Anda di halaman 1dari 23

KAJIAN POTENSI JARINGAN IRIGASI KEJURON PAKUSARI

KABUPATEN JEMBER

LAPORAN PRAKTIKUM
Diajukan Guna Memenuhi Tugas Akhir Matakuliah Irigasi

Oleh:
Kelas TEP-A

Ine Oke Defil


NIM 151710201085

JURUSAN TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Irigasi merupakan usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang
pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah
tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak. Irigasi dimaksudkan untuk mendukung
produktivitas usaha tani guna meningkatkan produksi pertanian dalam rangka
ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan masyarakat, khususnya petani yang
diwujudkan melalui keberlanjutan sistem irigasi.
Tujuan irigasi yaitu mengalirkan air secara teratur sesuai kebutuhan
tanaman pada saat persedian air tanah tidak mencukupi untuk mendukung
pertumbuhan tanaman, sehingga tanaman bisa tumbuh secara normal. Pemberian
air irigasi yang efisien selain dipengaruhi oleh tata cara aplikasi, juga ditentukan
oleh kebutuhan air guna mencapai kondisi air tersedia yang dibutuhkan tanaman.
Pembangunan saluran irigasi sangat diperlukan untuk menunjang
penyediaan bahan pangan, sehingga ketersediaan air di daerah irigasi akan
terpenuhi walaupun daerah irigasi tersebut berada jauh dari sumber air permukaan
(sungai). Hal tersebut tidak terlepas dari usaha teknik irigasi yaitu memberikan air
dengan kondisi tepat mutu, tepat ruang dan tepat waktu dengan cara yang efektif
dan ekonomis.

1.2 Tujuan
Tujuan manajemen aset jaringan irigasi saluran primer Kertosari Kejuron
Pakusari Kabupaten Jember adalah sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi jaringan irigasi saluran primer Kertosari di Kejuron Pakusari
Kabupaten Jember.
2. Mengetahui potensi daerah irigasi tentang jaringan irigasi, sungai, bangunan,
dan petak.
3. Mengetahui kesesuaian lahan di sekitar daerah irigasi saluran primer Kertosari
Kejuron Pakusari Kabupaten Jember dengan peta Image Satelite.
1.3 Manfaat
Manfaat manajemen aset daerah irigasi saluran primer Kertosari Kejuron
Pakusari Kabupaten Jember adalah sebagai berikut.
1. Bagi Ilmu Teknik Pertanian
Sebagai uji coba penerapan ilmu teknik pertanian. Permasalahan dan
penyelesaian permasalahan diharapkan dapat memperluas wacana keilmuan
teknik pertanian.
2. Bagi Masyarakat
Sebagai dasar pertimbangan perencanaan pemanfaatan jaringan irigasi Saluran
Primer Kertosari Kejuron Pakusari Kabupaten Jember .
3. Bagi Kelembagaan Pertanian
Sebagai dasar pengetahuan mengenai perencanaan dan pengelolaan serta
kebutuhan air irigasi di Saluran Primer Kertosari Kejuron Pakusari Kabupaten
Jember .
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Irigasi Secara Umum


