Anda di halaman 1dari 27

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengairan irigasi

Pengairan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengatur dan

memanfaatkan air yang tersedia baik dari sungai maupun dari sumber air yang

dengan menggunakan system tata saluran untuk kepentingan pertanian.

Pengairan juga dapat di definisikan sebagai usaha untuk memberikan air pada

suatu lahan pertanian yang bertujuan untuk menciptakan kondisi lembab pada

daerah perakaran tanaman untuk memenuhi kebutuhan air bagi pertumbuhan

tanaman. Usaha tersebut menyangkut pembuatan sarana dan prasarana untuk

membagi bagikan air ke sawah sawah secara teratur, apabila air di dalam tanah

berlebihan dan tidak di perlukan lagi maka dilakukan pembuangan (draenase).

Agar tidak menganggu kehidupan tanaman.(Hakas Payudha, 2013)

Pengairan pada tanaman dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain:

a) Pengairan diatas tanah,

b) Penagiran didalam tanah (sub irigasi)

c) Pengairan dengan penyemprotan (irigasi sprinkler)

d) Pengairan tets (irigasi tetes) , untuk tanaman padi teknik pengaran yang di

gunakan aadalah pengairan diatas tanah.

5
Menurut Hansen Vaugh (1992), irigasi secara umu di definisikan

sebagai penggunaan air pada tanah untuk keperlan penyediaan cairan yang di

butuhkan untuk prtumbuhan tanam tanaman. Suatu definisi yang lebih umum

irigasi di definisikan sebagai penggunaan air pada tanah untuk setiap kegunaan

seagai berikut :

a. Untuk menyediakan cairan yang di perlukan untuk pertumbuhan tanam

tanaman dengan menambah ai ke dalam tanah.

b. Pada saat musim kemarau yang pendek sebagai penyedia jaminan panen

c. Untuk mendinginkan taah dan atmosfir agar lingkungan baik untuk

pertumbuhan tanam tanaman

d. Untuk mengurangi bahaya pembekuan tanah

e. Untuk mencuci tanah guna mengurangi kadar garam dalam tanah

f. Untuk mengurangi bahaya erosi pada tanah

g. Untuk melunakan tanah pada saat pembajakan dan pengumpulan tanah

h. Pada saat pendinginan karena penguapan di gunakan untuk memperlambat

pertumbuhan tunas

Pemberian air pada padi sawah dalam jaringan irigasi terdapat tiga

system. System irigasi terus menerus, system irigasi rotasi, dan system irigasi

berseang. Kebanyakan jaringan irgasi yang ada di Indonesia, (aliran

berkelanjutan) sistem pengairan atau sistem terus menerus (continous plow)

dilakukan dengan memberikan udara kepada tanaman dan dibiarkan tergenang

mulai beberapa hari setelah tanam hingga beberapa hari menelang panen,

6
penggunaan sistem ini dengan mempertimbangkan, penermaan respon yang baik

pada waktu pemupukan. Kekerasan pertubuhan gulma, dan sangat tenaga untuk

pengolahan tanah selain tidak efisien cara ini juga mengurangi efisien serta

serapan hara nitrogen, meningkatkan emisi gas metan ke atmosfer.

Meningkatkan rembasan yang di butuhkan. Pada irigasi bergilir (rotational

irrigation) merupakan teknik irigasi dimana pemberian air dilakukan pada

suatunluasan tertentu untuk periode tertentu. Sehingga areal tersebut menyimpan

air yang dapat di gunakan hingga periode irigasi berikutnya dilakukan

Sedangkan pada pengairan berselang (intermittent irgation)adalah

pengaturan kondisi lahan dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian.

