Anda di halaman 1dari 8

BAB VIII

PRODUKSI BENIH SECARA GENERATIF


Oleh: Lita Soetopo, Damanhuri, Ika Dyah Saraswati

Dalam melakukan perbanyakan tanaman dapat dilakukan secara generatif maupun vegetatif.
Perbanyakan tanaman secara generatif dilakukan menggunakan biji. Sayangnya perbanyakan tanaman
dengan biji menghasilkan sifat genetik yang dapat berbeda dari harapan karena adanya rekombinasi.
Dalam bab ini akan dibahas bagaimana cara memproduksi benih secara generatif yang bermutu.

9.1 PENDAHULUAN
Benih merupakan bahan tanam yang memiliki peranan sangat vital dalam budidaya tanaman.
Sebagai bahan tanam, benih yang digunakan harus berkualitas yaitu memiliki daya tumbuh dan vigor
yang tinggi. Benih berkualitas dihasilkan melalui proses yang panjang, dimulai sejak sumber benih ada di
pertanaman, saat pengolahan pasca panen sampai benih ditanam. Pengelolaan tanaman untuk benih
dengan baik saat di lahan produksi merupakan salah satu upaya mendapatkan benih berkualitas.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas benih yang dihasilkan dari lahan produksi
diantaranya adalah kondisi lahan. Lahan pertanaman harus subur, tanaman dikelola dengan baik dengan
cara melakukan pemelihraan (pemupukan berimbang, pengairan, pengendalian organisme pengganggu
tanaman baik gulma atau hama dan penyakit), mengupayakan pertanaman bebas dari tanaman asing yang
dapat menjadi penyebab menurunya kualitas benih. Sumber benih sebagai bahan tanam juga berpengaruh
terhadap kualitas benih yang dihasilkan. Teknologi budidaya yang diterapkan dalam produksi benih
berperan besar dalam menghasilkan benih berkualitas.
Menjaga tanaman produksi dari penyerbukan silang dengan varietas lain merupakan upaya untuk
menghasilkan benih murni. Upaya untuk menjaga agar benih yang dihasilkan murni dapat dilakukan
melalui penanaman secara terpisah dengan komoditas serupa di sekelilingnya. Upaya lain adalah dengan
mencegah agar di lingkungan pertanaman tidak ditumbuhi tanaman tipe simpang yang dapat melakukan
penyerbukan dengan pertanaman untuk benih. Jika diketemukan tanaman tipe simpang, maka harus
dibuang.

9.2 Produksi Benih


Produksi benih, baik hibrida maupun non hibrida harus memperhatikan prinsip genetik dan
prinsip agronomik. Prinsip genetik yaitu pengendalian mutu internal agar tidak terjadi kemunduran
genetis dan prinsip agronomik dimaksudkan sebagai praktek budidaya tanaman untuk iindustri benih.
9.2.1 Prinsip Genetik Produksi Benih
Untuk mengendalikan mutu genetik, dalam produksi benih harus memperhatikan beberapa hal
meliputi :

9.2.1.1 Menggunakan lahan yang diketahui sejarah penggunaan sebelumnya.


Hal ini dimaksudkan dengan bertujuan untuk bebas biji voluntir dan memenuhi syarat
isolasi.Voluntir biasanya berasal dari pertanaman sebelumnya di lahan yang sama. Untuk
menghindarinya, dapat dilakukan dengan cara pengolahan tanah secara sempurna dan periode antar
pertanaman yang cukup lama. Menumbuhkan tanaman untuk benih pada lahan yang sama dalam dua
musim berturut-turut diizinkan asal kultivarnya sama. Kepastian sejarah penggunaan lahan
sebelumnya dapat dipelajari pada waktu pemeriksaan pendahuluan.