2.1.1 Pengertian Irigasi
Irigasi secara umum didefinisikan sebagai penggunaan air pada tanah
untuk keperluan penyediaan cairan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman
(Hansen, 1986). Menurut Sosrodarsono (1977) irigasi adalah menyalurkan air
yang perlu untuk pertumbuhan tanaman ke tanah yang diolah dan
mendistribusikannya secara sistematis.
Tujuan irigasi menurut Sosrodarsono (1977) meliputi :
a) Penambahan air pada tanah untuk menjaga kelembaban yang sangat
diperlukan selama pertumbuhan tanaman.
b) Melengkapi jaminan terhadap tanaman pada periode waktu yang pendek.
c) Mendinginkan tanah dan udara dalam tanah sehingga membuat
kenyamanan lingkungan selama tanaman tumbuh.
d) Mencuci air atau melarutkan garam-garam dalam tanah.
e) Mengurangi bahaya pengerasan pada tanah pada rongga-rongga antar
pertikel tanah.
f) Melunakkan tanah yang mengeras waktu pembalakan dan pembentukan
padas.
Pemberian air irigasi dapat dilakukan dengan 5 cara, yaitu : (a) dengan
penggenangan, (b) merembeskan air, (c) dengan pengaliran, (d) dengan
pembasahan tanah, dan (e) dengan menyiram atu menyemprot (Gandakoesoemah,
1969). Jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman dalam satu masa tanam
mempengaruhi perhitungan waktu pemberian air irigasi.
Sistem irigasi yang baik mencakup ketersediaan air yang mencukupi,
manajemen distribusi air yang baik dan irigasi teknis bersifat permanen. Permanen
yang dimaksud meliputi bangunan yang dilewati air dari waduk/bendung ke
saluran maupun ke petak sawah. Dengan bangunan yang permanen maka akan
meningkatkan efisiensi saluran irigasi dan mengurangi kehilangan air.
Air yang diambil dari sumber air atau sungai yang di alirkan ke areal
irigasi tidak semuanya dimanfaatkan oleh tanaman. Dalam penyaluran air irigasi
dari sumber ke areal pertanian terjadi kehilangan air. Kehilangan air tersebut
dapat berupa penguapan di saluran irigasi, rembesan dari saluran atau untuk
keperluan lain (rumah tangga). Kehilangan air ini variasinya sangat besar
tergantung dari permeabilitas tanah dan manajemen dari sistem pengairan.
Kehilangan ini akan semakin besar ketika air terbuang pada saluran dengan jarak
yang panjang (Kung, 1971).
Hansen (1986) mengemukakan tiga pertimbangan utama yang
mempengaruhi waktu pemberian air irigasi dan berapa besarnya air yang harus
diberikan, yaitu : (a) air yang dibutuhkan tanaman, (b) ketersediaan air untuk
irigasi dan (c) kapasitas tanah daerah akar untuk menampung air.
2.1.2 Fungsi Irigasi
Fungsi utama kegiatan irigasi adalah memenuhi kebutuhan air bagi
pertumbuhan tanaman. Sedangkan beberapa fungsi lain dari kegiatan irigasi
adalah menjamin ketersediaan air bagi tanaman apabila terjadi kekeringan,
menurunkan suhu dalam tanah, melunakkan lapisan keras tanah saat proses
pengolahan tanah, membawa garam-garam dari permukaan tanah ke lapisan
bawah sehingga konsentrasi garam di permukaan tanah menurun.
Fungsi dari sebuah jaringan irigasi adalah lebih kompleks. Fungsi tersebut
antara lain.
a. Mengambil air dari sumber air (diverting). Sumber air yang umumnya
digunakan antara sumur air, sungai, waduk, bendungan dan danau.
b. Membawa atau mengalirkan air dari sumber air ke lahan pertanian
(conveying). Dalam fungsi ini, air bisa dibawa melalui saluran terbuka
(kanal) dan saluran tertutup melalui pipa-pipa (mainline).
c. Mendistribusikan air ke tanaman (distributing). Dalam sebuah jaringan
irigasi, pendistribusian air dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu:
- Continuous Flow, merupakan metode distribusi yang sederhana dimana
air dialirkan secara terus menerus ke lahan pertanian tanpa penyesuaian
dengan kebutuhan tanaman sesuai fase pertumbuhannya.
- Rotational Flow,merupakan metode distribusi yang dilakukan secara
bergantian dari lahan satu ke lahan lainnya berdasarkan perencanaan dan
jadwal yang telah disepakati bersama antara sesame petani pemakai air
irigasi. Jadwal yang direncanakan tentunya telah disesuaikan dengan fase
petumbuhan dan kebutuhan tanaman.
- On demand, merupakan metode distribusi yang lebih modern dan
kompleks. Gambaran umum metode ini adalah seperti jaringan PDAM di
kompleks pemukiman.Dibutuhkan beberapa komponen otomatisasi dalam
jaringan, sehingga petani pemakai air dapat mendistribusikan air sewaktu-
waktu.Keuntungan dari metode adalah kebebasan petani pemakai air
irigasi dalam aplikasi air ke tanaman. Sedangkan kelemahan dari metode