kondisi seperti itu di tunjuk antara lain:

a) Menghemat air irigasi sehingga areal yang dapat diairi menjadi lebih luas

b) Memberi kesempatan pada akar tanamn untuk mendapatkan udara sehhingga

dapat berkembang lebih ddalam

c) Mengurangi timbulnya keracunan besi

d) Mengurangi penimbunan asam organic dan gas H25 yang menghambat

perkebangan akar

e) Mengaktifkan jasad renik mikroba yang menghambat

f) Mengurangi kerebahan

g) Mengurangi jumlah anakan yang tidak produktif (menghasilkan mulai dan

gabah)

h) Menyeragamkan pemasakan gabah dan mempercepat waktu panen

i) Memudahkan pembenaman pupuk kedalam tanah atau lapisan olah

7
2.2. irigasi

Irigasi adalah menyalurkan air yang perlu untuk pertumbuhan tanaman

ke tanah yang diolah dan mendistribusikan secara sistemati (Sostrodarsono sdan

Tekada, 2003). Irigasi adalah usaha penyediaan dan pembuangan air irigasi

untuk menunjang pertanian atau penambahan kekurangan kadar air secara

sistematis pada tanah secara buatan yakni dengan memberikan air secara

sistematis pada tanah yang di olah. Kebutuhan air irigasi untuk pertumbuhan

tergantung pada banyaknya atau tingkat pemakaian dan efisiensi jaringan irigasi

yang ada (kartasapotra,A.G. 1991).

Mawardi Erman (2007:5) menyatakan bahwa irigasi adalah usaha

memperoleh air yang menggunakan bangunan da sauran buatan untuk keperluan

penunjang produksi pertanian

Adam Raharjo (2007), mengemukakan irigasi pada hakekatnya adalah

upaya pemberian air dalam membuat saluran saluran untuk mengalirkan air

pada tanaman dalam bentuk lengas tanah sebanyak keperluan untuk tumbuh

dan berkembang. Fakto yang mempergaruhi irigasi adalah ketersediaan dan

kebutuhan untuk irigasi tersebut

Dalam memenuhi kebutuhan air irigasi harus menerapkan manajemen

yang di dukung oleh teknologi ddan perangkat hukum yang baik. Pemanfaatan

sumber daya air diatur sedemikian rupa agar sesuai dengan keperluan tanaman.

Pengolahan yang baik berarti bangunan dan jaringan irigasi serta fasilitasnya

8
perlu di kelola scara tertib dan teratur di bawa pengawaasan dan pertanggung

jawaban suatu instansi atau organisasi perkumoulan petani pemakai air (P3A)

(Peraturan Pemerintah 2001)

Tujuan utama irigasi adalah mewujudkan kemanfaatan air yang

menyeluruh, terpadu dan berwawasan lingkungan, serta meningkatkan

kesejahteraan kesejahteraan masyarakat, khususnya petani (peraturan

pemerintah tahun 2001; BAB 1 pasal 2). Tersedianya air irigasi memberikan

manfaat dan kegnaan lain, seperti:

a) Mempermudah pengolahan lahan pertanian

b) Memberantas tumbuhan pengganggu

c) Mengatur suhu tanah dan tanaman

d) Membantu proses penyuburan tanah

e) Memperbaiki kesuburan tanah

2.3. Jaringan Irigasi

Jaringan irigasi merupakan suatu kesatuan saluran dan bangunan yang

di pergunakan untuk mengairkan air dari sungai ke sawah atau lahan pertanian.

Jaringan irigasi sangat penting bagi paara petani karena pada dasarnya air yang

di aliri oleh jaaringan irigasi sangat di perlukan untuk memenuhi kebutuhan air

irigasi bagi tanaman dan lahan pertanian mulai dari pengambian, pembagian,

penyediaan, pemberian, penggunaan, dan pembuangannya. Jaringan utama

adalah jaringan irigasi yang berada dalam satu sistem irigasi. Mulai dari

9
bangunan induk, bangunan utama, saluran primer dan bangunan saluran

sekunder, dan bangunan pelengkapnya serta bangunan sadap. Pada hal ini

pengeolaannya jaringan irigasi di bedakan antara jaringan irigasi utama dan

jaringan irigasi tersier (Ludiana, 2015).

