah. Agrovigor, Volume 6 No. 2 : 87-91.
Zulkarnain, I. (2018). Pengantar Pengolahan Tanah Dan Irigasi. Universitas
Lampung, 46-94.

Anda mungkin juga menyukai