in adalah kebutuhan modal yang lebih banyak untuk pembangunan
jaringannya, serta potensi terjadinya k ekurangan air saat beberapa petani
pemakai air menggunakan air secara bersamaan.
- Reservoir, merupakan metode gabungan antara continuous flow dan on
demand. Bak-bak penampungan air dibangun di sepanjang lahan
pertanian. Bak tersebut akan diisi terus menerus seperti pada metode
continuous flow. Selanjutnya petani pemakai air mendistribusikan air dari
bak penampungan tersebut sesuai dengan kebutuhan mereka sewaktu-
waktu seperti pada metode on-demand (Prijono, S. 2012).
2.1.3 Jenis-jenis Irigasi
Berdasarkan proses penyediaan, pembagian, pengelolaan dan pengaturan
air sistem irigasi dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu:
a. Sistem irigasi permukaan (Surface irrigation)
Sistem irigasi permukaan yaitu sistem irigasi yang mengalirkan air
di atas permukaan tanah dengan mengalirkan langsung dari sungai melalui
bendung atau tanpa bendung ke lahan pertanian (Akmal et al., 2014).
b. Sistem irigasi bawah permukaan (Subsurface irrigation)
Sistem irigasi bawah permukaan yaitu sistem irigasi yang
menyuplai air langsung dari perakaran tanaman. Sistem irigasi bawah
tanah biasanya memburuhkan alat aplikasi yang dapat memberikan air
dengan debit yang rendah secara terus menerus (Akmal et al., 2014).
c. Sistem irigasi pemancaran
Sistem irigasi pemancaran yaitu sistem irigasi yang prinsip
kerjanya berupa pemberian tekanan pada air yang ada di dalam pipa dan
memancarkannya ke udara sehingga menyerupai hujan dan akan jatuh
pada permukaan tanah. Contoh sistem irigasi ini adalah sprinkler (Akmal
et al., 2014).
d. Sistem irigasi Tetes (Trickler irrigation)
Sistem irigasi tetes yaitu sistem irigasi melalui pipa-pipa dan pada
tempat-tempat tertentu diberi lubang sebagai jalan keluarnya air menetes
ke tanah. Perbedaan dengan sistem irigasi pemancaran yaitu besarnya
tekanan pada pipa yang tidak begitu besar (Akmal et al., 2014).
2.1.4 Irigasi Permukaan
Irigasi permukaan (surface irrigation) adalah salah satu metode irigasi
dimana pemberian air pada tanaman dilakukan dengan cara menggenangi
permukaan tanah dengan ketebalan tertentu dan membiarkannya beberapa waktu
untuk mengisi rongga tanah pada root zone melalui proses infiltrasi. Metode
pemberian air dengan irigasi permukaan memiliki tiga cara yakni:
1. Irigasi Permukaan Sistem Basin
Irigasi permukaan sistem basin memiliki petak basin yang rata
(level) dan dibatasi oleh tanggul-tanggul kecil di sekelilingnya. Air bergerak
dari pintu pemasukan air ke ujung basin oleh energi potensial genangan air
itu sendiri. Air yang masuk ditahan di kolam dengan kedalaman dan selama
waktu yang dikehendaki. Topografi lahan yang sesuai adalah kemiringan
kecil (slope = 0-0,5). Apabila lahan miring atau bergelombang, maka perlu
diratakan (levelling) atau dibuat teras (Universitas Sumatera Utara, Tanpa
Tahun).
2. Irigasi permukaan sistem Border
Irigasi permukaan sitem border sepintas mirip dengan irigasi
permukaan sistem basin. Lahan pertanian dibagi-bagi menjadi petak-petak
kecil yang dikelilingi oleh tanggul kecil dimana air irigasi ditampung untuk
memenuhi kebutuhan tanaman didalamnya. Perbedaan irigasi permukaan
sistem bolder dengan irigasi permukaan sistem basin yaitu Border umumnya
memiliki kemiringan lahan seragam dari saluran irigasi ke arah saluran
petak border. Sedangkan pada petak basin, elevasi adalah datar (level) ke
segala arah, dan Border umumnya memiliki karakteristik bentuk memanjang
dan agak sempit jika dibandingkan dengan basin (Universitas Sumatera
Utara, Tanpa Tahun).
3. Irigasi Permukaan sistem furrow
Irigasi permukaan sistem furrow adalah jenis irigasi yang paling
banyak digunakan untuk tanaman yang tersususun baris (row crops). Pada
sistem furrow, air tidak lagi membasahi seluruh permukaan tanah tetapi
mengalir pada kanal yang kecil (furrow) diantara baris tanaman. Secara
gradual air membasahi tanah melalui absorbsi air dari furrow melalui dasar
dan sisi saluran (Universitas Sumatera Utara, Tanpa Tahun).
2.1.5 Bagian-bagian Bendung
Menurut Peraturan Menteri Nomor 72/PRT/1997, bendungan adalah setiap
bangunan penahan air buatan, jenis urugan atau jenis lainnya yang menampung air
atau dapat menampung air, termasuk pondasi, bukit/tebing tumpuan, serta
bangunan pelengkap dan peralatannya, termasuk juga bendungan limbah galian,
tetapi tidak termasuk bendung dan tanggul. Sebuah bendungan berfungsi sebagai