Jaringan irigasi tersier adalah merupakan jaringan irigasi yang

berfungsi sebagai pelayanan air irigasi pada petaktersier yang terdiri dari

salurana tersier, saluran kuartel dan saluran pembuang, boks tersier, boks kuater,

serta bangunan pelengkapnya

2.4. Jenis Jenis Irigasi

2.4.1. irigasi tersier

Irigasi tersier adalah irigasi yang berfungsi sebagai prasarana

pelayanan di dalam petak terier yang terdiri dari saluran pembawa yang di

sebut saluran tersier, saluran pembagi yang di sebut saluran kuarter dan

saluran pembuang serta saluran pelengkapnya, termasuk jaringan irigasi

pompa yang luas areal pelayanannya di samakan dengan areal tersier

2.4.2. Irigasi permukaan

Irigasi permukaan atau surface irrigation adalah jenis irigai paling

kuno di indonesia. Jenis irigasi ini memanfaatkan gravitasi, karena

memanfaatkan irigasi dengan cara membiarkan air mengalir kelahan

peranian dengan sendirinya. Agar lebih efektif, banyak petani yang

10
mendistribusikan air kelahan pertanian antara bedengan biasanya, jenis

irigasi pertana ini juga dilakukan dengan cara mengenangi lahan pertanian

dengan air hingga ketnggian tertentu.

2.4.3. irigasi bawa permukaan

Irigasi bawah permukaan memanfaatkan metode pengairan di dalam

lapisan tanah, sehingga air bisa meresap hingga kebagian dasar tanah hingga

akar tumbuhan. Sistem pengairannya memanfaatkan lengas tanah

yangberpindah menuju daerah akar, yang di gerakkan oleh gaya kapiler.

Sederhananya, irigasi ini fokus pada bagian akar. Nutrisi yang di dapat akar

di salukan kebagian tumbuhan lain dan memaksimalkan fungsinya sebagai

penopang.

2.4.4. Irigasi mikro atau irigasi tetes

Jenis irigasi yang di sebut juga dengan nama irigasi tetes ini adalah

pemberian air terhadap tanaman secara langsung. Pemberian airnya biasanya

dilakukan pada prmukaan tanah ataupun di dalam tanah lewat tetean secara

perlahan pada tanah sekitar tumbuhan. Jenis irigasi ini menggunakan alat

pengeluaran air yang di sebut emiter. Air yang sudah keluar dari emitter

dapat menyebar kedalam profil tanah secara horizontal dan vertikal berkat

gaya kapilaritas dan gravitasi

11
2.4.5. irigasi curah

Irigasi yang natura memang baik, itulah yang menjadi ide awal irigasi

curah. Irigasi ini dilakukan dengan cara menyemprotkan air keudara untuk

kemudian jatu ke permukaan tanah, layaknya air hujan . fungsi jenis irigasi ini

adalah agar distrbusi ai bisa dilakukan secara merata. Jadi, tidak akan terjadi

kehilangan air dalam bentuk limpasan selama proses irigasi. Sistem irigasi ini

cocok untuk daerah pertanian dengan kecepatan angin tidak terlalu besar,

sehingga membuat efisiensi penggunaan air irigasi yang ebih tinggi bisa di

capai lebih optimal.

2.5. klasifikasi jaringan

Adapun klasifikasi jaringan irigasi bila di tinjaun dari cara pengaturan,

cara pengukuran aliran air dan fasilitasnya, di bedakan atas tiga tingkatan, yaitu:

2.5.1. Jaringan Irigasi Sederhana

Di dalam jaringan irigasi sederhana, pembagian air tidak

diukur atau di atur sehingga air lebih akan mengalir ke saluran pembuang.