9.2.1.2 Menggunakan sumber benih yang tepat kelas atau kualifikasi mutunya
Penggunaan benih dari kelas yang sesuai sangat diperlukan dalam produksi benih. Sumber benih
yang digunakan untuk produksi benih harus berasal dari benih bersertifikat dengan kelas yang lebih
tinggi. Sumber benih harus memenuhi persyaratan yaitu diketahui asal usulnya dan murni, bebas dari
benih lain, gulma dan penyakit terbawa benih. Kelas benih dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kelas benih

No Sumber Benih Benih yang dihasilkan


1 Benih Penjenis Benih Dasar
2 Benih Dasar Benih Pokok
3 Benih Pokok Benih Sebar

9.2.1.3 Menggunakan isolasi yang sesuai


Isolasi jarak dilakukan dengan tujuan untuk menghindari terjadinya persilangan dengan
serbuksari lain. Kontaminasi dapat disebabkan oleh persilangan alamiah dengan tanaman di
sekitarnya, pencampuran mekanis saat di persemaian, panen, pengolahan dan penanganan benih,
penyakit terbawa benih yang berasal dari lahan di dekatnya. Isolasi yang baik dapat mengurangi
terjadinya pencampuran benih dari varietas berbeda, penyerbukan silang antar pertanaman yang
berbeda dan penyebaran hama dan penyakit dari tanaman inang. Ada dua teknik isolasi yaitu isolasi
jarak dan waktu.

9.2.1.3.1 Isolasi waktu


Dilakukan dengan memberikan selang waktu tanam yang berbeda antara dua varietas yang
berbeda sehingga saat berbunga berbeda (padi, jagung 30 hari, kentang 350 hari, kedelai, kacang
hujau, kacang panjang 15 hari).

9.2.1.3.2 Isolasi jarak


Dapat dilakukan dengan: (1) mengosongkan tanah antar dua blok; (2) menanamnya dengan
tanaman lain; (3) tanpa isolasi, namun tanaman diantara dua batas pada jarak untuk persyaratan
isolasi dikeluarkan dari calon benih. Contoh isolasi jarak9(padi, kacang hijau, kacang tanah 3 m,
kedelai 8 m, jagung 200 m, kentang 350 m, terong 250 m).
Pertimbangan utama dalam menentukan jarak adalah apakah tanaman menyerbuk sendiri atau
menyerbuk silang. Jarak aktualnya apakah serbuksari terbawa angin atau serangga. Jika ada barier,
jarak isolasi dapat dikurangi. Isolasi jarak juga dipengaruhi oleh kelas benih yang diproduksi. Arah
angin juga menentukan isolasi jaraknya. Agar isolasi efektif hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
penetapan arah petakan (tegak lurus arah angin), penetapan bentuk petakan (mendekati bujur
sangkar), pembuangan tanaman pinggir, penetapan ukuran kebun dan petakan (menyatu dan luas),
penanaman tanaman penghalang (rimbun dan tinggi).

9.3 Melakukan roguing


Merupakan teknik untuk menjaga kemurnian benih. Dalam produksi benih, kehadiran tanaman
lain tidak diinginkan. Tanaman lain ini disebut rogues  kehadirannya tidak dapat diterima dalam bisnis
produksi benih. Rogues dapat berupa gulma, tanaman spesies lain, kultivar lain atau tipe simpang. Tipe
simpang: tanaman yang memiliki karakter berbeda. Tipe simpang dapat terjadi karena tanaman memiliki
keragaman morfologi, benih yang digunakan berasal dari hasil persilangan.
Roguing dilakukan dengan cara pemeriksaan dan membuang tanaman yang memiliki ciri berbeda
dengan varietas yang sedang ditanam. Denga demikian petugas roguing harus harus mengetahui deskripsi
varietas yang diusahakan, karakteristik tipe simpang, penyakit terbawa benih, gulma berbahaya, kurang
berbahaya dan lazim tumbuh, tanaman lain yang biasa ditemukan, ketidaknormalan tanaman (stres nutrisi,
suhu dan kelembaban tanah), pengambilan contoh dan cara perhitungan yang berlaku. Efektivitas roguing
tergantung pada perbedaan rogues dan ketrampilan pembuangannya.
Roguing harus dilakukan beberapa kali pada tahap pertumbuhan yang berbeda. Waktu terbaik
adalah saat stadia pembungaan penuh. Pada tanaman menyerbuk silang roguing dilakukan sebelum bunga
mekar. Upaya untuk meningkatkan efisiensi roguing adalah penanaman dilakukan sedemikian rupa
sehingga tanaman dapat dilihat/diamati per individu, rogues berjalan secara sistematik melalui
pertanaman yang ada, sehingga setiap tanaman dapat terlihat, seluruh bagian tanaman rogue dicabut dan
dibuang, diusahakan pemeriksaan membelakangi matahari dan sepagi mungkin, jangan ditunda
pelaksanaannya dan catat semua tanaman yang dicabut, gulma dan tanaman liar yang dapat menyerbuk
silang dicabut dan dibuang, tanaman dan gulma terinfeksi penyakti dicabut dan dibuang.