penangkap air dan menyimpannya di musim hujan waktu air sungai mengalir
dalam jumlah besar dan yang melebihi kebutuhan baik untuk keperluan, irigasi,
air minum, industri atau yang lainnya. Adapun bagian-bagian dari bendung yaitu:
1. Tubuh Bendung termasuk kedalam struktur utama yang berfungsi sebagai
penahan laju aliran air dan menaikkan level muka air dari elevasi awal.
Bagian-bagian dari tubuh bendung yaitu ambang dasar, mercu bendung dan
peredam energi.
2. Pintu Air merupakan struktur bendung yang berfungsi untuk mengatur
aliran air yang keluar dari saluran, baik membuka maupun menutup aliran
air. Pintu air terdiri dari daun pintu, rangka pengatur arah gerakan, angker,
dan hoist. Daun pintu berfungsi untuk menahan tekanan air, rangka pengatur
arah gerakan berfungsi untuk menjaga agar gerakan daun pintu sesuai
dengan perencanaan, angker berfungsi sebagai penopang rangka pengatur
arah gerakan sehingga dapat memindahkan muatan dari pintu air kedalam
konstruksi beton, sedangkan hoist berfungsi untuk menggerakkan daun
pintuagar bisa dibuka-tutup dengan mudah.
3. Pintu pengambilan merupakan salah satu bagian dari bendung yang
berperan dalam mengelola jumlah debit air yang masuk ke saluran dan
mencegah benda-benda padat masuk kesaluran.
4. Kolam Peredam Energi merupakan salah satu bagian bendung yang
berfungsi untuk menurunkan kekuatan aliran air pada palung dan sodetan
yang notabene masih memiliki kecepatan yang cukup deras.
5. Pintu Penguras merupakan struktur bendung yang berfungsi untuk menguras
bahan-bahan endapat yang terletak di bagian udik pintu (Universitas
Lampung, Tanpa Tahun).
2.1.6 Jaringan irigasi dan klasifikasinya
Jaringan irigasi merupakan prasarana irigasi yang terdiri dari bangunan air
dan saluran pemberi air pertanian beserta perlengkapannya yang diperlukan untuk
penyediaan, pembagian, pemberian dan pembuangan air irigasi. Berdasarkan
pengelolaannya, jaringan irigasi dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1. Jaringan irigasi utama merupakan suatu jaringan irigasi yang meliputi
bangunan, saluran primer dan saluran sekunder.
2. Jaringan irigasi tersier merupakan suatu jaringan irigasi yang terdiri dari
bangunan dan saluran yang berada dalam petak tersier (Suroso, Tanpa
tahun).
Berdasarkan cara pengaturan, pengukuran serta kelengkapan fasilitas,
jaringan irigasi dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
1. Jaringan irigasi sederhana merupakan jaringan irigasi yang biasanya
diusahakan sendiri oleh suatu kelompok petani pemakai air, sehingga
kelengkapan maupun kemampuan dalam mengukur dan mengatur
kebutuhan air masih terbatas.
2. Jaringan irgasi semi teknis merupakan jaringan irigasi yang memiliki
bangunan sadap yang permanen ataupun semi permanen, namun sistem
pembagiannya belum sepenuhnya mampu untuk mengatur dan mengukur
kebutuhan air.
3. Jaringan irigasi teknis merupakan jaringan irigasi yang memiliki
bangunan sadap yang permanen ataupun semi permanen yang telah
mampu untuk mengatur dan mengukur masuknya air yang dibutuhkan.
Pengaturan dan pengukuran air yang dilakukan oleh jaringan irigasi teknis
biasaya dilakukan dari bangunan penyadap sampai ke petak
tersiersprinkler (Akmal et al., 2014).
Dalam konteks Standarisasi Irigasi ini, hanya irigasi teknis saja yang
ditinjau. Bentuk irigasi yang lebih maju ini cocok untuk dipraktekkan di sebagian
besar pembangunan irigasi di Indonesia (Universitas Lampung, 2011).
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004
tentang sumberdaya air, Bab 1 pasal 1. Dalam suatu jaringan irigasi dapat
dibedakan menjadi empat unsur fungsional pokok yaitu:
1. Bangunan-bangunan utama (headworks) dimana air yang diambil dari
sumbernya, umumnya disebut sebagai sungai atau waduk.
2. Jaringan pembawa berupa saluran yang mengalirkan air irigasi ke petak-
petak tersier.
3. Petak-petak tersier dengan sistem pembagian air dan sistem pembuangan
kolektif. air irigasi akan dibagi-bagi dan dialirkan kesawah-sawah dan
apabila kelebihan air akan ditampung didalam suatu sistem pembuangan
yang ada di dalam petak tersier.
4. Sistem pembuangan berupa saluran dan bangunan yang bertujuan untuk
membuang kelebihan air dari sawah ke sungai atau saluran-saluran
alamiah (Universitas Lampung, 2011).
2.1.7 Bangunan Irigasi
Bangunan irigasi terdiri dari beberapa bagian sebagaio berikut.
a. Bangunan Utama
Bangunan utama (headworks) dapat didefinisikan sebagai
kompleks bangunan yang direncanakan di sepanjang sungai atau aliran air
untuk membelokkan air ke dalam saluran agar dapat dipakai untuk
keperluan irigasi.Bangunan utama dapat mengurangi kandungan sedimen
yang berlebihan, serta mengukur banyaknya iar yang masuk. Bangunan
utama terdiri dari bendung dengan peredam energi, satu atau dua
pengambilan utama pintu bilas kolam olak dan kantong lumpur,serta
tanggul banjir dan bangunan-bangunan pelengkap. Berikut ini adalah
kategori bangunan utama (Universitas Lampung, 2011).
1. Bendung Gerak: bendung gerak adalah bangunan yang dilengkapi
dengan pintu yang dapat dibuka untuk mengalirkan air pada waktu
terjadi banjir besar dan ditutup apabila aliran kecil. Bendung gerak
dipakai untuk meninggikan muka air di sungai sampai pada ketinggian
yang diperlukan agar air dapat dialirkan ke saluran irigasi dan petak
tersier.
2. Bendung Karet: bendung Karet berfungsi meninggikan muka air
dengan cara mengembangkan tubuh bendung dan menurunkan muka
air dengan cara mengempiskan tubuh bendung yang terbuat dari
tabung karet dapat diisi dengan udara atau air. Proses pengisian udara
atau air dari pompa udara atau air dilengkapi dengan instrumen
pengontrol udara atau air (manometer).
3. Bangunan Pengambilan Bebas: bangunan Pengambilan Bebas adalah
bangunan yang dibuat di tepi sungai yang mengalirkan air sungai ke
dalam jaringan irigasi, tanpa mengatur tinggi muka air di sungai.
4. Waduk: waduk (reservoir) digunakan untuk menampung air irigasi
pada waktu terjadi surplus air di sungai agar dapat dipakai
sewaktu‐waktu terjadi kekurangan air. Jadi, fungsi utama waduk
adalah untuk mengatur aliran sungai.
5. Stasiun Pompa: bangunan stasiun pompa (rumah pompa) berfungsi
sebagai tempat pompa, mesin, dan alat‐alat pendukung lainnya dan
juga untuk menyimpan buku catatan kegiatan O & P pompa dan
fasilitasnya yang terkait. Air dari sumber air irigasi dialirkan melalui
stasiun pompa ke saluran irigasi, selanjutnya mengalir ke petak sawah
(Universitas Lampung, 2011).
b. Saluran Irigasi
Saluran irigasi terbagi atas 3 (tiga) bagian sebagai berikut.
1. Saluran Irigasi Utama
Saluran irigasi utama, terdiri dari empat bagian yaitu saluran
primer, saluran sekunder, saluran pembawa, dan saluran muka
tersier.Saluran primerberfungsi untuk membawa air dari bendung ke
saluran sekunder dan selanjutnya ke petak‐petak tersier yang perlu
diairi.Saluran sekunderberfungsi untuk membawa air dari saluran
primer ke petak‐petak tersier yang terhubung dengan saluran sekunder
tersebut. Saluran pembawaberfungsi untuk membawa air irigasi dari
sumber air lain (bukan sumber yang memberi air pada bangunan utama
proyek) ke
jaringan irigasi primer. Sedangkan saluran muka tersierberfungsi untuk
membawa air dari bangunan sadap tersier ke petak tersier yang terletak
di seberang petak tersier lainnya (Universitas Lampung, 2011).
2. Saluran Irigasi Tersier
Saluran tersier berfungsi untuk membawa air dari bangunan
sadap tersier di jaringan utama ke dalam petak tersier untuk
selanjutnya dibawa ke saluran kuarter.Sedangkan saluran kuarter
berfungsi untuk membawa air melalui bangunan sadap tersier atau
parit sawah ke sawah-sawah (Universitas Lampung, 2011).
3. Garis Sempadan Saluran
Garis Sempadan Saluran berfungsi untuk mengamankan saluran
dan bangunan irigasi dari risiko kerusakan akibat adanya aktivitas di
sekitar jaringan irigasi.kuarter yang terakhir (Universitas Lampung,
2011).
c. Saluran Pembuang
Saluran pembuang berfungsi untuk membuang kelebihan air pada
saluran irigasi utama, saluran Pembuang terbagi atas 2 (dua), yaitu : saluran
pembuang tersier dan saluran pembuang (Universitas Lampung, 2011).
d. Bangunan Bagi dan Sadap
Bangunan bagi dan sadap pada irigasi teknis dilengkapi dengan pintu
dan alat pengukur debit untuk memenuhi kebutuhan air irigasi sesuai jumlah
dan pada waktu tertentu. Aliran air akan diukur di hulu saluran primer, di
cabang saluran jaringan primer dan di bangunan sadap sekunder maupun
tersier (Universitas Lampung, 2011).
e. Bangunan Pengukur
Bangunan ukur dapat dibedakan menjadi bangunan ukur aliran atas bebas
(free overflow) dan bangunan ukur alirah bawah (underflow) (Universitas
Lampung, 2011).
BAB 3. METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Praktikum ini dilaksanakan pada 2 Desember 2017 dan 7 Desember 2017 di
Bendung dan saluran di Desa Kertosari Kecamatan Pakusari Kabupaten Jember,
serta di Unit Pelayanan Teknis (UPT) Pengelolaan Sumber Daya Air Di
Lumajang.