Persediaan air biasanya berlimpah dan kemiringan berkisar diantara sedang

dan curam. Oleh karna itu hampir tidak di perlukan teknik yang sulit untuk

pembagian air. Jaringan irigasi ini walaupun mudah di organisir namun

memiliki kelemahan kelemahan serius yakni:

12
a) Ada pemborosan air dank area pada umumnya jaringan ini terletak di

darah yang tinggi, air yang terbuang tidak selalu dapat mencapai

daerah endah yang subur.

b) Terdapat banyak pengendapan yang memelukan lebih banyak biaya

dari penduduk karena setiap desa membuat jaringan dan

pengambilannya sendiri sendiri

c) Karena bangunan penangkap air bukan bangunan tetap atau permanen

maka umurnya pendek

2.5.2 Jaringan Irigasi Semi Teknis

Pada jaringan irigasi semi teknis, bangunan bendungnya

terletak disungai lengkap dengan pintu pengambilan tanpa bangunan

pengukur dibagian hilirnya. Beberapa bangunan permanen biasanya juga

sudah dibangun di jaringan saluran. Sistem pembagian air biasanya

serupa dengan jaringan sederhana. Bangunan pengambilan dipakai untuk

melayani/mengairi daerah yang lebih luas daripada daerah layanan

jaringan sederhana.

2.5.3 jaringan irigasi semi teknis

Salah satu prinsip pada jaringan irigas teknis adalah pemisahan

antara saluran irigasi/pembawa dan saluran pembuang pematus. Ini

berarti bahwa baik saluran pembuang bekerja sesuai dengan fungsnya

masing masing. Saluran pembawa mengalirkan air irigasi ke sawah

13
sawah dan saluran pebuang mengalirkan kelebihan air dari sawah ke

saluran pembuang. Petak tersier menduduki fungsi sentral dalam

jaringan irigasi teknis. Sebuah petak tersier terdiri dari sejumlah sawa

dengan luas keseluruhan yang umumnya berkisar antara 50-100 ha

kadang kadang sampai 150 ha jaringan saluran tersier dan kuartel

mengalirkan air ke sawah. Kelebihan air di tampung dalam satu jaringan

saluran pembuang tersier dan kuarter selanjutnya di alirkan ke jaringan

pembuang sekunder dan kuarter. Jaringan irigasi teknis yang di dasarkan

pada prinsip prinsip diatas adalah cara pembagian air yang palig efisien

dengan mempertimbangkan waktu waktu merosotnya persediaan air

serta kebutuhan petani. Jaingan irigasi teknis memungkinkan dlakukan

pengukuran aliran, pembagian air irigasi dan pembuangan air irigasi

lebih cepat dan efisien. Jika petak tersier hanya memeroleh air pada satu

tempat saj dari jaringan utama, hal ini akan memerlukan jumah

bangunan yang lebih sedikit disaluran primer, eksploitasi yag lebih baik

dan pemeliharaan yang lebih urah. Kesalahan dalam pengelolah air di

petak petak tersier juga tidak akan memperngaruhi pmbagian air di

jaringan utama

2.6. Bangunan Irigasi

Keberadaan bangunan irigasi di perlukan untuk menunjang

pengambilan dan pengaturan air irigasi. Beberapa jenis bangunan irigasi yang

sering di jumpai antara lain :

14
2.6.1. Bangunan Utama

Bangunan utama (head works) dimana udara diambil dari sumbernya,

umumnya sungai atau waduk. Banguna utama adalah suatu bangunan

komplek yang di rencanakan di bangun epanang sungai atau aliran udara

ang membeokan air ke saluran irigasi. Bangunan utama dapat membangu

debit dan mengurangi sedien yang masuk ke saluan irigasi. Bangunan

utama terdiri dari: bangunan pengelak dan energi perendam , pengambilan

utama, pintu bilas, kolam olak, kantung lumpur, dan tanggl banjir.

Bendungan berfungsi untuk membesarkan atau meningkatkan muka air

hingga dapat di sadap. Selain itu, ada penyadapan bebas atau penyadapan

pada waduk atau penyadapan dengan pompa masyarakat pengaliran secara

gravitasi dengan meninggikan muka air tak mungkin.

2.6.2. Bangunan Pembawa

Jaringan pembawa dar jaringan utama dan jaringan tersier. Jaringan

saluran utama dari saluran primer dan saluran sekunder. Sedangkan

jaringan tersier terdiri dari saluran gizi serta saluran kuarter di petak

tersier. Dalam saluran tersebut dilengkapi dengan saluran pembagi,

bangunan sadap tersier, bangunan bagi sadap dan bok bok tersier.