9.4 Menghindari kontaminasi mekanis


Terjadinya kontaminasi mekanis dapat dihindari tercampurnya benih asing pada semua proses
produksi. Semua alat dan wadah harus dibersihkan antar alat operasional yang berbeda (traktor, alat
pengolahan tanah, mesin tanam, mesin potong, perontok, lori, pengering, wadah simpan). Setelah panen
kelompok benih harus dijaga terpisah satu sama lain.

9.5 Menggunakan wilayah adaptasi yang sesuai


Untuk menghindari kemunduran varietas perlu diusahakan di wilayah adaptasinya. Kadang
diperlukan produksi benih di luar adaptasinya agar dapat memelihara pasokan benih bermutu baik
dengan tetap. Perlu juga menghasilkan benih dalam wilayah yang diketahui bebas dari penyakit terbawa
benih yang dapat menyulitkan.

9.6 Prinsip Agronomik Produksi Benih


Praktek budidaya tanaman baik untuk benih dan biji konsumsi pada dasarnya sama. Produksi
benih memerlukan perhatian khusus. Secara agronomik, produksi benih melaksanakan hal-hal sebagai
berikut:

9.6.1 Pemilihan dan penyiapan lahan produksi.


Dalam pemilihan lahan hal-hal yang perlu diperhatikan adalah adaptasi tanaman terhadap
lingkungan produksi, sejarah pertanaman sebelumnya, rotasi tanaman serta kemudahan tempat bagi
jaringan transportasi antar wilayah. Produsen benih hendaknya memilih lapang produksi yang sesuai
dengan tanaman yang akan diusahakan. Sejarah lapang penting untuk menghindari banyaknya voluntir.
Penyiapan lahan untuk pertanaman dimulai dalam waktu yang baik untuk menjamin pengolahan tanah
telah dilakukan secara baik. Tahap penyiapan lahan meliputi Pembersihan, perataan, irigasi dan
drainase, pemberian bahan organic, pemberian unsur hara.

9.6.2 Penumbuhan tanaman,


9.6.2.1 Penanaman
Penanaman ada yang menggunakan bahan tanam berupa benih langsung dan ada yang
memerlukan persemain terlebih dahulu. Hal-hal yang perlu diperhatikan jika penanaman tanpa
memerlukan persemaian adalah benih dalam satu lubang jangan terlalu banyak, kedalaman tanam
tergantung ukuran benih dan waktu tanam (musim hujan lebih dalam), cara tanam berbaris lebih
disarankan, semua petakan harus diberi tanda dengan jelas dan dicatat tata letaknya.
Jika dalam penanaman memerlukan persemaian, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah
melakukan persiapan bedengan persemaian. Lokasi persemaian hendaknya di tempat yang mudah
dijangkau sehingga memudahkan pengairan penaungan. Setelah tanaman dipersemaian sudah
waktunya untuk dipindah, perlu dilakukan upaya penyesuaian tanaman agar saat dipindah tanaman
tidak mengalami stres. Upaya penyesuaian ini dilakukan dengan cara memberikan intensitas
penyinaran secara bertahap, mulai dari intensitas rendah sampai intensitas seperti kondisi lapang
sesungguhnya. Setelah tanaman beradaptasi dengan lingkungan lapang dapat dilakukan transplanting.

9.6.2.2 Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman meliputi penjarangan dilakukan pada pertanaman yang bahan tanamnya
berupa benih. Kegiatan pendangiran diperlukan untuk menghindari pemadatan tanah. Keberadaan
gulma perlu dikendalikan karena merupakan pesaing tanaman pokok (nutrisi, cahaya, unsur hara,
ruang).
 Irigasi  menghindari atau mengurangi masalah kekurangan air
 Pemupukan  untuk membangun struktur tanaman
 Pengendalian hama dan penyakit  penyebaran penyakit dapat dikurangi dengan cara meroguing
tanaman yang terserang penyakit
 Penegakan lanjaran/para-para  untuk spesies merambat
 Pemangkasan  pada tanaman untuk membentuk tajuk
 Membantu penyerbukan  terutama pada tanaman yang penyerbukannya melalui serangga,
misal dengan melepas serangga
 Perlindungan tanama dari kontaminasi serbuksari asing