3.2 Bahan dan Alat Penelitian


Bahan yang dipergunakan dalam penelitian dan penelusuran adalah sebagai
berikut.
1. Peta Dasar Konsultan
Alat yang dipergunakanadalapenelitiandan penelusuran ini adalahsebagai
berikut.
1 Software MapInfow
2 Software MapSource
3 Software Inventarisasi Aset Irigasi
4 Software EGMD
5 Microsoft Office Picture Manager
6 Perangkat lunak Microsoft Excel
7 GPS (pengukurkoordinat)
8 Meteranatau Roll Meter
9 Kamera Digital
3.3 Metodologi Praktikum

Mulai

Penelusuran Saluran Irigasi

Pengambilan data aset bangunan jaringan irigasi, dokumentasi aset jaringan irigasi,
dan pengukuran aset jaringan irigasi

Interpretasi bangunan irigasi dan data penelusuran

Olah data Skema Microsoft Excel dan Hasil Foto Penelusuran

Interpretasi data Excel pada software MapInfo

Layout Peta Jaringan Irigasi

Mulai

Gambar 1.Diagram Alir Pembuatan Jaringan Irigasi


Berdarkan Gambar 1. Diatas merupakan metodologi kajian potensi digambarkan
sebagai berikut.
1. Penelusuran merupakan kegiatan survey daerah kajian yang dilakukan
dengan didampingi oleh asisten dosen. Penelusuran dilakukan di tiga
saluran yaitu Saluran Primer.
2. Pengambilan dan Pengumpulan Data yang dilakukan meliputi data data
aset bangunan jaringan irigasi, dokumentasi aset jaringan irigasi, dan
pengukuran aset jaringan irigasi.
3. Olah data pada Microsoft Excel untuk pembuatan jaringan irigasi pada
software mapinfo dan untuk pembuatan skema jaringan irigasi. Hasil Foto
Penelusuran diolah pada Microsoft Office Picture Manager.
4. Interpretasi data Excel pada software MapInfo yaitu membuat layout
jaringan irigasi.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Potensi dan Kondisi Jaringan Irigasi Saluran Primer Kertosari