Bangunan sadap tersebut dapat pulah berfungsi sebagai bangunan ukur atau

hanya dapat berfungsi sebagai pengukur debit. Dalam saluran primer atau

sekunder di lengkpi dengan bangunan pengatur muka dan pembawa

15
saluran degan aliran super kritis di lengkapi dengan bangunan terjun. Pada

saluran pembawa acara kristisd dilengkapi dengan bangunan talang, sipon,

bangunan pelimpah, bangunan penguras, saluran pembuang saming dan

jalan jembatan.

2.6.3. Bangunan Terjun

Bangunan terjun adalah bangunan pada saluran irigasi yang dibuat

karena menurunnya muka air. Bangunan terjun di pusatkan di satu tempat

bangunan terjun bisa memiliki terjun tegak atau terjun mring. Jika

prbedaan energy mencapai beberapa meter, maka kontruksi yang di celah

perlu di coba

Gambar 2.1 Bangunan Terjun

(Sumber : Google)

16
2.6.4. Bangunan Bagi Dan Sadap

Bangunan bagi terletak di saluran primer dan sekunder pada suatu

tititk cabang dan berfungsi untuk membagi aliran antara dua saluran atau

lebih. Bangunan sadap tersier mengalirkan udara dari saluran primer atau

sekunder ke saluran tersier penerima. Bangunan bagi dan sadap mungkin di

gabung menjadi satu rangkaian bangunan. Boks boks bagi dalam saluran

tersier membagi aliran untuk dua saluran atau lebi (tersier, subtersier,

dan/atau kuarter).

Gambar 2.2 Bangunan Bagi Sadap

(Sumber : Google)

17
2.6.5. Bangunan Pengatur Dan Pengukur

Aliran akan di ukur di hulu (udik) saluran primer, di cabang saluran

jaringan primer dan prime dan di bangun sadap sekunder maupun tersier.

Peralatan alat ukur yang dapat di bedakan menjadi alat ukur aliran atas

bebas (free overflow) dan alat ukur aliran bawah (underflow). Beberapa

dari alat ukur dapat juga dipakai untuk pembantuan aliran udara

2.6.6. Bangunan Pengatur Muka Air

Bangunan pngatur muka air adalah membina permukaan air di

jaringan irigasi utama samai batas bats yang di perlukan unruk dapat

memberikan debit yang konstan kepada bangunan sadap tersier. Bangunan

pengatur yang mempunyai bagian pengontrol aliran yang akan di setel atau

tetap.

2.7. kebutuhan air irigasi

Kebutuhan air irigasi adalah jumlah air yang dibutuhkan tanaman

untuk memenuhi kebutuhan evaporasi. Kehilangan air, kebutuhan air dengan

memperhatikan jumlah air yang di berikan oleh alam melalui hujan dan

kontribusi air tanah (Sosrodarsono Dan Tekada, 2003)

Kebutuhan air untuk tanaman padi disawah di tetukan dengan faktor

faktor sebagai berikut(Mawardi Erman 2007,p.103):

18
1. Cara penyiapan lahan

2. Penggunaan komsumtif

3. Perkolasi dan rembesan

4. Pergantian lapisan ar

5. Curah hujan efektif

Angka kebutuhan air berdasarkan lieratur yang ada adalah sebagai berikut

(Mawardi Erman 2007);

a. Pengelolaan tanah dan ersemaian, selama 1-1,5 bulan dengan kebuthan air

10-14 mm/hari

b. Pertumbuhan pertama (vegetatif), selama 1-2 bulan dengan kebutuhan air 4-6

mm/hari

c. Pertumbuhan kedua (vegetatif), selama 1-1,5 bulan dengan kebutuhan air 6-8

mm/hari

d. Pemasakan selama lebih kurang 1-1,5 bulan dengan kebutuhan air 5-7

mm/hari

e. Kedalaman air sawah yang selama ini dilakukan oleh petani yaitu

 Kedalaman air disawah setinggi sekitar 2,5-5 cm di maksudkan untuk

mengurangi pertumbuhan rumput/gulma

 Kedalaman air di sawah settinggi sekitar 5-10 cm di maksudkan untuk

meniadakan pertumbuhan rumput/gulma

19
2.8. efisiensi irigasi

Efisiensi irigasi menunjukan angka daya guna pemakaian air yaitu

merupakan perbandingan antara jumlah air yang di gunakan dengan jumlah air

yang diberikan yang dinyatakan dalam persen (%)

m3
debit air yang keluar( )
det ❑
Efisiensi = x 100
m3
debit air yang masuk ( )
det