9.6.2.3 Pemanenan tanaman


Saat yang tepat adalah saat tanman menghasilkan benih bermutu iotnggi dalam jumlah maksimal.
Agar produksi dapat dicapai maksimal maka:
 Tegakan tanaman yang tumbuh baik dan seragam
 Proses pematangan berlangsung dalam waktu yang tidak terlalu lama atau terlalu pendek
 Tingkat keberhasilan penyerbukan dan pembuahan tinggi
9.6.2.4 Penentuan saat panen
Dipanen saat masak fisiologis, penundaan sesaat untuk mengurangi kadar air. Penundaan terlalu
lama dapat meningkatkan kehilangan benih, benih terlalu kering mudah pecah saat perontokan, vigor
menurun
Jika panen sebelum fase pemasakan, akan mengakibatkan keriput jika dikeringkan, sulit
dipisahkan saat perontokan sehingga rentan kerusakaan saat perontokan, sulit dikeringkan, tidak tahan
simpan, vigor rendah. Panen terbaik adalah panen dini dan pengeringan buatan.

9.6.2.5 Sistem panen


Ada dua operasi yaitu pemotongan dan perontokan
 Mesin yang mampu melaksanakan dua operasi sekaligus disebut combine harvested
 Beberapa spesies panen dilakukan dengan pemetikan oleh tangan  unutk benih yang matangnya
tidak seragam.
Saat pemotongan kadar air masih terlalu tinggi, sehingga dibiarkan sementara agar kadar air
turun. Kondisi benih ketika dipanen berpengaruh terhadap daya simpannya. Cuaca saat panen sangat
berpengaruh terhadap kualitas benihnya. Hilangnya viabilitas selama penyimpanan umumnya karena
kerusakan mekanis saat panen dan pengolahan. Keberhasilan penyimpanan tergantung terutama pada
kadar air benih ketika akan disimpan. Pengeringan merupakan bagian penitng dalam proses
pemanenan.

9.6.2.6 Penanganan benih agar siap salur


Teknik penyiapan benih siap salur harus sesuai dengan sifat daya simpan benih yang diproduksi.
Sebelum disimpan, benih harus dibersihkan, dikeringkan, dikemas. Ada dua tipe benih berdasarkan
daya simpannya yaitu ortodoks dan rekalsitran. Tipe ortodoks memerlukan kadar air dan kelembaban
rendah untuk peyimpanannya sebaliknya untuk rekalsitran

Tahap ‘roguing’ Variabel


1. Sebelum berbunga
Sifat yang diinginkan Pertumbuhan vegetatif sesuai tipenya
Sifat yang tidak diinginkan Pertumbuhan vegetatif tidak sesuai tipenya
2. Saat berbunga
Sifat yang diinginkan …………………….
Sifat yang tidak diinginkan …………………….
3. Saat Berbuah
Sifat khas dari buah yang masih kecil.
Sifat yang diinginkan Bentuk dan sifat khas buah yang masih kecil.
Periode masak buah tepat.
Bentuk buah, warna kulit atau daging buah khas.
Buah yang masih kecil tidak bersifat khas kultivar
Buah yang masih kecil bentuk dan sifatnya tidak khas
kultivar.
Sifat yang tidak diinginkan
Periode masak buah tidak tepat
Tanaman tidak berbuah.
Bentuk buah, warna kulit atau daging buah tidak khas
kultivar.