Praktikum irigasi yang telah dilakukan berlokasi di Saluran Primer
Kertosari Kejuron Pakusari Kabupaten Jember. Praktikum dilakukan dengan
melakukan penelusuran dari Dam Kertosari, B.KS 1, B.KS 2, dan B.KS 3.
4.1.1 Komponen bangunan irigasi Dam Kertosari
Pada Dam Kertosari terdapat bendung, sayap, tanggul, mercu, kolam olak,
2 pintu pengambilan dan 1 pintu penguras. Bendung berfungsi untuk meninggikan
air sungai dan mengalirkannya ke saluran melalui sebuah bangunan pengambilan
jaringan irigasi. mercu berfungsi untuk meninggikan air, kolam olak untuk
meredam aliran air. Pintu pengambilan berfunsi untuk mengambil dan
mengalirkan air ke saluran primer dan kemudian dari saluran priomer tersebut
dialirkan ke saluran sekunder dan tersier. Pintu penguran berfungsi untuk
membuang kelebihan air.
Berikut ini adalah gambar Peta Daerah Saluran Irigasi Pakusari yang
ditunjukkan pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Peta Image Satelite Saluran Irigasi Pakusari


Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa
Saluran Primer Kertosari digunakan untuk mengairi lahan pertanian yang
mencakup 3 desa yaitu, Desa Pakusari, Kertosari dan Wirolegi. Setiap daerah
yang diari oleh saluran primer Kertosari memiliki luasan lahan yang berbeda.
Luasan daerah tersebut diantaranya pada B. KS 1 yaitu di Pakusari dengan luasan
lahan 92 Ha di ruas kiri saluran, 32 Ha di ruas kanan saluran, pada B. KS 2 di
Desa Kertosari dengan luasan lahan 13 Ha di bagian ruas kiri, kemudian pada B.
KS 3 di Desa Kertosari dan Wirolegi dengan luasan lahan 7 Ha di bagian ruas kiri
saluran, dan pada Desa Kertosari dengan luasan lahan 5 Ha di bagian ruas kanan.
Proses digitasi dilakukan sepanjang saluran primer Kertosari dari B. KS 1,
B. KS 2, dan B. KS 3 dilakukan dengan total sebanyak 97 digitan. Proses digitasi
dilakukan di bagian bangunan dan saluran irigasi seperti pada bagian DAM, pintu
pengambilan, pintu pembuang, suplesi, pintu pelimpah, bangunan ukur, jembatan
orang, stasiun hujan, bangunan sadap, bangunan bagi sadap, tempat mandi hewan,
gorong-gorong, box tersier, serta pada kerusakan-kerusakan yang terdapat pada
bangunan. Adapun alat yang digunakan dalam penelusuran antara lain seperti
GPS, Roll meter, dan kamera digital. Setelah dilakukan proses digitasi kemudian
dilakukan tabulasi data hasil praktikum. Pada bagian kerusakan saluan dilakukan
pengukuran meliputi panjang, lebar, dan tinggi kerusakan. Adapun kerusakan
yang terdapat di B. KS 1, B, KS 2, dan B. KS 3 yaitu seperti saluran yang
berlubang, roboh, semen yang hilang.
4.1.2 Skema Jaringan Irigasi Saluran Primer Kertosari
Berikut ini adalah gambar skema jaringan irigasi yang ditunjukkan pada Gambar
4.2 sebagai berikut.

Gambar 4.2 Skema Jaringan Irigasi Saluran Kertosari


Berdasarkan gambar 4.2 dapat diketahui bahwa jaringan irigasi kertosari
digunakan untuk mengairi daerah lahan pertanian yang terdapat di ruas kanan dan
ruas kiri saluran primer kertosari. Adapun lahan yang terairi yaitfu terbagi
menjadi beberapa daerah meliputi daerah KS.1.Ki dengan luas lahan 92 Ha,
KS.1.Ka dengan luas lahan seluas 32 Ha, KS.2.Ki dengan luas lahan seluas 15 Ha,
daerah KS.3.Ki dengan luas lahan 14 Ha, serta pada daerah KS.3.Ka dengan luas
lahan pertanian yang diairi seluas 5 Ha.
4.1.3 Skema Bangunan Irigasi Saluran Primer Kertosari
Berikut ini adalah gambar skema bangunan irigasi yang ditunjukkan pada Gambar
4.3 sebagai berikut.

Gambar 4.3 Skema Bangunan Irigasi Saluran Primer Kertosari


Berdasarkan Gambar 4.3 dapat diketahui bahwa pada saluran primer
kertosari terdiri dari beberapa bangunan yang terdapat di sepanjang saluran,
meliputi pintu pembuang, bangunan ukur, bangunan sadap, tempat mandi hewan,
pelimpah samping, gorong-gorong, dan bangunan bagi sadap. Salah satu
bangunannya yaitu gorong-gorong. Gorong-gorong merupakan suatu bangunan
yang berfungsi untuk mengalirkan air di bawah bangunan. Sedangkan pelimpah
samping berfungsi untuk membatasi debit yang masuk ke saluran pembawa dan
melimpaskan kelebihan air hujan yang masuk ke saluran pembawa. Kemudian
bangunan penguras berfungsi untuk menguras kandungan lumpur yang ada dalam
saluran. Keberadaan bangunan irigasi tersebut diperlukan untuk menunjang
pengambilan dan pengaturan air irigasi.
4.1.4 Skema Sosio Hidro Saluran Primer Kertosari
Berikut ini adalah gambar sosio hidro saluran primer kertosari ditunjukkan pada
Gambar 4.4 sebagai berikut.

Gambar 4.4 Skema Sosio Hidro Saluran Primer Kertosari


Berdasarkan skema yang ditunjukkan pada Gambar 4.4, dapat diketahui
bahwa saluran primer kertosari digunakan untuk mengairi lahan pertanian yang
terletak di 3 desa meliputi Pakusari, Kertosari, dan Wirolegi. Pada KS.1.Ki luasan
lahan yang diari yaitu seluas 92 Ha yang terletak di desa Pakusari, sedangkan
pada KS.1.Ka digunakan untuk mengairi lahan pertanian seluas 32 Ha. Kemudian
pada KS.2.Ki digunakan untukmengairi lahan seluas 13 Ha yang terletak di desa
Pakusari, Kemudian pada B.KS 3 terdapat sebuah bangunan sadap, dimana
saluran digunakan untuk mengairi lahan seluas 7 Ha di desa Kertosari dan
Wirolegi di ruas kiri, dan di ruas kanan digunakan untuk mengairi lahan seluas 5
Ha di desa Kertosari.
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka didapatkan beberapa kesimpulan
sebagai berikut.
1. Penelusuran jaringan irigasi dilakukan di Saluran Primer Kertosari Kejuron
Pakusari Kabupaten Jember yang dilakukan mulai dari B. KS 1, B. KS 2, B.
KS 3.
2. Komponen saluran irigasi seperti pada bagian DAM, pintu pengambilan, pintu
pembuang, suplesi, pintu pelimpah, bangunan ukur, jembatan orang, stasiun
hujan, bangunan sadap, bangunan bagi sadap, tempat mandi hewan, gorong-
gorong, dan box tersier.

5.2 Saran
Sebaiknya sebelum praktikum dilakukan briefing kepada para praktikan
dengan tujuan semua praktikan paham mengenai praktikum yang dilakukan dan
praktikum bisa berjalan dengan lancar, dan seharusnya para praktikan lebih serius
dalam melakukan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Akmal, Masimin, dan Meilianda, E. 2014. Efisiensi Irigasi pada Petak Tersier di
Daerah Irigasi Lawe Bulan Kabupaten Aceh Tenggara. http://prodipps.u
nsyiah.ac.id/Jurnalmts/images/Jurnal/volume/vol3/3.3.mts/3.20.37.Akmal.
pdf [25 Desember 2017].

Prijono, S. 2012. Irigasi dan Drainase. http://sugeng.lecture.ub.ac.id/files/2012/10/


MODUL-1.pdf [25 Desember 2017].

Universitas Lampung. 2011. Irigasi. http://digilib.unila.ac.id/7447/105/BAB %2


0II.pdf [25 Desember 2017].

Anda mungkin juga menyukai