Bila angka kehilangan air naik maka efisiensi akan turun dan begitu pula

sebaliknya efisiensi di perlukan karena adanya pengaruh kehilangan air yang di

sebabkan oleh evaporasi, perkolasi, ilfiltrasi, kebocoran dan rembesan. Perkiraan

efisiensi irigasi diteyapkan sebagai berikut (kp-01, 1986:10) : (1) jaringan tersier

= 80 % ; (2) jaringan sekunder = 90 %; dan (3) jaringan primer = 90 %.

Sedangkan faktor efisiensi irigasi secara keseluruhan adalah 80 % x 90 % x 90 %

= 65 %

2.9 Debit aliran

Jumlah zat cair yang mengadu melalui tampang lintang satuan waktu

disebut debut aliran (Q) debit aliran diukur dalam volume zat cair tiap satuan

waktu, sehingga satuannya adalah meter kubik per detik (m 3/detik)atau satuan

yang lain (liter/detik,liter/menit, dsb) (Triatmodj B,1996 : 134).

Dalam praktek, sering variasi kecepatan pada tampang lintang

diabaikan,dan kecepatan aliran dianggap seragam disetiap titik pada tampang

20
lintang yang besarnya sama dengan kecepatan rerata V, sehingga debit aliran

adalah (Triatmodjo B ,1996 : 134)

Q= AV

Dimana :

Q= debit aliran yang diperhitungkan (m3/det)\

A= luas penampang (m2)

V= kecpatan rata rata aliran (m/det)

Pengukuran debit dapat dilaksanakan secara langsung (direct) atau

secara tidak langsung (indirect). Pengukuran debit secara langsung dilakukan

menggunakan bangunan ukur sehingga debit dapat langsung di baca. Sedangkan

pengukuran secara tidak langsung dilakukan dengan mengukur kecepatan aliran

dan menentukan luas penampang basah.

2.9.1 Luas Penampang Basah

Luas penampang basah adalah sangat tergantung pada bentuk

penampang dimana air mengalir, misalnya sebuah penampang irigasi yang

biasanya berbentuk trapesium, maka luas penampang basah dapat diperoleh

dengan :

A = (B + mh) h

Dimana =

21
A = luas penampang basah

B = lebar dasar saluran

h = kedalaman saluran

m = kemiringan saluran

2.9.2. Keliling penampang basah

Penampang basah adalah panjang garis perpotongan dari permukaan

basah saluran dengan bidang penampang melintang yang tegak lurus arah

aliran

P = B + 2h √ 1+m2

Dimana =

P = keliling basah (m)

B = lebar dasar saluran (m)

h = kedalaman saluran (m)

m = kemiringan saluran

2.9.3 Jari Jari Hidraulik

Jari jari hidraulik adalah luas penampang di bagi keliling basah.

Kedalaman hidraulikdari suatu penampang aliran adalah penampang dibagi

lebar permukaan

22
A
R =
P

Dimana =

R = jari jari hidraulik

A = luas penampang basah

P = keliling penampang basah

2.9.4. kecepatan aliran air metode manning

Untuk mencari kecepatan air rumus manning banyak di gunakan pada

pengaliran saluran terbuka. berikut adalah rumus kecepatan persamaan

manning.

1
V = x R2/3x I1/2
n

Dimana :

V = kecepatan aliran air (m/det)

R = jari jari hidraulik (m)

I = kemiringan dasar saluran

n = nilai koefisien manning

untuk mengetahui nilai atau koefisien manning dapat di tabel berikut

ini :

23
Tabel 2.1 Kekasaran Manning

(Sumber : Darmadi 2016)

2.9.5 pengukuran kecepatan menggunakan pelampung

Pelampung permukaan hanya untuk menaksir kecepatan aliran secara

kasar, karena alat ini hanya mengamati kecepatan permukaan maupun pada

kedalaman tertentu sesuai tinggi air yang ada di saluran. Untuk itu

dibutuhkan alat pencatat waktu (stopwatch). Pelampung dan meter rol.

Kecepatan aliran dengan menggunakan pelampung dihitung dengan

persamaan :

24
L
V=
t

Dimana :

V = kecepatan aliran (m/det)

L = jarak antar dua titik yang dilalui

t = waktu yang dibutuhkan untuk melalui L

pengukuran sungai dilakukan dengan cara membentangkan tali dari

tepi sungai hingga ke tepi sungai yang berlawanan, lalu diukur dengan

menggunakan meteran sesuai dengan tali yang membentang. Selanjutnya

dilakukan pembagian sungai menjadi beberapa bagian. Setelah

dilakukannya pembagian lebar sungai tersebut, pada setiap bagian metode

pelampung dapat dilakukan 3 kali pengulangan. Sedangkan stopwatch

digunakan sebagai alat pengukur waktu yang di butuhkan oleh bola

pelampung untuk mengalirkan dari titik awal menuju titik akhir. Setelah

data secara keseluruhan, yaitu berupa data waktu yang dibutuhkan bola

penampung, data panjang dan lebar sungai, serta dari luas penampang dari

lebar sungai telah diperoleh, akan dilakukan perhitungan debit dari aliran

sungai tersebut.

2.10. evaporasi

25
Evaporasi adalah penguapan yang terjadi dari permukaan (seperti laut,

danau, sungai), permukaan tanah (genangan diatas tanah dan penguapan dari

permukaan dari permukaan air tanah yang dekat dengan volume air yang

dihilang oleh proses tersebut tiap satuan luas dalam satu satuan waktu, yang

biasanya diberikan dalam mm/bulan. Evaporasi sangat dipengaruhi oleh kondisi

klimatologi, meliputi (triatmodjo B, 2008: 49-50) : (a) radiasi matahari (%) (b)

temperatur udara (0C) : (c) kelembapan udara (%) : (d) kecepatan angin

(km/hari)

Untuk menghitung besarnya kehilangan air akibat penguapan pada

saluran dapat menggunakan rumus dibawah ini (Soewano, 2000) :

Eloss = E A

Dimana :

Eloss = kehilangan air akibat evaporasi (mm3/hari)

E = evaporasi dari badan air (mm/hari)

A = luas permukaan saluran (m2)

2.11. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan pada tahun 2012 Oleh Muhamad Khairul Fajri

Saputra dengan judul “Analisa efisiensi penyaluran air irigasi di daerah irigasi

lempake kota samarinda” bertujuan untuk mengetahui besar debit yang akan

26
dialiri serta kecepatan rata rata pada daerah irigasi lempake kota samarinda.

Metode penelitian yang digunakan adalah perecanaan, pengukuran/pengamatan,

analisis data dan penyajian data

Penelitian yang dilakukan pada tahun 2014 Oleh Malmun Rizalihadi, Amir

Fauzi, Dan Reza Tanzil dengan judul “Evaluasi kinerja irigasi dari aspek

konsistensi efisiensi irigasi pada daerah irigasi pandrah, biruen, aceh” yang

bertujuan untuk mengetahui efisiensi dan faktor kehilangan airpada sistem

jaringan daerah irigasi pandrah. Metode yang digunakan adalah pengukuran

debit masuk dan keluar pada saluran, menghitung faktor kehilangan air akibat

evaporasi, perkolasi, dan rembesan

Penelitian yang dilakukan pada tahun 2007 oleh Suroso, PS. Nugroho Dan

Pasrah Pamuji yang berjudul “Evalusi kinerja jaringan irigasi banjaran untuk

meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan air irigasi” yang bertujuan

untuk mengetahui kinerja serta ketersediaan air di jaringan irigasi banjaran.

Metode yang digunakan adalah menganalisis ketersediaan air, kebutuhan air,

efektifitas dan efisiensi saluran irigasi

Penelitian yang dilakukan pada tahun 2020 oleh ida bagus, krisna kurniari,

imade nada, ni kadek sriartha dewi yang berjudul “analisis efiiensi saluran

daerah irigasi tinjak menjangan pada daerah irigasi sungai (das) tukad sungi di

kabupaten tabanan” yang bertujuan untuk mengetahui apakah saluran di daerah

irigasi tinjak menjangan sudah efisien untuk penggunaan air dilahan pertanian

27
Kabupaten menjangan.metode penelitian yang digunakan adalah metode

deskriptif kuantitatif dengan cara menganalisis secara teknis.

Penelitian yang dilakukan pada tahun 2022 oleh “ridha sari, hanifah asnur yang

berjudul analisa efisiensi saluran irigasi terhadap keseimbangan air di daerah

irigasi batang agam” yang bertujuan untuk menganalisis efisiensi dari saluran

irigasi dan menganalisa kebutuhan airpaa lahan pertanian di daerah irigasi

batang agam. Metode penelitian yang digunakan adalah menghitung efisiensi

irigasi, analisa curah hujan,analisa kebutuhan air, mrnghitung debit andalan, dan

analisa neraca air pada saluran yang di teliti

Penelitan yang dilakukan pada tahun 2011 oleh agus sumadiyono yang berjudul

“analisis efisiensi pemberian air dijaringan irigasi karau kabupaten barito timur

provinsi kalimantan tengah” yang bertujuan untuk mengetahui besarnya

kehilangan air dan pemborosan penggunaan air disalurran pembawa pada

jaringan daerah irigasi karau. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan

melakukan pengukuran, perhitungan dan mengalisis debit serta kecepatan aliran

pada saluran yang di teliti

Penelitian yang dilakukan pada tahun 2017 oleh achmad rafiud darajat, fathan

nurrochmad, rachmad jayadi yang berjudul “analisis efisiensi saluran irigasi

didaerah irigasi boro kabupaten purworejo, provinsi jawa tengah” bertujuan

untuk menganalisis besarnya efisiensi dan kehilangan air disaluran. Metode

28
yang digunakan adalah prinsip neraca air (water balance) antara input output

pada saluran.

Penelitian yang dilakukan pada tahun 2011 oleh wilhelmus bunganaen yang

berjudul “analisis efisiensi dan kehilangan air pada jaringan utama daerah

irigasi air sagu” yang bertujuan menganalisis besaarnya efisiensi dan kehilangan

air pada jaringan irigasi air sagu. Metode yang digunakan adalah pengambilan

data primer dan sekunder. Data primer meliputi kecepatan aliran, debit aliran,

luas penampang basah, dan panjang saluran, data sekunder berupa skema

jaringan, data evaporasi harian.

Peelitian yang dilakukan pda tahun 2020 oleh dwi meyta sari, endro rasetyo

wahono, dyah indriana kusumastuti yang berjudul “efisiensi irigasi berdasarkan

kondisi saluran di daerah irigasi punggur utara” yang bertujuan untuk

mengetahui kondisi fisik saluran dan nilai efisiensi yang tercapai serta untuk

mengetahui besarnya kehilangan air akibat rembesan, evaporasi, dan faktor

lainnya. Metode yang digunakan adalah dengan mengidentifikasi kondisi

saluran, menghitung efisiensi yang tercapai dan kehilangan air.

Penelitian yang dilakukan pada tahun 2023 oleh Agung Setiawan, Akhmad

Muhaimin, Muhammad Taufik yang berjudul “analisis efisiensi saluran primer

kalissemo daerah irigasi kalisemo kabupaten purworejo” yang bertujuan untuk

mengevaluasi kehilangan air disaluran kalisemo dan mendapatkan nilai efisiensi

29
kali semo di daerah irigasi kalisemo. Metode yang digunakan adalah metode

perhitungan mid section

30

Anda mungkin juga menyukai