9.7 Jenis Benih Hasil Pemuliaan Tanaman


Pada awal setiap proyek, pemulia harus memutuskan jenis kultivar yang akan dibentuk untuk
dilepaskan kepada produsen. Metode pemuliaan yang digunakan tergantung pada jenis kultivar yang akan
diproduksi. Ada enam tipe dasar kultivar yang dikembangkan oleh pemulia tanaman. Kultivar ini berasal
dari empat populasi dasar yang digunakan dalam pemuliaan tanaman yaitu galur murni, populasi
menyerbuk bebas, hibrida, dan klon. Pemulia tanaman menggunakan berbagai metode dan teknik untuk
mengembangkan kultivar ini.
Galur murni dikembangkan untuk spesies yang menyerbuk sendiri. Galur murni memiliki struktur
genetik homogen dan homozigot, suatu kondisi yang diperoleh melalui serangkaian penyerbukan sendiri.
Kultivar ini sering digunakan sebagai indukan dalam produksi kultivar lainnya. Kultivar galur murni
memiliki dasar genetik sempit dan seragam.
Berlawanan dengan galur murni, populasi bersari bebas dikembangkan pada spesies yang secara
alami menyerbuk silang. Secara genetik populasi bersari bebas heterogen dan heterozigot. Terdapat du
jenis varietas bersari bebas yang dikembangkan. Pertama varietas bersari bebas yang dikembangkan
dengan perbaikan pada populasi dasar dengan seleksi berulang dan memilih inbrida unggul pilihan.
Kedua yaitu varietas sintetis, berasal dari persilangan yang melibatkan genotipe terpilih. Varietas bersari
bebas memiliki basis genetik yang luas. Varietas yang memiliki struktur genetik heterozigot dan
heterogen misalnya, pemuliaan sintetis dan komposit. Struktur genetik ini akan memungkinkan petani
menyimpan benih untuk ditanam pada musim tanam selanjutnya. Varietas komposit cocok untuk produksi
di negara-negara berkembang, sedangkan varietas sintetis umum digunakan di seluruh dunia.
Varietas hibrida diproduksi dengan menyilangkan galur inbred yang telah dievaluasi daya
gabungnya dalam menghasilkan hibrida superior melebihi tetua yang digunakan dalam persilangan atau
disebut sebagai fenomena heterosis. Heterosis biasanya kurang penting dalam persilangan tanaman
menyerbuk sendiri daripada yang melibatkan menyerbuk silang. Varietas hibrida memiliki struktur
genetic heterozigot dan homogen. Dalam pembentukan varietas hibrida, penyerbukan dikendalikan dan
direncanakan, sehingga sumber serbuk sari harus jelas. Karena prosesnya yang rumit dan harus terkontrol
menyebabkan benih hibrida mahal. Namun, seiring berjalannya waktu, berbagai teknik telah
dikembangkan untuk memanfaatkan sistem kontrol reproduksi alami dalam produksi hibrida.
Multi-lini dikembangkan untuk spesies penyerbuk sendiri. Varietas ini terdiri dari campuran
genotipe yang dikembangkan secara khusus yang disebut galur isoline yaitu galur yang hanya berbeda
dalam satu gen tunggal. Isoline dikembangkan terutama untuk pengendalian penyakit dan untuk
mengatasi cekaman lingkungan lainnya. Isoline dikembangkan dengan menggunakan teknik backcrossing
di mana F1 berulang kali disilangkan ke salah satu orang tua yang tidak memiliki gen yang menarik.
Kultivar homozigot dan heterogen. Contoh produk pemuliaan tersebut adalah campuran tipe landrace
yang dikembangkan oleh produsen. Genotipe komponennya homozigot, tetapi ada sejumlah besar
genotipe tidak seragam.
Umumnya biji digunakan dalam perkembangbiakan tanaman. Namun, sejumlah spesies
diperbanyak dengan menggunakan bagian-bagian tanaman selain biji (bagian vegetatif seperti batang dan
akar). Dengan menggunakan bagian vegetatif, tanaman yang dihasilkan memiliki genotipe yang identik
dan homogen. Namun, tanaman yang diperbanyak dengan klon secara genetik sangat heterozigot.
Beberapa spesies tanaman bereproduksi secara seksual tetapi diperbanyak secara klonal (secara vegetatif).
Spesies tersebut dilakukan perbaikan genetik melalui hibridisasi, sehingga setelah didapatkan karakter
yang diinginkan dapat diperbanyak secara vegetatif. Dalam hibrida yang diperbanyak dengan benih, maka
keunggulan yang ada pada F1, akan berkurang 50% di setiap generasi berikutnya karena adanya segregasi
bebas. Berbeda dengan tanaman yang diperbanyak secara klon maka tanaman anakannya akan memiliki
penampilan yang sama dengan tetuanya.
Apomiksis adalah fenomena terbentuknya biji tanpa penyatuan sel gamet jantan dan sel telur.
Benih yang diperoleh memiliki struktur genetik identik dengan tanaman induk. Oleh karena itu,
apomiksis memiliki karakter yang sama seperti tanaman yang diperbanyak secara klon, seperti yang telah
dibahas sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai